Anda di halaman 1dari 6

Nama : M.

ZAKY GHUFRON
Nim : 042000621
Kelas : 8D Manajemen

MODUL 06

Kegiatan Belajar 1
A. Eksternalitas
Proyek yang sifatnya besar dan terkait dengan masalah sosial ekonomi umumnya
memunculkan masalah externality. Eksternalitas muncul dalam bentuk produk
ikutan atau sampingan (by product). Eksternalitas menunjukkan suatu "produk"
spesifik yang mempunyai karakteristik sebagai berikut.
1. Tidak dengan sengaja diciptakan oleh sponsor proyek tersebut (perusahaan),
tetapi timbul karena kegiatan ekonomi yang sah.
2. Di luar kendali mereka yang terkena dampak externality tersebut, entah
dampak yang menguntungkan ataupun merugikan.
3. Externality tidak diperdagangkan. Antisipasi eksternalitas yang tidak tepat
berdampak cukup signifikan pada ekosistem atau lingkungan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis yang mendalam terhadap kemungkinan
munculnya eksternalitas dalam suatu proyek. Analisis ini salah satunya kita kenal
dengan analisis dampak lingkungan (AMDAL).

B. Hakikat AMDAL
Analisis dampak lingkungan (ANDAL) adalah kajian secara cermat dan mendalam
tentang dampak penting suatu kegiatan yang direncanakan, sedangkan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak penting suatu
usaha atau kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan
dalam proses pengambilan keputusan.
Tujuan dan sasaran AMDAL adalah untuk menjamin suatu usaha atau kegiatan
pembangunan layak lingkungan (alami, binaan, sosial-ekonomi, dan budaya). Dengan
AMDAL, diharapkan usaha atau kegiatan pembangunan dapat memanfaatkan dan
mengelola sumber daya alam secara efisien dan meminimumkan dampak negatif
terhadap lingkungan.

Peran AMDAL :
1. Peran AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan
Aktivitas pengelolaan lingkungan baru dapat dilakukan apabila telah disusun rencana
pengelolaan lingkungan, yang sebelumnya telah diketahui dulu dampak lingkungan
yang akan timbul sebagai akibat dari proyek yang akan dibangun. Dalam
kenyataannya nanti, dampak lingkungan yang telah diduga dapat jauh berbeda
dengan kenyataannya. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan-kesalahan dalam
menyusun AMDAL atau karena pemilik proyek tidak menjalankan proyeknya sesuai
AMDAL yang ada.

2. Peran AMDAL dalam Pengelolaan Proyek


AMDAL merupakan salah satu studi kelayakan lingkungan yang disyaratkan untuk
mendapatkan perizinan. Selain aspek-aspek studi kelayakan yang lain, seperti aspek
teknis dan ekonomis, seharusnya AMDAL dilakukan bersama-sama di mana
masing-masing aspek dapat memberikan masukan bagi aspek-aspek lainnya
sehingga akan dihasilkan suatu penilaian yang optimal terhadap proyek.

3. AMDAL sebagai Dokumen Penting


Laporan AMDAL merupakan dokumen penting sebagai sumber informasi yang rinci
mengenai keadaan lingkungan pada waktu penelitian proyek, dan gambaran keadaan
lingkungan di masa yang akan datang. Dokumen ini juga penting untuk melakukan
evaluasi, untuk membangun proyek yang lokasinya berdekatan dan dapat digunakan
sebagai alat legalitas.
C. LANDASAN HUKUM AMDAL
Peraturan-peraturan yang berlaku secara internasional mengenai AMDAL dapat
berupa deklarasi, perjanjian-perjanjian bilateral maupun multilateral. Sebagai contoh
adalah deklarasi Stockholm yang disebut Declaration of the United Nations
Conference on the Human Environment oleh semua negara anggota PBB tahun 1972.

AMDAL mulai diberlakukan di Republik Indonesia tahun 1986 melalui PP 29 Tahun


1986. Oleh karena pelaksanaan PP 29 Tahun 1986 mengalami beberapa hambatan
yang bersifat birokratis maupun metodologis maka sejak tanggal 23 Oktober 1993
Pemerintah mencabut PP 29/1986 dan menggantikannya dengan PP 51 Tahun 1993
tentang AMDAL yang diharapkan membuat pelaksanaan AMDAL lebih efektif.
Selanjutnya, pada tahun 1999 diadakan kembali revisi seiring dengan
diberlakukannya Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yaitu dengan PP 27 Tahun 1999. Peraturan pemerintah ini
ditindaklanjuti oleh Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup mengenai
jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL.

Kegiatan Belajar 2
Pelaksanaan AMDAL
Oleh karenanya perlu dijelaskan pelaksanaan AMDAL secara lengkap untuk dapat membuat
suatu laporan studi kelayakan yang lengkap. Pembahasan akan dimulai dengan pihak-pihak
yang terkait dalam proses pelaksanaan AMDAL, waktu pelaksanaan AMDAL, penanggung
jawab pelaksanaan AMDAL. Proses penapisan kegiatan/usaha yang wajib AMDAL prosedur
pelaksanaan AMDAL, tanggung jawab pengawasan dan perizinan AMDAL, peran serta
masyarakat, dan sistem pembinaan.
A. PIHAK TERKAIT DALAM PROSES PELAKSANAAN AMDAL
Pihak yang berkepentingan langsung dengan AMDAL adalah:
1. pemerintah yang ingin memastikan terselenggaranya pembangunan yang
berkelanjutan dan tidak mengorbankan lingkungan;
2. pengusaha/sponsor (untuk selanjutnya disebut sebagai pemrakarsa atau
proponen) yang ingin memastikan rencana usaha atau kegiatannya dapat
beroperasi karena layak lingkungan;
3. masyarakat sebagai kelompok yang terpengaruh langsung dengan
keberadaan proyek.

B. WAKTU PELAKSANAAN AMDAL


Sebagai bagian dari studi kelayakan suatu rencana usaha atau kegiatan, maka studi
AMDAL seharusnya dimulai pada saat perencanaan usaha atau kegiatan. Dengan
meletakkan AMDAL pada awal siklus proyek, ia dapat menjadi masukan yang efektif
dalam perencanaan proyek dan dapat mencegah pemborosan biaya pembangunan.

C. PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN AMDAL


Secara umum, tanggung jawab koordinasi proses pelaksanaan AMDAL berada pada
BAPEDAL (Badan Pengendalian Dampak Lingkungan), BAPEDAL menyediakan
informasi berupa pedoman pelaksanaan studi AMDAL dan melaksanakan tugas
pengawasan pelaksanaannya. Kewenangan untuk menilai dokumen dan tata laksana
AMDAL proyek berada pada instansi sektoral di tingkat Pusat (Komisi Pusat), dan
pada Pemerintah Daerah Tingkat I atau II (Komisi Daerah). Keanggotaan dan tata
kerja komisi ditetapkan oleh BAPEDAL. Tim teknis dapat dibentuk untuk membantu
pekerjaan setiap komisi.

D. PROSES PENAPISAN KEGIATAN/USAHA YANG WAJIB AMDAL


Proses penapisan wajib AMDAL adalah proses penentuan apakah suatu rencana
usaha atau kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Proses penapisan wajib
AMDAL ini mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup.
1. Jenis Usaha atau Kegiatan Wajib AMDAL
Jenis usaha atau kegiatan yang wajib AMDAL adalah kegiatan-kegiatan yang berskala
besar, kompleks, dan berbatasan langsung atau bisa mempengaruhi fungsi kawasan
sensitif sehingga dapat menimbulkan dampak penting, yang meliputi:
a. pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;
b. eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tak terbarui;
c. proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran, dan kerusakan lingkungan hidup, serta kemerosotan sumber daya
alam dalam pemanfaatannya;
d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
e. proses dan kegiatan yang hasilnya akan dapat mempengaruhi pelestarian
kawasan konservasi sumber daya dan/atau perlindungan cagar budaya;
f. introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik;
g. pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;
h. penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup;
i. kegiatan yang mempunyai risiko tinggi, dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara.

2. Prosedur Penapisan
Berikut ini adalah langkah-langkah penapisan usaha atau kegiatan wajib
AMDAL.
a. Perhatikan daftar jenis usaha atau kegiatan wajib AMDAL dalam Daftar Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup. Jika rencana usaha atau kegiatan masuk dalam daftar ini
maka jenis usaha atau kegiatan tersebut wajib AMDAL.
b. Jika usaha atau kegiatan tidak termasuk dalam daftar pada poin a, periksa kembali
apakah rencana usaha atau kegiatan masuk dalam kriteria berikutnya, yaitu
berbatasan langsung dengan daerah sensitif dalam Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup sehingga rencana tersebut menjadi wajib AMDAL.
c. Jika usaha atau kegiatan tidak termasuk dalam kriteria pada poin a dan b, namun
masuk dalam kriteria berikutnya, yaitu dapat mengubah fungsi atau peruntukan
kawasan lindung maka rencana ini juga wajib AMDAL.
d. Jika usaha atau kegiatan masuk dalam kriteria berikutnya, yaitu berada dalam
kawasan lindung yang telah berubah peruntukannya maka rencana ini menjadi wajib
AMDAL.
e. Jika dalam proses penapisan usaha atau kegiatan wajib AMDAL terjadi keraguan
maka wewenang penetapan wajib AMDAL diserahkan pada Menteri Lingkungan
Hidup yang mengeluarkan keputusan secara tertulis.

3. Penetapan Jenis Studi AMDAL


Dalam PP 51 Tahun 1993 yang diperbaharui dengan PP 27 Tahun 1999, ditetapkan empat
jenis pendekatan studi AMDAL bagi rencana usaha atau kegiatan yang masuk dalam kriteria
wajib AMDAL, yaitu sebagai berikut.
a. AMDAL Proyek, untuk suatu rencana usaha atau kegiatan yang berada dalam
wewenang satu instansi sektoral. Contoh: AMDAL Pabrik Tekstil, AMDAL Rumah
Sakit.
b. AMDAL Usaha atau Kegiatan Terpadu/Multisektor, untuk suatu rencana usaha atau
kegiatan yang sifatnya terpadu (terkait dalam perencanaan, pengelolaan, dan proses
produksinya), berada dalam satu kesatuan ekosistem dan melibatkan kewenangan
lebih dari satu instansi. Contoh: AMDAL untuk Pabrik Pulp & Paper yang didukung
oleh HTI, PLTU, Pelabuhan, dan Jalan Raya. Jenis AMDAL ini ditangani oleh komisi
AMDAL Kegiatan Terpadu yang dikoordinasi oleh BAPEDAL.
c. AMDAL Kawasan, untuk suatu rencana usaha atau kegiatan yang berlokasi dalam
suatu kesatuan hamparan ekosistem dan menyangkut kewenangan satu instansi.
Contoh: AMDAL untuk Kawasan Industri, AMDAL untuk Kawasan Pariwisata. Semua
kegiatan dalam areal ini tidak perlu lagi membuat AMDAL masing-masing.

d. AMDAL Regional, untuk suatu rencana usaha atau kegiatan dalam satu kesatuan
ekosistem zona rencana pengembangan wilayah sesuai dengan Rencana Umum Tata
Ruang Daerah dan melibatkan kewenangan lebih dari satu instansi. Contoh: AMDAL
untuk pembangunan kota-kota baru.

E. PROSEDUR PELAKSANAAN AMDAL


1. Isi Dokumen AMDAL
Dokumen AMDAL terdiri dari empat rangkaian hasil studi yang dilaksanakan secara
berurutan, yaitu sebagai berikut.
a. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan atau biasa disebut KA-
AMDAL.
b. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan yang selanjutnya disebut sebagai ANDAL.
c. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan yang selanjutnya disebut RKL.
d. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan yang selanjutnya disebut RPL.

2. Prosedur Penilaian
Prosedur penilaian dokumen AMDAL dibagi menjadi dua tahapan pokok, yaitu penilaian
dokumen KA-ANDAL dalam tahap pertama, serta penilaian dokumen ANDAL, RKL, dan RPL
dalam tahap kedua.
a. KA-ANDAL
Berdasarkan PP 51 Tahun 1993 yang diperbarui dengan PP 27 Tahun 1999, KA- ANDAL atau
Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan adalah ruang lingkup studi analisis dampak
lingkungan. Dokumen ini merupakan bagian pertama dari rangkaian studi AMDAL, KA-
ANDAL ini disusun atas dasar pelingkupan dengan fokus aspek dan parameter lingkungan
yang penting. Dalam dokumen ini dicantumkan uraian rencana usaha atau kegiatan yang
akan dikembangkan; batas wilayah studi menurut proyek, administratif, dan ekologis;
metode pengumpulan data dan analisisnya; tim studi dan biaya studi.
KA-ANDAL ini dapat dianggap sah sebagai dasar studi AMDAL selanjutnya bila tidak
ditanggapi selama 75 hari. Apabila KA-ANDAL sudah disepakati (sudah mendapat tanggapan
komisi AMDAL), studi dapat langsung dilanjutkan dengan penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL.
b. ANDAL, RKL, dan RPL
ANDAL adalah telaahan secara cermat mengenai dampak penting lingkungan. Studi ini
disusun untuk mengetahui sejauh mana dampak penting tersebut berpengaruh pada
kualitas lingkungan dan apakah dapat ditanggulangi dengan teknologi yang ada. Studi ini
juga berfungsi sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan apakah rencana usaha atau
kegiatan ditolak atau diterima.
RKL adalah dokumen yang memuat upaya penanganan dampak penting terhadap
lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha atau kegiatan. Dokumen ini
berisi upaya-upaya pengelolaan dampak yang dapat dilakukan, pihak yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaannya, dan perkiraan biaya pengelolaannya. Dokumen ini sifatnya
operasional dan teknis.
RPL adalah dokumen yang memuat upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak penting akibat rencana usaha atau kegiatan. Dokumen ini berisi upaya
pemantauan kondisi lingkungan agar dapat lebih cepat mengantisipasi dan mendeteksi
adanya kemungkinan perubahan kondisi lingkungan yang dapat mengubah kebutuhan
pengelolaan lingkungan.
F. TANGGUNG JAWAB PENGAWASAN DAN PERIZINAN AMDAL
Pihak yang bertanggung jawab dalam pengawasan pelaksanaan AMDAL adalah instansi yang
secara teknis membidangi usaha atau kegiatan tersebut serta instansi yang diberi wewenang
untuk mengendalikan dampak lingkungan (dalam hal ini adalah BAPEDAL). Instansi
tersebut dapat melakukan koordinasi dengan instansi lain yang terkait pada proses
pengawasannya.
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan,
pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perizinan rencana usaha atau kegiatan.
Menurut PP 27/1999, Izin Usaha Tetap suatu rencana usaha atau kegiatan baru akan
diberikan bila pelaksanaan RKL dan RPL yang merupakan bagian dari studiAMDAL-nya
dinilai baik. Keterkaitan AMDAL dengan perizinan diatur oleh sektor yang bersangkutan
sehingga AMDAL efektif untuk menjaga kelestarian lingkungan, tetapi tidak mempersulit
pelaksanaan usaha atau kegiatan.
G. PERAN SERTA MASYARAKAT DAN SISTEM PEMBINAAN
Masyarakat merupakan fokus dalam studi AMDAL sehingga AMDAL bersifat terbuka untuk
umum. Suatu kegiatan usaha harus meminimumkan dampak negatif bagi kepentingan rakyat
banyak. Oleh sebab itu, pengawasan dari masyarakat juga diperlukan sehingga informasi
AMDAL terbuka untuk masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai