Anda di halaman 1dari 15

PRAKTIKUM 2 LBM 1 BLOK 29

TEKNIK RJP (RESUSITASI JANTUNG DAN PARU-PARU)

Dosen Pengampu :
Meilia Rahmawati, S. S. T, M. Keb
Disusun Oleh :
Anggota Kelompok 2 :
1. Rizki Amalya S (32102000047)
2. Salsabila Lintang P (32102000050)
3. Saulla Roro Kinasih (32102000051)
4. Sovia Elviana Bintia (32102000053)
5. Winneke Ratih L (32102000054)
6. Yunita Setiya Aryani (32102000055)
7. Balqis Mega A (32102000056)
8. Dian Salsabila (32102000057)
9. Dinda Aulia Putri S (32102000058)
10. Sulastri (32102000059)
11. Khunaifa Azkiyati (32102000062)
12. Suci Indah Permata (32102000065)
13. Alya Dharojati (32102000066)
14. Anggita Shalsabiela (32102000067)
15. Putri Yuliana (32102000070)
16. Ratna Fadila Putri (32102000071)

PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
Alamat : Jl. Raya Kaligawe Km.4 Semarang 50112 PO Box 1054 Telepon. (024) 6583584
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, anugerah, dan kekuatan kepada
penyusun, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teknik RJP
(Resusitasi Jantung Dan Paru-Paru)”.
Sholawat serta salam tak lupa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membimbing kita dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiyah. Makalah ini, disusun untuk
memenuhi tugas Praktikum 2 pada LBM 1 di Blok 29. Makalah dengan judul “Teknik RJP
(Resusitasi Jantung Dan Paru-Paru)” ini berisi pembahasan mengenai bagaimana materi tentang
Teknik RJP (Resusitasi Jantung Dan Paru-Paru).
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Meilia Rahmawati, S. S. T, M. Keb
selaku pembimbing dalam Praktikum 2 pada LBM 1 Blok 29. Penyusun telah berusaha menyusun
makalah ini sebaik-baiknya, tetapi kekurangan dan kesalahan pasti ada. Untuk itu, kami menerima
saran, kritik yang bersifat membangun supaya makalah ini menjadi lebih baik. Harapan penyusun,
semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun dan semua pihak untuk menambah ilmu
pengetahuan. Aamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semarang, 10 Mei 2023

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................................ 3
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
A. Definisi RJP ..................................................................................................................................... 5
B. Tujuan RJP...................................................................................................................................... 5
C. Indikasi RJP .................................................................................................................................... 5
D. Indikasi RJP diakhiri ..................................................................................................................... 6
E. Kontraindikasi RJP ........................................................................................................................ 6
F. Fase-fase RJP .................................................................................................................................. 7
G. Tahapan RJP pada wanita ......................................................................................................... 7
H. Tata cara melakukan resusitasi jantung paru.......................................................................... 8
I. Tanda-tanda resusitasi jantung paru efektif ................................................................................ 8
J. Komplikasi resusitasi jantung paru efektif................................................................................... 9
K. Spesifikasi penolong yang dapat memberikan RJP ................................................................. 9
F. Kajian Jurnal .................................................................................................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 13
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka .......................................................................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan tindakan darurat untuk mencegah kematian
biologis dengan tujuan mengembalikan keadaan henti jantung dan napas (kematian klinis)
ke fungsi yang optimal (Muttaqin, 2009). RJP terdiri dari pemberian bantuan sirkulasi dan
napas, dan merupakan terapi umum, diterapkan pada hampir semua kasus henti jantung
atau napas. kompresi dan ventilasi merupakan tindakan yang efektif dalam melakukan RJP.
Orang awam dan orang terlatih dalam bidang kesehatan pun dapat melakukan tindakan
RJP.
Kasus kegawatdaruratan henti jantung merupakan suatu kondisi dimana jantung
kehilangan fungsi secara mendadak dan sangat tiba-tiba ditandai dengan terjadinya henti
nafas dan jantung. Kondisi kegawatdaruratan dapat terjadi dimana saja dan pada siapa saja
dan merupakan kondisi kegawatdaruratan yang dapat mengancam jiwa yang membutuhkan
penanganan segera.
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah metode untuk mengembalikan fungsi pernapasan
dan sirkulasi pada pasien yang mengalami henti napas dan henti jantung yang tidak
diharapkan mati pada saat itu. Metode ini merupakan kombinasi pernapasan buatan dan
bantuan sirkulasi yang bertujuan mencukupi kebutuhan oksigen otak dan substrat lain
sementara jantung dan paru tidak berfungsi. Keberhasilan RJP dimungkinkan oleh adanya
interval waktu antara mati klinis dan mati biologis, yaitu sekitar 4-6 menit. Dalam waktu
tersebut mulai terjadi kerusakan sel-sel otak yang kemudian diikuti organ-organ tubuh lain.
Dengan demikian pemeliharaan perfusi serebral merupakan tujuan utama pada RJP.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui Definisi RJP
2. Mengetahui Tujuan RJP
3. Mengetahui Indikasi RJP
4. Mengetahui Indikasi RJP diakhiri
5. Mengetahui Kontraindikasi RJP
6. Mengetahui Fase-fase RJP
7. Mengetahui Tahapan RJP pada wanita
8. Mengetahui Tata cara melakukan resusitasi jantung paru
9. Mengetahui Tanda-tanda resusitasi jantung paru efektif
10. Mengetahui Komplikasi resusitasi jantung paru efektif
11. Mengetahui Spesifikasi penolong yang dapat memberikan RJP
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi RJP
2. Untuk mengetahuiTujuan RJP
3. Untuk mengetahui Indikasi RJP
4. Untuk mengetahui Indikasi RJP diakhiri
5. Untuk mengetahui Kontraindikasi RJP

3
6. Untuk mengetahui Fase-fase RJP
7. Untuk mengetahui Tahapan RJP pada wanita
8. Untuk mengtahui Tata cara melakukan resusitasi jantung paru
9. Untuk mengetahui Tanda-tanda resusitasi jantung paru efektif
10. Untuk mengetahui Komplikasi resusitasi jantung paru efektif
11. Untuk mengetauhui Spesifikasi penolong yang dapat memberikan RJP

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi RJP
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resusitasi (CPR) adalah upaya
mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan
boleh membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi jantung dan paru ke keadaan
normal. RJP bertujuan untuk mengembalikan keadaan henti jantung atau henti nafas agar
kembali berfungsi optimal. Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan tindakan pertama
untuk menolong pasien dengan henti nafas dan henti jantung. Resusitasi jantung paru-paru
atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama Bantuan Hidup Dasar pada orang yang
mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka
kembali jalan napas yang menyempit atau tertutup sama sekali dengan melakukan beberapa
teknik pemijatan atau penekanan pada dada.
B. Tujuan RJP
Resusitasi Jantung Paru bertujuan untuk mempertahankan pernapasan dan sirkulasi agar
oksigenasi dan darah dapat mengalir ke jantung, otak, dan organ vital lainnya. Penyebab
terjadinya henti nafas dan henti jantung berbeda-beda tergantung usia, pada bayi baru lahir
penyebab terbanyak adalah gagal nafas, sedangkan pada masa bayi penyebabnya seperti :
1. Sindroma bayi mati mendadak (SIDS)
2. Penyakit pernafasan
3. Sumbatan saluran nafas (termasuk aspirasi benda asing)
4. Tenggelam
5. Sepsis
6. Penyakit neurologis
C. Indikasi RJP
1. Henti Nafas
Henti nafas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya
serangan stroke, keracunan obat, tenggelam,inhalasi asp/uap/gas, obstruksi jalan nafas
oleh benda asing, tersengat listrik, tersambar petir, serangan infark jantung, radang
epiglottis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lainnya. Henti nafas ditandai dengan
tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernapasan dari korban dan ini merupakan
kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD). Pada awal henti
nafas, jantung masih berdenyut dan nadinya masih teraba, dimana oksigen masih dapat
masuk ke dalam darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan
darah ke otak dan organ-organ vital yang lainnya. Dengan memberikan bantuan
resusitasi, ia dapat membantu menjalankan sirkulasi lebih baik dan mencegah
kegagalan perfusi organ.
2. Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) adalah ketidaksanggupan curah jantung untuk
memenuhi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara mendadak dan
dapat balik normal, jika dilakukan tindakan yang tepat atau akan menyebabkan

5
kematian atau kerusakan otak menetap kalau tindakan tidak adekuat. Henti jantung
yang terminal akibat usia lanjut atau penyakit kronis tertentu tidak termasuk henti
jantung atau cardiac arrest.
3. Sistem Pernafasan Dan Sirkulasi
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantara sistem yang utama adalah sistem
pernafasan dan sistem sirkulasi. Kedua-dua sistem ini, merupakan komponen utama
yang memainkan peranan penting untuk mempertahankan hidup. Jika terganggunya
salah satu fungsi dari sistem ini, ini dapat mengakibatkan ancaman kehilangan nyawa.
Tubuh dapat menyimpan makanan untuk beberapa minggu dan menyimpan air untuk
beberapa hari, tetapi hanya dapat menyimpan oksigen (O²) untuk beberapa menit saja.
Sistem pernafasan memberikan pasokan oksigen kedalam tubuh sesuai dengan
kebutuhan dan juga mengeluarkan karbondioksida (CO2). Sistem sirkulasi inilah yang
bertanggungjawab memberikan pasokan oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh.
Diantara komponen-komponen yang berhubungan dengan sirkulasi adalah jantung,
pembuluh darah yang terdiri dari artery, vein, dan capillary, serta darah dan komponen-
komponennya.
4. Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal, misalnya
Prosedur RJP terbaru adalah kompresi dada 30 kali dengan 2 kali napas buatan iaitu
kecepatan 100 kali permenit. Penanganan dan tindakan cepat pada resusitasi jantung
paru khususnya pada kegawatan kardiovaskuler amat penting untuk menyelamatkan
hidup, untuk itu perlu pengetahuan RJP yang tepat dan benar dalam pelaksanaannya.
D. Indikasi RJP diakhiri
RJP dapat dihentikan apabila kondisi sebagai berikut:
1. Ditemukan tanda-tanda kematian pasti seperti pupil midsiasis, lebam mayal, dan
sebagainya
2. Tim ahli yang lebih kompeten sudah datang
3. Penolong kelelahan, korban belum muncul tanda-tanda kehidupan
E. Kontraindikasi RJP
Kontraindikasi dilakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu :
1. Penyakit terminal
2. Mati secara klinis lebih dari 5 menit
3. Tidak ada tanda-tanda henti jantung dan napas: Jika korban masih memiliki tanda-
tanda sirkulasi atau masih memiliki nafas spontan, maka RJP tidak perlu dilakukan.
4. Kematian yang jelas: Jika korban telah diketahui meninggal dengan pasti atau ada
tanda-tanda fisik yang menunjukkan kematian, maka RJP tidak perlu dilakukan.
5. Cedera kepala atau leher: Jika korban mengalami cedera kepala atau leher yang
serius, maka RJP harus dilakukan dengan hati-hati dan harus dipertimbangkan
secara matang.
6. Kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan RJP: Misalnya, kondisi
korban yang terperangkap dalam kendaraan yang terbakar atau dalam air yang
dalam, sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan RJP.

6
7. Penyakit yang tidak dapat disembuhkan: Beberapa penyakit seperti kanker stadium
akhir atau kondisi yang tidak dapat disembuhkan dengan cara apapun, maka RJP
tidak dianjurkan untuk dilakukan.
F. Fase-fase RJP
Resusitasi jantung paru dibagi menjadi 3 fase diantaranya :
1. FASE I
Tunjangan Hidup Dasar (Basic Life Support) yaitu prosedur pertolongan darurat
mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas dan henti jantung, dan bagaimana
melakukan RJP secara benar. Terdiri dari :
a. C (circulation) : mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.
b. A (airway) : menjaga jalan nafas tetap terbuka.
c. B (breathing) : ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.
2. FASE II
Tunjangan hidup lanjutan (Advance Life Support); yaitu tunjangan hidup dasar
ditambah dengan :
a. D (drugs) : pemberian obat-obatan termasuk cairan.
b. E (EKG) : diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin setelah dimulai PJL,
untuk mengetahui apakah ada fibrilasi ventrikel, asistole atau agonal ventricular
complexes.
c. F (fibrillation treatment) : tindakan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel.
3. FASE III
Tunjangan hidup terus-menerus (Prolonged Life Support).
a. G (Gauge) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring penderita secara terus
menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya.
b. H (Head) : tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistem saraf dari
kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung, sehingga dapat dicegah
terjadinya kelainan neurologic yang permanen.
c. H (Hipotermi) : Segera dilakukan bila tidak ada perbaikan fungsi susunan saraf
pusat yaitu pada suhu antara 30° — 32°C.
d. H (Humanization) : Harus diingat bahwa korban yang ditolong adalah manusia
yang mempunyai perasaan, karena itu semua tindakan hendaknya berdasarkan
perikemanusiaan.
e. I (Intensive care) : perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi
:trakeostomi, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde lambung, pengukuran
pH, pCO2 bila diperlukan, dan tunjangan sirkulasi,mengendalikan kejang.
G. Tahapan RJP pada wanita
Salah satu yang harus diperhatikan pada RJP yang dilakukan pada Wanita yaitu RJP yang
dilakukan pada Wanita hamil. Wanita hamil boleh dilakukan RJP hanya saja terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Berikut tahapan RJP pada Wanita hamil:
1. Posisikan wanita hamil dalam kondisi terlentang pada permukaan keras, dan
apabila memungkinkan letakkan bantal atau handuk atau benda serupa di bawah

7
pinggul kanan sekitar 15 sampai 30 derajat. Hal ini bertujuan untuk
memaksimalkan RIP
2. Berlutut di samping mereka.
3. Tempatkan tumit satu tangan di bagian bawah tulang dada.
4. Letakkan tangan kamu yang lain di atas.
5. Luruskan lengan dan posisikan diri kamu di atas dada korban.
6. Gunakan beban tubuh kamu untuk menekan lurus ke bawah ke dadanya dengan
kedalaman dada, yang umumnya lebih dari lima sentimeter.
7. Lepaskan tekanan. Biarkan dada mundur penuh dengan mengangkat tangan sedikit
dari dada di antara setiap kompresi.
Menekan dan melepaskan terdiri dari satu kompresi. Waktu yang dihabiskan untuk
kompresi dada dan fase pelepasan harus sama.
8. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100-120 denyut per menit. Atau, setelah 30
kompresi dada dengan keras dan cepat, berikan dua napas bantuan. Pastikan
menjaga kecepatan dengan tepat! Menghitung dengan keras akan sangat membantu.
9. Terus ulangi proses ini dan lakukan lima siklus CPR dalam waktu sekitar dua menit
sampai AED atau layanan medis darurat tiba
H. Tata cara melakukan resusitasi jantung paru
a. Resusitasi jantung paru dengan satu orang penolong :
1. Tiupkan bantuan nafas awal 2(dua) kali
2. Jika penderita bernafas dan nadi berdenyut maka posisikan penderita pada posisi
pemulihan.
3. Apabila masih belum terdapat nafas dan nadi,maka lakukan pijatan jantung
sebanyak 15 kali dengan kecepatan pijatan 80-100 kali per menit.
4. Berikan bantuan nafas lagi sebanyak 2(dua) kali
5. Lakukan terus 15 kali pijatan jantung dan 2 kali bantuan nafas sampai 4 siklus
6. Periksa kembali nadi dan nafas penderita,apabila terdapat nadi namun belum
terdapat nafas maka teruskan bantuan nafas 10-12 kali per menit.
b. Resusitasi jantung paru 2 (dua) orang penolong
1. Posisi penolong saling berseberangan
2. Lakukan bantuan nafas awal sebanyak 2(dua)kali.
3. Lakukan pijatan jantung luar sebanyak 5(lima)kali dengan kecepatan pijatan 80-
100 kali per menit
4. Berikan nafas bantuan sebanyak 1(satu) kali
5. Lakukan 5 pijatan jantung dan 1 nafas bantuan sampai 12 siklus
6. Periksa kembali nadi dan nafas penderita,apabila terdapat nadi namun belum
terdapat nafas maka teruskan bantuan nafas 10-12 kali per menit.
I. Tanda-tanda resusitasi jantung paru efektif
RJP dikatakan berhasil dapat dievaluasi dari :
1. Penolong merasakan denyut nadi carotis
2. Pupil korban mengecil ketika terkena cahaya
3. Kulit pasien tidak pucat

8
4. Pasien mulai bernafas spontan
5. Nadi berdenyut spontan
J. Komplikasi resusitasi jantung paru efektif
RJP dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya, antara lain :
1. Patah tulang sternum (dada)
2. Patah tulang iga
3. Distensi lambung
4. Muntah
K. Spesifikasi penolong yang dapat memberikan RJP
1. Penolong yang tidak terlatih (Untrained lay rescuer). Untuk orang awam yang
tidak berpengalaman hanya kompresi dada yang dilakukan.
2. Penolong yang terlatih (Trained lay rescuer) harus memberikan kompresi dada
untuk pasien yang SCA dan dapat memberikan ventilasi dengan maka
perbandingan 30 : 2.
3. Penyedia pelayanan kesehatan (Healthcare Provider).
Keterangan :
Resusitasi yang diberikan tergantung kasus yang dihadapi. Jika ada pasien yang
lemas ataupun yang mempunyai obstruksi jalan pernapasan dan mengalami
penurunan kesadaran, CPR juga dapat diberikan dengan kompresi dada sebanyak
30 kali dan diteruskan dengan ventilasi. Jika menemukan pasien yang tidak
responsif atau tidak bernafas, asumsi SCA selalu dilakukan
F. Kajian Jurnal
1. Jurnal 1

Sumber :
Kusumawati, P. D., & Jaya, A. W. D. (2019). Efektifitas Simulasi Resusitasi Jantung
Paru Terhadap Kemampuan Penatalaksanaan Resusitasi Jantung Paru Anggota
Brimob. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 9(04), 667-672.
Metode :
Desain penelitian adalah pra eksperimental dengan pendekatan one-group pre test post
test. Responden. Populasi semua anggota Brimob di Kompi 1 Batalyon C Pelopor

9
Satbrimob Polda Jatim sebanyak 100 orang, dengan teknik accidental sampling
didapatkan sampel sebanyak 25 responden
Pendahuluan :
Berdasarkan hasil wawancara kepada 8 anggota brimob golongan I tentang tindakan
Resusitasi Jantung Paru (RJP), didapatkan hasil bahwa tidak ada satupun brimob yang
mengerti dan memahami tentang bantuan hidup dasar khususnya tentang prosedur dari
Resusitasi Jantung Paru (RJP). Mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui
cara untuk memberikan resusitasi jantung paru, mereka juga mengatakan bahwa
apabila menemui orang dengan henti jantung mereka tidak mampu memberikan
bantuan hidup dasar Resusitasi Jantung Paru (RJP) karena mereka tidak mengetahui
apa yang harus dilakukan, salah satu tindakan yang dapat mereka lakukan yaitu
meminta bantuan kepada petugas kesehatan.
Hasil dan pembahasan :

Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai p = 0,000
sehingga H1 diterima yang artinya ada simulasi Resusitasi Jantung Paru (RJP) efektif
terhadap kemampuan penatalaksanaan Resusitasi Jantung Paru (RJP) Anggota Brimob
di Kompi 1 Batalyon C Pelopor Satbrimob Polda Jatim.
Pertolongan yang tepat dalam menangani kasus kegawatdaruratan dalam hal ini
yaitu cardiac arrest adalah Basic Life Support atau yang dikenal dengan Bantuan Hidup
Dasar (BHD). Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau yang biasa disebut
Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan untuk
mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti jantung dan
henti nafas. Intervensi ini terdiri dari pemberian kompresi dada dan bantuan nafas.
2. Jurnal 2
Judul :
PELATIHAN UNTUK TENAGA KESEHATAN RICU/ICU/IGD DI RSUD CUT
MEUTIA ACEH UTARA: PARADIGMA BARU DALAM RESUSITASI
JANTUNG PARU (RJP) DI ERA PANDEMI COVID-19
Penulis : Anna Millizia, Mardiati , Anita Syafridah
Tahun : 2022

10
Pendahuluan :
Wabah infeksi SARS-CoV 2 yang terus meningkat tentu berdampak pada upaya
resusitasi dan memunculkan kebutuhan untuk memodifikasi praktik resusitasi jantung paru
(RJP) yang telah ada. Komplikasi seperti hipoksemia akibat gagal nafas akut, jejas
miokard,aritmia ventrikular, dan syok banyak dijumpai dan menyebabkan pasien tersebut
lebih berisiko mengalami henti jantung. Tenaga kesehatan merupakan profesi dengan
risiko tertinggi tertular penyakit ini. Risiko ini semakin nyata seiring maraknya kelangkaan
Alat Pelindung Diri (APD) di seluruh dunia. Upaya resusitasi meningkatkan risiko
penularan terhadap tenaga kesehatan karena berbagai alasan. Pertama, RJP meliputi
berbagai prosedur yang menghasilkan aerosol, termasuk didalamnya kompresi dada,
ventilasi tekanan positif, dan pemasangan alat bantu nafas lanjut (advanced airway).Selama
prosedur ini, partikel virus dapat tersuspensi di udara dengan waktu paruh kurang-lebih 1
jam dan dihirup oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.Kedua,upaya resusitasi
mengharuskan sejumlah penolong untuk bekerja dalam jarak dekat baik satu sama lain
maupun dengan pasien.Terakhir,henti jantung merupakan kondisi dimana pasien mendapat
resusitasi dalam waktu cepat dan berpotensi menyebabkan kemerosotan kewaspadaan
standar untuk mengontrol infeksi. Salah satu cara yang efektif dalam mencegah
peningkatan resiko infeksi adalah dengan memberikan edukasi dan pelatihan keterampilan
RJP pada pasien dengan COVID 19 dengan kontinyu dan konsisten yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan dalam meminimalisir resiko tertular infeksi
COVID 19 pada saat melakukan RJP yang menimbulkan aerosol serta adanya fasilitas
sarana dan prasarana yang menunjang tindakan pencegahan.

Metode :
Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pelatihan tenaga kesehatan dengan
metode penyuluhan atau edukasi untuk meningkatkan pengetahuan serta pelatihan
ketrampilan bagaimana melakukan resusitasi jantung yang benar di era pandemic COVID
19. Masyarakat sasaran kegiatan adalah tenaga kesehatan RICU/ICU/IGD yang memang
sering menangai kasus henti jantung dan henti nafas pada pasien kritis.

Hasil dan Pembahasaan :


Pelatihan RJP yang dilaksanakan di RSUD Cut Meutia ini menghasilkan peningkatan baik
dari segi pengetahuan maupun keterampilan yang dibuktikan dengan peningkatan hasil
post test. Tenaga kesehatan yang terampil dalam tatalaksana kasus kegawatdaruratan dalam
hal ini yaitu kasus henti nafas dan jantung juga akan meminimalisir resiko infeksi tertular
penyakit COVID 19 sehingga rumah sakit tidak kekurangan tenaga medis yang sakit dan
kelelahan. Keterampilan dan pengetahuan yang baik akan meningkatkan daya saing tenaga
kesehatan di Aceh Utara sehingga pelayanan kesehatan di wilayah aceh terpenuhi dengan
baik.

11
Kesimpulan :
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh 20 tenaga kesehatan di BLU RSUD Cut Meutia Aceh Utara, Jl
Lintas Medan-Banda Aceh, Buket Rata,Lhokseumawe.Kegiatan ini berisikan edukasi dan
pelatihan serta sosialisasi tindakan RJP pada pasien terduga atau terkonfirmasi COVID 19. Sasaran
kegiatan ini adalah tenaga kesehatan yang sering bekerja menangani kasus kegawatdaruratan
seperti henti nafas dan henti jantung yaitu tenaga kesehatan RICU/ICU/IGG untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam RJP sehingga bisa menyelamatkan pasien namun juga
terhindar dari resiko infeksi COVID 19. Kegiatan yang dilaksanakan oleh tim pengabdi
berlangsung dengan baik. Pelatihan yang diberikan dirasakan memberikan manfaat yang positif
untuk tenaga kesehatan karena terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi, Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau Cardiopulmonary Resusitasi (CPR) adalah upaya
mengembalikan fungsi nafas dan atau sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab dan
boleh membantu memulihkan kembali kedua-dua fungsi jantung dan paru ke keadaan
normal. RJP bertujuan untuk mengembalikan keadaan henti jantung atau henti nafas agar
kembali berfungsi optimal. Adapun indikasi dari pemberian rjp yaitu henti nafas,henti
jantung dllnya.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya pemaparan dan penyusunan materi tersebut yaitu teknik rjp
bisa menambah wawasan, keterampilan bagi pembaca dan penulis agar diharapkan dapat
mengimplementasikannya dengan baik,benar dan tepat. Dalam penyusunan materi ini
masih dalam tahap pembelajaran, maka dari itu kritik dan saran sangat diperlukan.
Terimakasih

13
Daftar Pustaka

1. Ganthikumar, Kaliammah. (2016). Indikasi dan Keterampilan Resusitasi Jantung Paru


(RJP). Intisari Sains Medis, vol 6 (1).
2. Rini, Ika Setyo, et al. (2019). Buku Ajar Keperawatan Pertolongan Pertama Gawat Darurat
(PPGD). Malang : UB Press.
3. Andini, D. M., Satria, E., Megasari, A. L., Argaheni, N. B., Yunarsih, N., Susanto, Y. P. P.,
& Sakinah, I. (2022). Keterampilan Klinik Praktek Kebidanan. Get Press.
4. Adi, G. S., Haryono, R., Taukhit, S. K., Pratiwi, E., Wulandari, B., Rahayu, N. W., ... &
Fathonah, S. (2022). Buku Modul Standar Operasional Prosedur (SOP) Keterampilan
Keperawatan. Lembaga Omega Medika.
5. Kusumawati, P. D., & Jaya, A. W. D. (2019). Efektifitas Simulasi Resusitasi
Jantung Paru Terhadap Kemampuan Penatalaksanaan Resusitasi Jantung Paru
Anggota Brimob. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 9(04), 667-672.

14

Anda mungkin juga menyukai