Anda di halaman 1dari 85

MAKALAH

PRAKTEK UTS JURNAL MATERI FARMASI INDUSTRI

Mata Kuliah : Farmasi Industri

D3 Farmasi

Wahyuda Syahfril Majid (1948401000011)

AKADEMI KESEHATAN SUMENEP


D3 FARMASI TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga Makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Adapun tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas Mata Kuliah Farmasi Industri . Selain itu, penulisan makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “materi yang tersampaikan
di Farmasi Industri” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimaksih kepada Bapak Dani Fauzan, S. Farm


selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas Praktek UTS ini
sehingga dapat memperbaiki nilai yang memuaskan bagi kami. Kami
menyadari, penyusunan makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
EVALUASI PELAKSANAAN CARA DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK
(CDOB) DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN CIKUPA KABUPATEN
TANGERANG

EVALUATION OF GOOD DISTRIBUTION PRACTICE (GDP)


IMPLEMENTATION IN PHARMACY
AT CIKUPA TANGERANG

Jaka Supriyanta1*, Ghita Ananda El-Haque1, Trisna Lestari1


1Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Tangerang
*Corresponding Author Email : jokosupriyanto0710@gmail.com
DOI: http://dx.doi.org/10.47653/farm.v7i2.183

ABSTRAK

Distribusi obat merupakan suatu proses yang penting dalam menjaga


efikasi, keamanan, dan kualitas suatu obat, pedoman Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB) perlu diterapkan pada fasilitas Apotek agar mutu obat
dapat terjamin sampai ke tangan pasien. CDOB adalah cara distribusi atau
penyaluran obat dan atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu
sepanjang jalur distribusi atau penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan
penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian
pendistribusian obat di Apotek Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012. Metode penelitian bersifat deskriptif
dengan memberikan kuisioner ke Apotek yang ada di Wilayah Kecamatan
Cikupa Kabupaten Tangerang yang meliputi aspek profil sarana, bangunan
dan peralatan, pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, penyaluran,
penanganan produk kembali dan kadaluarsa, dan pemusnahan.
Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan CDOB kesesuaian dengan
Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 di
Apotek Wilayah Kecamatan Cikupa, pada aspek profil sarana sebesar
77,3%, aspek bangunan dan peralatan sebesar 83,3 %, aspek pengadaan
sebesar 72.2%, aspek penerimaan dan penyimpanan sebesar 91,1 %,
aspek penyaluran sebesar 44,4 %, aspek penanganan produk kembalian
dan kadaluarsa sebesar 73,3%, dan aspek pemusnahan sebesar 68,3%.
Kata Kunci: Cara Distribusi Obat yang Baik, Apotek, Kecamatan Cikupa

ABSTRACT

Drug distribution is an important process in maintaining the efficacy, safety


and quality of a drug, guidelines for Good Distribution Practice (GDP) should
be implemented in Pharmacy facilities so that the quality of can be
guaranteed to to the patient’s hands . GDP is a method of distribution or
distribution of drugs and or medicinal ingredients aimed at ensuring quality
along the distribution channels according to the requirements and purposes
of their use. The study aims to determine the suitability of drug distribution
in the Cikupa District Pharmacy of Tangerang Regency based on the Head
of BPOM Regulation Number HK.03.1.34.11.12.7542 in 2012. The research
method is descriptive by giving questionnaires to the pharmacy in the
Cikupa District of Tangerang Regency which covers aspects profile of
facilities, buildings and equipment, procurement, receipt and storage,
distribution, product handling of product returns and expire date, and
destruction. According to data collected of the study implementation of the
GDP in accordance with the head of BPOM Regulation Number
HK.03.1.34.11.12.7542 In 2012 at the Cikupa District Pharmacy, in the
aspect profile of facility at 77,3%, building and equipment to 83,3%,
procurement aspect was 72,2%, the acceptance and storage aspects
amounted to 91,1%, the distribution aspect was 44,4%, the handling and
return of expiration products were 73,3%, and the destruction aspect was
68,3%.
PENDAHULUAN
Apotek adalah suatu tempat tertentu untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyerahan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat (PerKa BPOM, 2012). Apotek
menyelenggarakan fungsinya seperti pengelolaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi klinik,
termasuk di komunitas (Permenkes, 2017).
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi, yang
digunakan untuk memengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau
keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk
manusia (PerKa BPOM, 2012).
Pada tahap pembuatan obat, pemerintah sudah membuat suatu
pedoman yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) agar obat dapat
memenuhi kriteria efficacy, safety dan quality. Sedangkan pada proses
distribusinya pun pemerintah telah membuat suatu peraturan mengenai
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), peraturan tersebut tercantum
dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Hk.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012 tentang Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) adalah cara distribusi atau penyaluran obat dan atau bahan obat
yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi atau penyaluran
sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Kegiatan yang menyangkut
distribusi obat meliputi pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran obat dari
produsen hingga ketangan konsumen. Penerapan CDOB ini diharapkan
dapat mempertahankan dan memastikan bahwa mutu obat yang diterima
oleh pasien sama dengan mutu obat yang dikeluarkan oleh industri farmasi
(Hartini, 2016).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental
dengan pendekatan kualititatif di Apotek Wilayah Kecamatan Cikupa
Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan formulir kuisoner yang
diisi oleh responden. Populasi dalam penelitian ini adalah semua Apotek di
Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang yang berjumlah 22
Apotek berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang.pengumpulan data dilakukan menggunakan formulir kuisoner
yang terdiri dari aspek profil sarana, bangunan, peralatan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, penyaluran, penanganan produk kembalian
dan kadaluarsa, dan pemusnahan. Data yang di dapat kemudian di analisis
secara kualitatif untuk diterapkan di Apotek Wilayah Kecamatan Cikupa
sesuai dengan kriteria temuan yang di dapat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di Apotek Wilayah Kecamatan Cikupa
Kabupaten Tangerang dengan menggunakan metode deskriptif yang
disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian ini dilakukan dengan cara
membagikan kuisioner kepada semua Apotek yang terdaftar di Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang pada Tahun 2018. Peneliti terlebih
dahulu melakukan permohonan izin kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang untuk mendapatkan daftar nama Apotek, setelah menerima
daftar Apotek, peneliti melakukan permohonan izin ke semua Apotek
Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang. Setelah permohonan
izin diterima peneliti langsung melakukan penelitian.
Pelaksanaan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di Apotek Wilayah
Cikupa Kabupaten Tangerang yaitu meliputi Aspek Profil Sarana,
Bangunan dan Peralatan, Pengadaan, Penerimaan dan Penyimpanan,
Penyaluran, Penanganan Produk kembalian dan kadaluarsa, dan
Pemusnahan.
Berdasarkan aspek tersebut dapat diketahui gambaran pelaksanaan CDOB
pada Apotek di Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang, untuk masing-masing aspek.

Aspek Profil Sarana


Aspek Profil Sarana di dapat dari lima belas Apotek di Wilayah
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Aspek Profil Sarana

No Aspek Profil Ya Tidak


Sarana
1. Apotek memiliki 26,7% 73,3%
Apoteker
pendamping.
2. Apotek terdapat 73,3% 26,7%
struktur organisasi.
3. Apotek memasang 100% 0%
papan nama Apotek.
4. Apotek memasang 86,7% 13,3%
papan praktik
Apoteker.
5. Apotek tersedia 100% 0%
buku referensi
(buku standar dan
kumpulan peraturan
perundang-undangan
yang berhubungan).
Total 77,3% 22,7%

Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat pada aspek profil sarana yang sesuai
dengan Peraturan Kepala BPOM tahun 2012 tentang Cara Distribusi Obat
yang Baik (CDOB) yaitu 77,3% sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM
Tahun 2012 dan 22,7% tidak sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM
Tahun 2012 yaitu ‡Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu
yang baik serta distribusi obat dan atau bahan obat yang benar sangat
bergantung pada personil yang menjalankannya. Harus ada personil yang
cukup dan kompeten untuk melaksanakan semua tugas yang menjadi
tanggung jawab fasilitas distribusi. Tanggung jawab masingmasing personil
harus dipahami dengan jelas dan dicatat. Semua personil harus memahami
prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan dasar maupun pelatihan
lanjutan yang sesuai tersebut dalam sebuah Apotek harus mempunyai
manajerial yang bagus, dengan tanggung jawab”. Berdasarkan hal tersebut
dalam sebuah Apotek harus mempunyai manajerial yang bagus, dengan
cara membuat struktur organisasi. Hal ini berfungsi agar tugas-tugas
terorganisir dengan rapih dan personil-personil di Apotek dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan kompeten, serta dapat
menyelesaikan segala permasalahan yang ada di Apotek. Sistem
manajemen yang baik akan membawa Apotek kepada kepuasan pelanggan
dan kenyamanan dalam bekerja.

Aspek Bangunan dan Peralatan


Aspek Bangunan dan Peralatan di dapat dari lima belas Apotek di
Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada
tabel 2.

Tabel 2. Aspek Bangunan dan Peralatan

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat Apotek yang sesuai dengan


Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 sebanyak 83,3% dan 16,7% tidak
sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 yaitu “Fasilitas
distribusi haru memiliki bangunan dan peralatan untuk menjamin
perlindungan dan distribusi obat dan atau bahan obat. harus memiliki
bangunan dan peralatan untuk menjamin perlindungan dan distribusi obat
dan atau bahan obat. Bangunan harus dirancang dan disesuaikan untuk
memastikan bahwa kondisi penyimpanan yang baik dapat dipertahankan,
mempunyai keamanan yang memadai dan kapasitas yang cukup untuk
memungkinkan penyimpanan dan penanganan obat yang baik, dan area
penyimpanan dilengkapi dengan pencahayaan yang memadai untuk
memungkinkan semua kegiatan dilaksanakan secara akurat dan aman.

Aspek Pengadaan
Aspek Pengadaan didapat dari lima belas Apotek di Wilayah
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada tabel 3.
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat yang sesuai dengan Peraturan
Kepala BPOM Tahun 2012 pada aspek pengadaan yang sesuai dengan
Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 yaitu 72,2%, dan 27,8% tidak sesuai
dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012. Berdasarkan penelitian dari
Isna Sugih Hartini dan Marchaban aspek pengadaan yaitu “Aspek ini berisi
mengenai bagaimana barang atau obat yang disediakan itu dipesan, mulai
dari sumber pengadaan sampai kelengkapan surat-surat saat proses
pemesanan barang yang dalam hal ini berupa obat dan atau bahan obat.
Hal ini sesuai Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 “Untuk menjamin kualitas
Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui
jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. “Apotek di
wajibkan membeli stok obat melalui jalur resmi, hal ini di karenakan agar
keaslian dan mutu obat terjamin, sedangkan jika obat di peroleh dari jalur
yang tidak resmi memungkinkan masuknya obat palsu dan mutu obat tidak
terjamin. Pembelian pun harus disertai faktur agar aman dalam transaksi
dan sah dalam proses pembelian sehingga terhindar dari audit.
Aspek Penerimaan dan Penyimpanan
Aspek penerimaan dan penyimpanan di dapat dari lima belas Apotek di
Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada
tabel 4.
Tabel 4. Aspek Penerimaan dan Penyimpanan
No Aspek Penerimaan dan Ya Tidak
Berdasarkan tabel 4 terdapat 91,1% Apotek yang sesuai dengan
Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 dan 8,9% tidak sesuai dengan
Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 yaiyu “Proses penerimaan bertujuan
untuk memastikan bahwa kiriman obat dan atau bahan obat yang diterima
benar, berasal dari pemasok yang disetujui, tidak rusak atau tidak
mengalami perubahan selama transportasi dan Penyimpanan dan
penanganan obat dan atau bahan obat harus mematuhi peraturan
perundang-undangan “Bedasarkan hal tersebut maka penyimpanan harus
sesuai karena untuk menghindari kesalahan, kestabilan obat-obatan dan
kontaminasi atau tercampurnya obat-obat yang bentuk maupun jenis yang
berbeda.
Aspek Penyaluran
Aspek penyaluran didapat dari lima belas Apotek di Wilayah Kecamatan
Cikupa Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada tabel 5.

Berdasarkan tabel 5 terdapat 44,4% Apotek yang sesuai dengan


Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 dan 55,6% tidak sesuai. Berdasarkan
penelitian dari Isna Sugih Hartini dan Marchaban yaitu “Aspek ini berkaitan
dengan proses penyaluran obat dari Apotek kepada pasien” dan menurut
peraturan Kepala BPOM Tahun 2021 “Fasilitas distribusi harus
memastikan penyaluran narkotika dan psikotropika ke fasilitas distribusi lain
yang memiliki ijin khusus penyalur narkotika dan psikotropika, instalasi
sediaan farmasi, apotek dan rumah sakit yang memiliki kewenangan
menyalurkan atau menyerahkan narkotika dan psikotropika sesuai dengan
peraturan perundang-undangan “Dimana pada penyaluran ini terkait obat
keras disertai dengan resep dokter juga pelayanan untuk narkotika dan
psikotropika harus ditangani dengan khusus dan wajib memakai resep
dokter.
Aspek Penanganan Produk Kembalian dan Kadaluarsa
Aspek penanganan produk kembalian dan kadaluarsa didapat dari lima
belas Apotek di Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang, data
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Aspek Penanganan Produk Kembalian dan Kadaluarsa

Berdasarkan tabel 6 pada aspek penanganan produk kembalian dan


kadaluarsa 73,3% Apotek sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun
2012 dan 26,7% tidak sesuai. Berdasarkan penelitian dari Isna Sugih Hartini
dan Marchaban yaitu “Aspek ini berkaitan dengan proses pengembalian
produk kadaluarsa dan kembalian kepada distributor beserta kelengkapan
surat – surat “ dan menurut Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 yaitu
“Jumlah identitas obat dan atau bahan obat kembalian harus dicatat dalam
catatan penerimaan dan pengembalian barang “Berdasarkan hai tersebut
jika Apotek melakukan pengembalian harus selalu menyertakan faktur
pembelian kepada distributor.

Aspek Pemusnahan
Aspek pemusnahan didapat dari lima belas Apotek di Wilayah
Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang, data dapat dilihat pada tabel 7.
Berdasarkan tabel 7 pada aspek pemusnahan yaitu tentang
pemusnahan yang dilakukan oleh Apotek dan siapa saja yang
menyaksikan proses pemusnahan serta kelengkapan surat-surat pada
proses pemusnahan. Pada aspek ini 68,3% sesuai dengan Peraturan
Kepala BPOM Tahun 2012 dan 31,7% belum sesuai. Pada aspek ini
sebagian Apotek tidak melakukan pemusnahan dikarenakan Apotek
membeli dan memesan sesuai dengan kebutuhan atau sedikit, dan
menjual obat-obat fast moving atau yang sering pasien butuhkan
sehingga obat tidak sampai kadaluarsa. Hal ini sesuai dengan
Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 yaitu “Obat yang kadaluarsa atau
rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan.
Pemusnahan Obat kadaluarsa atau rusak yang mengandung narkotika
atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten atau Kota. Pemusnahan Obat selain narkotika
dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Tenaga
Kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja.
Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara pemusnahan.
KESIMPULAN
Pelaksanaan distribusi obat di lima belas Apotek yang berada di
Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang yang sesuai dengan
Peraturan Kepala BPOM Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012
dalam hal Aspek Profil Sarana sebesar 77,3%, Aspek Bangunan dan
Peralatan sebesar 83,3%, aspek pengadaan sebesar 72.2%, aspek
penerimaan dan penyimpanan sebesar 91,1%, aspek penyaluran
sebesar 44,4%, aspek penanganan produk kembalian dan kadaluarsa
sebesar 73,3%, dan aspek pemusnahan sebesar 68,3%.
DAFTAR PUSTAKA
Agustyani, V., Utami, W., Sumaryono, W dan Rahem, A. 2017. Evaluasi
Penerapan CDOB sebagai Sistem Penjaminan Mutu pada Sejumlah
PBF di Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga. Surabaya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2012.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik


Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tentang Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan
RI.
Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2015. Petunjuk Pelaksanaan Cara
Distribusi Obat Yang Baik. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI.
Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2018. Peraturan Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Pengawasan
Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor
Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian. Badan Pengawas Obat
dan Makanan RI. Jakarta.
Hartini, I.S. dan Marchaban. 2016. Evaluasi Pelaksanaan Cara Distribusi
Obat Yang Baik (CDOB) Pada Apotek Di Kecamatan
Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jurnal Universitas Gajah Mada.
Yogyakarta.
Komite Farmasi Nasional. 2014. Pedoman ReSertifikasi Apoteker Dan
Penentuan
Satuan Kredit Partisipasi (Skp). Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek.
Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia Nomor 9 Tentang Apotek. Kementrian Kesehatan RI.
Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian. Presiden
Republik Indonesia. Jakarta.
Ratulangi, R.S, dan Soegoto, A.S. 2016. Pengaruh Pengalaman Kerja,
Kompetensi, Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Pada Pt.
Hasjrat Abadi Tendean Manado). Jurnal Universitas Sam Ratulangi
Manado. Manado.
Sinen, Y., Lolo, W. A. dan Supriati, H. S. 2017.
Evaluasi penyimpanan dan pendistribusian obat di pt. unggul jaya cipta
usaha manado. Jurnal Universitas Sam Ratulangi Manado. Manado.
Judul EVALUASI PELAKSANAAN CARA DISTRIBUSI OBAT
YANG BAIK (CDOB) DI APOTEK
WILAYAH KECAMATAN CIKUPA KABUPATEN
TANGERANG

Penulis Jaka Supriyanta, Ghita Ananda El-Haque,


Trisna Lestari
Nama Jurnal Jurnal Farmagazine

Tahun, Volume VII Nomer. 2 Tahun 2020, Page 14 Sampai 19


Halaman

Reviewer Wahyuda Syahfril Majid

Tujuan Untuk mengetahui kesesuaian pendistribusian obat di


Penelitian Apotek Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang berdasarkan Peraturan Kepala BPOM Nomor
HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012.

Metode Deskriptif non eksperimental


Penelitian

Subjek Cara Distribusi Obat yang Baik Di Apotek Wilayah


Penelitian Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang

Hasil Aspek Profil Sarana


Pembahasan
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat pada aspek profil
sarana yang sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM
tahun 2012 tentang Cara Distribusi Obat yang Baik
(CDOB) yaitu 77,3% sesuai dengan Peraturan Kepala
BPOM Tahun 2012 dan 22,7% tidak sesuai dengan
Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 yaitu
‡Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu
yang baik serta distribusi obat dan atau bahan obat yang
benar sangat bergantung pada personil yang
menjalankannya.

Aspek Pembangunan dan Peralatan

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat Apotek yang sesuai


dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 sebanyak
83,3% dan 16,7% tidak sesuai dengan Peraturan Kepala
BPOM Tahun 2012 yaitu “Fasilitas distribusi haru
memiliki bangunan dan peralatan untuk menjamin
perlindungan dan distribusi obat dan atau bahan obat.

Aspek Pengandaan

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat yang sesuai dengan


Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 pada aspek
pengadaan yang sesuai dengan Peraturan Kepala
BPOM Tahun 2012 yaitu 72,2%, dan 27,8% tidak sesuai
dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012.
Berdasarkan penelitian dari Isna Sugih Hartini dan
Marchaban aspek pengadaan yaitu “Aspek ini berisi
mengenai bagaimana barang atau obat yang disediakan
itu dipesan, mulai dari sumber pengadaan sampai
kelengkapan surat-surat saat proses pemesanan barang
yang dalam hal ini berupa obat dan atau bahan obat. Hal
ini sesuai Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 “Untuk
menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Aspek Penerimaan dan Penyimpanan

Berdasarkan tabel 4 terdapat 91,1% Apotek yang sesuai


dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 dan 8,9%
tidak sesuai dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun
2012 yaiyu “Proses penerimaan bertujuan untuk
memastikan bahwa kiriman obat dan atau bahan obat
yang diterima benar, berasal dari pemasok yang
disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan
selama transportasi dan Penyimpanan dan penanganan
obat dan atau bahan obat harus mematuhi peraturan
perundang-undangan “Bedasarkan hal tersebut maka
penyimpanan harus sesuai karena untuk menghindari
kesalahan, kestabilan obat-obatan dan kontaminasi atau
tercampurnya obat-obat yang bentuk maupun jenis yang
berbeda.
Aspek Penyaluran

Berdasarkan tabel 5 terdapat 44,4% Apotek yang sesuai


dengan Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 dan 55,6%
tidak sesuai. Berdasarkan penelitian dari Isna Sugih
Hartini dan Marchaban yaitu “Aspek ini berkaitan dengan
proses penyaluran obat dari Apotek kepada pasien” dan
menurut peraturan Kepala BPOM Tahun 2021 “Fasilitas
distribusi harus memastikan penyaluran narkotika dan
psikotropika ke fasilitas distribusi lain yang memiliki ijin
khusus penyalur narkotika dan psikotropika, instalasi
sediaan farmasi, apotek dan rumah sakit yang memiliki
kewenangan menyalurkan atau menyerahkan narkotika
dan psikotropika sesuai dengan peraturan perundang-
undangan “Dimana pada penyaluran ini terkait obat keras
disertai dengan resep dokter juga pelayanan untuk
narkotika dan psikotropika harus ditangani dengan
khusus dan wajib memakai resep dokter.
Aspek Penanganan
Berdasarkan tabel 6 pada aspek penanganan produk
kembalian dan kadaluarsa 73,3% Apotek sesuai dengan
Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 dan 26,7% tidak
sesuai. Berdasarkan penelitian dari Isna Sugih Hartini
dan Marchaban yaitu “Aspek ini berkaitan dengan proses
pengembalian produk kadaluarsa dan kembalian kepada
distributor beserta kelengkapan surat – surat “ dan
menurut Peraturan Kepala BPOM Tahun 2012 yaitu
“Jumlah identitas obat dan atau bahan obat kembalian
harus dicatat dalam catatan penerimaan dan
pengembalian barang “Berdasarkan hai tersebut jika
Apotek melakukan pengembalian harus selalu
menyertakan faktur pembelian kepada distributor.
Aspek Pemusnahan

Berdasarkan tabel 7 pada aspek pemusnahan yaitu


tentang pemusnahan yang dilakukan oleh Apotek dan
siapa saja yang menyaksikan proses pemusnahan serta
kelengkapan surat-surat pada proses pemusnahan.
Pada aspek ini 68,3% sesuai dengan Peraturan Kepala
BPOM Tahun 2012 dan 31,7% belum sesuai. Pada
aspek ini sebagian Apotek tidak melakukan pemusnahan
dikarenakan Apotek membeli dan memesan sesuai
dengan kebutuhan atau sedikit, dan menjual obat-obat
fast moving atau yang sering pasien butuhkan sehingga
obat tidak sampai kadaluarsa.

Kesimpulan Pelaksanaan distribusi obat di lima belas Apotek


yang berada di Wilayah Kecamatan Cikupa Kabupaten
Tangerang yang sesuai dengan Peraturan Kepala
BPOM Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 Tahun 2012
dalam hal Aspek Profil Sarana sebesar 77,3%, Aspek
Bangunan dan Peralatan sebesar 83,3%, aspek
pengadaan sebesar 72.2%, aspek penerimaan dan
penyimpanan sebesar 91,1%, aspek penyaluran sebesar
44,4%, aspek penanganan produk kembalian dan
kadaluarsa sebesar 73,3%, dan aspek pemusnahan
sebesar 68,3%.
PENGEMBANGAN HERBAL BERKHASIAT OBAT DENGAN

BAHAN DASAR SAYUR DI KECAMATAN TAWANGMANGU

Anif Nur Artanti, Okid Parama Astirin, Fea Prihapsara

Program Studi Farmasi/ Universitas Sebelas Maret, Surakarta


Pusat Penelitian Lingkungan Hidup/Universitas Sebelas Maret,
Surakarta

Alamat Korespondensi : Jl. Ir. Sutami No. 36A, Program Studi


Farmasi FMIPA Universitas Sebelas Maret Telp.

(0271) 663375
E-mail : antantinuranif@gmail.com

Abstrak

Perkebunan sayur merupakan sentral kegiatan ekonomi di Desa Nglurah


dan Desa Kalisoro yang terletak di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten
Karanganyar. Problem utama di UKM mitra (Lembah Manah dan Pakar
Tani) adalah belum adanya sistem yang mampu memfasilitasi kebutuhan
pengembangan pengolahan pasca panen sayur sehingga ketika panen
sayur melimpah, sementara pengepul belum datang serta penjualan sayur
di pasar Tawangmangu tidak lancar menyebabkan sayur menjadi busuk
dan rusak sehingga nilai jualnya rendah. Disamping itu juga masih
rendahnya pengetahuan masyarakat dalam melakukan teknis budidaya dan
pengolahan hasil pasca panen komoditas sayur, sehingga memunculkan
suatu gagasan yang dimaksudkan untuk mengangkat pengetahuan
masyarakat berbasis pengembangan sayur berkhasiat obat sebagai solusi
yang diharapkan mampu menjawab permasalahan kesehatan, kemiskinan
dan kelestarian alam khususnya di kecamatan Tawangmangu. Kegiatan
yang diusulkan bertujuan untuk melakukan diversifikasi usaha untuk
memanfaatkan sayur dalam bentuk kapsul sayur berkhasiat obat yang
masuk dalam kategori obat tradisional. Pengembangan usaha budidaya
sayur dilakukan diversifikasi usaha pengolahan sayur segar yang dibuat
dalam bentuk ekstrak yang dikemas dalam sediaan kapsul. Program
diversifikasi pengolahan sayur yang telah dilaksanakan adalah transfer
teknologi pembuatan kapsul sayur dengan pengeringan suhu rendah
sehingga tidak merusak kandungan senyawa aktif dan produksi kapsul
sayur yang berfungsi sebagai food suplemen. Melalui kegiatan ini anggota
UKM memperoleh pengetahuan praktis terhadap teknologi pasca panen
sekaligus pengemasannya sehingga diharapkan akan mampu memberikan
alternatif usaha perekonomian baru, yaitu produksi kapsul sayur.

Kata kunci : kapsul sayur, teknologi pasca panen, Tawangmangu


PENDAHULUAN
Kemajuan suatu bangsa dilihat dari perhatian terhadap pendidikan dan
perkembangan generasi muda bangsa. Indonesia merupakan negara
megabiodiversity yang kaya akan tanaman sayur-sayuran, dan potensial
untuk dikembangkan tetapi belum dikelola secara optimal. Apabila potensi
tanaman sayuran tersebut dikelola dengan baik akan bermanfaat tidak
hanya dari segi ekonomi, tetapi juga sosial budaya dan lingkungan. Lereng
Gunung Lawu khususnya di kecamatan Tawangmangu merupakan salah
satu lokasi yang strategis untuk budidaya sayuran dan tanaman obat.
Banyak produk sayur dan tanaman obat dijual dalam keadaan segar. Pada
saat panen beberapa komoditas mengalami penurunan nilai jual disamping
menerima resiko terjadinya busuk apabila tidak segera dilepas ke
konsumen. Diharapkan pengolahan pasca panen menjadi produk kapsul
sayur berkhasiat obat dapat meningkatkan nilai jual komoditas yang
dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Pada saat ini pengembangan
dan penggunaan produk non kimiawi lebih diminati karena rendah efek
samping. Trend di banyak kalangan adalah menjalani kehidupan yang
“back to nature”, sehingga trend ini menciptakan pangsa pasar yang baik
khusunya untuk produk kapsul sayur yang berkhasiat obat.
Kecamatan Tawangmangu memiliki letak geografis berada pada 07 o37’30”
LS-
07o42’00”LS dan 111o04’00” BT-111o12’00” LS. Batas wilayah Kecamatan
Tawangmangu di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan
Ngargoyoso, sebelah selatan dengan Kecamatan Jatiyoso, sebelah barat
dengan Kecamatan Matesih dan Karangpandan sedangkan sebelah timur
berbatasan dengan Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Tawangmangu
memiliki topografi kasar berupa perbukitan, lembah dan pegunungan
dengan ketinggian rata-rata 880 m dpal, jenis tanah sebagian besar
merupakan tanah andosol yang menurut Balai RLKT Solo sifatnya peka
terhadap erosi dan sebagian besar penggunaan tanahnya masih berupa
hutan, semak belukar, lahan pertanian, sawah, bangunan/pekarangan dan
tegalan. Kecamatan Tawangmangu memiliki 3 Kelurahan yaitu
Tawangmangu, Blumbang dan Kalisoro, dengan 7 (tujuh) desa yaitu
Bandardawung, Gondosuli, Karanglo, Nglebak dan Plumbon [1]. Secara
administratif, area perkebunan sayuran dan tanaman obat yang dikelola
oleh UKM mitra terletak di Desa Nglurah dan Desa Kalisoro. Pada
umumnya mata pencaharian penduduk Desa Nglurah dan Desa Kalisoro
adalah bertani, industri kecil dan jasa. Berdasarkan data dari BPS tahun
2011 , terdapat 24,95% penduduk miskin di Indonesia dan 15,72% yang
tinggal di desa. Data terakhir dari BPS menunjukan bahwa 7.09% penduduk
miskin di Indonesia tidak bersekolah [2]. Oleh karena itu, sudah saatnya kita
mengevaluasi sistem pendidikan masyarakat, khususnya sistem yang
berfokus pada kemajuan generasi muda. Dunia pendidikan Indonesia
terhambat oleh kondisi ekonomi, kultural, lingkungan dan sistem
pendidikan.
Kegiatan UKM 1 (Lembah Manah) adalah membudidayakan tanaman sayur
segar organik dimana dalam prosesnya tidak menggunakan bahan yang
berasal dari zat kimia. Pada UKM 1 sering kali digunakan sebagai
laboratorium alam sekolah dasar, untuk memberikan bekal nonkurikuler
pada anak-anak. Kegiatan yang dilakukan di mitra pada saat ini adalah
bercocok tanam komoditas sayuran dengan harga yang rendah dengan
resiko mengalami kebusukan apabila tengkulak tidak mengambil
produksinya. Gambaran kondisi saat ini dari UKM mitra dapat ditunjukkan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Kondisi UKM Mitra

Problem utama di UKM mitra adalah belum adanya sistem yang mampu
memfasilitasi kebutuhan pengembangan pengolahan pasca panen sayur
sehingga ketika panen sayur melimpah, sementara pengepul belum datang
dan/ atau penjualan sayur di pasar Tawangmangu tidak lancar
menyebabkan sayur menjadi busuk dan rusak sehingga nilai jualnya
rendah. Disamping itu juga masih rendahnya pengetahuan masyarakat
dalam melakukan teknis budidaya dan pengolahan hasil pasca panen
komoditas sayur, sehingga memunculkan suatu gagasan yang
dimaksudkan untuk mengangkat pengetahuan masyarakat berbasis
pengembangan herbal berbahan sayur sebagai solusi yang diharapkan
mampu menjawab permasalahan kesehatan, kemiskinan dan kelestarian
alam khususnya di kecamatan Tawangmangu [3]. Kegiatan yang diusulkan
dalam IbM ini merupakan kelanjutan dari kegiatan pengembangan sayur
organik (yang telah diawali dengan kegiatan Hibah Tanoto Education Grant
tahun 2012) yang pada akhir masa panen mengalami over produksi hingga
perlu terobosan lain untuk melakukan diversifikasi usaha untuk
memanfaatkan sayur dalam bentuk kapsul sayur berkhasiat obat. Usaha
tersebut diharapkan mampu menjadi ciri khas UKM 1 Lembah Manah.
Support bahan baku sayuran organik juga dilakukan oleh UKM 2 Kelompok
Tani Pakar Tani yang juga membudidayakan sayur organik.

METODE

Kegiatan utama adalah transfer teknologi pembuatan kapsul sayur


berkhasiat obat. Pelatihan akan diikuti praktek pembuatan kapsul sayur
oleh masing-masing kelompok mitra. Pelatihan akan diadakan selama 1
bulan. Praktek secara mandiri oleh kelompok UKM pembudidaya sayur
segar dan tanaman obat didampingi oleh Tim Pelaksana akan dilakukan
untuk meningkatkan keterampilan praktis para anggota UKM Lembah
Manah dan UKM Pakar Tani. Adapun metode pendekatan dan prosedur
kerja dalam pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Bentuk Kegiatan Pengabdian Masyarakat

No. Kegiatan Output

1 Sosialisasi Program dan Pemahaman terhadap


Pengelompokan anggota kegiatan yang akan dilakukan
dan pembagian kelompok
peserta
2 Trial and error dalam pembuatan Didapatkan formula dan
kapsul sayur berkhasiat obat metode pembuatan kapsul
sayur yang memenuhi aspek
mutu
3 Pelatihan pembuatan kapsul sayur Kemampuan melakukan
berkhasiat obat proses produksi kapsul sayur
dan cara pengemasan yang
baik sehingga menghasilkan
produk yang berkualitas
4 Pelatihan sanitasi dan higiene Pemahaman akan pentingnya
dalam pembuatan kapsul sayur aspek sanitasi dan higiene
berkhasiat obat dalam produksi kapsul sayur

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian masyarakat diawali dengan melakukan


observasi dan pengamatan fenomena di kecamatan Tawangmangu
sebagai penghasil sayur dimana dalam observasi awal tim menemukan
bahwa pada saat musim panen raya sayuran, banyak ditemukan sayuran
yang dibuang karena anjloknya harga. Oleh karena itu, tim pengabdian
melakukan upaya dalam rangka pemanfaatan sayuran menjadi produk
kapsul sayur, dimana produk kapsul sayur lebih praktis dalam
penggunaannya dan tahan lama.
Pengabdian yang telah dilakukan memberikan dampak yang lebih baik
bagi masyarakat maupun mitra, sebagaimana uraian berikut ini :

Sosialisasi Program
Sosialisasi program dilakukan dengan melibatkan semua kelompok UKM
Mitra. Anggota kelompok yang dilibatkan adalah anggota yang memiliki
minat, berwawasan maju, mau menerima inovasi teknologi, dan mampu
menularkan kepada orang lain sehingga diharapkan dapat menjadi pioner.
UKM mitra 1 Lembah Manah dan UKM mitra 2 Pakar tani, sebagai mitra
berpartisipasi aktif dalam diversifikasi pengolahan hasil panen menjadi
kapsul sayur. Setelah pelatihan dan praktek, secara bertahap dan
sistematis mereka diharapkan akan mengolah produk kapsul sayur dengan
standarisasi mutu mulai dari penyediaan bahan baku, proses produksi
hingga pengemasan dan pelabelan.
Gambar 2. Kegiatan Sosialisasi Pengabdian Masyarakat

Trial and Error dalam Pembuatan Kapsul Sayur Berkhasiat Obat

Kegiatan ini dilakukan di UKM Lembah Manah. Dalam pembuatan kapsul


sayur berkhasiat obat perlu dilakukan trial and error terlebih dahulu untuk
mendapatkan produk yang memiliki kualitas baik dilihat dari metode
ekstraksi, pengeringan, dan cara pengemasan. Setelah dilakukan trial and
error selama kurang lebih 2 minggu didapatkan 3 varian produk yaitu
Kapsul Selada, Kapsul Seledri dan Kapsul Caisim. Adapun khasiat dari
masing-masing produk adalah sebagai berikut :
a. Kapsul Selada
Khasiat Selada antara lain membantu proses pertumbuhan, membantu
menurunkan resiko diabetes, membantu proses diet, dan baik untuk ibu
hamil dengan kandungan vitamin K.
b. Kapsul Seledri
Manfaat seledri antara lain mengandung serat non larut yang baik untuk
diet, kaya antioksidan yang baik untuk menjaga imunitas tubuh,
mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan kulit dan mata, serta baik
dikonsumsi untuk penderita hipertensi
c. Kapsul Caisim
Manfaat Caisim antara lain baik untuk diabetes dengan kandungan serat,
menyehatkan tulang dengan kandungan vitamin K, mencegah kanker
dalam dosis kecil dengan kandungan glukosinolat, menyehatkan kulit dan
rambut dengan kandungan vitamin A dan C, dan baik untuk pencernaan.

Berikut prosedur pembuatan setelah melewati tahap trial and error:


Bersihkan sayuran dengan air mengalir. Masukkan ke dalam mesin juice
extractor hingga didapatkan sari sayuran. Tambahkan putih telur sebanyak
2% b/v dari volume sari, dan maltodekstrin sebanyak 10% b/v dari volume
sari, lalu blender selama 1 menit dengan kecepatan sedang. Tuang ke
dalam loyang lebar hingga membentuk lapisan tipis (2-3mm). Oven pada
suhu 60 0C selama 2 jam hingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak kering
kemudian diayak dengan ayakan 40 mesh, lalu kemas ke dalam kapsul.

Pelatihan Pembuatan Kapsul Sayur Berkhasiat Obat


Pelatihan pembuatan kapsul sayur dilakukan di UKM Lembah Manah, Desa
Nglurah, dipandu oleh Tim Pegabdian dan Mahasiswa Universitas Sebelas
Maret. Pelatihan diikuti oleh 7 peserta yang merupakan anggota UKM
Lembah Manah dan Pakar Tani. Dari kegiatan pelatihan ini sebagian besar
peserta mampu melakukan proses pembuatan kapsul sayur dan tehnik
pengemasan sehingga menghasilkan produk yang berkualitas.

(a) (b) ( c)

(d) (e) (f)

Gambar 4. (a) Suasana pelatihan pembuatan kapsul sayur; (b) penyiapan


bahan baku sayur; (c) ekstraksi dengan juice ekstraktor; (d) pengeringan
dengan oven; (e) cangkang kapsul sebagai bahan kemas; dan (f) produk
jadi kapsul sayur
Pelatihan Sanitasi dan Higiene
Pelatihan sanitasi dan higiene dilakukan di UKM Lembah Manah, Desa
Nglurah, dipandu oleh Tim Pegabdian dan Mahasiswa Universitas Sebelas
Maret. Pelatihan diikuti oleh 20 peserta yang merupakan anggota UKM
Lembah Manah dan Pakar Tani. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan akan penanganan produk, khususnya
kaspsul sayur secara benar, dimulai dari penanganan bahan baku sampai
kepada pengolahan dan pengemasan, untuk menjaga agar konsumen
terjaga dari bahaya yang ditimbulkan oleh produk yang dibuat [7]. Para
peserta cukup antusias dalam mengikuti

pelatihan ini, dan U KM mitra sepakat bahwa produk kapsul sayur ini dapat diproduksi
dengan merancang pembentukan Usaha Kecil Obat Tradisional.

Gambar 4. Kegiatan Pelatihan Sanitasi dan Higiene

Meskipun pelaksanaan pengabdian masyarakat ini sudah terlaksana sesuai


dengan perencanaan program, akan tetapi tim pengabdian masyarakat
selalu membina secara berkesinambungan agar kegiatan produksi kapsul
sayur yang dilakukan oleh mitra IbM akan terus berlanjut dan selalu
melakukan langkah perbaikan sistem untuk memenuhi aturan persyaratan
produk kapsul sayur sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga produk yang dapat dibuat
bisa didaftarkan untuk memperoleh izin edar. Tim pengabdian selalu
melakukan pembinaan melalui konsultasi dan pemberian wacana menuju
agar produk kapsul sayur ini dapat diproduksi oleh Usaha Kecil Obat
Tradisional yang terstandar. UKM Lembah Manah dan UKM Pakar Tani,
sebagai mitra berpartisipasi aktif dalam pengolahan tanaman sayur
menjadi produk kapsul sayur. Setelah pelatihan dan praktek, secara
bertahap dan sistematis mereka mampu mengolah sayur menjadi kapsul
sayur dengan standarisasi mutu mulai dari penyediaan bahan baku, proses
produksi hingga pengemasan dan pelabelan. Permasalahan yang dihadapi
dalam transfer paket teknologi akan dikaji bersama-sama dalam evaluasi
kegiatan serta umpan balik dari kelompok mitra. Adapun masalah yang
belum dapat dipecahkan akan dikonsultasikan lebih lanjut kepada
narasumber yang kompeten. Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan akan
disusun konsep strategi produksi dan pemasaran produk untuk menjamin
keberlanjutan program secara mandiri.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari program pengabdian ini sebagai berikut:
1. Pembuatan kapsul sayur berkhasiat obat dengan teknologi pemanasan
suhu rendah (<60 oC) sehingga tidak merusak komponen aktif yang
terkandung di dalam sayur
2. Pemahaman akan pentingnya aspek sanitasi dan higiene dalam
pembuatan produk, sehingga produk akan memenuhi uji persyaratan
mutu apabila akan didaftarkan izin edarnya.
3. Kapsul sayur berkhasiat obat menjadi salah satu produk alternatif dalam
upaya pemanfaatan hasil produksi sayur yang melimpah.
Pengabdian kapsul sayur berkhasiat obat sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat di Desa Nglurah dan Kalisoro, Kecamatan
Tawangmangu telah dapat dijalankan dengan baik dengan kerjasama
tim pengabdian yang baik dan peran aktif dari penyuluh/narasumber
dalam kegiatan pengabdian ini maka semuanya telah berjalan sesuai
yang diharapkan dan harapannya dapat memberikan manfaat bagi
mitra pengabdian masyarakat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terimakasih kepada Kemenristek Dikti atas dukungan finansial berupa
hibah pengabdian IbM tahun 2016 sehingga pengabdian ini dapat
terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Pemkab Karanganyar, 2013, Karanganyar Dalam Angka tahun 2013,
Kabupaten Karanganyar.
[2] Badan Pusat Statistik, 2013, Kabupaten karanganyar Dalam Angka
tahun 2013, Kabupaten Karanganyar.
[3] Agoes G, 2012, Pengembangan Sediaan Farmasi, Penerbit ITB,
Bandung
[4] Badan Pengawas Obat dan Makanan R.I, 2010, Acuan Sediaan Herbal,
Vol 5, Badan POM RI Jakarta.
[5] Anonim, 2010, Herbal Indonesia Berkhasiat, Vol.10, Trubus, Jakarta,
Indonesia.
[6]Roselyndiar, 2012, Formulasi Kapsul Kombinasi Ekstrak Herba Seledri
Dan DaunTempuyung, Fakultas MIPA, Ekstensi farmasi, Universitas
Indonesia
[7] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2012, Petunjuk Operasional
Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Jilid 2, Badan POM RI,
Jakarta.
Judul PENGEMBANGAN HERBAL BERKHASIAT
OBATDENGAN BAHAN DASAR SAYUR DI
KECAMATAN TAWANGMANGU

Jurnal Riset Industri Hasil Hutan

Penulis Anif Nur Artanti, Okid Parama Astirin, Fea Prihapsara

Tahun, 2016 Page 34 sampai 40


Halaman

Reviewer Wahyuda Syahfril Majid

Tujuan Untuk melakukan diversifikasi usaha untuk


Penelitian memanfaatkan sayur dalam bentuk kapsul sayur
berkhasiat obat yang masuk dalam kategori obat
tradisional.

Metode Metode pendekatan dan prosedur kerja dalam


Penelitian pengabdian masyarakat

Subjek Perkebunan sayur yang merupakan sentral kegiatan


Penelitian ekonomi Desa Nglurah dan Desa Kalisoro yang terletak
di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

Hasil Kegiatan pengabdian masyarakat diawali dengan


Pembahasan melakukan observasi dan pengamatan fenomena di
kecamatan Tawangmangu sebagai penghasil sayur
dimana dalam observasi awal tim menemukan bahwa
pada saat musim panen raya sayuran, banyak ditemukan
sayuran yang dibuang karena anjloknya harga. Oleh
karena itu, tim pengabdian melakukan upaya dalam
rangka pemanfaatan sayuran menjadi produk kapsul
sayur, dimana produk kapsul sayur lebih praktis dalam
penggunaannya dan tahan lama.
Kesimpulan 1. Pembuatan kapsul sayur berkhasiat obat dengan
teknologi pemanasan suhu rendah (<60 oC) sehingga
tidak merusak komponen aktif yang terkandung di
dalam sayur
2. Pemahaman akan pentingnya aspek sanitasi dan
higiene dalam pembuatan produk, sehingga produk
akan memenuhi uji persyaratan mutu apabila akan
didaftarkan izin edarnya.
3. Kapsul sayur berkhasiat obat menjadi salah satu
produk alternatif dalam upaya pemanfaatan hasil
produksi sayur yang melimpah.
Pengabdian kapsul sayur berkhasiat obat
sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di Desa
Nglurah dan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu
telah dapat dijalankan dengan baik dengan
kerjasama tim pengabdian yang baik dan peran aktif
dari penyuluh/narasumber dalam kegiatan
pengabdian ini maka semuanya telah berjalan sesuai
yang diharapkan dan harapannya dapat memberikan
manfaat bagi mitra pengabdian masyarakat.
PEMANFAATAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne sp.)
DAN CANGKANG KEMIRI (Aleurites molucca) UNTUK OBAT
NYAMUK ALAMI

THE UTILIZATION OF GEMOR BARK (Alseodaphne sp.) AND


HAZELNUT (Aleurites molucca) SHELL AS NATURAL MOSQUITOS
COIL
Budi Tri Cahyana*), Andri Taruna Rachmadi *) *)Peneliti Baristand
Industri Banjarbaru

ABSTRAK

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya di


Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Untuk mencegah
nyamuk penyebab, masyarakat cenderung menggunakan obat nyamuk
bakar pasaran yang mengandung bahan kimia yang kurang aman jika
terhirup terlalu sering. Penelitian ini telah berhasil membuat obat nyamuk
bakar berbahan kulit gemor dan limbah kulit kemiri yang berfungsi sebagai
insektisida alami terbukti dengan uji fitokimianya yang mengandung
alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida. Sebagai
formulasi komposisi obat nyamuk bakar dalam penelitian ini , digunakan 6
(enam) perbandingan jumlah partikel kulit batang gemor dan kulit cangkang
kemiri sebagai berikut :100% : 0 % ; 80 % : 20 % ; 65 % : 35 % ; 50 % : 50
% ; 35 % : 65% dan 20 % : 80%. Berdasaran hasil analisa sidik ragam hasil
uji terbaik didapat pada konsentasi kulit gemor 50%, 35% dan 20% . Uji obat
nyamuk bakar terhadap nyamuk dilakukan dengan penentuan LT50 selama
6 hari dengan 5 konsentrasi berbeda. Hasilnya konsentrasi kulit gemor 50%
berpengaruh sangat nyata terhadap daya bunuh nyamuk. Dari segi
perhitungan tekno ekonomi pembuatan obat nyamuk bakar dari kulit gemor
ini masih lebih murah dibandingkan dengan produk di pasaran. Oleh karena
itu, hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam skala industri yang ramah
lingkungan dan aman untuk kesehatan.
Kata kunci : kulit gemor, kulit kemiri, obat nyamuk, alami, ramah
lingkungan.

ABSTRACT
Blood fever and Chikungunya cases in Indonesia are increasing
annually. For preventing the mosquios, people use mosquito coil which is
contain dangerous chemical compound. This research has successly
created a natural mosquito coil with gemor bark and hazelnut fruit shell as
the main material. Gemor bark is positive containing alcaloid,tanin, phenolk,
flvonoid, triterpnoid and glycocydic compounds which are natural
bioinsecticide. As formulation the comparison of gemor bark and hazelnut
shell as follow :100% : 0 % ; 80 % : 20 % ; 65 % : 35 % ; 50 % : 50 % ; 35
% : 65% and 20 % : 80% were used. Base one random variance analysis,
the best formula was the using of gemor bark in 50%, 35% and 20% of
concentration. The mosquitos killing force analysis was using the LT50 for
6 days with 5 diferent concentrations. The result showed that 50 % of gemor
bark was significantly influenced in the killing force. From the economic
view, the producion of this coil was cheaper then the same product in the
maket. Base on all the result, the research product is applicable in mass
producion and safe for human health and the environment.

Keywords: gemor bark , hazelnut fruit shell , mosquito coil, natural ,


ecofriendly
PENDAHULUAN

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Chikungunya di


Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009
terdapat 137.600 kasus dengan 1.170 kematian, ini jauh meningkat bila
dibandingkan kasus DBD tahun 2008 yaitu 126.600 kasus dengan 1.084
kematian (Wijayanti, 2008). Peningkatan kasus DBD dilaporkan juga terjadi
di Provinsi Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Barat, dan Maluku Utara. Untuk
menanggulangi bahaya DBD pemerintah mencanangkan gerakan 3 M
untuk pencegahan dan fogging untuk membasmi nyamuk yang ada. Namun
hal ini dirasa belum cukup karena kedua hal diatas tidak bisa dilakukan
setiap saat dan cenderung menunggu adanya kasus baru. Masyarakat
cenderung menggunakan obat nyamuk bakar pasaran yang murah dan
cepat bekerja namun mengandung bahan kimia yang kurang aman jika
terhirup terlalu sering karena merupakan insektisida buatan.
Obat nyamuk bakar (pemberantas nyamuk) adalah bahan padat yang
terdiri dari 2 (dua) buah lingkaran yang saling mengisi. Apabila akan
digunakan kedua buah lingkaran tersebut lebih dahulu dipisahkan satu
sama lain (BPPI, 1993). Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan
obat nyamuk bakar adalah serbuk kayu, tepung tempurung dan tepung
sejenis kayu yang dicampur dengan zat pewarna, bahan perekat,
pengawet, bahan aktif dan wangi-wangian. Campuran bahan ini kemudian
dibentuk menjadi lempengan dan selanjutnya dicetak lalu dikeringkan. Satu
koil obat nyamuk bakar ini ternyata bahayanya sama dengan 100 batang
rokok (http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2 011/12/17/satu-koil-obat-
nyamuk-bakarsama-dengan-100-batang-rokok/) sehingga haruslah dicari
alternatif bahan alami yang murah sebagai substitusi bahan kimianya.
Pada penelitian ini digunakan bahan insektisida nabati yang alami.
Insektisida nabati merupakan bahan alami, bersifat mudah terurai di alam
(biodegradable) sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman
bagi manusia karena residunya mudah hilang. Senyawa yang terkandung
dalam tumbuhan dan diduga berfungsi sebagai insektisida diantaranya
adalah golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, alkaloid, minyak atsiri
dan steroid. Kulit kayu gemor sangat berpotensi sebagai sebagai bahan
insektisida alami karena mengandung pyretin yang aman dan limbah kulit
kemiri sebagai fillernya karena mengandung minyak dan tanin.
Kulit batang gemor berasal dari pohon gemor (Alseodaphne spp)
termasuk dalam famili Lauraceae dan banyak tumbuh di daerah hutan hujan
dataran rendah dan hidupnya berkelompok di hutan Kalimantan Selatan
dan Kalimantan Tengah. Menurut Violet (2007), produksi kulit kayu gemor
di Kalimantan tengah, pada tahun 2002 sebesar 39.12 ton dan produksi
setiap tahun cenderung meningkat. Pohon gemor berdiameter 30 cm dapat
menghasilkan kulit kayu sebanyak 250 - 300 kg/pohon dan diameter 40 cm
dapat menghasilkan kulit sebanyak 500-600 kg/pohon dalam kondisi basah.
Kulit batang pohon gemor belum banyak dimanfaatkan untuk dijadikan
produk secara komersial. Pohon ini banyak tumbuh di kawasan gambut dan
banyak terdapat di Kalimantan (Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Selatan).
Sebagai bahan pengisi digunakan limbah kulit kemiri (Aleuritus
moluccana) yang merupakan tanaman asli negara bagian Hawai, US. Biji
kemiri dalam keadaan mentah mengandung asam hidrosianik yang
beracun, oleh karena itu penggunaan biji kemiri harus disangrai terlebih
dahulu sampai hangat. Minyak kemiri mengandung asam lemak jenuh yang
terdiri dari asam palmitat dan asam stearat dan juga asam lemak tak jenuh
yang terdiri dari asam oleat, asam linolenat dan asam arachidat (Muchlisian
& Hening 2008). Kemiri ini biasanya yang digunakan sebagai rempah
pangan adalah bagian bijinya saja sedangkan kulitnya dibuang begitu saja
sehingga pemanfaatan limbah kulit kemiri ini sangat bermanfaat.
(Muhlisah dan Hening 2009).
BAHAN DAN METODA

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang
gemor dan kulit cangkang kemiri (Aleurites molucca) yang telah dikeringkan
terlebih dahulu di bawah sinar matahari dan dibersihkan dari kotoran yang
masih menempel. Bahan perekat yang digunakan adalah tepung tapioka
serta madu (Samad 2001). Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian
ini antara lain hidraulik press, ayakan 25 mesh, oven, terpal, neraca,
lumpang besi, mesin crusher, blender, pisau pemotong, kompor, ruang
pengujian ukuran 3 x 3 x 4 m, kandang uji nyamuk ukuran besar 70 x 70 x
70 cm dan ukuran kecil 35 x 35 x 35 cm, alat pencetak partikel bentuk
spiral, gelas piala, baki, pengaduk dan lain-lain.
Sebelum dibentuk untuk menjadi obat nyamuk bakar, kulit batang
gemor dan kulit cangkang kemiri dipotong-potong dan dihaluskan sampai
menjadi partikel kecil dan dijemur sampai kadar air kering udara. Kedua
partikel ini kemudian diayak menggunakan saringan 25 mesh. Kulit gemor
diuji fitokimianya di Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Kimia
Bogor.
Sebagai faktor pembanding komposisi obat nyamuk bakar dalam
penelitian ini , digunakan 6 (enam) perbandingan jumlah partikel kulit
batang gemor dan kulit cangkang kemiri sebagai berikut :100% : 0 % ; 80
% : 20 % ; 65 % : 35 % ; 50 % : 50 % ; 35 % : 65% dan 20 % : 80%. Kedua
partikel selanjutnya dibuat adonan dengan mencampur perekat
menggunakan tepung tapioka sebanyak 5 % dari berat total. Berat partikel
yang digunakan untuk 1 (satu) contoh uji obat nyamuk bakar yaitu 52,24
gram dan berat perekat 2,6 gram. Adonan selanjutnya dicetak sesuai
bentuk obat nyamuk bakar dan dikempa dengan tekanan 25 kg. Produk
yang dihasilkan dikeringkan hingga kering udara atau dengan kadar air
sekitar 12 %.
Parameter pengujian untuk produk obat anti nyamuk bakar dilakukan
sesuai Standar Nasional Indonesia obat nyamuk bakar no. SNI 06-3566-
1994 yang meliputi berat per pasang, lama bakar, kadar air dan
mendatangkan pengaruh terhadap mematikan nyamuk. Obat nyamuk
bakar dipasang didekat kandang uji nyamuk dan pengamatan dilakukan
dengan cara menghitung nyamuk yang mati setelah 24 jam.

Hasil pengujian dengan Rancangan Acak Lengkap (Sudjana, 1991)


dan dilanjutkan Uji Beda Nyata Jujur dari Tukey (Sudjana 1989).
Sedangkan untuk pengujian anti nyamuknya dilakukan pada konsentrasi
lethal 50 (LT50). Pelaksanaan pengujian ini di laboratorium MIPA Biologi
Universitas Lambung mangkurat. Hal ini dilakukan dalam 2 tahap yaitu
pengujian pendahuluan dan pengujian penentuan LT50. Pengujian
pendahuluan bertujuan untuk menentukan 5 konsentrasi pengujian yang
akan digunakan penghitungan LT50 selama 6 hari. Pengujian pendahuluan
dan pengujian penentuan LT50 dilakukan dengan rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 5 kali perlakuan dan 4 kali ulangan. Pengujian yang
dilakukan didalam kandang nyamuk yang berisi 100 ekor nyamuk yang
berumur 2 - 5 hari dimasukkan ke ruang pengujian. Nyamuk diberi pakan
madu dengan konsentrasi 10%. Obat nyamuk bakar dipasang didekat
kandang uji nyamuk dan pengamatan dilakukan dengan cara menghitung
nyamuk yang mati setelah 24 jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil uji fitokimia pada kulit kayu gemor kondisi kering udara
menunjukkan bahwa kulit kayu gemor mengandung seperti alkaloid, tanin,
fenolik, flavonoid, triterpenoid dan glikosida sepert terlihat pada Tabel 1.
Senyawa diatas memiliki efek yang berbeda sebagai insektisida alami.
Alkaloid memiliki sifat metabolit terhadap satu atau beberapa asam amino.
Efek toksik lain bisa lebih kompleks dan berbahaya terhadap serangga,
yaitu mengganggu aktifitas tirosin yang merupakan enzim esensial untuk
pengerasan kulit serangga. Tanin dapat bereaksi dengan protein
membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Bila serangga
memakannya, maka reaksi penyamakan Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia dari
Kulit Kayu Gemor.
Parameter Hasil Metode
No.
Uji Pengujian Pengujian
1. Alkaloid +
2. Saponin -
3. Tanin +
4. Fenolik +++
Kualitatif
5. Flavonoid +++
6. Triterpenoid ++
7. Steroid -
8. Glikosida ++

Keterangan :
- : Negatif
+ : Positif lemah ++ : Positif
+++ : Positif kuat
++++ : Positif kuat sekali

dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh
cairan pencernaan hewan sehingga salah satu fungsi utama tanin dalam
tumbuhan ialah sebagai penolak hewan termasuk serangga. Gejala yang
diperlihatkan dari hewan yang mengkonsumsi tanin yang banyak adalah
dengan menurunnyanya laju pertumbuhan, kehilangan berat badan dan
gejala gangguan nutrisi. Flavonoid termasuk kelas fenol, dan kelompok
flavonoid bersifat insektisida alam yang memiliki reproduksi yaitu
antifertilitas. Dengan banyaknya kandungan senyawa yang berpotensi
sebagai insektisida alami ini maka kayu gemor cukup berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan baku obat nyamuk bakar.
Dari hasil analisa pada (Tabel 2) ternyata bahwa dari 6 (enam) variasi
konsentrasi perlakuan yang dilakukan, hasil terstabil dari daya bakarnya
ada pada kosentrasi kulit gemor 20% dan kulit kemiri 80%. Hal ini
dimungkinkan kandungan minyak yang lebih banyak pada kemiri yang
membangkitkan panas sehingga pembakaran lebih stabil. Secara
morfologi, bentuk permukaannya lebih kasar dan berwarna hitam pada
permukaan obat nyamuk bakar. Salah satu kelebihannya, pada saat
dibakar obat nyamuk bakar kulit batang gemor tidak menimbulkan percikan
dan mengeluarkan kumpulan asap yang membakar partikel secara kontin

Tabel 2. Hasil Analisa Kadar Air, Berat per Pasang, Lama Bakar, Daya

Variasi Konsentrasi Parameter Uji Obat Nyamuk Bakar dari Kulit


Perlakuan (%) Batang
Gemor
No.
Kulit Cangkang Kadar Air Berat Per Lama Daya
Kayu Kemiri (%) Pasang Bakar Bakar
Gemor (gram) (Jam)

Kurang
1. 100 0 11,21 24,60 11,88
Stabil

Kurang
2. 80 20 10,46 24,49 10,95
Stabill

Kurang
3. 65 35 10,42 24,05 10,18
Stabil

4. 50 50 9,02 26,01 10,05 Agak


Stabil

5. 35 65 9,98 22,58 8,96 Stabil

6. 20 80 9,12 24,90 10,05 Stabil


Bakar dari Kulit Batang Gemor
Tabel. 3 Analisa Sidik Ragam Partikel Obat Nyamuk Bakar

Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between
Groups 19147.2 4 4786.8 36.70859 1.39643E- 3.055568
07
Within Groups 1956 15 130.4

Total 21103.2 19
BNT(5%) 2.131 17.38667 37.05099
BNT(1%) 2.947 51.23851

Tabel. 4 Analisa Uji Beda Nyata Jujur Obat Nyamuk Bakar

Perlakuan Rerata Selisih Rerata deviasi


Positif 50 35 20 0
Positif 93 0
50 59 34 0
35 48 45 * 11 0
20 29 64** 30 19 0
Negative 0 93** 59** 48* 29 0
Keterangan : *) berbeda nyata

**) berbeda sangat nyata

Lama bakar dari 6 (enam) variasi konsentrasi perlakuan pada variasi


konsentrasi perlakuan 4, 5, 6 dibanding variasi konsentrasi perlakuan 1, 2,
3 lebih cepat terbakar karena komposisi kulit cangkang kemiri lebih banyak
untuk proses membakar obat nyamuk bakar dan daya bakar stabil untuk
mempertahankan nyala kontinu sampai habis.

Dari hasil analisa sidik ragam obat nyamuk bakar pada Tabel 3 dapat
dikemukakan perlakuan komposisi yang dilakukan adalah positif sebagai
obat nyamuk yang memungkinkan untuk dipasarkan adalah dengan
komposisi kulit batang gemor 50 % , 35 % dan 20 %. Pada perlakuan
komposisi tersebut obat nyamuk mempunyai lama bakar dan daya bakar
stabil. Rata-rata mati nyamuk tertinggi dalam kandang pengujian pada
perlakuan komposisi 50 % kulit batang gemor ; kulit cangkang kemiri 50 %
adalah 59 ekor. Kulit batang mengandung flavanoid dan fenolik yang
bersifat tosik berbahaya terhadap insekta yang merupakan insektisida
alami. Dari analisa uji beda nyata jujur obat nyamuk bakar pada Tabel 4
dapat dikemukakan tidak berbeda nyata antara obat nyamuk bakar
dipasaran dengan perlakuan variasi konsentrasi kulit kayu gemor 50 %.
Kulit kayu gemor mengandung daya bunuh nyamuk setara dengan obat
nyamuk dipasaran. Sedang pada perlakuan variasi konsentrasi kulit kayu
gemor 50 % dibandingkan dengan tanpa perlakuan (tanpa obat nyamuk)
berpengaruh sangat nyata terhadap daya bunuh nyamuk. Hal ini kulit kayu
gemor mempunyai daya bunuh nyamuk karena mengandung utama tanin
dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan termasuk serangga.

Secara tekno ekonomi , pembuatan obat nyamuk bakar adalah


sebagai berikut :

a. Biaya pembuatan bahan obat nyamuk bakar dengan ukuran 1


(satu) lingkaran (kulit batang gemor : kulit cangkang kemiri = 35 % : 65 %,
perekat tapioka = 5 %)

- 9,15 gr kulit batang gemor @ Rp.15.000,-/kg = Rp.137,-


- 17 gr kulit cangkang kemiri @ Rp. 4000,-/kg = Rp 68,-

- 2,5 gr perekat tapioka @ Rp. 7000,-/kg = Rp. 17,5,-

Jumlah = Rp. 222,5,- Jumlah keping per kotak 10 (sepuluh) keping, dari
1(satu) keping partikel obat nyamuk bakar Rp. 222,5,- x 10 = Rp. 2225,-

b. Biaya operasional pembuatan obat nyamuk bakar

- Biaya listrik untuk pengadukan campuran bahan partikel obat


nyamuk bakar Waktu pengadukan 5 menit (1 kwh = Rp. 750,-) = Rp. 62,5,-

- Biaya tenaga kerja = Rp 500,-

Jumlah = Rp. 562,5,-

Total Biaya : Rp 2225,- + Rp 562,5,- = Rp 2787,5,-

Biaya pembuatan obat nyamuk bakar kulit kayu gemor sepuluh


keping adalah Rp 2787,5,-. Adapun harga obat nyamuk bakar dipasaran
per kotak isi sepuluh keeping adalah Rp 2.800,-. Selisih harga obat nyamuk
bakar dengan harga di pasaran adalah Rp 12,5,- perkotak (sepuluh keping).
Dengan demikian obat nyamuk bakar kulit batang gemor lebih murah
dibandingkan dengan obat nyamuk bakar di pasaran.

KESIMPULAN

Kulit kayu gemor dapat digunakan sebagai insektisida alami karena


mengandung zat aktif seperti alkaloid, tanin, fenolik, flavanoid, triterpenoid
dan glikosida yang berfungsi sebagai zat pembunuh nyamuk. Secara tekno
ekonomi , pembuatan obat nyamuk bakar adalah sebagai berikut :

1. Perlakuan yang terbaik dengan lama terbakar dan daya bakar pada yaitu
50 % kulit kayu gemor ; 50 % kulit cangkang kemiri, komposisi 35 % kulit
kayu gemor ; 65 % kulit cangkang kemiri dan komposisi 20 % kulit kayu
gemor ; 80 % kulit cangkang kemiri.
2. Kemampuan daya bunuh nyamuk didapat pada konsentrasi perlakuan
50 % kulit kayu gemor : 50 % kulit cangkang kemiri, 35 % kulit kayu
gemor : 65 % kulit cangkang kemiri dan 20 % kulit kayu gemor : 80 %
kulit cangkang kemiri.
3. Dari segi ekonominya obat nyamuk bakar alami ini lebih murah daripada
obat nyamuk komersil.
DAFTAR PUSTAKA

1. Natsir Usman, 1993. Pengolahan Kayu Gemor Sebagai Bahan


Pemberantas Nyamuk Jenis Bakar. Balai Riset dan Standardisasi
industri, Banjarbaru. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,
Departemen Perindustrian.

2. http://id.wikipedia.org/wiki/chikungunya, 2010. Akses 19 Februari 2010


Jam 09.43 Wita
3. http://kesehatan.kompasiana.com/medis /2011/12/17/satu-koil-obat-
nyamukbakar-sama-dengan-100-batang-rokok/
4. Krisma Wijayanti, 2008. PenyakitPenyakit Yang Meningkat Kasusnya
Akibat Perubahan Iklim Global. Vol.21 No. 3. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Kebijakan Kesehatan. Departemen Kesehatan. Edisi
Juli – September.
5. Muhlisah F dan Hening S. 2009. Sayur dan bumbu dapur berkhasiat
obat.
Jakarta : Penebar Swadaya.
6. Samad, SH, 2001. Perekat dan Perekatan Kayu. Fakultas Kehutanan
Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.

7. Sudjana, 1989. Metode Statistika. Edisi ke-5. Tarsito Bandung.

8. Saptowalyono, C. A. http://kompas.com/kompascetak/0602/
10/ekora/2174941.htm 20 Januari 2007.
9. Violet Hatta, 2007. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Perlu
Kearifan. Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru.

10. Zulnely, D. Martono, 2003.


Pemanfaatan Kulit Gemor (Alseodaphne sp) Sebagai Bahan Baku
Pembuatan anti Nyamuk Bakar. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis
Vol.1 No. 1: 12-19. Pusat Penelitian Hasil Hutan Bogor.
Judul PEMANFAATAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne
sp.) DAN CANGKANG KEMIRI (Aleurites molucca)
UNTUK OBAT NYAMUK ALAMI
Penulis Budi Tri Cahyana*), Andri Taruna Rachmadi

Tahun, Volume.3, No.2, Desember 2011 : Page 13 – 19


Halaman

Reviewer Wahyuda Syahfril Majid

Tujuan Untuk mencegah nyamuk penyebab, masyarakat


Penelitian cenderung menggunakan obat nyamuk bakar pasaran
yang mengandung bahan kimia yang kurang aman jika
terhirup terlalu sering.

Subjek Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dan


Penelitian Chikungunya di Indonesia cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.

Hasil Lama bakar dari 6 (enam) variasi konsentrasi


Pembahasan perlakuan pada variasi konsentrasi perlakuan 4, 5, 6
dibanding variasi konsentrasi perlakuan 1, 2, 3 lebih
cepat terbakar karena komposisi kulit cangkang kemiri
lebih banyak untuk proses membakar obat nyamuk bakar
dan daya bakar stabil untuk mempertahankan nyala
kontinu sampai habis.

Dari hasil analisa sidik ragam obat nyamuk bakar


pada Tabel 3 dapat dikemukakan perlakuan komposisi
yang dilakukan adalah positif sebagai obat nyamuk yang
memungkinkan untuk dipasarkan adalah dengan
komposisi kulit batang gemor 50 % , 35 % dan 20 %.
Pada perlakuan komposisi tersebut obat nyamuk
mempunyai lama bakar dan daya bakar stabil. Rata-rata
mati nyamuk tertinggi dalam kandang pengujian pada
perlakuan komposisi 50 % kulit batang gemor ; kulit
cangkang kemiri 50 % adalah 59 ekor. Kulit batang
mengandung flavanoid dan fenolik yang bersifat tosik
berbahaya terhadap insekta yang merupakan insektisida
alami. Dari analisa uji beda nyata jujur obat nyamuk bakar
pada Tabel 4 dapat dikemukakan tidak berbeda nyata
antara obat nyamuk bakar dipasaran dengan perlakuan
variasi konsentrasi kulit kayu gemor 50 %. Kulit kayu
gemor mengandung daya bunuh nyamuk setara dengan
obat nyamuk dipasaran. Sedang pada perlakuan variasi
konsentrasi kulit kayu gemor 50 % dibandingkan dengan
tanpa perlakuan (tanpa obat nyamuk) berpengaruh
sangat nyata terhadap daya bunuh nyamuk.
Kesimpulan Secara tekno ekonomi , pembuatan obat nyamuk bakar
adalah sebagai berikut :

4. Perlakuan yang terbaik dengan lama terbakar dan


daya bakar pada yaitu 50 % kulit kayu gemor ; 50 %
kulit cangkang kemiri, komposisi 35 % kulit kayu
gemor ; 65 % kulit cangkang kemiri dan komposisi
20 % kulit kayu gemor ; 80 % kulit cangkang kemiri.
5. Kemampuan daya bunuh nyamuk didapat pada
konsentrasi perlakuan 50 % kulit kayu gemor : 50 %
kulit cangkang kemiri, 35 % kulit kayu gemor : 65 %
kulit cangkang kemiri dan 20 % kulit kayu gemor : 80
% kulit cangkang kemiri.
6. Dari segi ekonominya obat nyamuk bakar alami
ini lebih murah daripada obat nyamuk komersil.
PENENTUAN LIMIT ALERT DAN LIMIT ACTION BERDASARKAN
DATA
PEMANTAUAN SUHU LABORATORIUM PENGAWASAN MUTU
PT. HOLI PHARMA SELAMA TAHUN 2016

Septiyani Mustikawati, Rani Dwi Hariyati

1Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran


Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363

septiyani.mustika@gmail.com

Abstrak

PT. Holi Pharma merupakan salah satu industri farmasi di Bandung,


Jawa Barat yang telah memiliki izin untuk memproduksi sediaan tablet,
tablet salut, kapsul keras, dan cairan oral nonbetalaktam. Berdasarkan
standar sistem manajemen mutu laboratorium, laboratorium pengawasan
mutu harus memantau, mengendalikan dan merekam suhu di ruangan
pengujian karena berdampak pada validitas mutu data yang dihasilkan.
Laboratorium pengawasan mutu PT. Holi Pharma menetapkan standar
spesifikasi suhu ruangan di laboratorium yaitu 20 o – 28oC. Dalam
melakukan pemantauan suhu perlu dibuat rencanaan pemantuan untuk
memastikan bahwa suhu ruangan laboratorium selalu dalam spesifikasi
yang telah ditentukan, untuk itu perlu dirancang terlebih dahulu limit alert
dan limit action. Limit alert didapat dengan rumus (Mean±2SD), sedangkan
limit action didapat dengan rumus (Mean±3SD). Berdasarkan hasil
perhitungan terhadap data pemantauan suhu laboratorium pengawasan
mutu PT. Holi Pharma tahun 2016, didapatkan limit alert suhu laboratorium
pengawasan mutu PT. Holi Pharma adalah 22,5 oC dan 25,5oC, sedangkan
limit action-nya berada pada suhu 21,8oC dan 26,2oC.
Kata Kunci : Limit Alert, Limit Action, Pemantauan Suhu, Laboratorium
Pengawasan Mutu
Abstract

PT. Holi Pharma is one of the pharmaceutical industries in Bandung,


West Java that has been licensed to produce nonbetalactam tablets, coated
tablets, hard capsules, and oral fluids. Based on standard of laboratory
quality management system, quality control laboratories should monitor,
control and record the temperature in the test chamber as it affects the
quality validity of the resulting data. PT. Holi Pharma quality control
laboratory set the standard specification of room temperature in the
laboratory that is 20o - 28oC. In conducting temperature monitoring it is
necessary to make a monitoring plan to ensure that the temperature of the
laboratory room is always within the specified specification, therefore it is
necessary to first design the limit of alert and limit action. Limit alert is
obtained by the formula (Mean ± 2SD), while the action limit is obtained by
the formula (Mean ± 3SD). Based on the result of calculation of monitoring
data of laboratory temperature of quality control of PT. Holi Pharma in 2016,
obtained limit of temperature control lab temperature quality control PT. Holi
Pharma is 22.5oC and 25,5oC, while its limit action is at a temperature of
21.8oC and 26.2oC.
Keywords : Limit Alert, Limit Action, Temperature Monitoring, Quality
Control Laborat
PT. Holi Pharma merupakan salah satu industri farmasi di Bandung,
Jawa Barat yang telah memperoleh sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat
yang Baik) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik
Indonesia untuk memproduksi sediaan tablet, tablet salut, kapsul keras, dan
cairan oral nonbetalaktam. Laboratorium pengawasan mutu merupakan
laboratorium yang melakukan beberapa atau semua kegiatan pengawasan
mutu, seperti pengambilan sampel, pengujian bahan baku obat, zat
tambahan, bahan kemas, dan produk obat, pengujian stabilitas, pengujian
terhadap spesifikasi, dan pengujian investigasi.
Berdasarkan standar sistem manajemen mutu laboratorium, SNI
ISO/IEC 17025: 2008, laboratorium pengujian harus memantau,
mengendalikan dan merekam suhu di ruangan pengujian karena
berdampak pada validitas mutu data yang dihasilkan (2, 3). Standar tersebut
mensyaratkan juga bahwa rekaman suhu dan kelembaban harus dapat
dibaca, disimpan dan mudah didapat bila diperlukan kembali serta
dipelihara agar tidak hilang. Laboratorium pengawasan mutu PT. Holi
Pharma menetapkan standar spesifikasi suhu ruangan di laboratorium yaitu
20o – 28oC. Pengukuran suhu ruangan tersebut pada umumnya dilakukan
dengan menggunakan thermohygrometer.
Dalam melakukan pemantauan suhu perlu dibuat rencanaan
pemantuan untuk memastikan bahwa suhu ruangan laboratorium selalu
dalam spesifikasi yang telah ditentukan, untuk itu perlu dirancang terlebih
dahulu limit alert dan limit action(4, 6). Limit Alert adalah nilai yang besarnya
kurang dari limit action dan batas kritieria keberterimaan dari suatu
pengukuran dan ketika nilai tersebut tercapai pada suatu pengukuran maka
harus dilakukan perhatian khusus atau pemantauan yang lebih ketat pada
perameter tersebut. Sedangkan limit action adalah nilai yang besarnya
kurang dari batas kriteria keberterimaan suatu pengukuran dan ketika suatu
pengukuran sama atau lebih besar dari nilai limit action maka tindakan
perbaikan harus segera diambil agar paremeter yang diukur tidak keluar
dari batas spesifikasi.
Menurut Cholayudth (2013) dalam Environmental Monitoring
Management in Pharmaceutical Facilities to Comply with PIC/S GMP
Requirements, limit alert dan limit action dapat ditentukan dengan data
pemantauan minimal selama 1 tahun. Limit alert didapat dengan rumus
(Mean±2SD), sedangkan limit action didapat dengan rumus (Mean±3SD).
Mean merupakan nilai tengah dari rentang spesifikasi, sedangkan SD
(Standard Deviation) merupakan simpangan baku dari data.

METODE
Untuk menentukan nilai limit alert dan limit action, metode yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data

Penulis memperoleh data pemantauan suhu laboratorium pengawasan


mutu PT. Holi Pharma selama 1 tahun dari salah satu staff pengawasan
mutu PT. Holi Pharma saat penulis sedang melaksanakan Praktik Kerja
Profesi Apoteker. Pematauan dilakukan setiap hari kerja sebanyak lima kali
pada waktu yang berbeda dengan menggunakan alat termohygrometer
HTC-1 dengan kapasitas pengukuran -10 – 50°C dan 10 – 99% RH,
sedangkan saat hari libur kerja (tidak ada aktivitas di laboratorium) atau
apabila alat termohygrometer sedang dikalibrasi pemantauan suhu tidak
dilakukan.

2. Analisis Data

Analisis data dilakukan menggunakan perangkat Microsoft Office Excel


2007.
Analisis data dilakukan untuk menentukan SD (Standard Deviation) atau
simpangan baku dari data. SD ditentukan dengan fungsi STDEV dengan
menuliskan formula berikut pada “formula bar”:
= STDEV(pilih data suhu satu tahun)(11)

SD juga dapat ditentukan secara manual dengan rumus(12):

Setelah ditentukan simpangan bakunya, selanjutnya ditentukan limit


alert dan limit action-nya. Limit alert didapat dengan rumus (Mean±2SD),
sedangkan limit action didapat dengan rumus (Mean±3SD). Mean
merupakan nilai tengah dari rentang spesifikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil pemantauan suhu laboratorium


pengawasan mutu PT. Holi Pharma yang digunakan dalam perhitungan
diambil dari data pengawasan mutu satu tahun terakhir, yaitu tanggal 1
Desember 2015 – 30 November 2016. Pematauan dilakukan setiap hari
kerja sebanyak lima kali pada waktu yang berbeda, sedangkan saat hari
libur kerja (tidak ada aktivitas di laboratorium) atau apabila alat
termohygrometer sedang dikalibrasi pemantauan suhu tidak dilakukan.
Berikut ini merupakan data pemantauan suhu laboratorium pengawasan
mutu PT. Holi Pharma tanggal 1 Desember 2015 – 30 November 2016.
70 Keterangan :
Libur
Jadwal Kalibrasi Alat
71 Keterangan :
Libur
Jadwal Kalibrasi Alat
72 Keterangan :
Libur
Jadwal Kalibrasi Alat
Berdasarkan data hasil pemantauan tengahnya adalah 24,0oC, sedangkan
suhu laboratorium pengawasan mutu simpangan baku dari data pemantauan
PT. Holi Pharma tanggal 1 Desember suhu selama 1 tahun sebesar 0,75. Limit
2015 – 30 November 2016, ditentukan alert didapat dengan rumus
nilai tengah spesifikasi dan simpangan (Mean±2SD),
baku dari data hasil pemantauan
sedangkan limit action didapat dengan
berikut. Spesifikasi suhu ruangan di
rumus (Mean±3SD). Hasil perhitungan
laboratorium pengawasan mutu PT. Holi
limit alert dan limit action dapat dilihat
Pharma adalah 20,0o – 28,0oC sehingga nilai pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Perhitungan Limit Alert dan Limit Action

Spesifikasi (°C) 20,0 s.d. 28,0


Nilai Tengah Spesifikasi (Mean) 24,0
Simpangan Bak u (SD) 0,75
Upper Limit Alert (Mean + 2SD) 25,5
Lower Limit Alert (Mean – 2SD) 22,5
Upper Limit Action (Mean + 3SD) 26,2
Lower Limit Action (Mean – 3SD) 21,8

Tabel 2 Suhu Maksimum dan Minimum Laboratorium Selama Satu Tahun


Suhu (°C)
Bulan
Minimum Maksimum
Januari 22,0 28,0
Februari 21,2 28,0
Maret 21,5 28,0
April 22,5 28,0
Mei 21,2 28,0
Juni 24,0 28,3
Juli 24,4 28,1
Agustus 24,0 28,0
September 24,2 28,0
Oktober 23,3 28,0
November 23,5 27,0
Desember 22,3 28,0

Grafik Pemantauan Suhu Laboratorium


Pengawasan Mutu PT. Holi Pharma Selama 1 Tahun

29.0 Spesifikasi
Maksimum
28.0
Suhu Maksimum
27.0 (per bulan)
26.2 Upper Limit
26.0 Action
25.5
25.0 Upper Limit Alert

24.0 Lower Limit Alert


23.0
22.5 Suhu Minimum
22.0 (per bulan)
21.8
Lower Limit
21.0 Action
20.0 Spesifikasi
Minimum

Gambar 1 Grafik Pemantauan Suhu Laboratorium


KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan bahwa limit alert


suhu laboratorium pengawasan mutu PT. Holi Pharma adalah 22,5 oC dan
25,5oC, sedangkan limit actionnya berada pada suhu 21,8 oC dan 26,2oC.
Apabila dilihat dari grafik pemantauan suhu laboratorium, suhu
maksimum laboratorium setiap bulannya telah melewati limit action
sehingga tindakan perbaikan harus segera diambil agar suhu laboratorium
tidak keluar

Daftar Pustaka

1. World Health Organization. Annex 1 : WHO Good Practices for


Pharmaceutical Quality Control Laboratories. WHO Technical Report
Series, No. 957. 2010. Quinto A., Menezes J. C. Design, Validation,
and Control of Sterile
2. Manufacturing Facilities: A Brief Overview from the Perspective of
Risk Management and Existing Regulations. International Society of
Pharmaceutical Engineering. 2010;30(2):1 - 9. International
Organization for Standardization/International Electrotechnical
Commission. Uncertainty
3. International Organization for Standardization/International
Electrotechnical Commission. Uncertainty of measurement — Part 3:
Guide to the expression of uncertainty in measurement (GUM:1995)
2008 (ISO/IEC Guide 98-3). 2008.
4. PIC/S (Pharmaceutical Inspection Cooperation Scheme). Guide To
Good Manufacturing Practice For Medical Product Annexes.
Geneva: PIC/S (Pharmaceutical Inspection Co-operation
Scheme); 2017.
5. Sutton S. The environmental monitoring program in a GMP
environment. . Journal of GXP Compliance. 2010;14(3):22 - 30.
6. European Commission. EU Guidelines to Good Manufacturing
Practice Medicinal Products for Human and Veterinary Use2008
[diunduh 13 Juni 2017]:[1-16 pp.]. Tersedia dari:
http://ec.europa.eu/health/files/eudralex/vo l-4/2008_11_25_gmp-
an1_en.pdf.
7. World Health Organization. Environtmental Monitoring of Clean
Rooms in Vaccine Manufacturing Facilities. Geneva:
World Health Organization; 2012.
8. Yang H., Zhao W., O’Day T., Fleming W. Environmental monitoring:
setting alert and action limits based on a zero-inflated model. PDA J
Pharm Sci and Tech. 2013;67(1):2-8.
9. Yang H., Zhao W., O’Day T., Fleming W. Environtmental monitoring:
Setting alert and action limits based on a Zero-Inflated Model. PDA J
Pharm Sci and Tech. 2013;67:2-8.
10. Cholayudth P. Environmental Monitoring Management in
Pharmaceutical Facilities to Comply with PIC/S GMP Requirements.
Bangkok.: TiTec/KMUTT & Biolab; 2013.
11. Microsoft. STDEV Function2016 [diunduh 14 Juni 2017]. Tersedia
dari: https://support.office.com/idid/article/STDEV-Fungsi-STDEV-
51fecaaa-231e-4bbb-9230-33650a72c9b0.
12. Dodge Y. The Oxford Dictionary of Statistical Terms: Oxford
University Press; 2003.
Judul PENENTUAN LIMIT ALERT DAN LIMIT ACTION
BERDASARKAN DATA PEMANTAUAN SUHU
LABORATORIUM PENGAWASAN MUTU PT. HOLI
PHARMA SELAMA TAHUN 2016
Penulis Septiyani Mustikawati, Rani Dwi Hariyati

Tahun, Tahun 2016 Volume 15 Nomor 2 Page 67 sampai 75


Halaman

Reviewer Wahyuda Syahfril Majid

Tujuan Untuk memastikan bahwa suhu ruangan laboratorium


Penelitian selalu dalam spesifikasi yang telah ditentukan, untuk itu
perlu dirancang terlebih dahulu limit alert dan limit action

Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data


Penelitian

Subjek Limit Alert, Limit Action, Pemantauan Suhu, Laboratorium


Penelitian Pengawasan Mutu PT. HOLI PHARMA

Hasil hasil perhitungan terhadap data pemantauan suhu


Pembahasan laboratorium pengawasan mutu PT. Holi Pharma tahun
2016, didapatkan limit alert suhu laboratorium
pengawasan mutu PT. Holi Pharma adalah 22,5oC dan
25,5oC, sedangkan limit action-nya berada pada suhu
21,8oC dan 26,2oC.
Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan
dan Saran bahwa limit alert suhu laboratorium pengawasan mutu
PT. Holi Pharma adalah 22,5oC dan 25,5oC, sedangkan
limit actionnya berada pada suhu 21,8oC dan 26,2oC.

Apabila dilihat dari grafik pemantauan suhu


laboratorium, suhu maksimum laboratorium setiap
bulannya telah melewati limit action sehingga tindakan
perbaikan harus segera diambil agar suhu laboratorium
tidak keluar
TUMBUHAN LOKAL SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK
MINUMAN HERBAL FUNGSIONAL
DI KABUPATEN JEMBER

LOCAL PLANT AS RAW MATERIAL OF FUNCTIONAL HERBAL


DRINK AT JEMBER REGENCY

Veni Anggraini, Novy Eurika, Sawitri Komarayanti


Program Studi Pendidikan Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah
Jember
Email: veni.hanni@yahoo.com

ABSTRAK
Kabupaten Jember merupakan salah satu wilayah komoditi
tumbuhan herbal lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis
tumbuhan lokal yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman
herbal fungsional di Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, dilakukan pada bulan April-Mei 2018. Lokasi pengambilan sampel
yaitu Kabupaten Jember dengan teknik purposive sampling dan snowball
sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan studi dokumen. Hasil penelitian identifikasi menunjukkan
jumlah keseluruhan tumbuhan herbal lokal yang dimanfaatkan sebagai
bahan baku minuman herbal fungsional adalah 27 jenis tumbuhan.
Minuman herbal dibuat dengan memanfaatkan salah satu organ tumbuhan
seperti; daun, rimpang, buah, akar dan biji.Organ tumbuhan yang banyak
dimanfaatkan adalah daun.

Kata Kunci: Tumbuhan Lokal, Bahan Baku, dan Minuman Herbal


Fungsional
ABSTRACT

Jember Regency is one of the local herbs commodity area. This


study aims to identify the types of local plants that are used as raw material
for making functional herbal drinks in Jember Regency. This type of
research is qualitative descriptive, conducted in April-May 2018. The
sampling locations were Jember Regency with purposive sampling and
snowball sampling techniques. Data collection techniques are carried out by
interviewing, observing and studying documents. The results of the
identification study showed that the total number of local herbal plants used
as raw materials for functional herbal drinks were 27 plant species. Herbal
drinks are made by using one of the plant organs such as; leaves, rhizomes,
fruit, roots and seeds. Plant organs that are widely used are leaves.

Key words: Local Plants, Raw Material, and Functional Herbal Drinks
PENDAHULUAN

Kondisi tanah yang subur, iklim yang baik serta didukung oleh
keanekaragaman flora menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil
komoditas herbal yang cukup potensial (Mabel dkk., 2016). Kabupaten
Jember merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki komoditi
tumbuhan herbal.Berdasarkan hasil survei, terdapat delapan industri
minuman herbal fungsional yang tersebar di beberapa kecamatan yang
meliputi Kecamatan Sumbersari, Kecamatan Tempurejo, Kecamatan
Kaliwates, Kecamatan Wuluhan, Kecamatan Tanggul dan Kecamatan
Ledokombo. Ketersediaan tumbuhan herbal dari masing-masing wilayah
industri, menjadikan beberapa organ tumbuhan herbal sebagai bahan
utama pembuatan minuman herbal fungsional.
Berdasarkan data dinas tanaman pangan dan hortikultura
Kabupaten Jember (2016), terdapat 15 jenis tumbuhan herbal yang
dibudidayakan oleh masyarakat, diantaranya jahe, laos/lengkuas, kencur,
kunyit, lempuyang, temulawak, temu ireng, temu kunci, dringo, kapulaga,
mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya. Beberapa
jenis tumbuhan herbal telah diketahui manfaatnya bagi kesehatan melalui
pengetahuan masyarakat dalam mengolah tumbuhan tersebut menjadi
minuman herbal fungsional yang berkhasiat bagi kesehatan (Rifkowaty
dkk., 2016). Terdapat beberapa industri minuman herbal fungsional di
wilayah Kabupaten Jember, sebagian besar minuman herbal yang
diproduksi memanfaatkan bagian tumbuhan herbal sebagai bahan baku
pembuatan minuman.Tumbuhan herbal digunakan sebagai bahan baku
pembuatan minuman herbal fungsional oleh masyarakat, namun hanya
beberapa jenis saja yang umum dimanfaatkan, hal ini disebabkan
terbatasnya pengetahuan masyarakat akan jenis-jenis tumbuhan herbal
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan minuman herbal
fungsional. Bahan baku merupakan bahan utama dalam proses pembuatan
minuman herbal, bahan baku ini dapat berasal dari organ tumbuhan seperti
buah, bunga, daun dan rimpang (Hakim, 2015).
Minuman herbal dapat dijadikan sebagai suatu produk olahan
industri rumah tangga yang terbuat dari bagian-bagian tumbuhan yang
memiliki khasiat bagi kesehatan dan dikonsumsi dengan cara diseduh
dengan air mendidih (Tasia & Widyaningsih, 2014).Tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan
lokal Kabupaten Jember yang dapat digunakan sebagai bahan baku
minuman herbal fungsional.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.Penelitian
dilakukan pada bulan April-Mei 2018.Informan dalam penelitian merupakan
pelaku industri minuman herbal fungsional di Kabupaten
Jember.Penentuan informan dilakukan dengan cara metode purposive
sampling dan metode snowball sampling. Data penelitian berupa data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
peneliti secara langsung melalui wawancara dan observasi, sedangkan
data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti tidak secara langsung
namun menjadi data penunjang dalam penelitian, semisal melalui orang lain
dan dokumen-dokumen terkait (Sugiyono, 2015).
Data primer dalam penelitian adalah jenis-jenis tumbuhan herbal
yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman herbal
fungsional, meliputi nama lokal dan bagian tumbuhan yang dimanfaatkan.
Data primer dikumpulkan dengan cara observasi jenis-jenis tumbuhan
herbal yang tumbuh dan berkembang pada lahan tanam di wilayah
Kabupaten Jember. Data sekunder berupa data yang diperoleh dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Jember terkait industri
minuman herbal dan data tumbuhan herbal lokal dari Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Jember.Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan studi
dokumen.Alat dan bahan yang digunakan selama proses pengumpulan
data yakni pedoman wawancara, alat tulis, perekam suara, penggaris,
catatan lapang, kamera, dan google map.
Sampel tumbuhan yang diperoleh didokumentasi dan
diidentifikasi.Identifikasi tumbuhan didasarkan pada ciri morfologi tumbuhan
yang ditemukan meliputi ciri morfologi daun, batang, akar, buah, bunga
dengan mengacu pada beberapa buku-buku taksonomi seperti buku Flora
untuk sekolah di Indonesia (Tjietrosoepomo, G, 2000) dan buku Taksonomi
Umum/ Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan (Tjietrosoepomo, G. 2016).
Data tumbuhan herbal lokal Kabupaten Jember ditabulasi dan disajikan
dalam bentuk tabel dan dianalisis untuk mengetahui jenis-jenis tumbuhan
herbal lokal yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman
herbal fungsional di Kabupaten Jember.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Jember
melalui observasi jenis-jenis tumbuhan lokal yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan minuman herbal fungsional kepada pelaku industri,
ditemukan berbagai jenis tumbuhan herbal yang beragam. Jumlah
tumbuhan herbal lokal yang dimanfaatkan pelaku industri minuman herbal
yaitu 27 jenis. Berbagai jenis tumbuhan herbal dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1.Jenis Tumbuhan Herbal Lokal yang Digunakan sebagai Bahan


Baku Minuman
Herbal
Bagian
No Nama lokal Nama latin Famili yang
digunakan
1. Sirsak Annona muricata L. Annonaceae Daun
2. Pegagan Centella asiatica Apiaceae Daun
3. Pecut kuda Stachytarpheta Verbenaceae Daun
jamaicensis L.
4. Kumis kucing Orthosipon spicatus Lamiaceae Daun
5. Kelor Moringa oleifera Moringaceae Daun
6. Kemekes Piper cubeba L. Piperaceae Daun
7. Sambung nyawa Gynura procumbens L. Asteraceae Daun
8. Gempur batu Borreria hispida Schum Rubiaceae Daun
9. Daun dewa Gynura segetum L. Asteraceae Daun
10. Binahong Anredera cordifilia Basellaceae Daun
11. Lidah buaya Aloe ferox Mill. Liliaceae Daun
12. Meniran Phyllanthus urinaria Euphorbiaceae Daun
13. Daun ungu Graptophyllum pictum Acanthaceae Daun
14. Daun sendok Plantago major L. Plantaginaceae Daun
15. Katu Sauropus androgynus Euphorbiaceae Daun
L.
16. Sereh Cymbopogan nardus L. Poaceae Daun
Rendle
17. Sambiloto Andrographis paniculata Acanthaceae Daun
18. Murbei Morus alba L. Muraceae Daun
19. Mengkudu Morinda citrifolia L. Rubiaceae Buah
20. Som jawa Talinum paniculatum Portulacaceae Akar
Jack..
21. Kopi Coffea Arabica Rubiaceae Biji

22. Jahe Zingiberaceae


a. Varietas jahe Zingiber officinale Rosc. Rimpang
gajah
b. Varietas jahe Zingiber officinale Rosc. Zingiberaceae Rimpang
merah Var.Rubrum.
23. Kunyit Curcuma domestica Zingiberaceae Rimpang
24. Temulawak Curcuma xanthorrhiza Zingiberaceae Rimpang
25. Kencur Kaempferia galanga L. Zingiberaceae Rimpang
26. Kayu manis Cinnamomum Lauraceae Kulit kayu
zeylanicum
27. Delima Punica granatum L Punicaceae Buah

Jenis tumbuhan herbal yang ditemukan termasuk dalam divisi


spermatophyta, Spermatophyta merupakan kelompok tumbuhan yang
memiliki biji yang berfungsi sebagai alat reproduksi generatif (seksual),
tubuh dapat dibedakan bagian akar, batang, dan daunnya.Spermatophyta
terdiri atas dua sub divisi, yakni sub divisi gymnospermae dan sub divisi
angiospermae.Berdasarkan hasil survei data Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Jember jumlah tumbuhan herbal Kabupaten Jember
yang terdata sebanyak 15 jenis tumbuhan, tumbuhan ini tersebar di 24
kecamatan, yaitu Kencong, Puger, Wuluhan, Ambulu, Silo, Mayang,
Jenggawah, Ajung, Rambipuji, Balung, Semboro, Jombang, Sumberbaru,
Bangsalsari, Sukowono, Sumbersari, Tanggul, Gumukmas, Ledokombo,
Jelbuk, Kaliwates, Patrang, Tempurejo, dan Mumbulsari. Dari 27 jenis
tumbuhan herbal yang dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman herbal,
terdapat 7 tumbuhan herbal yang terdata Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura dan telah dimanfaatkan oleh pelaku industri sebagai bahan
baku pembuatan minuman herbal, tumbuhan herbal tersebut diantaranya
jahe merah (Zingiber officinale Rosc. Var. Rubrum), jahe gajah (Zingiber
officinale Rosc.), kunyit (Curcuma domestica), kencur (Kaempferia galanga
L.), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), sambiloto (Andrographis
paniculata), mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan lidah buaya (Aloe ferox
Mill.).

4%
4%
3%
7%
Daun
Rimpang
Buah
18% Akar
Biji
64% Kulit kayu

Gambar 1. Presentase Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan sebagai


Bahan Baku
Minuman Herbal Fungsional

Berdasarkan gambar 1, dapat diketahui bahwa organ tumbuhan


yang digunakan sebagai bahan baku adalah daun, rimpang, buah, akar, biji
dan kulit kayu. Terdapat 18 jenis tumbuhan herbal yang dimanfaatkan
bagian daunnya, meliputi: sirsak, pegagan, pecut kuda, kumis kucing, kelor,
kemekes, sambung nyawa, gempur batu, daun dewa, binahong, lidah
buaya, meniran, daun ungu, daun sendok, katu, sereh, sambiloto, dan
murbei. Bagian tumbuhan kedua yang paling banyak digunakan ialah
bagian rimpang dengan presentase 18%, terdapat 4 jenis, yaitu jahe, kunyit,
temulawak dan kencur. Bagian buah yang digunakan sebanyak 2 jenis
tumbuhan herbal yaitu delima dan mengkudu dengan presentase 7% dari
seluruh jenis tumbuhan herbal yang dimanfaatkan, dan untuk bagian akar,
biji dan kulit kayu masing-masing hanya dari 1 jenis tumbuhan herbal saja
yaitu som jawa, kopi dan kayu manis dengan presentase 4% pada masing-
masing tumbuhan herbal.
Organ tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan minuman herbal fungsional adalah daun. Menurut Yansip
(2017), daun banyak digunakan sebagai bahan herbal karena masyarakat
percaya bahwa senyawa kimia pada tumbuhan paling banyak terkandung
pada daun dibandingkan pada organ lainnya. Mabel (2016) menyatakan
daun merupakan bagian yang sangat mudah dijumpai dan selalu tersedia,
pengambilan dan pemanfaatannya tergolong mudah dan sederhana, selain
itu karena khasiat daun diketahui secara turun temurun lebih banyak dalam
segi penyembuhannya dibandingkan dengan bagian yang lain.
Berdasarkan pemaparan pelaku industri, setiap minuman herbal
memiliki khasiat berdasarkan bagian tumbuhan yang digunakan. Murtie
(dalam Mais dkk., 2018) menyatakan dalam organ daun diduga banyak
terakumulasi senyawa metabolit sekunder yang berguna sebagai obat guna
melindungi tubuh dari radikal bebas, seperti tannin, alkaloid, minyak atsiri
dan senyawa organik lainnya yang tersimpan di vakuola ataupun pada
jaringan tambahan pada daun seperti trikoma. Kandungan dan khasiat
tumbuhan herbal dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan dan khasiat tumbuhan herbal


Nama
No. Jenis Senyawa Efek Terapik Referensi
Tumbuhan
1. Sirsak Tannin, fitosterol, Sakit pinggul, kejang, Herbie,
hidrat arang, kalsium, asma, batuk, diabetes, 2015
fosfor, zat besi, disentri, demam,
vitamin A, B dan C, gangguan empedu, flu,
flavonoid, dan hipertensi, gangguan
beberapa kandungan pencernaan, cacingan,
kimia lain
malaria, reumatik dan
alternatif pengobatan
kanker

2. Pegagan asiatikosida, obat luka, sakit perut, Tjietrosoepo


tankunisida, wasir, keputihan, sifilis, mo, 2016
isotankunisida, asma, penyakit ginjal
madekasosida,
brahmosida,
brahminosida, asam
brahmik, asam
madasiatik,
mesoinositol,
sentelosida,

karotenoid,
hidrokotilin, vellarin,
tanin serta garam
mineral seperti
kalium, natrium,
magnesium, kalsium,
zat pahit vellarine,
triterpenoid saponin,
triterpenoid genin,
minyak esensial,
flavonoid, fitosterol,
dan zat samak
3. Pecut kuda Saponin, tanin dan Infeksi saluran Sutjiatmo
flavonoid kencing, diuretik, dkk, 2015
rheumatik, sakit
tenggorokan
(faringitis), pembersih
darah, keputihan, dan
hepatitis A
4. Kumis kucing Zat samak, minyak Mengobati bengkak Kartika,
atsiri, saponin, dan infeksi saluran 2017
sapofonin kencing, diabetes
mellitus, batu ginjal,
batuk, dan radang
5. Kelor 90 nutrisi, 46 jenis mempercepat proses Rusita, 2017
antioksidan, 36 penyembuhan luka,
senyawa antiinflamasi meningkatkan
yang terbentuk kekebalan tubuh
secara alami, serat, untuk melawan
beta karoten 4 kali kanker dan
lebih besar dari memperlambat
wortel, pertumbuhan tumor,
minyak omega-3 dan berperan dalam
klorofil pembentukan protein
otot, dan metionin
yang berperan
menyerap lemak dan
kolesterol
6. Kemukus Alkaloida piperin, antiseptik, diuretik, Tjietrosoepo
polifenol, kubebin, karminatif, dan mo, 2016
epikubebin dan ekspektoran. Khasiat
dihydrokubebin kemukus terutama
untuk penyakit
kelamin (gonorhea),
bronkhitis, radang
kantung kemih,
disentri dan penyakit
perut lainnya

7. Sambung Saponin dan flavanoid Diabetes mellitus Soetarno


nyawa (berupa asam karena memiliki sifat dkk, 2000

klorogenat, asam antikolesterol,


kafeat, asam antipiretik (penurun
pkumarat, asam demam), hipotensif
pdihidroksi benzoat (menurunkan tekanan
dan asam vanilat) darah tinggi),
hipoglikemik
(menurunkan kadar
gula) dan antiinflamasi
8. Gempur Flavonoid, saponin antioksidan alami, Sutanto,
batu dan polifenol antimikroba, serta 2010
membantu
metabolisme protein
dan ekspresi gen
PPAR alfa pada
penderita diabetes,
mengobati batu
empedu, obat luar
untuk diare
9. Daun dewa Minyak atsiri, Mengobati luka, Rusita,
senyawa alkaloid, melancarkan sirkulasi, 2017
flavonoid (berupa menghentikan
asam klorogenat, pendarahan, dan
asam kafeat, asam mengobati infeksi
pkumarat, asam kerongkongan
phidroksi benzoat,
dan asam valinat)
dan saponin
10. Binahong Antioksidan, asam Ambeien, batuk, Herbie,
askorbat, senyawa borok, anemia, 2015
polifenol, alkaloid dan disentri, gatalgatal,
flavonoid gusi berdarah,
mimisan, jerawat,
kencing manis,
impotensi, penyakit
paru-paru, radang
ginjal, sesak napas
dan usus bengkak
11. Lidah buaya Saponin Antiseptik Nurrani,
danantibiotik, 2015
penghilang nyeri dan
merangsang
pembentukan sel baru
pada kulit
12. Meniran Filantina, Radang ginjal, disentri, Herbie,
hipofilantina, kalium, gangguan saluran 2015
damar dan tannin urine, hepatitis,
demam, mencret, dan
rematik
13. Daun ungu alkaloid non-toksik, Sembelit, wasir dan Herbie,
flavonoid, glikosid, haid tidak lancar 2015
steroid, saponin,
tannin, kalsium
oksalat, asam format
dan lemak
14. Daun Plantagin, aukubin, Memperlancar Herbie,
sendok asam ursolik, betasi kencing, kencing 2015
torsterol, berdarah, disentri,
nhentriakontan, diare, mimisan dan
tannin, kalium, batuk darah
vitamin (B1, C, A)
dan plantagliside
15. Katu Vitamin K, pro vitamin Memperlancar Santoso,
A, B dan C, mineral pengeluaran ASI, 2008
kalsium, kalium, fosfor mengatasi sembelit,
dan magnesium mengobati luka
16. Sereh Sitral, sitronelol (66- Penambah nafsu Herbie,
85%), kamfen, makan, pengobatan 2015
sabinen, limonen, pasca persalinan,
terpinol, sitronelal, penurun panas serta
borneol, geraniol, pereda kejang
farnesol, metil
heptenon,
ndesialdehida,
dipenten,
bornilasetat,
geranilformat, terpinil
asetat, sitronelil
asetat, geranil asetat
17. Sambiloto Asam kersik, alkane, hepatitis, infeksi Herbie,
keton, aldehid saluran empedu, 2015
disentri basiler, tifoid,
diare, influenza,
amandel, radang
paru-paru, radang
saluran napas,
demam, diare,
kencing nanah,
kencing manis dan
lain-lain
18. Murbei Ecdysterone, Hipertensi, kaki Herbie,
inokosterone, lupeol, bengkak, kencing 2015
betasitosterol, nanah, bisul, rematik,
moracetin, hepatitis, dan anemia
trigonelline, cholin,
adenine, asam folat,
zinc, vitamin (A, B1,
D) dan karoten
19. Jahe gajah Zat enzim protease, Mengobati asam urat Herbie,
enzim lipase dan dan antiradang 2015
hormone adrenalin

20. Jahe merah Oleoresin, zat mengobati Rukmana,


gingerol, oleoresin, pencernaan, perut 2001
dan minyak atsiri kembung, sakit kepala,
yang lebih tinggi dari sakit kerongkongan,
klon jahe lainnya mulas dan batuk
kering
21. Kunyit Kurkuminoid, minyak Mengobati berbagai Rusita,
atsiri, fosfor, protein, jenis penyakit seperti 2017
zat besi, kalium, hipertensi, liver,
vitamin C, antiinflamasi, anti
astringensia, bakteri, antiplasmodik
flavonoid, sulfur, dan menambah nafsu
alkaloid, dan makan
saponin
22. Temulawak Flavonoid, fenol, Mencegah terjadinya Rusita,
fellandrean, minyak kerusakan sel, anti 2017
atsiri, kamfer, sembelit, antiinflamasi,
glukosida, dan antikanker,
kurkumin antidiabetes, dan
antimikroba
23. Kencur Pati (4,14%), mineral obat sakit perut, Herbie,
(13,73%), minyak penambah nafsu 2015
atsiri (0,02%), makan,
saponin, flavonoid menghangatkan
dan senyawa badan, pelangsing,
polifenol dan sakit perut.
Minuman kencur dapat
mengobati radang
lambung, batuk,
perlancar haid, dan
badan lelah
24. Mengkudu xeronin dan Menurunkan tekanan Rusita,
scopoletin darah tinggi karena 2017
mengandung
scopolatin yang dapat
melebarkan pembuluh
darah yang
menyempit, sehingga
menjadikan
mengkudu dapat
mengontrol tekanan
darah, menjaga
stabilitas darah
normal penderita
diabetes dalam
jangka panjang
25. Delima Alkaloid, tannin, Menurunkan berat Herbie,
kalsium, oksalat, badan, cacingan, 2015
lemak, sulfur dan sariawan, hipertensi,
peroksidase rematik dan perut
kembung
26. Kayu manis Flavanoid, saponin, Menghambat Rusita, 2017
dan alkanoid pembentukan radikal
bebas yang berbahaya
dan membantu
memperlambat
komplikasi diabetes
27. Som jawa - Mengatasi kondisi Dalimartha,
badan lemah, banyak 2000
berkeringat, pusing,
batuk, tuberculosis
paru-paru, nyeri
lambung, diare dan
keputihan

28. Kopi Koffeol, kofein (1- Stimulans dan Tjietrosoepo


2%), 10-13% minyak penawar racun mo, 2016
lemak, 2-5% tannin,
protein glukosa,
dekstrin dan lain-lain

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 27
jenis tumbuhan herbal dari kelas Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae,
terdiri atas 17 ordo, 19 famili dan 25 genus. Organ tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman herbal fungsional adalah daun,
rimpang, akar, buah, kulit kayu dan bijinya.
Daun merupakan organ tumbuhan yang banyak dimanfaatkan.

DAFTAR RUJUKAN
Anwar, T. M., & Soleha, T. U. (2016).Manfaat Daun Binahong (Anredera
cordifolia) sebagai terapi Acne Vulgaris.Majority, (Online), Vol. 5,
No. 5,
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/906
/814, diakses 6 Juni 2018).

Dalimartha, S. (2000).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia.Bogor : Trobus


Agriwidya.

Hakim, L. (2015).Rempah dan Herba. Malang: Diandra Creative.


Herbie, T. (2015). Kitab Tanaman Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Octopus
Publishing House.

Kartika, I. (2017). Potensi Herbal sebagai Minuman Fungsional. Pangan


Fungsional, (Online), (https://pangan-
fungsional.tp.ugm.ac.id/artikel/2017/55-potensiherbal-sebagai-
minuman-fungsional.html, diakses 12 Maret 2018)

Lentera. (2002). Khasiat dan Manfaat Jahe Merah si Rimpang Ajaib.


Jakarta: Agromedia Pustaka.

Mabel, Y., Herny, S., & Koneri, R. (2016). Identifikasi Dan Pemanfaatan
Tumbuhan
Obat Suku Dani Di Kabupaten Jayawijaya Papua. Jurnal MIPA
UNSRAT, (Online), 5(2),(https://media.neliti.com/.../115408-ID-
identifikasi-danpemanfaatan-tumbuhan-ob.pdf, diakses 23 Januari
2018).

Mais, M., Simbala, H., & Koneri, R. (2018).Pemanfaatan Tumbuhan Obat


Oleh Etnis Sahu dan Loloda Di Halmahera Barat, Maluku
Utara.Jurnal Mipa Unsrat, (Online), 7(1),
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo/article/download/18811
/18362, diakses 7 Juni 2018).

Mulyani, H., Widyastuti, S. H., & Ekowati, V. I. (2016).Tumbuhan Herbal


sebagai Jamu Pengobatan Tradisional terhadap Penyakit dalam
Serat Primbon Jampi
Jawi Jilid I. Jurnal Penelitian Humaniora, (Online), 21(2),
(https://journal.uny.ac.id/index.php/humaniora/article/view/13109,
diakses 24 Januari 2018).
Nurrani, L. (2015). Kearifan Lokal dalam Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh
Masyarakat di Sekitar Taman Nasional Aketajawe Lolobata, Provinsi
Maluku
Utara.Balai Penelitian Kehutanan Manado, (Online), 12(3),
(http://ejournal.forda-
mof.org/latihan/index.php/JPSE/article/view/965/909, diakses 23
Januari 2018).

Rifkowaty, E. E., & Martanto.(2016). Minuman Fungsional Serbuk Instan


Jahe
(Zingiber officinale rosc) dengan Variasi Penambahan Ekstrak
Bawang Mekah
(Eleutherine americana merr) Sebagai Pewarna Alami. Jurnal
Teknik Pertanian Lampung, (Online), 4(4),
(https://media.neliti.com/media/publications/134382ID-none.pdf,
diakses 24 Januari 2018).

Rusita, Y. D. (2017). Terapi herbal buah dan sayuran untuk 10 penyakit


berbahaya. Surakarta: Galmas Publisher.

Santoso, H. B. (2008). Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta:


Agromedia Pustaka Cetakan I.

Safratilof.(2016). Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Kayu Manis


(Cinnamomum burmanii) Terhadap Bakteri Aeromonas
hydrophila.Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, (Online), 16(1),
(https://media.neliti.com/media/publications/225462-uji-daya-
hambat-ekstrakdaun-kayu-manis-d2dd1bdb.pdf, diakses 7 Juni
2018).
Soetarno, S., Suganda, A. G., Sugihartina, G., & Sukrasno, S. (2000).
Flavonoid dan asam–asam fenolat dari daun dewa [Gynura
procumbens (Lour.)Merr]. Warta
Tumbuhan Obat Indonesia., (Online), Vol. 6,
(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/wtoi/article/view/1363
, diakses 6 Juni 2018)

Sugiyono.(2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sutanto.(2010). Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung,


Kolesterol, dan Diabetes. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Sutjiatmo, A. B., Sukandar, E. Y., Candra, & Vikasari, S. N. (2015). Uji


Toksisitas Akut Ekstrak Air Herba Pecut Kuda (Stachytarpheta
jamaicensis (L) Vahl) Pada Mencit Swiss Webster. Kartika-Jurnal
Ilmiah Farmasi, (Online), 3(2),
(kjif.unjani.ac.id/index.php/kjif/article/view/103, diakses 6 Juni 2018).

Tasia, W. R., & Widyaningsih, T. D. (2014). Potensi Cincau Hitam


(Mesona palustris Bl.) Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) Dan
Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Sebagai Bahan Baku
Minuman Herbal Fungsional. Jurnal Pangan dan Agroindustri,
(Online), 2(4),
(http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/85, diakses 26 Januari
2018).

Tisnadjaja, D., Hidayat, S. L., Sumirja, S., & Simanjuntak , P. (2006).


Pengkajian Kandungan Fitosterol pada Tanaman Kedawung (Parkia
roxburgii G. Don.).
Biodiversitas, (Online), 7(1),
(http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0701/D070107.pdf, diakses 6
Juni 2018).
Tjietrosoepomo, G. (2016). Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yansip, S. M., Tambaru, E., & Salam, M. A. (2017). Jenis-jenis tumbuhan


berkhasiat obat tradisional di masyarakat desa Yanim dan Braso
Distrik Kemtuk Gresik
Kabupaten Jayapura. Jurnal Biologi Makasar, (Online), 2(2),
(journal.unhas.ac.id/index.php/bioma/article/view/2027/0, diakses
23 Januari 2018).
Judul TUMBUHAN LOKAL SEBAGAI BAHAN BAKU PRODUK
MINUMAN HERBAL FUNGSIONAL DI KABUPATEN
JEMBER
Penulis Veni Anggraini, Novy Eurika, Sawitri Komarayanti

Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi

Tahun, Volume 3 Nomor 2 Tahun 2018 Page 152 sampai 165


Halaman

Reviewer Wahyuda Syahfril Majid

Tujuan Untuk mengidentifikasi jenis tumbuhan lokal yang


Penelitian digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman
herbal fungsional di Kabupaten Jember.
Metode Jenis penelitian kualitatif teknik pengumpulan data
Penelitian dilakukan dengan wawancara, observasi dan studi
dokumen.

Subjek Minuman herbal dibuat dengan memanfaatkan salah satu


Penelitian organ tumbuhan seperti; daun, rimpang, buah, akar dan
biji. Organ tumbuhan yang banyak dimanfaatkan adalah
daun.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
Pembahasan Kabupaten Jember melalui observasi jenis-jenis
tumbuhan lokal yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan minuman herbal fungsional kepada pelaku
industri, ditemukan berbagai jenis tumbuhan herbal yang
beragam. Jumlah tumbuhan herbal lokal yang
dimanfaatkan pelaku industri minuman herbal yaitu 27
jenis.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
dan Saran terdapat 27 jenis tumbuhan herbal dari kelas
Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae, terdiri atas 17
ordo, 19 famili dan 25 genus. Organ tumbuhan yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku minuman herbal
fungsional adalah daun, rimpang, akar, buah, kulit kayu
dan bijinya.
Daun merupakan organ tumbuhan yang banyak
dimanfaatkan.

Anda mungkin juga menyukai