PENGERTIAN
Persepsi
Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dandimengerti
penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadigangguan persepsi adalah
ketidakmampuan manusia dalam membedakanantara rangsang yang timbul dari sumber internal
seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud
bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan danmengenal mana yang
merupakan respon dari luar dirinya.Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat
membedakan antarafantasi dan kenyataaan. Mereka dalap menggunakan proses pikir yanglogis,
membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan sertamengevaluasinya secara
akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yangberat maka kemampuan untuk menilai realitas
dapat terganggu.Persepsimengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal.Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akanperasaan seperti :
ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsimelibatkan kognitif dan pengertian emosional akan
objek yang dirasakan.Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari
pendengaran,penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapatbersifat
ringan, berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal725)
Halusinasi
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalamanpanca indera tanpa adanya
rangsangan sensorik (persepsi indra yangsalah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi
adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan (pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983),
halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dariluar
yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu
penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan
yang tidaknyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.
ETIOLOGI
Beberapa kondisi yang dapat membangkitkan terjadinya halusinasi
- Skizofrenia
- Gangguan bipolar, mania parah
- Obat halusinogen
- Toksisitas obat atau efek samping (misalnya, toksisitas digitalis)
- Putus dari alkohol, barbiturat, dan zat lain
- Halusinosis alkoholik
- Tidur atau sensorik deprivasi
- Penyakit neurologis, neurosyphilis, gangguan mental organik
- Ketidakseimbangan endokrin (misalnya tirotoksikosis)
- Ketakutan, cemas
- Respons metabolik terhadap stres,
- Gangguan neurokimiawi,
- Lesi otak,
- Upaya tidak sadar untuk mempertahankan ego,
- Ekspresi simbolis dari pikiran yang terpisah (isolasi diri, misalnya karena penyakit lama
yang tidak sembuh-sembuh, kemunduran psikis sehingga terjadi penurunan interaksi
dengan dunia luar).
Halusinasi biasanya berkurang dan dapat hilang sebagai respons terhadap pengobatan, yang
berpusat pada gangguan atau masalah yang mendasari, seperti skizofrenia atau dampak putus
alkohol.
PSIKOPATOLOGI
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguanpersepsi.Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising ataumendengung, tapi yang paling sering
berupa kata-kata yang tersusun dalambentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi
membicarakanmengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu,akibatnya
pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu.Bisa pula pasien terlihat seperti
bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau bibirnya bergerak-gerak. Psikopatologi dari
halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya
faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan
terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang datang dari dalam tubuh ataupun
dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.
Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan
normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa
dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan
adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya
kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam
bentuk stimulus eksterna.
Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan
oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya,
mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor
resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress.
b. Faktor Perkembangan.
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka
individu akan mengalami stress dan kecemasan
c. Faktor Sosiokultural.
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian
terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
d. Faktor Biokimia.
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Denganadanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)
Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,perasaan tidak aman, gelisah
dan bingung, perilaku merusak diri, kurangperhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta
tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993
mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang
individu sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapatdilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi Fisik.
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapirangsang eksternal yang diberikan
oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luarbiasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2. Dimensi Emosional.
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3. Dimensi Intelektual.
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatianklien dan tak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien.
4. Dimensi Sosial.
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk
menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem controloleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu.
Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
5. Dimensi Spiritual.
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia
lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri
hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi
menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu
kehilangan kontrol kehidupan dirinya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apa yang klien perlihatkan
sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan yangpenting dari respon klien terhadap
halusinasi.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan halusinasi adalah :
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi
TUK 2 : 2. Setelah ….. x interaksi Adakan kontak sering dan singkat secara
Klien dapat klien menyebutkan : bertahap
mengenal o Isi Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya o Waktu halusinasinya (* dengar /lihat /penghidu
o Frekunsi /raba /kecap), jika menemukan klien yang
o Situasi dan sedang halusinasi:
kondisi yang Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
menimbulkan ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/
halusinasi kecap )
Jika klien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang dialaminya
Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
Katakan bahwa ada klien lain yang
mengalami hal yang sama.
Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :
Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang – kadang )
Situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi
B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
C. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukkkan rasa senang
3) Klien bersedia diajak berjabat tangan
4) Klien bersedia menyebutkan nama
5) Ada kontak mata
6) Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7) Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Membantu klien mengenal halusinasinya
c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi
D. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.
b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi,
situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakan yang
dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
2) Peragakan cara menghardik halusinasi
3) Minta klien memperagakan ulang
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang sesuai
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan Ibu? Nama
Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa Prodi Keperawatan
Sidoarjo, Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan
sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?”
c. Kontrak
1) Topik : “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat : “Di mana kita akan bincang-bincang ??? Bagaimana kalau di ruang
tamu saya ???
2. Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini:
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak
mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang
sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah begitu………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu
merasa senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif : “Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu
simpulkan pembicaraan kita tadi.”“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan
atau bayangan itu agar tidak muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut : “Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan
Ibu coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya?” (Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu
menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau
teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu
mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara
dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai
jumpa besok.
Wassalamualaikum,……………
C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini? mas masih
ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah massudah makan?
Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi
tentang halusinasi, apakah mas bisa menjelaskan kepada saya tntang isi suara-suara
yang mas dengar dan apakah mas bisa mempraktekkan cara mengontrol halusinasi
yang pertama yaitu dengan menghardik?”
Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruamg tamu
mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas dengar dulu agar suara itu
tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja, bagaimana
mas setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di ruang tamu? mas setuju?”
b. Fase kerja
”kalau mas mendengar suara yang kata mas kemarin mengganggu dan membuat mas
jengkel. Apa yang mas lakukan pada saat itu? Apa yang telah saya ajarkan kemarin
apakah sudah dilakukan?”
”cara yang kedua adalah mas langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat
bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas mengobrol sehingga
suara itu hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan mas
setelah kita berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas pilih untuk
mengontrol halusinasinya adalah......
Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mas terus praktekkan cara
yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran mas.”
Kontrak yang akan datang :
Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat.”
waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mas setuju?”
tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih mas sudah
berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan : halusinasi
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini
? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita
tadi, apa itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan
kemarin
Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang
suara- suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan engan cara
melakukan aktifitas / kegiatan harian.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mas setuju?”
2. Fase Kerja
”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang
cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu caar
ketiga adalah mas menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang
bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.”
”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan
kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan kegiatan
lain.”
F. Fase Terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya
senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan
mas setelah berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang
ketiga?
Tindak lanjut : ”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi
seperti yang sudah diajarkan tadi?
Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh obat.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”
Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih mas
sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”
Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh mas setiap hari. Obat yang warnanya....ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini diminum....sehari
siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari. Obat yang warnanya....ini
berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas dengar sedangkan yang warnanya putih
agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut
kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas? Tolong
nanati mas sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus
diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian mas jangan berhenti
minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang mas alami sekarang akan muncul
lagi, jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh mas pada saat mionum obat yaitu beanr obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mas..?!!”
Fase Terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi? Kemudian
berapa dosisnya?
Tindak lanjut : ”tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat.”
Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam .....? mas setuju?”
Tempat :
”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan. Terimakasih mas sudah mau
berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”
Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengenal halusinasi.
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
5. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
B. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan
obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut
pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang
merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah :
1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan
mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu
akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan
lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan
latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain
akan banyak menarik perhatian.
4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila
lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
5. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.
Tim Terapi
1. Leader
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
2. Co. Leader
1) Menyampaikan informasi dan fasilitator kepada leader
2) Mengingatkan pemimpin jika diskusi menyimpang
3) Meningatkan pemimpin untuk lamanya waktu kegiatan
4) Bersama leader menjadi contoh untuk kerjasama yang baik
3. Motivator dan Fasilitator
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4. Observer
1) Mengamati dan mencatat respon klien
2) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
3) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan
evaluasi kelompok
1) Kriteria Pasien
(1) Klien halusinasi yang sudah kooperatif
(2) Klien halusinasi yang telah dilibatkan dalam kelompok
(3) Klien halusinasi yang sudah mulai mampu mengintepretasikan realita terhadap diri
sendiri maupun orang lain
(4) Klien halusinasi yang sudah terkontrol
(5) Klien dalam kondisi fisik baik dan sehat
(6) Klien mau mengikuti aktifitas
2) Proses seleksi
(1) Gejala yang sama
(2) Jenis kelamin yang sama
3) Jumlah Peserta : 6 orang
Persiapan Terapis
1. Melakukan breafing/rapat kecil sebelum pelaksanaan
2. Menentukan siapa-siapa yang akan menjadi leader, co. leader, fasilitator, observer
3. Satu jam sebelum pelaksanaan melakukan role play dengan teman-teman disertai
pembimbing ruangan
Persiapan Lingkungan
1. Suasana tidak bising
2. Pengaturan posisi tempat duduk
3. Setting instruktur kegiatan
4. Ventilasi yang cukup
Setting Tempat
Peserta dan terapis duduk bersama dalam satu lingkungan
L
P P
F F
P P
P P
O
Keterangan :
: Leader
L
: Co. leader
C
F : Fasilitator
O
: Observer
P
: Klien
2.5 Pengorganisasian
TAK Sesi I - V
1. TIM
1) Leader : ……………………..
2) Co. leader : ……………………..
3) Observasi : ……………………..
4) Fasilitator : ……………………..
2. Waktu
1) Hari : ……………..
2) Tanggal : ………………..
3) Jam : ……………..
4) Tempat Kegiatan : …………………..
1. Tujuan
1) Klien dapat mengenal halusianasi
2) Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
3) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4) Klien mengenal perasaanya pada saat terjadi halusinasi
5) Klien mengenal frekuensi terjadinya halusinasi
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1) Spidol
2) Buku catatan
3) Bola
4) Musik
4. Metode
Diskusi dan tanya jawab
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Memilih klien sesuai dengan indikasi , yaitu klien dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi
(2) Membuat kontrak dengan klien
(3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(1) Salam terapeutik
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan nama)
c. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri papan
nama)
(2) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
(3) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal
suara-suara yang didengar
b. Leader menjelaskan aturan main
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
leader
b) Lama kegiatan 15 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Tahap kerja
(1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-suara yang
didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi yang membuat terjadi
dan perasaan klien pada saat halusinasi muncul
(2) Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya, situasi yang
membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Hasilnya ditulis di
whiteboard
(3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
(4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika halusinasi
muncul
3) Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol halusinasi
b. Menyepakati waktu dan tempat
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi I kemampuan yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu
terjadinya halusinasi. Formulir yang diisi adalah sebagai berikut :
Sesi : I TAK
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Personal/Halusinasi
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan isi halusinasi
2 Menyebutkan waktu terjadinya halusinasi
3 Menyebutkan situasi terjadinya halusinasi
4 Menyebutkan perasaan/respon saat
halusinasi
5 Menyebutkan frekuensi terjadinya
halusinasi
Jumlah
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu, situasi dan
perasaan saat halusinasi muncul.
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan
menyampaikan kepada perawat.
1. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1) Spidol
2) Buku catatan
3) Bola
4) Musik
4. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran dan latihan
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
(1) Evaluasi/validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu, situasi, dan perasaan
(2) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu latihan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
b. Leader menjelaskan aturan main
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
leader
b) Lama kegiatan 15 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Tahap kerja
(1) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua pasien mendapat giliran
(2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
(3) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi pada
saat halusinasi muncul
(4) Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu: ”Pergi, pergi saya tidak
mau dengar, kamu suara palsu...”
(5) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik halusinasi
(6) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan setiap klien
memperagakan menghardik halusinasi
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
a. Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika
halusinasi muncul
b. Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan klien
(3) Kontrak yang akan datang
a. Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan orang lain
b. Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi II kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan
menghardik. Formulir yang diisi adalah sebagai berikut :
Sesi : II TAK
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan cara yang selama ini
digunakan mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan efektifitas cara
3 Menyebutkan cara mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4 Memperagakan menghardik halusinasi
Jumlah
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa digunakan
untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan, cara mengatasi halusinasi
dengan menghardik dan memperagakan cara menghardik halusinasi
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sensori. Klien
mampu memperagakan cara menghardik halusinasi, anjurkan klien mengguanakannya jika
halusinasi muncul.
1. Tujuan
1) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya
halusinasi klien
2) Dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
3) Spidol
4) Buku catatan
5) Bola
6) Musik
4. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran dan latihan
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi II
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(1) Salam terapeutik
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
(2) Evaluasi/validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang dipelajari
c. Menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi
(3) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mencegah
terjadinya halusinasi dengan melakukan kegiatan
b. Leader menjelaskan aturan main
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
leader
b) Lama kegiatan 15 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Tahap kerja
(1) Leader menjelaskan cara kedua yaitu melakukan kegiatan sehari- hari. Jelaskan
bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya
halusinasi.
(2) Leader meminta tiap-tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-
hari dan tulis di whiteboard.
(3) Leader membagikan formulir jadwal kegiatan.terapis menulis formulir yang sama di
whiteboard.
(4) Leader membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan, dari bangun
pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir dan terapis menggunakan
whiteboard.
(5) Leader melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
(6) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai
membuat jadwal kegiatan dan memperagakannya.
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan
memperagakannya
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
Leader menganjurkan klien melaksanakan 2 cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik dan melakukan kegiatan
(3) Kontrak yang akan datang
a. Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
b. Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi III kemampuan yang diharapkan adalah klien melakukan kegiatan
harian untuk mencegah timbulmya haluasinasi. Formulir yang diisi adalah sebagai berikut :
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan
2 Memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan
3 Menyusun jadwal kegiatan harian
4 Menyebutkan 2 cara mengontrol halusinasi
Jumlah
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan harian yang
biasa dilakukan, memperagakan salah stau kegiatan, menyusun jadwal kegiatan harian
dan menyebutkan 2 cara mencegah halusinasi
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi
III. Klien mampu memperagakan kegitan harian dan menyusun jadwal. Anjurkan klien untuk
melakukan kegiatan untuk mencegah halusinasi.
Sesi : IV TAK
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan orang yang diajak bicara
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Jumlah
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang yang biasa diajak
bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal kegiatan harian,dan menyebutkan 3
cara mencegah halusinasi
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
7. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan proses
keperawatan tiap klien.contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi IV.
Klien mampu memperagakan bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan klien untuk
melakukan percakapan kepada klien dan perawat untuk mencegah halusinasi.
1. Tujuan
1) Klien memahami pentingnya patuh minum obat
2) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3) Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1) Spidol
2) Buku catatan
3) Bola
4) Musik
4. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran dan latihan
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi IV
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(1) Salam terapeutik
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
(2) Evaluasi/validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga
cara yang telah di pelajari (mengardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah
dan bercakap-cakap)
(3) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dan minum obat.
b. Leader menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada
terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
(1) Leader menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh karena
obat memberi perasaan tenang
(2) Leader menjelaskan kerugian bila tidak patuh minum obat.
(3) Leader meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard
(4) Menjelaskan lima benar minum obat
(5) Meminta klien untuk menyebutkan lima benar minum obat
(6) Berikan pujian pada klien yang benar
(7) Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di whiteboard)
(8) Diskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (whiteboard)
(9) Menjelaskan keuntungan minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh
(10) Menjelaskan akibat/kerugian tidak minum obat,yaitu halusinasi kambuh
(11) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian minum atau tidak
minum obat.
(12) Berikan pujian bila benar.
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
c. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi yaitu, menghardik,
melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap dan minum obat
(3) Kontrak yang akan datang
a. Leader mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi
b. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
c. klien.
6. Evaluasi
Evaluasi di lakukan saat TAK berlangsung khusunya pada tahap kerja.aspek yang
dinilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Formulir yang diisi adlah
sebagai berikut :
Sesi : V TAK
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan 5 benar cara minum obat
2 Menyebutkan keuntungan minum obat
3 Menyebutkan akibat tidak patuh minum
obat
Jumlah
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 5 benar cara minum obat,
manfaat dan akibat tidak minum obat
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.
7. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi V.
Klien mampu menyebutkan 5 benar minum obat, manfaat dan akibat bila tidak patuh minum
obat. Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.
RENCANA PELAKSANAAN
4.1 Pelaksanaan
4.1.3 Rencana Kegiatan
No. Kegiatan Waktu
1 Pembukaan 3 menit
2 Perkenalan dan penjelasan prosedur pelaksanaan 7 menit
3 Inti 15 menit
4 Penutup 5 menit
Total waktu 30 menit
L
P P
F F
P P
C F
P P
O
Keterangan :
: Leader : Observer
L O
F : Fasilitator
4.1 Pelaksana
4.2.3 TAK Sesi I
A. TIM
1.Leader : ……………….
2.Co. leader : ……………………………
3.Observasi : ……………………..
4.Fasilitator : ………………………………..
B. Waktu
1) Hari : ……………….
2) Tanggal : …………………..
3) Jam : ………………
4)Tempat Kegiatan : ………………….