Anda di halaman 1dari 14

A.

Latar Belakang

Pandemi adalah wabah penyakit menular dalam skala besar yang dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas di wilayah geografis yang luas dan
menyebabkan gangguan ekonomi, sosial, dan politik secara signifikan. Berbagai
bukti menunjukkan bahwa kemungkinan pandemi telah meningkat karena
peningkatan perjalanan dan globalisasi, urbanisasi, perubahan dalam penggunaan
lahan, dan eksploitasi yang lebih besar terhadap lingkungan alam.

Di Indonesia, kasus COVID-19 merupakan suatu bencana non alam yaitu


bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang
antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah
penyakit. Dalam hal ini coronavirus disease 2019 (COVID-19) termasuk bencana
nonalam yang sudah ditingkat pandemik. Bahkan, BNPB mengeluarkan Surat
Keputusan Kepala BNPB Nomor 9 A Tahun 2020 tentang penetapan status
keadaan tertentu darurat bencana wabah penyakit akibat virus corona di Indonesia
yang berlaku selama 32 hari terhitung sejak tanggal 28 Januari - 28 Februari 2020.
Namun, karena kondisi yang belum membaik maka BNPB memutuskan surat
keputusan lama diperpanjang dengan Surat Keputusan Kepala BNPB Nomor 13.A
Tahun 2020 tentang perpanjangan status keadaan tertentu darurat bencana wabah
penyakit akibat virus corona di Indonesia yang berlaku selama 91 hari terhitung
sejak tanggal 29 Februari – 29 Mei 2020 (Wibowo, 2020)

Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia hingga tanggal 26 April 2020, sudah terdapat 8.882 warga negara
Indonesia (WNI) yang terjangkit infeksi COVID-19 . Dari total tersebut 743 orang
sudah dinyatakan meninggal dunia dan 1.107 orang dinyatakan sembuh. Seiring
dengan kondisi peningkatan jumlah kasus infeksi virus corona, pemerintah pusat
maupun daerah pun sudah mengeluarkan himbauan dan kebijakan guna mencegah
meluasnya penyebaran virus ini maka sekolah-sekolah di beberapa daerah,
termasuk DKI Jakarta dan Jawa Tengah diliburkan. Hal ini juga terjadi dengan
wilayah perkantoran yang sebagian sudah menjalani program bekerja dari rumah
(work from home) (Putri, 2020)
Penyebaran COVID-19 yang saat ini sudah menjangkit banyak negara,
menganggu aktivitas masyarakat dan memunculkan banyak spekulasi tidak dapat
dihindari. Pemerintah, Kementerian, Lembaga, dan Institusi Pendidikan serta
masyarakat berusaha untuk menahan dan mencegah penyebaran virus ini menjadi
lebih massif dan berimplikasi luas baik itu melalui promosi kesehatan, informasi
publik dan berbagai cara lain terus digalakkan untuk hal ini. Para ahli
menganalisis bahwa kondisi penyebaran coronavirus disease-2019 COVID-19 di
Indonesia akan terus berlanjut dan mencapai puncaknya menjelang akhir bulan
april dan awal mei di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk
mengatasi penyebaran COVID-19, salah satu bentuk upayanya adalah social dan
physical distancing. Pemerintah juga menetapkan kebijakan pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) merupakan upaya memperkuat penerapan pembatasan fisik
atau physical distancing demi mencegah penyebaran virus corona (Maharani,
2020). PSBB merupakan pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu
wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19 untuk mencegah kemungkinan
penyebaran COVID-19. Langkah tersebut dianggap sebagai langkah efektif guna
memaksimalkan aturan pembatasan fisik atau physical distancing demi memutus
rantai penularan COVID-19.

Selain peran pemerintah dalam penanganan COVID-19, diperlukan juga


peran serta masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan penularan dan
pengendalian sehingga penyebaran dapat ditekan. Pendekatan yang paling utama
adalah pendekatan peran serta masyarakat karena hal itu efektif dalam
menerapkan pembatasan fisik. Melalui peran serta masyarakat akan ada
keterlibatan RT, RW, lurah serta tokoh-tokoh masyarakat dan keagamaan.
Kemudian juga tokoh kepemudaan, organisasi masyarakat termasuk karang
taruna. Semua lini tersebut harus dilibatkan dan diaktifkan dalam menangani
penyebaran COVID-19. Hal itu sesuai dengan jalannya suatu kebijakan yang
bersifat dari atas ke bawah (Alamsyah, 2020). Dari permasalahan diatas, maka
perlu untuk menganalisis bagaimana upaya pemberdayaan masyarakat hingga
kemitraan physical distancing dan PSBB dalam upaya pengendalian COVID-19.
B. Tujuan
a. Menggambarkan pemberdayaan dalam pengendalian COVID-19 dengan
physical distancing.
b. Menggambarkan bina suasana dalam pengendalian COVID-19 dengan
physical distancing.
c. Menggambarkan advokasi dalam pengendalian COVID-19 dengan physical
distancing.
d. Menggambarkan kemitraan dalam pengendalian COVID-19 dengan
physical distancing
PEMBERDAYAAN

1. Perilaku yang ada di masyarakat


Penyebaran virus yang bisa terjadi melalui kontak fisik, kebiasaan-
kebiasaan sosial yang umum pun terpaksa harus dihindari demi mencegah
penyebaran virus yang lebih luas. Di seluruh dunia, masyarakat terpaksa
mengubah kebiasaan mereka di tempat kerja, di sekolah, hingga di tempat-tempat
ibadah. Sebelum adanya pandemic COVID-19 di Indonesia, banyak perilaku
masyarakat yang berpotensi terjadinya penularan COVID-19. Hal ini dipaparkan
oleh Ubedillah Badrun (2020) yang menjelaskan bahwa karakter masyarakat
Indonesia yang masih tergolong irasional society atau masyarakat yang belum
rasional. Karakter masyarakat irasional ditandai dengan kondisi masyarakat yang
tak patuh terhadap peraturan atau imbauan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Disisi lain, budaya nongkrong, berkumpul atau hang out masih mengakar di
Indonesia. Selain itu, masyarakat Indonesia pada dasarnya memiliki budaya untuk
selalu berkumpul, nongkrong atau  “budaya kedai”. Budaya kedai merupakan
aktivitas sosial yang terbiasa dilakukan dengan cara sosialisasi secara
berkerumun. Seperti halnya kegiatan arisan, kerja bakti, sampai dengan kebiasaan
nongkrong, hingga dugem yang biasa dilakukan oleh anak muda (CNN,2020).

Perilaku yang ada dimasyarakat ini, dimana cenderung mudah berkumpul


dalam pusat pembelanjaan, pada institusi pendidikan mulai dari sekolah dasar
hingga ke tingkat universitas. Hal ini memungkinkan terjadinya penularan
COVID-19 yang meluas. Sehingga, himbauan yang ada di Indonesia adalah
supaya masyarakat tidak mengadakan kegiatan sosial yang melibatkan banyak
orang atau massa dalam jumlah besar. Baik di tempat umum mau pun lingkungan
sendiri. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa pertemuan sosial, budaya dan
keagamaan seperti seminar, lokakarya, sarasehan, konser musik pekan raya,
festival, bazar, pasar malam, pameran dan resepsionis keluarga, olahraga,
kesenian, dan jasa hiburan.

2. Pengendalian COVID-19 yang diharapkan dengan physical distancing


Berdasarkan penjelasan (Ottawa Public Health), Pembatasan jarak fisik
(physical distancing) adalah upaya untuk mengambil langkah-langkah dalam
membatasi jumlah orang yang kontak erat dengan diri kita. Hal ini akan
membantu membatasi penyebaran COVID-19 di dalam komunitas. Setiap upaya
yang kita lakukan dibutuhkan dan tindakan yang dilakukan dalam pembatasan
jarak fisik ini tidak hanya akan memengaruhi diri sendiri, tetapi juga orang yang
anda cintai seperti keluarga dan orang-orang yang paling rentan di komunitas.
Dengan melakukan tindakan ini maka kita bisa menyelamatkan nyawa kehidupan
anggota keluarga, tetangga, teman, atau rekan kerja. Dalam prakteknya, dr. Adrian
Kevin meninjau bahwa physical distancing juga dapat dilakukan dengan beberapa
cara berikut ini:
a) Jangan keluar rumah, kecuali untuk urusan penting, seperti membeli
kebutuhan pokok atau berobat ketika sakit.
b) Menyapa orang lain dengan lambaian tangan, bukan dengan berjabat tangan.
c) Bekerja atau belajarlah dari rumah.
d) Memanfaatkan telepon genggam atau video call untuk tetap terhubung
dengan kerabat dan rekan kerja.
e) Lakukan olahraga di rumah, tidak di pusat olahraga atau gym.
f) Jika ingin berbelanja kebutuhan sehari-hari, lakukan di luar jam sibuk.
g) Minta kurir pengantar barang atau makanan untuk melakukan contactless
delivery (menerima pesanan tanpa bertemu langsung dengan kurir) saat
memesan makanan atau barang lainnya.
h) Menunda mengunjungi orang lain atau mudik, terutama di bulan
Ramadan yang akan datang.
Selain di tempat umum, pemerintah juga menekankan physical distancing di
dalam rumah. Hal ini dikarenakan Anda atau orang rumah yang terlihat sehat dan
tidak menunjukkan gejala COVID-19 bisa saja sebetulnya sudah terinfeksi virus
corona dan berpotensi menularkannya kepada orang lain.
Pemerintah sudah membuat kebijakan terkait PSBB yang berupaya untuk
memperkuat pemberdayaan physical distancing pada masyarakat. Selama
pemberlakuan PSBB, Pemerintah mewajibkan setiap orang untuk melaksanakan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menggunakan masker selama
berkegiatan di luar rumah. Namun, aktivitas masyarakat di luar rumah juga
diberikan pembatasan selama penerpaan PSBB, yang meliputi (BPLawyers,
2020):
a) Penghentian sementara kegiatan di sekolah/institusi pendidikan lainnya
Dalam rangka PSBB, baik aktivitas pembelajaran maupun pelayanan
administrasi dilakukan secara daring. Namun, penghentian sementara
kegiatan di institusi pendidikan tersebut dikecualikan bagi lembaga
pendidikan,pelatihan, maupun penelitian yang berkaitan dengan pelayanan
kesehatan. Upaya pencegahan dan penyebaran COVID-19 di lingkungan
sekolah/institusi pendidikan juga dilakukan dengan pembersihan dan
disinfeksi secara berkala terhadap sarana dan prasarana sekolah serta
menerapkan protokol pencegahan penyebaran COVID-18 bagi pendidik dan
tenaga kependidikan lain
b) Penghentian sementara aktivitas masyarakat di tempat kerja/kantor
Selama PSBB, aktivitas bekerja dialihkan menjadi Work From Home atau
bekerja di rumah. Akan tetapi, bagi kantor/institusi pemerintahan
berdasarkan pengaturan dari kementerian terkait, Kantor Perwakilan Negara
Asing, BUMN/D yang turut serta dalam penanganan COVID-19 dan pelaku
usaha yang bergerak pada sektor kesehatan, bahan pangan, energi,
komunikasi, keuangan, logistik, dan sektor pelayanan dasar lainnya berlaku
pengecualian dari Work From Home. Namun, bagi kantor yang
dikecualikan tersebut tetap harus melakukan pembatasan interaksi dan
penerapan protokol pencegahan penyebaran COVID-19 selama bekerja.
c) Bagi penyediaan makanan/minuman di restoran/rumah makan harus
membatasi layanan takeaway melalui pemesanan secara daring/layanan
antar. Serta melakukan physical distancing dalam jarak antrean bagi
pelanggan dan menerapkan prinsip higiene sanitasi pangan dalam proses
penanganan pangan sesuai ketentuan, misalnya dengan menyediakan sarung
tangan/penjepit makanan untuk meminimalkan kontak langsung selama
proses persiapan, pengolahan dan penyajian.
d) Bagi kegiatan perhotelan, maka manajemen hotel wajib menyediakan
layanan khusus bagi tamu yang ingin melakukan isolasi mandiri serta
membatasi tamu hanya dapat beraktivitas di dalam kamar saja. Bagi
karyawan juga harus mengenakan masker, sarung tangan dan pakaian kerja
sesuai pedoman keselamatan dan kesehatan.
e) Bagi kegiatan konstruksi pembatasan dapat dilakukan dengan membatasi
aktivitas pekerja hanya berada di kawasan proyek. Penyedia jasa konstruksi
juga wajib menyediakan tempat tinggal dan kebutuhan hidup sehari-hari
seluruh pekerja selama berada di kawasan proyek. Dan bagi setiap
orang/pekerja yang memiliki suhu badan di atas normal dilarang berada di
dalam lokasi kerja.
f) Pembatasan kegiatan keagamaan di rumah ibadah
Selama pemberlakuan PSBB, maka dilakukan penghentian sementara
kegiatan keagamaan di rumah ibadah sehingga kegiatan ibadah dapat
dilaksanakan di rumah masing-masing. Namun, terkait dengan penanda
waktu ibadah seperti adzan, lonceng atau penanda lain tetap dilaksanakan
seperti biasa. Bagi penanggung jawab rumah ibadah wajib melakukan upaya
pencegahan penyebaran COVID-19 dengan membersihkan rumah ibadah,
melakukan disinfeksi berkala serta menutup akses masuk bagi pihak-pihak
tidak berkepentingan.
g) Pembatasan kegiatan di tempat umum/fasilitas umum.
Dalam rangka pemberlakuan PSBB, penduduk dilarang melakukan kegiatan
dengan jumlah lebih dari 5 orang di tempat umum. Bagi pengelolan tempat
umum/fasilitas umum juga wajib menutup sementara tempat umum/fasilitas
umum selama pemberlakuan PSBB. Namun, pengecualian larangan
kegiatan di tempat umum dikecualikan bagi kegiatan penduduk dalam
rangka memenuhi kebutuhan pokok (bahan pangan, energi, komunikasi,
keuangan, atau logistik) dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (pasar
rakyat, toko swalayan, warung, laudry) serta dalam rangka melakukan
kegiatan olahraga secara mandiri yang tentunya dalam pelaksanaannya tetap
harus memenuhi protokol pencegahan penyebaran COVID-19.
h) Pembatasan kegiatan sosial dan budaya.
Selama pemberlakuan PSBB, dilakukan penghentian sementara bagi
kegiatan sosial budaya yang menimbulkan kerumunan orang kecuali untuk
kegiatan khitan, pernikahan, dan pemakaman/takziah kematian yang bukan
karena COVID-19.
 Terhadap pelaksanaan khitan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
yang hanya dihadiri kalangan terbatas dengan tetap memenuhi
ketentuan physical distancing.
 Bagi kegiatan pernikahan hanya dapat dilakukan di KUA atau Kantor
Catatan Sipil dengan dihadiri kalangan terbatas dan tetap menerapkan
ketentuan physcial distancing. Namun, kegiatan acara resepsi pernikahan
yang mengundang keramaian ditiadakan.
 Pelaksanaan pemakaman/takziah kematian yang bukan karena COVID-
19 dilaksanakan di rumah duka, serta tetap memenuhi ketentuan physical
distancing.
i) Pembatasan penggunaan moda transportasi untuk pergerakan orang dan
barang
Semua kegiatan pergerakan orang atau barang dihentikan sementara selama
pemberlakuan PSBB kecuali untuk memenuhi kebutuhan pokok dan
kegiatan lain yang diperbolehkan selama PSBB. Namun, untuk kendaraan
bermotor pribadi, angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dan
angkutan perkeretaapian dikecualikan dari ketentuan ini.
 Bagi pengendara mobil harus menggunakan masker di dalam kendaraan,
serta membatasi jumlah orang maksimal 50% dari kapasitas kendaraan.
Setelah mobil selesai digunakan juga harus dilakukan disinfeksi.
 Bagi pengguna sepeda motor pribadi wajib menggunakan masker dan
sarung tangan, serta wajib melakukan disinfeksi kendaraan dan atribut
setelah selesai digunakan.
 Terhadap angkutan roda dua berbasis aplikasi dibatasi penggunaannya
hanya untuk mengangkut barang.
 Angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum, angkutan
perkeretaapian, dan moda transportasi barang apabila beroperasi harus
membatasi jumlah orang maksimal 50% dari kapasitas angkutan dan jam
operasional mengikuti pengaturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Dalam pengoperasiannya, diwajibkan untuk menerapkan physical
distancing serta memastikan bahwa petugas dan penumpang tidak sedang
mengalami suhu tubuh diatas normal dan sakit. Moda transportasi yang
digunakan juga wajib dilakukan disinfeksi secara berkala.

Selama pemberlakuan PSBB, maka setiap penduduk berhak memperoleh


perlakuan dan pelayanan dari Pemerintah seperti pelayanan kesehatan dasar sesuai
kebutuhan medis serta kemudahan dalam mengakses data dan informasi seputar
COVID-19. Penduduk juga wajib mengikuti testing dan pemeriksaan sampel
untuk COVID-19 apabila telah ditetapkan oleh petugas dan wajib melakukan
isolasi mandiri baik di rumah maupun di rumah sakit sesuai rekomendasi tenaga
kesehatan. Apabila diri sendiri maupun keluarga terpapar COVID-19, maka harus
melaporkan kepada tenaga kesehatan.

Pemberlakuan PSBB tentunya akan berdampak terhadap kehidupan


penduduk, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan pokok. Sehingga, bagi
penduduk rentan yang terdampak dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya selama
pelaksanaan PSBB dapat diberikan bantuan sosial oleh Pemerintah. Bantuan yang
dimaksud dapat berupa bahan pokok dan/atau bantuan langsung yang
penerimanya ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota. 

Selain bantuan bagi penduduk, Pemerintah juga dapat memberikan insentif


kepada pelaku usaha yang terdampak atas pelaksanaan PSBB. Insentif yang
dimaksud berupa pengurangan pajak dan retribusi daerah serta pemberian bantuan
sosial kepada karyawan terdampak pelaksanaan PSBB. Masyarakat yang
berdomisili di wilayah yang menerapkan PSBB wajib memenuhi ketentuan
pelaksanaan PSBB. Bagi masyarakat yang melanggar maka dapat dikenakan
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, termasuk sanksi pidana.
Selain itu, masyarakat juga dihimbau untuk secara konsisten menerapkan protokol
kesehatan guna mencegah persebaran COVID-19. Seperti menjaga jarak dan
selalu mencuci tangan untuk menjaga kebersihan. Dengan diberlakukannya aturan
PSBB tersebut, diharapkan dapat memutus rantai persebaran COVID-19 sehingga
dapat menurunkan angka korban terjangkit virus khususnya di wilayah tersebut.
3. Sasaran dalam Pemberdayaan
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa dalam penerapan physical
distancing juga perlu pendekatan menggunakan peran serta masyarakat penting
dalam pengambilan atau penerapan kebijakan terkait pandemi COVID-19 saat ini.
Melalui peran serta masyarakat akan ada keterlibatan RT, RW, lurah serta tokoh-
tokoh masyarakat dan keagamaan, kemudian juga tokoh kepemudaan, organisasi
masyarakat termasuk karang taruna. Pemberdayaan pada semua lini tersebut harus
dilibatkan dan diaktifkan dalam menangani penyebaran COVID-19. Hal ini sesuai
dengan jalannya suatu kebijakan yang bersifat dari atas ke bawah. Apalagi jika
kasus COVID-19 terus meningkat drastis dan menyebabkan daya tampung rumah
sakit dan kemampuan tenaga medis tidak lagi memadai, maka disinilah
pentingnya peran serta masyarakat. Disisi lain sebelum dalam upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat dan membuat masyarakat mengerti bahaya
COVID-19, perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus di seluruh daerah,
kemudian juga edukasi publik agar membudayakan pola hidup bersih dan sehat.

4. Metode dan Media Pemberdayaan


Garda terdepan dalam pencegahan penularan COVID-19 adalah masyarakat,
sehingga pemberdayaan masyarakat harus dimaksimalkan terutama dalam
physical distancing yang mampu meminimalisir risiko penularan. Metode dan
media yang digunakan dalam pemberdayaan masyarakat untuk melakukan
physical distancing antara lain sebagai berikut:
a) Metode Pemberdayaan
Metode dalam pemberdayaan masyarakat untuk physical distancing bisa
dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
 Metode PRA (Participatory Rapid Appraisal) adalah metode yang
menekankan pada partisipasi dan pemberdayaan. Prinsip PRA adalah belajar
dari masyarakat, orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai
pelaku, saling belajar dan saling berbagi pengalaman, keterlibatan semua
kelompok masyarakat, bebas dan informal, menghargai perbedaan dan
triangulasi (Chambers, 1996)
 Metode pemberdayaan dengan Participatory Learning and Action (PLA).
Metode PLA lebih komprehensif dengan tahapan dari pembentukan tim,
perencanaan kegiatan, pelaksanaan serta monitoring dan evaluasi, sehingga
dapat dilaksanakan tanpa harus diimprovisasi maupun modifikasi.
 Metode Communication for behavioural impact (COMBI) merupakan
metode penggerakan masyarakat yang mengintegrasikan pendidikan
kesehatan, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), teknik pemasaran
sosial dan mobilisasi masyarakat, untuk mengubah perilaku yang
berlandaskan pada perubahan pengetahuan, sikap dan
praktik/tindakan/perilaku masyarakat
Dalam pemberdayaan maka akan dilakukan proses pemberian informasi
kepada individu, keluarga atau kelompok secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan, serta proses membantu individu
agar individu tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi setuju dan mau (aspek attitude) dan dari mau
menjadi mampu (skill) dan melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice).
Maka ketiga metode yang sudah disebutkan diatas, sudah dilakukan secara
komprehensif oleh Indonesia. Upaya pemberian informasi terkait COVID-19,
upaya pencegahan serta pentingnya physical distancing diberikan kepada
masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran baik melalui media
massa, media cetak, sosialisasi oleh fasilitas kesehatan. Disisi lain, partisipasi
pada masyarakat dikuatkan dengan melakukan kerjasama dengan peran
pemerintah lingkup terkecil yaitu Pemerintah Desa.
Dalam pedoman pemberdayaan dalam pencegahan COVID-19 di RT/RW
dan Desa. Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan salah satunya adalah
 Musyawarah Masyarakat RT/RW/Desa berkaitan dengan sosialisasi hasil
pendataan dan kemungkinan faktor penyebab penularan, sosialisasi program
pemerintah dalam pencegahan COVID-19, menyepakati kegiatan melalui
pemberdayaan masyarakat.
 Menyusun Rencana Kegiatan di Masyarakat untuk menyampaikan informasi
tentang COVID-19 tentang penyebab, penularan, pencegahan, edukasi
tentang cara-cara pencegahan COVID-19, sarana edukasi seperti pengeras
suara/toa, saluran komunikasi elektronik (group sosial media) dan jadwal
pelaksanaan, sasaran kegiatan, rencana anggaran dan penanggung jawab
sesuai formulir rencana kegiatan.
Metode yang komprehensif ini tidak akan berjalan baik jika masyarakat
masih memiliki sikap irasional dalam bertindak dan cenderung menganggap
sepele wabah COVID-19. Maka dalam upaya menguatkan pemberdayaan
masyarakat dalam physical distancing diperlukan kebijakan publik PSBB selain
melakukan sosialisasi dengan media massa dan baleho, leaflet, banner.
Selanjutnya, pemerintah harus melihat persoalan masyarakat yang terkadang
masih “ngeyel” dan susah diberdayakan sehingga pemerintah harus merancang
strategi kultural dan berkelanjutan karena perubahan perilaku tidak bisa terjadi
dalam waktu singkat. Strategi kultural, dapat diterapkan melalui edukasi yang
jelas, intensif dan terukur soal pencegahan virus corona.
b) Media Pemberdayaan Masyarakat
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi
komunikasi informasi berdampak pada semakin mudahnya manusia mendapatkan
berbagai sumber informasi yang berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi,
politik, budaya, hukum dan kesehatan. Sumber informasi yang bisa dimanfaatkan
untuk mendapatkan data yang terkait dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat ini yaitu dapat diperoleh melalui media cetak baik itu dalam bentuk
buku, majalah, jurnal ilmiah, surat kabar maupun dokumen yang ditulis dalam
arsip penting yang membahas tentang pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Maupun melalui media elektronik terutama internet yang mana melalui
pemanfaatan media tersebut akan diperoleh beragam informasi yang membahas
tentang arti, prinsip dan pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan agar
kelompok tertentu masyarakat khususnya bagi mereka yang berada di lapisan
sosial bawah dapat diberdayakan segala potensi dan kemampuan yang mereka
miliki agar supaya nantinya mereka mampu memenuhi berbagai kebutuhannya
(Haris, 2014). Dalam situasi pandemi COVID-19 di Indonesia, upaya
pemberdayaan masyarakat untuk melakukan physical distancing menggunakan
beberapa media antara lain:
 Media cetak seperti banner dan baleho yang biasanya dipasang dipintu
masuk desa karena desa tersebut melakukan local lockdown untuk
membatasi intensitas kontak erat dengan orang lain.
 Media tertulis dengan himbauan kepada masyarakat untuk menjaga jarak
ketika berada dalam kerumunan saat sedang pergi keluar dan berbelanja
kebutuhan pribadi.
 Media cetak dengan pemasangan banner pada rumah-rumah ibadah, untuk
tidak melakukan sholat jamaah sementara waktu supaya mengurangi
kegiatan yang memicu berkumpulnya massa.
 Arahan untuk duduk dikursi dengan jarak yang cukup dan tidak berdekatan.
 Media massa dan informasi yang gencar dengan informasi terkait kebijakan
yang melakukan penghentian sementara kegiatan belajar-mengajar dan
pekerjaan kantor.
Segala bentuk media tersebut dibuat dalam upaya supaya masyarakat mau
dan mampu untuk menjaga jarak pada sesama individu, dan secara sadar
membatasi dirinya sehingga tidak tertular serta tidak menularkan COVID-19.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, I E. 2020. Analisis: Peran Masyarakat Pentimg dalam Aturan Atasi


COVID-19. Tersedia di https://republika.co.id/berita/q80mar349/analis-
peran-masyarakat-penting-dalam-aturan-atasi-covid19 diakses tanggal 28
April 2020.

Adrian, Kevin. 2020. Terapkan Physical Distancing saat ini juga.


https://www.alodokter.com/terapkan-physical-distancing-saat-ini-juga

BPlawyers. 2020. Penerapan Ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar di DKI


Jakarta. https://bplawyers.co.id/2020/04/14/penerapan-ketentuan-
pembatasan-sosial-berskala-besar-di-dki-jakarta/

CNN. 2020. Maklumat Kapolri Bubarkan Massa Vs Budaya Nongkrong Warga.


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200323133842-12-
486042/maklumat-kapolri-bubarkan-massa-vs-budaya-nongkrong-warga

Haris, A. 2014. Memahami Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Melalui


Pemanfaatan Media. JUPITER Vol. XIII No.2 (2014), Hal 50 - 62

Maharani, T. 2020. Jubir Pemerintah: Penerapan Physical Distancing Diperkuat


melalui Kebijkan PSBB. Tersedia di
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/10/18195851/jubir-pemerintah-
penerapan-physical-distancing-diperkuat-melalui-kebijakan

Putri, C A. 2020. Catat! BPJS Kesehatan akan Tanggung Biaya Pasien COVID-19
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200326084939-4-147526/catat-
bpjs-kesehatan-akan-tanggung-biaya-pasien-covid-19 diakses tanggal 26
April 2020.

Trapsilowati W, dkk. 2015. Pengembangan Metode Pemberdayaan Masyarakat


Dalam Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang
Provinsi Jawa Tengah. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 18 No. 1
Januari 2015: 95–103.

Wibowo, A. 2020. Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit


Akibat Virus Corona di Indonesia. https://bnpb.go.id/berita/status-keadaan-
tertentu-darurat-bencana-wabah-penyakit-akibat-virus-corona-di-indonesia-
diakses tanggal 26 April 2020

Anda mungkin juga menyukai