Anda di halaman 1dari 6

1.

Apa perbedaan dari e-health, telehealth dan m-health adalah


- E-health adalah e-health diartikan sebagai pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang hemat biaya dan aman untuk
mendukung berbagai hal di bidang kesehatan.
Cakupan layanan kesehatan berbasis teknologi ini luas. Tidak hanya untuk
konsultasi dokter secara online, membuat janji konsultasi, atau untuk
memesan obat, namun juga bisa untuk melakukan penelitian dan
memberikan edukasi kesehatan.
- Telehealth adalah penggunaan informasi elektronik dan teknologi
telekomunikasi untuk penanganan kesehatan pasien oleh tenaga medis
maupun dokter. Informasi elektronik tersebut dapat mencakup gambar
digital, video, atau file teks yang disimpan di komputer. Sementara
teknologi telekomunikasi yang dapat terlibat dalam praktik Telehealth
adalah termasuk smartphone, perangkat wearable, internet, video
conference,media streaming, hingga telepon maupun komunikasi nirkabel.
Layanan Telehealth dijalankan oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam
interaksi, bisa antara dokter-pasien dan keluarganya, antara beberapa
dokter atau bahkan antara dua petugas medis.
- m-health merupakan aplikasi formulir pengumpulan data
menggunakan platform Open Data Kit (ODK) berbasis android. Aplikasi
ini  membantu bidan dalam mengumpulkan data di lapangan, serta
pemantauan kesehatan.
Melalui aplikasi mHealth, akan menghasilkan satu sistem

informasi pemantauan berkelanjutan yang berfungsi untuk

membantu pengambilan keputusan. Aplikasi mHealth ini dapat

digunakan pada program-program kesehatan secara rutin untuk

pemantauan dan evaluasi, serta perbaikan program kesehatan

ibu dan anak.


Saat ini mHealth baru digunakan saat kegiatan posyandu. "Diharapkan ke
depannya, mHealth semakin mumpuni sehingga dapat digunakan dalam
pelayanan di puskesmas dan di praktek bidan swasta,"

2. 5 Manfaat m-health dalam penanganan dan pemutusan mata rantai


Covid-19 adalah

3. Papua dan Papua Barat membutuhkan Telehealth dalam pelayanan adalah


"Untuk Papua memang tidak mudah. Masih ada keterikatan budaya yang
masih kuat. Ada suku tertentu kalau menstruasi atau melahirkan harus
menyendiri pada gubuk tertentu karena ada kepercayaan kalau darahnya
dilihat atau disentuh orang lain nanti sakit demam," kata Aloysius saat
ditemui CNN Indonesia usai acara Deklarasi Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat di Biak, Papua, baru-baru ini.
Hal ini menyebabkan masyarakat Papua mengesampingkan pelayanan
kesehatan oleh petugas medis profesional. Bahkan, Aloy mengatakan lebih
dari 60 persen penduduk masih lebih memilih ke dukun tradisional ketika
sakit. Petugas kesehatan bukan menjadi prioritas mereka.
"Ada juga yang hanya berdoa. Mereka merasa kalau lebih khusuk berdoa
kepada Tuhan, Tuhan bisa membantu mereka, karena Tuhan yang
menyembuhkan," ujar Aloy.
Dia juga mengatakan, sebagian besar masyarakat Papua, apalagi yang
tinggal di pedalaman, juga masih percaya dengan obat tradisional.
Banyaknya tanaman obat di sekeliling mereka, membuat penduduk lebih
menilih meracik obat herbal sendiri dibandingkan harus pergi ke puskesmas.
Hal ini sudah dilakukan secara turun temurun dan dipercaya mujarab.
Tidak adanya sarana kesehatan di pedalaman dan kampung-kampung yang
terisolasi juga menjadi tantangan tersendiri. Jarak puskesmas seringkali
sangat jauh dari tempat tinggal masyarakat pedalaman. Akibatnya mereka
sulit menjangkau petugas kesehatan dan petugas kesehatan pun sulit
menjangkau mereka.
Belum lagi soal petugas kesehatan yang jumlahnya masih sangat sedikit.
Bukannya tidak memperjuangkan, Aloy mengatakan pihaknya sedang
berupaya terus untuk melengkapi petugas kesehatan di wilayahnya dan
tentunya butuh waktu yang lama.
Pelayanan kesehatan Melihat Papua yang begitu tertinggal dalam bidang
kesehatan, membuat pemerintah setempat harus putar otak melakukan
pembenahan. Akhirnya, Aloy beserta Dinas Kesehatan Provinsi Papua
memilih menerapkan konsep mobile clinic untuk membenahi pelayanan
demi memajukan kesehatan untuk masyarakatnya. Baca artikel CNN
Indonesia "Sulitnya Memberi Pelayanan Kesehatan di Papua"

4. Manfaat Teknologi Digital dalam pelayanan kesehatan masyarakat


adalah
1. Memudahkan Pasien
Keuntungan teknologi di bidang kesehatan yang pertama adalah
memudahkan pasien. Hadirnya teknologi sangat memudahkan pasien
terutama dalam mengakses informasi dan pelayanan kesehatan. Hanya
dengan ponsel atau komputer, kini pasien dapat mengakses berbagai
macam informasi kesehatan di internet. Selain itu, berbagai macam
layanan kesehatan yang hadir secara online juga memudahkan pasien
dalam mengakses pelayanan kesehatan. Pasien kini dapat mengakses
informasi, mendapat layanan konsultasi, hingga melakukan penebusan
resep obat secara online. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi tenaga dan
waktu yang dimiliki pasien.

2. Mempersingkat Waktu Tunggu Pasien


Selain memudahkan pasien dalam mengakses pelayanan kesehatan,
teknologi di bidang kesehatan juga dapat mempersingkat waktu tunggu
pasien. Biasanya jika Anda melakukan pelayanan kesehatan di rumah
sakit, Anda dapat mengantri hingga berjam-jam untuk mendapatkan
pelayanan. Namun kini dengan adanya teknologi, Anda tidak perlu
menunggu lama. Anda dapat membuat janji secara online dan melakukan
konsultasi secara tatap muka di pelayanan kesehatan. Anda juga bisa
membuat janji untuk melakukan konsultasi secara online dengan dokter.

3. Mempermudah Dokter dan Tenaga Medis Lainnya dalam Menolong


Pasien
Hampir sama dengan manfaat teknologi di bidang kesehatan sebelumnya.
Dengan adanya perkembangan teknologi di bidang kesehatan, dokter dan
tenaga medis lainnya sehingga lebih mudah dijangkau pasien. Kini hanya
dengan koneksi internet dan ponsel, dokter dan tenaga medis lainnya dapat
membantu menolong pasien tanpa harus bertatap muka. Dokter juga dapat
memiliki waktu dan tempat yang lebih fleksibel untuk membantu pasien.

4. Peningkatan Derajat Kesehatan Masyarakat


Dengan akses yang lebih cepat dan mudah dicapai, kesehatan masyarakat
tentunya akan meningkat. Terutama berbagai informasi yang tersedia di
internet, ditambah layanan kesehatan secara online dapat meningkatkan
pengetahuan pasien dan membuat pasien lebih cepat ditangani. Selain itu,
dengan berkembangnya teknologi alat-alat kesehatan juga mengalami
kemajuan. Berbagai macam alat kesehatan yang mempermudah dokter
dalam mendiagnosa dan menangani pasien. Beberapa teknologi yang
mempermudah dokter dalam menangani pasien adalah alat cuci darah.
Tentunya hal ini sangat membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.

5. 5 Tantangan implementasi e-health di Indonesia.


1. Jutaan data dan ratusan aplikasi
Data kesehatan Indonesia kini masih tersebar dan terdapat banyak sistem
yang bervariasi. Provider layanan kesehatan mendapatkan informasi
parsial. Banyak yang belum terpetakan dari data yang ada. Dibutuhkan
platform data terintegrasi untuk bisa mendukung internal Fasyankes
dalam memaksimalkan pelayanan rumah sakit, terutama untuk
memprediksi penyakit pasien.

2. Data terfragmentasi
Data kesehatan Indonesia kini masih tersebar dan terdapat banyak sistem
yang bervariasi. Provider layanan kesehatan mendapatkan informasi
parsial. Banyak yang belum terpetakan dari data yang ada. Platform data
terintegrasi sangat dibutuhkan untuk dapat mendukung internal
Fasyankes dalam memaksimalkan pelayanan rumah sakit, terutama
untuk memprediksi penyakit pasien.

3. Keterbatasan regulasi
Sektor kesehatan Indonesia mengalami keterbatasan untuk proteksi data,
standardisasi data, serta hak dan privasi pasien. Kemampuan
interoperabilitas diperlukan untuk dapat mengintegrasi semua sistem
informasi dan aplikasi ke dalam database terpusat. Hal tersebut
bertujuan untuk memudahkan pengguna, baik dari pasien maupun
provider layanan. Tantangan dalam layanan kesehatan menjadikan
kebijakan kesehatan belum sepenuhnya berlandaskan pada data yang
menyeluruh, serta pelayanan kesehatan belum terselenggara secara
efisien. Oleh karena itu, perlu dipahami lebih lanjut
permasalahanpermasalahan dalam ruang lingkup kesehatan yang
ditinjau berdasarkan pengelompokan layanan: primer dan sekunder,
farmalkes, ketahanan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan,
pembiayaan kesehatan, manajemen internal, dan bioteknologi.

4. Layanan Primer dan Sekunder


Layanan primer terdiri dari puskesmas, klinik, dan dokter umum, serta
layanan sekunder terdiri dari seluruh rumah sakit baik rumah sakit
umum maupun rumah sakit khusus. Layanan primer dan sekunder
berperan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan yang melayani
sekitar 272 juta orang di seluruh Indonesia. Pemanfaatan teknologi
informasi di bidang kesehatan sudah digunakan cukup luas, dari
perencanaan kesehatan hingga menyediakan data kesehatan yang
beragam baik pada tingkat individu maupun masyarakat (Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 21 Tahun 2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020- 2024). Namun,
dengan beragamnya fungsi dari aplikasi yang sudah ada, terjadi
fragmentasi sistem informasi kesehatan dan data yang ada tidak dapat
saling dipertukarkan.

5. Layanan Farmalkes Sasaran


Dari hasil Program Pelayanan Kesehatan & JKN pada Direktorat
Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020- 2024 adalah meningkatnya akses,
kemandirian, dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan, dengan
indikator kinerja utamanya pada tahun 2024 adalah :

Anda mungkin juga menyukai