Anda di halaman 1dari 65

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO PADA PROSES

PRODUKSI DI PT. MARIMAS PUTERA KENCANA


UNIT PRODUKSI 2 SEMARANG

LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN II

Bayu Tri Sasongko


NIM. F0017008

PROGRAM STUDI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA D-IV


STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA
SLAWI
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN
LAPORAN PKL II

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO PADA PROSES PRODUKSI


DI PT. MARIMAS PUTERA KENCANA UNIT PRODUKSI 2 SEMARANG

dengan praktikan
Bayu Tri Sasongko NIM. F0017008

telah disetujui pada tanggal ….

Mengetahui,
HSE Manager/Ketua P2K3 Pembimbing Lapangan

Bowo Edi Yohanes Paidjanto

ii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala


curahan rahmat dan kemudahan dari-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan
kegiatan Praktik Kerja Lapangan II (PKL II) serta menyelesaikan penyusunan
laporan PKL II dengan judul Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko pada
Proses Produksi di PT. Marimas Putera Kencana Unit Produksi 2 Semarang.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja D-
IV STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi.
Pelaksanaan PKL II dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu
dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan ucapan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Risnanto, M.Kes. selaku Ketua STIKes Bhakti Mandala Husada
Slawi yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan PKL II.
2. Ibu Rosmalia, ST, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja D-IV, STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi yang sudah
membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan PKL II.
3. Ibu Erna Agustin Sukmandari, S.KM., M.P.H selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan pengarahan, waktu, pikiran, serta tenaganya dari
sebelum pelaksanaan PKL II hingga penyusunan laporan akhir PKL II ini.
4. Bapak Harjanto Halim, M.Sc., selaku pemilik PT. Marimas Putera Kencana
yang telah memberikan ijin sehingga dapat melaksanakan PKL II di PT.
Marimas Putera Kencana.
5. Ibu Riris Septiana selaku HRD Bagian Prakerin PT. Marimas Putera
Kencana Semarang yang telah memberikan kami kesempatan untuk
bergabung menjadi mahasiswa PKL II di PT. Marimas Putera Kencana.

iii
6. Bapak Yohanes Paijanto selaku staf HRD sekaligus pembimbing lapangan
yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, waktu, pikiran serta tenaga
dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan ini.
7. Bapak Azis Muslimun selaku staf training yang telah memberikan bimbingan
training dalam awal pelaksanaan pengenalan PT. Marimas Putera Kencana.
8. Ibu Erni Laras Wulan selaku Manajer Unit Produksi 2 (UP 2) yang telah
memperbolehkan kami untuk melaksanakan PKL II dalam hal ini mengambil
data di PT. Marimas Putera Kencana Unit Produksi 2.
9. Bapak Nugroho selaku Kepala Shift PT. Marimas Putera Kencana Unit
Produksi 2 Semarang yang telah memberikan bimbingan dalam kaitannya
dengan jam shift karyawan.
10. Bapak Bowo Edi selaku ketua tim P2K3 PT. Marimas Putera Kencana Unit
Produksi 2 Semarang yeng telah membimbing kami dalam kaitannya
mencari data/temuan di bagian ruang produksi.
11. Bapak dan Ibu kedua saya yang telah menyemangati saya dalam menyusun
laporan ini.
Demikian yang dapat disampaikan, semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat serta pengetahuan bagi para pembaca dan pihak-pihak
yang membutuhkan. Penulis juga meminta maaf atas kekurangan dan
kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam laporan ini. Penulis mengharapkan
agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran setelah membaca laporan ini
sehingga kemampuan menulis dapat ditingkatkan. Terimakasih, semoga Allah
SWT selalu memberikan karunia-Nya kepada kita semua, aamiin.

Semarang, 28 Maret 2021


Penulis,

Bayu Tri Sasongko

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PRAKATA iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
a. Latar Belakang 1
b. Tujuan PKL II 3
c. Manfaat PKL II 3
BAB II METODE PENGAMBILAN DATA 5
a. Lokasi Praktik Kerja Lapangan II 5
b. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan II 5
c. Sumber Data 5
d. Analisis Data 5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PKL 6
a. Hasil 6
1.) Gambaran Umum Perusahaan / Industri 6
a.) Profil Perusahaan 6
b.) Sejarah PT. Marimas Putera Kencana 7
c.) Visi dan Misi Perusahaan 9
d.) Lokasi Perusahaan 9
e.) Jumlah Karyawan 10
f.) Waktu Kerja 11
g.) Peraturan dan Tata Tertib Perusahaan 12
h.) Struktur Organisasi Perusahaan 13
i.) Pembagian Tugas Sistem Organisasi 14
2.) Proses Produksi Minuman Serbuk Marimas 17
a) Tahapan Input 18
b) Tahapan Proses 21
c) Proses Output 26

v
3.) Gambaran Umum Penerapan Program K3 28
1. Penerapan Higiene Perusahan 28
2. Penerapan Keselamatan Kerja 30
3. Penerapan Kesehatan Kerja 32
4.) Gambaran Mengenai Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko 32
a.) Identifikasi Bahaya 35
b.) Penilaian Risiko 35
b. Pembahasan 39

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 44


1. Simpulan 44
2. Saran 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko 33


Tabel 2. Risk Rating 38
Tabel 3. Skala Prioritas Tingkat Risiko 39
Tabel 4. Matriks Penilaian Risiko 40

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Marimas Putera Kencana 13


Gambar 2. Diagram Alir Proses Produksi Minuman Serbuk Marimas 19
Gambar 3. Diagram Alir Pemindahan dan Screening Gula 22
Gambar 4. Diagram Alir Penggilingan dan Penimbangan Gula 23
Gambar 5. Diagram Alir Penimbangan dan Pencampuran Premix 24
Gambar 6. Diagram Alir Pengemasan 28
Gambar 7. Hasil Scan Surat Permohonan Izin PKL/Prakerin 48
Gambar 8. Hasil Scan Surat Kesanggupan PKL di PT. Marimas Putera
Kencana 49
Gambar 9. Hasil Scan Absensi Kegiatan Harian PKL di PT. Marimas Putera
Kencana 52
Gambar 10. Ruang Aula Marifood 52
Gambar 11. Pekerja Gudang Bahan Baku sedang Mengangkat Gula 53
Gambar 12. Kondisi Lantai 2 Atap Terlalu Rendah 54
Gambar 13. Kondisi Ruang Kantin saat Jam Istirahat 54
Gambar 14. Mahasiswa PKL sedang melakukan Inspeksi Rangka Susun Rak
Kartonisasi 54
Gambar 15. Mahasiswa PKL sedang melakukan Presentasi Akhir 55
Gambar 16. Mahasiswa PKL sedang melakukan Presentasi Akhir 55
Gambar 17. Mahasiswa PKL sedang melakukan Sesi Foto Bersama dengan
Para Staf PT. Marimas Putera Kencana 55

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin PKL / Prakerin 48


Lampiran 2. Surat Kesanggupan PKL di PT. Marimas Putera Kencana 49
Lampiran 3. Absensi Harian PKL PT. Marimas Putera Kencana 50
Lampiran 4. Dokumentasi Foto PKL II 52

ix
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempatan baik
jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan
dapat memberikan pekerjaan yang nyaman dan aman bagi para pekerja.
Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerjanya
tersebut, risiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan
dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan
pekerjaan dengan merasa nyaman dan aman (Sucipto, 2015).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu
aspek perlindungan ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar dari
setiap tenaga kerja yang ruang lingkupnya telah berkembang sampai
kepada keselamatan dan kesehatan masyarakat secara nasional. Oleh
karena itu dalam kondisi apapun K3 wajib untuk dilaksanakan sesuai
dengan peraturan dan standar baik nasional maupun internasional.
Marimas Putera Kencana merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang industri pangan dengan produk utama berupa
minuman serbuk aneka rasa. Perusahaan yang didirikan oleh Harjanto
Kusuma Halim, MSc ini, pada mulanya berbentuk home industry yang
dikelola dengan sistem manajemen keluarga dan mendapat ijin usaha
pada tanggal 16 Agustus 1995. Seiring berjalannya waktu, perusahaan
home industry ini berkembang menjadi bentuk perseroan terbatas
dengan nama PT. Ulam Tiba Halim yang kemudian mengalami
perubahan nama menjadi PT. Marimas Putera Kencana pada tanggal 14
Desember 2001.
Produk pertama yang dihasilkan PT. Marimas Putera Kencana
adalah minuman serbuk rasa buah tropis khas Indonesia dengan merk
“Marimas” rasa jeruk pada tanggal 19 Oktober 1995. Perusahaan selalu
melakukan inovasi rasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen, hingga
saat ini minuman serbuk Marimas telah berkembang menjadi 28 varian
rasa.

1
2

Marimas Putera Kencana memiliki tiga pabrik yang memproduksi


beragam minuman dan makanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia. Unit produksi 1 difokuskan untuk memproduksi minuman
serbuk yang mengandung susu, creamer, dan vitamin meliputi milkimas
es puter, marimas es lilin, koko beluk icepresso, fullvita, teh arum,
indosedap susu jahe, marimas adem, marimas fruitz, dan serbat. Unit
produksi 2 difokuskan untuk memproduksi minuman serbuk buah meliputi
marimas dan mariteh. Unit produksi 3 difokuskan untuk memproduksi
makanan meliputi kreker beras dan kongbap multi grain mix. Perseroan
terbatas Marimas Putera Kencana berada di bawah naungan Marifood
bersama dengan 4 perusahaan lainnya.
Marimas Putera Kencana bergerak dalam bidang produksi
makanan dan minuman (food and beverage) yang berpengalaman dan
memiliki distribusi penjualan se-Indonesia. Selain dikelola secara modern
dan berteknologi tinggi, juga mengedepankan standar kualitas yang
sesuai kebutuhan pangsa pasar, produk marimas menerapkan standar
sistem manajemen makanan yang berkualitas tinggi dengan bersertifikat
ISO 22000 serta berlabel aman oleh BPOM dan MUI.
Masalah kecelakaan kerja merupakan fokus utama yang dihadapi
dalam serial kegiatan di dunia industri, termasuk industri pangan PT.
Marimas Putera Kencana. Peran manajemen K3 di industri diharapkan
dapat mencegah dan menurunkan tingkat kecelakaan kerja melalui
identifikasi bahaya secara berkala. Maka dari itu aspek identifikasi bahaya
sangat penting karena nantinya angka kecelakaan kerja di PT. Marimas
Putera Kencana akan berkurang, sebab sebelum terjadinya kecelakaan
bahaya yang mengintai para pekerja sudah teridentifikasi oleh
manajemen K3.
Pemilihan PT. Marimas Putera Kencana sebagai tempat tujuan
pelaksanaan PKL dikarenakan PT. Marimas Putera Kencana merupakan
perusahaan yang bonafit dan mengedepankan aspek keselamatan bagi
pekerjanya, oleh karenanya sekarang perusahaan tersebut sudah tumbuh
berkembang menjadi perusahaan pangan yang berkualitas dan dapat
bersaing di kancah nasional maupun internasional.
3

b. Tujuan PKL II
a) Tujuan Umum
Secara umum, kegiatan PKL II bagi mahasiswa Program Studi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja D-IV, STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi bertujuan untuk mengetahui penerapan program K3
pada perusahaan / industri tempat PKL II.
b) Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus PKL II adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui apa saja jenis potensi bahaya kerja pada ruang
produksi di PT. Marimas Putera Kencana dengan melakukan
identifikasi bahaya (hazard identification) pada ruang unit
produksi 2 PT. Marimas Putera Kencana.
b. Mengetahui bagaimana cara penilaian risiko (risk assesement)
yang terdapat pada ruang unit produksi 2 PT. Marimas Putera
Kencana.
c. Mengetahui bagaimana pengendalian risiko (risk control) yang
terdapat pada ruang produksi 2 PT. Marimas Putera Kencana.

c. Manfaat PKL II
a) Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat menerima masukan mengenai temuan jenis
bahaya kerja dan penilaian risiko dari hasil identifikasi bahaya dan
penilaian risiko kerja pada proses produksi.
b) Bagi Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja D-IV
1. Sebagai masukan untuk mengevaluasi sejauh mana mahasiswa
Keselamatan dan Kesehatan Kerja D-IV memahami dan
mempraktikkan apa yang telah diperoleh pada saat perkuliahan
mengenai identifikasi bahaya dan penilaian risiko untuk
diaplikasikan atau digunakan.
2. Sarana untuk menjembatani hubungan kerja sama antara PT.
Marimas Putera Kencana dengan STIKes Bhakti Mandala
Husada Slawi.
4

c) Bagi Mahasiswa / Praktikan


1. Memperoleh pengalaman kerja yang praktis dan mengenal lebih
jauh relevansi ilmu yang diterima selama kuliah, dimana teori dan
praktik yang diperoleh mengenai identifikasi bahaya dan
penilaian risiko dapat diterapkan dalam situasi yang
sesungguhnya di industri.
2. Memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman sebelum
terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.
BAB II
METODE PENGAMBILAN DATA

a. Lokasi Praktik Kerja Lapangan II


PT. Marimas Putera Kencana, beralamat di Kawasan Industri
Candi Gatot Subroto Jalan Candi I Blok D21, Purwoyoso, Kec. Ngaliyan,
Kota Semarang, Jawa Tengah 50146.
Nomor telepon : (024) 7614027
Email : - prakerin@marifood.co.id
- info@marimas.com
- rekrutmpk@marimas.com

b. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan II


Pelaksanaan PKL II di PT. Marimas Putera Kencana dilaksanakan
pada 16 Februari sampai dengan 1 April 2021.
c. Sumber Data
Jenis sumber data yang digunakan praktikan adalah :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung baik secara tertulis,
secara lisan maupun bentuk foto dengan observasi langsung di
lapangan dengan cara melakukan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko di PT. Marimas Putera Kencana Unit Produksi 2.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung dari data primer. Praktikan
memperoleh data ini dari buku-buku referensi, jurnal, maupun
dokumen lainnya yang ada di PT. Marimas Putera Kencana Unit
Produksi 2.
d. Analisis Data
Data yang dikumpulkan melalui observasi lapangan mengenai
identifikasi bahaya tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif
menggunakan acuan regulasi PP No. 50 Tahun 2012 terkait SMK3
namun hanya fokus pada poin yang membahas mengenai identifikasi
bahaya dan penilaian risiko.

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PKL

A. Hasil
1) Gambaran Umum Perusahaan / Industri
a) Profil Perusahaan
Marimas Putera Kencana memiliki tiga pabrik yang
memproduksi beragam minuman dan makanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Indonesia. Unit produksi 1 difokuskan
untuk memproduksi minuman serbuk yang mengandung susu,
creamer, dan vitamin meliputi milkimas es puter, marimas es lilin,
koko beluk icepresso, fullvita, teh arum, indosedap susu jahe,
marimas adem, marimas fruitz, dan serbat. Unit produksi 2
difokuskan untuk memproduksi minuman serbuk buah meliputi
marimas dan mariteh. Unit produksi 3 berada di Blok 18
difokuskan untuk memproduksi makanan meliputi creaker beras
dan kongbap multi grain mix. Perusahaan Marimas Putera
Kencana berada di bawah naungan Marifood bersama dengan
empat perusahaan lainnya.
Kantor administrasi / non unit produksi terletak di Blok
D.2.0 dan D.2.1, untuk kantor blok D.2.0 yaitu kantor PT. Ulam
Tiba Halim, yang mana perusahaan tersebut merupakan cikal
bakal berdirinya PT. Marifood. Kantor Blok D.2.1 ialah kantor PT.
Marimas Putera Kencana tersebut. Blok 6 ditempati sebagai
bengkel armada, Blok 8 tempat bagian untuk retur produk,
disana para departemen quality control bekerja dengan
ketelitiannya masing-masing.
Perusahaan Marimas Putera Kencana bergerak dalam
bidang produksi makanan dan minuman (food and beverage)
yang berpengalaman dan memiliki distribusi penjualan se-
Indonesia. Selain dikelola secara modern dan berteknologi tinggi,
juga mengedepankan standar kualitas yang sesuai kebutuhan
pangsa pasar, produk marimas menerapkan standar sistem

6
7

manajemen makanan yang berkualitas tinggi dengan bersertifikat


ISO 22000 serta berlabel aman oleh BPOM dan MUI.
b) Sejarah PT. Marimas Putera Kencana
Berawal dari ide Bapak Harjanto Kusuma Halim, M.Sc.
selaku pemilik PT. Marimas Putera Kencana, bahwa pada saat
itu jika orang ingin meminum minuman rasa buah harus
membayar dengan harga yang cukup mahal, sehingga Bapak
Harjanto berpikiran untuk menciptakan minuman serbuk sachet
rasa buah. Perusahaan ini berawal dari home industry yang
terletak di Jalan Senjoyo. Produk pertama yang dihasilkan
adalah minuman serbuk rasa buah jeruk. Permintaan akan
minuman serbuk ini terus bertambah banyak, sehingga industri
ini pindah ke tempat yang lebih besar di Jalan Majapahit sebagai
tempat pengemasan dan di Jalan Slamet Riyadi untuk tempat
pengolahan.
Seiring dengan permintaan konsumen maka pabrik ini
pindah ke Kawasan Industri Candi. Usaha ini dimulai pada
tanggal 16 Agustus 1995 dan berkembang menjadi PT. Marimas
Putera Kencana pada tanggal 14 Desember 2001. Filosofi nama
“Marimas” diambil dari kalimat berbahasa Jawa “mari mas” yang
artinya permisi mas, kalimat “mari mas” tersebut sering
diucapkan oleh Bapak Harjanto sendiri untuk menawarkan kaos
marimas kepada para pembecak kala itu, maksud dari kalimat
“mari mas” yaitu salah satu mengungkapkan rasa sopan untuk
menawarkan kaos kepada para bapak-bapak pembecak di
sekitaran Jalan Senjoyo Semarang.
Produk pertama yang dihasilkan PT. Marimas Putera
Kencana adalah minuman serbuk rasa buah tropis khas
Indonesia dengan merek “Marimas” rasa jeruk pada tanggal 19
Oktober 1995. Perusahaan selalu melakukan inovasi rasa untuk
memenuhi kebutuhan konsumen, hingga saat ini minuman
serbuk Marimas telah berkembang menjadi 28 varian rasa
meliputi jeruk, jeniper (jeruk nipis peras), gula asem, buah sirsak,
stroberi, jerman (jeruk manis), buah melon, es cocopandan,
8

framboze, mangga, Australian Sweet Orange (ASO), jambu biji,


anggur, es kelapa muda, jeruk peras, blueberry, jeruk pontianak,
mangga arumanis, jeruk nipis, buah naga, es cincau, grape
candy, semangka, mangga bangkok, markisa, nangka, nanas,
teh gula batu, dan teh cincau.
Kini Perusahaan Marimas Putera Kencana sudah
memperlebar sayapnya dalam pengembangan produknya,
Perusahaan Marimas Putera Kencana juga memproduksi produk
lain selain minuman serbuk rasa buah. Perusahaan Marimas
Putera Kencana semakin berinovasi dalam pengembangan
produk yang dihasilkan. Tahun 2007 hingga 2017 Perusahaan
Marimas Putera Kencana sudah banyak meluncurkan produk
minuman serta makanan baru. Produk-produk tersebut adalah
minuman serbuk berbasis susu yang diberi nama “es puter”; es
lilin, teh arum, susu jahe, jangkrik mas, fruitz, koko beluk,
marimas adem, marimas coco, creacers beras, chocomalto,
fullvita, kongbap, dan go milky go. Perusahaan Marimas Putera
Kencana juga mengekspor produknya seperti pop up dan tralala.
Perusahaan Marimas Putera Kencana banyak mengalami
perkembangan serta terus meluncurkan produk-produk baru,
sehingga tetap dapat bertahan meskipun banyak pesaing serta
produk-produk baru yang juga terus bermunculan.
Perusahaan Marimas Putera Kencana hanya
memproduksi produknya di Semarang. Produk Perusahaan
Marimas Putera Kencana tidak hanya memasarkan produknya di
dalam negeri, tetapi juga sudah memasarkan produknya ke luar
negeri seperti Filipina, Bangladesh, Afrika Selatan, dan berbagai
negara lainnya Perusahaan Marimas Putera Kencana sudah
terdaftar pada BPOM, bersertifikasi MUI, dan telah mendapat
standarisasi internasional ISO 22000:2012. Selain itu,
Perusahaan Marimas Putera Kencana juga menerapkan system
keamanan good manufacturing practice (GMP) dan hazard
analysis critical control point (HACCP) pada pabriknya untuk
menganalisa bahaya dan pengendalian titik kritis yang berpotensi
9

dalam proses produksinya mulai dari penyediaan bahan baku


hingga barang jadi.
c) Visi dan Misi Perusahaan
Perusahaan Marimas Putera Kencana mempunyai visi
agar dapat menjadi produsen minuman serbuk nomor satu.
Setelah memperoleh sertifikasi ISO 22000:2012 PT Marimas
Putera Kencana menerapkan kebijakan mutu yaitu menyatakan
komitmennya untuk senantiasa memenuhi harapan pelanggan
secara terus menerus dengan melaksanakan sistem mutu yang
terdokumentasi melalui :
1. Penyertaan setiap individu karyawan secara terpadu
2. Penanaman sikap mental yang proaktif
3. Tindakan perbaikan yang berkesinambungan
d) Lokasi Perusahaan
Lokasi dan tata letak PT. Marimas Putera Kencana terletak
di Jalan Gatot Subroto, Kawasan Industri Candi, Purwoyoso,
Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Saat ini PT. Marimas
Putera Kencana memiliki beberapa lokasi di Kawasan Industri
Candi sebagai tempat produksinya. Perusahaan Marimas Putera
Kencana hingga saat ini sudah memiliki total lahan dengan luas
15.000 m². Lahan seluas 2.000 m² digunakan sebagai kantor,
7.000 m² digunakan sebagai pabrik, dan 6.000 m² digunakan
untuk gudang. Berikut adalah lokasi usaha PT. Marimas Putera
Kencana di Kawasan Industri Candi :
1) Kantor pusat PT. Marimas Putera Kencana berada di Jalan
Gatot Subroto Blok D-21 Nomor 11-12.
2) Unit produksi 1 (UP 1) yang berada di Jalan Gatot Subroto
blok 1/11-12.
3) Unit produksi 2 (UP 2) yang berada di Jalan Gatot Subroto
blok 1/ 1-2.
4) Departemen teknik yang berada di Jalan Gatot Subroto Blok
6/6.
5) Departemen umum yang berada di Jalan Gatot Subroto Blok
6/7.
10

6) Gudang gula yang berada di Jalan Gatot Subroto Blok 6/8


dan Blok I/15.
7) Gudang bahan penolong yang berada di Jalan Gatot
Subroto Blok 6/9.
e) Jumlah Karyawan
Jumlah karyawan pada PT. Marimas Putera Kencana
ialah sebanyak 1000 karyawan, 700 diantaranya bekerja di
bagian pengolahan. Jenis- jenis karyawan diantaranya :
a. Operator
Operator memiliki tugas bertugas untuk mengoperasikan
mesin serta memperbaiki kerusakan kecil yang terjadi pada
mesin.
b. Asisten operator
Asisten operator bertugas untuk membantu operator
menyediakan keranjang untuk produk reject maupun produk
jadi.
c. Tenaga isi
Tenaga isi bertugas untuk memindahkan moving hopper yang
berisi bahan setengah jadi ke tempat filler yang selanjutnya
akan dikemas oleh mesin pengemas.
d. Tenaga pengepakan
Tenaga pengepakan memiliki tugas untuk meletakkan
rentengan produk jadi dalam jumlah tertentu ke dalam mesin
pengemas sekunder yang kemudian dimasukkan ke dalam
dus sebagai pengemas tersier.
e. Staff quality control lapangan
Staff quality control memiliki tugas untuk menjamin agar
produk yang dihasilkan sesuai dengan kualitas yang telah
ditentukan.
f. Teknisi
Teknisi memiliki tugas untuk memperbaiki mesin yang
terdapat di dalam ruang produksi jika terjadi kerusakan.
11

Marimas Putera Kencana memiliki 3 golongan status pekerja


pada unit produksi 2 (UP 2), yaitu :
a. Karyawan tetap
Karyawan tetap merupakan karyawan yang bekerja
secara tetap atau permanen pada suatu perusahaan
dengan mendapatkan gaji secara rutin setiap bulannya.
b. Karyawan kontrak
Karyawan kontrak merupakan karyawan yang
belum bekerja secara permanen dalam perusahaan
tersebut melainkan karyawan yang akan bekerja secara
kontrak dalam kurun waktu tertentu (biasanya 3 bulan).
Karyawan kontrak juga akan mendapatkan gaji secara rutin
setiap bulannya dan masa kontrak karyawan dapat
diperpanjang jika menunjukkan kinerja yang baik.
c. Karyawan borong
Karyawan borong tidak memiliki ikatan dengan
perusahaan dan gaji akan diberikan setiap minggu.
Karyawan akan dipekerjakan ketika perusahaan
mengalami peningkatan jumlah produksi dikarenakan
perusahaan membutuhkan tambahan tenaga kerja.
Karyawan borong akan dihentikan ketika perusahaan tidak
membutuhkan tambahan tenaga kerja.
f) Waktu Kerja
Jam kerja yang diterapkan di PT. Marimas Putera
Kencana adalah sistem shift yang berlaku untuk departemen
produksi, departemen teknik, dan departemen quality control.
Pembagian shift terbagi menjadi 3 shift kerja. Masing-masing
shift memiliki 8 jam waktu kerja yang berlaku pada hari Senin
hingga hari Jumat. Pembagian tersebut meliputi, shift pagi yang
dimulai dari pukul 07.00 hingga 15.00 WIB, shift siang yang
dimulai dari pukul 15.00 hingga 23.00 WIB, dan shift malam yang
dimulai dari pukul 23.00 hingga 07.00 WIB. Sedangkan pada hari
Sabtu masing-masing shift memiliki 5 jam waktu kerja.
Pembagian tersebut meliputi shift pagi yang dimulai dari pukul
12

07.00 – 12.00 WIB, shift siang yang dimulai dari pukul 12.00
hingga 17.00 WIB, dan shift malam yang dimulai dari pukul 17.00
hingga 22.00 WIB. Jika terdapat peningkatan permintaan pasar
maka akan diberlakukan long shift. Long shift memiliki rentang
waktu 12 jam kerja.
Setiap shift terdapat waktu istirahat selama 90 menit
yang akan terbagi menjadi 2 sesi. Pembagian jam istirahat ini
bertujuan agar proses produksi dapat terus berjalan. Sesi
pertama, setengah karyawan pada unit tersebut akan beristirahat
sementara setengah karyawan tetap bekerja untuk melanjutkan
proses produksi. Setelah sesi pertama selesai dilanjutkan
dengan sesi kedua juga dengan prinsip yang sama. Sehingga
pembagian jam istirahat ini efektif karena proses produksi tetap
dapat berjalan dan semua karyawan dapat beristirahat sesuai
waktu yang ditentukan. Saat jam istirahat, perusahaan akan
menyediakan nasi kongbap untuk semua karyawan sementara
lauk pauk dibawa oleh masing-masing karyawan.
g) Peraturan dan Tata Tertib Perusahaan
Karyawan yang hendak masuk ke ruang produksi harus
memenuhi peraturan GMP yang telah ditetapkan, yaitu memakai
seragam, masker, penutup kepala, sarung tangan, celemek, dan
sepatu khusus yang sudah disediakan oleh perusahaan.
Terdapat 3 warna seragam yang digunakan untuk 1 minggu,
perbedaan warna tersebut digunakan untuk memastikan bahwa
karyawan berganti baju dan mencuci seragam tersebut setiap
harinya. Setelah dari toilet dan sebelum masuk ke ruang
produksi karyawan juga diharuskan untuk mencuci tangannya.
Karyawan juga harus menyemprotkan tangannya menggunakan
larutan klorin 15 ppm sebelum masuk ke ruang produksi. Selain
itu, karyawan juga dilarang untuk memakai perhiasan,
mengusap-usap rambut, mengusap-usap hidung, mengusap-
usap telinga, membawa barang elektronik, meludah
sembarangan di dalam ruang produksi. Setelah selesai bekerja,
setiap karyawan juga wajib mencuci sepatu perusahaan yang
13

digunakan selama jam kerja dengan air dan larutan kaporit yang
telah disediakan. Selain itu, karyawan wajib hadir 15 menit
sebelum jam kerja.

h) Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi PT. Marimas Putera Kencana dapat


dilihat pada Gambar 1.

Departemen Pemasaran

Departemen Research &


Development

Departemen Personalia

Departemen Product Planning


and Inventory Control

Departemen Quality Control

Direktur Utama Wakil Direktur Departemen Keuangan

Departemen Pengolahan

Departemen Pengemasan

Departemen Teknik dan


Engineering

Departemen Umum

Departemen Pembelian
Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Marimas Putera Kencana
i) Pembagian Tugas Sistem Organisasi
a. Direktur
14

Direktur bertugas dan bertanguung jawab terhadap


pemberian persetujuan terhadap pemasok bahan baku,
memastikan kebijakan mutu yang telah ditetapkan dapat
diimplementasikan oleh staff dan karyawan.
b. Wakil Direktur
Wakil direktur bertugas dan bertanggung jawab
menggantikan direktur ketika direktur sedang tidak ada
ditempat.
c. Manajer Departemen Pemasaran
Manajer departemen pemasaran bertugas dan
bertanggung jawab untuk mengikuti perkembangan pasar dari
produk yang bersangkutan, memahami apa yang sedang
diinginkan konsumen, mengenalkan produk kepada
masyarakat, memperhatikan mutu dan status produk impor,
dan menerima kritik dan saran dari konsumen dan mau
melakukan perbaikan.
d. Manajer Departemen Research and Development
Manajer departemen research and development
bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan analisa
dan pengujian terhadap produk baru, serta merancang
perencanaan mutu yang akan diterapkan di dalam
perusahaan.
e. Manajer Departemen Personalia
Manajer departemen personalia bertugas dan
bertanggung jawab untuk merekrut sumber daya manusia
yang sesuai prosedur dari perusahaan, serta menerapkan
peraturan pada seluruh karyawan agar dapat dilaksanakan
dan dijalankan dengan baik. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan pelatihan pada karyawan.

f. Manajer Departemen Product Planning and Inventory Control


(PPIC)
15

Manajer departemen PPIC bertugas dan


bertanggung jawab untuk merencanakan serta menghitung
bahan persediaan untuk proses produksi, melakukan
peningkatan efektifitas tenaga kerja melalui pelatihan, dan
mengamati hasil produksi telah mencapai target yang
ditentukan atau belum.
g. Manajer Departemen Quality Control
Manajer departemen quality control bertugas dan
bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi terhadap
produk setengah jadi dan produk jadi dengan melakukan
pengujian sampel produk sehingga dapat mencegah
terjadinya produk cacat.
h. Manajer Departemen Keuangan
Manajer departemen keuangan bertugas dan
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa uang yang
masuk dan uang yang keluar seimbang dengan membuat
laporan keuangan setiap bulan dan setiap tahun.
i. Manajer Departemen Pengolahan
Manajer departemen pengolahan bertugas dan
bertanggung jawab untuk memastikan jika proses produksi
masih terkendali dengan baik, memastikan jika jadwal
produksi sudah terlaksana, dan melakukan koreksi jika
diperlukan
j. Manajer Departemen Pengemasan
Manajer departemen pengemasan bertugas dan
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa mesin
pengemas yang digunakan sudah sesuai dengan standar
yang terdokumentasi serta memiliki spesifikasi yang benar.
k. Manajer Departemen Teknik dan Engineering
Manajer departemen teknik dan engineering
bertanggung jawab untuk memantau dan memastikan bahwa
mesin produksi memiliki kinerja yang baik, melakukan
pengecekan mesin secara berkala, dan meningkatkan
efisiensi mesin produksi.
16

l. Manajer Departemen Umum


Manajer departemen umum bertugas dan
bertanggung jawab untuk menyediakan sarana transport,
menerapkan program K3, mengatur jadwal, dan merawat
lingkungan perusahaan.
m. Manajer Departemen Pembelian
Manajer departemen pembelian bertugas dan
bertanggung jawab untuk mengkoordinasi penyediaan barang
mengesahkan surat pembelian , melakukan evaluasi kepada
supplier, menyampaikan kritik kepada supplier dan
memastikan cara penyelesaiannya.
17

2) Proses Produksi Minuman Serbuk Marimas


Diagram alir proses produksi minuman serbuk di PT. Marimas Putera
Kencana dapat dilihat pada Gambar 2.

Penerimaan Bahan Baku

Gula Rafinasi Bahan Premix

Pengayakan Gula Penimbangan Premix

Penggilingan Gula Penggilingan Gula

Penimbangan Gula Powder

Mixing

Olahan Setengah Jadi

Filling

Pengemasan Primer

Pengemasan Sekunder

Pengemasan Tersier

Gambar 2. Diagram Alir Proses Produksi Minuman Serbuk Marimas


18

a) Tahapan Input
1) Gula Rafinasi
Gula rafinasi merupakan bahan utama yang digunakan
dalam pembuatan minuman serbuk di PT. Marimas Putera
Kencana. Gula rafinasi yang digunakan oleh PT. Marimas Putera
Kencana berasal dari 3 supplier gula.
Gula rafinasi akan diletakkan di tempat gudang bahan
baku. Sebelum masuk ke gudang bahan baku, gula rafinasi akan
melalui proses penimbangan dengan standart 1102-1112 kg per
pallet. Setiap satu pallet berjumlah 20 sak gula rafinasi. PT.
Marimas Putera Kencana menerapkan sistem first in first out
(FIFO). Adanya sistem FIFO, barang yang terlebih dahulu datang
akan digunakan terlebih dulu, sehingga sebagai penanda,
digunakan bendera dengan warna yang berbeda.
Sebelum bahan baku digunakan ke dalam proses
produksi, QC akan melakukan pengecekan yang mencakup
pengujian kadar air, ukuran partikel, dan uji brix.
a. Uji kadar air
Pengujian ini dilakukan dengan alat bernama
halogen moisture analysis, alat tersebut dapat mengukur
kandungan kadar air yang terdapat dalam sampel. Uji kali
ini sampel gula yang dibutuhkan sebanyak 3 gram. Sampel
gula akan dimasukkan ke dalam alat yang bersuhu 150ºC.
Kadar air maksimal sesuai standar yang telah ditetapkan
oleh PT.Marimas Putera Kencana adalah 0,3%.
b. Analisis ukuran partikel
Analisis ini menggunakan sampel gula sebanyak 25
gram yang diayak menggunakan mesh berukuran 20. Hasil
ayakan yang lolos akan ditimbang untuk menghitung berapa
persen gula yang berhasil lolos. Standar ukuran partikel yang
ditetapkan oleh PT.Marimas Putera Kencana adalah 40%
gula lolos mesh 20.
19

c. Uji brix
Uji brix merupakan uji tingkat kemanisan. Untuk
melakukan uji brix harus dilakukan pembuatan larutan
sampel. Larutan dibuat dengan mencampurkan 10 gram
gula dan 100 ml air ke dalam beaker glass yang kemudian
diaduk menggunakan magnetic stirrer. Setelah semua gula
larut, sampel diteteskan ke alat refraktometer, ditunggu
beberapa detik kemudian akan tertera angka tingkat
kemanisan sampel yang diuji. Standar yang ditetapkan oleh
PT. Marimas Putera Kencana adalah 11.

Gula rafinasi merupakan gula dengan tingkat pengotor


yang rendah karena melalui 2 tahap proses filtrasi. Gula rafinasi
memiliki tekstur yang kecil dan halus. Gula rafinasi ini juga tidak
akan mempengaruhi flavor dan warna dari minuman serbuk.
Gula juga berfungsi sebagai pengawet karena dapat
menurunkan nilai Aw jika diaplikasikan dengan kadar yang
tinggi. Selain gula rafinasi ada beberapa bahan baku
tambahan untuk memproduksi minuman serbuk marimas,
yaitu :
2) Asam Sitrat
Asam sitrat terdapat pada buah jeruk (citrus) yang
memiliki rasa asam dan biasanya dijumpai dalam bentuk
padatan kristal putih (Vandenberghe, Soccol, Pandey, &
Lebeault, 1999). Asam sitrat memiliki rumus molekul C6H8O7.
Asam sitrat ini juga dapat berfungsi sebagai pengawet karena
keasaman yang dimiliki tersebut. Tingkat keasaman asam
sitrat pada kelompok citrus ini mencapai 8% dari berat
keringnya. Tiga gugus karboksil (-COOH) yang terdapat
dalam asam sitrat ini yang memberi rasa asam karena dapat
melepas proton dalam larutan (Orlando, Fla., 2001).
Aplikasi asam sitrat ini hanya ditambahkan pada varian rasa
tertentu seperti jeruk, sirsak, dan strawberry.
20

3) Flavor
Flavor sudah banyak dan sering digunakan dalam industri
makanan dan minuman yang bertujuan untuk memperkuat rasa
dan aroma dari produk tersebut. Flavor yang ditambahkan
akan disesuaikan dengan varian rasa produk tersebut. PT.
Marimas Putera Kencana juga mengaplikasikan penambahan
flavor di dalam produksi minuman serbuknya karena harganya
yang relatif murah, mudah didapatkan, serta mempunyai banyak
varian rasa. Penambahan flavor juga harus disesuaikan dengan
nilai (acceptable daily intake) ADI.
4) Aspartam dan Siklamat
Aspartam dan siklamat merupakan pemanis buatan yang
diijinkan penggunaannya untuk ditambahkan di dalam produk
pangan. Pemanis buatan memiliki rasa lebih manis sehingga
dapat ditambahkan dalam jumlah yang sedikit serta harganya
yang relatif murah sehingga dapat menekan biaya produksi. Selain
itu pemanis buatan juga bernilai kalori rendah atau bahkan tidak
berkalori (Association, 2016; Neacsu & Madar, 2014). Aspartam
dan natrium siklamat merupakan pemanis buatan yang digunakan
pada pembuatan minuman serbuk di PT. Marimas Putera
Kencana.
Menurut SNI 01-6993-2004, siklamat yang ditambahkan
memiliki batas maksimal 0-11 mg/kg berat badan. Siklamat
memiliki sifat yang mudah larut air, dan akan memberikan rasa
manis. Dalam SNI 01-6993-2004 juga dijelaskan bahwa
aspartam memiliki batas maksimal yaitu sebesar 50 mg/kg berat
badan, memiliki sifat yang tidak stabil terhadap panas,
memberi rasa akhir yang pahit, dan stabil dikondisi kering. Jika
aspartam ditambahkan dalam dosis yang tinggi dapat
menyebabkan tumor pada organ dalam tubuh seperti pada
paru-paru, limfa, hati, dan kandung kemih.
21

5) Pewarna
Pewarna yang ditambahkan ke dalam bahan pangan
bertujuan untuk memberikan penampilan yang lebih menarik.
Pewarna dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pewarna buatan
yang terbuat dari ekstrak bahan-bahan kimia yang telah disintesis
sehingga memberi warna tertentu dan pewarna alami yang
diekstrak dari bahan-bahan alami seperti dari tumbuhan. Pewarna
sintetis atau buatan memiliki kualitas yang lebih stabil
dibandingkan pewarna alami, mudah diperoleh, dan lebih murah.
Pewarna yang digunakan dalam pembuatan minuman serbuk di
PT. Marimas Putera Kencana sudah sesuai dengan aturan dalam
SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88.
6) Bahan Penolong
Bahan penolong merupakan pengemas yang digunakan
untuk mengemas produk minuman serbuk marimas mulai dari
pengemas primer, sekunder, hingga tersier. Sebelum bahan
penolong digunakan akan dilakukan analisis uji bahan
penolong. Analisis bahan baku yang dilakukan tergantung dari
berapa banyak jumlah bahan penolong yang datang.

b) Tahapan Proses

Gula rafinasi yang sudah lolos uji Quality Control (QC)


selanjutnya akan digunakan dalam proses produksi. Pertama-tama
gula rafinasi akan dituang ke dalam lubang yang dilengkapi screen
yang berfungsi untuk mencegah adanya gula dengan gumpalan yang
besar terikut masuk ke dalam proses produksi atau adanya
kontaminasi fisik seperti plastik. Gula yang masuk melalui lubang
tersebut selanjutnya akan langsung ditangkap oleh conveyor.
Conveyor ini sebagai transportasi gula rafinasi menuju vibrator. Di
dalam vibrator gula akan diayak menggunakan mesh berukuran 12
dan 14 sehingga gula yang digunakan untuk proses produksi lebih
lenjut akan berukuran halus. Gula yang telah melewati proses
pengayakan selanjutnya akan dibawa menggunakan bucket elevator
22

yang berbentuk seperti gayung menuju ke lantai 3. Diagram alir


pemindahan dan screening gula dapat dilihat pada Gambar 3.

Gula Rafinasi

Dituang ke lubang yang terdapat screen diatasnya

Conveyor
Vibrator

Bucket elevator

Gambar 3. Diagram Alir Pemindahan dan Screening Gula

Penuangan gula rafinasi ini masih dilakukan secara


manual oleh karyawan yang bertugas. Penuangan gula yang
dilakukan tergantung dari target produksi yang ditentukan.
Penuangan gula yang dilakukan setiap shift rata-rata 120 karung.
Pada proses ini akan dihasilkan limbah yang berasal dari gula yang
menggumpal maupun gula yang tercecer dan limbah yang berasal
dari pengemas gula rafinasi seperti karung dan plastik. Penuangan
gula harus diperhatikan agar vibrator tidak terlalu penuh yang
menyebabkan vibrator overload dan gula menjadi tumpah. Pada akhir
hari kerja akan dilakukan proses sanitasi pada conveyor dan vibrator
di shift terakhir. Hal ini bertujuan untuk menjaga kebersihan dan
menjaga kualitas produk yang dihasilkan.
1) Penggilingan dan Penimbangan Gula
Gula yang telah dibawa oleh bucket conveyor
selanjutnya akan ditampung pada 2 buah silo yang terdapat di
lantai 3. Kemudian gula akan mengalami proses granulasi pada
disk mill sehingga akan dihasilkan gula dengan ukuran partikel
yang lebih halus dan lebih mudah larut di dalam air. Laju gula
yang akan masuk ke disk mill akan diatur oleh rotary. Gula
23

tersebut akan ditampung sementara pada intermediate tank yang


kemudian akan dibawa dengan screw conveyor untuk proses
penimbangan. Proses penimbangan gula akan turun ke dalam
moving hopper yang menyatu dengan screw conveyor dan
dilengkapi dengan alat penimbangan. Jika gula yang masuk ke
dalam wadah penampung (moving hopper) sudah sesuai dengan
jumlah yang diinginkan maka operator akan menutup aliran gula
yang masuk ke dalam movin hopper dan premix akan
ditambahkan secara manual ke dalam mesin tersebut. Gula yang
dibutuhkan untuk sekali proses mixing pada mesin ribbon mixer
adalah 190 kg, sedangkan untuk mesin super mixer adalah 95
kg. Perbedaan berat gula yang ditimbang dikarenakan
perbedaan kapasitas dari kedua mesin mixing yang berbeda.
Diagram alir penggilingan dan penimbangan gula dapat dilihat
pada Gambar 4 :

Bucket Elevator

Silo Silo

Disk mill Disk mill

Rotary Rotary

Intermediate Tank Intermediate Tank

Screw Conveyor Screw Conveyor

Penimbangan gula dalam moving hopper Penimbangan gula dalam moving hopper

Gula halus 190 kg/95 kg Gula halus 190 kg/95 kg

Gambar 4. Diagram Alir Penggilingan dan Penimbangan Gula


24

2) Penimbangan dan Pencampuran Premix


Premix merupakan campuran bahan yang ditambahkan
dalam pembuatan minuman serbuk Marimas selain gula.
Campuran bahan tersebut meliputi pemanis, flavor, asam, aroma
dan lain-lain. Setiap rasa mempunyai komponen premix yang
berbeda-beda. Premix merupakan formulasi perusahaan
sehingga akan dibuat oleh tenaga kerja khusus. Proses
pencampuran premix dilakukan dengan menggunakan mesin
super mixer di lantai 2 dan ditampung dalam drum. Kemudian
drum tersebut akan dibawa ke lantai 3. Premix akan ditimbang
terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam ember berukuran
sedang sebelum dibawa oleh operator untuk dimasukkan ke
dalam mesin penimbangan bersama dengan gula. Proses
penimbangan premix terdapat di lantai 3 dan juga dilakukan oleh
tenaga kerja khusus, sehingga tidak semua tenaga kerja
mengetahui takaran dari premix tersebut.
Diagram alir penimbangan dan pencampuran premix dapat
dilihat pada Gambar 5.

Bahan baku premix

Penimbangan
Pencampuran dengan Super mixer

Premix dalam drum

Gambar 5. Diagram Alir Penimbangan dan Pencampuran


Premix

3) Proses Mixing dan Filling

Pembuatan minuman serbuk di PT. Marimas Putera


Kencana terdapat 2 mesin mixing yang digunakan dalam proses
produksinya, yaitu mesin super mixer dan ribbon mixer. Terdapat
3 buah mesin ribbon mixer dan 2 mesin super mixer yang
25

semuanya bertempat di lantai 2. Pengisian bahan pada 3 mesin


ribbon mixer dan 1 mesin super mixer dilakukan secara otomatis
dari mesin penimbangan di lantai 3, sedangkan pada 1 mesin
super mixer dilakukan secara manual oleh tenaga kerja yang
ada. Kapasitas mesin ribbon mixer adalah 2 kali dari kapasitas
mesin super mixer, sehingga mesin ribbon mixer dinilai lebih
efektif, karena waktu yang dibutuhkan untuk proses
pencampuran juga lebih singkat. Proses mixing dengan mesin
ribbon mixer membutuhkan waktu 4 menit, sedangkan dengan
mesin super mixer membutuhkan waktu 8 menit, karena untuk
dapat memenuhi satu moving hopper membutuhkan 2 kali
proses mixing.
Moving hopper yang sudah berisi dengan hasil olahan
akan melalui proses pengecekan oleh staff QC. Moving hopper
adalah wadah yang digunakan untuk menampung olahan
marimas yang dapat menampung kurang lebih 200 kg olahan
marimas. Hasil olahan dari mesin super mixer akan dilakuakan
pengujian sebanyak 2 kali pada masing-masing moving hopper.
Staff QC akan melakukan uji organoleptik yang meliputi uji rasa,
warna, dan aroma. Selain itu juga akan dilakukan uji brix untuk
mengukur tingkat kemanisan dengan range antara 3,6 – 4,2 dan
uji kelarutan yang dilakukan dengan menggunakna stirrer.
Terakhir adalah uji kadar air hasil olahan yang dilakukan setiap
kelipatan 10. Kadar air maksimal yang ditentukan adalah 0,3%.
Setelah lolos terhadap semua uji yang dilakukan, moving hopper
yang berisi hasil olahan akan dipindahkan menuju ke ruang
pengisian yang langsung tersambung pada mesin pengemas di
lantai 1.
26

Moving hopper yang telah digunakan akan dicuci baik


dengan pencucian basah ataupun pencucian kering. Pencucian
basah yaitu pencucian dengan air yang selanjutnya akan
dikeringkan dengan oven dan hanya dilakukan pada saat
pergantian rasa yang ekstrim. Pencucian kering dilakukan ketika
masih pada varian rasa yang sama atau pada saat pergantian
rasa yang tidak terlalu ekstrim. Pencucian kering hanya
dilakukan dengan menggunakan angin bertekanan. Sedangkan
pencucian kering pada mesin mixer dilakukan dengan
penguasan terlebih dahulu, kemudian ditiup dengan angin
bertekanan, dan terakhir dibilas dengan gula. Gula
tersebut akan disimpan untuk proses produksi selanjutnya jika
memproduksi rasa yang sama.

c) Proses Output
1) Pengemasan
Moving hopper yang berisi hasil olahan dan sudah
dipindahkan ke tempat filler selanjutnya akan dikemas dengan
mesin pengemas yang berada tepat dibawahnya. Terdapat 2
jenis mesin pengemas yang digunakan oleh PT. Marimas
Putera Kencana yaitu, mesin pengemas Singlelane dan
Multilane. Satu ruang filler terdapat 12 titik untuk proses
pengemasan dengan mesin singlelane. Masing-masing titik ini
akan bercabang menjadi 3 pipa yang masing-masing pipa akan
terhubung dengan satu mesin singlelane, sedangkan untuk
mesin multilane, 1 titik hanya akan terhubung pada 1 mesin
pengemas. Terdapat 13 mesin multilane yang digunakan untuk
mengemas produk Marimas.
Mesin pengemas singlelane akan menghasilkan 1 renteng
produk yang kemudian akan diputus setiap 10 sachet secara
manual oleh operator mesin tersebut. Sedangkan pada mesin
pengemas multilane akan langsung mengeluarkan 6 renteng
yang masing-masing renteng sudah berjumlah 10 sachet.
Kecepatan mesin singlelane adalah 65 sachet/menit, sedangkan
27

untuk mesin multilane adalah 50-60 rpm sehingga akan


dihasilkan 300-330 sachet/menit. Jumlah seal pada produk yang
dikemas dengan mesin singlelane adalah sebanyak 3 sisi,
sedangkan pada mesin multilane sebanyak 4 sisi.
Waktu yang dibutuhkan 3 mesin singlelane untuk
mengemas 1 moving hopper berkisar antara 120 menit,
sedangkan untuk mesin multilane hanya 90 menit.
Sebelum dikemas dengan pengemas sekunder akan
dilakukan pengecekan oleh QC lapangan. Pengecekan dilakukan
pada semua mesin pengemas meliputi penimbangan dan
perimbangan. Penimbangan dilakukan dengan mengambil
sampel pada setiap mesin sebanyak satu renteng yang terdiri
dari 10 sachet. Berat setiap renteng memiliki range antara 89-93
gram. Jika tidak sesuai dengan standar yang ditentukan maka
akan dilakukan penyesuaian berat pada mesin pengemas
tersebut. Sedangkan perimbangan dilakukan dengan mengambil
sampel pada setiap mesin sebanyak 6 sachet.
Perimbangan dilakukan untuk mengecek kebocoran pada
kemasan dengan cara kemasan dimasukkan ke dalam air dan
diberi penekanan dengan tangan. Jika kemasan tersebut bocor
maka akan keluar gelembung-gelembung di dalam air tersebut
sehingga produk harus di-reject.
Terdapat 4 standar reject kemasan yaitu cutter (tingkat
kemudahan sachet disobek), berat produk yang tidak sesuai,
renteng tidak genap atau terdapat sachet yang kosong, dan seal
yang tidak sesuai (kebocoran). Kebocoran pada kemasan dapat
disebabakan karena seal mesin pengemas kotor, sensor loss,
suhu seal terlalu panas, seal tidak rapi, timing yang tidak
tepat, dan lain-lain.
Produk yang lolos uji QC maka selanjutnya akan dikemas
dengan kemasan sekunder. Satu kemasan sekunder berisi 12
renteng yang masing-masing renteng berjumlah 10 sachet
produk Marimas. Kemudian akan dilakukan pengemasan tersier
ke dalam karton. Satu karton berisi 6 bungkus kemasan
28

sekunder, sehingga 1 karton berisi 720 sachet marimas. Karton


yang sudah berisi produk tersebut akan melewati carton sealer
untuk disegel dan ink jet sistem yang akan mencetak tanggal
kadaluarsa. Diagram Alir Pengemasan dapat dilihat pada
Gambar 6

Pengemasan Primer

Marimas Sachet

Uji QC

Lolos Uji Tidak Lolos Uji

Pengemasan Sekunder Dibuang / Diperbaiki

Gambar 6. Diagram Alir Pengemasan.

Pengemasan Tersier

3. Gambaran umum penerapan program K3


1. Penerapan Higiene Perusahaan
Sistem penerapan mengenai higiene perusahaan pada PT.
Marimas Putera Kencana diterapkan dengan beberapa cara,
diantaranya ialah pihak perusahaan memberikan fasilitas seragam
kerja dengan jumlah 3 pasang seragam beserta APD penunjangnya
(seperti masker 3 buah masker, celemek, dan 1 pasang sepatu kerja
khusus yang berbahan karet serta penutup kepala masing-masing
mengikuti jumlah seragam yaitu 3 buah) untuk pemakaian setiap
minggunya. Pemberian loker untuk tempat menaruh barang bawaan
pekerja juga disediakan oleh pihak perusahaan, 1 loker diberikan
untuk 2 pekerja yang masing-masing pekerja tersebut terkait jadwal
shift kerjanya pasti berbeda. Loker tersebut fungsinya untuk
meletakkan barang bawaan dari pekerja di masing-masing shift,
29

barang-barang tersebut diantaranya ialah makanan, minuman, tas,


jaket, serta pakaian atau seragam kerja yang nantinya setiap pekerja
wajib mengganti pakaian bebas yang dikenakan dari rumah dengan
menggantinya memakai seragam kerja pada ruang ganti yang telah
disediakan oleh pihak perusahaan. Keadaan ruang ganti tersebut
sudah tergolong cukup baik, cukup baik disini maksudnya ialah
kondisi ruangannya selalu terjaga rapi dan bersih serta tentunya dari
ruang ganti tersebut dipisah antara laki-laki dan perempuan namun
lokasinya bersebelahan.
Bagian ruang kamar mandi juga sama, ruang kamar mandi laki-
laki dan perempuan saling bersebelahan, kondisi ruangannya cukup
higienis karena setiap harinya pada masing-masing jadwal shift selalu
dibersihkan oleh petugas kebersihan terkait, namun untuk fasilitas
sabun dari perusahaan tidak menyediakan sabun pada masing-
masing kamar mandi/toilet tetapi pihak perusahaan menyediakan
wastafle atau tempat cuci tangan di bagian luar kamar mandi, jumlah
wastafle ada 2 dan di masing-masing wastafle sudah tersedia fasilitas
handsoap/sabun cuci tangan dan lap tangan yang tergantung pada
masing-masing sisi wastafle tersebut. Selain itu pihak perusahaan
juga menyediakan tempat khusus untuk mencuci sepatu karet yang
telah dipakai dari masing-masing pekerja setelah jam kerjanya
selesai. Tempat cuci sepatu tersebut disediakan khusus karena
terdapat larutan klorin dan beberapa buah sikat yang dipakai untuk
mencucinya.
Tersedia juga mushalla umum dan tempat wudhu di pabrik unit
produksi 2 ini, kondisi mushalla cukup baik karena sudah disediakan
rak untuk meletakkan perlengkapan shalat dan terdapat dinding
pembatas yang berbahan kayu triplek guna untuk memberikan rasa
khusyuk saat para pekerja melaksanakan shalat, karena mengingat
letak mushalla umum tersebut letaknya bersampingan dengan kantin
para pekerja produksi. Lalu ruang kantin yang tentunya dilengkapi
dengan wastafle/tempat cuci tangan untuk para pekerja produksi.
Kantin tersebut juga bisa dikategorikan baik, karena kehigienisan
tempat ini selalu dijaga setiap sebelum dan sesudah waktu istirahat
30

tiba pasti dilaksanakan proses pembersihan ruangan oleh para


petugas kebersihan, baik dengan cara disapu, dan kemudian dipel
lantainya serta dilap meja makannya, juga para pekerja yang hendak
makan di kantin tidak diperbolehkan memakai sepatu, untuk kursi
makannya pun selalu diletakkan di atas meja makan setelah tidak
digunakan untuk duduk dan itu sudah menjadi kewajiban bagi seluruh
pekerja disini setelah memakai kursi hendaknya dirapikan kembali
dengan cara diletakkan di atas meja makannya dengan posisi kursi
dibalikkan.
Pihak perusahaan juga menyediakan sarana pemberian nasi
kongbap dan air mineral kepada seluruh pekerja produksi yang
membutuhkan setiap kali jam istirahat berlangsung. Sistem
pembagiannya tentunya sudah diatur sedemikian rupa oleh pihak
perusahaan khususnya pekerja bagian pengelola kantin, yaitu
dengan cara sistem antri untuk pemberian nasi kongbap yang
disediakan oleh pihak perusahaan, jadi dari masing-masing pekerja
antri dan membawa peralatan makan sendiri dari rumah masing-
masing lalu memberikannya kepada petugas kantin guna untuk
mendapatkan nasi yang diinginkannya. Namun untuk air mineral yang
telah disediakan oleh pihak perusahaan tersebut pendistribusiannya
dilakukan dengan sistem mandiri, jadi para pekerja yang
membutuhkan air mineral bisa mengisinya sendiri melalui instalasi air
minum keran air yang sudah tersedia di kantin.

2. Penerapan Keselamatan Kerja


Penerapan aspek keselamatan pada PT. Marimas Putera
Kencana diimplementasikan dengan pembentukan tim Panitia
Pelaksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), pengelolaan
K3 di PT. Marimas Putera Kencana menjadi tanggung jawab
departemen umum, jadi kinerja dari panitia P2K3 tersebut tanggung
jawab secara penuhnya dipegang oleh departemen umum.
Penerapan aspek keselamatan yang sudah terlaksana di PT.
Marimas Putera Kencana ialah pemberian instruksi kerja dari masing-
masing aspek kerja yang dilakukan oleh para pekerja supaya langkah
31

kerja tersusun secara sistematis, langkah demi langkah ini tujuannya


agar sistem kerja yang dilakukan dari masing-masing aktifitas kerja
tersebut aman dan selamat, serta dalam keseluruhan aspek
administrasi instruksi kerja yang sudah tersusun tersebut terdapat
narasi himbauan mengenai pelaksanaan K3 seperti pemakaian APD
agar selalu ditaati oleh para pekerja, dokumen instruksi kerja tersebut
tentunya sudah terpasang dimasing-masing papan informasi dari
suatu tempat kerja.
Pemasangan rambu-rambu keselamatan atau safety sign
untuk beberapa ruang kerja sudah tersedia, isi rambu-rambu
keselamatan tersebut diantaranya ialah mengenai bentuk himbauan
pekerja wajib memakai masker saat bekerja dan setelah makan
selesai serta saat melangsungkan ibadah shalat di mushalla,
himbauan untuk semua karyawan atau pekerja agar selalu
mengindahkan peraturan jaga jarak minimal 1 meter dan tidak boleh
berkerumun, himbauan untuk selalu mencuci tangan pada wastafle
yang telah disediakan dari sebelum dan sesudah bekerja, dari
sebelum dan sesudah makan serta sesudah melangsungkan shalat,
himbauan agar menggunakan air wastafle secukupnya untuk hemat
air, himbauan agar menggunakan listrik seperlunya (menghidupkan
lampu jika memang diperlukan saja dan mematikannya langsung
setelah selesai digunakan), safety sign mengenai himbauan
pembuangan sampah pada tempatnya.
Pemasangan APAR pada masing-masing tempat kerja, jenis
APAR disini hanya tersedia jenis APAR powder, karena mengingat
pihak manajemen perusahaan hanya menyediakan APAR jenis
tersebut yang menurutnya pemeliharaannya paling hemat budget dan
tidak susah.
Sterilisasi seluruh ruangan atau tempat kerja setiap harinya
dengan sistem pelaksanaannya menggunakan penyemprotan cairan
disinfektan setiap pagi pada pukul 07.00 WIB.
32

3. Penerapan Kesehatan Kerja


Penerapan aspek kesehatan kerja pada PT. Marimas Putera
Kencana diimplementasikan dengan bentuk implementasinya ialah
dengan berbagai cara diantaranya seperti pemberian masker kepada
seluruh masing-masing pekerja dengan jumlah masker 3 buah.
Pemberian pendampingan kepada seluruh pekerja guna untuk
mendapatkan kartu BPJS Ketenagakerjaan yang mana nantinya
kartu tersebut berfungsi untuk menjamin karyawan/pekerja yang
terdaftar program ini mendapatkan pelayanan kesehatan dan
santunan uang tunai jika menderita penyakit akibat kerja atau
mengalami kecelakaan kerja. Risiko kecelakaan kerja tersebut
terhitung dari karyawan pergi dan pulang kerja, kartu BPJS tersebut
nantinya memiliki fungsi sebagai sarana dari pihak perusahaan untuk
memonitor setiap karyawan/pekerjanya melaksanakan Medical
Check Up (MCU) setiap satu tahun sekali.
Sterilisasi seluruh area pabrik unit produksi 2 menggunakan
sistem penyemprotan cairan disinfektan setiap paginya, juga
pemberian sarana cuci tangan (wastafle) lengkap dengan sabun dan
kain lapnya minimal pada masing-masing ruangan untuk sarana cuci
tangan.
Penyediaan konsumsi nasi kongbap dan instalasi air mariqua
setiap harinya di masing-masing jam istirahat yang bertempat di
ruang kantin unit produksi 2 juga merupakan implementasi penunjang
aspek kesehatan bagi seluruh pekerja PT. Marimas Putera Kencana.

4. Gambaran Mengenai Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko


Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan wawancara
terhadap beberapa pekerja pada pabrik PT. Marimas Putera Kencana
Unit Produksi 2, penulis melakukan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko pada proses pembuatan minuman serbuk marimas. Proses
identifikasi bahaya dilakukan dengan cara menginventarisir tahapan
demi tahapan dalam semua proses pembuatan minuman serbuk
marimas, kemudian setiap aktivitas dalam tahapan tersebut dilakukan
analisis potensi bahaya yang bisa muncul. Setelah identifikasi bahaya
33

dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan penilaian


risiko.
Penilaian risiko dilakukan dengan memperhitungkan
besarnya kemungkinan yang terjadi dari setiap potensi bahaya
(probability) dan kerugian yang ditimbulkan (consequent).
Melalui risk assessment, tahapan selanjutnya adalah
menentukan risk rating yang diperoleh dari hasil perkalian
antara probability dengan consequent.

Cara menentukan tingkat risiko dapat menggunakan


matrik risk rating seperti pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Panduan Risk Rating
Consequence Probability
Frequent Probable Occasional Remote
4 3 2 1

Catast rophic 5 20 15 10 5
Urgent Urgent High Medium

Fatal 4 16 12 8 4
Urgent High Medium Low

Critical 3 12 9 6 3
High Medium Medium Low

Marginal 2 8 6 4 2
Medium Medium Low Low

Negligible 1 4 3 2 1
Low Low Low None

Sumber: Tarwaka (2014)

Setelah menentukan tingkat risiko bahaya yang ada, maka


langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas dari tingkat
risiko yang ada. Potensi bahaya “urgent” harus menempati
prioritas yang utama, untuk selanjutnya adalah tingkat risiko
“hight”; “medium” dan “low” dan yang terakhir adalah tingkat
risiko ‘none.’ Skala prioritas tingkat risiko dapat mengikuti tabel
34

3 berikut ini :

Tabel 3. Skala Prioritas Tingkat Risiko


Tingkat Risiko Tingkat Bahaya Klasifikasi

Urgent Tingkat bahaya Hazards kelas A


sangat tinggi
High Tingkat bahaya Hazards kelas B
Serius
Medium Tingkat bahaya Hazards kelas C
Sedang
Low Tingkat bahaya Hazards kelas D
Kecil
None Hampir tidak Hazards kelas E
ada bahaya

Sumber: Tarwaka (2014)


35

Berikut adalah hasil dari analisa identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko pada proses pembuatan minuman serbuk marimas
:
Tabel 4. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko Area Produksi PT. Marimas Putera Kencana Unit Produksi 2
Semarang
Risk
No. Kegiatan Potensi Bahaya Potensi Risiko P C Risk Saran Pengendalian / Control
Rating
1 Penerimaan Pengangkutan beban Nyeri punggung 4 2 8 Medium Mendesain ulang teknik manual
material bahan tanpa menggunakan dan tangan handling dan menggantinya dengan
baku dari truk ke peralatan khusus terkilir karena teknik pengangkatan mekanis,
manual handling (manual) oleh posisi angkut misalnya menggunakan forklift, atau
bagian dalam beberapa pekerja material tidak bisa juga diminimalisir beban yang
ruang transit. ergonomis diangkat dengan cara pengangkatan
satu karung bahan baku diangkat
dengan dua orang.
2 Pengayakan gula Pekerja kurang Nyeri pinggang 3 2 6 Medium Instruksi kerja harus dibenahi oleh
aman dalam dan punggung bagian manajemen agar memberikan
mengangkat serta tangan. panduan tata cara pengangkutan
karung yang berisi bahan baku gula secara manual
gula menuju ke dengan baik dan benar, serta
lubang mesin dilakukan sosialisasi atau simulasi
pengayakan. bagaimana cara yang aman dalam
pengangkutan beban berat agar dapat
meminimalisir risiko bahaya ergonomi
pada pekerja pengangkat bahan baku.

3 Penggilingan gula Ergonomi, tata Nyeri pinggang, 3 2 6 Medium Perbaiki instruksi kerja manual
dan penimbangan cara tangan tremor handling, sosialisasikan tata cara
gula pengangkatan akibat kelelahan pengangkatan beban berat yang
bahan baku gula mengangkat bahan benar, langkah pengendalian terakhir
ke lubang mesin premix berikan APD sabuk pengaman yang
penggilingan dan dipakai pekerja untuk mengurangi
36

Risk
No. Kegiatan Potensi Bahaya Potensi Risiko P C Risk Saran Pengendalian / Control
Rating
menuju screw risiko bahaya penyakit hernia akibat
conveyor yang sering melakukan pengangkatan yang
kurang aman berat.

4. *Penimbangan * * * * * * *
dan
pencampuran
premix

5. *Penimbangan * * * * * * *
powder

6. *Mixing * * * * * * *

7. *Filling * * * * * * *
8. Pengemasan 1. Polusi udara dari 1. Akan berisiko 2 2 4 Low 1. Penambahan sarana pembuangan
primer singlelane hasil serbuk marimas terkena Penyakit udara (ventilasi) agar udara dari
dan multilane yang keluar dari Akibat Hubungan serbuk marimas yang berterbangan
mesin filling Kerja (PAHK) memenuhi ruangan pengemasan
berterbangan di seperti gangguan dapat berkurang.
dalam ruang pernapasan
pengemasan karena pekerja 2.
sering terpapar
2. dengan polusi 3.
udara dari serbuk 4.
3. marimas. 5.
4. 6.
5. Suhu panas mesin 2. Tangan melepuh 2 2 4 Low 7. Diharuskan pekerja untuk memakai
pengemasan terkena panas, APD sarung tangan.
singlelane dan tangan terjepit
37

Risk
No. Kegiatan Potensi Bahaya Potensi Risiko P C Risk Saran Pengendalian / Control
Rating
multilane, mesin 8.
beroperasi secara
otomatis 9.
10.
11.
6. Posisi duduk pekerja Pekerja bagian 1 2 2 Low 12. Desain ulang / memperbaiki kursi
yang mengemasi pengemasan kerja pekerja bagian pengemasan
produk marimas rawan terkena agar letak dan posisinya lebih
kurang ergonomis. PAK (Penyakit ergonomi guna untuk menciptakan
Akibat Kerja) tempat kerja yang lebih nyaman dan
seperti Low Back tentunya akan berimbas pada
Pain karena produktivitas pekerja yang meningkat.
posisi tempat
duduk pekerja
yang kurang
sesuai dengan
posisi conveyor
dan mesin
pengemasan
yang berjalan.
9. Pengemasan Pekerja kurang Tangan terjepit 2 2 4 Low Lakukan pengendalian administrasi,
Sekunder cekatan dan pada mesin dalam bentuk penyuluhan atau
kurang fokus saat pengemasan pelatihan pada pekerja bagian
bekerja. sekunder yang pengemasan sekunder agar saat
berupa conveyor bekerja bisa memiliki kecekatan,
(mesin berjalan) pasang rambu-rambu potensi tangan
terjepit pada area yang mudah terlihat
di ruang pengemasan sekunder agar
mengingatkan para pekerja saat
bekerja supaya lebih hati-hati serta
penggunaan APD sarung tangan juga
penting untuk mengurangi risiko
38

Risk
No. Kegiatan Potensi Bahaya Potensi Risiko P C Risk Saran Pengendalian / Control
Rating
bahaya terjepit mesin.
10. Pengemasan Pekerja tidak Tangan 4 2 8 Medium Jangan mengangkat beban melebihi
tersiser melakukan teknik kesleo, nyeri batas berat beban maksimum pada
manual handling pinggang, kaki alat manual handling, pekerja
dengan benar saat tertimpa operator manual handling di bagian
membawa tumpukan pengemasan tersier agar diharuskan
tumpukan karton karton menggunakan safety shoes (sepatu
terlalu banyak dan keselamatan).
dilakukan seorang
diri.

Keterangan : tanda (*) Mahasiswa PKL tidak diizinkan memasuki ruangan tersebut untuk melakukan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko.
B. Pembahasan
1. Identifikasi bahaya, area produksi PT. Marimas Putera Kencana Unit
Produksi 2 Semarang dapat dilihat pada tabel 4.
2. Tahapan proses penilaian dan pengendalian risiko area produksi PT.
Marimas Putera Kencana Unit Produksi 2 Semarang dilakukan dengan
mengacu pada diagram alir proses produksi minuman serbuk PT.
Marimas Putera Kencana yaitu meliputi :
a. Penerimaan bahan baku
b. Pengayakan gula
c. Penggilingan dan penimbangan gula
d. Penimbangan dan pencampuran premix*
e. Penimbangan Powder*
f. Mixing*
g. Filling*
h. Pengemasan primer singlelane dan multilane
i. Pengemasan sekunder
j. Pengemasan tersier
Keterangan: tanda (*) Mahasiswa PKL tidak diizinkan memasuki
ruangan tersebut untuk melakukan identifikasi bahaya dan penilaian
risiko.
Berdasarkan hasil identifikasi bahaya, dan penilaian risiko yang
mengacu pada cara penilaian risk rating pada tabel 2 maka didapatkan
bahwa :
1) Potensi bahaya yang memiliki nilai risiko sedang yaitu berada pada
kelas medium dengan perolehan nilai ≤ 10 dan ≥ 4, kelas medium
didapatkan dari empat tahapan kegiatan yakni tahap penerimaan
bahan baku, pengayakan gula, penggilingan dan penimbangan
gula serta pada tahap pengemasan tersier. Potensi bahaya dan
risiko yang didapatkan dari empat tahapan kegiatan tersebut ialah :
a. Nyeri punggung dan tangan terkilir akibat pengangkutan beban
tanpa menggunakan peralatan khusus.
b. Nyeri pinggang dan punggung serta tangan akibat pelaksanaan
manual handling kurang aman dalam mengangkat karung yang
40

berisi gula menuju ke lubang mesin pengayakan yang


dilakukan oleh pekerja.
c. Nyeri pinggang dan tangan tremor akibat tata cara
pengangkatan bahan baku gula ke lubang mesin penggilingan
dan menuju screw conveyor yang kurang aman.
d. Tangan kesleo, nyeri pinggang, dan kaki tertimpa tumpukan
karton akibat pekerja tidak melakukan teknik manual handling
dengan benar.

Berdasarkan masing-masing poin potensi bahaya tersebut


memerlukan tindakan pengendalian, diantaranya sebagai
berikut :
1. Nyeri punggung dan tangan terkilir akibat pengangkutan beban
tanpa menggunakan peralatan khusus, tindakan pengendalian
risiko dapat ditempuh dengan cara mendesain ulang teknik
manual handling dan menggantinya dengan teknik
pengangkatan mekanis, misalnya menggunakan forklift, atau
bisa juga diminimalisir beban yang diangkat dengan cara
pengangkatan satu karung bahan baku dengan dua orang.
2. Nyeri pinggang dan punggung serta tangan akibat pelaksanaan
manual handling kurang aman dalam mengangkat karung yang
berisi gula, tindakan pengendalian risiko dapat dilakukan
dengan membenahi instruksi kerja oleh bagian manajemen
agar memberikan panduan tata cara pengangkutan bahan baku
gula secara manual dengan baik dan benar, serta dilakukan
sosialisasi atau simulasi bagaimana cara yang aman dalam
pengangkutan beban berat agar dapat meminimalisir risiko
bahaya ergonomi pada pekerja pengangkat bahan baku
tersebut.
3. Nyeri pinggang dan tangan tremor akibat tata cara
pengangkatan bahan baku gula ke lubang mesin penggilingan
dan menuju screw conveyor yang kurang aman, tindak
pengendalian risiko dapatdilakukan dengan memperbaiki
instruksi kerja manual handling, sosialisasikan tata cara
41

pengangkatan beban berat yang benar, langkah pengendalian


terakhir berikan APD sabuk pengaman yang dipakai pekerja
untuk mengurangi risiko bahaya penyakit hernia akibat sering
melakukan pengangkatan yang berat.
4. Tangan kesleo, nyeri pinggang, dan kaki tertimpa tumpukan
karton akibat pekerja tidak melakukan teknik manual handling
dengan benar, tindakan pengendalian risikonya dapat dilakukan
dengan jangan mengangkat beban melebihi batas berat beban
maksimum pada alat manual handling, pekerja operator manual
handling di bagian pengemasan tersier agar diharuskan
menggunakan safety shoes (sepatu keselamatan).

2) Potensi bahaya yang memiliki nilai risiko rendah yaitu berada pada
kelas low dengan perolehan nilai ≤ 5 dan ≥ 1, kelas risiko low
didapatkan dari dua tahapan kegiatan yakni tahap pengemasan
primer singlelane dan multilane dan pada tahap pengemasan
sekunder. Potensi bahaya dan risiko yang didapatkan dari dua
tahapan kegiatan tersebut ialah :
a. Berisiko terkena Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK)
seperti gangguan pernapasan akibat pekerja sering terpapar
dengan menghirup polusi udara dari serbuk marimas yang
berterbangan bebas pada ruang pengemasan.
b. Tangan melepuh terkena panas dan berpotensi tangan terjepit
akibat suhu panas mesin pengemasan singlelane dan multilane
dan juga akibat mesin beroperasi secara otomatis.
c. Pekerja bagian pengemasan rawan terkena PAK (Penyakit
Akibat Kerja) seperti Low Back Pain karena posisi tempat
duduk pekerja yang kurang ergonomis dengan kondisi
pekerjaan.
d. Tangan terjepit pada mesin pengemasan sekunder yang
berupa conveyor akibat pekerja kurang cekatan dan kurang
fokus saat bekerja.
42

Berdasarkan pada masing-masing poin potensi bahaya


tersebut memerlukan tindakan pengendalian, diantaranya
sebagai berikut :
1. Penyakit Akibat Hubungan Kerja (PAHK) seperti gangguan
pernapasan akibat pekerja sering terpapar dengan menghirup
polusi udara dari serbuk marimas, tindakan pengendalian
risikonya yaitu dengan melakukan penambahan sarana
pembuangan udara (ventilasi) agar udara dari serbuk marimas
yang berterbangan memenuhi ruangan pengemasan dapat
berkurang.
2. Tangan melepuh terkena panas dan berpotensi tangan terjepit
akibat suhu panas mesin pengemasan singlelane dan multilane
dan juga akibat mesin beroperasi secara otomatis, dapat
dilakukan langkah pengendalian risiko dengan mengharuskan
pekerja untuk memakai sarung tangan keselamatan (safety
gloves).
3. PAK (Penyakit Akibat Kerja) seperti Low Back Pain karena
posisi tempat duduk pekerja yang kurang ergonomis dengan
kondisi pekerjaan, dapat dilakukan pengendalian risiko dengan
mendesain ulang / memperbaiki kursi kerja pekerja bagian
pengemasan agar letak dan posisinya lebih ergonomi guna
untuk menciptakan tempat kerja yang lebih nyaman dan
tentunya akan berimbas pada produktivitas pekerja yang
meningkat.
4. Tangan terjepit pada mesin pengemasan sekunder yang
berupa conveyor akibat pekerja kurang cekatan dan kurang
fokus saat bekerja, dapat dilakukan pengendalian risiko dengan
melakukan pengendalian administrasi, dalam bentuk
penyuluhan atau pelatihan pada pekerja bagian pengemasan
sekunder agar saat bekerja bisa memiliki kecekatan, pasang
rambu-rambu potensi tangan terjepit pada area yang mudah
terlihat di ruang pengemasan sekunder agar mengingatkan
para pekerja saat bekerja supaya lebih hati-hati serta
43

penggunaan APD sarung tangan juga penting untuk


mengurangi risiko bahaya terjepit mesin.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

1) Berdasarkan hasil identifikasi bahaya ditemukan ada 10 jenis


proses pekerjaan atau aktivitas yang mempunyai risiko bahaya
kepada para pekerja atau perusahaan, 10 jenis proses pekerjaan
atau aktivitas tersebut ada 4 proses pekerjaan yang tidak
diperbolehkan oleh perusahaan untuk diketahui oleh mahasiswa
PKL, jadi total hasil identifikasi bahaya yang didapat ada 6
potensi bahaya yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Jenis-jenis
potensi bahaya tersebut didominasi oleh bahaya ergonomi dan
bahaya mekanik, serta bahaya lingkungan kerja.
2) Data penilaian risiko diperoleh hasil penilaian risiko sebanyak 8
kemungkinan bahaya yang mengintai pekerja dengan 4
kemungkinan masuk kategori penilaian risiko level (medium) dan
4 kategori selanjutnya masuk pada penilaian risiko level (low).
Cara penilaian risiko yang sudah dilakukan oleh PT. Marimas
Putera Kencana masih secara sederhana karena belum
mempertimbangkan besarnya bahaya dan risiko yang mungkin
dapat terjadi oleh suatu tahapan aktivitas pekerjaan, sehingga
risk assesement disana masih kurang berdampak pada
pengendaliannya.
3) Pengendalian risiko yang terdapat pada ruang unit produksi 2 PT.
Marimas Putera Kencana secara administratif belum terlaksana
secara terstruktur karena belum adanya dokumen tentang risk
control dari masing-masing tahapan kerja pada unit produksi 2,
hanya ada suatu pengendalian bahaya dalam bentuk pemenuhan
APD untuk masing-masing pekerja seperti sarung tangan, sepatu
karet, masker.

2. Saran
45

Berdasarkan analisa secara visual dan wawancara melalui


kegiatan praktik kerja lapangan (PKL) yang dilakukan oleh praktikan,
PT. Marimas Putera Kencana sudah menerapkan aspek-aspek K3
dengan baik, walaupun begitu terdapat beberapa rekomendasi yang
mungkin dapat dilakukan oleh pihak PT. Marimas Putera Kencana
agar aspek K3 berjalan lebih baik lagi, diantaranya adalah
memperbarui instruksi kerja dan mensosialisasikannya langsung
kepada para pekerja dari masing-masing bagiannya, guna untuk
mengurangi risiko bahaya yang dapat membahayakan pekerja
maupun dapat menyebabkan kerugian perusahaan, selain itu juga
nantinya pembaruan instruksi kerja (IK) tersebut akan berguna untuk
mengurangi data kecelakaan kerja yang ada di PT. Marimas Putera
Kencana, sehingga nantinya diharapkan perusahaan dapat
mendapatkan predikat zero accident.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Ketenagakerjaan. 2012. Permenaker No.50 Tahun 2012 Tentang


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), Jakarta.
Available From : <https://jdih.kemnaker.go.id/data_wirata/2012-3-1.PDF>
[Diakses 7 Januari 2021]

PT. Marimas Putera Kencana. 2021. Profil PT. Marimas Putera Kencana (Online)
Diakses dari : <https://marimas.com/> [Diakses pada 6 Januari 2021]

Sukmandari, E. A., & Rakhmadi, T. (2018). Identifikasi Bahaya Dan Penilaian


Risiko Padahome Industri Sepatu A Di Kabupaten Tegal. Bhamada: Jurnal
Ilmu dan Teknologi Kesehatan (E-Journal), 9(1), 7-7.

Sucipto, C.D. 2015. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Gosyen Publishing,


Yogyakarta

Tarwaka. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen dan


Implementasi K3 di Tempat Kerja. Harapan Press. Surakarta
47

LAMPIRAN
48

LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Izin PKL / Prakerin

Gambar 7. Hasil Scan Surat Permohonan Izin PKL/Prakerin


49

2. Surat Kesanggupan PKL / Prakerin PT. Marimas Putera Kencana

Gambar 8. Hasil Scan Surat Kesanggupan PKL di PT. Marimas Putera Kencana
50

3. Absensi Harian PKL PT. Marimas Putera Kencana


51
52

Gambar 9. Has

4. Dokumentasi foto saat mahasiswa melaksanakan PKL II

Gambar 10. Ruang Aula Marifood saat Mahasiswa PKL hari pertama dan disambut
para pekerja pengemasan pabrik unit produksi 2 Semarang
53
54

Gambar 11. Pekerja gudang bahan baku sedang


mengangkat karung berisi gula rafinasi untuk bahan
baku utama minuman serbuk marimas

Gambar 12. Kondisi Lantai 2 Atap Terlalu Rendah


55

Gambar 13. Kondisi Ruang Kantin Saat Jam


Istirahat Siang

Gambar 14. Mahasiswa PKL sedang melakukan


inspeksi rangka susun rak kartonisasi
56

Gambar 15. Mahasiswa PKL sedang Melakukan Presentasi Akhir Hasil PKL Selama
2 Bulan

Gambar 16. Mahasiswa PKL sedang Melakukan Presentasi Akhir Hasil PKL Selama
2 Bulan di Hadapan HRD dan Para Staf P2K3

Gambar 17. Mahasiswa PKL sedang Melakukan Sesi Foto Bersama dengan Staf HRD
dan Perwakilan Staf P2K3 serta Kepala Manager UP 2 PT. Marimas Putera Kencana

Anda mungkin juga menyukai