Anda di halaman 1dari 2

A.

Profil dan rekam jejak


Soedirman, adalah seorang Jenderal Besar TNI. Lahir di Purbalingga, 24 Jnuari 1916.
Pada umur 34 tahun beliau adalah seorang perwir tinggi indonesia pada masa Revolusi
Nasional Indonesia. Sebagai panglima besar Tentara nasional indonesia pertama, ia adalah
sosok yang dihormati di indonesia. Beliau terlahir dari pasangan rakyat biasa di purbalingga.
Saat di sekolah menengah, soedirman mulai menunjukan kemampuannya dalam memimpin
dan berorganisasi dan di hormati oleh masyrrakat karena ketaatannya pada agama yang
dianut, yaitu agama islam. Setelah berhenti kuliah keguruan, pada 1936 ia mulai bekerja
sebagai seorang guru, dan kemudian menjadi kepala sekolah, di sekolah dasar
muhammadiyah. Ia juga an=ktif sebagai pemimpin kelompok Pemuda Muhammadiyah pada
tahun 1937.
Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap mengajar.
Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori
Jepang, menjabat sebagai komandan batalion di Banyumas. Selama menjabat, Soedirman
bersama rekannya sesama prajurit melakukan pemberontakan, hingga kemudian diasingkan
ke Bogor.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945, Soedirman melarikan diri dari pusat penahanan, kemudian pergi ke Jakarta untuk
bertemu dengan Presiden Soekarno. Ia ditugaskan untuk mengawasi proses penyerahan diri
tentara Jepang di Banyumas, yang dilakukannya setelah mendirikan divisi lokal Badan
Keamanan Rakyat. Pasukannya lalu dijadikan bagian dari Divisi V pada 20 Oktober oleh
panglima sementara Oerip Soemohardjo, dan Soedirman bertanggung jawab atas divisi
tersebut. Pada tanggal 12 November 1945, dalam sebuah pemilihan untuk menentukan
panglima besar TKR di Yogyakarta, Soedirman terpilih menjadi panglima besar, sedangkan
Oerip, yang telah aktif di militer sebelum Soedirman lahir, menjadi kepala staff. Sembari
menunggu pengangkatan, Soedirman memerintahkan serangan terhadap pasukan Inggris
dan Belanda di Ambarawa. Pertempuran ini dan penarikan diri tentara Inggris menyebabkan
semakin kuatnya dukungan rakyat terhadap Soedirman, dan ia akhirnya diangkat sebagai
panglima besar pada tanggal 18 Desember. Selama tiga tahun berikutnya, Soedirman
menjadi saksi kegagalan negosiasi dengan tentara kolonial Belanda yang ingin kembali
menjajah Indonesia, yang pertama adalah Perjanjian Linggarjati – yang turut disusun oleh
Soedirman – dan kemudian Perjanjian Renville yang menyebabkan Indonesia harus
mengembalikan wilayah yang diambilnya dalam Agresi Militer I kepada Belanda dan
penarikan 35.000 tentara Indonesia. Ia juga menghadapi pemberontakan dari dalam,
termasuk upaya kudeta pada 1948. Ia kemudian menyalahkan peristiwa-peristiwa tersebut
sebagai penyebab penyakit tuberkulosis-nya; karena infeksi tersebut, paru-paru kanannya
dikempeskan pada bulan November 1948.
Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Soedirman keluar dari
rumah sakit, Belanda melancarkan Agresi Militer II untuk menduduki Yogyakarta. Pada saat
pemimpin-pemimpin politik berlindung di kraton sultan, Soedirman, beserta sekelompok
kecil tentara dan dokter pribadinya, melakukan perjalanan ke arah selatan dan memulai
perlawanan gerilya selama tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti oleh pasukan Belanda, tetapi
Soedirman dan pasukannya berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, di
dekat Gunung Lawu. Dari tempat ini, ia mampu mengomandoi kegiatan militer di Pulau
Jawa, termasuk Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta, yang dipimpin oleh
Letnan Kolonel Soeharto. Ketika Belanda mulai menarik diri, Soedirman dipanggil kembali ke
Yogyakarta pada bulan Juli 1949. Meskipun ingin terus melanjutkan perlawanan terhadap
pasukan Belanda, ia dilarang oleh Presiden Soekarno. Penyakit TBC yang diidapnya kambuh;
ia pensiun dan pindah ke Magelang. Soedirman wafat kurang lebih satu bulan setelah
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan
Semaki, Yogyakarta.
Jendral soedirman merupakan seorang yang sangat tagguh, bahkan disaat kondisi
badan sudah melemah karena melawan penyakitnya, beliau tetap berjiw besar melawan
belanda yang berusaha merebut kemablai kemerdekaan indonesia. Seorang jendral besar
yang sangat berjasa bagi bangsa dan negara. Dari sikap kepatriotisme jendral soedirman,
beliau merupakan pahlawan yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ber-ANEKA. Berikut
nilai-nilai ANEKA yang dapat ditemukan pada Jendral Besar Soedirman:
1. AKUNTABILITAS
Bertanggungjawab penuh dengan jabatanya sebagai jendral, walaupun diminta untuk
istirahat oleh soekarno yang pada saat itu merupakan presiden ke 1 indonesia, beliau
menolak dengan alasan ingin berjuang bersama rakyat.
2. NASIONALISME

3. ETIKA PUBLIK
4. KOMITMEN MUTU
5. ANTI KORUPSI

Anda mungkin juga menyukai