Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI I

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3

1.Putri Fatika Sari


2.Rafi Adam Renwarin
3.Riska Rumakat
4.Rista Masri
5.Rustiani Ma
6.Salma Waty Auliah R Atnangar
7.Siti Aisyah Malagapy
8.Syarifah Fatma Abubakar
9.tiaraa Dewi Syaputri Malagapy
10.Firta Hamzah
11.Wanoni Fakaubun
12.Wulan R .N Rumakat
13.Wulandari Kilian
14.Yunita vayu
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kehendaknya maka makalah ini dapat diselesaikan sesuai deadline. Makalah ini membahas
mengenai “PARAMETER INTERAKSI OBAT RESEPTOR”
Akhir kata dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Dasar Epidemiologi yang telah memberikan bantuannya dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
bagi para pembaca yang terhormat kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan dalam
penyusunan yang selanjutnya.

Ambon,Juli 2022

Kelompok III
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
2.1 Jelaskan apa Interaksi Obat Reseptor ?

2.2 Apa saja macam- macam dari afinitas?

2.3 Apa itu Efikasi?


2.4

C. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Definisi Interaksi Obat Reseptor

B. Afinitas

C. Efikasi

D. Aktivitas intrinsik

E. Inhibisi PA2

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Interaksi obat diartikan dapat terjadi karena adanya sesuatu yang dikonsumsi bersamaan
atau berdekatan dengan waktu meminum obat. Salah satu contoh interaksi obat dengan zat
lain adalah interaksi obat dengan obat lain yang digunakan secara bersamaan Interaksi
obat adalah perubahan efek obat ketika dikonsumsi bersamaan dengan obat lain atau dengan
makanan dan minuman tertentu.
interaksi obat diartikan sebagai fenomena yang terjadi apabila pengaruh suatu obat diubah
oleh pemberian obat sebelumnya atau untuk pemberian obat yang bersamaan. Interaksi obat
terdiri dari 3 jenis, yaitu interaksi farmasetik (interaksi antar-obat karena obat yang tidak
dapat bercampur/inkompatibel); interaksi farmakokinetik (interaksi antarobat yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan absorpsi, metabolisme, distribusi, dan ekskresi
obat lain); serta interaksi farmakodinamik (interaksi obat yang berkompetisi pada tempat yang
sama untuk bereaksi dalam tubuh)

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisininteraksinobat reseptor?
2. Jelaskan afnitas(PD2)
3. Jelaskan tentang efikasi?
4. Bagaimana aktivitas interinsial?
5. Jelaskan inhibisi PA2 dan PD?

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui definisininteraksinobat reseptor
2. Untuk mengetahui afnitas(PD2)
3. Untuk mengetahui efikasi
4. Untuk mengetahui aktivitas interinsial
5. Untuk mengetahui inhibisi PA2 dan PD
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Interaksi definisi interaksi obat reseptor


Reseptor adalah suatu makromolekul yang secara spesifik dan langsung berikatan dengan
ligan (obat,hormone neurotrasmiter)untuk memicu signaling kimia antara dan dalam sel-
menimbulkan efek.fungsi dari reseptor sendiri yang pertama menganal dan mengikat suatu
lingan atau obat denga spesifitas yang tinggi , meneruskan singnal kedalam sel melalui:
perubahn permeabilitas membrane,pembentukan cosond messenger dan mempengaruhi
traskripsi gen

• Obat merupakan zat yang digunakan untuk Pencegahan dan penyembuhan penyakit serta
Pemulihan dan peningkatan kesehatan bagi Penggunanya.
• Setiap obat punya manfaat, namun juga mempunyai efek samping yang merugikan. Oleh
karena itu, obat sesuai dengan aturan pakai.Sumardjo, D. (2006) melaporkan, obat adalah
suatu bahan kimia yang dapat mempengaruhi organisme hidup dan dipergunakan untuk
keperluan diagnosis, pencegahan, dan pengobatan suatu penyakit.yang digunakan untuk
diagnosis, mengurangi rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia .

2.2Afinitas
Afinitas adalah cara yang digunakan dalam rangka mengukur suatu Wilayah yang digunakan
bersama – sama. Pernyataan ini didukung luasnya Wilayah sumber daya yang dibutuhkan oleh
suatu komunitas. Cara demikian dapat Berlandaskan ada atau tidaknya spesies dalam unit
sampling maupun Berlandaskan pengukuran kelimpahan (kuantitatif) melalui analisis
kovariasi Interspesies.Adanya interaksi spesies merupakan salah satu faktor penting adanya
Spesies dalam komunitas pada ekologi, ada pengaruh interaksi spesies, Kelimpahan, dan
distribusi yang di pengaruhi oleh adanya faktor biotik maupun Abiotik. Interaksi dari spesies
ke spesies lain akan memperoleh suatu spesiasi Antar spesifik yang dasarnya ditentukan
apakah spesies menghindari atau memilih Suatu habitat sama, memiliki daya daya tarik atau
penolakan ataupun tidak adanya Interaksi.

a. Macam – macam Afinitas

Afinitas terbagi menjadi dua lingkup yakni pertama membahas tentang Tumpang tindih relung
dan yang kedua membahas tentang asosiasi spesies.

b. Tumpang Tindih Relung

Tumpang tindih relung merupakan persaingan penggunaan makanan dari


Individu ke individu lain atau kelompok lain. Makin besar relung maka semakin
Besar pula intensif persaingannya, dalam keadaan itu masing – masing jenis akan
Meningkatkan efisiensi cara hidup atau profesinya (Soemarwoto, 1997). Relung
Merupakan ruang fungsional dalam suatu ekosistem yang biasanya diisi oleh suatu
Spesies tertentu (Fried & Hademenos, 2006). Menurut Wijaya, Nurfiarini, Nastiti
Dan Riswanto (2017) luas relung (niche breadth) pada suatu habitat dapat
Menggambarkan besarnya sumber daya makanan yang dapat dimanfaatkan oleh
Suatu spesies.

c. Asosiasi Spesies
Asosiasi spesies adalah komposisi suatu komunitas yang didalamnya
Terdapat interaksi timbal balik suatu spesies. Hal ini dikarenakan kebutuhan antar
Spesies yang terkadang sama dalam suatu komunitas (Hitalessy, Leksono, &
Herawati, 2015). Menurut Lokollo, Wenno dan Kaihatu (2012) menyatakan
Bahwa asosiasi antar spesies dapat dikatakan sebagai kemampuan bergabung atau
Keeratan hubungan dengan spesies lain. Kelompok yang saling berhubungan akan
Membentuk suatu komunitas yang dinamis, karena kehadiran suatu spesies
Tergantung pada hadir atau tidaknya spesies lain yang berinteraksi dengannya.
Menurut Pailin (2009) menyatakan bahwa adanya interaksi spesies akan
Menghasilkan suatu asosiasi yang polanya sangat ditentukan apakah dua spesies
Memilih untuk berada dalam suatu habitat yang sama, mempunyai daya
Penolakan ataupun daya tarik atau bahkan tidak berinteraksi sama sekali. Dengan
Demikian, asosiasi bisa bersifat positif, negatif, atau tidak ada asosiasi.
Asosiasi terjadi oleh karena adanya spesies saling membentuk suatu
Komunitas dan memiliki hubungan di dalamnya sehinnga memiliki keterikatan.

2.3Efikasi
Efikasi adalah suatu penilaian terhadap suatu obat, termasuk juga vaksin dilihat dari
bagaimana setelah diberikan obat atau vaksin itu memberi manfaat bagi populasi yang
diberikan,Efikasi itu diperoleh dari uji klinik, dimana pada saat dilakukan uji klinik itu
semuanya terkendali. Kondisi vaksinnya juga semua dikendalikan, orangnya setelah
disuntik itu dikontrol setiap minggu. Dan efikasi ini bisa berbeda dengan effectiveness.
Angka effectiveness itu munculnya dari dunia nyata, ketika sudah diberikan ke
masyarakat,” ujar Prof. Amin.
Misalnya, vaksinnya mungkin ketika sedang dikirimkan terkena macet atau kehujanan.
Faktornya bisa macam-macam sehingga tidak selalu optimal. Efikasi yang tinggi tidak
menjamin effectiveess yang tinggi,Efikasi Obat dipengaruhi oleh Karakteristik Padatan
Zat Aktifnya Dalam mengonsumsi obat, selain diperhatikan indikasinya, perlu
diperhatikan pula hal-hal lainnya. Bentuk obat, kelarutan, laju disolusi (kecepatan
melarutnya suatu obat di dalam tubuh), dan bioavailibilitas obat (ketersediaan jumlah
obat dalam darah) harus diperhatikan. Salah satu yang mempengaruhi kelarutan, laju
disolusi, dan bioavailibitas obat tersebut adalah sifat zat padat yang menyusun obat
tersebut. Secara singkat, di sekitar kita terdapat beberapa bentuk zat yaitu zat padat, zat
cair, dan gas. Zat padat sendiri jika dilihat dengan menggunakan mikroskop dan
instrumen X-Ray Diffractrometer akan terbagi menjadi 2 bentuk yaitu “amorf” dan
bentuk “kristal”.Tujuan mempelajari sifat dan bentuk suatu senyawa adalah untuk
menentukan bagaimana senyawa tersebut diperlakukan. Baik dari proses produksi,
sampai senyawa tersebut telah menjadi bentuk sediaan obat jadi dan masuk ke dalam
tubuh. Dosis yang diperhitungkan harus tetap dijaga sampai obat tersebut sampai kepada
pasien sehingga dengan kata lain stabilitas obat tersebut harus dijaga. Bentuk sediaan
padat merupakan bentuk sediaan yang paling stabil. Oleh karena itu, mempelajari
bagaimana suatu zat padat menjadi sediaan yang dapat berguna bagi tubuh dapat
membantu untuk tahu pula bagaimana sediaan tersebut harus disimpan, bagaimana cara
meminumnya, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana sifat-sifat padatan tersebut
mempengaruhi kerja obat.

3 Aktivitas intrinsik

Aktivitas intrinsik adalah respons stimulasi maksimal yang diinduksi oleh suatu senyawa
dalam kaitannya dengan senyawa referensi yang diberikan. Istilah ini telah berkembang
dengan penggunaan umum. Itu diperkenalkan oleh AriÃns sebagai faktor
proporsionalitas antara respon jaringan dan hunian reseptor. Nilai numerik aktivitas
intrinsik (alfa) dapat berkisar dari satu (untuk agonis penuh, yaitu agonis yang
menginduksi respons maksimal jaringan) hingga nol (untuk antagonis), nilai pecahan
dalam rentang ini menunjukkan agonis parsial. Definisi asli Ariëns menyamakan sifat
molekuler alfa dengan respons maksimal hanya jika respons merupakan fungsi linier dari
penempatan reseptor. Fungsi ini telah diverifikasi. Dengan demikian, aktivitas intrinsik,
yang merupakan parameter obat dan jaringan, tidak dapat digunakan sebagai parameter
karakteristik obat untuk klasifikasi obat atau reseptor obat. Untuk tujuan ini, faktor
proporsionalitas yang diturunkan dengan metode nol, yaitu, kemanjuran relatif, harus
digunakan. Akhirnya, “aktivitas intrinsik” tidak boleh digunakan sebagai ganti
“kemanjuran intrinsik”. Sebuah “agonis parsial” harus disebut “agonis dengan
kemanjuran intrinsik menengah” dalam jaringan tertentu.

2.4Inhibisi PA2

nhibisi Enzim adalah proses dimana reaksi enzim dan substrat terhenti. Berhentinya
reaksi suatu enzim dapat terjadi karena adanya molekul yang mengganggu proses reaksi
antara enzim dan substrat, atau disebut juga sebagai inhibitor enzim / penghambat enzim.
Inhibisi Kompetitif:Inhibisi kompetitif terjadi karena adanya molekul (inhibitor) selain
substrat yang berikatan pada situs aktif enzim. Molekul tersebut secara struktural dan
kimiawi mirip dengan substrat sehingga mampu berikatan dengan situs aktif enzim tsb.
Adanya pengikatan inhibitor tersebut atau disebut juga sebagai inhibitor kompetitif ini
memblokir sisi aktif enzim sehingga mencegah substrat berikatan dan reaksi antar enzim-
substrat pun terhenti. Kejadian ini dapat dicegah dengan menambah konsentrasi
substrat.Inhibisi non-Kompetitif: Terjadi ketika molekul selain substrat berikatan pada
sisi lain selain situs aktif enzim. Sisi ini disebut juga situs alosterik. Pengikatan inhibitor
ke situs alosterik menyebabkan perubahan konformasi situs aktif enzim, sehingga
substrat dan situs aktif enzim tidak dapat berikatan. Untuk mencegah terjadinya inhibisi
non-kompetitif ini sangat sulit meskipun dilakukan penambahan kadar substrat karena
inhibitor tidak bersaing secara langsung dengan substrat.

PA2 adalah ukuran potensi antagonis. Ini adalah logaitma negative dari kosentrasi molar
antagonis yang akan menghasilkan pergeseran 2 kali lipat dalam kurva respos konsentrasi
unyuk agonis.

Dan bagaimana PA2diukur pA2 didefinisikan sebagai logaritma persekutuan negative


dari B yang menghasilkan rasio dosis 2; maka, Pa2=- log B=-loh KB= 10(1jKB) . karena
1jKB adalah konstanta afitas, Pa2 dapat dilihat sebagai ukuran afinitas.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
- Interaksi obatdiartikan dapat terjadi karena adanya sesuatu yang dikonsumsi

bersamaan atau berdekatan dengan waktu meminum obat. Salah satu contoh interaksi

obat dengan zat lain adalah interaksi obat dengan obat lain yang digunakan secara bersamaan

Interaksi obat adalah perubahan efek obat ketika dikonsumsi bersamaan dengan obat lain

atau dengan makanan dan minuman tertentu.

- interaksi obat diartikan sebagai fenomena yang terjadi apabila pengaruh suatu

obat diubah oleh pemberian obat sebelumnya atau untuk pemberian obat yang bersamaan

3.2 Saran
Setelah penulis membuat makalah di atas kami sebagai penyusun makalah masih
banyak kekuranagan maka saran dari Jangan pernah puas dengan hasil yang telah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

https: //hpu.ugm.ac.id
https://www.alodokter.com>dampak iteraksi obat
m.merdeka.com

Anda mungkin juga menyukai