Anda di halaman 1dari 4

UPAYA PENINGKATAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

ERA DIGITALISASI RUMAH SAKIT

Nama : Nanang Riyanto, S.Kep.,Ns

NIP : 199210172020121005

Ang/Kel : 5/3

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan merupakan rumah sakit rujukan
di Indonesia dengan berbagai macam fasilitas dan pelayanan didalam ya. di masa ini rumah
sakit harus siap menghadpi era digitalisasi. Sektor kesehatan tidak dapat terlepas dari
pengaruh kemajuan teknologi digital. Industri kesehatan perlu mempersiapkan diri dalam
menuju era disrupsi kesehatan 4.0. Berbagai tantangan dan permasalahan khususnya dari
segi big data, keamanan data, regulasi, dan sumber daya manusia tidak boleh menjadi
penghambat dalam mewujudkan sistem transformasi digital yang berkualitas. Kebutuhan
rumah sakit yang berhasil diidentifikasi dalam focus group discussion beserta rekomendasi
yang ditujukan kepada berbagai pihak atau stakeholders terkait, diharapkan dapat menjadi
solusi efektif untuk membenahi berbagai tantangan yang ada sehingga pada akhirnya semua
rumah sakit dapat siap sedia untuk berpartisipasi dalam memberikan layanan kesehatan
paripurna di era disrupsi 4.0 ini.
Transformasi digital telah berperan dalam hal revolusi berbagai industri, khususnya
dalam bidang kesehatan. Teknologi di bidang kesehatan memungkinkan seorang individu
untuk mendapatkan hidup yang lebih sehat, usia harapan hidup yang lebih panjang, dan
kehidupan yang lebih produktif. Sebagai contoh, pada tahun 2015, telemedicine diakses oleh
lebih dari satu juta penduduk. Angka ini meningkat secara signifikan di tahun 2018, dimana
jumlah penduduk yang mengakses telemedicine telah mencapai 7 juta orang. Hal ini
menunjukkan bahwa teknologi telah memberdayakan pasien bahkan sampai di area terpencil
sekalipun untuk mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Selain telemedicine, beberapa teknologi kesehatan lainnya di era industri 4.0 yang
sudah berkembang dan dimanfaatkan oleh berbagai fasilitas pelayanan antara lain
adalah artificial intelligence/ kecerdasan artifisial, blockchain, IoT (internet of things), dan
pelayanan robotic. Seiring berbagai kemajuan yang ada, semakin banyak perusahaan
kesehatan yang memandang bahwa teknologi bukan hanya dimanfaatkan sebagai sarana
prasarana tapi juga sebagai aset strategis. Dari fakta ini, muncul pemikiran bahwa teknologi
yang dimanfaatkan secara optimal akan memberikan insight atau masukan yang sangat
berguna terhadap kemajuan bisnis. Analisis data yang tepat dapat digunakan untuk
meningkatkan akses pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan efektifitas sumber daya
manusia, meningkatkan kualitas pelayanan, dan mengurangi biaya layanan kesehatan.
Pemanfaatan teknologi kesehatan di kalangan konsumen juga turut membuka
kesempatan kepada pasien maupun keluarga pasien, agar semakin mudah mendapatkan
informasi dan pemahaman mengenai penyakit, pilihan pengobatan, serta dengan mudah
mengakses maupun memilih rumah sakit ataupun sarana kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Dengan menyadari manfaat transformasi digital tersebut, semakin banyak perusahaan
yang bergerak dalam bidang kesehatan termasuk rumah sakit, berinisiatif untuk mengadopsi
transformasi digital ini ke dalam sistem manajemen mereka guna menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Namun demikian, tidak semua fasilitas kesehatan siap untuk menyambut era
disrupsi 4.0 yang penuh dengan digitalisasi ini. Berbagai kendala terkait sumber daya
manusia, sumber dana, business process, regulasi pemerintah dan peraturan, serta tidak
adanya sistem integrasi data kerapkali menjadi tantangan dalam mewujudkan hal tersebut.
Dalam hal ini, diperlukan komitmen bersama dari berbagai pihak seperti manajemen rumah
sakit, pemerintah dalam hal ini kementerian terkait, asosiasi profesi, dan dokter pelaksana
untuk dapat senantiasa melakukan kolaborasi dan terbuka terhadap proses pembaruan serta
pembelajaran. Kementerian kesehatan senantiasa mendukung upaya digitalisasi rumah sakit,
dimana ditunjukkan dalam berbagai inovasi yang sudah ada antara lain konsep smart e-
health seperti telemedicine dan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit),
SISRUTE (Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi), aplikasi Sehat Pedia, sistem JKN
(Jaminan Kesehatan Nasional), dan e-medical record. Tentunya digitalisasi ini tidak lepas
dari perlunya regulasi yang jelas dan mendukung pertumbuhan sistem dengan satu tujuan
yaitu peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat Indonesia.
Di rumah sakit fatmawati sendiri sudah menerapkan sebuah digitalisasi rumah sakit
sebagai contohnya adalah dengan pendaftaran rawat jalan dengan reservasi online bagi
pegawai RSUP Fatmawati maupun masyarakat umum. Dengan digunakannya digitalisasi
tersebut maka akan muncul beberapa aspek seperti kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan tersendiri. Berikut uraian keempat aspek tersebut :
 Kekuatan
1. Adanya dukungan dari pihak manajemen untuk pengembangan teknologi informasi
di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
2. Tersediannya fasilitas teknologi informasi yang memadai, sehingga memungkinkan
pelayanan dapat diatasi dengan menggunakan sistem komputerisasi
 Kelemahan
1. Sumber daya manusia yag berbasis kompetensi tekhnologi informasi jumlahnya
masih kurang
2. Kurangnya pemanfaatan pelayanan teknologi informasi
 Peluang
1. Adanya kebijakan pemerintah untuk pengembangan TI di Rumah sakit agar siap
memasuki pasar global.
2. Semakin dimudahkannya pelayanan melalui digitalisasi sehingga mengurangi
kerumunan
 Tantangan
1. Semakin banyak rumah sakit yang memberikan layanan kesehatan berbasis akses
digitalisasi
2. Tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit

Sebagai pribadi seorang PNS harus bisa menghadapi berkembangnya tekhnologi


digitalisasi. Hal tersebut bisa di maksimalkan dengan menerapkan nilai-nilai bela negara
didalamnya untuk semakin meningkatkan pelayanan digitalisasi rumah sakit. Dengan kita
menggunakan fasilitas pendaftaran digital yang disediakan oleh rumah sakit dengan sebaik
mungkin merupakan contoh aplikasi dari nilai bela negara cinta tanah air, ikut
mempromosikan fasilitas kesehatan terhadap masyarakat. Sadar berbangsa dan bernegara
dengan cara mengingatkan untuk menggunakan fasilitas tersebut ketika akan berobat, serta
dalam pelayanan tidak mendiskriminasikan pasien. Setia kepada pancasila dengan cara
berbagi pengetahuan dengan teman sejawat apabila belum bisa mengakses pelayanan
tersebut. Rela berkorban untuk bangsa dengan memberikan pelayanan yang maksimal.
Dengan diterapkannya beberapa strategi aksi bela negara diharapkan akan membantu rumah
sakit dalam menghadapi era digitalisasi yang semakin maju. Dan membantu menigngkatkan
kepercayaan masyarkat terhadap pelayanan rumah sakit.
Disamping itu sebagai seorang PNS juga harus lebih inovatif agar segala bentuk
pelayanan selalu diperbaharui dan disesuaikan dengan era global dan digitalisai di masa ini.
Terus belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang digitlisasi rumah sakit sebagai
salah satu bentuk mendukung program rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai