Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur Amalia Asruddin

Nim : 16204

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

A. Latar Belakang
Dalam proses pembangunan harus memperhatikan pengaruh-pengaruh yang muncul, baik
secara langsung terhadap masyarakat sekitar ataupun dalam cakupan lingkungan yang lebih luas.
Indonesia yang masa sekarang sedang mengalami pembangunan besar-besaran menjadi sangat
penting untuk menerapakan suatu aturan guna menjaga dan mangantisipasi dampak yang akan
terjadi.
Analisis mengenai dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan padalingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan
suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural.
Dasar hukum AMDAL di Indonesia adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang
"Izin Lingkungan Hidup" yang merupakan pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.
AMDAL sesungguhnya suatu telaah yang dilakukan secara bertahap yaitu penapisan
(screening), pelingkupan (scoping), identifikasi (identification), prakiraan (prediction), dan
evaluasi (evaluation) yang kemudian dilanjutkan dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
(RKL dan RPL).Mengingat pasal 16 UU No.4 Tahun 1982 dan kelancaran pembangunan maka
penapisan dilakukan oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan. Sehingga kegiatan
pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat dilakukan lebih efisien dan efektif. Penapisan
dilakukan secara sederhana dengan komplikasi yang minimum dan kepercayaan yang maksimum
bahwa suatu proyek akanatau tidak menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.
1. Proses penapisan
Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi wajib AMDAL adalah proses untuk
menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di
Indonesia, proses penapisan dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Ketentuan
apakah suatu rencana kegiatan perlu menyusun dokumen AMDAL atau tidak dapat dilihat
pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL iharapkan dengan
penapisan dapat membuka wawasan penyusun AMDAL untuk menapis proyeknya
sendiri. Untuk itu diperlukan daftar kriteria yang memperhatikan hal- hal berikut :
a. Klasifikasi Kota Baru (baik dari segi fungsi, pemrakarsa, waktu
pengembangan, maupun kriteria lain).
b. Kriteria kesatuan ekosistem.
c. Aspek luas/skala Kota Baru.
d. Aspek daya tampung/jumlah penghuni dan dinamikanya (termasuk
perubahan struktur penduduk dan pola migrasinya).
e. Aspek jangka waktu pengembangan.
f. Aspek institusi (pemrakarsa maupun penanggung jawab).

2. Proses pelingkupan
Pelingkupan merupakan suatu proses awal (dini) untuk menentukan lingkup permasalahan
dan mengidentifikasi dampak penting (hipoetis) yang terkait dengan rencana kegiata, serta
mengkonsultasikan dengan semua pihak yang terlibat didalamnya. Pelingkupan yang
dimaksud dalam AMDAL hampir sama dengan perumusan masalah dalam suatu penelitian
ilmiah, yaitu melakukan pembatasan ruang lingkup ke hal-hal (faktor) yang relevan untuk
pengambilan keputusan atau menyimpulkan hasil penelitian menjadi lebih baik (tepat dan
benar). Dapat pula dikatakan sebagai pemusatan (focusing) pelaksanaan AMDAL, sehingga
hal-hal (faktor) yang tidak urgen tidak perlu dikaji. Pelingkupan juga merupakan suatu proses
penelahaan sebab akibat, interaksi antara kegiatan dengan komponen lingkungan hidup dan
atau diantaranya. Telaahan interaksi sebab akibat, dibatasi secara rasional untuk hal-hal yang
penting, dengan pertimbangan dan beberapa asumsi yang logis (spatial and temporal). Dalam
pelingkupan perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
a. Pendekatan dari segi ambang batas/daya dukung lingkungan :
- Neraca dan tata air.
- Manajemen limbah.
- Sifat spesifik masing-masing ekosistem.
b. Pendekatan dari segi standar ideal suatu Kota Baru (baik yang berlaku umum
sektoral atau ketetapan pemerintah maupun site spesific seperti yang diatur
oleh RUTR atau Perda-perda lain), misalnya :
- Proporsi ruang terbuka hijau yang ideal (proporsi 60 % budidaya, 30 % lindung) .
- Proporsi ketersediaan fasilitas dan utilitas dengan kapasitas penduduk yang
ditampung.
- Proporsi jumlah panjang jalan dengan jumlah penduduk yang dilayani.
- Baku mutu (bila ada) .
c. Pendekatan dari segi keputusan pemerintah, maupun kebijaksanaan tata ruang
daerah (khususnya Dati II) .
d. Masalah sosial, ekonomi, budaya.
e. Masalah manajemen limbah cair maupun padat.
f. Masalah fasilitas umum.
g. Aspek waktu, berkaitan dengan pola dan tahapan perkembangan Kota Baru

3. Penyajian Rona Lingkup Awal


Rona lingkup awal merupakan gambaran keadaan lingkungan di tempat industri yang akan di
bangun dan di daerah sekitarnya. Penyusunan deskrpsi dari rona lingkungan merupakan
bagian dasar yang sangat penting dalam proses AMDAL seperti juga halnya dengan
penyusunan proyek industri. Dalam proses pendugaan dampak lingkungan, dasar dari
pendugaan adalah informasi yang terdapat dalam di dalam deskrpsi proyek dan rona
lingkungan. Deskrpsi proyek dan rona lingkungan yang tidak lengkap atau datanya tidak
benar atau kurang tepat akan menghasilkan pendugaan dampak yang tidak lengkap atau
datanya tidak benar. Itulah sebabnya penyusunan rencana penelitian untuk mendapatkan
gambaran rona lingkungan harus dilakukan dengan cermat dan dalam waktu yang cukup.
Apabila pendugaan dampak lingkungan kurang tepat, keadaan akan berkepanjangan sampai
kepada saran-saran dalam pengelolaan lingkungan dan pengambil keputusan.

4. Analisis Resiko
langkah-langkah dalam menganalisi resiko adalah :
a. Identifikasi bahaya
Mengenal dampak buruk kesehatan yang di sebabkan oleh pemajanan oleh suatu
bahan yang di hasilkan dari industri serta bukti-buti yang mendukungnya.
b. Evaluasi
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan
bagaimana suatu kondisi pemajanan oleh suatu bahan yang di hasilkan industry
tersebut yang akan berdampaj pada kesehatan.
c. Pengukuran pemajanan
Perkiraan besaran, frekuensi, dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan
melalui semua jalur dan menghasilkan pemajanan numeric.
d. Penetapan resiko
Integrasikan informasi daya racun dan pemajanan kedalam “ perkiraan batas atas”
resiko kesehatan yang terkandung dalam suatu bahan yang di hasilkan industry
tersebut.

5. Rencana pengelolaan resiko


a. Memberikan kesempatan bagi penduduk local untuk ikut serta terlibat sebagai tenaga
kerja dalam kegiatan operasional pabrik industry sesuai demgan kualifikasi dan
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
b. Penyuluhan kesehatan
c. Peningkatan pelayan kesehatan
d. Penggunaan alat pelindung diri
e. Pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala
Pengelolaan resiko adalah upaya yang secara sadar di lakukan untuk mengendalikan
resiko. Dalam pengertian yang lebih spesifik, pengelolaan resiko lingkungan adalah
pengelolaan situasi dan atau kondisi lingkungan yang mengandung resiko yang di
ketahiu dari hasil analisis sebelumnya. Banyak hal perlu memperoleh pertimbangan
secara proporsional mengingat kompleksitasnya.

6. Implementasi dan pengembalian keputusan

7. Rencana Pemantauan
Sebagai upaya melestarikan lingkungan sejak masih dalam penyusunan rencana
pembangunan dijalankan termasuk pada proyek yang sudah di bangun tetapi belum ada
RKL/RPLnya.
Contohnya :
a. Memantau dan mengetahui perubahan kualitas air buangan dan air limbah
b. Memantau jumlah kesempatan kerja dan berusaha yang dapat diambil oleh masyarakat baik
secara formal maupun informal

8. Rencana Pengelolaan
Upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan
hidup yang bersifat negative serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana
suatu kegiatan. Upaya-upaya tersebut di rumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar
pengelolaan andal .

Anda mungkin juga menyukai