ISSN 1411-4283
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
Abstrak
Peraturan pemerintah mengatur standar pelayanan kefarmasian di apotek untuk menjamin mutu
pelayanan yang berorientasi kepada pasien. Dampak tidak dilaksanakannya kegiatan pelayanan
kefarmasian yang baik adalah dapat terjadi kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses
pelayanan kefarmasian. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara
kepuasan konsumen dengan diterapkannya standar pelayanan kefarmasian apotek di Kabupaten
Rembang Kota Rembang. Penelitian dikategorikan dalam penelitian cross sectional survey dengan
teknik pengambilan sampel penelitian purposive sampling. Data diperoleh dengan cara membagikan
kuesioner yang diisi oleh apoteker dan pasien sebagai konsumen apotek. Penelitian dilakukan pada 4
(empat) apotek di Kabupaten Rembang. Data dianalisis dengan menggunakan pearson correlation.
Hasil penelitian kuesioner yang diisi 4 apoteker meliputi aspek sarana dan prasarana serta pelayanan.
Pengukuran kepuasan 94 konsumen apotek digunakan 5 dimensi yaitu reliability, assurance, tangibles,
empathy dan responsiveness. Tidak ada hubungan antara kualitas pelayanan kefarmasian yang
dilakukan apoteker dengan kepuasan konsumen apotek p ( 95 % ; 2 tailed ) = 0,503.
Kata kunci: standar pelayanan kefarmasian, apotek, dan apoteker.
Abstract
Government regulations regulate pharmaceutical care standards at pharmacies to ensure the quality
of pharmaceutical care to patient. The impact of not implementing a good pharmaceutical service
activity is that medication errors can occur in the pharmaceutical service process. The study aimed to
determine if there is any correlation between customer satisfaction and the application of the standards
of pharmaceutical care in Rembang. This is a cross sectional survey research with purposive sampling
technique. Data was obtained by distributing questionnaires filled by community pharmacists and
patients attending community pharmacies. The study was conducted at 4 (four) community pharmacies
in Rembang. Data were analyzed using Pearson correlation. Questionnaires were filled by 4
pharmacists’ measuring aspects of facilities, infrastructure and services. The level of satisfaction of 94
community pharmacies’ patients were measured in 5 dimensions i.e. reliability, assurance, tangibles,
empathy and responsiveness. The quality of pharmaceutical care scoring and patients’ satisfaction
showed no relationship p (95%; 2 tailed) = 0.503.
Keyword: standard of pharmaceutical services, drugstore, and pharmacists.
54
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 14, No 2, (2017). ISSN 1411-4283
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
55
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 14, No 2, (2017). ISSN 1411-4283
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
Tabel 1. Nama apotek, alamat apotek, jumlah pegawai, jumlah resep, dan jenis kepemilikan
Nama Alamat Jumlah Jumlah Resep Jenis kepemilikan
Apotek Apotek Pegawai (lembar/hari)
Apotek Kecamatan 5 4 Apotek sendiri
Husada Sale
Apotek Kecamatan 6 2-3 Perorangan (Pemilik
Sulang Sulang Sarana Apotek)
56
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 14, No 2, (2017). ISSN 1411-4283
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
Tabel 3. Distribusi penelitian sarana dan prasarana apotek di Kabupaten Rembang Kota Rembang
Sarana dan prasarana di apotek Jumlah Apotek Persentase
(%)
Papan nama apotek 4 100 %
Ruang tunggu apotek 4 100 %
Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien atau tempat 4 100 %
brosur/ leaflet /buletin
Ruang konseling 3 75 %
Ruang racikan 4 100 %
Tersedia Standard Operating Procedure tertulis terkait 4 100 %
pemeriksaan resep
Tersedia Standard Operating Procedure tertulis terkait 4 100 %
dispensing
Tempat sampah 4 100 %
57
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 14, No 2, (2017). ISSN 1411-4283
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
58
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 14, No 2, (2017). ISSN 1411-4283
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
monitoring efek samping obat. Isi pertanyaan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
pengkajian resep yang dilakukan oleh peneliti sendiri.
apoteker Apotek Sulang meliputi penyiapan Data karakteristik pengunjung apotek
obat sesuai dengan resep, pengkajian (tabel 6) menunjukkan bahwa sebesar 85,10
administrasi (nama pasien, umur pasien, jenis % berusia 15-45 tahun. Jenis kelamin
kelamin pasien, berat badan pasien, nama pengunjung apotek sebagian besar adalah
dokter, nomor SIP dokter, alamat dokter, wanita (54,26%). Tingkat pendidikan
nomor telepon dokter, paraf dokter dan konsumen yang paling tinggi adalah SMA
tanggal penulisan resep), dan melakukan dengan persentase 46,80%. Pekerjaan
pengkajian kesesuaian farmasetik yaitu konsumen apotek rata-rata adalah ibu rumah
bentuk sedian. Isi pertanyaan dispensing yang tangga 35,10 %. Sebanyak 64,90% konsumen
dilakukan yaitu pemeriksaan tanggal mengunjungi apotek lebih dari 5 kali dalam
kadaluwarsa obat. Isi konseling yang sebulan terakhir. Konsumen sebagian besar
diberikan meliputi informasi indikasi obat, membeli OTC (over the counter medicines)
dosis obat, aturan pakai obat, cara (89,37%), hal ini mungkin disebabkan lokasi
penggunaan obat, kontraindikasi obat, efek apotek jauh dari tempat praktik dokter,
samping obat, dan penyimpanan obat, serta sehingga jumlah konsumen yang menebus
apoteker melakukan pemantauan terapi obat resep hanya 10,63%. Obat yang dibeli oleh
sesuai dengan kondisi konsumen dan konsumen apotek sebagian besar untuk
memantau pasien yang beresiko mengalami keluarga (54,25 %).
efek samping obat. Uji normalitas dimensi kehandalan,
Masih banyak kegiatan pelayanan ketanggapan, keyakinan, empati, dan fasilitas
kefarmasian yang dipersyaratkan oleh hasilnya tidak terdistribusi normal, maka
Peraturan Menteri Kesehatan Republik digunakan uji Kruskal Wallis untuk
Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 yang belum membandingkan data kepuasan konsumen di
dilakukan di 4 apotek. Hal ini dapat 4 apotek Kabupaten Rembang. Uji Kruskal
mengakibatkan medication error dalam Wallis pada dimensi kehandalan didapatkan
proses pelayanan kefarmasian (Depkes RI, nilai p-value sebesar 0,836 > nilai kritik 0,05,
2014). maka tidak terdapat cukup bukti untuk
membuktikan dari 4 apotek dalam menilai
Tabel 6. Jumlah konsumen yang bersedia
dimensi kehandalan mana yang paling baik.
mengisi kuesioner
Apotek Jumlah Artinya walaupun pada gambar 1 dimensi
Responden kehandalan Apotek Kragan menunjukkan
Apotek Husada 23 rata-rata skor paling tinggi, namun pada uji
Apotek Sulang 22 Kruskal Wallis dimensi kehandalan Apotek
Apotek Tazzaka 21
Kragan tidak dapat dikatakan paling tinggi.
Apotek Kragan 28
Uji Kruskal Wallis dimensi ketanggapan
Berdasarkan rumus perhitungan sampel, didapatkan nilai p-value sebesar 0,072 > nilai
peneliti seharusnya mengambil 96 responden, kritik 0,05, maka tidak terdapat cukup bukti
akan tetapi hanya 94 responden apotek yang untuk membuktikan dari 4 apotek dalam
bersedia mengisi kuesioner konsumen apotek, menilai dimensi ketanggapan.
maka response rate responden apotek adalah Uji Kruskal Wallis dimensi keyakinan
97,92%. didapatkan nilai p-value sebesar 0,139 > nilai
Teknik pengambilan sampel kritik 0,05, maka tidak terdapat cukup bukti
penelitian dengan cara purposive sampling untuk membuktikan dari ke 4 apotek dalam
yaitu pengambilan sampel dengan dasar menilai dimensi keyakinan. Uji Kruskal
Wallis dimensi empati didapatkan nilai p-
59
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 14, No 2, (2017). ISSN 1411-4283
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
40
33,43 33,82
R 35 32,35 31,82
a
t 30
a
- 25
r
a 20 18,38
t 16,39 16,5
15
a 15 12,83 12,64 13,05 13,07
s
k
o
10 6,876,48 6,325,73 6,286,19 6,686,53
r
5
0
Apotek Husada Apotek Sulang Apotek Tazzaka Apotek Kragan
value sebesar 0,049 < nilai kritik 0,05, maka 0,618 > 0,05 maka data pelayanan
terdapat cukup bukti dimana terdapat kefarmasian dengan uji Shapiro-Wilk
perbedaan untuk membuktikan dari ke 4 dinyatakan terdistribusi normal. Kepuasan
apotek dalam menilai dimensi empati. konsumen yang diuji menggunakan uji
Artinya rata-rata skor kepuasan konsumen Shapiro-Wilk, nilai signifikasi atau nilai
Apotek Kragan terhadap dimensi empati probabilitas didapatkan 0,05, hasil tersebut
lebih besar dibandingkan dengan Apotek seimbang yaitu tidak kurang dari 0,05 maka
Husada, Sulang dan Tazzaka. Uji Kruskal hasil dinyatakan terdistribusi normal.
Wallis dimensi fasilitas didapatkan nilai p- Standar pelayanan kefarmasian menurut
value sebesar 0,031 < nilai kritik 0,05, maka Peraturan Menteri Kesehatan Republik
terdapat cukup bukti dimana terdapat Indoneisa Nomor 35 Tahun 2014 dalam
perbedaan untuk membuktikan dari ke 4 penelitian terhadap kuesioner apoteker
apotek dalam menilai dimensi fasilitas. meliputi pengkajian resep, dispensing,
Artinya gambar 1 menunjukkan tingkat pelayanan informasi obat, konseling, home
kepuasan konsumen Apotek Tazzaka pharmacy care, pemantauan terapi obat, dan
terhadap dimensi fasilitas lebih besar monitoring efek samping obat. Pengukuran
dibandingkan dengan Apotek Husada, kepuasan konsumen apotek digunakan 5
Sulang, dan Kragan. dimensi kepuasan yaitu reliability
Uji normalitas berfungsi untuk (kehandalan), assurance (jaminan atau
mengetahui data-data yang diperoleh kepastian), tangibles (bukti fisik/ fasilitas),
terdistribusi normal atau tidak terdistribusi empathy (empati) dan responsiveness
normal. Dasar pengambilan keputusan dapat (ketanggapan) (Parasuraman, 1988). Analisis
dilihat dari nilai signifikasi atau nilai data untuk mengetahui ada atau tidaknya
probabilitas data < 0,05, maka data korelasi antara pelayanan kefarmasian
dinyatakan tidak terdistribusi normal. Jika dengan kepuasan konsumen digunakan
nilai signifikasi atau nilai probabilitas data > pearson correlation. Dari rata-rata skor
0,05, maka data dinyatakan terdistribusi pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh
normal (Widiyanto, 2014). apoteker dan rata-rata skor kepuasan
Pelayanan kefarmasian yang diuji konsumen apotek menunjukkan tidak ada
menggunakan uji Shapiro-Wilk didapatkan hubungan antara pelayanan kefarmasian yang
nilai signifikasi atau nilai probabilitas sebesar dilakukan apoteker dengan kepuasan
60
Pharmacon: Jurnal Farmasi Indonesia. Vol 14, No 2, (2017). ISSN 1411-4283
Available online at: http://journals.ums.ac.id/index.php/pharmacon
konsumen apotek yang dibuktikan dengan p dengan kepuasan pasien. Penelitian lanjutan
(95 % ; 2 tailed ) = 0,503. dengan jumlah sampel yang lebih besar
diperlukan agar penelitian ini dapat
KESIMPULAN digeneralisasi dengan baik.
Hasil skor pelayanan kefarmasian yang Kegiatan pelayanan kefarmasian harus
dilakukan apoteker dengan kepuasan ditingkatkan dengan cara memperbaiki
konsumen apotek di Kabupaten Rembang pelayanan kefarmasian yang kurang atau
Kota Rembang menunjukkan nilai p ( 95 % ; belum dilaksanakan. Meningkatkan
2 tailed ) = 0,503 > 0,05, artinya tidak ada pelayanan kefarmasian dapat dilakukan
korelasi atau hubungan antara kepuasan dengan cara menambah wawasan atau ilmu
konsumen dengan pelayanan kefarmasian pengetahuan, meningkatkan ketrampilan
yang dilakukan apoteker apotek di Kabupaten serta berperilaku yang baik, sehingga
Rembang Kota Rembang. pelayanan kefarmasian yang diberikan
apoteker kepada konsumen apotek atau
SARAN masyarakat sesuai dengan Peraturan Menteri
Penelitian ini telah dilakukan dengan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35
perhitungan jumlah sampel yang Tahun 2014, yang bertujuan untuk
representative, tetapi masih belum bisa meningkatkan kualitas hidup dan
menunjukkan hubungan antara dilakukannya keselamatan masyarakat (Depkes RI, 2014).
standar pelayanan kefarmasian di apotek
Daftar Pustaka
Depkes, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014.
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Kotler, Philip., 2002. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan, Implementasi Dan
Kontrol Edisi Milenium. Jakarta: PT. Prehalindo.
Surahman, E.M. & Husen, I.R., 2011. Konsep Dasar Pelayanan Kefarmasian Berbasiskan
Pharmaceutical Care F. K.-U. Padjajdjaran, ed., Bandung: Widya Padjadjaran.
Traverso, A.L.U.Z. et al., 2007. Questionnaire to assess patient satisfaction with
pharmaceutical care in Spanish language. Internasional Journal for Quality in Health Care,
19(4), pp.217–224.
Widiyanto, Joko., 2014. SPSS For Windows Untuk Analisis Data Statistik dan Penelitian,
Surakarta: BP-FKIP UMS.
61