Anda di halaman 1dari 20

MEKANISME INTERAKSI OBAT DAN CONTOH OBAT

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

FARMAKOLOGI

Dosen Pembimbing :

Tanty WD S.Kep.Ns.M.Kep.
Disusun Oleh:
1. Fieko Chandra D 9. Rafidah Aisyah H
2. Merisa Zuliana W 10. Rico Irwanto
3. Nabila Ditri H 11. Sherlina Wahyu N
4. Nadya Arisya P 12. Sinta Natalia
5. Natasyah Adinda F 13. Teti Suci A
6. Novia Maghfiroh R 14. Vivi Norma Y
7. Nurul Setyo A 15. Wardha Anis S
8. Putri Anggraini 16. Zhaza MayTasari

KELOMPOK 3- 2B

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO


POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mekanisme
Interaksi Obat dan Contoh Obat” ini dengan lancar. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Farmakologi.

Makalah ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak oleh karena
itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Tanty Wulan Dari,S.Kep.,Ners, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah
Farmakologi.
2. Bapak/Ibu dosen Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi D3 Keperawatan Sidoarjo

Penulis menyadari, bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah
ini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari penulis. Penulis berharap semoga makalah
yang sederhana ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan utamanya kepada penulis
sendiri. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak
guna menyempurnakan makalah ini.

Sidoarjo, 20 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Interaksi Obat 3
2.1 Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi 4
2.2 Mekanisme Interaksi Obat 6
2.3 Interaksi Obat Dengan Obat Lain 11
2.4 Hasil Interaksi Obat 13
2.5 Upaya Menghindari Dampak Negatif 14

BAB III PENUTUP 15


3.1. Kesimpulan 15
3.2. Saran 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kebugaran manusia tidak lepas dari kesehatan. Kesehatan dibutuhkan untuk
melakukan aktifitas. Namun, tidak semua manusia memiliki tubuh yang prima. Tubuh
yang prima akan diperoleh bila tubuh manusia mendapatkan gizi yang cukup. Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Macam-macam gizi yang dibutuhkan tubuh ialah karbohidrat sebagai sumber energi.
Lemak sebagai cadangan makanan, protein sebagai zat pengatur sel-sel tubuh, mineral
sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh juga vitamin yang terdiri dari vitamin A,
Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, dan Vitamin K.
Melihat fungsi dan macam-macam zat gizi diatas tentu kita tahu bahwa kebutuhan
tubuh akan berbagai zat gizi sangatlah penting, karena zat gizi adalah zat yang
membentuk tubuh sehat. apabila manusia menginginkan tubuh yang sehat tentu mereka
harus mengkonmsumsi makanan dengan benar, karena kebutuhan gizi dalam tubuh
harus cukup tidak boleh kurang maupun lebih. Kekurangan dan kelebihan zat gizi akan
menyebabkan penyakit.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Untuk
mendapatkan kecukupan gizi yang dibutuhkan tubuh, setiap orang perlu mengkonsumsi
beranekaragam makanan. Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-
unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya.
Hubungan dan interaksi antara makanan, nutrien yang terkandung dalam makanan
dan obat saling mendukung dalam pelayanan kesehatan dan dunia medis. Makanan dan
nutrien spesifik dalam makanan, jika dicerna bersama dengan beberapa obat, pasti dapat
mempengaruhi seluruh ketersediaan hayati, farmakokinetik, farmakodinamik dan efek
terapi dalam pengobatan. Makanan dapat mempengaruhi absorbsi obat sebagai hasil dari
pengubahan dalam saluran gastrointestinal atau interaksi fisika atau kimia antara partikel

1
komponen makanan dan molekul obat. Pengaruh tergantung pada tipe dan tingkat
interaksi sehingga absorbsi obat dapat berkurang, tertunda, tidak terpengaruh atau
meningkat oleh makanan yang masuk.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat ?
2. Apa saja  obat yang terlibat dalam peristiwa interaksi tersebut?
3. Apa saja yang termasuk dalam mekanisme interaksi obat ?
4. Interaksi obat dengan obat lainnya ?
5. Apa saja yang termasuk kedalam hasil interaksi obat ?
6. Bagaimana upaya untuk menghidari dampak negative dari interaksi obat ?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui penertian dari interkasi obat
2. Untuk mengetahui obat yang terlibat dalam peristiwa interaksi
3. Untuk mengetahui mekanisme yang terjadi pada interkasi obat
4. Untuk mengetahui hasil dari interaksi obat
5. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk kedalam hasil interaksi obat
6. Untuk mengetahui upaya untuk menghidari dampak negative dari interaksi obat ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Interaksi Obat
Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh
obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya peristiwa interksi harus
selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara
bersamaan atau hampir bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh
yang merugikan, beberapa interaksi justru diambil manfaatnya dalam praktek
pengobatan, misalnya saja peristiwa interaksi antara probenesid dengan penisilin, di
mana probenesid akan menghambat sekresi penisilin di tubuh ginjal, sehingga akan
memperlambat ekskresi penisilin dan mempertahankan penisilin lebih lama dalam
tubuh.
Interaksi dapat membawa dampak yang merugikan kalau terjadinya interaksi tersebut
sampai tidak dikenali sehingga tidak dapat dilakukan upaya-upaya optimalisasi. Secara
ringkas dampak negatif dari interaksi ini kemungkinan akan timbul sebagai,
 Terjadinya efek samping,
 Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkan.
Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau
pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat
dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida
jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan
obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama.
Kejadian interaksi obat dalam klinis sukar diperkirakan karena :
a. Dokumentasinya masih sangat kurang
b. Seringkali lolos dari pengamatan, karena kurangnya pengetahuan akan
mekanisme dan kemungkinan terjadi interaksi obat. Hal ini mengakibatkan
interaksi obat berupa peningkatan toksisitas dianggap sebagai reaksi
idiosinkrasi terhadap salahsatu obat, sedangkan interaksi berupa penurunakn
efektivitas dianggap diakibatkan bertambah parahnya penyakit pasien
c. Kejadian atau keparahan interaksi obat dipengaruhi oleh variasi individual, di
mana populasi tertentu lebih peka misalnya pasien geriatric atau berpenyakit
parah, dan bisa juga karena perbedaan kapasitas metabolisme antar individu.
Selain itu faktor penyakit tertentu terutama gagal ginjal atau penyakit hati

3
yang parah dan faktor-faktor lain (dosis besar, obat ditelan bersama-sama,
pemberian kronik).

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain,
obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.
Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan
yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang
lainnya.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan


toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah),
misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat- obat sitostatik

Pengobatan dengan beberapa obat sekaligus (polifarmasi) yang menjadi


kebiasaan para dokter memudahkan terjadinya interaksi obat. Suatu survai yang
dilaporkan pada tahun 1977 mengenai polifarmasi pada penderita yang dirawat di
rumah sakit menunjukkan bahwa insiden efek samping pada penderita yang 32
mendapat 0-5 macam obat adalah 3,5%, sedangkan yang mendapat 16- 20 macam
obat adalah 54%. Peningkatan efek samping obat yang jauh melebihi peningkatan
jumlah obat yang diberikan bersama ini diperkirakan akibat terjadinya interaksi
obat yang juga semakin meningkat .

2.2 Obat yang Terlibat dalam Peristiwa Interaksi


Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat diantaranya :
a. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah oleh
obat lain.Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi atau efeknya
dipengaruhi oleh obat lain, umumnya adalah obat-obat yang memenuhi ciri :
a) Obat-obat di mana perubahan sedikit saja terhadap dosis (kadar obat) sudah
akan menyebabkan perubahan besar pada efek klinik yang timbul. Secara
farmakologi obat-obat seperti ini sering dikatakan sebagai obat-obat dengan
kurva dosis respons yang tajam (curam; steep dose response curve).
Perubahan, misalnya dalam hal ini pengurangan kadar sedikit saja sudah dapat
mengurangi manfaat klinik (clinical efficacy) dari obat.

4
b) Obat-obat dengan rasio toksis terapik yang rendah (low toxic therapeutic
ratio), artinya antara dosis toksik dan dosis terapetik tersebut perbandinganya
(atau perbedaanya) tidak besar. Kenaikan sedikit saja dosis (kadar)obat sudah
menyebabkan terjadinya efek toksis. Kedua ciri obat obyek di atas, yakni
apakah obat yang manfaat kliniknya mudah dikurangi atau efek toksiknya
mudah diperbesar oleh obat presipitan, akan saling berkaitan dan tidak berdiri
sendiri-sendiri. Obat-obat seperti ini juga sering dikenal dengan obat-obat
dengan lingkupterapetik yang sempit (narrow therapeutic range).
c) Obat-obat yang memenuhi ciri-ciri di atas dan sering menjadi obyek interaksi
dalam klinik meliputi,
 antikoagulansia: warfarin,
 antikonvulsansia (antikejang): antiepilepsi,
 hipoglikemika: antidiabetika oral seperti tolbutamid, klorpropamid dll,
 anti-aritmia: lidokain,prokainamid dll,
 glikosida jantung: digoksin,
 antihipertensi,
 kontrasepsi oral steroid,
 antibiotika aminoglikosida,
 obat-obat sitotoksik,
 obat-obat susunan saraf pusat, dan lain-lain.
b. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau mengubah
aksi atau atau efek obat lain.
Obat-obat presipitan adalah obat yang dapat mengubah aksi/efek obat lain.
Untuk dapat mempengaruhi aksi/efek obat lain, maka obat presipitan umumnya
adalah obat-obat dengan ciri sebagai berikut:
a) Obat-obat dengan ikatan protein yang kuat, oleh karena dengan demikian
akan menggusur ikatan-ikatan yang protein obat lain yang lebih lemah.
Obat-obat yang tergusur ini (displaced) kemudian kadar bebasnya dalam
darah akan meningkat dengan segala konsekuensinya, terutama
meningkatnya efek toksik. Obat-obat yang masuk di sini misalnya aspirin,
fenilbutazon, sulfa dan lain lain.
b) Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang
(inducer)enzim-enzim yang memetabolisir obat dalam hati. Obat-obat yang

5
punya sifat sebagai perangsang enzim (enzyme inducer) misalnya
rifampisin, karbamasepin, fenitoin, fenobarbital dan lain-lain akan
mempercepat eliminasi (metabolisme) obat-obat yang lain sehingga kadar
dalam darah lebih cepat hilang. Sedangkan obat-obat yang dapat
menghambat metabolisme (enzyme inhibator) termasuk kloramfenikol,
fenilbutason, alopurinol, simetidin dan lain-lain,akan meningkatkan kadar
obat obyek sehingga terjadi efek toksik.
c) Obat-obat yang dapat mempengaruhi /merubah fungsi ginjal sehingga
eliminasi obat-obat lain dapat dimodifikasi. Misalnya probenesid, obat-
obat golongan diuretika dan lain-lain.
Ciri-ciri obat presipitan tersebut adalah pada proses distribusi (ikatan protein),
metabolisme dan ekskresi renal. Masih banyak obat-obat lain diluar ketiga ciri
ini tadi yang dapat bertindak sebagai obat presipitan dengan mekanisme yang
berbeda-beda.
2.3 Mekanisme Interaksi Obat
Dalam perjalanannya, sejak dari proses fabrikasi hingga penggunaannya di dalam tubuh,
obat atau senyawa obat dapat mengalami 3 mekanisme interaksi, yaitu :
1) Interaksi farmasetik
` Interaksi farmasetik adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada
saat obat  diformulasikan atau  disiapkan  sebelum obat  tersebut  digunakan
oleh pasien. Bentuk interaksi ini ada 2 macam :
 Interaksi secara fisik : misalnya terjadi perubahan kelarutan
 Interaksi secara khemis : misalnya terjadi reaksi satu dengan  yang   
lain atau  terhidrolisisnya suatu  obat selama dalam proses pembuatan
ataupun selama dalam penyimpana
Contoh :     
a. Penurunan titik kelarutan
b. Reaksi hidrolisa saat pembuatan atau dalam penyiapan pada
interaksi   kimia dapat menyebabkan inkompatibilitas sediaan
obat.
Beberapa tindakan hati-hati (precaution) untuk menghindari
interaksi farmasetik ini mencakup:

6
a. Jangan memberikan suntikan campuran obat kecuali kalau
yakin betul bahwa tidak ada interaksi antar masing-masing
obat.
b. Dianjurkan sedapat mungkin juga menghindari pemberian
obat bersama-sama lewat infuse.
c. Selalu perhatikan petunjuk pemberian obat dari pembuatnya
(manufacturer leaflet) untuk melihat peringatan-peringatan
pada pencampuran dan cara pemberian obat (terutama untuk
obat-obat paranteral misalnya injeksi infuse dll)
d. Sebelum memakai lautan untuk pemberian infuse, intravenosa
atau yang lain. Perhatikan bahwa tidak ada perubahan warna,
kekeruhan, presipitasi dan lain-lain dari larutan
e. Siapkan larutan hanya kalau diperlukan saja. Jangan
menimbun terlalu lama larutan yang sudah dicampur, kecuali
untuk obat-obat yang memang sudah tersedia dalam bentuk
larutan seperti metromidazol, lidokain, dll.
f. Botol infuse harus selalu diberi label tentang jenis larutannya.
Obat-obat yang dimasukkan, termasuk dosis dan waktunya
g. Jika harus member per infuse 2 macam obat, berikan lewat 2
jalur infuse. Kecuali kalau yakin tidak ada interaksi. Jangan
ragu-ragu konsul apoteker rumah sakit.
2) Interaksi farmakokinetik
Yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah absorpsi,
distribusi, metabolisme atau ekskresi obat lain dengan demikian interaksi ini
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh)
untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya. Tidak mudah untuk
memperkirakan interaksi jenis ini dan banyak diantaranya hanya
mempengaruhi pada sebagian kecil pasien yang mendapat kombinasi obat-
obat tersebut. Interaki farmakokinetik yang terjadi pada satu obat belum tentu
akan terjadi pula dengan obat lain yang sejenis, kecuali jika memilki sifat-
sifat farmakokinetik yang sama.
Interaksi farmakokinetik dapat digolongkan menjadi beberapa
kelompok

7
a) Mempengaruhi absorpsi
Kecepatan absorpsi atau total jumlah yang diabsorpsi dapat
dipengaruhi oleh interaksi obat. Secara klinis, absorpsi yang tertunda
kurang berarti kecuali diperlukan kadar obat dalam plasma yang tinggi
(misal pada pemberian analgetik). Namun demikian penurunan jumlah
yang diabsorbsi dapat menyebabkan terapi menjadi tidak efektif.
b) Interaksi dalam proses Distribusi
Interaksi dalam proses distribusi terjadi terutama bila obat-obatan
dengan ikatan yang lebih kuat menggusur obat-obat lain dengan ikatan
protein yang lebih lemah dari tempat ikatannya pada protein plasma.
Akibatnya maka kadar obat bebas yang tergusur ini akan lebih tinggi pada
darah dengan segala konsekuensinya, terutama terjadinya efek toksik.
c) Interaksi dalam proses Metabolisme
 Pemacuan Enzim (Enzyme induction)
Suatu obat (presipitan) dapat memacu metabolisme obat lain
(obat objek) sehingga mempercepat eliminasi obat tersebut. Kenaikan
kecapatan eliminasi (pembuangan atau inaktivasi) akan diikuti dengan
menurunnya kadar obat dalam darah dengan segala konsekuensinya.
Obat-obat yang dapat memacu enzim metabolisme obat disebut
sebagai enzyme inducer. Dikenal beberapa obat yang mempunyai sifat
pemacu enzim ini yakni : Rifamicin, Antiepileptika.
 Penghambatan Enzim(Enzyme inhibitor)
Metabolisme suatu obat juga dapat dihambat oleh obat lain.
Obat-obat yang mempunyai kemampuan menghambat enzim yang
memetabolisir obat lain dikenal sebagai penghambat enzim. Akibat
dari penghambatan metabolisme obat ini adalah meningkatnya kadar
obat dalam darah dengan segala konsekuensinya, oleh karena
terhambatnya prose eliminasi obat. Obat-obat yang dikenal dengan
menghambat aktifitas enzim metabolisme obat adalah : kloramfenikol,
simetidin, alourinol, dll.
d) Interaksi dalam proses Ekskresi
Interaksi obat atau metabolitnya melalui organ ekskresi ginjal dapat
dipengaruhi oleh obat-obat lain. Yang paling dikenal adalah interaksi

8
antara probenosid dengan penisilin melalui kompetisi sekresi tubuli
sehingga proses sekresi penisilin terhambat, maka kadar penisilin dapat
dipertahankan dalam tubuh.
Obat-obat diuretik menyebabkan retensi lithium karena hambatan
pada proses sekresinya.
3) Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek suatu obat diubah
oleh obat lain pada tempat aksi. Hal ini dapat terjadi akibat kompetisi pada
reseptor yang sama atau interksi obat pada sistem fisiologi yang sama.
Interaksi jenis ini tidak mudah dikelompokkan seperti interaksi-interaksi yang
mempengaruhi konsentrasi obat dalam tubuh, tetapi terjadinya interaksi
tersebut lebi mudah diperkirakan dari efek farmakologi obat yang
dipengaruhi.
Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
 Interaksi langsung (direct interaction)
 Interaksi tidak langsung (indirect interaction)
Interaksi langsung
Interaksi langsung terjadi apabila dua obat atau lebih bekerja pada
tempat atau reseptor yang sama, atau bekerja pada tempat yang berbeda tetapi
dengan hasil efek akhir yang sama atau hampir sama. Interaksi dua obat pada
tempat yang sama dapat tampil sebagai antagonisme atau sinergisme.
Interaksi langsung ini dapat terbagi lebih lanjut sebagai berikut.
 Antagonisme pada tempat yang sama
Antagonisme adalah keadaan dimana efek dua obat pada
tempat yang sama saling berlawanan atau menetralkan. Banyak contoh
interaksi seperti ini, misalnya:
 Pembalikan (penetralan) efek opiat oleh obat nalokson.
 Pengobatan aritma yang disebabkan intoksikasi antidepresan
triklisik dengan obat fisotigmin.
 Pengobatan keracunan pestisida organofosfat dengan sulfas
atropin untuk menetralisir efek-efek kolinergik yang terjadi.
 Sinergisme pada tempat yang sama

9
Sinergisme adalah interkasi di mana efek dua obat yang
bekerja pada tempat yang sama saling memperkuat. Walaupun banyak
contoh interaksi yang merugikan dengan mekanisme ini tetapi banyak
pula interaksi yang menguntungkan secara terapetik. Contoh-contoh
interaksi ini, misalnya:
 Efek obat pelemas otot depolarisasi(depolarizing muscle
relaxants) akan diperkuat/ diperberat oleh antibiotika
aminoglikosida, kolistin dan polimiksin karena keduanya
bekerja pada tempat yang sama yakni pada motor end plate
otot seran lintang.
 Kombinasi obat beta-blocker dan Ca ++-channel blocker
seperti verapamil dapat menyebabkanaritmia/asistole.
Keduanya bekerja pada jaringan konduksi otot jantung yang
sama.
 Sinergisme pada tempat yang berbeda dari efek yang sama atau
hampir sama.
Obat-obat dengan efek akhir yang sama atau hampir sama,
walaupun tempat kerja ata reseptornya berlainan, kalau diberikan
bersamaan akan memberikan efek yang saling memperkuat. Misalnya,
 Antara berbagai obat yang punya efek yang sama terhadap
susunan saraf pusat, misalnya depresi susunan saraf pusat.
  Kombinasi antibiotika, misalnya penisilin dan aminoglikosida
 Kombinasi beberapa obat antihipertensi
  Interaksi tidak langsung
Interaksi tidak langsung terjadi bila obat presipitan punya efek yang
berbeda dengan obat obyek, tetapi efek obat presipitan tersebut akhirnya
dapat mengubah efek obat obyek. Beberapa contoh antara lain,
 Interaksi antara obat-obat yang mengganggu agregasi trombosit
(salisilat, fenilbutason, ibuprofen, dipiridamol, asam mefenamat, dll.)
dengan obat-obat antikoagolan seperti warfarin sehingga kemungkinan
perdarahan lebih besar oleh karena gangguan proses hemostasis.
 Obat-obat yang menyebabkan perlukaan gastrointestinal seperti
aspirin, fenilbutason, indometasin, dan obatobat antiinflamasi non-

10
steroid yang lain, bila diberikan pada pasien yang sedang mendapatkan
antikoagulansia seperti warfarin, maka dapat terjadi perdarahan yang
masif dari perlukaan tadi.
 Obat-obat yang menurunkan kadar kalium akan menyebabkan
peningkatan efek toksik glikosida jantung digoksin. Efek toksik
glikosida jantung ini lebih besar pada keadaan hipokalemia. Tetapi
sebaliknya hipokalemia akan mengurangi efek klinik obat-obat
antiaritmia seperti lidokain, prokainamid, kinidin, dan fenitoin. Obat
presipitan yang mengurangi kadar kalium terutama adalah diuretika.
 Efek diuresis obat-obat diuretika tertentu seperti furosemid akan
berkurang bila diberikan bersama dengan obat-obat antiinflamasi non-
steroid seperti aspirin, fenilbutason, ibuprofen, indometasin, dll.
Kemungkinan oleh karena penghambatan simtesis prostaglandin oleh
obat-obat presipitan tersebut, yang sebenarnya diperlukan untuk
menimbulkan efek diuretika furosemide.
Penggunaan obat campuran dapat menyebabkan efek :
1. Adisi : Beberapa obat yang diberikan bersama-sama memberikan efek
yang merupakan penjumlahan dari efek masing-masing obat bila
diberikan secara terpisah
2. Sinergis : Beberapa obat mempunyai aksi dan bekerja pada tempat yang
hampir sama, bila diberikan bersama-sama ,memberikan efek yang lebih
besar dari efek masing-masing obat yang diberikan secara terpisah
3. Potensiasi : Beberapa obat yang diberikan bersama-sama dengan aksi-aksi
yang tidak sama, memberikan efek yang lebih besar pada pasien, dari
pada efek masing-masing secara terpisah.
4. Antagonis : Beberapa obat yang diberikan bersama-sama, salah satu obat
mengurangi efek dari obat yang lain.
2.4 Interaksi Obat Dengan Obat Lain
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas
dan atau mengurangi efektifitas obat yang berinteraksi, jadi terutama bila menyangkut
obat dengan batas keamanan yang sempit, misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan
obat-obat sitotastik. Demikian juga interaksi yang menyangkut obat-obat yang biasa

11
digunakan atau yang sering diberikan bersama tentu lebih penting daripada obat yang
dipakai sekali-kali.
Hal yang perlu diperhatikan pada interaksi obat
a) Tidak  semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinik
b) Interaksi tidak selamanya merugikan.
c) Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan
d) Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk mengobati
penyakit yang sama.

Berikut ini merupakan gambar resep dengan interaksinya :

a) Aspilet dan Farsorbid


Obat A : Aspilet / Aspirin (Antiinflamasi non steroit)
Obat C : Fosforbit/ Isosorbide dinitrate (Diuretik gol. Diuretic osmotik )
Mekanisme Obat A : Efek Analgesik, antipiretik, dan anti-inflamasi efek
asam asetilsalisilat ada karena tindakan baik oleh asetil salisilat dan bagian
dari molekul utuh serta oleh salisilat metabolit aktif. Asam asetilsalisilat
langsung dan ireversibel menghambat aktivitas kedua jenis siklooksigenase
(COX-1 dan COX-2) untuk mengurangi pembentukan prekursor
prostaglandin dan tromboksan dari asam arakidonat. Hal ini membuat asam
asetilsalisilat yang berbeda dari AINS lain (seperti diklofenak dan ibuprofen)
yang merupakan inhibitor reversibel.

12
Mekanisme Obat B : Isosorbide dinitrate mengakibatkan pembuluh darah
pada otot polos mengalami dilatasi. Karena pembulih darah arteriolar
mengalami relaksasi, maka menurunkan tekanan sistolik arteri
Efek Interaksi : Aspirin mengurangi efek dari hydralazine oleh antagonisme
farmakodinamik. Gunakan Perhatian / Monitor. NSAID menurunkan sintesis
prostaglandin
b) Aspilet dan Clopidogrel
Obat A : Aspilet
Obat B : Clopidogrel
Mekanisme Obat B : Metabolit aktif clopidogrel mencegah pengikatan
adenosin difosfat (ADP) ke reseptor platelet nya, merusak aktivasi ADP-
dimediasi dari glikoprotein cacat dalam mobilisasi dari situs penyimpanan
butiran platelet pada membran luar. dia obat khusus dan ireversibel
menghambat P2Y12 subtipe cross-linking oleh fibrin protein.
Efek Interaksi : aspirin, clopidogrel. Entah meningkatkan toksisitas yang lain
dengan sinergisme farmakodinamik. Gunakan Perhatian / Monitor.
Kebutuhan untuk penggunaan simultan aspirin dosis rendah dan antikoagulan
atau antiplatelet agen yang umum untuk pasien dengan penyakit
kardiovaskular; memonitor.
c) Asipet dan Digoxin
Obat A : Asipet / aspirin (Antiinflamasi non streroid)
Obat B : Digoxin
Mekanisme Obat B :
Mekanisme kerja digoksin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase
yang menghasilkan peningkatan natrium intracellular yang menyebabkan
lemahnya pertukaran natrium/kalium dan meningkatkan  kalsium
intracellular. Hal tersebut dapat meningkatkan penyimpanan kalsium
intrasellular di sarcoplasmic reticulum pada otot jantung, dan dapat
meningkatkan cadangan kalsium untuk memperkuat /meningkatkan kontraksi
otot.
Efek Interaksi : aspirin dan digoxin baik peningkatan kalium serum.
Gunakan Perhatian / Monitor.
2.5 Hasil Interaksi Obat

13
Hasil interaksi obat dengan obat adalah respon klinis atau farmakologis dari suatu
pemberian kombinasi obat, yang berbeda dari yang seharusnya terjadi bila kedua obat-
obat diberikansendiri-sendiri. Efek yang terjadi dapat berupa :
a. Antagonisme (1+1<2)--> saling menurunkan khasiat dari masing-masing obat.
Kegiatan obat pertama dikurangi atau bahkan ditiadakan sama sekali oleh
obat kedua yang memiliki khasiat farmakologis yang bertentangan, misalnya
adrenalin dan histamin. Contoh : ekspektoran + antitusiv, adrenalin +
antihistamin
b. Sinergisme (1+1>2)
Kerjasama antara dua obat dan dikenal ada dua jenis yaitu Adisi efek
kombinas adalah sama dengan kegiatan dari masing-masing obat (1+1=2). 
Contoh : kombinasi asetosal dan parasetamol, juga trisulfa.
c. Potensiasi (mempertinggi potensi).
Kegiatan obat dipertinggi oleh obat kedua (1+1>2),Kedua obat dapat
memiliki kegiatan yang sama seperti estrogen dan progesteron,sulfametoksasol
dan trimethoprim asetosal  dan kodein. Atau satu obat tidak memiliki efek
bersangkutan misalnya analgetik dan klorpromazin, benzodiazepin/meprobamat
dan alkohol, penghambatan MAO dan amfetamin dan lainnya
Contoh : Sulfametoksasol + Trimetoprim --> efek sinergesme
Amoxicillin + Asam Klavulanat --> Asam Klavulanat meningkatkan
aktivitas amoksisilin karena dapat memproteksi cincin beta laktam dari
amoxicillin.
2.6 Upaya Menghindari Dampak Negatif
Adapun upaya yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi) kecuali
jika memang kondisi penyakit yang diobti memerlukan gabungan obat dan
pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah
manfaatnya misalnya:
- Pengobatan tuberculosis
- Pengobatan infeksi berat seperti sepsis dll
b. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari 1) bersamaan,
yakinkan bahwa tidak ada interaksi yang merugikan baik secara kinetic atau
dinamik

14
c. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-obat
yang sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi
d. Evaluasi efek sesudah pemberian obat secara bersamaan untuk menilai ada
tidaknya efek samping atau efek toksik dari salah satu atau kedua obat
e. Ikutilah sedini mungkin pemakaian obat secara bersamaan bila ternyata ada efek
samping atau efek toksik yang timbul.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh
obat lain yang diberikan bersamaan. Kemungkinan terjadinya peristiwa interksi
harus selalu dipertimbangkan dalam klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan
secara bersamaan atau hampir bersamaan.
2. Interaksi obat paling tidak melibatkan 2 jenis obat diantaranya :
a. Obat obyek, yakni obat yang aksinya atau efeknya dipengaruhi atau diubah
oleh obat lain.Obat-obat yang kemungkinan besar menjadi obyek interaksi
atau efeknya dipengaruhi oleh obat lain
b. Obat presipitan (precipitan drug), yakni obat yang mempengaruhi atau
mengubah aksi atau atau efek obat lain
3. Dalam perjalanannya, sejak dari proses fabrikasi hingga penggunaannya di dalam
tubuh, obat atau senyawa obat dapat mengalami 3 mekanisme interaksi, yaitu :
1) Interaksi farmasetik
2) Interaksi farmakokinetik
3) Interaksi Farmakodinamik
4. Hal yang perlu diperhatikan pada interaksi obat
a) Tidak  semua obat yang berinteraksi signifikan secara klinik

15
b) Interaksi tidak selamanya merugikan.
c) Jika dua obat berinteraksi tidak berarti tidak boleh diberikan
d) Interaksi tidak hanya untuk terapi yang berbeda tetapi kadang untuk
mengobati  penyakit yang sama.
5. Hasil interaksi obat dengan obat adalah respon klinis atau farmakologis dari suatu
pemberian kombinasi obat, yang berbeda dari yang seharusnya terjadi bila kedua
obat-obat diberikansendiri-sendiri.
6. Adapun upaya yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi)
kecuali jika memang kondisi penyakit yang diobti memerlukan gabungan
obat dan pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara
ilmiah manfaatnya
b. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari 1) bersamaan,
c. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada
obat-obat yang sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi
d. Evaluasi efek sesudah pemberian obat secara bersamaan untuk menilai
ada tidaknya efek samping atau efek toksik dari salah satu atau kedua obat
e. Ikutilah sedini mungkin pemakaian obat secara bersamaan bila ternyata
ada efek samping atau efek toksik yang timbul.
3.2 Saran
Untuk menghindari interaksi obat yang tidak diinginkan maka sebaiknya
1. Hindari semaksimal mungkin pemakaian obat gabungan (polifarmasi), kecuali
jika memang kondisi penyakityang diobati memerlukan gabungan obat dan
pengobatan gabungan tersebut sudah diterima dan terbukti secara ilmiah
manfaatnya. Misalnya:
 pengobatan tuberkulosis,
 pengobatan infeksi berat seperti sepsis, dan lain-lain.
2. Jika memang harus memberikan obat gabungan (lebih dari satu) bersamaan,
yakinkan bahwa tidak ada interaksi yang merugikan, baik secara kinetik atau
dinamik
3. Kenalilah sebanyak mungkin kemungkinan interaksi yang timbul pada obat-obat
yang sering diberikan bersamaan dalam praktek polifarmasi.

16
4. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan
dengan dokter yang meresepkan.

17

Anda mungkin juga menyukai