Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

INTERAKSI OBAT

Dosen Pengampuh :
Disusun oleh: Kelompok 5

Siti Aisyah Kwairumaratu


Wahyuni Salasa
Rindiyani Rumalean
Welly Chyntia Talaut
Siti Rahmawati Rumain
Rindi Juliyanti
Silfana Wali
Rahayu Abd Rahman Latua
Regina Putri
Safira Silawena
Sidra Olivia P Mangole

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MALUKU HUSADA

AMBON

2022
KATA P

ENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirta Tujan Yang Maha Esa atas anugerahnya
yang telah dilimpahkan bagi kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Interaksi Obat” sehingga dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Penyusun makalah ini di dilatar belakangi oleh tugas mata kuliah dalam Penyusunan
tugas makalah ini berdasarkan pengetahuan dan wawasan dalam mengkaji interaksi dalam
obat-obatan di dalam kehidupan manusia. kami berharap dengan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang kami susun ini
masih jauh dari kata sempurna untuk itu saya minta saran dan kritik yang bersifat membagun
sangat di butuhkan untuk memperluas wawasan serta penbetauan , akhir kata kami ucapkan
terimah kasih atas segala bentuk dukungan data dari berbagai pihak yang menerbitkan buku
dan jurnal yang menjadi referensi di google dan buku demi kelangsungan penyelesain dalam
penulisan makalah yang di buat ini.

Ambon, 20 Juli 2022

Penyusun
Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….

DAFTRA ISI………………………………..……………………………...…………………...

BAB I PENDAHULUAN…………………...
…………………………………………………..

A. Latar Belakang……………………...
…………………………………………………...
B. Rumusan Masalah………………………...
……………………………………………..
C. Tujuan…………………………...………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN…………………………..
………………………………………........

A. Interaksi Obat………………………..……………………………………….................
a) Interaksi Farmasetik…………………………….………….………...…………
b) Interaksi Farmakokinetik……………………...………………………….……..
c) Interaksi Farmakodinamika…………………...………………………….……..
d) Faktor Yang Mengubah Efek Obat……………………...
………………………

BAB III PENUTUP…………………………………..…………………………………………

Kesimpulan …………………………………………...…………………………….......

DAFTAR PUSTAKA……………………………………...
……………………………………
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh
terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat
kimia atau dengan obat lain. Dikatakan terjadi interaksi apabila makanan, minuman,
zat kimia, dan obat lain tersebut mengubah efek dari suatu obat yang diberikan
bersamaan atau hampir bersamaan (Ganiswara, 2000).
Beberapa obat sering diberikan secara bersamaan pada penulisan resep, maka
mungkin terdapat obat yang kerjanya berlawanan. Obat pertama dapat memperkuat
atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua. Interaksi
obat harus lebih diperhatikan, karena interaksi obat pada terapi obat dapat
menyebabkan kasus yang parah dan tingkat kerusakan-kerusakan pada pasien, dengan
demikian jumlah dan tingkat keparahan kasus terjadinya interaksi obat dapat
dikurangi (Mutschler, 1991).
Kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi diperkirakan berkisar antara
2,2% sampai 30% dalam penelitian pasien rawat inap di rumah sakit, dan berkisar
antara 9,2% sampai 70,3% pada pasien di masyarakat. Kemungkinan tersebut sampai
11,1% pasien yang benar-benar mengalami gejala yang diakibatkan oleh interaksi
obat (Fradgley, 2003).
2. Rumusan Masalah
.1 Apa yang dimaksud dengan interaksi obat ?
.2 Apa saja faktor yang mengubah efek obat ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Interaksi Obat
Interaksi obat berarti saling pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan
efek. Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagi dari tubuh. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan
secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat
berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat. Secara
umum, interaksi obat harus dihindari karena kemungkinan akan terjadi hasil yang
buruk atau tidak terduga.
Beberapa interaksi obat bahkan dapat berbahaya bagi tubuh manusia.
Misalnya, jika seorang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan diadapat
mengalami reaksi yang tidak diinginkan jika mengambil obat dekongestan hidung.
Namun, interaksi obat juga dapat dengan sengaja dimanfaatkan, misalnya pemberian
probenesid dengan penisilin sebelum produksi massal penisilin dimungkinkan, karena
penisilin waktu itu sulit diproduksi, kombinasi itu berguna untuk mengurangi jumlah
penisilin yang dibutuhkan.
Takaran obat resep harus cukup tinggi untuk menyerang penyakit yang
bersangkutan, tetapi cukup rendah agar terhindar munculnya efek samping yang
berat.Perubahan besar pada jumlah suatu obat dalam aliran darah kita dapat
disebabkan oleh interaksi dengan obat lain, baik yang diberikan melalui resep maupun
yang tidak, atau berinteraksi dengan narkoba, jamu, suplemen, bahkan dengan
makanan.
Interaksi obat merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi respon tubuh
terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan atau minuman, zat
kimia atau dengan obat lain. Interaksi dikatakan terjadi apabila makanan, minuman,
zat kimia, dan obat lain tersebut mengubah efek dari suatu obat yang diberikan
bersamaan atau hampir bersamaan. Beberapa obat sering diberikan secara bersamaan
pada penulisan resep, maka harus diperhatikan mungkin terdapat obat yang kerjanya
berlawanan. Obat pertama dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang
atau memperpendek kerja obat kedua. Interaksi obat harus lebih diperhatikan, karena
interaksi obat pada terapi obat dapat menyebabkan kasus yang parah karena ada
kerusakan pada pasien. Dengan demikian penting untuk memperhatikan dan
mencegah interaksi berbahaya antar obat sehingga jumlah dan tingkat keparahan yang
diakibatkan terjadinya interaksi obat dapat dikurangi.
Salah satu masalah yang ditimbulkan dalam pola peresepan pasien yang dapat
mempengaruhi outcome klinis pasien adalah interaksi obat. Interaksi obat merupakan
interaksi yang dapat terjadi apabila efek obat diubah oleh obat lain, makanan, atau
minuman. Dampak yang mungkin terjadi jika terdapat potensi interaksi obat antara
lain adalah penurunan efek terapi, peningkatan toksisitas, atau efek farmakologis yang
tidak diharapkan.Berdasarkan level signifikansi klinis, interaksi obat diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu mayor, moderate dan minor. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi potensi interaksi obat berdasarkan level signifikansi klinis terhadap
pola peresepan pasien rawat jalan di Apotek X Jambi, mengetahui dampak yang
mungkin terjadi serta mengetahui bagaimana cara penanganannya. Metode penelitian
yang digunakan cohort prospektif dengan melakukan pengamatan serta pengkajian
terhadap resep yang berpotensi terjadi interaksi obat. Analisa data dilakukan secara
deskriptif dengan mengetahui gambaran potensi interaksi obat menggunakan aplikasi
Medscape. Total dari 250 resep terdapat 30 resep mengalami interaksi dengan 48
kejadian interaksi.
Persentase terbesar ditunjukkan dari potensi interaksi obat yang tergolong dalam
kategori moderate sebesar 57,44% diikuti dengan potensi interaksi minor sebesar
36,17% dan mayor sebesar 6,38%. Diperlukannya peran seorang farmasis terutama
mengenai efek samping dan interaksi obat yang dapat terjadi ketika pasien
menggunakan dua buah obat atau lebih dalam waktu yang bersamaan. Mekanisme
dari interaksi obat ini sendiri dapat dibagi menjadi tiga :
a. Interaksi Farmasetik
Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan)
antara obat yang tidak dapat campur (inkompatibel). Interaksi ini biasanya
berakibat inaktivasi obat.
b. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik dapat terjadi pada berbagai tahap, meliputi
absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi. Interaksi ini meningkatkan
atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk menimbulkan
efek farmakologinya. Interaksi farmakokinetik tidak dapat diekstrapolasikan
ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi sekalipun struktur
kimianya mirip, karena antar obat segolongan terdapat variasi sifat-sifat
fisikokimia yang menyebabkan variasi sifat-sifat farmakokinetiknya
 Interaksi pada proses absorpsi:
Absorpsi obat tergantung pada formulasi farmasetik, pKa dan
kelarutan obat dalam lemak, pH, flora usus, dan aliran darah dalam
organ pencernaan. Dalam hal ini perlu dibedakan antara interaksi yang
mengurangi kecepatan absorpsi dan interaksi yang mengurangi jumlah
obat yang diabsorpsi. Sebagian besar interaksi yang berkaitan dengan
absorpsi, tidak bermakna secara klinis dan dapat diatur dengan
memisahkan waktu pemberian obat
 Interaksi pada proses distribusi:
Interaksi pendesakan obat terjadi bila dua obat berkompetisi pada
tempat ikatan dengan protein plasma yang sama dan satu atau lebih
obat didesak dari ikatannya dengan protein tersebut. Hal ini
mengakibatkan peningkatan sementara konsentrasi obat bebas (aktif),
biasanya peningkatan tersebut diikuti dengan peningkatan metabolisme
atau ekskresi. Konsentrasi total obat turun disesuaikan dengan
peningkatan fraksi obat bebas. Interaksi ini melibatkan obat-obat yang
ikatannya dengan protein tinggi.
 Interaksi pada proses metabolisme:
Banyak obat dimetabolisme di hati, terutama oleh sistem enzim
sitokrom P450 monooksigenase. Induksi enzim oleh suatu obat dapat
meningkatkan kecepatan metabolisme obat lain dan mengakibatkan
pengurangan efek. Induksi enzim melibatkan sintesis protein, jadi efek
maksimum terjadi setelah dua atau tiga minggu. Sebaliknya, inhibisi
enzim dapat mengakibatkan akumulasi dan peningkatan toksisitas obat
lain. Waktu terjadinya reaksi akibat inhibisi enzim merupakan efek
langsung, biasanya lebih cepat daripada induksi enzim.
 Interaksi pada proses eliminasi:
Obat dieliminasi melalui ginjal dengan filtrasi glomerulus dan sekresi
tubular aktif. Jadi, obat yang mempengaruhi ekskresi obat melalui
ginjal dapat mempengaruhi konsentrasi obat lain dalam plasma. Hanya
sejumlah kecil obat yang cukup larut dalam air yang mendasarkan
ekskresinya melalui ginjal sebagai eliminasi utamanya, yaitu obat yang
tanpa lebih dulu dimetabolisme di hati.
c. Interaksi Farmakodinamika
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja
pada sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik
atau antagonistik. Interaksi farmakodinamik merupakan sebagian besar dari
interaksi obat yang penting dalam klinik. Berbeda dengan interaksi
farmakokinetik, interaksi farmakodinamik seringkali dapat diekstrapolasikan
ke obat lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena
penggolongan obat memang berdasarkan perlamaan efek farmakodinamiknya.
Disamping itu, kebanyakan interaksi farmakodinamik dapat diramalkan
kejadiannya, karena itu dapat dihindarkan bila dokter mengetahui.
Efek yang terjadi pada interaksi farmakodinamik yaitu :
 Sinergisme
Interaksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme
antara dua obat yang bekerja pada sistem organ, sel atau enzim yang
sama dengan efek farmakologi yang sama.
 Antagonisme
Antagonis terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek
farmakologi yang berlawanan, sehingga mengakibatkan pengurangan
hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat.
 Efek reseptor tidak langsung
Kombinasi obat dapat bekerja melalui mekanisme saling
mempengaruhi efek reseptor yang meliputi sirkulasi kendali fisiologi
atau biokimia.
 Gangguan cairan dan elektrolit
Interaksi obat dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit
d. Faktor Yang Mengubah Efek Obat
 Minum segelas anggur Sebenarnya,
sangat dianjurkan untuk menghindari penggunaan alkohol saat Anda
sedang mengonsumsi jenis obat-obatan apa pun. Minum satu atau dua
gelas anggur ketika menjalani terapi obat akan menghasilkan
konsentrasi obat dalam darah menjadi lebih rendah sehingga
menurunkan efek obat.
 Minum secangkir jus jeruk atau apel.
Jus ini memiliki efek negatif dan memblokir aktivitas dari obat-obatan
seperti antibiotik ciprofloxacin, talinolol, celiprolol, etoposide,
atenolol, itraconazole, dan lain-lainnya. Sangat dianjurkan untuk
menghindari konsumsi jus ini, terutama ketika Anda sedang
menggunakan obat-obatan yang telah disebutkan di atas.
 Makan beberapa buah "cranberry" dan jeruk
Jika dikonsumsi dalam jumlah kecil, maka buah ini tidak akan
memberikan efek pada obat. Namun, peningkatan jumlah asupan
cranberry dapat mengganggu efektivitas obat pengencer darah.
Sementara itu, konsumsi jeruk berlebih dapat menekan aktivitas obat
antihistamin dan obat hipertensi.
 Terkena air panas atau suhu tinggi
Beberapa obat diserap melalui kulit. Efek dari obat yang terpapar suhu
cukup tinggi dapat mempercepat proses penyerapan. Akibatnya, Anda
mungkin akan menerima dosis yang mematikan dari obat-obatan
tersebut.
 Usia di atas 70 tahun
Penuaan adalah salah satu faktor yang berperan penting dan dapat
mengubah efektivitas obat. Penuaan telah dikaitkan dengan penurunan
berbagai fungsi organ tubuh seperti ginjal, yang dapat menyebabkan
rendahnya efektivitas penghapusan obat dari tubuh dan paparan obat
lebih lama.
 Mengambil obat lain
Mengambil obat lain (berbagai macam jenis obat) secara bersamaan
dapat mempengaruhi efektivitas obat. Konsumsi obat antibiotik
bersamaan dengan obat lainnya bisa menimbulkan efek samping yang
berbahaya.
 Menghancurkan obat sebelum meminumnya
Meski dapat membuat Anda lebih mudah untuk menelan obat, cara ini
juga bisa sangat berbahaya karena dapat merusak pelapis khusus yang
ada pada obat. Hal ini dapat memengaruhi efektivitas dan
mempercepat pelepasan obat.
 Menghancurkan obat sbelum diminum.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil di atas kami mengambil kesimpulan bahwa :

2. Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek.

3. Interaksi tidak hanya terjadi antara obat dengan obat tetapi juga dapat terjadi antara
obat dengan makanan.

4. Interaksi dapat memberikan keuntungan dan juga kerugian.

5. Interaksi obat dapat terjadi pada berbagai tahap mulai dari meracik obat sampai
dengan obat tersebut dikeluarkan dari tubuh.

6. Faktor yang mengubah efek padaobat juga tergantung tubuh.


DAFTAR PUSTAKA

Sinaga, 2005. Interaksi antara beberapa obat, Sumber Ropobelik. Jakarta

Soetiono Gapar, 2003. Interaksi obat Beta-Blocer dengan obat-obat lain, jurnal peneliti,
bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatra Utara: Medan.

Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal 6-7,91, DEPKES RI Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan,C.K., Prayitno,A., Farmasi Klinis,
119-130, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Goodman, A., Gilman., 2008, Dasar Farmakologi Terapi, Volume 1, hal 711-728, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai