Anda di halaman 1dari 4

Policy Brief

URGENSI REGULASI APLIKASI KESEHATAN


BERBASIS ONLINE DI INDONESIA
KELOMPOK 4 ADVOKASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Magister Kesehatan Masyarakat
universitas Diponegoro

EXECUTIVE SUMMARY

Salah satu pemanfaatan perkembangan teknologi informasi adalah penggunaan aplikasi


kesehatan berbasis online yang sudah menjamur di Indonesia. Para pengguna juga mengaku bahwa
akses pelayanan kesehatan dengan online lebih praktis, nyaman, memiliki biaya rendah dan memiliki
banyak pilihan. Akan tetapi, berbagai keunggulan yang dimiliki aplikasi kesehatan berbasis online ini
menjadi tidak berarti ketika belum ada yang regulasi yang mengatur telehealth atau telemedicine
tersebut. Tanpa adanya regulasi membuat praktik kedokteran dan pelayanan kesehatan bersifat ilegal.
Selain itu, permasalahan terkait data privasi pasien yang belum terjamin, kemungkinan miskomunikasi
antara dokter dan pasien, rekrutmen dokter tanpa SIP menjadi tantangan yang harus segera diatasi
oleh Pemerintah

BACKGROUND
Internet dapat dimanfaatkan dalam segala bidang antara lain bidang pendidikan, pemerintahan,
perbankan, penyuluhan kepada masyarakat, dan kesehatan. Dengan perkembangan teknologi dan
informasi, setiap orang dapat memanfaatkan internet untuk mengembangkan bisnis baik di tingkat
lokal maupun global, sehingga banyak perusahaan maupun perorangan yang menjual atau
mempromosikan berbagai produk barang dan jasa melalui media online. Hal ini tidak terkecuali pada 
bidang pemberian jasa pelayanan kesehatan. Leader Life Science & Healthcare Deloitte Indonesia
menyebutkan dalam 2 tahun terakhirm banyak aplikasi  kesehatan berbasis online yang berkembang
seperti Halodoc, Klikdokter, dan beberapa layanan online yang terintegrasi dengan lembaga kesehatan
seperti Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Pertumbuhan pengguna yang tumbuh signifikan merupakan bukti layanan kesehatan


online sudah digemari masyarakat. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Deloitte
Indonesia dan Center for Healthcare Policy and Reform Studies Indonesia, sekitar 84,4 persen
pengguna layanan kesehatan online mengaku puas dengan layanan yang ada. Kepuasan
yang dirasakan pelanggan meliputi kepraktisan, kenyamanan, biaya rendah, dan banyaknya
pilihan yang bisa dipilih konsumen.
Selain itu,  layanan kesehatan online ini bisa dipilih sebagai opsi kedua bila
pelanggan atau penderita penyakit tidak bisa datang ke rumah sakit yang
bersangkutan. Jenis layanan ini umumnya tidak memiliki masalah etika selama peran
dan tanggung jawab masing-masing pihak diatur dengan jelas, pengaturan tarif, dan
kejelasan informasi yang diberikan kepada pasien. Pelayanan kesehatan ini
dianggap sah jika memenuhi 4 persyaratan yaitu:
Aspek hukum menyatakan bahwa warga negara yang sakit harus dilindungi
dari praktik petugas kesehatan, oleh karena itu setiap petugas kesehatan
yang praktik telemedicine harus memiliki izin praktik dari pemerintah.
Standar keamanan, sistem layanan telemedicine harus dapat menjamin
keselamatan bagi pasien bahkan dalam perawatan telemedicine, masih harus
ada dokter dan perawat yang melaksanakan dan bertanggung jawab atas
tindakan perawatan pasien.          
Keamanan Data, melakukan perekaman layanan telemedicine yang
merupakan bagian dari telehealth membutuhkan rekam medis elektronik yang
rawan kehilangan privasi, kerahasiaan dan keamanan data.       
Tenaga kesehatan yang menyediakan layanan online harus memiliki Izin
Praktek Medis yang dikeluarkan oleh pemerintah dan harus sesuai dengan
mereka kompetensi dan otoritas klinis.:
Hal-hal yang disebutkan diatas harus diperhatikan oleh provider aplikasi kesehatan
berbasis online yang saat ini belum menjamin data privasi pasien dan pemerintah
harus memberikan aturan yang jelas untuk provider pelayanan kesehatan.

Identifikasi Masalah Strategis:


Apa Urgensinya?

Kemajuan teknologi dalam bidang kesehatan salah satunya


aplikasi kesehatan berbasis online yang saat ini tengah
menjamur di Indonesia masih memiliki beberapa kekurangan
dalam pelaksanaannya. Hal ini tentunya menjadi suatu hal
yang harus diperhatikan oleh pemerintah dikarenakan
berbagai kemajuan dan kecanggihan di era digital ini, harus
dapat dimanfaatkan pada sektor kesehatan dalam menjawab
tantangan kesehatan. Adapun beberapa urgensi yang dapat
diidentifikasi dari aplikasi kesehatan berbasis online di
Indonesia antara lain:
Privasi data pasien belum terjamin
Aplikasi kesehatan berbasis online saat ini belum
menjamin data privasi pasien terproteksi sehingga
tidak dapat diakses oleh siapapun kecuali pasien itu
sendiri guna untuk menghindari penyalahgunaan
data. Maka dari itu, diperlukan adanya regulasi
untuk mempertegas hak privasi data-data pasien
yang telah menggunakan aplikasi-aplikasi tersebut

Belum memiliki legalitas hukum


Praktik kedokteran online yang ada di Indonesia
masih illegal, karena tidak izin terhadap Praktik
kedokteran melalui online. Selain itu, metode praktik
kedokteran melalui online tidak sesuai dengan
metode pada Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang No.
29 Tahun 2009 tentang Praktik Kedokteran.

Recruitment dokter yang kurang berpengalaman dan


tanpa Surat Izin Praktik (SIP)
Dokter yang berpraktik melalui online lebih lemah di
mata hukum apabila mereka tidak mengantongi SIP
dalam berpraktik. Hal tersebut melanggar Pasal 76
Undang-Undang No .29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran. Oleh sebab itu, sebaiknya dalam praktik
kedokteran online kewenangan dokter dalam
berpraktik harus dibatasi.

Regulasi teknologi dibidang kesehatan belum tersedia


Regulasi berguna untuk memproteksi pasien sekaligus
memproteksi aplikasi-aplikasi yang melayani
pengobatan berbasis digital dan praktik kedokteran
online yang tengah beroperasi di Indonesia seperti
halodoc, prosehat, homedika, alodokter dan lain lain.
Regulasi dari pemerintah diperlukan dalam
menjalankan teknologi dibidang kesehatan ini.
WHAT NEEDS TO BE DONE?

1. Pasien perlu mencegah terjadinya penyebaran data pribadi, mengingat data apapun
yang terdapat di internet rawan dicuri. Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu
mengunduh telehealth resmi yang terdapat di Play Store atau App Store, membaca
kebijakan privasi aplikasi sebelum menggunakan telehealth, tidak menggunakan e-
mail dan nomor ponsel utama saat registrasi, menghapus data dan akun apabila akan
menghapus aplikasi, serta lindungi perangkat dengan kata kunci, PIN atau sidik jari
untuk mencegah pencurian data secara manual.
2. Perlu adanya regulasi hukum terkait legalitas telehealth yang perlu melibatkan
Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Kesehatan, dan organisasi
profesi.
3. Dokter yang melayani konsultasi dengan pasien di telehealth dan telemedicine harus
memiliki Surat Izin Praktik (SIP) sesuai dengan Permenkes No. 2052 tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran.
4. Dokter perlu menjelaskan pada pasien ketika konsultasi bahwa mereka hanya
melakukan differensial diagnosis dimana kemungkinan-kemungkinan penyakit apa
yang diderita pasien bukan penyakit yang pasti. Apabila dalam 3 hari ke depan
keluhan pasien belum teratasi, pasien harus konsultasi langsung dengan dokter
terdekat.
5. Dokter harus siap menerima sanksi pidana, sanksi administratif dan sanksi etik serta
betanggung jawab secara perdata jika terbukti membuat pasien mengalami kerugian.

REFERENCE

Arif M.A.I. 2018. Tinjauan Hukum Atas Layanan Medis Berbasis Online (The Legal Review of Online-
Based Medical Services). Tesis: Universitas Hasanudin.
Ghozali, A dan Erni A. 2019. Juridical Analysis of Telemedic Legality in Medical Services Using
Technology. International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN: 2319-7064.
Savitri, Dyah Retno. 2016. Tinjauan Hukum Praktik Kedokteran Online (Juridical Analysis Of
Telemedicine). Skripsi. Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Petriella, Y. 2019. Payung Hukum Aplikasi Kesehatan Online Mendesak. Tersedia di
https://ekonomi.bisnis.com/read/20190820/12/1138705/payung-hukum-aplikasi-kesehatan-online-
mendesak diakses pada tanggal 13 Mei 2020.
Ulya, Fika Nurul. 2019.  Survei: 84,4 Persen Masyarakat Puas dengan Layanan Kesehatan Digital.
Tersedia d https://money.kompas.com/read/2019/08/19/134000926/survei--84-4-persen-masyarakat-
puas-dengan-layanan-kesehatan-digital?page=all diakses pada tanggal 13 Mei 2020
Rofiah, E H. 2019. Indonesia Butuh Regulasi Penggunaan Aplikasi Kesehatan Berbasis Digital.
Tersedia https://www.merdeka.com/uang/indonesia-butuh-regulasi-penggunaan-aplikasi-kesehatan-
berbasis-digital.htmldiakses pada tanggal 13 Mei 2020

Anda mungkin juga menyukai