ABSTRAK
Skrining peresepan pasien berbasis teknologi informasi sangat dibutuhkan sekarang ini. Penggunaan teknologi dalam
pelayanan resep dapat meningkatkan kinerja tenaga kefarmasian di instalasi rawat jalan dalam melakukan skrining resep pasien.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis kebutuhan sistem informasi manajemen skrining resep dan membuat model desain
sistem informasi manajemen skrining resep sesuai dengan kebutuhan puskesmas wilayah kota Yogyakarta. Pengembangan sistem
dalam penelitian ini menggunakan metode prototipe dimulai dari analisis kebutuhan dan desain sistem. Pengambilan data analisis
kebutuhan sistem dilakukan secara retrospektif (data resep bulan Mei 2015) dan prospektif (wawancara dengan kerangka PIECES
(performance, information, economic, control, efficiency dan service)), setelah mendapatkan analisis kebutuhan sistem selanjutnya
pembuatan desain sistem dengan menggunakan diagram konteks, data flow diagram (DFD) dan entity relationship data (ERD).
Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien BPJS rawat jalan dan petugas farmasi yang bertanggung jawab di instalasi
farmasi rawat jalan di puskesmas wilayah kota Yogyakarta. Penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitasif. Berdasarkan hasil
analisis kebutuhan sistem, skrining klinis merupakan skrining yang paling tinggi menimbulkan error. Sedangkan hasil studi
kelayakan berdasarkan kerangka PIECES (Performance, Information, Economic, Control, Efficiency, dan Service) dengan adanya
sistem informasi skrining resep ini dapat membantu tenaga farmasi dalam melakukan skrining resep dan meningkatkan waktu
proses pelayanan resep sehingga sistem ini layak untuk dikembangkan. Berdasarkan desain sistem, desain input dan desain output,
desain sistem informasi manajemen skrining resep pasien rawat jalan ini memenuhi kriteria sehingga siap untuk diimplentasikan ke
dalam sistem.
ABSTRACT
Nowadays, the screening patients prescriptions based on information technology is much needed. The use of technology
in prescribing service can improve pharmacist’s performance to screening patient’s prescription at outpatient installation. The
purposes of this study were to analyse the needs of system screening information management system and create design models of
screening patient’s prescription information management system in the primary health care of Yogyakarta. System development
method used in this research prototype,began from the needs analysis and system design. Data needs analysis system conducted
retrospectively (prescription data in May 2015) and prospective (interview with the framework PIECES (performance, information,
economic, control, efficiency and service)), after getting the needs analysis system, the next made system design manufacturing by
using a context diagram, Data Flow Diagram (DFD) and Entity Relationship Data (ERD), Criteria samples in this study were
outpatient prescription patients BPJS and pharmacist’s in the primary health care of Yogyakarta. This research was descriptive
qualitative. Based on the results of the needs analysis system, clinical screening was the highest screening that had an error. While
the results of the feasibility studied based on a framework PIECES (Performance, Information, Economic, Control, Efficiency and
Service) with the screening patient’s prescription information management system in the primary health care of Yogyakarta.can help
pharmacist’sto screening patient’s prescription and increases servised patient’s prescription so that the system was feasible to
develop. Based on the system design, design input and output design, design models of screening patient’s prescription information
management system included in the criteria and ready to be implemented into the system
PENDAHULUAN
Sistem informasi manajemen adalah manajemen. Agar informasi yang dibuat sesuai
suatu sumber daya organisasi yang dapat dengan kubutuhan, maka perlu dirancang suatu
digunakan untuk mendukung proses sistem informasi manajemen yang baik sehingga
pengambilan keputusan pada berbagai tingkat dapat dipergunakan dalam mengambil
Korespondensi keputusan.
Abdul Khodir Jaelani, S.Farm., Apt. Keberhasilan dalam pengembangan
Magister ManajemenFarmasi, Universitas Gadjah Mada
Jl. Sekip Utara Yogyakarta sistem informasi manajemen merupakan
Email : Abdul.Khodir.J@mail.ugm.ac.id investasi bagi organisasi, termasuk puskesmas.
301
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015
Di era jaminan kesehatan nasional ini dengan cara manual dan hal ini membutuhkan
puskesmas dituntut untuk dapat memberikan waktu yang cukup lama dalam melakukan
pelayanan yang cepat, tepat dan berkualitas. skrining dan angka kejadian error lebih tinggi
Guna mencapai tuntutan pelayanan tersebut sehingga masih sering terjadi kesalahan
maka dukungan sistem informasi manajemen pengobatan. Untuk itu, diperlukan
sangat diperlukan. Salah satunya adalah pengembangan sistem informasi manajemen
dukungan pembangunan sistem informasi skrining resep untuk mengatasi kejadian
manajemen yang berkaitan dengan skrining potensial yang disebabkan masalah pengobatan.
resep.
Menurut O'Brien (2005), pembangunan METODE
sistem informasi manajemen skrining resep Pengembangan sistem penelitian ini
memerlukan penyelidikan dan analisis menggunakan metode prototipe dimulai dari
mengenai alasan timbulnya ide atau gagasan analisis kebutuhan, desain sistem dan
untuk membangun dan mengembangkan sistem implementasi sistem. Pengambilan data analisis
informasi ini. Analisis dilakukan untuk kebutuhan sistem dilakukan secara retrospektif
mendokumentasikan aktivitas sistem informasi (data resep bulan Mei 2015) dan prospektif
meliputi input, pemrosesan, output, (wawancara dengan kerangka PIECES
penyimpanan dan pengendalian (O'Brien, 2005). (performance, information, economic, control,
Selanjutnya melakukan studi kelayakan efficiency dan service)), setelah mendapatkan
(feasibility study) untuk merumuskan informasi analisis kebutuhan sistem selanjutnya
yang dibutuhkan pemakai akhir, kebutuhan pembuatan desain sistem dengan menggunakan
sumber daya, biaya, manfaat dan kelayakan diagram konteks, Data Flow Diagram (DFD) dan
proyek yang diusulkan (Mulyanto, 2009). Studi Entity Relationship Data (ERD). Kriteria sampel
kelayakan sistem dapat dilakukan dengan dalam penelitian ini adalah resep pasien BPJS
menggunakan metode PIECES (performance, rawat jalan dan petugas farmasi yang
information, economic, control, efficiency dan bertanggung jawab di instalasi farmasi rawat
service) (Saud et al., 2013). jalan di puskesmas wilayah kota Yogyakarta.
Analisis sistem (system analysis) Penelitian ini dianalisis secara deskriptif
mendeskripsikan apa yang harus dilakukan kualitasif.
sistem informasi manajemen skrining resep Instrumen Penelitian
untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai. Instrumen/alat ukur dalam penelitian ini
Desain sistem (system design) menentukan berupa pedoman wawancara dengan kerangka
bagaimana sistem informasi manajemen PIECES(Performance, Information, Economic,
skrining resep akan memenuhi tujuan tersebut. Control, Efficiency, and Service), lembar
Menurut Silbershatz et al., (2005), desain sistem pengumpulan data, Lexicom, DIH (Drug
yang biasa digunakan dalam pemodelan sistem Information Handbook). Bahan yang digunakan
yaitu desain diagram konteks, DFD (Data Flow meliputi data resep pasien BPJS rawat jalan di
Diagram) dan ERD (Entity Realthenship Data). Puskesmas wilayah kota Yogyakarta.
Pengembangan sistem informasi skrining resep
dilakukan di tiga puskesmas wilayah kota HASIL DAN PEMBAHASAN
Yogyakarta, yaitu Puskesmas Jetis, Puskemas Pengembangan sistem informasi
Margangsan, dan Puskesmas Tegalrejo. Rencana manajemen skrining resep pasien rawat jalan
pengembangan sistem dilakukan di Instalasi dilakukan dengan membuat sistem baru yang
farmasi rawat jalan di Puskesmas wilayah kota dapat dirasakan manfaatnya dan membarikan
Yogyakarta. nilai lebih bagi puskesmas. Pengembangan
Hasil studi pendahuluan di 3 (tiga) sistem informasi manajemen skrining resep
Puskesmas wilayah kota Yogyakarta tentang diawali dengan analisis kebutuhan sistem (Fatta,
skrining peresepan pasien diperoleh informasi, 2007), meliputi identifikasi skrining resep yang
skrining peresepan pasien masih dilakukan dilakukan petugas farmasi saat ini, identifikasi
302
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
303
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015
Tabel I. Database Obat-Obat yang Digunakan Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta
Kandungan/I Bentuk
Nama Obat Industri Farmasi Indikasi Mekanisme Aksi Dosis Rute Aturan pakai Interaksi Efek samping Kontra indikasi
si Sediaan
Captopril 12,5 mg dan Tablet Kimia farma, Antihipertensi Inhibitor Kompetitif Angitensin- Dosis Dewasa P.O 3 x sehari Minum saat Interaksi Obat 1-10% Hipersensitivitas dengan captopril;
25 mg Hexafarma, Dexa, Converting Enzyme (ACE); mencegah Hipertensi akut perut kosong 1 jam Meningkatkan efek/toksisitas Kardiovaskuler riwayat angiodema sebelum
Indofarma konversi angiotensin I menjadi Oral/Sublingual : 25 mg dapat diulang jika perlu, jika tekanan sebelum makan atau 2 jam Kaptopril dapat meningkatkan level/ efek obat di Hipotensi (1-3%), Nyeri dada (1%), melakukan terapi ACEI; digunakan
angiotensin II, Vasokontriksi kuat; tidak responsif dalam waktu 20 sampai 30 menit: mungkin setelah makan dalam darah bila diminum dengan : Allupurinol, Tachycardia (1%) , bersamaan aliskiren pada pasien
dan hasilnya level angiotensin II dapat diberikan secara sublingual. Ciprofloksasin (Sistemik), Levodopa, Litium, Dermatologi diabetes melitus
menurun yang disebabkan oleh Hiipertensi Oral: NSAID, resperidon, rituximab, Sodium fosfat. Ruam kulit (4-7%), Pruritus (2%)
peningkatan aktivitas renin di dalam Dosis awal 25 mg 2 - 3 kali sehari ( dimulai dengan dosis Level / efek kaptopril meningkat bila diminum Endokrin &Metabolit
plasma dan dapat mengurangi sekresi rendah 12,5 mg 3 x sehari juga dapat dipertimbangkan); dengan : Aliskiren, ARB, Barbiturat, DPP$- Hiperkalemia (1%-12%)
aldosteron dengan interval 1- 2 minggu dosis dapat ditingkatkan sampai Inhibitor, Loop Diuretik, MAO Inhibitor, Ginjal
50 mg 3 x sehari; tambahkan diuretik tiazid, kalau disertai Darunavir, Potasium-Sparing Diuretik, Meningkatkan serum kreatinin
dengan pemburukan fungsi ginjal yang berat dapat Trimetoprim. Respiratori
dipertimbangkan loop diuretik, sebelum dosis dinaikan atau Menurunkan efek Menurunkan Batuk (1%-2%)
dipertimbangkan opsi pengobatan lainnya; dosis maksimal: level/efek obat didalam darah bila diminum dengan:
150 mg 3 kali sehari. Target dosis (JNC 8 [James 2013]: 75 Anatasida, Aprotinin, NSAID, Salisilat, yohimbine.
sampai 100 mg dua kali sehari, kisaran dosis biasa Interaksi degan Makanan:
(7ASH/ISH (Weber,2014): 50 sampai 100 mg dua kali sehari Bila diminum bersama dengan makanan dapat
Gagal Jantung menurunkan kosentrasi serum kaptopril. Pada
Dosis awal : 6.5 mg 3 kali sehari; Target dosis 50 mg 3 x penggunaan kaptopril jangka panjang dapat
sehari. menyebabkan defisiendi Zink. Manajemen minum
Disfungsi LV dan Miokardial Infark kaptopril: Minum saat perut kosong 1 jam sebelum
Dosis awal 6.25 mg, jika ditoleransi ditingkatkan menjadi 12,5 makan atau 2 jam setelah makan.
mg 3 kali sehari; kemudian ditingkatkan lagi 25 mg 3 kali
sehari selama beberapa berikutnya dan kemudian secara
bertahap meningkat selama beberapa minggu kedepan untuk
menargetkan dosis 50 mg 3 x sehari.
Catatan: pada psien dengan STEMI di lokasi arterior, gagal
jantung atau fraksi ejeksi LV≤ 0.4, ACE inhibitor harus
dimulai dalam 24 jam pertama setelah Miokardiak Infark
Diabetes Nefropati
Dosis awal 25 mg 3 x sehari. dapat dikombinasi dengan
antihipertensi lain jika diperlukan untuk menghasilkan outcame
yang lebih baik
Dosis Gariatri
Sama dengan dosis dewasa. dalam manajemen hipertensi,
dapat dimulai dari dosis terendah dan dilakukan titrasi sampai
memberikan respon (Aronow, 2011).
Dosis Pediatrik :
Anak ≤ 1 tahun dan remaja ≤17 tahun: dosis awal : 0,3 – 0,5
mg/kg/ dosis setiap 8 jam; dititrasi sampai maksimal 6
304
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Tabel II. Analisis PIECES untuk Kebutuhan Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep Pasien Rawat Jalan di
Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta
Analisis Sistem Lama Sistem Baru
Performance 1.Jumlah beban kerja petugas farmasi 1. Beban kerja petugas farmasi lebih ringan
yang ada di Puskesmas lebih besar sehingga semngat kerja lebih tinggi.
2.Pelayanan pasien rawat jalan 2. Waktu tunggu pasien jadi lebih singkat
membutuhkan waktu yang lama.
Information Pencarian informasi untuk skrining resep Dengan memasukan data resep obat di dalam
cukup lama karena petugas farmasi harus sistem skrining resep maka informasi obat
membuka buku sumber panduan secara secara otomatis apat langsung diketahui, dan
manual dan belum adanya program jika ada permasalahan peresepan dapat
khusus yang lebih efektif. langsung diidentifikasi dan dikonsultasikan
dengan pihak penulis resep.
Economic Penggunaan kertas, tinta dan alat tulis lain Dengan sistem komputasi akan menghemat
untuk penyimpanan dokumen peresepan waktu dan penggunaan kertas, alat tulis atau
sangat boros karena jika terjadi kesalahan perlengkapan penyiapan dokumen skrining
tidak dapat digunakan lagi. resep, jika terjadi kesalahan dalam
identifikasi dapat ditelusuri dengan cepat.
Control Kontrol terhadap dokumen skrining resep Data lebih aman karena tersimpan dalam file.
kurang teliti terkadang sering terjadi
kesalahan dalam pengolahan data skrining
resep.
Efficiency Sumber daya yang dipakai lebih banyak. Sumber daya yang dibutuhkan lebih sedikit.
Service Pasien harus menunggu lama karena resep Pelayanan resep pasien lebih cepat
harus diskrining terlebih dahulu sebelum
diberikan kepada pasien.
305
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015
terdiri dari desain model, desain input dan Selanjutnya petugas kefarmasian dapat
desain output. Desain model digambarkan langsung melakukan skrining resep pasien
dengan desain diagram konteks (Gambar 2), dengan menggunakan data obat yang
DFD (Data Flow Diagram) (Gambar 3) dan ERD sebelumnya sudah diinputkan ke sistem, data
(Entity Realthenship Data) (Gambar 4) obat yang diinputkan meliputi indikasi obat,
(Silbershatz et al., 2005). Desain input yang mekanisme obat, dosis obat, aturan pakai obat,
dibuat terdiri dari desain interface login (Gambar interaksi obat, efek samping obat dan
5), data pasien (Gambar 6), data obat pasien kontraindikasi obat (Kemenkes RI, 2014). Selain
(Gambar 7) dan data pemeriksaan pasien itu sistem ini juga bekerja dengan memastikan
(Gambar 8), sedangkan desain output yang resep pasien dapat terbaca dengan lengkap oleh
dirancang dalam sistem skrining resep ini terdiri petugas farmasi, meliputi semua informasi yang
dari desain interface output obat (Gambar 9) dan diperlukan untuk skrining resep seperti dosis
desain interface output pasien (Gambar 10). obat, aturan pakai obat, dan bentuk sediaan
Berdasarkan data diagram konteks yang (Agrawal, 2009), sehingga dengan adanya sistem
diusulkan (Gambar 2), sistem manajemen ini dapat digunakan untuk mengurangi dan
skrining resep pasien rawat jalan di Puskesmas mencegah terjadinya prescribing errors (Phalke et
wilayah kota Yogyakarta dioperasionalkan oleh al., 2011) dan membantu petugas farmasi di
tiga user yaitu, petugas yang bertindak sebagai puskemas dalam hal memberikan rekomendasi
operator, dokter dan bagian farmasi. Operator terapi, melakukan perencanaan dan penyediaan
bertugas dalam menginputkan data pasien dan obat, sehingga dapat mengoptimalkan luaran
output yang diperoleh operator berupa informasi terapi pasien (Aslam, 2012).
data diri pasien, kemudian dokter bertugas Entity Realthenship Data (ERD)
menginputkan data diagnosis pasien dan data merupakan salah satu model yang digunakan
resep pasien, sedangkan output yang diperoleh untuk mendesain database dengan tujuan
dokter adalah data pasien dan informasi obat menggambarkan data yang berelasi pada sebuah
pasien, selanjutnya bagian farmasi bertugas database (Khan dan Saber, 2010). Umumnya
menginputkan data obat pasien yang digunkan setelah perancangan ERD selesai berikutnya
untuk melakukan skrining resep pasien rawat adalah mendesain database secara fisik yaitu
jalan di Puskesmas wilayah kota Yogyakarta, pembuatan tabel dan indeks dengan tetap
untuk output yang diperoleh bagian farmasi mempertimbangkan performance. Kemudian
yaitu data skrining resep pasien dan informasi setelah database selesai, dilanjutkan dengan
obat terkait dengan obat yang digunakan pasien. merancang aplikasi yang melibatkan database
Berdasarkan Data Flow Diagram (DFD) level 0 (Khan dan Saber, 2010).
(Ibrahim dan Yen, 2011), yang diusulkan Pada pembuatan ERD primary key yang
(Gambar 3), untuk pengembangan sistem digunakan untuk melakukan pengembangan
informasi manajemen skrining resep, sistem ini sistem diusahakan tidak ada yang sama antara
dioprasiomalkan dengan cara pasien mendaftar satu atribut dengan atribut yang lain, hal ini
dibagian operator terlebih dahulu, kemudian dikarenakan jika terjadi duplikasi dalam primary
bagian operator menginputkan data pasien. Data key ditakutkan sistem tidak dapat
pasien tersebut terintegrasi dengan bagian dioprasionalkan. primary key yang digunakan
pemeriksaan. Setelah itu, pasien menuju ruang dalam model ERD sistem informasi manajemen
pemeriksaan dokter, setelah dokter melakukan skrining resep yaitu untuk atribut data
pemeriksaan, dokter menginputkan data pemeriksaan yang menjadi primary key adalah
diagnosis pasien dan data resep obat ke dalam nomor rekam medis pasien, untuk data pasien
sistem. Data pemeriksaan pasien terintegrasi yang menjadi primary key yaitu nomor BPJS
dengan bagian farmasi, sehingga pasien tidak pasien dan untuk atribut obat yang menjadi
perlu lagi membawa resep ke bagian farmasi. primary key yaitu nama obat.
306
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Operator
Data_Pasien
Data_Pasien Data_Resep
Sistem informasi
Data_Diagnosis manajemen
Dokter Data_Obat Bagian farmasi
Data_Resep skrining resep
puskesmas Informasi_Obat
Informasi_Obat
Gambar 2. Diagram Konteks Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep Yang Diusulkan di Puskesmas
Wilayah Kota Yogyakarta
Data_Pasien
Operator 1
Informasi_Pasien Pasien
Data_Pasien
2
Data_Pasien
Dokter Diagnosa_Pasien
Informasi_Obat Pemeriksaan
Data_Pemeriksaan
Pemeriksaan
Data_Resep 3
Bagian Farmasi Data_Obat Data_Resep
Informasi_Obat Obat
Informasi_Obat
Data_Obat Obat
Gambar 3. Data Flow Diagram Level 0 Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep Yang Diusulkan di
Puskesmas wilayah Kota Yogyakarta
307
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015
Kontraindikasi_Obat
No_Periksa
Alamat
No_RM
Jenis Kelamin
Mendapatkan Tgl_Daftar
No_BPJS
Dosis_Obat Indikasi_obat
No_RM
Interaksi_Obat Nama
No_BPJS
Efek Samping_Obat
Mengambil Mendapatkan
Obat Pasien Periksa Kode_Diagnosa
Mekanisme_Obat
Gambar 4. Entity Relationship Data (ERD) Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep yang Diusulkan di
Puskesmas wilayah kota Yogyakarta
Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep Pasien Rawat Jalan Puskesmas PONED Kota
Yogyakarta
Login
Username
Password
Gambar 5. Desain Interface Login Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep Pasien Rawat Jalan
Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta
308
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Gambar 6. Desain Interface Input Data Pasien Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep Pasien Rawat
Jalan Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta
Nama Obat
Indikasi Obat
Dosis Obat
Mekanisme Obat
Rute Pemberian
Aturan Pakai
Interaksi Obat
Efek Samping
Gambar 7. Desain Interface Input Data Obat Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep Pasien Rawat
Jalan Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta
309
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015
Gambar 8. Desain Interface Data Pemeriksaan Pasien Puskesmas Wilayah Kota Yogyakarta
Gambar 9. Desain Interface Output Obat Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep
310
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi
Gambar 10. Desain Interface output pasien Sistem Informasi Manajemen Skrining Resep Pasien Rawat Jalan
Puskesmas wilayah Kota Yogyakarta
dapat diimplementasikan bila mencakup tujuh Akoria, O.A, Isah, A.O, 2008, Prescription
bagian yaitu; Fitur menu yang cepat dan mudah, Writing In Public And Private Hospitals In
terdapat tampilan input dan output, laporan
yang mudah dicetak, data dictionary yang Benin City, Nigeria: The Effects Of An
menyimpan informasi pada setiap field termasuk Educational Intervention, Canadian Journal
panjang field, pengeditan dalam setiap laporan Clinical Pharmacology, 5, 295–305.
Aslam, M.S., 2012, The Impact Of
KESIMPULAN Pharmacybernetic In Reducing Medication
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan Error, International Journal of Information
sistem, skrining klinis merupakan skrining yang Technology Control and Automation, 2(2): 46-
paling tinggi menimbulkan error. Sedangkan 51.
hasil studi kelayakan berdasarkan kerangka Eyitayo, O.T., 2012, Design and Development of
PIECES (Performance, Information, Economic, a Prototype ICT Skills Information
Control, Efficiency, dan Service) dengan adanya Resource for Research Projects using TPTF
sistem informasi skrining resep ini dapat Model, International Journal Information
membantu tenaga farmasi dalam melakukan Communication Technology. Department of
skrining resep dan meningkatkan waktu proses Computer Science University of Botswana
pelayanan resep sehingga sistem ini layak untuk Gaborone, 2, 650–659.
dikembangkan. Berdasarkan desain sistem, Fatta, H, 2007, Analisis dan Perancangan Sistem
desain input dan desain output, desain sistem Informasi, Andi Offset, Yogyakarta.
informasi manajemen skrining resep pasien Ibrahim, R., Yen, S.Y., 2011, A Formal Model for
rawat jalan ini memenuhi kriteria sehingga siap Data Flow Diagram Rules, ARPN Journal
untuk diimplentasikan ke dalam sistem. System Softwere, 21, 60–69.
Kemenkes RI, 2014, Peraturan Menteri
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Agrawal, A., 2009, Medication Errors: Standar Pelayanan Kefarmasian di
prevention using information technology Puskesmas, Menteri Kesehatan Republik
systems, British Journal Clinical Indonesia.
Pharmacology, 67(6): 681–686.
311
Volume 5 Nomor 4 – Desember 2015
312