Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

“PEMBUATAN WATER DROPLET”

Disusun Oleh :

MEILIA THERESIA PO.62.31.3.18.268

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2020

1
“KATA PENGANTAR”

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
saya untuk menyelesaikan laporan praktikum ini. Atas rahmat dan karunia-Nya lah saya dapat
menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul “WATER DROPLET” dengan tepat waktu.
Proposal ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah ”METODOLOGI PENELITIAN”. Selain
itu, saya selaku penulis dan peneliti praktikum ini juga berharap agar laporan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca tentang pengembangan formula makanan tinggi
antioksidan.
Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu dosen selaku
pengampu mata kulia “PENGEMBANGAN FORMULA MAKANAN” Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang sedang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Saya juga menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan proposal penelitian ini.

Palangka Raya, 2020


Disusun
Oleh :

MEILIA THERESIA

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
DAFTAR TABEL..............................................................................................................................11
Tabel 1...........................................................................................................................................11-12
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................11-12
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................4
1.2 Tujuan Praktikum...........................................................................................................................4
1.4 Manfaat Praktikum.........................................................................................................................5
BAB II TIJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................6
2.1 Radikal Bebas .............................................................................................................................6-7
2.2 Antioksidan.................................................................................................................................7-8
2.3 Antioksidan Dalam Pangan ........................................................................................................8-9
2.4 Sodium Alginet ..............................................................................................................................9
2.5 Calsium Chlorida......................................................................................................................9-10
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..........................................................................................11
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................................................11-12
3.2 Cara Kerja.....................................................................................................................................12
3.3 Diagram Alir.................................................................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................................14
4.1 Hasil..............................................................................................................................................14
4.2 Pembahasan..................................................................................................................................14
BAB V PENUTUP.............................................................................................................................15
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................................15
5.2 Saran.............................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................16
LAMPIRAN.......................................................................................................................................17

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gaya hidup modern pada masa kini membuat sebagian besar orang tidak sempat
mengkonsumsi sayur dan buah dalam diet sehari-hari, padahal sayur dan buah-buahan mengandung
banyak vitamin dan antioksidan yang sangat diperlukan tubuh. Antioksidan adalah senyawa yang
dapat mencegah oksidasi atau dapat menetralisir radikal bebas, misalnya mencegah oksidasi LDL
untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner (Septiana dkk., 2006). Resiko kesehatan pada
manusia meningkat seiring dengan tingginya paparan radikal bebas yang berasal dari radiasi, asap
rokok, polusi kendaraan dan pabrik, pestisida, obat-obatan, dan berbagai sumber radikal bebas
lainnya. Ketidak seimbangan antara jumlah radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh
mengakibatkan terjadinya stres oksidatif. Stres oksidatif memicu berbagai penyakit. WHO (2018)
telah melaporkan bahwa penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit respirasi kronis, dan diabetes
melitus merupakan penyakit tidak menular penyebab utama kematian di dunia.
Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan cara
mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif
adalah radikal bebas, senyawa ini terbentuk di dalam tubuh dan dipicu oleh bermacam-macam
faktor (Winarsi, 2007). Antioksidan dalam pangan berperan penting untuk mempertahankan mutu
produk, mencegah ketengikan, perubahan nilai gizi, perubahan warna dan aroma, serta kerusakan
fisik lain yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi (Widjaya, 2003).
Risiko kesehatan dapat diminimalkan dengan menerapkan gaya hidup sehat, misalnya
mengonsumsi makanan yang kaya senyawa bioaktif. Senyawa bioaktif pada pangan dapat bertindak
dalam berbagai aktivitas biologis, misalnya sebagai antioksidan dalam tubuh. Peranan pangan saat
ini tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan gizi dan pemberi rasa kenyang tetapi juga diharapkan
bermanfaat bagi kesehatan (pangan fungsional). Antioksidan dalam pangan biasanya ditemukan
pada buah-buahan dan sayuran yang sering dikonsumsi. Tetapi ada juga padaproduk pangan yang
diformulasikan mengandung tingi antioksidan, salah satunya yaitu produk “Water Droplet” dimana
produk ini dibuat pada awalnya untuk mengurangi penggunaan plastik (plastik pengemas) sehinga
tidak menghasilkan limbah plastik.

1.2 Tujuan Praktikum


1) Mahasiswa mampu membuat pangan tinggi antiosidan.
2) Mahasiswa mampu mengembangkan formula makanan tinggi antioksidan.

4
3) Mahasiswa mampu membuat produk pangan futuristik berupa edible water/water droplet.

1.3 Manfaat Praktikum


Mahasiswa mendapatkan pengalaman membuat pangan futuristik berupa edible water/water
droplet dan pengetahuan tentang pengembangan formula makanan, khususnya makanan
kesehatan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radikal Bebas


Radikal bebas didefinisikan sebagai atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih
elektron tidak berpasangan (Florence, 1995). Elektron ganjil yang dimiliki oleh radikal bebas
menyebabkan tidak stabil dan sangat reaktif. Tingginya reaktivitas radikal bebas mampu menarik
elektron dari molekul lain agar stabil. Molekul yang kehilangan elektron tersebut dapat menjadi
radikal dan memungkinkan menarik elektron dari molekul lain yang berdekatan dengannya
sehingga terjadi reaksi berantai (Phaniendra dan Jestadi, 2015).
Radikal bebas dapat terbentuk dari dalam tubuh (endogenus) dan luar tubuh (eksogenus).
Radikal bebas yang erbentuk dalam tubuh misalnya hasil transpor elektron pada mitokondria,
oksidasi xantin, proksidasi lipid, metabolisme asam arakidonat, dan inflamasi yang dapat
menginisiasi netrofil dan makropag yang memproduksi radikal bebas. Radikal bebas yang berasal
dari luar tubuh dapat terbentuk karena paparan radiasi ultraviolet, sinar X,
sinar gamma, microwave, polusi kendaraan, pembakaran hutan, aktivitas vulkanik, asap rokok,
obat-obatan, bahan kimia, senobiotik, dan lain sebagainya (Mahantesh, dkk., 2012; Pham-huy, dkk.,
2008) dan Pembentukan radikal bebas terjadi secara terus menerus di dalam tubuh. Hal ini terjadi
melalui proses metabolisme sel normal, proses peradangan, kekurangan nutrisi, maupun sebagai
respon adanya radiasi sinar gama, ultraviolet (UV), polusi lingkungan dan asap rokok (Wijaya,
1996). Ditambahkan Winarti (2010), faktor yang menyebabkan timbulnya radikal bebas dalam
tubuh antara lain sinar X, asap mobil, bahan kimia dalam makanan (pengawet, pewarna sintetik,
residu pestisida, dan bahan tambahan makanan lainnya), bahan kimia termasuk obat-obatan. Diet
(pola makan sendiri) juga dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas.
Menurut Kumar et al. (2005; Eberhardt, 2001) radikal bebas menyebabkan kerusakan sel
dengan tiga cara yaitu:
1. Peroksidasi komponen lipid dari membran sel dan sitosol. Menyebabkan serangkaian
reduksi asam lemak (otokatalisis) yang mengakibatkan kerusakan membran dan
organel sel.
2. Kerusakan DNA, Kerusakan DNA ini dapat mengakibatkan mutasi DNA bahkan dapat
menimbulkan kematian sel.
3. Modifikasi protein teroksidasi oleh karena terbentuknya cross linking protein, melalui
mediator sulfidril atas beberapa asam amino labil seperti sistein, metionin, lisin dan
histidin
Selain itu juga menurut Mohamed et al., (2008), bahwa radikal bebas dapat menyebabkan

6
kerusakan bahan pangan yaitu kehilangan nutrisi, perubahan parameter utama bahan makanan
seperti aroma, rasa, tekstur, konsistensi dan kenampakan. Radikal bebas bersifat reaktif, dan jika
tidak diinaktifkan akan dapat merusak makromoleku pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat,
lemak, dan asam nukleat, sehingga dapat menyebabkan penyakit degeneratif.

2.2 Antioksidan
Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron ( elektron donor).
Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkal atau meredam
dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada
senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat
(Winarti, 2010).
Antioksidan dibutuhkan tubuh untuk melindungi tubuh dari serangan radikal bebas.
Antioksidan adalah suatu senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar atau jumlah tertentu
mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat proses oksidasi. Tubuh manusia tidak
mempunyai cadangan antioksidan dalam jumlah berlebih, sehingga apabila terbentuk banyak
radikal maka tubuh membutuhkan antioksidan eksogen. Adanya kekhawatiran kemungkinan efek
samping yang belum diketahui dari antioksidan sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi
alternatif yang sangat dibutuhkan.
Proses oksidasi tidak hanya terjadi dalam tubuh manusia tetapi juga dapat terjadi dalam
makanan. Komponen makanan yang paling mudah mengalami oksidasi adalah lemak. Antioksidan
merupakan senyawa yang ditambahkan ke dalam lemak atau makanan berlemak untuk mencegah
terjadinya proses oksidasi dapat memperpanjang kesegaran dan palabilitas dari makanan tersebut.
Antioksidan yang ditambahkan kedalam bahan makanan tersebut harus memenuhi beberapa
persyaratan yaitu :
(1) Tidak mempunyai efek fisiologis yang berbahaya
(2) Tidak menyebabkan terbentuknya flavor, odor atau warna yang tidak disukai pada
lemak atau makanan
(3) Efektif pada konsentrasi rendah
(4) Larut dalam lemak
(5) Tahan terhadap proses pengolahan
(6) Mudah diperoleh
(7) Ekonomis. (Muchtadi, Palupidan Astawan 1993)

Tubuh memiliki sejumlah mekanisme untuk meredam radikal bebas dengan cara
memproduksi antioksidan. Antioksidan merupakan substansi yang dapat menghambat atau

7
memperlambat terjadinya kerusakan oksidatif (Mahantesh, dkk., 2012). Antioksidan yang
diproduksi dalam tubuh (endogenus) terbagi menjadi dua yaitu antioksidan enzimatik seperti
superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT), glutation peroksidase, glutation reduktase dan
antioksidan non-enzimatik misalnya vitamin C, vitamin E, hasil metabolisme/ metabolik
antioksidan (asam lipoid, glutation, L-arginin, koenzim Q10, melatonin, protein pengkelat logam,
transferin, dan lain sebagainya) (Pham-huy, dkk., 2008; Mahantesh, dkk., 2012). Antioksidan dapat
diperoleh dari luar tubuh (eksogenus) misalnya melalui makanan. Hal ini dapat membantu
antioksidan dalam tubuh melawan radikal bebas. Antioksidan dari luar tubuh dikenal dengan nama
antioksidan nutrien, contohnya flavonoid yang tersebar pada tumbuhan, asam lemak omega-3 dan
omega-6 yang terkandung pada ikan, selenium, mangan, zink, dan berbagai mineral serta vitamin
lainnya dapat ditemukan dari buah dan sayuran serta pangan lainnya (Mahantesh, dkk., 2012)
Antioksidan dapat menetralkan radikal bebas dengan cara mendonorkan elektron yang
dimilikinya. Pada umumnya, mekanisme antioksidan dapat digolongkan menjadi 2 yaitu hidrogen
elektron transfer (HAT) dan elektron transfer (ET). Reaksi HAT didasarkan pada reaksi kinetik
yang melibatkan reaksi kompetitif antara antioksidan dan substrat yang bersaing untuk membentuk
radikal peroksil melalui dekomposisi senyawa azo (Huang, dkk., 2005). 

2.3 Antioksidan Dalam Pangan


Antioksidan merupakan suatu senyawa kimia yang pada konsentrasi rendah secara signifikan dapat
mencegah oksidasi substrat dalam reaksi rantai. Kemampuan antioksidan adalah dapat melindungi
sel-sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contoh antioksidan antara lain beta
karoten, likopen, vitamin C dan vitamin E. Hal tersebut membuat minat terhadap bahan pangan
yang mengandung antioksidan terus meningkat. Antioksidan dapat berupa antioksidan alami dan
antioksidan buatan. Antioksidan alami banyak terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian
dan hewani. Kekhawatiran akan kemungkinan efek samping yang belum diketahui dari antioksidan
sintetik menyebabkan antioksidan alami menjadi salah satu alternatif yang sangat dibutuhkan. Di
Indonesia, terdapat banyak bahan pangan lokal yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan
alami. Namun, kurangnya publikasi membuat hanya sebagian kecil masyarakat yang mengetahui
pangan lokal apa saja yang mengandung antioksidan (Inggrid dkk., 2014).
Umumnya, antioksidan alami ditemukan pada makanan yang segar dan belum diproses. Sebuah
studi baru menjelaskan bahwa pangan nabati umumnya memiliki kadar antioksidan yang tinggi
dibandingkan pangan hewani dan produk pangan campuran. Minuman seperti daun teh, bubuk teh
dan biji kopi yang belum diolah sering kali memiliki nilai antioksidan daripada bir, anggur dan
limun. Produk susu, daging, dan ikan umumnya memiliki kadar antioksidan yang rendah. Oleh
karena itu, herbal, rempah-rempah, buah-buahan dan sayur-sayuran dapat menjadi kontributor

8
penting untuk asupan antioksidan dalam tubuh, terutama di daerah dengan budaya mengkonsumsi
rempah-rempah dan herbal secara teratur (Sen & Chakraborty, 2011). Umumnya, antioksidan
ditemukan pada bahan pangan dalam bentuk vitamin C, vitamin E, betakaroten, zinc, selenium,
SOD, flavonoid dan bentuk lainnya.
 Melihat masyarakat yang sebagian besar masih belum mengetahui apa saja panga yang
mengandung antioksidan dan kurangnya kepedulian masyarakat Indonesia akanmencari tau akan
manfaat dan khasiat dari makanan sehari-hari yang mengandung antioksidan dalam manakan
mereka, maka oleh sebab itu dibuatkannya berbagai alternatif atau cara lain untuk dapat
mengkonsumsi makanan tinggi antioksidan, yang dimaksud adalah sebagai pengganti untuk pangan
yang umumnya dikonsumsi dan dikenal luas oleh masyarakat yaitu diciptaknnya berbagai bentuk
makanan yang tinggi antioksidan.

2.4 Sodium Alginate


Alginat merupakan metabolit primer senyawa hidrokoloid penting sehingga banyak dimanfaatkan
oleh industri pangan sebagai pengental, pembentuk gel, stabilizer, dan bahan pengemulsi. Selain
industri pangan, pemanfaatan alginat juga banyak dimanfaatkan oleh industri non pangan sebagai
bahan pengental pada tekstil printing dan pencapan batik (Subaryono 2010). Alginat dalam rumput
laut didapatkan melalui proses ekstraks dari rumput laut cokelat dan dibentuk dari dua monomer
yaitu 1,4 α-L-guluronic dan β-D-mannuronic acid (Rehm, 2009). Sodium alginat adalah biopolimer
larut dalam air membentuk struktur gel dengan adanya kation divalen seperti kalsium dan zinci.
Salah satu sumberdaya hayati laut yang potensial untuk dikembangkan adalah rumput laut. Rumput
ada banyak jenisnya, salh satunya adalah yaitu Sargassum fluitans. Mushollaeni dan Rusdiana
(2011) melaporkan bahwa rumput laut kelompok Sargassum sp, misalnya S. crassifolium dan S.
duplicatum merupakan rumput laut cokelat yang lebih banyak mengandung alginat dibandingkan
jenis rumput laut cokelat lain, contohnya Padina sp. dan Turbinaria sp.

2.5 Calsium Choloride


Kalsium merupakan unsur kimia bersimbolkan Ca yang mempunyai nomor atom 20. Kalsium ini
unsur kelima paling berlimpah dalam kerak Bumi. Unsur ini berbentuk putih keperakan. Kalsium
sangat penting bagi makhluk hidup, terutama dalam fisiologi sel dan unsur paling biasa dalam
kebanyakan hewan. Salah satu manfaat kalsium terdapat pada salah satu senyawa yaitu kalsium
klorida Klorida merupakan unsur kimia yang bersimbolkan Cl dengan nomor atom. Senyawa ini
merupakan halogen kedua paling ringan yang berada diantara flour dan bromin. Unsur ini berwujud
gas berwarna kuning hijau yang sangat reaktif dan mempunyai afinitas elektron tertinggi.
Karakteristik dari Kalsium Klorida merupakan memiliki 3 struktur kristal yaitu ortorombik,

9
tetragonal, dan trigonal. Kalsium klorida boleh berfungsi sebagai sumber ion kalsium dalam larutan
aqua kerena sifat kalsium klorida yang boleh larut dalam air. Sifat ini berguna untuk mengeluarkan
ion daripada larutan. Kalsium klorida sangat luas digunakan untuk pembentukan gel alginat
(Wanget al., 2003).

10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Blender Sodium Alginate

Baskom Calsium Chloride

Sendok sayur Minuman serbuk/instan rasa-rasa (sachet)

Sendok makan Air mineral

Timbangan

11
Piring

Tabel 1.11-12
Gambar 1.11-12

B. Cara Kerja
1) Timbang terlebih dahulu bahan yang diperlukan, yaitu sodium alginate sebanyak 2 gram,
calsium chloride 10 gram, lalu sediakan air mineral sebanyak 500 ml dan 2000 ml.
2) Masukkan sodium alginate kedalam blender dan tambahkan air mineral sebanyak 500 ml,
lalu blender hinga tercampur rata. Saat sudah tercampur tambahkan serbuk minuman instan
dengan berbagai rasa yang diinginkan, aduk sampai tercampur lalu diamkan selama 20
menit.
3) Sambil menunggu larutan sodium alginate, masukkan calsium chloride 10 gram kedalam
beskom dan tambahkan air sebanyak 2000 ml, lalu aduk hingga larut.
4) Setelah 20 menit, ambil larutan sodium alginate dengan menggunakan sendok sayur sebagai
cetakan. Lalukan dengan berhati-hati, masukkan kedalam larutan Calsium Chloride aduk
pelan-pelan sampai larutan lepas dari sendok dan diamkan selama beberapa menit sampai
larutan berbentuk water droplet.
5) Setelah water droplet terbentuk, angkat dengan pelan-pelan lalu bilas dengan air minireal
dan pindahkan pada wadah (piring).
6) Ulangi cara tadi sampai mendapatkan bentuk water droplet yang diinginkan.

12
C. Diagram Alir

Timbang bahan yang diperlukan, sodium alginate 2 gram, calsium chloride 10 gram, air
mineral sebanyak 500 ml dan 2000 ml.

Blender Sodium Alginate + air 500 ml hinga tercampur, lalu tambahkan serbuk minuman
instan dengan berbagai rasa yang diinginkan, aduk sampai tercampur lalu diamkan selama 20
menit.

Larutkan Calsium Chloride 10 + air 2000 ml, didalam baskomlalu aduk hingga larut.

Setelah 20 menit, cetak larutan SodiumAlginate denganmenggunakan sendok sayur,


masukkan kedalam larutan Calsium Chloride dengan pelan-pelan, diamkan selama
beberapa menit sampai water droplet terbentuk.

Setelah water droplet terbentuk, angkat dengan pelan-pelan lalu bilas dengan air minireal
dan pindahkan pada wadah (piring).

Ulangi cara tadi sampai mendapatkan bentuk water droplet yang diinginkan.

13
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil praktek pembuatan edible water/water drople, water droplet berhasil
dibuat dengan bentuk agak bulat-bulat kenyal (sesuai dengan jenis pencetak yang digunakan),
tekstur luar (selaput) agak padat dan kenyal seperti gelatine/agar-agar pada umumnya dan bagian
dalam selaputnya berisi air/cair dengan rasa sedikit manis dan sepat. (rasa manis berasal dari perasa
minuman sachet (kemasan) dan rasa agak sepat/pahit berasal dari larutan Calsium Chloride sendiri
atau diakibatkan saat dibila sdengan menggunakan air tidak terlalu bersih).

4.2 Pembahasan
Proses terbentuknya edible water/water droplet dikarenakan terjadinya interaksi antara
alginat dan ion kalsium akan membentuk gel alginat. Pada saat pembentukan gel alginat yang
dilakukan didalam air larutan Calsium Chloride, kandungan kalsium laktat yang yang ada pada
CaCL12 tersebut menghasilkan gel/bulir agar-agar yang akan nantinya membentuk edible
water/water droplet. Konsentrasi CaCl2 yang tinggi cenderung menghasilkan rendemen Ca-alginat
yang lebih tinggi pula. Hal ini disebabkan karena semakin banyak CaCl2 yang ditambahkan pada
larutan (air) maka ketersedian ion Ca2+ dalam larutan semakin tinggi sehingga peluang terjadinya
ikatan silang akan lebih besar terjadi (Mc. Hugh, 2008). Dengan ketersediaan ion Ca yang tinggi
tersebut maka kemungkinan untuk mengendapkan semua alginat yang ada dalam larutan akan
semakin besar untuk membentuk selaput edible water/water drople. Tetapijika pada kondisi dimana
ketersediaan ion Ca2+ kurang, maka sebagian alginat tidak berhasil diendapkan dan masih berada
bebas dalam larutan atau menyatu dengan larutan (air) sehingga akibatnya edible water/water
droplet tidak akan terbentuk. Proses kepadatan bentuk selaput edible water/water droplet yang
dihasilkan bergantung juga dengan lamanya merendap sodium algine dilarutan Calsium Chloride,
agak lama direndam maka kepadatan selaput water dropletnya akan lebih baik dan tidak mudah
pecah, tetapi jika direndal dengan waktu yang terlalu singkat selaput water droplet masih belum
terlalu kuat akan mengakibatkan mudahnya rusak/sobek.

14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gaya hidup modern pada masa kini membuat sebagian besar orang tidak sempat
mengkonsumsi sayur dan buah dalam diet sehari-hari, padahal sayur dan buah-buahan mengandung
banyak vitamin dan antioksidan yang sangat diperlukan tubuh. Antioksidan adalah senyawa yang
dapat mencegah oksidasi atau dapat menetralisir radikal bebas, misalnya mencegah oksidasi LDL
untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Risiko kesehatan dapat diminimalkan dengan
menerapkan gaya hidup sehat, misalnya mengonsumsi makanan yang kaya senyawa bioaktif.
Senyawa bioaktif pada pangan dapat bertindak dalam berbagai aktivitas biologis, misalnya sebagai
antioksidan dalam tubuh. Peranan pangan saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan gizi
dan pemberi rasa kenyang tetapi juga diharapkan bermanfaat bagi kesehatan (pangan fungsional).
Antioksidan dalam pangan biasanya ditemukan pada buah-buahan dan sayuran yang sering
dikonsumsi. Tetapi ada juga padaproduk pangan yang diformulasikan mengandung tingi
antioksidan, salah satunya yaitu produk “Water Droplet” dimana produk ini dibuat pada awalnya
untuk mengurangi penggunaan plastik (plastik pengemas) sehinga tidak menghasilkan limbah
plastik.

5.2 Saran
Saat melakukan praktek, alangkah sebaiknya jumlah Calsium Chlorida pada air yang
dilarutkan agak lebh banyak, agar selaput water droplet terbentuk agak padat dan tidak mudah
robek/rusak dan bilas water droplet sapai benar-benar bersih agar rasanya saat dimakan tidak pahit
atau ada rasa sepat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alfonica tica, dkk. 2018. karakteristik dan Interaksi Molekular Dari Calsium Chloride.
https://osf.io/m37xj/download/?format=pdf

Arifin Arfina Sukmawati, dkk. 2019. Aktivitas Antioksidan Pada Beras Berpigmen dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. https://jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/download/416/349

Herawati driana, dkk. 2015. pengaruh Konsentrasi Alginat dan CaCL, Terhadap Kadar Antioksidan,
Aktivitas Antioksidan dan karakteristik Sensoris Buah Duwet Restrukturasi.
https://media.neliti.com/media/publications/99286-none-c9680e86.pdf

Husni Amir, dkk. 2012. Pengembangan Metode Ekstrasi Alginat Dari Rumput Laut Sargasium sp.
Sebagai Bahan Pengental. https://media.neliti.com/media/publications/100719-none-
1c795621.pdf

Maharani Anisa Ajeng, dkk. 2017. Karakteristik Natrium Alginate Rumput Laut Coklat Dengan
Metode Ekstraksi Yang berbeda.
https://jurnal.ipb.ac.id/index.php/jphpi/article/view/19768/13651

Peranginangin Rosmawaty, dkk. 2015. pengaruh Konsentrasi CaCL dan Alginat Terhadap
Karakteristik Analog Bulir Jeruk Dari Alginat. https://www.bbp4b.litbang.kkp.go.id/jurnal-
jpbkp/index.php/jpbkp/article/download/375/pdf

Sayuti Kesuma, Rina Yenrina. 2015. Antioksidan Alami dan Sintetik.


https://jurnalpangan.com/index.php/pangan/article/download/416/349

Selvia Deli, dkk. 2016. Pengumpulan data Base Sumber Antioksidan Alami Alternatif berbasis
pangan Lokal Di Indonesia. https://osf.io/7n38k/download?format=pdf

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai