Anda di halaman 1dari 15

FARMAKOLOGI VETERINER I

INTERAKSI OBAT

OLEH :

Nicholas Timothy Gunanta

2209511075

2023

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

JIMBARAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Farmakologi veteriner I yang berjudul “Interaksi Obat” ini dengan tepat
waktu. Dengan melakukan penulisan tugas ini, saya berharap saya dapat
membagikan ilmu kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana serta pembaca. saya sadar tugas ini masih memiliki
kekurangan-kekurangan yang luput dari mata, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangatlah saya nantikan. Akhir kata, semoga tugas
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Jimbaran, 9 Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 4

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 5

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6

2.1. Pengertian Interaksi Obat ......................................................................... 6

2.2. Meknisme Interaksi Obat ......................................................................... 6

2.3. Interaksi Obat dengan Makanan ............................................................... 9

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan ............... 10

2.5. Interaksi Obat dengan Obat Lainnya ...................................................... 11

2.6. Hasil Interaksi Obat ................................................................................ 12

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 13

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Obat adalah substansi atau campuran bahan, termasuk produk biologis,


yang digunakan untuk memengaruhi atau memeriksa sistem fisiologi atau
kondisi patologis dalam rangka untuk mendiagnosis, mencegah,
menyembuhkan, memulihkan, atau meningkatkan kesehatan manusia atau
hewan. Walaupun obat dapat memiliki sifat penyembuhan, ada juga situasi di
mana manusia atau hewan dapat mengalami keracunan akibat penggunaan
obat tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa obat dapat memiliki
dua sifat, yaitu sebagai obat dan sebagai racun. Sifat obat akan muncul ketika
obat digunakan secara tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis
dan jadwal yang sesuai. Sebaliknya, jika obat digunakan dengan tidak tepat
atau dalam dosis yang berlebihan, hal ini dapat mengakibatkan keracunan, dan
jika dosisnya terlalu rendah, maka tidak akan memberikan efek penyembuhan
yang diharapkan.

Interaksi obat adalah faktor yang dapat memengaruhi respon tubuh


terhadap pengobatan. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, minuman, zat
kimia, atau obat lain. Interaksi obat terjadi ketika makanan, minuman, zat
kimia, atau obat lain tersebut memengaruhi efek dari suatu obat yang
diberikan secara bersamaan atau mendekati waktu yang sama (Ganiswara,
Farmakologi dan Terapi, 2000). Khususnya, jika beberapa obat diberikan
bersamaan dalam resep medis, ada kemungkinan terjadinya interaksi antara
obat-obatan tersebut. Interaksi ini dapat menguatkan atau melemahkan efek
obat pertama, memperpanjang atau memperpendek kerja obat kedua. Interaksi
obat perlu diperhatikan lebih serius karena dapat menyebabkan kondisi yang
parah dan kerusakan yang signifikan pada terapi obat.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat?


2. Apa saja yang termasuk dalam mekanisme interaksi obat?
3. Apa yang dimaksud dengan interaksi obat dengan makanan?
4. Apa yang dimaksud dengan Interaksi obat dengan obat lainnya?
5. Apa saja yang termasuk kedalam hasil interaksi obat?

1.3. Tujuan Penulisan

Dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah Farmakologi


Veteriner I, saya bertujuan untuk lebih mendalami ilmu tentang interaksi obat.
Melalui penelitian ini, saya akan memahami definisi interaksi obat,
mengidentifikasi obat-obatan yang terlibat dalam peristiwa interaksi,
memahami mekanisme yang terlibat dalam interaksi obat, dan akhirnya,
mengetahui hasil yang mungkin terjadi akibat interaksi obat. Dengan
pengetahuan ini, saya berharap dapat memberikan kontribusi yang lebih baik
dalam praktik farmakologi veteriner dan meningkatkan pemahaman saya
tentang pentingnya mengelola interaksi obat dengan bijak dalam perawatan
hewan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Terpenuhinya tugas individu mata kuliah “Farmakologi Veteriner I”


2. Bertambahnya wawasan mahasiswa kedokteran hewan mengenai ilmu
farmakologi khususnya tentang interaksi obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Interaksi Obat

Interaksi obat adalah sebagai modifikasi efek satu obat akibat obat lain
yang diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau
lebih obat berinteraksi sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas
satu atau lebih akan berubah (Fradgley, 2003). Interaksi obat terjadi ketika
modifikasi aksi obat yang satu dengan obat yang lain di dalam tubuh.
Biasanya seperti aksi kuantitatif, yaitu peningkatan atau penurunan dalam
ukuran respon yang diharapkan. Interaksi obat mungkin merupakan hasil
perubahan farmakokinetik, perubahan farmakodinamik, atau kombinasi
keduanya (Trevor, 2002).

2.2. Meknisme Interaksi Obat

Menurut jenis mekanisme kerjanya, interaksi obat dibedakan menjadi 3


macam, yaitu:

a. Interaksi Farmasetik

Interaksi farmasetik terjadi jika antara dua obat yang diberikan


bersamaan tersebut terjadi inkompatibilitas atau terjadi reaksi
langsung, yang umumnya di luar tubuh, dan berakibat berubahnya atau
hilangnya efek farmakologik obat yang diberikan. Sebagai contoh.
Pencampuran penisilin dan aminoglikosida akan menyebabkan
hilangnya efek farmakologik yang diharapkan.

b. Interaksi Farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik adalah perubahan yang terjadi pada


absorpsi, distribusi, metabolisme atau biotransformasi, atau ekskresi
dari satu obat atau lebih (Kee J, 1996).

i. Interaksi pada proses absorbsi

Interaksi ini dapat terjadi akibat perubahan harga pH obat


pertama. Pengaruh absorpsi suatu obat kedua mungkin terjadi
akibat perpanjangan atau pengurangan waktu huni dalam
saluran cerna atau akibat pembentukan kompleks (Mutschler,
1991).

Contoh Interaksi Obat pada proses absorpsi sesuai tabel


berikut:

diantara mekanisme di atas, yang paling signifikan adalah


pembentukan kompleks tak larut, pembentukan khelat atau bila
obat terikat resin yang mengikat asam empedu. Ada juga
beberapa obat yang mengubah pH saluran cerna (misalnya
antasida) yang mengakibatkan perubahan bioavailabilitas obat
yang signifikan.

ii. Interaksi pada proses distribusi

Dua obat yang berikatan tinggi dengan protein atau albumin


bersaing untuk mendapatkan tempat pada protein atau albumin
di dalam plasma. Akibatnya terjadi penurunan dalam
pengikatan dengan protein pada salah satu atau kedua obat itu,
sehingga lebih banyak obat bebas yang bersirkulasi dalam
plasma dan meningkatkan kerja obat (Kee dan Hayes, 1996).
Kompetisi dalam plasma dan meningkatkan kerja obat
misalnya antara digoksin dan kuinidin, dengan akibat
peningkatan kadar plasma digoksin (Maria Caecilia
N.Setiawati, 2020)
iii. Interaksi pada proses metabolisme

Suatu obat dapat meningkatkan metabolisme dari obat yang


lain dengan merangsang (menginduksi) enzim-enzim hati (Kee
J, 1996)Dengan cara yang sama seperti pada albumin plasma,
mungkin terjadi persaingan terhadap enzim yang berfungsi
untuk biotransformasi obat, khususnya sitokrom P450 dan
dengan demikian mungkin terjadi metabolisme yang
diperlambat. Biotransformasi suatu obat kedua selanjutnya
dapat diperlambat atau dipercepat berdasarkan penghambatan
enzim atau induksi enzim yang ditimbulkan oleh obat pertama
(Mutschler, 1991)

iv. Interaksi pada proses eliminasi

Interaksi pada eliminasi melalui ginjal dapat terjadi akibat


perubahan hingga pH dalam urin atau karena persaingan tempat
ikatan pada sistem transport yang berfungsi untuk sekresi atau
reabsorpsi aktif (Mutschler, 1991)Kompetensi terjadi antara
obat-obat yang menggunakan mekanisme transport aktif yang
sama di tubulus proksimal. Contohnya, probenesid yang
menghambat ekskresi banyak obat, termasuk golongan
penisilin, beberapa sefalosporin, indometasin dan dapson.
Mekanisme yang sama, asetosal meningkatkan toksisitas
metotreksat.

c. Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah hal-hal yang menimbulkan efek-


efek obat yang aditif, sinergis (potensiasi), atau antagonis. Jika dua
obat yang mempunyai kerja yang serupa atau tidak serupa diberikan,
maka efek kombinasi dari kedua obat itu dapat menjadi aditif (efek dua
kali lipat), sinergis (lebih besar dari dua kali lipat), atau antagonis
(efek dari salah satu atau kedua obat itu menurun) (Kee J, 1996)
2.3. Interaksi Obat dengan Makanan

Ketika makanan atau minuman memengaruhi respons obat, fenomena


tersebut dikenal sebagai interaksi obat-makanan. Jenis interaksi ini dapat
terjadi, namun tidak semua obat merespons terhadap makanan, dan beberapa
obat hanya terpengaruh oleh jenis makanan tertentu. Interaksi obat-makanan
dapat melibatkan obat resep, obat bebas, produk herbal, dan suplemen.
Meskipun beberapa interaksi mungkin berpotensi berbahaya atau bahkan
berisiko fatal dalam kasus-kasus yang jarang terjadi, yang lainnya bisa
memberikan manfaat dan biasanya tidak akan menghasilkan perubahan
signifikan dalam kesehatan tubuh.

Makanan dan obat dapat berinteraksi melalui berbagai mekanisme yang


berbeda. Seringkali, komponen tertentu dalam makanan memiliki efek ini.
Perubahan lain dapat dipengaruhi oleh jumlah protein dalam diet atau bahkan
cara makanan tersebut diproses. Salah satu cara yang paling umum makanan
memengaruhi efek obat adalah dengan memodifikasi proses metabolisme obat
dalam tubuh. Enzim yang disebut sebagai pemecah obat (metabolisme)
berperan penting dalam proses ini. Beberapa makanan dapat merangsang
enzim-enzim ini untuk bekerja lebih cepat atau lambat, menghasilkan
peningkatan atau penurunan durasi waktu di mana obat beredar dalam tubuh.
Jika makanan mempercepat aktivitas enzim, obat bisa lebih cepat dieliminasi
dari tubuh dan mungkin menjadi kurang efektif. Sebaliknya, jika makanan
memperlambat aktivitas enzim, obat dapat bertahan lebih lama dalam tubuh,
berpotensi menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.

Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya


interaksi obat dengan makanan adalah :

1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan


ambung dari saat masuknya makanan
2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan di mukosa
saluran cerna
4. Dipengaruhinya absorpsi obat oleh proses adsorpsi dan
pembentukan kompleks
5. Dipengaruhinya proses transport aktif obat oleh makanan

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat dengan Makanan

Obat-obat yang dikonsumsi kedalam tubuh, dapat berinteraksi dengan


makanan yang hewan tersebut konsumsi, dimana akan adanya interaksi obat-
makanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi obat dengan makanan
adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh makanan terhadap farmakokinetik obat: Makanan


dikenal mempengaruhi penyerapan obat dengan menunda
waktu pengosongan lambung, mengubah pH saluran
pencernaan, merangsang aliran empedu, meningkatkan aliran
darah ke organ dalam, atau berinteraksi secara fisik dengan
obat (L, 2023)
2. Interaksi spesifik farmakokinetik: Interaksi ini dapat
melibatkan kondisi lumen usus, penyerapan, metabolisme,
distribusi, dan eliminasi. (Dharmarajan, 2020)
3. Komposisi nutrisi: Makanan yang berbeda, berdasarkan faktor
seperti komposisi nutrisi (makanan tinggi protein, kaya
karbohidrat, atau makanan tinggi lemak), kandungan kalori
(makanan rendah vs tinggi kalori), volume, suhu dan asupan
cairan, memiliki pengaruh yang berbeda pada waktu transit,
pelarutan luminal, permeabilitas dan bioavailabilitas produk
obat (Anonim, 2019)
4. Interaksi obat dengan makanan yang spesifik: Beberapa obat
memiliki interaksi yang spesifik dengan makanan tertentu.
Misalnya, obat yang mengandung kalsium, seperti antasida dan
beberapa antibiotik, dapat berinteraksi dengan produk susu.
Obat antikoagulan, seperti warfarin, dapat berinteraksi dengan
makanan yang kaya vitamin K.
2.5.Interaksi Obat dengan Obat Lainnya

Interaksi obat dengan obat lainnya merujuk pada bagaimana satu obat
mempengaruhi cara kerja obat lain dalam tubuh. Interaksi antar obat dapat
berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yang menguntungkan,
misalnya:

1) Peningkatan Bioavailabilitas Obat: Interaksi farmakokinetik yang


menguntungkan dapat mencakup peningkatan bioavailabilitas obat,
misalnya dengan meningkatkan penyerapan dan/atau menghambat
metabolisme1. Mekanisme di mana interaksi farmakokinetik dapat
menyebabkan efek yang menguntungkan termasuk peningkatan
permeasi membran (misalnya, perubahan struktural dalam
membran sel epitel atau pembukaan tight junctions), modulasi
protein pembawa (misalnya, penghambatan transporter efflux dan
stimulasi transporter uptake) dan penghambatan enzim metabolik
Kombinasi obat anti hipertensi: meningkatkan efektifitas dan
mengurangi efek samping
2) Peningkatan Efek Terapeutik: Interaksi farmakodinamik yang
menguntungkan dapat mencakup efek aditif atau sinergis.
Misalnya, kombinasi obat-obatan tertentu dapat bekerja bersama
untuk meningkatkan efek terapeutik merekakombinasi obat anti
tuberculosis: memperlambat timbulnya resistansi kuman terhadap
obat
3) Pengurangan Efek Samping: Dalam beberapa kasus, satu obat
dapat digunakan untuk mengurangi efek samping dari obat lain.
Misalnya, obat antiemetik sering digunakan bersama dengan agen
kemoterapi untuk mencegah mual dan muntah. (MARY
CARPENTER, 2019)
4) Peningkatan Efektivitas Pengobatan: Dalam beberapa kasus,
kombinasi obat dapat bekerja lebih efektif daripada obat tunggal.
Misalnya, dalam pengobatan HIV, kombinasi obat antiretroviral
digunakan untuk menekan replikasi virus dan mencegah resistensi
obat (Pai, 2018)
Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat
meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektifitas obat yang
berinteraksi.

2.6. Hasil Interaksi Obat

Hasil interaksi obat dengan obat adalah respon klinis atau farmakologis
dari suatu pemberian kombinasi obat, yang berbeda dari yang seharusnya
terjadi bila kedua obat-obat diberikan sendiri-sendiri. Efek yang terjadi dapat
berupa:

i. Antagonisme (1+1<2) → saling menurunkan khasiat dari


masing- masing obat. Kegiatan obat pertama dikurangi atau
bahkan ditiadakan sama sekali oleh obat kedua yang memiliki
khasiat farmakologis yang bertentangan, misalnya adrenalin
dan histamin. Contoh: ekspektoran + antitusiv, adrenalin +
antihistamin
ii. Sinergisme (1+1>2) → Kerjasama antara dua obat dan dikenal
ada dua jenis yaitu Adisi efek kombinas adalah sama dengan
kegiatan dari masing-masing obat (1+1=2). Contoh : kombinasi
asetosal dan parasetamol, juga trisulfa.
iii. Potensiasi (mempertinggi potensi) → Kegiatan obat dipertinggi
oleh obat kedua (1+1>2), Kedua obat dapat memiliki kegiatan
yang sama seperti estrogen dan progesteron,sulfametoksasol
dan trimethoprim asetosal dan kodein. Atau satu obat tidak
memiliki efek bersangkutan misalnya analgetic dan
klorpromazin, benzodiazepin/meprobamat dan alkohol,
penghambatan MAO dan amfetamin dan lainnya Contoh:
Sulfametoksasol + Trimetoprim → efek sinergesme
Amoxicillin + Asam Klavulanat → Asam Klavulanat
meningkatkan aktivitas amoksisilin karena dapat memproteksi
cincin beta laktam dari amoxicillin.
BAB 3
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Interaksi obat adalah fenomena kompleks yang dapat terjadi ketika satu
atau lebih obat memengaruhi efek satu sama lain. Hal ini bisa terjadi jika obat-
obat tersebut diberikan bersamaan atau secara berurutan. Dalam beberapa
kasus, interaksi obat dapat mengubah efektivitas atau tingkat toksisitas obat-
obat tersebut. Interaksi farmasetik, misalnya, terjadi ketika obat-obat tersebut
tidak kompatibel atau mengalami reaksi langsung di luar tubuh, yang
kemudian dapat mengubah atau bahkan menghilangkan efek farmakologis
yang diharapkan dari obat tersebut. Selain itu, interaksi farmakokinetik
berkaitan dengan perubahan dalam proses seperti penyerapan, distribusi,
metabolisme, biotransformasi, atau ekskresi obat dalam tubuh. Sedangkan
interaksi farmakodinamik terkait dengan bagaimana efek-efek obat dapat
menjadi aditif, sinergis (menguatkan satu sama lain), atau bahkan antagonis.
Juga penting untuk menyadari bahwa obat-obat yang dikonsumsi oleh
seseorang dapat berinteraksi dengan makanan yang mereka konsumsi,
menciptakan interaksi obat-makanan yang dapat memengaruhi efek obat
dalam tubuh. Semua ini menggambarkan kompleksitas interaksi obat dengan
obat lainnya, yang dapat menghasilkan respon klinis atau farmakologis yang
berbeda dari yang diharapkan ketika obat-obat tersebut diberikan secara
terpisah.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2019). Journal of Pharmaceutical Health Care and Sciences.


Relationship between the effects of food on the pharmacokinetics of oral
antineoplastic drugs and their physicochemical properties , 1.

Dharmarajan, S. G. (2020). Geriatric Gastroenterology. Albany: Springer, Cham.

Fradgley, S. (2003). Drug Interactions: In Clinical Pharmacy Towards a


Rational. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Ganiswara, S. (2000). Farmakologi dan Terapi. Depok: FKUI.

Ganiswara, S. (2007). Obat Otonom dalam Farmakologi dan Terapi ed.5.


Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera.

Jhons Fatriyadi Suwandi, S. W. (2002). Mapping and Prevalence of Malaria


Falciparum Patients with ACT Failed Therapy, in Hanura Public Health
Center, Pesawaran, Lampung, Indonesia. New York: Lange Medical
Books/McGraw-Hill.

Kee J, H. E. (1996). Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. jakarta:


EGC.

L, B. a. (2023, September 13). Colorado State University Extension. Retrieved


from Colorado State University Extension:
https://extension.colostate.edu/topic-areas/nutrition-food-safety-
health/nutrient-drug-interactions-and-food-9-361/

Maria Caecilia N.Setiawati, C. M. (2020). Jurnal Ilmu Farmasi & Farmasi Klinik.
Semarang: unwahas. Retrieved from STATINS DRUG USE AND DRUG-
DRUG INTERACTIONS.

MARY CARPENTER, P. H. (2019, May 1). American Family Physician.


Retrieved from Clinically Relevant Drug-Drug Interactions in Primary
Care: https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2019/0501/p558.html

Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat untuk Ernest Mutschler. Bandung: ITB.


Pai, M. K. (2018). Drug Interactions in Infectious Diseases: Mechanisms and
Models of Drug Interactions. Michigan: Humana Press, Cham.

Trevor, A. K. (2002). Katzung and Trevor’s Pharmacology. New York: Lange


Medical Books/McGraw-Hill.

Omachi, F., Kaneko, M., Iijima, R. et al. Relationship between the effects of food
on the pharmacokinetics of oral antineoplastic drugs and their
physicochemical properties. J Pharm Health Care Sci 5, 26 (2019).
https://doi.org/10.1186/s40780-019-0155-1

Anda mungkin juga menyukai