Anda di halaman 1dari 18

Kisah Sukses yang Inspiratif dari Pendiri KFC

Kredit Foto:
Sufri Yuliardi

WE Online, Jakarta -
Lahir di Indiana, Amerika pada 9 September 1890, Kolonel Harland
Sanders, sang pendiri KFC (Kentucky Fried Chicken) memiliki perjalanan
inspiratif menuju kesuksesannya. Setiap harinya, ayam goreng resep
Kolonel bisa dinikmati lebih dari satu miliar di seluruh dunia. Namun siapa
sangka, dibalik kesuksesannya tersebut, Kolonel sempat berprofesi
sebagai kuli hingga tukang parkir.

Seperti dilansir dari Biografiku.com, pada saat bekerja sebagai kuli, Kolonel
Harland Sanders hanya mendapat upah tidak lebih dari enam belas sen.
Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai tukang parkir. Di tahun 1906, ia
kemudian masuk tentara angkatan darat dan dikirim ke Kuba, hingga
dirinya pensiun.
Di masa pensiunnya, Kolonel hidup dengan mengandalkan uang
pensiunan. Namun itu tidaklah cukup, sampai akhirnya ia bergabung
menjadi tim pemadam kebakaran kereta api. Pada masa–masa itu juga, ia
belajar hukum melalui koresponden, dan terus menggali kemampuannya
hingga ia memperoleh ijazah di bidang hukum.

Meski sudah sering menangani kasus di beberapa pengadilan di Little


Arkansas, namun ia merasa penghasilannya sangat jauh dari standar.
Sampai-sampai ia berpikir bahwa ijazah yang telah diperolehnya tidak ada
gunanya.

Ia pun kemudian meninggalkan profesi pengacara dan membuka


sebuah stand untuk servis mobil pada tahun 1929 di Corbin, Kentucky.
Membuka Rumah Makan

Suatu hari, seorang penjual asongan berkata bahwa di kota ini tidak ada
rumah makan yang bagus, sehingga siapa pun bisa makan di dalamnya
dengan nyaman. Harland Sanders mengiyakan pendapat itu.
Dalam benaknya bergejolak keinginan untuk mendirikan sebuah rumah
makan. Tidak satu pun orang yang tahu kalau komentar pedagang
asongan tersebut akan menjadi satu titik dalam kehidupan Kolonel Harland
Sanders yang kemudian akan mengubah nasibnya. Rumah makan
tersebut melahirkan sebuah gebrakan dalam menyajikan menu makanan
tercepat.

Kolonel Harland Sanders waktu itu mengatakan, sungguh, sepintas ia


pernah berpikir bahwa sesuatu yang paling mengesankan yang pernah ia
lakukan di masa silam adalah memasak.

"Sebagaimana saya ketika menjual apa yang saya masak, maka masakan
saya pasti tidak akan lebih jelek dari masakan para pemilik rumah makan
yang ada di kota iní," ungkapnya.

Ia memulai dari sebuah ruangan kecil, yaitu sebuah gudang di belakang


stand pelayanan mobilnya. Ia telah mengubahnya menjadi sebuah rumah
makan kecil yang menjual ayam goreng dan sayur segar.
Rumah makan Kolonel Harland Sanders begitu terkenal. Untuk membuka
rumah makan, ia tidak merasa kesulitan, yaitu hanya dengan menutup pom
bensinnya dan mengubahnya menjadi sebuah rumah makan yang ia beri
nama “Café Sanders”.

Pada tahun 1930, usahanya semakin berkembang. Rumah makannya kini


dipenuhi seratus empat puluh dua orang. Mengingat cintanya terhadap
pengembangan dan pendidikan yang terus menerus dalam hal apa pun,
akhirnya ia mengikuti sebuah pelatihan tentang manajemen rumah makan
dan hotel selama delapan minggu di Universitas Cornell.

Menyukai Ayam Goreng

Kolonel Harland Sanders adalah seorang penggemar ayam goreng, hanya


saja tidak memakai cara klasik, yaitu dengan memakai minyak yang tidak
bisa menghasilkan rasa seperti yang diinginkannya. Pada tahun 1939, ia
menemukan cara jitu untuk menggoreng ayam.

Salah satu hal yang membantu penemuan barunya tersebut adalah


penemuan pressure cooker atau panci bertekanan yang dapat
menghasilkan ayam lezat dan segar dalam waktu sepuluh detik dengan
cara dikukus di atas uap.

Resep ‘Sebelas bumbu rahasia KFC’

Cara tersebut sangat baik sebab tanpa menghilangkan rasa dan bau serta
tidak menggunakan minyak. Setiap tahun, Kolonel Harland Sanders selalu
melakukan percobaan untuk ayam gorengnya hingga akhirnya ia
menemukan resep spesial ayam goreng yang terdiri dari rempah–rempah
dan bumbu–bumbu yang dikenal dengan ‘Sebelas bumbu rahasia KFC.’

Pada tahun 1949, Harland Sanders menerima pangkat kolonel berkat


keberhasilannya di wilayah Kentucky. Akan tetapi, Harland Sanders lebih
suka dipanggil bisnisman.

Pada tahun 1953, Harland Sanders mendapat tawaran untuk menjual


rumah makannya dengan harga seratus enam puluh empat ribu dolar.
Meski jumlah ini sangat menggiurkan, akan tetapi Harland Sanders
menolaknya.

Jatuh Bangkrut

Selang beberapa tahun, tata letak kota Kentucky mengalami perubahan,


sehingga rumah makannya tidak lagi strategis dan menarik pengunjung.
Inilah yang menjadi sebab kenapa dia terpaksa menjualnya melalui
pelelangan terbuka dengan harga tujuh puluh lima ribu dolar. Jumlah ini
belum cukup untuk membayar hutang–hutangnya.

1000 Lebih Penolakan

Sang Kolonel memutuskan untuk pensiun. Dia mendapatkan uang


sejumlah seratus lima dolar dari jaminan sosial milik Harland Sanders
sendiri dan juga milik istrinya. Meski dengan kondisi jiwa yang remuk dan
serba kekurangan, akan tetapi Harland Sanders tidak menyerah.

Harland Sanders mencoba menjual resep ayam goreng ala KFC ke rumah
makan di wilayah Outta, AS. Ia mencoba menawarkan resepnya. Harland
Sanders turun ke pasar–pasar untuk mempromosikan ide penjualan ayam
KFC-nya, meski sudah tua dan terserang penyakit rematik.

Harland Sanders terkadang tidur di dalam mobil demi mencukupi


pembayaran hotelnya. Selama dua tahun berkeliling, Harland Sanders
hanya dapat memuaskan lima rumah makan saja. Resep ayam yang ia
tawarkan lebih banyak di tolak dan ditertawakan.

Selama dua tahun berkeliling menawarkan resepnya ada lebih dari 1000
penolakan yang ia terima. Tanpa kenal menyerah dan yakin akan berhasil,
ia terus berusaha.

Usaha Yang Tak Mengenal Lelah

Akhirnya resep ayam gorengnya banyak di sukai oleh masyarakat Amerika


ketika itu. Perjuangannya yang tak mengenal lelah terbayar dengan
lakunya resep ayam gorengnya. Hingga ketika usia kolonel Harland
Sanders menginjak usia tujuh puluh tahun, jumlah rumah makan yang
menjadi bagian dari franchise KFC-nya mencapai dua ratus tempat, di USA
dan Kanada.

Setelah mencapai jumlah ini, Harland Sanders berhenti berkeliling karena


banyak orang yang datang ke tempat tinggalnya untuk berkonsultasi.
Akhirnya, dia sepenuhnya membantu sang istri untuk meracik resep
makanan yang terdiri dari beberapa jenis tanaman rempah–rempah dan
bumbu–bumbu.

Ia lalu menjualnya memalui pos. Hingga sekarang, resep tersebut tidak


diketahui kecuali segelintir orang yang tidak melebihi jumlah jari satu
tangan.

Sukses di Usia 70 Tahun

Pada tahun 1963, jumlah rumah makan yang berada di bawah franchise
KFC-nya mencapai enam ratus tempat. Jumlah tersebut terlalu banyak dan
tidak mungkin dia memikulnya sendiri. Oleh karena itu, Harland Sanders
memutuskan untuk menjual bisnis waralaba KFC-nya kepada Jhon Brown
Junior dan seorang milyuner, Jack Mass seharga satu juta dolar.

Selain itu, darinya Sanders juga mendapat gaji setiap bulan seumur hidup
sebesar empat puluh ribu dolar (kemudian mengalami kenaikan menjadi
tujuh puluh lima ribu dolar) sebagai ganti dari peranannya sebagai
konsultan, iklan yang telah dia publikasikan, dan jabatannya sebagai
direktur utama perusahaan.

Harland Sanders Wafat


Kolonel Harland Sanders meninggal pada tahun 1980 dan dimakamkan di
Louisville. Pada tahun 1982, bisnis waralaba KFC menjadi bagian dari
anak perusahaan Reynolds dan pada tahun 1986, KFC dibeli oleh
perusahaan Pepsi Cola dengan harga delapan ratus empat puluh juta
dolar.

Pada tahun 1995, jumlah rumah makan tersebut mencapai sembilan ribu.
Pegawainya mencapai tujuh ratus lima puluh ribu orang di sembilan puluh
dua negara sedunia pada tahun 2005.

Tak ada kata terlambat untuk memulai usaha walaupun di usia sangat tua.
Itulah yang dibuktikan oleh Kolonel Harland Sanders. Kisah inspiratif jatuh
bangun dalam berusaha dari pendiri KFC ini sangat patut untuk disimak.

Penulis: Ning RahayuEditor: Kumairoh


Kisah Sukses & Biografi Singkat Bob Sadino – Ketika mendengar nama Bob Sadino,
tentunya kamu sudah tidak asing mengenali sosok pengusaha sukses dan menorehkan
karya-karyanya yang tentunya dapat menjadi sebuah motivasi untuk para pelaku bisnis.

Sering dan tak jarang dari kita menghadapi banyak


tantangan dalam berbisnis karena dalam berbisnis, setiap
pelaku usaha pasti memiliki proses dan tantangannya
sendiri-sendiri. Melalui proses tersebut tentunya setiap
pelaku usaha memiliki strategi dan motivasinya tersendiri
untuk menghadapi peristiwa dalam usahanya.

Namun, tidak semua pelaku usaha memiliki strategi dan


motivasi yang kuat ketika usahanya dihadapkan kerugian.
Di sisi lain di era pandemi yang ikut menyurutkan pelaku
usaha. Pesimis dan kekhawatiran tidak hanya datang satu
dua kali saja, tentunya dalam menjalankan bisnis, pelaku
bisnis harus siap untuk mempunyai ketekunan dan
kesabaran yang tidak hanya sesaat.

Kehadiran sosok Bob Sadino dari pengalaman hidupnya


untuk memberikan motivasi dalam berwirausaha, menjadikan Bob Sadino merupakan
sosok yang mendunia. Perjalanan hidup yang mengantarkannya hingga dikenal dunia
tentunya merupakan pelajaran berharga dalam dunia wirausaha. Berikut beberapa
deskripsi dari seorang Bob Sadino.

Bambang Mustari Sadino atau lebih dikenal dengan nama Bob Sadino merupakan salah
satu tokoh inspiratif, sosok kompeten, dan pengusaha yang lahir di Tanjungkarang,
Lampung pada tanggal 9 Maret 1933 dari pasangan suami istri yaitu Bapak Sadino dan
Ibu Itinah Soeraputra.

Sebutan yang biasanya akrab untuk dipanggil dari seorang Bob Sadino adalah ‘Om
Bob’. Lahir sebagai seorang bungsu dari lima bersaudara. Lahir dari keluarga yang
berkecukupan dengan memiliki seorang ayah seorang guru dan kepala sekolah yang
mana tergolong sebagai pegawai negeri pada zaman Hindia-Belanda, tidak lantas
membuatnya menggantungkan hidup pada keluarganya tetapi menjadikan beliau sosok
yang mandiri dan kompeten.

Tentunya dengan latar belakang hidupnya yang berasal dari keluarga berkecukupan,
Bob Sadino memiliki akses pendidikan yang layak dari sekolah dasar hingga jenjang
SMA. Selain itu, Bob Sadino juga mendapat dukungan dari posisi ayahnya yang juga
seorang guru di SMP dan SMA Tanjungkarang, Lampung.

Akan tetapi, di usianya yang masih 19 tahun, ayahnya meninggalkan Bob Sadino
meninggalkan seluruh warisan harta kekayaan keluarganya untuk Bob Sadino. Hal
tersebut dikarenakan saudara kandungnya sudah memiliki kehidupan lain yang mapan
dan berkecukupan. Meskipun sudah dipercaya dan diamanahi seluruh harta dan
kekayaan orang tuanya, di mana privilege sudah dimiliki oleh Bob Sadino, kegigihan dan
sifat pantang menyerahnya tak dapat dilawan hingga mengantarkannya sebagai sosok
yang mampu menginspirasi banyak orang.
Pendidikannya yang ditempuh yaitu sekolah dasar pada tahun 1947 di Yogyakarta, SMP
pada tahun 1950 di Jakarta, dan SMA pada tahun 1953 di Jakarta. Setelah ia tamat
menempuh bangku SMA, perjalanan hidup Bob Sadino dimulai. Setelah tamat SMA,
Bob Sadino sempat melanjutkan ke jenjang perkuliahan dan memilih fakultas hukum di
Universitas Indonesia. Namun dunia perkuliahannya tidak diselesaikan sampai tamat
dan Bob Sadino memilih untuk bekerja.

Perjalanan Karir Bob Sadino


Bermula dari langkah awalnya untuk melepaskan pilihannya dengan tidak melanjutkan
pendidikannya di bangku perkuliahan. Di saat orang-orang berlomba-lomba untuk
meraih pendidikan tinggi, Bob Sadino memiliki idealismenya sendiri untuk memilih tidak
melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahan.

Mengutip dari (Kompas.com), Bob Sadino memiliki anggapannya sendiri bahwa di


kampus, mahasiswa ibarat seorang pemulung yang memunguti barang-barang yang
memenuhi otak, ujarnya, “Semakin seseorang belajar, otak mereka semakin penuh”.
Meskipun Bob Sadino memiliki idealismenya untuk tidak melanjutkan perguruan tinggi,
hal tersebut bukan berarti Bob Sadino menganggap remeh bahwa belajar adalah hal
yang tidak berguna atau sia-sia. Hanya saja Bob Sadino memiliki metode tersendiri
untuk mendapatkan ilmu.

Dalam ajarannya, “Kita ngomong apakah belajar itu perlu. Saya nggak pernah bilang
belajar itu nggak perlu atau nggak usah, dan saya tidak punya basis, tidak sekolah.
Saya adalah orang bodoh. Nah, dari kebodohan ini yang menjadi kekuatan saya”.
Bob Sadino memilih jalannya sendiri di mana dari kebanyakan perjalanan hidup
seseorang dimulai dari ilmu pengetahuan yang didapat melalui pendidikan dan bertahap
hingga menjadi seorang ahli. Tetapi hal tersebut justru membuat Bob Sadino terbuka
dan banyak belajar hal baru.

Bob Sadino memulai perjalanan karirnya dari nol. Jenjang karir yang dijalankan oleh
Bob Sadino dimulai dari usianya 19 tahun yang sudah ditinggalkan oleh ayahnya, Bob
Sadino hanya memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.

1. Menjadi Karyawan Unilever


Dimulai dari keputusannya untuk tidak melanjutkan perkuliahannya, Bob Sadino memilih
untuk bekerja sebagai karyawan di Unilever hingga beberapa tahun sebelum dirinya
singgah dan bekerja di luar negeri. Sebelum keputusannya untuk memilih bekerja di luar
negeri, Bob Sadino kemudian memilih keputusan ingin bekerja untuk diri sendiri dan
meninggalkan posisinya sebagai karyawan di Unilever pada tahun 1955.

2. Bekerja di Djakarta Lylod di Belanda dan Jerman


Pada saat Bob Sadino ditinggali harta kekayaan orang tuanya, sebagian harta tersebut
digunakan oleh Bob Sadino untuk berkeliling dunia dan singgah dan menetap di
Belanda selama 9 tahun.

Saat di tinggal di Belanda tersebut, Bob Sadino bekerja di perusahaan pelayaran


Djakarta Lylod di Kota Amsterdam dan di Jerman.
Perjalanan hidupnya di Belanda menghantarkan dirinya bertemu dengan pasangan
hidupnya yang bernama Soelami Soejoed yang merupakan seorang karyawati Bank
Indonesia Amerika Serikat.

3. Membuka Sewa Mobil dan Menjadi Sopir


Perjalanan jatuh bangunnya dimulai dari Bob Sadino menjadi sopir saat setelah
kehidupan merantaunya di Belanda. Pada tahun 1967 Bob Sadino dengan keluarganya
kembali ke Indonesia. Dengan menggunakan gajinya hasil bekerja saat di Eropa dan
menggunakan warisan orang tuanya,

Bob Sadino membeli dua buah mobil Mercedes dan memulai usahanya dengan
membuka sewa mobil dan Bob Sadino sendiri yang menjadi sopirnya. Namun,
kehidupan dan tantangan menghampiri Bob Sadino yaitu suatu hari Bob Sadino
mendapatkan kecelakaan yang mengakibatkan mobilnya rusak parah.

4. Menjadi Kuli Bangunan


Berlanjut dari musibah yang didapati oleh Bob Sadino, kerugian yang didapatinya dari
akibat kecelakaannya membuat Bob Sadino tidak memiliki cukup modal untuk
memperbaiki mobilnya hingga beliau memutuskan untuk menjadi kuli bangunan.

Pikirnya, hal tersebut digunakan untuk mencukupi kehidupan dirinya dan keluarganya.
Upah yang didapatkan pun saat itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya sehingga Bob Sadino sempat mengalami tekanan hidup dan membuatnya
depresi.

5. Bisnis Telur Ayam Negeri


Dari tekanan hidupnya yang membuatnya depresi, rekan Bob Sadino bernama Sri
Mulyono Herlambang yang merupakan pensiunan Jenderal Angkatan Udara yang mana
juga merupakan salah satu perintis usaha ayam ras dan dikenal sebagai pendiri dan
pimpinan Perhimpunan Peternak Unggas Indonesia (PPUI), menyarankan untuk
memelihara ayam hingga memunculkan ide untuk memiliki usaha ternak ayam.

Peluang bisnis yang dimiliki oleh Bob Sadino menghasilkan temuan baru bagi dirinya
yaitu mampu memberikan pembeda pada ukuran telur ayam lokal yang mana ukurannya
lebih kecil dibanding ukuran telur ayam yang ada di luar negeri.

Kemampuannya dalam melihat peluang dan jejaring pertemanannya yang dimiliki di luar
negeri, Bob Sadino berusaha untuk mempelajari cara untuk mengembangbiakkan ayam
broiler dari majalah peternakan yang berbahasa Belanda karena mengingat bahwa Bob
Sadino bukan seorang lulusan sarjana peternakan.

Dari kemampuannya untuk mempelajari jenis telur tersebut, Bob Sadino berhasil
menjualkan telur ayamnya ke tetangga-tetangganya di daerah Kemang, Jakarta,  yang
mana kebanyakan dari tetangganya tersebut adalah ekspatriat. Penjualan tersebut
tentunya dilakukan dari pintu ke pintu yang tentunya bermodalkan pengalaman hidupnya
di Eropa.

Kemudian dengan keuletan dan konsistensi yang dimiliki oleh Bob Sadino, penjualan
yang dilakukannya meningkat dalam sehari menjadi puluhan kilo. Dari memelihara
ayam, Bob Sadino juga belajar dari ayam-ayamnya yang dipelihara. Bob Sadino
mendapat pelajaran bahwa ayam saja mampu berjuang untuk hidup, tentunya manusia
pun harus juga bisa.

Dalam proses membuka bisnis telur ayam ini, Bob Sadino tentunya didampingi oleh
istrinya. Tantangan yang didapat dari berjualan telur ini pun juga sering berdatangan.
Seperti halnya tak jarang Bob Sadino mendapatkan makian, teguran, dari pelanggannya
dan bahkan pembantu dari orang asing. Tentunya dari tantangan yang dihadapinya
tersebut, Bob Sadino dan istrinya terus memperbaiki kualitas usahanya, baik dari barang
dagangannya maupun pelayanannya.

6. Merambah Bisnis Sayuran


Dari proses penjualan telur ayam yang meningkat, Bob Sadino mengembangkan
bisnisnya melalui bisnis sayuran. Bob Sadino kembali melihat peluang yang ada di
dalam bisnisnya untuk mengembangkan sayur-mayur dan buah-buahan luar negeri
yang belum ada di Indonesia.

Kemudian Bob Sadino memperkenalkan jagung manis, melon, dan brokoli. Bisnis yang
dijalankan kemudian menjadi meningkat dengan drastis hingga menghasilkan
perubahan pada diri Bob Sadino yang mulanya Bob memiliki pribadi yang feodal, dari
bisnisnya Bob berubah menjadi pribadi pelayan.

Bob Sadino meyakini bahwa tahap untuk menuju sukses selalu diawali dengan
kegagalan demi kegagalan. Prosesnya dalam berwirausaha tentunya tidak semudah
yang dikira. Kegagalan baginya adalah hal yang biasa. Bob dan istrinya pun tak sering
jungkir balik. Tetapi Bob berpendapat bahwa baginya uang bukanlah nomor satu.

Hal yang paling utama dari keseluruhan tersebut adalah kemauan, komitmen, dan
berani dalam mengambil peluang. Dari perubahan tersebut, bisnis yang dilakoninya pun
semakin meningkat. Bob Sadino tak hanya menjualkan sayur-mayur saja, tetapi juga
memperkenalkan cara berkebun dengan hidroponik di Indonesia agar menghasilkan
sayuran segar.
Di mana bisnis yang dijalankan oleh Bob Sadino ini merambah ke agribisnis yaitu
hortikultura di mana pengelolaan kebun-kebun sayur-mayur yang bertujuan untuk
dikonsumsi orang asing di Indonesia.

Sedangkan pada saat itu, sistem perladangan yang diterapkan oleh Bob Sadino belum
ada yang menerapkan satupun. Kemudian dari konsep-konsep bisnisnya tersebut, Bob
Sadino memutuskan untuk melakukan kerja sama dengan petani-petani lokal untuk
mengembangkan bisnis yang dinamakan Kem Farm. Konsep bisnisnya yang terus-
menerus meningkat menjadikan Bob Sadino memutuskan untuk membuka perusahaan
yang berupa sebuah supermarket bernama Kem Chicks.

7. Pemilik Supermarket Kem Chicks


Tahun 1970 Kem Chicks didirikan oleh Bob Sadino yang mana Kem Chicks adalah
sebuah supermarket yang menyediakan berbagai macam produk pangan impor yang
disediakan untuk masyarakat Jakarta.

Supermarket milik Bob Sadino ini lokasinya berada di Jalan Kemang Raya, No. 3-5,
Jakarta Selatan. Dibukanya supermarket ini, bisnis menjadi semakin meningkat, yang
mana lima tahun kemudian Bob Sadino memanfaatkan peluang dari meningkatnya
permintaan daging sosis dengan mendirikan sebuah perusahaan bernama Kemfood
yang didirikan pada tahun 1975 yang mana Kemfood merupakan pelopor industri daging
olahan di Indonesia.

Produk yang menjadi andalan dari Kemfood ini adalah burger, bakso, nugget, dan
olahan daging lainnya. Tercatat sebagai perusahaan sukses pada tahun 1985 di mana
tercatat rata-rata penjualannya terus konsisten yang berkisar 40-50 ton daging segar,
60-70 ton daging olahan, dan 100 ton sayuran.

Dari karya-karya dan kisah-kisah inspiratifnya, Bob Sadino mendapatkan tempat


tersendiri dari masyarakat luas sebagai pionir atau pelopor yang inspiratif. Tentunya,
Bob Sadino merupakan salah satu pionir bangsa yang telah mengenalkan ayam negeri
dan menjadi orang pertama yang menggunakan perladangan sayuran dengan sistem
hidroponik.

Beberapa Bisnis Milik Bob Sadino


Dari perjalanan hidup dan kisah inspiratifnya di atas, berikut beberapa bisnis milik Bob
Sadino yang cukup memberikan inspirasi para pelaku usaha.

1. Kem Chicks
Kem Chicks merupakan sebuah supermarket yang didirikan oleh Bob Sadino pada
tahun 1970. Konsep supermarket Kem Chicks ini berupa supermarket yang dikonsep
untuk menyediakan berbagai macam produk pangan impor untuk masyarakat Jakarta
seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa sasaran supermarket Kem Chicks ini
adalah para ekspatriat (orang asing) dan masyarakat kelas menengah atas.

2. Kemfood
Kemoofd atau kepanjangannya yaitu Kemang Food Industries merupakan salah satu
bisnis yang juga dimiliki oleh Bob Sadino dan merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pengolahan daging. Modal awal yang digunakan  oleh perusahaan
ini bersumber dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan pemegang saham
tunggal PT Boga Catur Rata.

Bob Sadino mendirikan PT Kemang Food Industries ini karena adanya peningkatan
demand daging dan sosis pada tahun 1975. Berbeda dari Kem Chicks yang berlokasi di
Jl. Kemang Raya No. 3-5, DKI Jakarta, Kem Food berlokasi di Jl. Pulo Kambing No. 11
Jakarta, Industrial Estate Pulogadung, Jakarta Timur.

3. Kem Farm
Jika Kem Chicks adalah swalayan dan Kem Food adalah perusahaan pengolahan
daging yang dimiliki oleh Bob Sadino, Kem Farm adalah ladang sayur yang didirikan
oleh Bob Sadino yang mana merupakan salah satu dari pencetus sistem hidroponik,
yang mana pada saat itu perkebunan dengan sistem hidroponik masih langka di
Indonesia dan hanya dimiliki oleh Bob Sadino. Berbeda dari lokasi-lokasi bisnis
sebelumnya Kem Farm terletak di Jl. Jend. Gatot Subroto Kawasan Industri Candi BI
VIII/16-A, Semarang.

Kem Farm ini merupakan bisnis Bob Sadino yang berfokus pada bidang agribisnis yang
mana didirikan pada tahun 1980. Kebanyakan dari penjualan Kem Farm adalah sayur-
sayuran dan buah-buahan yang bahkan dijual untuk ekspor. Sebuah pencapaian dari
Kem Farm adalah pernah mengekspor sayuran ke Jepang hingga mencapai 10.000 ton
perbulan.

4. The Mansion at Kemang


Selain pada bidang peternakan dan perkebunan, Bob Sadino juga mengembangkan
usaha di bidang properti yang bernama The Mansion at Kemang. Bisnis propertinya ini
bekerjasama dengan Agung Sedayu Group.

Bisnis propertinya ini berkonsep apartemen, pusat perbelanjaan, dan perkantoran, di


mana ketiganya berada dalam satu lokasi. The Mansion at Kemang terdiri dari 32 lantai
yang memiliki 180 unit apartemen dan 10 unit pertokoan yang mana tempatnya
berdekatan dengan Kem Chicks.

Itulah perjalanan sukses seorang legenda bisnis Bob Sadino. Semoga kisahnya
menginspirasi Anda untuk memulai bisnis. Anda bisa membaca Tips memulai bisnis ala
Om Bob di www.gramedia.com.
Belajar dari Kisah Sukses Mark Zuckerberg, Sang
Penemu Facebook
WE Online, Jakarta -
Mark Zuckerberg masih merupakan seorang mahasiswa Harvard saat
memulai situs jejaring sosial yang menjadi cikal-bakal Facebook.

Sebagai seseorang yang sangat menggemari dunia komputer dan pernah 


mengembangkan smart MP3 di sekolah menengah atas,
Zuckerberg pernah mendapat teguran dari bagian administrasi Harvard
karena situs Facemash melanggar hak cipta akibat menggunakan foto-foto
yang diambil dari situs online Harvard tanpa izin.

Pria kelahiran 14 Mei 1984 ini memulai Facebook pada bulan Februari


2004 dengan tujuan awal untuk memberikan perubahan dari apikasi
Facebook tradisional yang bertipe rendah dan menggabungkannya dengan
jejaring sosial seperti Myspace.

Berbeda dengan Facemash, Facebook memungkinkan setiap mahasiswa


Harvard untuk membuka akun dan pada akhir bulan lebih dari separuh
mahasiswa telah mendaftar.

Zuckerberg cepat memperluas layanan, dengan


cara memperkenalkan Facebook ke semua sekolah yang berada di daerah
Ivy League pada akhir musim semi dan lebih banyak sekolah di wilayah
lainnya pada semester berikut. Situs Wirehog diciptakan sebagai
situs filesharing pendamping untuk pengguna Facebook. Dan pada akhir
2004 Facebook memiliki lebih dari satu juta pengguna terdaftar.

Pendapatan iklan yang didapat melalui Facebook membuat dirinya lebih


mudah meningkatkan modal ventura dan Zuckerberg serta rekannya
membeli domain Facebook.com dari pemegang sebelumnya dan
menghilangkan kata "The" dari nama situs tersebut.

Seiring berjalannya waktu, Facebook menjadi semakin inklusif, membuka


pintu untuk semua mahasiswa, anggota fakultas, dan alumni (siapa saja
yang memiliki alamat email domain-pendidikan yang telah dikonfirmasi),
dan pada tahun 2006 Facebook menambahkan jaringan untuk siswa
sekolah menengah atas.

Sejak musim gugur 2006, situs ini terbuka untuk siapa saja yang ingin
bergabung ke dalamnya. Maka terjadilah sebuah pergeseran besar dari
yang sebelumnya terbatas untuk kalangan pelajar, namun saat ini
Facebook terbuka untuk siapa saja.

Sementara itu, Facebook Marketplace seperti Craigslist ditambahkan ke


situs ini bersamaan dengan platform untuk menawarkan aplikasi. Microsoft
membeli 1,6% saham di perusahaan tersebut seharga US$240 juta pada
bulan Oktober tahun 2007, dan bulan berikutnya layanan Facebook
Beacon ditayangkan perdana sebagai sebuah inisiatif yang dianggap
kontroversial yang memadukan teknologi pemasaran dan jejaring sosial.
Hal ini mendapat banyak kritik karena dianggap dapat mengganggu privasi
seseorang.

Setelah itu, Zuckerberg pindah ke Palo Alto untuk mengoperasikan dan


fokus dalam mengembangkan Facebook sepenuhnya, serta mengambil
cuti dari Harvard. Saat ini Facebook memiliki kantor di empat gedung yang
berada di pusat kota. Bahkan, Zuckerberg diberi julukan "seorang pemuda
yang berhasil menghubungkan semua orang di dunia".

Berikut ini tiga pelajar penting yang bisa diambil dari kesuksesan Mark
Zuckerberg lewat Facebook, yaitu

1. Cepat

Di Facebook, kegagalan adalah sesuatu yang boleh "dirayakan". Inovasi


adalah jantung perusahaan. Semua orang di Facebook disarankan untuk
bergerak sangat cepat dan mencoba berbagai hal baru. "Bergerak cepat
dan gagal dengan cepat. Kalau Anda tidak mengacaukan sesuatu, Anda
tidak bergerak cukup cepat," ujar Mark.

2. Tak Gampang Menyerah

Sejak awal, Mark Zuckerberg dan Facebook sangat diremehkan oleh


banyak pihak. Ketika pertama membuat Facebook, Mark dihina karena
sudah banyak pesaing kuat seperti MySpace dan Friendster. Saat
Facebook berhasil mengalahkan MySpace dan Friendster, Mark masih
dihina karena dianggap tidak akan pernah mendapatkan penghasilan yang
besar.

Bahkan saat Facebook IPO, Mark masih dihina karena dianggap terlalu
muda untuk memimpin perusahaan sebesar Facebook.
"Ini pendapat personal saya, namun saya lebih suka berada di lingkaran
orang-orang yang meremehkan kami. Hal tersebut memotivasi kami untuk
berani keluar," ujarnya.

3. Berani Bertindak

Kultur di Facebook lebih menghargai orang yang bisa membangun sesuatu


daripada orang yang hanya bisa bicara. Ketika karyawan Facebook ingin
bertemu Zuckerberg, dia harus mempunyai sesuatu yang ditunjukkan.
Kisah Inspiratif Seorang Dokter yang Sukses
Membangun Apotek K-24 By bidhuan -October 12,
20204735
Inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk dari seorang Dokter Puskesmas di
sebuah pedesaan di Yogyakarta yang berhasil membangun jaringan Apotek waralaba
pertama dan terbesar di tanah air. Sampai Desember 2015, PT K-24 Indonesia
sebagai pemilik Apotek K-24, apotek waralaba pertama di Indonesia yang telah
memiliki lebih dari 342 gerai yang tersebar dari Medan hingga Merauke. Tentunya
tidak bisa disandingkan dengan Apotek plat merah Kimia Farma yang mengklaim
memiliki lebih dari 742 gerai yang telah berdiri sejak tahun 1957. Berikut adalah
profil sejarah dan kisah inspiratif berkenaan dengan berdirinya Apotek K-24 dikutip
dari saatnyajadipengusaha.com dan apotek-k24.com. Profil Pencetus dan Pemilik K-
24 Dialah dr Gideon Hartono, lahir pada 10 Oktober 1963 dari sebuah keluarga
sederhana yang tergolong kurang mampu secara ekonomi. Orang tuanya, Hadi
Purnomo dan Linawati hanyalah penjaja kue moci dan tepung beras yang berkeliling
dari Yogyakarta hingga Klaten. Jiwa wirausahanya muncul sejak
kecil karena kesehariannya adalah membantu orang tuanya menjual tepung beras
merah di sekitar Klaten dan membuat kue moci untuk dijual keesokan harinya setiap
pulang sekolah. Tertarik Dunia Fotografi Memasuki masa SMP, Gideon
mulai tertarik dengan fotografi dan bekerja sebagai fotografer keliling.
Memanfaatkan waktu di luar sekolah dan aktivitas keseharian membantu ibunya, ia
pun rajin mengikuti lomba-lomba fotografi dan sering berhasil meraih kemenangan.
Dari situ ia mendapatkan hadiah uang yang dipergunakan untuk membantu
keluarganya. Tumbuh Sebagai Siswa Cerdas Di luar aktivitas keseharian yang
dijalaninya, Gideon pun dikenal sebagai seorang siswa yang cerdas. Hal ini membuat
beliau dapat melayani les privat matematika, kimia dan fisika untuk anak lain.
Dengan keuletan dan komitmennya pada dunia pendidikan, akhirnya beliau berhasil
menamatkan pendidikan SMA dan bercita-cita melanjutkan pendidikan ke Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada demi menghemat semua biaya karena
universitas tersebut terletak di kampung halamannya. Sejak kecil Gideon memang
telah bercita-cita menjadi seorang dokter dengan harapan dapat membantu
ekonomi keluarganya. Semua kesulitan dan pahit kehidupannya turut membuat ia
membulatkan tekadnya untuk sukses menjadi seorang dokter. Lulus Sebagai Dokter
Umum Berhasil mewujudkan cita-cita untuk kuliah di Fakultas Kedokteran, pada
tahun 1987 Gideon berhasil lulus dan menjadi seorang dokter umum. Namun cita-
citanya tidak berhenti disitu saja. Ia juga ingin menjadi seorang dokter spesialis.
Keinginannya adalah untuk menjadi seorang dokter spesialis mata. Sayang sekali,
cita-cita sebagai dokter spesialis mata ini tak kunjung berhasil ia dapatkan. Terlahir
sebagai keturunan Tionghoa, di awal tahun 1980 an merupakan masa terberat bagi
sebagian masyarakat Tionghoa dengan segala diskriminasi dan adu domba yang
sering memicu keresahan SARA. Tiga tahun setelah kelulusan, Gideon terus
mengikuti ujian agar dapat mengambil spesialisasi, namun kegagalan demi
kegagalan terus ia temui dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Akhirnya
Gideon pun harus mengakhiri mimpinya menjadi dokter spesialis mata dan pilihan
diberikan kepadanya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk menjadi
dokter di sebuah Puskesmas Gondokusuman di Yogyakarta. Disana ia melayani
pasien dengan beragam profesi mulai dari pengemis, tukang becak, pengasong dan
warga kurang mampu. Memulai Bisnis Kesulitan Menimbulkan Ide Awal dari Kisah
Sukses Pengusaha Gideon Hartono ini. Tak ingin berputus asa dengan berbagai
kesulitan yang dialaminya, Gideon Hartono justru mendapatkan ide baru dengan
menjadikan bisnis sebagai pilihan hidupnya, sambil tetap menjalankan
profesi sebagai dokter. Bisnis yang ditekuni tidak jauh dari hobinya di masa remaja
dulu, yaitu di dunia fotografi. Anak kelima dari tujuh bersaudara ini, sejak masih
duduk di bangku SMP sudah bisa membantu mencari nafkah dengan menggeluti
sebagai photografer keliling. Menginjak duduk di bangku SMA, ia sering mengikuti
lomba slalom photo dan sering meraih kemenangan. “Saya sengaja mengikuti lomba
foto yang ada hadiah uangnya karena memang ingin mencari uang,:” ujar Gideon.
Selain mencari uang dengan mengikuti lomba foto, lelaki yang mengaku gemar
membaca ini sudah melayani les privat matematika, fisika dan kimia di rumahnya
yang sempit di kawasan Kranggan, Jogja. “Semua uang yang saya dapat, semua
saya serahkan ke ibu saya,” akunya. Ada kebanggan tersendiri yang dirasakan
Gideon ketika berhasil memberikan uang kepada sang bunda. Dari uang tabungan
yang dititipkan ke ibunya dari kemenangan lomba foto, ia berhasil membuka studio
foto kecil. Studio foto bernama Agatha Foto yang ia jalankan bersama dengan
adiknya, Tulus Benyamin, ini dimulai dari sebuah garasi dan pada tahun 90 an telah
menjelma menjadi studio foto yang memiliki peralatan paling modern di Yogyakarta.
“Untungnya saya memiliki kemampuan fotografi sehingga bisa merubah hidup
kami,” katanya. Setiap sore selepas praktek di Puskesmas, Gideon langsung menuju
ke Agatha Foto yang keseharian dipegang oleh adiknya. Usaha yang dirintis dari
garasi ini berkembang dengan baik dan tidak hanya melayani fotografi saja, tetapi
sudah merambah ke bidang usaha video untuk pernikahan dan bahkan berkembang
menjadi sebuah rumah produksi Agatha Video. Tidak berhenti sampai di situ,
mereka bahkan mendirikan Gardu AD, perusahaan iklan yang memproduksi banyak
iklan untuk televisi nasional bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia. Titik Balik
Kehidupan dokter Gideon Hartono Pada waktu itu, mencari apotek yang buka di
malam hari masih sangat sulit karena umumnya apotek hanya buka sampai sore
hari saja. Jikapun terdapat apotek yang masih buka, maka harga obatnya juga
tergolong mahal. Melihat fenomena tersebut, hati dokter Gideon Hartono mulai
terusik, terlebih karena ia mengalami sendiri kesulitan mencari obat karena tak ada
apotek yang buka di malam hari sementara sanak keluarganya menderita sakit yang
harus segera diobati. Hal ini kemudian menimbulkan ide sederhana di benak dr.
Gideon untuk memulai bisnis apotek yang dapat melayani masyarakat setiap
dibutuhkan, dengan ragam obat yang komplit dan harga obat yang sama baik pagi
malam, maupun hari libur (sabtu dan minggu). Ide bisnis ini kemudian melahirkan
sebuah usaha bernama Apotek K-24 untuk menunjukkan identitas sebagai apotek
yang komplit obatnya,dan buka selama 24 jam. Cerita Perjalanan Bisnis Apotek K-
24 Dari bisnis fotografi itu pula, Gideon menginvestasikan dana sebesar Rp 400 juta
untuk membangun satu outlet apotik K-24. Ketika ia memutuskan untuk membuka
usaha apotek yang buka selama 24 jam di Jogja, ia sama sekali tidak mengawali
dengan riset pasar. Ia juga tidak ambil pusing, apakah apotek yang dijalankannya
bakal berhasil diterima masyarakat atau tidak. Yang jelas, Gideon hanya
mengandalkan nalurinya sebagai seorang pebisnis. Nalurinya menyatakan bahwa
masih ada peluang besar dalam bisnis apotek di kota pendidikan tersebut. Ternyata
insting bapak dua anak ini memang terbukti tajam. Nyatanya, ketika ia mengibarkan
bisnis apotek dengan bendera K-24, sambutan masyarakat cukup bagus. Sejak
dibuka pertama pada 24 Oktober 2002, jumlah pengunjung terus mengalami
peningkatan. Pada tiga bulan pertama, sambutan masyarakat memang belum begitu
terlihat. Tapi memasuki tiga bulan kedua, konsumen yang datang menunjukkan
lonjakan yang sangat signifikan. Keberhasilan apotek pertama yang didirikan di
kawasan Jl. Magelang, Jogja tersebut memacu semangatnya untuk mendirikan
apotek sejenis di tempat lain. Selama tahun 2003, tepatnya pada 24 Maret dan 24
Agustus, dia membuka dua outlet K-24 lagi di kawasan Jl. Gejayan dan Jl. Kaliurang.
Sementara 24-Februari lalu, ia memberanikan diri menebarkan sayap ke kota
Semarang, Jawa Tengah untuk membuka outlet yang sama. Agaknya, tanggal 24
bagi Gideon telah menjadi tanggal “keramat”. Nyatanya, setiap kali membuka outlet
baru, selalu dilakukan pada tanggal 24. Bahkan gajian karyawan juga dilakukan
pada tanggal tersebut. “Setiap membuka outlet baru, saya memang memilih tanggal
24, demikian pula dengan gajian karyawan, kalau tanggal 24 jatuh hari minggu
gajiannya dimajukan bukan dimundurkan. Tapi semua itu tidak ada hubungan
dengan hongsui karena saya tidak percaya hong sui ” kata dokter puskesmas
Gondokusuman II. Bapak dua anak yang berstatus sebagai dokter umum ini,
mengaku tidak mengira bila apotek yang didirikannya bakal berkembang sedemikian
cepat. Pada tahun 2013, ia bahkan mendapat penghargaan dari Musium Rekor
Indonesia (MURI) karena apotek K-24 dimasukkan sebagai apotek jaringan pertama
yang sejak dibuka selama 24 jam, 365 hari tanpa mengenal tutup maupun libur
dengan harga yang sama baik siang, maupun malam, baik hari kerja maupun hari
libur. Menurut Gideon, ia tidak mengira jika potensi pasar apotek di Jogja dan
Semarang, ternyata masih sedemikian besarnya. Ia mengaku omset setiap outlet
yang dikelolanya terus menunjukkan angka kenaikan. Pada tahun 2013, setiap
outlet rata-rata perbulan, berhasil mencatat transaksi antara 350-500 items obat ,
dengan nilai penjualan antara Rp 250-300 juta. Gideon mengaku tidak mengambil
keuntungan besar dari obat yang dijualnya. Ia mengambil keuntungan dari omset
penjualan. Padahal kalau ia mau, ia mendapat margin yang cukup besar dari
distributor antara 20-40 persennya. Tapi margin keuntungan itu, akunya tidak dia
ambil semua,”Saya hanya mengambil yang sekitar 17 hingga 25 persen saja,
sisanya biar konsumen yang menikmati,” paparnya. Menurut Gideon, dia menggeluti
apotek tidak selamanya berorientasi profit. Ada idealisme yang ingin ia wujudkan
melalui apotek tersebut, antara lain memberikan pelayanan masyarakat untuk
mendapatkan kemudahan mencari obat. Karena itulah, ia berencana untuk
membuka outlet K-24 sebanyak-banyaknya. Penghargaan Apotek K-24 Penghargaan
sejak dibuka hingga saat ini sangat banyak, berikut adalah pernghargaan terkini
pada tahun 2015, “Indonesia WOW Brand 2015” , “Indonesia Franchise Marketing
Award (IFMA) 2015” untuk tiga (3) kategori yaitu : The Best Corporate Social
Responsibility (CSR) Programs, The Best Website Concept, dan The Best Word of
Mouth (WOM) Marketing. “Indonesia Most Reputable Healthcare Brand
2015″  , “Brand Champion Indonesia Middle Class Consumers’ Choice 2015”, “TOP
Brand 2015″ dan “Digital Marketing Award 2015″ Gideon sendiri memperoleh
penghargaan bergengsi untuk kawasan Asia Pasifik yakni Asia Pacific
Entepreneurship Awards VIII tahun 2015. Perkembangan saat ini dan karir singkat
Gideon setelah Membangun Apotek K-24 Setelah sukses membangun Apotek K-24,
Pria kelahiran Jogjakarta  52 tahun silam ini terus  berusaha  mengembangkan
usahanya dibidang kesehatan, dan pendidikan. Tahun 2007, mendirikan
laboratorium klinik Hi Lab Diagnostic Center. Tahun 2011, mendirikan PT Ka Dua
Empat atau KDE yang merupakan perusahaan distribusi farmasi – Perdagang Besar
Farmasi (PBF) di Yogyakarta. Tahun 2013 melalui Yayasan Pelita Bangsa alumni
Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta angkatan tahun 1990 ini mendirikan SMK
Kesehatan Pelita Bangsa di Yogyakarta, kemudian dalam tahun yang sama
mendirikan PT Brilian Dinamik Gumilang perusahaan yang bergerak di bidang 
teknologi informasi (IT) dan Software Development dengan merek “ Bridge
Healthcare System Solution “. Pada tahun  2014 bersama teman-temannya  dokter
spesialis mata mendirikan Klinik Mata Sehati. Th 2015 merintis pabrik obat “ Odixa
Pharma Laboratories ”, Klinik Kecantikan “Ergia Klinik Skincare & Research” dan
Klinik JKN Plus, Pusat Vaksinasi Dewasa, dan Hemorhoid Center. Ditengah
kesibukannya mengelola berbagai usaha di bidang kesehatan dan pendidikan ini  dr.
Gideon Hartono juga aktif dalam organisasi sosial dan profesi sebagai Bendahara
Palang Merah Indonesia DIY, Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan dan
Pengajaran Nasional Budya Wacana. Selain itu juga sebagai penasehat  Gabungan
Pengusaha Farmasi Daerah istimewa Yogyakarta. Apakah kisah ini menginspirasi
para bidhuaners? klik like fan page facebook bidhuan dan twitternya untuk terus
mengikuti perkembangan terbaru dari bidhuan.id.

Anda mungkin juga menyukai