BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Mengobati diri sendiri atau yang lebih dikenal dengan swamedikasi berarti
mengobati segala keluhan dengan obat-obatan yang dapat dibeli bebas di apotek
atau toko obat dengan inisiatif atau kesadaran diri sendiri tanpa nasehat dokter
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2011 Badan Pusat Statistik
1
2
bahwa angka swamedikasi yang ada di Indonesia terbilang cukup tinggi. Hal
kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Depkes RI, 2006). Salah satu
informasi via internet. Alasan lain adalah karena semakin mahalnya biaya
pengobatan ke dokter, tidak cukupnya waktu yang dimiliki untuk berobat, atau
2012).
diderita masih tergolong ringan dan mudah diobati. Selain faktor kepraktisan
swamedikasi seperti jauhnya dengan orang tua bagi mahasiswa pendatang dan
keluarga, atau kebiasaan yang sudah turun temurun dari keluarga dan
tambahan lain.
dasarnya merupakan tindakan yang wajar dan biasa terjadi, akan tetapi
rasional. Kriteria obat rasional antara lain ketepatan pemilihan obat, ketepatan
dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya
interaksi obat, dan tidak adanya polifarmasi (Muharni, 2015). Namun, dalam
Penggunaan obat bebas atau biasa disebut Over The Counter (OTC)
OTC tidak terlepas dari peran seorang apoteker komunitas. Pemberian OTC yang
Sampai saat ini di tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah dalam
4
obat tepat dan rasional, penggunaan obat bebas secara berlebihan, serta kurangnya
masyarakat perlu diberi akses untuk memperoleh informasi obat dan konseling
tersedia prosedur tetap pelayanan. Pengambilan data pada periode II, dari
menghemat biaya, waktu dan mudah di dapat di kios, toko obat dan apotek
terdekat (Tan et al., 2010). Fasilitas apotek yang sulit dijangkau dapat
cara penggunaan obat maupun informasi lain terkait obat yg digunakan (Muharni,
Aryani and Mizzani, 2015). Swamedikasi seharusnya dilakukan dengan benar dan
sesuai dengan penyakit yang dialami pasien. Dalam pelaksanaanya harus dapat
pemilihan obat, ketepatan dari dosis obat, tidak adanya efek samping berbahaya
yang ditimbulkan, tidak adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi , dan tidak
memiliki peran signfikan dalam dispensing dan konseling obat (Rajiah, 2016).
6
pengobatan kepada pasien secara profesional dengan jaminan bahwa obat yang
swamedikasi maka akan membantu dalam memutuskan sikap apa yang nantinya
Swamedikasi”.
7
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneltian ini akan disusun untuk
swamedikasi?
1.3.Tujuan Penelitian
1.4.Manfaat Penelitian
b. Data dan informasi dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan
Bab 2 Tinjauan Pustaka, pada bab ini akan dibahas mengenai landasan
Bab 3 Metode Penelitian dalam bab ini akan dibahas metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini yang meliputi jenis penelitian, pendekatan
Bab 4 pembahasan, pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian
kefarmasian.
Bab 5 Penutup, pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpuan penelitian