Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH INTERAKSI OBAT HIPERTENSI

DENGAN MAKANAN

Disusun Oleh :

Riyan Widi Widodo

NIM G2A021024

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN AKADEMIK 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah SWT.Atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “INTERAKSI OBAT
HIPERTENSI DENGAN MAKANAN” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang
gangguan keamanan dan keselamatan. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan
yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui
beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing
kami, Ibu dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai
hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan
makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Tim
penulis menerima kritik dan saran seluas- luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................II

DAFTAR ISI..........................................................................................................................III

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH......................................................................................................1
C. TUJUAN...........................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3

PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

A. PENGERTIAN INTERAKSI OBAT.......................................................................................3


B. TIPE INTERAKSI OBAT....................................................................................................3
C. INTERAKSI OBAT BERSIFAT FARKODINAMIK DAN FARMAKOKINETIK...........................4
D. MEKANISME INTERAKSI OBAT.......................................................................................6
E. EFEK INTERAKSI OBAT BERDARAKAN JENISNYA..........................................................7
F. DAMPAK INTERAKSI OBAT KEPADA TUBUH..................................................................8

BAB III....................................................................................................................................10

PENUTUP...............................................................................................................................10

A. KESIMPULAN.................................................................................................................10
B. SARAN..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penggunaan obat antihipertensi berpotensi menimbulkan interaksi obat dan


makanan. Captopril/lisinopril dapat meningkatkan kadar kalium dengan menghambat
aktivitas renin angiotensin aldosteron. Jika captopril/lisinopril dikonsumsi bersamaan
dengan pisang, kemungkinan dapat terjadi risiko hiperkalemia karena pisang
merupakan buah tinggi kalium. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek
penggunaan captopril/lisinopril bersamaan dengan pisang (Musa Sp) terhadap kadar
kalium serum tikus Rattus Novergicus strain wistar model hipertensi. Penelitian ini
merupakan experimental study dengan desain randomized post test control group
desain. Tiga puluh (30) ekor tikus wistar jantan, berumur 2-3 bulan dengan berat 200-
250 gram dibagi dalam 6 kelompok. Kelompok kontrol (K-) atau tikus tidak
hipertensi, kelompok kontrol (K+) tikus hipertensi+diet standard, kelompok perlakuan
(P1) tikus hipertensi+diet standard+captopril 2,25 mg/kgBB, kelompok perlakuan
(P2) tikus hipertensi+diet standard+lisinopril 0,6 mg/kgBB, kelompok perlakuan (P3)
tikus hipertensi+diet standard+ captopril dan pisang serta kelompok perlakuan (P4)
tikus hipertensi+diet standard+lisinopril dan pisang. Setelah intervensi dilakukan
pengukuran terhadap kadar kalium serum menggunakan electrolyte analyzer.
Selanjutnya data dianalisis dengan uji One Way ANOVA. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar kalium serum
tikus antara semua kelompok. Kesimpulannya baik captoril 2,25 mg/kgBB maupun
lisinopril 0,6 mg/kgBB yang diberikan bersamaan dengan pisang 9 g/kgBB selama 3
hari belum dapat menimbulkan terjadinya interaksi obat dan makanan.

B. Rumusan Masalah

1. Interaksi apa yang terjadi diantara obat-obat yang diberikan ?


2. Kenapa bisa terjadi diantara obat-obat tersebut ?
3. Bagaimana dengan efek-efek yang ditimbulkan ?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui interaksi obat dalam gastrointernal


2. Untuk mengetahui penyebab dari interaksi
3. Untuk mengetahui efek-efek yang ditimbulkan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Interaksi Obat

Interaksi obat berarti saling pengaruh antar obat sehingga terjadi perubahan efek.
Didalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di
keluarkan lagidari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme,biotransformasi, dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai
macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain
itu, obat juga dapat berinteraksi dengan obat makanan yang dikonsumsi bersamaan
dengan obat. Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksifarmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik
adalah interaksiantar obat yang diberikan berasamaan yang bekerja pada reseptor
yang sama sehingga dapat menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi
farmakokinetik adalah interaksi antar atau lebih obat yang diberikan bersamaan dan
saling mempengaruhi dalam proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi
sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat dalam darah.

B. Tipe Interaksi Obat

Menurut Hussar (2007) tipe interaksi obat-obat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:

1) Duplikasi

yaitu ketika dua obat yang sama efeknya diberikan, efek samping
mungkin dapat meningkat.

2) Opposition

yaitu ketika dua obat dengan aksi berlawanan diberikan bersamaan dapat
berinteraksi, akibatnya menurunkan efektivitas obat salah satu atau keduanya.

3) Alteration

3
yaitu ketika suatu obat mungkin dirubah melalui absorbsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresi oleh obat lain.

C. Interaksi Obat bersifat Farkodinamik dan Farmakokinetik

1) Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang
mempunyai efek farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang
berlawanan. Interaksi ini dapat disebabkan karena kompetisi pada reseptor
yang sama, atau terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologik
yang sama. Interaksi ini biasanya dapat diperkirakan berdasarkan sifat
farmakologi obat-obat yang berinteraksi. Pada umumnya, interaksi yang
terjadi dengan suatu obat akan terjadi juga dengan obat sejenisnya. Interaksi
ini terjadi dengan intensitas yang berbeda pada kebanyakan pasien yang
mendapat obat-obat yang saling berinteraksi.
2) Interaksi Farmakokinetik
Yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah absorpsi,
distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain. Dengan demikian interaksi ini
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam tubuh) untuk
dapat menimbulkan efek farmakologinya. Tidak mudah untuk memperkirakan
interaksi jenis ini dan banyak diantaranya hanya mempengaruhi pada sebagian
kecil pasien yang mendapat kombinasi obat-obat tersebut. Interaksi
farmakokinetik yang terjadi pada satu obat belum tentu akan terjadi pula
dengan obat lain yang sejenis, kecuali jika memiliki sifat-sifat farmakokinetik
yang sama .
Interaksi farmakokinetik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok: a)

a) Mempengaruhi absorpsi
Kecepatan absorpsi atau total jumlah yang diabsorpsi dapat
dipengaruhi oleh interaksi obat. Secara klinis, absorpsi yang tertunda
kurang berarti kecuali diperlukan kadar obat dalam plasma yang tinggi
(misal pada pemberian analgesik). Namun demikian penurunan jumlah
yang diabsorbsi dapat menyebabkan terapi menjadi tidak efektif.
b) Menyebabkan perubahan pada ikatan protein

4
Sebagian besar obat berikatan secara lemah dengan protein
plasma karena ikatan protein tidak spesifik, satu obat dapat
menggantikan obat yang lainnya, sehingga jumlah bentuk bebas
meningkat dan dapat berdifusi dari plasma ketempat kerja obat. Hal ini
akan menghasilkan peningkatan efek yang terdeteksi hanya jika kadar
obat yang berikatan sangat tinggi (lebih dari 90%) dan tidak
terdistribusikan secara luas di seluruh tubuh. Walaupun demikian,
penggantian posisi jarang menyebabkan potensiasi yang lebih dari
potensiasi sementara, karena meningkatnya bentuk bebas juga akan
meningkatkan kecepatan eliminasi obat. Penggantian posisi pada
tempat ikatan protein penting pada potensiasi warfarin oleh sulfonamid
dan tolbutamid. Tetapi hal ini menjadi penting terutama karena
metabolisme warfarin juga dihambat.
c) Mempengaruhi metabolisme.
Banyak obat dimetabolisme di hati. Induksi terhadap sistem
enzim mikrosomal hati oleh salah satu obat dapat menyebabkan
perubahan kecepatan metabolisme obat lainnya secara bertahap,
sehingga menyebabkan rendahnya kadar plasma dan mengurangi efek
obat. Penghentian obat penginduksi tersebut dapat menyebabkan
meningkatnya kadar plasma obat yang lainnya sehingga terjadi gejala
toksisitas. Barbiturat, griseofulvin, beberapa antiepilepsi dan
rifampisin adalah penginduksi enzim yang paling penting. Obat yang
dipengaruhi antara lain warfarin dan kontrasepsi oral. Sebaliknya, saat
suatu obat menghambat metabolisme obat lain, akan terjadi
peningkatan kadar plasma, sehingga menghasilkan peningkatan efek
secara cepat dan juga meningkatkan risiko. Beberapa obat yang
meningkatkan potensi warfarin dan fenitoin memiliki mekanisme
seperti di atas.
d) Mempengaruhi ekskresi ginjal
Obat dieliminasi melalui ginjal, melalui filtrasi glomerulus dan
melalui sekresi aktif di tubulus ginjal. Kompetisi terjadi antara obat-
obat yang menggunakan mekanisme transport aktif yang sama di
tubulus proksimal.Contohnya salisilat dan beberapa AINS

5
menghambat ekskresi metotreksat; toksisitas metotreksat yang serius
dapat terjadi.

D. Mekanisme Interaksi Obat

1. Interaksi Faemasetik :
Interaksi fisika-kimia yang terjadi pada saat obat
diformulasikan/disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya
interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat
menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan
2. Interaksi farmakokinetik:
Interaksi ini adalah akibat perubahan perubahan yang terjadi pada
absorpsi,metabolisme,distribusi dan ekskresi sesuatu obat oleh obat lain.
Dalam kelompok ini termasuk interaksi dalam hal mempengaruhi absorpsi
pada gastrointestinal, mengganggu ikatan dengan protein plasma,metabolisme
dihambat atau dirangsang dan ekskresi dihalangi/ dipercepat
3. Interaksi Farmakodinamik:
Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi
molekuler atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan kemungkinan yang
terjadi:

Interaksi farmakodinamik dapat dibedakan menjadi (Syamsudin, 2011):

a) Efek adisi
Efek yang ditimbulkan ketika dua obat atau lebih dengan efek sama
dikombinasikan yang menyebabkan peningkatan jumlah efek sesuai
dengan dosis yang dipakai.
b) Efek sinergis
Efek yang ditimbulkan ketika dua atau lebih obat memiliki efek yang
sama atau tidak, digunakan bersama dapat menimbulkan efek lebih
besar dari jumlah komponen aktif dari satu obat.
c) Potensiasi dari efek sinergistik

6
Efek yang ditimbulkan karena dua atau lebih obat yang
dikombinasikan berinteraksi yang menyebabkan salah satu obat yang
berefek diperbesar karena adanya obat kedua.
d) Reaksi antagonis
Merupakan efek yang menghasilkan efek sinergisme yang sebaliknya
serta menghasilkan efek kombinasi yang lebih rendah dari komponen
aktif obat. Reaksi antagonis dihasilkan karena kombinsai obat yang
memiliki aktivitas yang berlawanan. Contoh interaksi obat
farmakodinamik adalah penggunaan obar beta blocker untuk tekanan
darah tinggi dengan verapamil yang justru memicu gagal jantung atau
bradikardi berat.

E. Efek Interaksi Obat Berdarakan Jenisnya


Interaksi obat melibatkan kombinasi obat dengan zat lain yang mengubah efek
obat. Berdasarkan jenisnya, berikut berbagai efek interaksi obat yang mungkin terjadi:
1. Interaksi obat dengan obat
Interaksi ini terjadi ketika Anda mengonsumsi dua obat atau lebih
secara bersamaan. Semakin banyak obat yang Anda konsumsi, maka
kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula.Interaksi obat dengan obat
bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas obat atau munculnya efek
samping yang tak terduga. Misal, mengonsumsi warfarin bersama dengan
flukonazol dapat menyebabkan peningkatan pendarahan yang berpotensi
bahaya.
2. Interaksi obat dengan perawatan tanpa resep
Ini merupakan interaksi antara obat dan perawatan tanpa resep yang
meliputi, obat-obatan bebas resep, herbal, vitamin, atau suplemen. Interaksi
obat dengan perawatan tanpa resep dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan obat dalam menyembuhkan penyakit.Contoh, mengonsumsi
diuretik (pembersih tubuh dari kelebihan air dan garam) dan ibuprofen malah
membuat tubuh menahan garam dan cairan tersebut.
3. Interaksi obat dengan makanan atau minuman
Interaksi ini terjadi ketika Anda mengonsumsi obat bersama dengan
makanan atau minuman tertentu sehingga mengubah efek obat tersebut.

7
Misalnya, beberapa obat statin untuk kolesterol tinggi dapat berinteraksi
dengan jus grapefruit. Obat pun bisa bertahan di dalam tubuh sehingga
meningkatkan risiko kerusakan hati atau gagal ginjal. Contoh lainnya adalah
mengonsumi warfarin bersama atau dalam waktu yang berdekatan dengan
sayuran hijau, seperti bayam atau kangkung dapat menurunkan efektivitas obat
tersebut. Begitu pula dengan suplemen zat besi dan teh yang bisa menurunkan
kemampuan tubuh menyerap zat besi.
4. Interaksi obat dengan alkohol
Ini merupakan interaksi antara obat-obatan tertentu dengan alkohol.
Seringkali, hal ini bisa menyebabkan kelelahan dan reaksi yang tertunda. Tak
hanya itu, interaksi yang terjadi juga dapat meningkatkan risiko timbulnya
efek samping yang berbahaya.Oleh sebab itu, obat-obatan tertentu, seperti obat
flu, obat pereda nyeri, obat penurun panas, obat pencernaan, dan obat radang
sendi tak boleh diminum dengan alkohol.
5. Interaksi obat dengan penyakit
Interaksi ini terjadi ketika penggunaan obat mengubah atau
memperburuk suatu penyakit. Selain itu, beberapa kondisi medis juga dapat
meningkatkan risiko efek samping dari obat tertentu.Misalnya, beberapa obat
dekongestan untuk batuk pilek dapat meningkatkan tekanan darah. Ini
berpotensi berbahaya bagi orang yang memiliki riwayat hipertensi.Contoh lain
adalah metformin (obat diabetes) dan penyakit ginjal. Obat tersebut dapat
menumpuk di ginjal penderita sehingga meningkatkan risiko.

F. Dampak Interaksi Obat Kepada Tubuh


Berikut ini adalah berbagai dampak interaksi obat berdasarkan jenis interaksinya:
A. Interaksi obat dengan obat
Interaksi obat dengan obat terjadi ketika seseorang mengonsumsi dua
obat atau lebih secara bersamaan. Semakin banyak obat yang dikonsumsi,
semakin tinggi risiko interaksi yang mungkin terjadi.Interaksi obat dengan
obat dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan obat dalam
menyembuhkan penyakit atau meningkatkan risiko munculnya efek samping
obat.Misalnya, Anda minum dua jenis obat yang dapat menyebabkan rasa
kantuk, maka Anda akan cenderung mengalami rasa kantuk dua kali lipat.

8
B. Interaksi obat dengan makanan atau minuman
Beberapa obat tidak boleh dikonsumsi bersamaan atau berdekatan
waktunya dengan makanan atau minuman tertentu. Misalnya, mengonsumsi
suplemen zat besibersamaan dengan teh bisa menurunkan penyerapan zat besi
oleh tubuh.Contoh lainnya adalah mengonsumsi warfarin bersamaan atau
berdekatan waktunya dengan konsumsi sayuran hijau, seperti bayam, dapat
menurunkan efektivitas warfarin.
C. Interaksi obat dengan penyakit
Interaksi obat selanjutnya adalah interaksi obat dengan penyakit.
Penggunaan obat tertentu dapat memperburuk penyakit lain yang Anda derita.
Misalnya, obat antiinflamasi non steroid (OAINS) bisa menambah keluhan
penderita gangguan lambung.Contoh lainnya adalah penggunaan obat pada
orang yang sedang menderita gangguan hati. Ketika mengalami gangguan
hati, kemampuan organ ini untuk membersihkan zat kimia yang tidak terpakai
oleh tubuh juga akan terganggu, sehingga risiko keracunan obat, terutama obat
yang diproses di hati, akan meningkat.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa interaksi obat Interaksi antara obat dan makanan
terjadi dalam tiga fase yaitu fase farmasetis, fase farmakokinetik, fase
farmakodinamik. Dengan mekanisme obat yang telah diminum akan hancur dan obat
terdisolusi (merupakan fase farmasetis), kemudian obat tersebut di absorpsi, transport,
distribusi, metabolism dan ekresi oleh tubuh (merupakan fase farmakokinetik), setelah
melewati fase farmakokinetik maka obat tersebut dapat direspon secara fisiologis dan
psikologis (merupakan fase farmakodinamik).Efek samping pemberian obat-obatan
yang berhubungan dengan gangguan GI (gastrointestinal) dapat berupa terjadinya
mual, muntah, perubahan pada pengecapan, turunnya nafsu makan, mulut kering atau
inflamasi/ luka pada mulut dan saluran pencernaan, nyeri abdominal (bagian perut),
konstipasi dan diare. Efek samping seperti di atas dapat memperburuk konsumsi
makanan si pasien. Ketika pengobatan dilakukan dalam waktu yang panjang tentu
dampak signifikan yang memperngaruhi status gizi dapat terjadi.Interaksi obat-
mikronutrien meliputi Inkompatibilitas obat IV, Kekurangan-kekurangan PVC
(polivinilklorida),Reaksi Maillard.

B. Saran
Diharapkan untuk Apoteker dan Tenaga Kesehatan Lainnya sebaiknya Perlu
memperhatikan efek interaksi obat pada peresepan dengan indikasi yang jelas,
Sebaiknya perlu ditingkatkan komunikasi antara apoteker dengan dokter dalam
menentukan terapi yang tepat agar dapat mencegah terjadinya interaksi obat, Agar
dapat mengantisipasi terjadinya interaksi obat sebaiknya apoteker perlu mengetahui

10
tentang mekanisme terjadinya interaksi obat dan efeknya terhadap pengobatan pada
pasien diabetes melitus.

DAFTAR PUSTAKA

https://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-1-interaksi-obat-0

https://text-id.123dok.com/document/rz3ep3gdq-definisi-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
interaksi-obat.html

https://www.academia.edu/24769162/INTERAKSI_OBAT_1_IO_RANGKI

https://www.academia.edu/37572686/MAKALAH_INTERAKSI_OBAT_INTERAKSI_OB
AT_PADA_PROSES_ABSORBSI_Dosen_PROGRAM_STUDI_FARMASI

https://www.alodokter.com/dampak-interaksi-obat-kepada-tubuh-anda

11

Anda mungkin juga menyukai