Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA : HALUSINASI

Oleh : Suprianto, S.Ke.Ns, M.Psi

PENGERTIAN
Persepsi
Adalah proses diterimanya rangsang sampai rangsang itu disadari dandimengerti
penginderaan/sensasi : proses penerimaan rangsang. Jadigangguan persepsi adalah
ketidakmampuan manusia dalam membedakanantara rangsang yang timbul dari sumber internal
seperti pikiran, perasaan, sensasi somatik dengan impuls dan stimulus eksternal. Dengan maksud
bahwa manusia masih mempunyai kemampuan dalam membandingkan danmengenal mana yang
merupakan respon dari luar dirinya.Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat
membedakan antarafantasi dan kenyataaan. Mereka dalap menggunakan proses pikir yanglogis,
membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan sertamengevaluasinya secara
akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yangberat maka kemampuan untuk menilai realitas
dapat terganggu.Persepsimengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal.Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akanperasaan seperti :
ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsimelibatkan kognitif dan pengertian emosional akan
objek yang dirasakan.Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari
pendengaran,penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapatbersifat
ringan, berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987, hal725)

Halusinasi
Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalamanpanca indera tanpa adanya
rangsangan sensorik (persepsi indra yangsalah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi
adalah persepsi sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan (pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan atau pengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983),
halusinasi adalah gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dariluar
yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu
penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima
rangsangan dari luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan
yang tidaknyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.

ETIOLOGI
Beberapa kondisi yang dapat membangkitkan terjadinya halusinasi
- Skizofrenia
- Gangguan bipolar, mania parah
- Obat halusinogen
- Toksisitas obat atau efek samping (misalnya, toksisitas digitalis)
- Putus dari alkohol, barbiturat, dan zat lain
- Halusinosis alkoholik
- Tidur atau sensorik deprivasi
- Penyakit neurologis, neurosyphilis, gangguan mental organik
- Ketidakseimbangan endokrin (misalnya tirotoksikosis)
- Ketakutan, cemas
- Respons metabolik terhadap stres,
- Gangguan neurokimiawi,
- Lesi otak,
- Upaya tidak sadar untuk mempertahankan ego,
- Ekspresi simbolis dari pikiran yang terpisah (isolasi diri, misalnya karena penyakit lama
yang tidak sembuh-sembuh, kemunduran psikis sehingga terjadi penurunan interaksi
dengan dunia luar).

Halusinasi biasanya berkurang dan dapat hilang sebagai respons terhadap pengobatan, yang
berpusat pada gangguan atau masalah yang mendasari, seperti skizofrenia atau dampak putus
alkohol.

PSIKOPATOLOGI
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguanpersepsi.Bentuk
halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising ataumendengung, tapi yang paling sering
berupa kata-kata yang tersusun dalambentuk kalimat yang agak sempurna.Biasanya kalimat tadi
membicarakanmengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu,akibatnya
pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu.Bisa pula pasien terlihat seperti
bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau bibirnya bergerak-gerak. Psikopatologi dari
halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya
faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan
terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang datang dari dalam tubuh ataupun
dari luar tubuh. Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar.
Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan
normal atau patologis, maka materi-materi yang ada dalam unconsicisus atau preconscious bisa
dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan
adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya
kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam
bentuk stimulus eksterna.

FASE HALUSINASI DAN MANIFESTASI KLINIK YANG TERJADI


1. Comforting. Penderita tidak merasa terganggu dengan adanya halusinasi itu dan
biasanya muncul saat sedang sendiri/ melamun/ menyendiri. Tanda-tandanya: Menyeringai
atau tertawa yang tidak sesuai. Menggerakkan bibir tanpa menimbulkan suara. Gerakan mata
yang cepat. Bicara yang lamban. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan.
2. Condemning. Penderita mulai merasa terganggu dan kehilangan kendali serta mungkin
berusaha menghilangkan halusinasinya itu. Misal mendengar suara-suara yang mengejek.
Tanda-tandanya: Nadi meningkat, pernafasan, tekanan darah meningkat, Konsentrasi
berkurang. Individu merasa malu dan menarik diri dari orang lain.
3. Controling. Penderita meyakini, mengikuti dan melakukan isi dari halusinasinya.
Misalnya mendengar suara yang menyuruh membanting piring, maka penderita
mengikutinya dengan benar-benar membanting piring. Tanda-tandanya: Mengikuti petunjuk
dari halusinasi daripada menolaknya. Kesulitan berhubungan dengan orang lain. Rentang
perhatian hanya dalam beberapa menit bahkan detik. Gejala fisik kecemasan berat seperti
keringat banyak, tremor, ketidakmampuan mengiktui petunjuk.
4. Consquering. Penderita jadi panik, cemas berat, takut jika tidak mengikuti halusinasinya.
Dapat terjadi beberapa jam atau hari jika tidak ditangani dengan baik. Tanda-tandanya:
Perilaku menyerang, teror, panik. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau melukai orang
lain. Amuk, agresi, menarik diri. Komunikasi menurun. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi
halusinasi seperti amuk, agitasi,menarik diri atau katatonik, Tidak mampu berespon terhadap
petunjuk yang kompleksdan Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi


Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar untuk berhubungan
dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai kesadaran yang tinggi agar dapat
mengenal, menerima dan mengevaluasi perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya
secara terapeutik dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien halusinasi perawat
harus bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak boleh
tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami. Asuhan keperawatan tersebut dimulai
dari tahap pengkajian sampai dengan evaluasi.

Pengkajian
Pada tahap ini perawat menggali faktor-faktor yang ada dibawah ini yaitu :
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan
oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya,
mengenai factor perkembangan sosial kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu factor
resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu
untuk mengatasi stress.

b. Faktor Perkembangan.
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka
individu akan mengalami stress dan kecemasan

c. Faktor Sosiokultural.
Berbagai faktor dimasyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan oleh kesepian
terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.

d. Faktor Biokimia.
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Denganadanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase (DMP)

Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,perasaan tidak aman, gelisah
dan bingung, perilaku merusak diri, kurangperhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta
tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins dan Heacock, 1993
mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakekat keberadaan seorang
individu sebagai mahkluk yang dibangun atas dasar unsur-unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapatdilihat dari lima dimensi yaitu :
1. Dimensi Fisik.
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapirangsang eksternal yang diberikan
oleh lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
kelelahan yang luarbiasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.

2. Dimensi Emosional.
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.

3. Dimensi Intelektual.
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang
menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatianklien dan tak jarang
akan mengontrol semua perilaku klien.

4. Dimensi Sosial.
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk
menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk
memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem controloleh individu tersebut, sehingga jika
perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu.
Oleh karena itu, aspek penting dalam melaksanakan intervensi keperawatan klien dengan
mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang
memuaskan, serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.

5. Dimensi Spiritual.
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, sehingga interaksi dengan manusia
lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri
hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi
menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu
kehilangan kontrol kehidupan dirinya.

Gejala yang dapat diamati pada klien yang mengalami halusinasi


- Mendengarkan dengan saksama rangsangan yang tidak terlihat, tertawa sendiri
- Berbicara dengan keras saat tidak ada orang yang hadir (bicara sendiri)
- Ucapan bertele-tele, tidak koheren, atau tidak dapat dipahami
- Ketidakmampuan untuk membedakan antara persepsi nyata dan tidak nyata
- Defisit perhatian  tidak mengenal orang, tempat dan suasana
- Ketidakmampuan untuk mengambil keputusan
- Perasaan tidak aman, cemas, takut, marah, sensitif atau perasa
- Kebingungan
- Aktivitas / gerakannya tidak teratur
- Emosi berubah-ubah dengan cepat
- Gelisah, bosan, kurang konsentrasi, melamun, mudah merasa lelah.
- Perubahan komunikasi, pola tidur.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Masalah yang dapat dirumuskan pada umumnya bersumber dari apa yang klien perlihatkan
sampai dengan adanya halusinasi dan perubahan yangpenting dari respon klien terhadap
halusinasi.
Adapun diagnosa keperawatan yang mungkin terjadi pada klien dengan halusinasi adalah :
Perubahan persepsi sensorik : halusinasi

Adapun diagnosa keperawatan lain yang relevan :


a. Resiko perilaku kekerasan pada diri sendiri dan orang lain
b. Isolasi sosial
c. Defisit perawatan diri
d. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
e. Gangguan pola tidur
f. Koping individu tidak efektif
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI

Nama Klien : DX. Medis :


Ruangan :
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Halusinasi Tuk 1 : 1. Setelah….. x interaksi 1. Bina hubungan saling percaya


(lihat/dengar/peng Klien dapat klien menunjukkan dengan menggunakan prinsip komunikasi
hidu/raba/kecap) membina tanda – tanda percaya terapeutik :
hubungan kepada perawat :  Sapa klien dengan ramah baik verbal
saling percaya  Ekspresi wajah maupun non verbal
bersahabat.  Perkenalkan nama, nama panggilan dan
 Menunjukkan tujuan perawat berkenalan
rasa senang.  Tanyakan nama lengkap dan nama
 Ada kontak mata. panggilan yang disukai klien
 Mau berjabat  Buat kontrak yang jelas
tangan.  Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji
 Mau setiap kali interaksi
menyebutkan  Tunjukan sikap empati dan menerima apa
nama. adanya
 Mau menjawab  Beri perhatian kepada klien dan perhatikan
salam. kebutuhan dasar klien
 Mau duduk  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang
berdampingan dihadapi klien
dengan perawat.  Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
 Bersedia perasaan klien
mengungkapkan
masalah yang
dihadapi.

TUK 2 : 2. Setelah ….. x interaksi Adakan kontak sering dan singkat secara
Klien dapat klien menyebutkan : bertahap
mengenal o Isi Observasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya o Waktu halusinasinya (* dengar /lihat /penghidu
o Frekunsi /raba /kecap), jika menemukan klien yang
o Situasi dan sedang halusinasi:
kondisi yang  Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
menimbulkan ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/
halusinasi kecap )
 Jika klien menjawab ya, tanyakan apa
yang sedang dialaminya
 Katakan bahwa perawat percaya klien
mengalami hal tersebut, namun perawat
sendiri tidak mengalaminya ( dengan nada
bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang
mengalami hal yang sama.
 Katakan bahwa perawat akan membantu
klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi
klarifikasi tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan klien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi, siang, sore, malam
atau sering dan kadang – kadang )
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan
atau tidak menimbulkan halusinasi

2. Setelah…..x interaksi Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan


klien menyatakan jika terjadi halusinasi dan beri kesempatan
perasaan dan untuk mengungkapkan perasaannya.
responnya saat Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan
mengalami untuk mengatasi perasaan tersebut.
halusinasi : Diskusikan tentang dampak yang akan
 Marah dialaminya bila klien menikmati
 Takut halusinasinya.
 Sedih
 Senang
 Cemas
 Jengkel
TUK 3 : 3.1. Setelah….x 3.1. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan
Klien dapat interaksi klien yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur,
mengontrol menyebutkan marah, menyibukan diri dll)
halusinasinya tindakan yang 3.2. Diskusikan cara yang digunakan klien,
biasanya dilakukan  Jika cara yang digunakan adaptif beri
untuk mengendalikan pujian.
halusinasinya  Jika cara yang digunakan maladaptif
3.2. Setelah …..x diskusikan kerugian cara tersebut
interaksi klien 3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/
menyebutkan cara mengontrol timbulnya halusinasi :
baru mengontrol  Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak
halusinasi nyata ( “saya tidak mau dengar/ lihat/
penghidu/ raba /kecap pada saat halusinasi
3.3. Setelah….x terjadi)
interaksi klien dapat  Menemui orang lain
memilih dan (perawat/teman/anggota keluarga) untuk
memperagakan cara menceritakan tentang halusinasinya.
mengatasi halusinasi  Membuat dan melaksanakan jadwal
(dengar/lihat/penghid kegiatan sehari hari yang telah di susun.
u/raba/kecap )  Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa
jika sedang berhalusinasi.
3.4. Setelah ……x 3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah
interaksi klien dianjurkan dan latih untuk mencobanya.
melaksanakan cara
yang telah dipilih 3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang
untuk mengendalikan dipilih dan dilatih.
halusinasinya 3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan
3.5. Setelah … X dilatih , jika berhasil beri pujian
pertemuan klien 3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas
mengikuti terapi kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi
aktivitas kelompok

TUK 4 : 4.1. Setelah … X 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk


Klien dapat pertemuan keluarga, pertemuan ( waktu, tempat dan topik )
dukungan dari keluarga menyatakan 4.2 Diskusikan dengan keluarga ( pada saat
keluarga setuju untuk pertemuan keluarga/ kunjungan rumah)
dalam mengikuti pertemuan  Pengertian halusinasi
mengontrol dengan perawat  Tanda dan gejala halusinasi
halusinasinya 4.2. Setelah ……x  Proses terjadinya halusinasi
interaksi keluarga  Cara yang dapat dilakukan klien dan
menyebutkan keluarga untuk memutus halusinasi
pengertian, tanda dan  Obat- obatan halusinasi
gejala, proses  Cara merawat anggota keluarga yang
terjadinya halusinasi halusinasi di rumah ( beri kegiatan, jangan
dan tindakan untuk biarkan sendiri, makan bersama, bepergian
mengendali kan bersama, memantau obat – obatan dan cara
halusinasi pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )
 Beri informasi waktu kontrol ke rumah
sakit dan bagaimana cara mencari bantuan
jika halusinasi tidak tidak dapat diatasi di
rumah
TUK 5 : 5.1. Setelah ……x 5.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan
Klien dapat interaksi klien kerugian tidak minum obat, nama , warna,
memanfaatkan menyebutkan; dosis, cara , efek terapi dan efek samping
obat dengan o Manfaat penggunan obat
baik minum obat 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
o Kerugian 5.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat
tidak minum dengan benar
obat 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa
o Nama,warna, konsultasi dengan dokter
dosis, efek terapi 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada
dan efek dokter/perawat jika terjadi hal – hal yang tidak
samping obat di inginkan .
5.2. Setelah ……..x
interaksi klien
mendemontrasikan
penggunaan obat dgn
benar
5.3. Setelah ….x
interaksi klien
menyebutkan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dokter
Keterangan :
* Halusinasi dengar : bicara dan tertawa tanpa stimulus , memandang kekanan/kekiri/kedepan seolah – olah ada teman bicara
* Halusinasi lihat : menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
* Halusinasi penghidu : menyatakan mencium sesuatu, terlihat mengengdus
* Halusinasi Raba : Menyatakan merasa sesuatu berjalan di kulitnya, mengosok – gosok tangan/kaki/wajah dll
* Halusinasi Kecap : menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah
STRATEGI PELAKSANAAN HALUSINASI PENDENGARAN

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) HALUSINASI PENDENGARAN


A. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan telinga kea
rah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan,
mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, dan mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatau yang berbahaya.

B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

C. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
1)      Ekspresi wajah bersahabat
2)      Menunjukkkan rasa senang
3)      Klien bersedia diajak berjabat tangan
4)      Klien bersedia menyebutkan nama
5)      Ada kontak mata
6)      Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
7)      Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
b. Membantu klien mengenal halusinasinya
c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi

D. Intervensi Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.

b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi, frekuensi,
situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakan yang
dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
1) Jelaskan cara menghardik halusinasi
2) Peragakan cara menghardik halusinasi
3) Minta klien memperagakan ulang
4) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang sesuai
5) Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan Ibu? Nama
Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa Prodi Keperawatan
Sidoarjo, Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan
sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?”
c. Kontrak
1) Topik : “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu
sebaiknya kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan
sesuatu yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat : “Di mana kita akan bincang-bincang ??? Bagaimana kalau di ruang
tamu saya ???

2. Kerja
“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“Apa yang dikatakan suara itu?”
“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
“Seperti apa yang kelihatan?”
“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”
“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”
“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”
“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
“Keempat, minum obat dengan teratur.”
“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
“Caranya seperti ini:
1) Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak
mau dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-
ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah
begitu………….. bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
2) Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang
sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah begitu………..
bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”

3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif : “Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu
merasa senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif : “Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu
simpulkan pembicaraan kita tadi.”“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan
atau bayangan itu agar tidak muncul lagi.”
c. Rencana tindak lanjut : “Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan
Ibu coba cara tersebut! Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam
berapa saja latihannya?” (Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu
menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau
teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu
mengerti?).
d. Kontrak yang akan datang
1)   Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara
dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
2)   Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”
3)   Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai
jumpa besok.
Wassalamualaikum,……………

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)


A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi

C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
a. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini? mas masih
ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah massudah makan?
 Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi
tentang halusinasi, apakah mas bisa menjelaskan kepada saya tntang isi suara-suara
yang mas dengar dan apakah mas bisa mempraktekkan cara mengontrol halusinasi
yang pertama yaitu dengan menghardik?”
 Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruamg tamu
mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas dengar dulu agar suara itu
tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja, bagaimana
mas setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau di ruang tamu? mas setuju?”
b. Fase kerja
 ”kalau mas mendengar suara yang kata mas kemarin mengganggu dan membuat mas
jengkel. Apa yang mas lakukan pada saat itu? Apa yang telah saya ajarkan kemarin
apakah sudah dilakukan?”
 ”cara yang kedua adalah mas langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat
bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas mengobrol sehingga
suara itu hilang dengan sendirinya.
c. Fase terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan mas
setelah kita berbincang-bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas pilih untuk
mengontrol halusinasinya adalah......
 Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mas terus praktekkan cara
yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran mas.”
 Kontrak yang akan datang :
Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat.”
waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mas setuju?”
tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih mas sudah
berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)

A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan : halusinasi
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
 Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini
? sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita
tadi, apa itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan
kemarin
 Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang
suara- suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan engan cara
melakukan aktifitas / kegiatan harian.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mas setuju?”
2. Fase Kerja
 ”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang
cara pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu caar
ketiga adalah mas menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang
bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang untuk melamun saja.”
 ”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan
kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan kegiatan
lain.”
F. Fase Terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya
senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan
mas setelah berbincang-bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang
ketiga?
 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi
seperti yang sudah diajarkan tadi?
 Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh obat.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”
Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih mas
sudah mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4)


A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan : halusinasi
C. Tujuan: Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan obat
secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Masih ingat saya ???
Evaluasi validasi :
”mas tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ? sudah siap kita berbincang
bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu ? apakah mas masih
mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.
Kontrak
Topik :”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang
obat-obatgan yang mas minum.”
Tempat : ”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalu di ruang tamu? mas setuju?”
Waktu : ”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit, bagaimana mas setuju?”

Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh mas setiap hari. Obat yang warnanya....ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini diminum....sehari
siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari. Obat yang warnanya....ini
berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas dengar sedangkan yang warnanya putih
agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya mulut
kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas? Tolong
nanati mas sampaikan ke dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus
diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian mas jangan berhenti
minum obat tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang mas alami sekarang akan muncul
lagi, jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh mas pada saat mionum obat yaitu beanr obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mas..?!!”

Fase Terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
berbincang-bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi? Kemudian
berapa dosisnya?
 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum obat.”
 Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi Aktifitas Kelompok)
yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam .....? mas setuju?”
Tempat :
”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan. Terimakasih mas sudah mau
berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

TAK HALUSINASI : STIMULASI PERSEPSI


Latar Belakang
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan
persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri
terhadap lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin
jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis
terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan
antar anggota (Depkes RI, 1997). Terapi aktivitas kelompok bertujuan untuk mengendalikan
psikologi pasien yang mengalami gangguan jiwa, salah satunya yaitu halusinasi.Halusinasi
adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,perabaan atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien
diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asik dengan fikirannya
sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok yang
bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang dialaminya.
.
Tujuan
Tujuan Umum
Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya, mengontrol halusinasinya, dan mengikuti
program pengobatan secara optimal.

Tujuan Khusus
1. Klien dapat mengenal halusinasi.
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal.
5. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

Definisi Stimulus Persepsi


Stimulus adalah perubahan lingkungan internal atau eksternal yang dapat diketahui.
Ketika stimulis dimasukan kedalam reseptor sensoris, stimulus akan memengaruhi refleks
melalui transduksi stimulus. Sedangkan Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera.
Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan
stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga
individu menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi


A. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :
1. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga
interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
2. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan
atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
3. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus
atau dapat dikatakan sebagai minat.
4. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang
individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
dirinya.
5. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti
sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui
suatu rangsang dalam pengertian luas.
6. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

B. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan
obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut
pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang
merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
persepsi adalah :
1. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan
mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu
akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
2. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan
lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
3. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan
latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain
akan banyak menarik perhatian.
4. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila
lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
5. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Sesi TAK dalam Halusinasi


Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan
aktivitas mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait dengan pengalaman dengan kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi
atau alternatif penyelesaian masalah.
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi dalam 5 sesi, yaitu:
1. Sesi I : Klien mengenal halusinasi
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
3. Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
4. Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas terjadwal
5. Sesi V : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

Tim Terapi
1. Leader
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
2) Memimpin jalannya terapi kelompok
3) Memimpin diskusi
2. Co. Leader
1) Menyampaikan informasi dan fasilitator kepada leader
2) Mengingatkan pemimpin jika diskusi menyimpang
3) Meningatkan pemimpin untuk lamanya waktu kegiatan
4) Bersama leader menjadi contoh untuk kerjasama yang baik
3. Motivator dan Fasilitator
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
4. Observer
1) Mengamati dan mencatat respon klien
2) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
3) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota kelompok dengan
evaluasi kelompok

1) Kriteria Pasien
(1) Klien halusinasi yang sudah kooperatif
(2) Klien halusinasi yang telah dilibatkan dalam kelompok
(3) Klien halusinasi yang sudah mulai mampu mengintepretasikan realita terhadap diri
sendiri maupun orang lain
(4) Klien halusinasi yang sudah terkontrol
(5) Klien dalam kondisi fisik baik dan sehat
(6) Klien mau mengikuti aktifitas
2) Proses seleksi
(1) Gejala yang sama
(2) Jenis kelamin yang sama
3) Jumlah Peserta : 6 orang

Persiapan Terapis
1. Melakukan breafing/rapat kecil sebelum pelaksanaan
2. Menentukan siapa-siapa yang akan menjadi leader, co. leader, fasilitator, observer
3. Satu jam sebelum pelaksanaan melakukan role play dengan teman-teman disertai
pembimbing ruangan

Persiapan Lingkungan
1. Suasana tidak bising
2. Pengaturan posisi tempat duduk
3. Setting instruktur kegiatan
4. Ventilasi yang cukup

Setting Tempat
Peserta dan terapis duduk bersama dalam satu lingkungan

L
P P

F F

P P
P P
O

Keterangan :
: Leader
L
: Co. leader
C

F : Fasilitator

O
: Observer

P
: Klien

2.5 Pengorganisasian
TAK Sesi I - V
1. TIM
1) Leader : ……………………..
2) Co. leader : ……………………..
3) Observasi : ……………………..
4) Fasilitator : ……………………..
2. Waktu
1) Hari : ……………..
2) Tanggal : ………………..
3) Jam : ……………..
4) Tempat Kegiatan : …………………..

2.6 Antisipasi Masalah


1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau klien lain
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
1) Panggil nama klien
2) Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang telah dipilih
2) Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin diikuti oleh klien
tersebut
3) Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi pesan
pada kegiatan ini

2.7 Evaluasi Hasil


2.7.1 Evaluasi Struktur
1. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan
klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
2. Posisi tempat menggunakan tempat duduk
3. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
4. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
5. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana mestinya.
2.7.2 Evaluasi Proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Leader mampu memimpin acara.
3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok
yang berfungsi sebagai evaluator kelompok
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir
2.7.3 Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
1. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
2. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI


Sesi I: Mengenal Halusinasi

1. Tujuan
1) Klien dapat mengenal halusianasi
2) Klien dapat mengenal waktu terjadinya halusinasi
3) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4) Klien mengenal perasaanya pada saat terjadi halusinasi
5) Klien mengenal frekuensi terjadinya halusinasi

2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1) Spidol
2) Buku catatan
3) Bola
4) Musik

4. Metode
Diskusi dan tanya jawab

5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Memilih klien sesuai dengan indikasi , yaitu klien dengan perubahan persepsi
sensori : halusinasi
(2) Membuat kontrak dengan klien
(3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(1) Salam terapeutik
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur (beri papan nama)
c. Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua klien (beri papan
nama)
(2) Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
(3) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mengenal
suara-suara yang didengar
b. Leader menjelaskan aturan main
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
leader
b) Lama kegiatan 15 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

3) Tahap kerja
(1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengenal suara-suara yang
didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi yang membuat terjadi
dan perasaan klien pada saat halusinasi muncul
(2) Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu terjadinya, situasi yang
membuat terjadi dan perasaan klien saat terjadi halusinasi. Hasilnya ditulis di
whiteboard
(3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
(4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi pada saat terjadi dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, situasi dan perasaan jika halusinasi
muncul
3)      Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati TAK yang akan datang: cara mengontrol halusinasi
b. Menyepakati waktu dan tempat
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi I kemampuan yang diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu
terjadinya halusinasi. Formulir yang diisi adalah sebagai berikut :

Sesi : I TAK
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Personal/Halusinasi
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan isi halusinasi
2 Menyebutkan waktu terjadinya halusinasi
3 Menyebutkan situasi terjadinya halusinasi
4 Menyebutkan perasaan/respon saat
halusinasi
5 Menyebutkan frekuensi terjadinya
halusinasi
Jumlah

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi; isi, waktu, situasi dan
perasaan saat halusinasi muncul.
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan
menyampaikan kepada perawat.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI


Sesi II: Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

1. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi

2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang

3. Alat
1) Spidol
2) Buku catatan
3) Bola
4) Musik

4. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran dan latihan

5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
(1) Evaluasi/validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu, situasi, dan perasaan
(2) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu latihan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
b. Leader menjelaskan aturan main
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
leader
b) Lama kegiatan 15 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Tahap kerja
(1) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami
halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua pasien mendapat giliran
(2) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita
(3) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi pada
saat halusinasi muncul
(4) Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu: ”Pergi, pergi saya tidak
mau dengar, kamu suara palsu...”
(5) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik halusinasi
(6) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan setiap klien
memperagakan menghardik halusinasi
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
a. Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang telah dipelajari jika
halusinasi muncul
b. Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal kegiatan klien
(3) Kontrak yang akan datang
a. Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan bercakap-cakap dengan orang lain
b. Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya
6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi II kemampuan yang diharapkan adalah mengatasi halusinasi dengan
menghardik. Formulir yang diisi adalah sebagai berikut :

Sesi : II TAK
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Menghardik
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan cara yang selama ini
digunakan mengatasi halusinasi
2 Menyebutkan efektifitas cara
3 Menyebutkan cara mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4 Memperagakan menghardik halusinasi
Jumlah

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa digunakan
untuk mengatasi halusinasi, efektifitas cara yang digunakan, cara mengatasi halusinasi
dengan menghardik dan memperagakan cara menghardik halusinasi
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi persepsi sensori. Klien
mampu memperagakan cara menghardik halusinasi, anjurkan klien mengguanakannya jika
halusinasi muncul.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI


Sesi III: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan Terjadwal

1. Tujuan
1) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah munculnya
halusinasi klien
2) Dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang

3. Alat
3) Spidol
4) Buku catatan
5) Bola
6) Musik
4. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran dan latihan

5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi II
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(1) Salam terapeutik
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
(2) Evaluasi/validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan cara mengontrol halusinasi yang dipelajari
c. Menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi
(3) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mencegah
terjadinya halusinasi dengan melakukan kegiatan
b. Leader menjelaskan aturan main
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
leader
b) Lama kegiatan 15 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Tahap kerja
(1) Leader menjelaskan cara kedua yaitu melakukan kegiatan sehari- hari. Jelaskan
bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya
halusinasi.
(2) Leader meminta tiap-tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-
hari dan tulis di whiteboard.
(3) Leader membagikan formulir jadwal kegiatan.terapis menulis formulir yang sama di
whiteboard.
(4) Leader membimbing satu persatu klien untuk membuat jadwal kegiatan, dari bangun
pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir dan terapis menggunakan
whiteboard.
(5) Leader melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
(6) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai
membuat jadwal kegiatan dan memperagakannya.
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan
memperagakannya
b. Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
Leader menganjurkan klien melaksanakan 2 cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik dan melakukan kegiatan
(3) Kontrak yang akan datang
a. Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
b. Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat

6. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi halusinasi sesi III kemampuan yang diharapkan adalah klien melakukan kegiatan
harian untuk mencegah timbulmya haluasinasi. Formulir yang diisi adalah sebagai berikut :

Sesi : III TAK


Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan Mencegah Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan

Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan kegiatan yang biasa dilakukan
2 Memperagakan kegiatan yang biasa dilakukan
3 Menyusun jadwal kegiatan harian
4 Menyebutkan 2 cara mengontrol halusinasi
Jumlah
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan kegiatan harian yang
biasa dilakukan, memperagakan salah stau kegiatan, menyusun jadwal kegiatan harian
dan menyebutkan 2 cara mencegah halusinasi
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

7. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan setiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi
III. Klien mampu memperagakan kegitan harian dan menyusun jadwal. Anjurkan klien untuk
melakukan kegiatan untuk mencegah halusinasi.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI


Sesi IV: Mencegah Halusinasi dengan Bercakap-cakap
1. Tujuan
1) Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah
munculnya halusinasi
2) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.
2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1) Spidol
2) Buku catatan
3) Bola
4) Musik
4. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran dan latihan
5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi III
(2) Terapis membuat kontrak dengan klien
(3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(1) Salam terapeutik
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
(2) Evaluasi/validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah di pelajari
(menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk mencegah
halusinasi.
(3) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
b. Leader menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada
terapis
b) Lama kegiatan 30 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
(1) Leader menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mengontrol
dan mencegah halusinasi
(2) Leader meminta tiap tiap klien untuk menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
(3) Leader meminta tiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan bisa
dilakukan
(4) Leader memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi itu muncul ”suster ada
suara di telinga saya pengen ngobrol sama suster saja”
(5) Leader meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di sebelahnya
(6) Berikan pujian atas keberhasilan klien
(7) Ulangi (5) dan (6) sampai semua klien giliran
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di latih
c. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik,
melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap
(3) Kontrak yang akan datang
a. Leader membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar
cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
b. Leader membuat kesepakatan waktu dan tempat.
6. Evaluasi
Evaluasi di lakukan saat TAK berlangsung khusunya pada tahap kerja. Aspek yang
dinilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk stimulasi persepsi
halusinasi sesi IV, kemampuan yang diharapkan adalah mencegah halusinasi dengan
bercakap-cakap. Formulir yang diisi adlah sebagai berikut :

Sesi : IV TAK
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan bercakap-cakap untuk mencegah halusinasi
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan orang yang diajak bicara
2 Memperagakan percakapan
3 Menyusun jadwal percakapan
4 Menyebutkan tiga cara mengontrol dan
mencegah halusinasi
Jumlah

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan orang yang biasa diajak
bicara, memperagakan percakapan, menyusun jadwal kegiatan harian,dan menyebutkan 3
cara mencegah halusinasi
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

7. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan proses
keperawatan tiap klien.contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi IV.
Klien mampu memperagakan bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan klien untuk
melakukan percakapan kepada klien dan perawat untuk mencegah halusinasi.

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : HALUSINASI


Sesi V: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat

1. Tujuan
1) Klien memahami pentingnya patuh minum obat
2) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3) Klien dapat menyebutkan lima benar minum obat

2. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkungan
2) Ruangan nyaman dan tenang
3. Alat
1) Spidol
2) Buku catatan
3) Bola
4) Musik
4. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran dan latihan

5. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(1) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi IV
(2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(1) Salam terapeutik
a. Salam terapeutik kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
(2) Evaluasi/validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga
cara yang telah di pelajari (mengardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah
dan bercakap-cakap)
(3) Kontrak
a. Leader menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dan minum obat.
b. Leader menjelaskan aturan main berikut
a) Jika ada klien ingin meninggalkan kelompok, harus meminta ijin kepada
terapis
b) Lama kegiatan 45 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3) Tahap kerja
(1) Leader menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh karena
obat memberi perasaan tenang
(2) Leader menjelaskan kerugian bila tidak patuh minum obat.
(3) Leader meminta tiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard
(4) Menjelaskan lima benar minum obat
(5) Meminta klien untuk menyebutkan lima benar minum obat
(6) Berikan pujian pada klien yang benar
(7) Diskusikan perasaan klien sebelum minum obat (tulis di whiteboard)
(8) Diskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (whiteboard)
(9) Menjelaskan keuntungan minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh
(10) Menjelaskan akibat/kerugian tidak minum obat,yaitu halusinasi kambuh
(11) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan dan kerugian minum atau tidak
minum obat.
(12) Berikan pujian bila benar.
4) Tahap terminasi
(1) Evaluasi
a. Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Leader menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
c. Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
(2) Tindak Lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi yaitu, menghardik,
melakukan kegiatan harian dan bercakap-cakap dan minum obat
(3) Kontrak yang akan datang
a. Leader mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi
b. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi
c. klien.
6. Evaluasi
Evaluasi di lakukan saat TAK berlangsung khusunya pada tahap kerja.aspek yang
dinilai adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Formulir yang diisi adlah
sebagai berikut :
Sesi : V TAK
Stimulasi Persepsi Sensori (Halusinasi)
Kemampuan patuh minum obat untuk mencegah halusinasi
Nama Klien
NO Aspek yang Dinilai
1 Menyebutkan 5 benar cara minum obat
2 Menyebutkan keuntungan minum obat
3 Menyebutkan akibat tidak patuh minum
obat
Jumlah

Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian atas kemampuan menyebutkan 5 benar cara minum obat,
manfaat dan akibat tidak minum obat
3. Beri tanda √ jika klien mampu dan berikan tanda X jika klien tidak mampu.

7. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki saat klien TAK. Pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi V.
Klien mampu menyebutkan 5 benar minum obat, manfaat dan akibat bila tidak patuh minum
obat. Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar.

RENCANA PELAKSANAAN
4.1 Pelaksanaan
4.1.3 Rencana Kegiatan
No. Kegiatan Waktu
1 Pembukaan 3 menit
2 Perkenalan dan penjelasan prosedur pelaksanaan 7 menit
3 Inti 15 menit
4 Penutup 5 menit
Total waktu 30 menit

4.1.3 Setting Tempat


Peserta dan terapis duduk brsama dalam satu lingkungan

L
P P

F F

P P
C F

P P
O

Keterangan :
: Leader : Observer
L O

: Co. leader : Klien


C P

F : Fasilitator

4.1 Pelaksana
4.2.3 TAK Sesi I
A. TIM
1.Leader : ……………….
2.Co. leader : ……………………………
3.Observasi : ……………………..
4.Fasilitator : ………………………………..

B. Waktu
1) Hari : ……………….
2) Tanggal : …………………..
3) Jam : ………………
4)Tempat Kegiatan : ………………….

4.2.4 TAK Sesi II


2. TIM
1) Leader : …………………..
2) Co. leader : ………………..
3) Observasi : ……………………
4) Fasilitator : …………………..
3. Waktu
1) Hari : ………………
2) Tanggal : ………………
3) Jam : ………………….
4) Tempat Kegiatan : ……………………
4.1 Sasaran
Jumlah anggota efektif 6 orang, yaitu:
1. …………
2. ……………
3. ,…………………
4. …………….
5. …………….
6. ……………….

Anda mungkin juga menyukai