Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

1
Kesehatan Merupakan faktor yang sangat mutlak diperlukan untuk ke

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kesehatan Merupakan faktor yang sangat mutlak diperlukan untuk

kelangsungan hidup manusia, sehingga ini banyak dijumpai pelayanan jasa

kesehatan ,salah satu contohnya yaitu Apotek. Suatu lembaga penyedian layana

jasa kesehatan yang lain. Persaingan yang semakin ketat menuntut sebuah

lembaga penyediaan pelayanan jasa kesehatan untuk selalu memanjakan

konsumen/pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik (Nila Hidayati,

2008).

Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dimulai dengan standar etika

manajemen yang tinggi pula. Secara ekstrim dikatakan bahwa kualitas merupakan

faktor dasar yang mempengaruhi konsumen untuk berbagai jenis jasa yang

berkembang pesat saat ini. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien, berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan

pasien (Anonim, 2009).

Tenaga kesehatan khususnya kefarmasian dalam memberikan informasi

obat kepada pelaku swamedikasi atau pengobatan diri sendiri dapat menentukan

keberhasilan terapi pada suatu obat. Mengobati diri sendiri atau yang lebih dikenal

dengan swamedikasi berarti mengobati segala keluhan dengan obat-obatan yang

dapat dibeli bebas di apotek atau toko obat dengan inisiatif atau kesadaran diri

sendiri tanpa nasehat dokter.

3
langsungan hidup manusia, sehingga ini banyak dijumpai pelayanan jasa

kesehatan ,salah satu contohnya yaitu Apotek. Suatu lembaga penyedian layana

jasa kesehatan yang lain. Persaingan yang semakin ketat menuntut sebuah

lembaga penyediaan pelayanan jasa kesehatan untuk selalu memanjakan

konsumen/pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik (Nila Hidayati,

2008).

Pelayanan kesehatan yang bermutu tinggi dimulai dengan standar etika

manajemen yang tinggi pula. Secara ekstrim dikatakan bahwa kualitas merupakan

faktor dasar yang mempengaruhi konsumen untuk berbagai jenis jasa yang

berkembang pesat saat ini. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada pasien, berkaitan dengan sediaan farmasi

dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan

pasien (Anonim, 2009).

Tenaga kesehatan khususnya kefarmasian dalam memberikan informasi

obat kepada pelaku swamedikasi atau pengobatan diri sendiri dapat menentukan

keberhasilan terapi pada suatu obat. Mengobati diri sendiri atau yang lebih dikenal

dengan swamedikasi berarti mengobati segala keluhan dengan obat-obatan yang

dapat dibeli bebas di apotek atau toko obat dengan inisiatif atau kesadaran diri

sendiri tanpa nasehat dokter.

Swamedikasi harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami,

pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria penggunaan obat yang

rasional. Kriteria obat rasional antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan

4
dosis. obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontra indikasi, tidak adanya

interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi.

Pelaksanaan swamedikasi banyak terjadi kesalahan-kesalahan pengobatan.

(medication error) disebabkan karena keterbatasan pengetahuan masyarakat

terhadap obat, penggunaan obat dan informasi obat. Masyarakat pada umumnya

tidak begitu mengetahui informasi yang lengkap tentang obat yang akan mereka

konsumsi. Dalam melakukan swamedikasi, masyarakat berhak memperoleh

informasi yang tepat, benar, lengkap, objektif dan tidak menyesatkan agar

masyarakat mampu melakukan pengobatan sendiri secara aman dan efektif. Oleh

karena itu, apoteker mempunyai peranan penting di dalam pelaksanaan

swamedikasi.

Peran tenaga kefarmasian (apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan asisten

tenaga kefarmasian) didalam swamedikasi sangatlah penting, yaitu tidak hanya

sekedar menjual obat tetapi juga harus mampu berperan klinis dengan

memberikan asuhan kefarmasian (pharmaceutical care), salah satunya dengan

cara memberikan informasi yang jelas kepada pasien atau pelaksana swamedikasi

mengenai obat yang akan mereka konsumsi. Swamedikasi merupakan kegiatan

yang paling banyak dilakukan diapotek. Saat ini,kesadaran masyarakat akan

pentingnya kesehatan sudah semakin tinggi dan menyebabkan upaya swamedikasi

atau pengobatan sendiri semakin gencar dilakukan oleh masyarakat.Hal ini

membuat keberadaan apotek di tengah tengah masyarakat menjadi semakin

penting dan informasi yang diberikan oleh para tenaga kefarmasian di apotek

sangat diperlukan oleh masyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan

5
masyarakat khususnya dalam peningkatan rasionalitas penggunaan obat.

(Muharni dkk., 2015)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang penelitian diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran pemberian obat natrium diklofenak kepada

pelaku swamedikasi di beberepa apotek di kota kendari?

2. Informasi apakah yang sering di sampaikan tentang penggunaan obat

natrium diklofenak di apotek?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk bisa mengetahui gambaran pemberian informasi obat natrium

diklofenak.

2. Untuk mengetahui informasi yang sering di sampaikan di apotek tentang

penggunaan obat natrium diklofenak .

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan bacaan dan wawasan bagi mahasiswa dalam hal

pemahaman, perkembangan, dan pengetahuan tentang pelayanan

informasi obat dibeberapa Apotik kota Kendari khususnya pada pelaku

swamedikasi.

6
2. Untuk memperoleh gambaran tenaga teknis kefarmasian tentang

pemberian informasi obat yang sering di sampaikan kepada pelaku

swamedikasi.

3. Sebagai Bahan Referensi bagi Peneliti Selanjutnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rujukan Penelitian

Penelitian yang menjadi rujukan atau referensi dalam penelitian ini antara

lain adalah :

1. muharni dkk., (2015) Melakukan penelitian mengenai gambaran

tenaga kefarmasian dalam memberikan informasi kepada pelaku

swamewdikasi di apotek-apotek kecamatan

tampan,pekanbaru.Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran

7
pemberian informasi oleh tenaga kefarmasian pada swemedikasi

nyeri gigi di apotek-apotek kecamatan tampan.

Penelitian ini menggunakan rancangan survei cross-sectional dengan

metoda observational partisifatif, Responden yang digunakan adalah

tenaga farmasi yang memberikan asam mefenamat sebagai obat

nyeri gigi, penilaian menggunakan skala likert. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemberian informasi yang dilakukan tenaga

kesehatan adalah baik (63,10%) dan masih bersifat pasif atau hanya

akan memberikan informasi ketika ditanya, dengan rincian

pemberian informasi oleh apoteker cukup baik (63,20%), tenaga

teknis kefarmasian cukup baik (60%) dan asisten tenaga kefarmasian

dengan nilai baik (63,80%). Informasi yang paling sering

disampaikan yaitu cara pemakaian obat kategori sangat baik

(85,33%).

2. Ananda dkk.,( 2013) melakukan penelitian mengena hubunga tingkat

pengetahu dan perilaku swamedikasi obatnatriumdiklofenak di apote

Penelitian ini merupakan penelitia observasional analitik dengan

pendekatan metode cross sectional Penelitian ini dilakukan pada

bulan Juni 2013.Hasil penelitian ini menunjukkan dimana 36%

responden mempunyai pengetahuan yang bagus, 52% responden

memepunyai pengetahuan yang cukup dan 12% responden

pengetahuannya kurang. Perilaku swamedikasi sodium diklofenak

menunjukkan 52% responden mempunyai perilaku positif dan 48%

8
reponden mempunyai perilaku negative. Terdapat korelasi yang

signifikan antara pengetahuan dan perilaku swamedikasi, dengan

nilai signifikansi 0,000 (<0,050).

3. Dini aprilia.,( 2013) melakukan penelitian mengenai profil asuhan

kefarmasian swamedikasi natrium diklofenak di apotek dengan

metode simulated patient Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui profil asuhan kefarmasian swamedikasi natrium

diklofenak di apotek wilayah Kecamatan Klojen Kota Malang. Pada

penelitian ini metode yang digunakan adalah simulated patient.

Peneliti menjalankan skenario dan data terkait variable patient

assessment, pengembangan rencana terapi obat dan non obat dicatat

pada check list dan data diolah menggunakan Microsoft Excel.

Penelitian ini dilakukan di 38 apotek secara random di wilayah

Kecamatan Klojen Kota Malang. Variabel patient assessment

terkait pertanyaan mengenai: usia pasien sebanyak 26%, lama

mengalami nyeri dilutut sebanyak 3%, dan riwayat penyaki

sebanyak 8%. Terapi obat terkait pernyataan mengenai: khasiat obat

dengan arahan 100%, efek samping tanpa arahan 2%, efek samping

dengan arahan 53%, efek samping sudah diarahakan tetapi jawaban

salah 45%, dosis dengan arahan 100%. Informasi non obat terkait

Berolahraga ringan dengan menggerakkan lutut secara perlahan dan

istirahat yang cukup, tidak ada petugas apotek yang menyampaikan.

9
B Landasan Teori

A. Uraian Umum Tentang Apotek

1. Definisi Apotek

Apotek adalah suatu tempat tertentu,tempat di lakukan

pekerjaan kefarmasian penyaluran perbekalan farmasi kepada

masyrakat.yang di maksud pekerjaan kefarmasian di antaranya

pengadaan obat penyimpanan obat, pembuatan sedian obat

,peracikan,penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi sergta

memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perbekalan

kefarmasian yang terdiri dari obat,bahan obat, obat tradisional, alat

kesehatan dan kosmetik. Tidak hanya menjalankan pekerjaan

kefarmasiaan tetapi tugas pokok dan fungsi apotek juga harus di

10
jalankan dengan sebaik- baiknya sesuai dengan standar prosedur

yang telah di tetapkan. (Menkes 2002).

B. Swamedikasi (Self Medication)

1. Definisi Swamedikasi (Self Medication)

Secara sederhana swamedikasi adalah upaya seseorang dalam

mengobati gejala sakit atau penyakit tanpa berkonsultasi dengan

dokter terlebih dahulu. Swamedikasi dapat diartikan sebagai

pengggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas

inisiatif penderita atau pasien (Tjay & Rahardja, 2002).

Swamedikasi atau Pelayanan tanpa resep (self medication).

Dalam dunia farmasi, obat golongan NSAID (Non Steroid Anti

Inflamasi Drug) sering digunakan untuk swamedikasi salah

satunya adalah natrium diklofenak. Efek samping natrium

diklofenak dapat diminimalkan dengan memberikan pelayanan

kefarmasian terkait patient assessment dan pengembangan rencana

terapi yang meliputi terapi obat dan non obat. swamedikasi natrium

diklofenak di apotek. Masyarakat pada umumnya tidak begitu

mengetahui informasi yang lengkap tentang obat yang akan mereka

konsumsi.

Dalam melakukan swamedikasi, masyarakat berhak

memperoleh informasi yang tepat, benar, lengkap, objektif dan

tidak menyesatkan agar masyarakat mampu melakukan pengobatan

11
sendiri secara aman dan efektif. Oleh karena itu, apoteker

mempunyai peranan penting didalam swamedikasi.

Informasi-informasi yang harus diberikan oleh tenaga

kefarmasian yang ada di apotek meliputi khasiat obat, efek

samping obat, cara pemakaian

obat, dosis obat, waktu pemakaian obat, lama pemakaian obat,

kontra indikasi obat, hal yang harus diperhatikan sewaktu minum

obat, hal yang harus dilakukan jika lupa meminum obat, cara

penyimpanan obat yang baik, cara memperlakukan obat yang

masih tersisa dan cara membedakan obat yang masih baik dan yang

sudah rusak.

Pelaksanaan swamedikasi didasari oleh pemikiran bahwa

pengobatan sendiri cukup untuk mengobati masalah kesehatan

yang dialami tanpa melibatkan tenaga kesehatan

(Fleckenstein, dkk 2011 didalam Hermawati, 2011).

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi

Pelaku swamedikasi dalam ”mendiagnosis” penyakitnya, harus

mampu (Suryawati, 1997 didalam Prameshwari 2009) :

a) Mengetahui jenis obat yang diperlukan.

b) Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat

mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya.

c) Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian)

dan mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan

12
swamedikasi yang kemudian segera minta pertolongan petugas

kesehatan.

d) Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat

memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian,

merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat.

e) Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut,

terkait dengan kondisi seseorang.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Swamedikasi

Pelaku swamedikasi dalam ”mendiagnosis” penyakitnya, harus

mampu (Suryawati, 1997 didalam Prameshwari 2009) :

a) Mengetahui jenis obat yang diperlukan.

b) Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat

mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya.

c) Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama pemakaian)

dan mengetahui batas kapan mereka harus menghentikan

swamedikasi yang kemudian segera minta pertolongan petugas

kesehatan.

d) Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat

memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian,

merupakan suatu penyakit baru atau efek samping obat.

e) Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut,

terkait dengan kondisi seseorang.

13
Swamedikasi merupakan upaya yang paling banyak dilakukan

masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit. Apabila

dilakukan dengan benar, maka swamedikasi merupakan sumbangan

yang sangat besar bagi pemerintah dalam hal pemeliharaan kesehatan

secara nasional (Suryawati, 1997 didalam Prameshwari 2009).

Natrium diklofenak

1. Definisi Natrium Diklofenak

Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi

nonsteroid (NSAID) dengan efek analgesik, antiinflamasi, dan

antipiretik. NSAID adalahsalah satu obat yang paling umum

digunakan di seluruh dunia, dengan jumlah pengguna lebih dari 30

juta orang setiap hari. 1 Lebih dari 111 juta resep ditulis untuk

NSAID di Amerika Serikat setiap tahunnya, dan NSAID

menyumbang sebesar 60% dari pasar obat analgesik over-the-

counter (OTC) di Amerika NSAID yang paling sering digunakan

adalah diklofenak dan ibuprofen.

Diklofenak paling umum digunakan untuk kondisi yang

berkaitan dengan jenis nyeri muskuloskeletal kronis, seperti artritis

rematoid, osteoartritis, spondilitis ankilosa, dan gout. Di Indonesia,

14
penyakit sendi (30,3%) merupakan penyakit tidak menular dengan

prevalensi tertinggi pada orang dewasa dan lansia. Natrium

diklofenak merupakan NSAID dengan potensi tinggi dan toleransi

yang baik. Dosis lazim yang biasa digunakan adalah 100 sampai

200 mg per hari, diberikan dalam beberapa dosis terbagi.

Efek samping terjadi pada sekitar 30% penderita, meliputi ulserasi

gastrointestinal, kenaikan enzim hepar, trombositopenia, gangguan

fungsi ginjal, gangguan sistem saraf pusat, serta alergi. Natrium

diklofenak merupakan inhibitor COX yang relatif non spesifik

sehingga risiko efek samping gastrointestinalnya lebih rendah

dibandingkan NSAID konvensional lainnya. Obat ini juga memiliki

kelebihan dari segi biaya karena telah tersedianya bentuk generik

yang relatif murah. Obat ini dapat menyebabkan oliguria dan

peningkatan kadar serum kreatinin, juga nefritis interstitial.

Penggunaannya dalam jangka waktu lama untuk penyakit kronik

tentunya akan meningkatkan risiko efek samping obat ini terhadap

ginjal.

Nefrotoksisitas natrium diklofenak perlu diwaspadai karena

penggunaannya yang kebanyakan pada pasien lansia dimana fungsi

ginjal telah menurun. Terdapat beberapa laporan kasus gagal ginjal

akut setelah inisiasi dosis akut tinggi NSAID, terutama pada orang

tua. Beberapa kasus gagal ginjal akut pada pasien yang sehat juga

telah dilaporkan.

15
2. Farmakologi dan farmakokinetika

Mekanisme kerja Natrium diklofenak yaitu dengan

menghambat sintesi prostataglandin,mediator yang berperan penting

dalam proses terjadinya inflamasi,nyeri dan demam.kalium

diklofenak akan diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan jumlah

yang di absorbsi tidak berkurang jika di berikan bersama dengan

makan.kadar puncak obat di capai dalam 1/2-1 jam ikatan protein

99,7% waktu paru 1-2 jam.pemberian dosis berulang tidak

menyebabkan akumulasi.eliminasi terutama melalui urin.

3. Informasi yang sering di sampaikan oleh tenaga kefarmasian

No Informasi yang sering di sampaikan

1. Khasiat obat

2. Efek samping obat

3. Cara pemakaian obat

4. Dosis obat

5. Waktu pemakaian obat

6. Lama pemakaian obat

7. Kontra indikasi obat

8. Hal yang harus di perhatikan

9. Cara penyimpanan obat

10. cara memperlakukan obat yang masih tersisa

16
11. cara membedakan obat yang baik dan buruk

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berupa penelitian observational partisifatif dengan

responden menggunakan alat ukur kuisioner untuk menjelaskan gambaran

tenaga kefarmasian dalam memberikan informasi obat natrium diklofenak

pada pelaku swamedikasi.

B. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey yaitu suatu teknik

pengumpulan informasi dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang

diajukan pada responden dengan pendekatan cross sectional.

C. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa apotek kota Kendari pada bulan

April sampai dengan Juni 2018.

17
D. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kefarmasian

yang bekerja di apotek.

b. Sampel

1). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh tegana kefarmasian yang

bekerja di apotek kota kendari yang memberikan informasi obat

swamedikasi.

E. Kerangka Konsep

APOTEK

18
Tenaga kefarmasiaan

Pemberian informasi

Pasien swamedikasi

Hasil

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

Variabel Bebas : Variabel Terikat :

 Pemberian informasi Swamedikasi

G. Defenisi Operasional

Untuk mendapatkan pengertian yang sama tentang variabel penelitian

ini maka defenisi operasional sebgai berikut:

1. Swamedikasi adalah mengobati segalah keluhan dengan obat-obatan yang

dapat di beli di apotek dengan inisiatif sendiri tanpa resep dokter..

19
2. Pelayan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

I. Prosedur Penelitian

1. Alat, bahan, dan Subyek penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah buku, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah hasil kuesioner yang di sebarkan pada

pasien.

2. Cara kerja

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan observasi.

b. Membuat proposal dan konsultasi dengan pembimbing

c. Mempersiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian,

yaitu kuesioner .

d. Membuat jadwal kerja.

e. Mengurus surat ijin penelitian untuk melaksanakan penelitian.

f. Mengajukan ijin penelitian ditempat yang dituju dengan melampirkan

surat ijin.

20
2. Tahap Penelitian

a. Mempersiapkan responden untuk diteliti sesuai dengan jadwal

yang telah dibuat.

b. Mengumpulkan data dengan cara memberikan kuesioner kepada

responden.

c. Mengelompokkan data berdasarkan hasil dari kuesioner, serta

memberi skor.

3. Tahap Pengolahan Data

Melakukan analisa terhadap masing-masing indikator berdasarkan

data yang telah dikumpulkan. Kemudian menyajikan data tersebut dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi untuk memberi gambaran yang

jelas tentang topik yang disajikan.

4. Tahap Akhir

Tahap akhir dari penelitian ini yaitu penulisan laporan, yang

disajikan dalam bentuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ( Arikunto, 2010 ).

3. Analisis Data

a) Data

i. Sifat data

a. Penelitian kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan

ketegorisasi, karakteristik atau sifat variabel atau hasil

pengklasifikasian atau penggolongan suatu data.

21
b. Penelitian kuantitatif yaitu data yang berhubungan dengan angka-

angka, baik yang diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari

nilai suatu data yang diperoleh dengan jalan mengubah data

kualitatif ke dalam data kuantitatif (Notoadmodjo, 2012).

ii. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:

a. Data nominal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi

atau klasifikasi posisi data yang setara.

b. Data ordinal adalah data yang diperoleh dengan cara kategorisasi

berdasarkan peringkat atau rangking, diantara data tersebut terdapat

hubungan, dimana posisi data tidak setara.

c. Data interval adalah data yang diperoleh dengan cara pengukuran,

dimana jarak antara dua titik skala sudah diketahui dan tidak ada

kategorisasi dan bisa dilakukan operasi matematika seperti skor nilai

pelayanan tenaga kefarmasian (Arikunto, 2010)

iii. Sumber data

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

melalui wawancara dan pengisian kuesioner yang meliputi data

tentang pemberian informasi oleh tenaga kefarmasian pada pelaku

swamedikasi.

b. Data sekunder adalah data yang diambil dari instansi terkait yang

berhubungan dengan penelitian

22
b). Tehnik pengumpulan data

Adapun cara pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan

menggunakan lembar kuesioner dan Wawancara Observasi.

c). Penyajian data

Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian

dinarasikan.Kemudian data diolah dengan cara sebagai berikut :

a. Koding yaitu memberikan kode pada data yang diperoleh dari hasil

kuesioner menurut jenisnya

b. Editing yaitu mengoreksi kembali data sehingga tidak terjadi

kesalahan baik dalam penempatan maupun penjumlahan

c. Skoring yaitu memberikan skor pada setiap hasil jawaban kuesioner

dari responden

d. Tabulating yaitu menyusun data-data kedalam sesuai dengan

kategorinya untuk selanjutnya dianalisis (Arikunto, 2010).

Data dari hasil penelitian, perhitungan diperoleh dengan

menggunakan Metode Manual untuk menganalisa variabel independen

dan dependen.

1) Analisis univariat Dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel independen (Tingkat pengetahuan pelaku

23
swamedikasi.) dan variabel dependen (pemberian informasi oleh tenaga

Pelayanan Kefarmasian)

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian

Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta:Rineka Cipta.

Azwar, a. 1996. Administrasi Kesehatan, Jakartya : PT. Bina Putra

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan


RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Mashuda, A., 2011, Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian Yang Baik,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka

Stefanus, T.K., 2008, Analisa Kesenjangan Kualitas Pelayanan dan Kepuasan


Konsumen Pengunjung Plaza Tunjungan Surabaya, Jurnal Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol.10, No.1, Maret 2008, hal 66-83

Suriyani. 2008. Perilaku Konsumen Implikasi Pada Strategi Pemasaran.


Yogyakarta: Graha Ilmu

24

Anda mungkin juga menyukai