4. Faktor atau kondisi apa saja yang dapat memicu terjadinya halusinasi pada
seorang klien?
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun
keluarganya, mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan
genetik yaitu factor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.
b. Faktor Perkembangan.
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu maka individu akan mengalami stress dan kecemasan
c. Faktor Sosiokultural.
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh
kesepian terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
d. Faktor Biokimia.
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Denganadanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase
(DMP)
Beberapa kondisi yang dapat membangkitkan terjadinya halusinasi
a. Skizofrenia
b. Gangguan bipolar, mania parah
c. Obat halusinogen
d. Toksisitas obat atau efek samping (misalnya, toksisitas digitalis)
e. Putus dari alkohol, barbiturat, dan zat lain
f. Halusinosis alkoholik
g. Tidur atau sensorik deprivasi
h. Penyakit neurologis, neurosyphilis, gangguan mental organik
i. Ketidakseimbangan endokrin (misalnya tirotoksikosis)
j. Ketakutan, cemas
k. Respons metabolik terhadap stres,
l. Gangguan neurokimiawi,
m. Lesi otak,
n. Upaya tidak sadar untuk mempertahankan ego,
o. Ekspresi simbolis dari pikiran yang terpisah (isolasi diri, misalnya karena penyakit
lama yang tidak sembuh-sembuh, kemunduran psikis sehingga terjadi penurunan
interaksi dengan dunia luar).
5. Halusinasi secara umum dipahami dengan 4 fase. sebutkan apa saja fase itu dan ciri
ciri apa yang nampak pada klien di setiap fase itu?
a. Comforting. Penderita tidak merasa terganggu dengan adanya halusinasi itu dan
biasanya muncul saat sedang sendiri/ melamun/ menyendiri. Tanda-tandanya:
Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan
suara. Gerakan mata yang cepat. Bicara yang lamban. Diam dan dipenuhi oleh
sesuatu yang mengasyikkan.
b. Condemning. Penderita mulai merasa terganggu dan kehilangan kendali serta
mungkin berusaha menghilangkan halusinasinya itu. Misal mendengar suara-suara
yang mengejek. Tanda-tandanya: Nadi meningkat, pernafasan, tekanan darah
meningkat, Konsentrasi berkurang. Individu merasa malu dan menarik diri dari orang
lain.
c. Controling. Penderita meyakini, mengikuti dan melakukan isi dari halusinasinya.
Misalnya mendengar suara yang menyuruh membanting piring, maka penderita
mengikutinya dengan benar-benar membanting piring. Tanda-tandanya: Mengikuti
petunjuk dari halusinasi daripada menolaknya. Kesulitan berhubungan dengan orang
lain. Rentang perhatian hanya dalam beberapa menit bahkan detik. Gejala fisik
kecemasan berat seperti keringat banyak, tremor, ketidakmampuan mengiktui
petunjuk.
d. Consquering. Penderita jadi panik, cemas berat, takut jika tidak mengikuti
halusinasinya. Dapat terjadi beberapa jam atau hari jika tidak ditangani dengan baik.
Tanda-tandanya: Perilaku menyerang, teror, panik. Sangat potensial melakukan
bunuh diri atau melukai orang lain. Amuk, agresi, menarik diri. Komunikasi
menurun. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,
menarik diri atau katatonik, Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang
kompleks dan tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
6. Dalam rencana askep klien dengan halusinasi, ada berapa tujuan yang akan
dicapai? 5 tujuan, yaitu :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
7. Sebutkan cara menghardik atau mengatasi halusinasi?
a. Membuat klien menghilangkan atau mengusir halusinasinya dan kembali ke dunia
nyata
b. Terapi konseling, ini dilakukan agar klien dapat memahami apa yang sedang terjadi
dalam dirinya
c. Buat klien lupa dengan cara menambah kesibukan klien untuk mengalihkan
perhatiannya. Ajak keluarga untuk mendukung agar perhatian klien teralihkan
d. Memberikan treatment kepada klien agar klien tidak menarik diri
e. Mengajarkan social skill training atau ketrampilan sosialisasi pada klien
f. Pemberian obat-obatan untuk klien dengan tingkat halusinasi tinggi. Untuk pemberian
obat-obat an harus ada advice dari dokter.
8. Cari di google “PANSS (positif and negatif sains and simtom skosizofrenia)” disana ada
salah satu kriteria penilaian tentang halusinasi ada skor 0-7 tugasnya identifkasi kriteria
klien dari skor 0-7
Laporan secara verbal atau perilaku yang menunjukkan persepsi yang tidak dirangsang
oleh stimuli luar. Dapat terjadi halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman atau
somatik.
Dasar penilaian :
Laporan verbal dan manifestasi fisik selama wawancara, dan juga perilaku yang
dilaporkan oleh perawat atau keluarga.
1. Tidak ada
Definisi tidak dipenuhi
2. Minimal
patologis diragukan ; mungkin suatu ujung ekstrim dari batasan normal.
3. Ringan
Suatu atau dua halusinasi yang jelas tetapi jarang timbul, atau beberapa
abnormalitas yang samar-samar yang tidak mengakibatkan
penyimpangan (distorsi) proses pikir atau perilaku.
4. Sedang – Sering ada halusinasi tetapi tidak terus menerus, dan proses
pikir serta perilaku pasien hanya sedikit terpengaruh.
5. Agak berat
Halusinasi sering, dapat meliputi lebih dari satu organ sensoris dan
cenderung menyimpangkan proses pikir dan/atau mengacaukan
perilaku. Pasien dapat memiliki interpretasi bersifat waham atas
pengalamannya ini dan bereaksi terhadapnya secara emosional, serta
kadang-kadang juga secara verbal.
6. Berat
Halusinasi hampir terus menerus ada, mengakibatkan kekacauan berat
pada proses pikir dan perilaku. Pasien menganggapnya sebagai persepsi
nyata dan fungsinya terganggu oleh seringnya bereaksi secara
emosional dan verbal terhadapnya.
7. Sangat berat
Pasien hampir secara total mengalami preokupasi dengan halusinasi,
yang jelas mendominasi proses pikir dan perilaku. Halusinasi diikuti
oleh interpretasi bersifat waham yang kaku dan memacu timbulnya
respons verbal dan perilaku, termasuk kepatuhan terhadap halusinasi
perintah.
9. Tugas Kelompok
Pemberian terapi pada halusinasi dengan memperagakan bagan yang ada di makalah itu
(dibuat kelompok)
ISOLASI SOSIAL
3. Apa yang dapat diobservasi atau manifestasi klinis dari klien yang mengalami isolasi
sosial?
a. Tidak memiliki orang – orang yang dekat dan mendukung (keluarga, teman, )
b. Menarik diri/menyendiri/menghindari kontak dengan orang lain
c. Menarik diri dan asyik dengan dirinya sendiri
d. Merasa hubungan dengan orang lain tidak berarti
e. Merasa ditolak/kesepian
f. Nada suara dan perilaku yang diperlihatkan menunjukkan permusuhan
g. Kesulitan melakukan interaksi di lingkungan/tidakmampu terlibat dalam hubungan
interpersonal
h. Tidak ada kontak mata
i. Tidak berkomunikasi
j. Memperlihatkan perilaku yang tidak diterima orang kebanyakan
k. Melakukan tindakan yang tidak berguna berulang kali
l. Melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya
m. Sedih, afek tumpul
n. Merasa bosan dan waktu berjalan lambat
o. Merasa tidak dimengerti oleh orang lain/tidak aman di lingkungan
4. Ada berapa tujuan yang ingin dicapai didalam pembuatan rencana askep klien
isolasi sosial? 7 tujuan, yaitu :
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri
3) Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik
diri.
5. Sodara diminta membuat strategi pelaksanaan sesuai dengan tujuan pada klien yg
mengalami isolasi sosial
STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1)
A. Kondisi
Data subjektif :
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif :
Klien tampak menyendiri.
Klien terlihat mengurung diri.
Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
B. Diagnosis Keperawatan
Isolasi Sosial
C. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut.
1. Wajah cerah, tersenyum
2. Mau berkenalan
3. Ada kontak mata
4. Bersedia menceritakan perasaan
5. Bersedia mengungkapkan masalahnya
6. Bersedia mengungkapkan masalahnya
b. Membantu klien menyebutkan penyebab menarik diri dan menyebutkan keuntungan
berhubungan sosial serta kerugian menarik diri.
c. Mengajarkan klien melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
D. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1. Beri salam setiap berinteraksi.
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan
3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi kllien
6. Buat kontrak interaksi yang jelas
7. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan klien
bersosialisasi
E. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
“Selamat pagi, assalamualaikum Ibu. Boleh Saya kenalan dengan Ibu? Nama Saya Bunga
Putri Nusa, boleh panggil Saya Bunga. Saya Mahasiswa Prodi Keperawatan Sidoarjo,
Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 13.00 WIB siang.
Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana perasaan Bu Ara hari ini? O.. jadi Ibu merasa bosan dan tidak berguna.
Apakah Ibu masih suka menyendiri ??
c. Kontrak.
Topik:
Baiklah Bu, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan Bu Ara dan
kemampuan yang Ibu miliki? Apakah bersedia? Tujuananya Agar ibu dengan saya
dapat saling mengenal sekaligus ibu dapat mengetahui keuntungan berinteraksi
dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain
Waktu : Berapa lama Ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit saja
ya?
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?.
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang
lain.
b. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah ibu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan bercakap-cakap dengan
teman? Dua kali ya ibu? baiklah jam berapa ibu akan latihan? Ini ada jadwal
kegiatan, kita isi pada jam 11:00 dan 15:00 kegiatan ibu adalah bercakap-cakap
dengan teman sekamar. Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu
menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau
teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu
mengerti? Coba ibu ulangi? Naah bagus ibu.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang pengalaman ibu
bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan bercakap-cakap dengan topik
tertentu. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu??
Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11:00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi
Assalamualaikum Wr,Wb.
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)
A. Kondisi
Data subjektif :
Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain
Data objektif :
Klien menyendiri di kamar.
Klien tidak mau melakukan aktivitas di luar kamar.
Klien tidak mau melakukan interaksi dengan yang lainnya.
B. Diagnosis Keperawatan
Isolasi Sosial
C. Tujuan
a. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap dengan:
o Perawat
o Perawat lain
o Klien lain
o Kelompok
b. Klien memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan berbincang-bincang dengan
orang lain.
D. Intervensi Keperawatan
a. Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial .
b. Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan / berkomunikasi dengan :
o Perawat lain
o Klien lain
o Kelompok
c. Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
d. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat.
e. Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang
dilaksanakan.
E. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
” Selamat pagi, Ibu? Bagaimana kabarnya hari ini? Ibu masih ingat dong dengan
saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah sudah makan?”
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian,
bagaimana semangatnya untuk bercakap-cakap dengan teman? Apakah ibu sudah
mulai berkenalan dengan orang lain? Bagai mana perasaan ibu setelah mulai
berkenalan?
c. Kontrak.
Topik:
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini kita akan latihan bagai mana
berkenalan dan bercakap-cakap dengan 2 orang lain agar ibu semakin banyak teman.
Apakah ibu bersedia?
Waktu : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di ruang tamu?
3. Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan ibu setelah kita berkenalan dengan perawat B dan C dan
bercakap-cakap dengan teman ibu saat menyiapkan makan siang di ruang makan?
Coba ibu sebutkan kembali bagaimana caranya berkenalan?
d. Rencana Tindak Lanjut
Bagaimana kalau ditambah lagi jadwal kegiatan ibu yaitu jadwal kegiatan bercakap-
cakap ketika membantu teman sedang menyiapkan makan siang. Mau jam berapa ibu
latihan? Oo ketika makan pagi dan makan siang.
c. Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah ibu bagaimana kalau besok saya kan mendampingi ibu berkenalan dengan 4
orang lain dan latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan harian lain, setelah itu
ibu dapat bercerita kepada saya bagaimana perasaan ibu. apakah ibu bersedia?
Waktu :
Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat :
Ibu maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu??
Baiklah bu besok saya akan kesini jam 11.00 sampai jumpa besok ibu. saya permisi
Assalamualaikum Wr.Wb.
B. Diagnosis Keperawatan
Isolasi Sosial
C. Tujuan
Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan :
- Orang lain
- Kelompok
D. Intervensi Keperawatan
a. Memberikan kesempatan pada klien berkenalan.
b. Menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal kegiatan harian.
c. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan :
-Orang lain
-Kelompok
d. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
E. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
b. Evaluasi / Validasi.
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah masih ada perasaan kesepian?
Apakah ibu sudah bersemangat bercakap-cakap dengan otrang lain? Apa kegiatan yang
dilakukan sambil bercakap-cakap? Bagaimana dengan jadwal berkenalan dan bercakap-
cakap, apakah sudah dilakukan? Bagus ibu.
c. Kontrak.
Topik:
Baiklah sesuai dengan janji kita kemarin hari ini saya akan mendampingi bu
berkenalan atau bercakap-cakap dengan tukang masak, serta bercakap-cakap dengan
teman sekamar saat melakukan kegiatan harian. Setelah itu ibu dapat bercerita
perasaanya kepada saya. Apakah ibu bersedia?
Waktu : Berapa lama ibu mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10 menit?
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di dapur?
2. Kondisi apa saja yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan atau perilaku agresi
atau marah pda klien gangguan jiwa?
Faktor Predisposisi
- Faktor psikologis
a. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
akan timbul dorongan agresif yang memotifasi PK.
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak
menyenangkan
c. Frustasi.
d. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.
Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara
fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut.
a. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh
agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa
terancam, baik internal dari perusahaan diri klien sendiri maupun eksternal dari
lingkungan.
c. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
3. Apa tanda atau manifestasi klinis perilaku yg dpt diamati pada klien gangguan jiwa yg
mengalami perilaku kekerasan?
a. Fisik
• Mata melotot
• Pandangan tajam
• Tangan mengepal
• Rahang mengatup
• Wajah memerah
• Postur tubuh kaku
b. Verbal
• Mengancam
• Mengumpat dengan kata-kata kotor
• Suara keras
• Bicara kasar, ketus
• Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
c. Perilaku
• Memperlihatkan permusuhan
• Mendekati orang lain dengan ancaman
• Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
• Mempunyai rencana untuk melukai
• Menyerang orang
• Melukai diri sendiri/orang lain
• Merusak lingkungan
• Amuk/agresif
4. Ada berapa tujuan yang ingin dicapai didalam pemberian askep pada klien yg
mengalami perilaku kekerasan? 9 tujuan, yaitu :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya
c. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
d. Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
e. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan
g. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
h. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan
i. Klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan.
5. Sebutkan cara cara yang bisa diberikan kepada klien untuk membuat perilaku
kekerasan menjadi perilaku yang asertif
Beri kesempatan klien mengutarakan perasaan jengkel atau kesal. Dengarkan
ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan seksama.
Ajarkan klien menyalurkan marah dengan cara verbal yaitu ketika marah minta
pasien untuk mengatakan agar tidak menimbulkan akibat yang buruk.
Beri contoh klien berbicara yang baik seperti meminta dengan baik, menolak
dengan baik dan mengungkapkan perasaan dengan baik.
Diskusikan bersama pasien tentang bagaimana cara marah yang sehat contohnya :
- Jika sulit mengendalikan marah, minta klien menjauhkan diri dari situasi
tersebut untuk sementara sampai Anda tenang
- Minta klien untuk sebelum marah, cari alasan yang tepat kenapa Anda harus
marah
- Anjurkan klien selalu identifikasi penyebab marah yang paling medasar
Anjurkan dan sepakati bersama klien untuk menyalurkan marahnya dengan
metode spiritual agar tidak menimbulkan akibat yang buruk.
Demostrasikan pada klien untuk melakukan olahraga atau melakukan sktivitas
yang menyenangkan ketika sedang emosi tidak stabil. Dengan begitu dapat
menurunkan tingkat emosi.
Berikan pujian kepada pasien ketika pasien telah melakukan atau meluapkan
marah dengan cara yang benar dan sehat.
Minta klien selalu minum obat dengan tepat waktu untuk mencegah perilaku
kekerasan.
Minta klien melakukan terapi kelompok untuk stimulasi persepsi pencegahan
perilaku kekerasan.
6. Buatlah strategi pelaksanaan pada klien yang mengalami perilaku kekerasan
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif:
Keluarga klien mengatakan klien suka marah – marah tanpa sebab
Keluarga klien mengatakan klien suka memukul pengendara motor
yg lewat
Klien pernah menjadi korban penipuan
Data Objektif:
B. Strategi komunikasi
1. Orientasi:
Perawat : “ Selamat pagi pak, perkenalkan perawat Bunga, hari ini saya
akan berbincang-bincang dengan bapak. nama bapak siapa
senangnya di panggil apa?”
Klien : “ Bapak T”
Perawat : “ Bagaimana perasaan bapak saat ini, masih ada rasa kesal atau
marah?”
Klien : “ ya masih marah “
Perawat : “ Baiklah, kita akan berbincang-bincang sekarang tentang
perasaan marah bapak.”
Klien : “ Terserah
jika 10 menit?”
Klien : “ ya”
Perawat : “Di mana enaknya kita duduk-duduk untuk berbincang-bincang,
pak? Bagaimana jika di ruang tamu?”
2. Fase Kerja:
Perawat : “Apa yang menyebabkan bapak marah? Apakah sebelumnya
bapak pernah marah? Apa penyebabnya? Samakah dengan
sekarang?”
Kien : “ saya ditipu oleh orang uang saya dibawa kabur 10 juta padahal
itu tabungan untuk pendidikan anak saya. Dan saya sangat
benci dengan orang itu. Jika saya bertemu dengan dia saya
akan memukulnya ”
Perawat : “Pada saat bapak sedang marah apa yang bapak rasakan?
Misalnya saat bapak pulang ke rumah dan istri bapak belum
menyiapkan makanan (misalnya ini yang jadi penyebab marah
pasien), apa yang bapak rasakan?”
Klien : “ Saya akan marah pada istri saya karena dia juga tidak
bertanggung jawab seperti orang penipu itu. Saya akan
memukulnya dan melempar piring – piring ”
Perawat : “Apakah ketika bapak merasa kesal, terus dada bapak berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat dan tangan
mengepal?”
Klien : “ya”
Perawat : “Setelah itu apa yang bapak lakukan? Ooo.. iya.. jadi bapak
memukul istri bapak dan memecahkan piring. Apakah dengan
cara ini makan terhidang? Iya.. tentu saja tidak.”
Perawat : “Apa kerugian dari cara yang bapak lakukan, betul.. istri jadi
sakit dan ketakutan. Piring – piring pecah. Menurut bapak,
adakah cara yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian
Klien : “ Baik”
Perawat : “ Begini pak, jika tanda – tanda marah tadi sudah bapak rasakan
bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu
keluarkan napas perlahan – lahan melalui mulut sambil
membayangkan bahwa bapak sedang mengeluarkan kemarahan.
Silahkan bapak mencoba melakukannya. Bagus...coba lakukan
sampai lima kali. Bagus sekali bapak sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaanya?”
Klien : “ Merasa lebih tenang ”
Perawat : “ Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin,
sehingga jika sewaktu-waktu rasa marahnya muncul, bapak sudah
terbiasa melakukannya.”
3. Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan bapak?”
Klien : “ saya merasa lebih tenang dan berusaha mengiklaskan apa yang sudah
bukan jadi milik saya lagi ”
Perawat : “Ya jadi ada dua penyebab marahnya bapak tolong bapak sebutkan dan
yang bapak lakukan serta akibatnya. ”
Klien : “ ya yang pertama saya marah karena ditipu dan yang kedua karena istri
tidak menyiapkan masakan ketika saya pulang kerja. Dan ketika saat
saya akan marah maka yang akan saya lakukan adalah saya berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan napas perlahan –
lahan melalui mulut sambil membayangkan bahwa saya sedang
mengeluarkan kemarahan. ”
Perawat : “ Baik, pertemuan kali ini saya rasa sudah selesai. Cukup sampai disini dan
terimakasih atas waktu bapak. 2 minggu lagi kita akan bertemu untuk
memberikan terapi untuk mengendalikan marah.”