Anda di halaman 1dari 12

Critical Review I.

Pendahuluan
Perkembangan kota yang semakin pesat tentunya membutuhkan sebuah konsep manajemen bagaimana dalam membangun kota yang dapat memenuhi semua keinginan penduduk yang mendiami kota tersebut, beraktivitas di dalam Kota tersebut dan mampu memenuhi tuntutan atas kebutuhan publik masyarakat yang mendiami kota tersebut. Hal ini tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan segala sumber daya yang dimiliki kota tersebut. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam sebuah lingkup perkotaan adalah masalah di bidang lingkungan khususnya masalah sampah dan limbah rumah tangga atau dapat disebut limbah domestik. Permasalahan sampah ini merupakan sebuah permasalahan yang banyak dijumpai di seluruh Indonesia. Masalah timbulan sampah yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya, masalah daya tampung TPA yang semakin terbatas dan akhirnya sampah menjadi masalah yang tidak tertangani dengan baik sehingga sampah dibiarkan aja di tengah kota sebagaimana pernah terjadi di Kota Bandung ketika manajemen poengelolaan sampah di Kota Bandung tidak berjalan optimal, maka penduduk kota Bandung menempatkan sampahsampah mereka di tengah-tengah jalan Protokol yang akhirnya merusak keindahan estetika Kota bandung dan menciptakan sebuah lingkungan Kota yang tidak sehat. Paper ini membahas tentang best practices penerapan konsep desa yang ramah lingkungan (eco friendly village)di Kota Giza Mesir tepatnya di sebuah desa di wilayah Provinsi El-Beheira, kemudian dibandingkan dengan penerapan konsep serupa di Indonesia dan kemudian dianalis dengan konsep manajemen pembangunan kota sesuai dengan bahan mata kuliah yang diajarkan.

II.

Isi Artikel (Program/Konsep tentang Desa Ramah Lingkungan (Clean Environment- friendly Village) di El-Bihera Mesir)
Sebelum adanya program desa ramah lingkungan di terapkan di Mesir, Pemerintah Mesir telah memiliki Program Nasional tentang Pembangunan Perdesaan Terpadu (Shuruuq). Program ini melibatkan kerjasama sejumlah negara di kawasan arab, organisasi internasional dan organisasi non pemerintah (LSM) yang memiliki perhatian terhadap masalah pembangunan desa terpadu.

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

Dampak nyata dari dari adanya Program Shuruuq adalah pembangunan yang nyata dalam bidang infrastruktur bagi kawasan perdesaan di Mesir meliputi pembangunan trotoar jalan, listrik dan penerangan, air minum, sarana pembuangan linbah dan sebagainya. Program ini juga mampu meningkatkan kemajuan dalam kegiatan yang memfokuskan diri pada pembangunan kualitas manusia pada berbagai bidang antara lain bidang kesehatan, pendidikan, kebudayaan, kepemudaan, peningkatan peran serta wanita, dll. Program Shuruuq sendiri memiliki kelemahan, keberhasilan peningkatan kualitas infrastruktur dan kualitas manusia ternyata tidak diikuti dengan peningkatan dalam pemahaman masyarakat desa terutama dari aspek lingkungan dan aspek sosial budaya. Masyarakat di Mesir memiliki tingkat kepedulian yang rendah atau bersikap acuh tak acuh terhadap masalah lingkungan di sekitarnya, mereka terbiasa melihat tumpukan sampah, sungai atau danau yang dipenuhi dengan sampah. Mereka mengganggap hal tersebut adalah sebuah hal yang lazim. Berdasarkan kelemahan dari Program Shuruuq, maka terdapat proyek perintis yang digagas oleh Pemerintah Mesir untuk mengatasi masalah tersebut yakni Program Desa Ramah Lingkungan yang pertama kalinya di terapkan di Desa di wilayah Provinsi El-Beheira. Program ini memiliki tujuan dan strategi, baik tujuan jangka pendek/direct objectives dan tujuan jangka panjang/long run objectives. Tujuan jangka pendek dari Program ini adalah sebagai berikut : 1. Memfasilitasi perubahan yang diinginkan dalam beberapa perilaku negatif dari penduduk pedesaan. 2. Mengangkat arti kesetiaan dan menciptakan kesadaran atas estetika/keindahan dan kesadaran atas kondisi lingkungan untuk menciptakan desa bersih dan ramah lingkungan di tingkat lokal, nasional dan internasional; 3. Membatasi pencemaran di lingkungan pedesaan. 4. Menyediakan pria muda pedesaan dengan non-tradisional kesempatan kerja Sedangkan tujuan jangka panjang dari Program ini adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan dan menekankan konsep pembangunan melalui partisipasi sosial secara sukarela untuk menjamin kegiatan pembangunan berkelanjutan. 2. Mengangkat dan meningkatkan kualitas hidup di komunitas pedesaan di semua bidang lingkungan, budaya, kesehatan, dan perilaku.

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

3. Meningkatkan standar kehidupan keluarga pedesaan dan meningkatkan pendapatan keluarga melalui kegiatan novel dan praktek. 4. Mendorong pembentukan proyek-proyek kecil dan mikro. 5. Mendorong investasi di desa untuk menciptakan peluang kerja baru bagi penduduk desa; 6. Mencapai lingkungan pedesaan yang bersih dan sehat, yang fasilitas pariwisata pedesaan dan menikmati lingkungan yang bersih. 7. Mengangkat perilaku petani Mesir dan keluarganya untuk meningkatkan standar kehidupan dan mencapai pembangunan berkelanjutan di kawasan perdesaan Mesir. Program ini juga bermaksud untuk mengerahkan segala sumber daya baik sumber daya di tingkat masyarakat melalui pendanaan program secara sukarela oleh masyarakat desa, pendanaan dari Pemerintah yang mencapai 9 Juta LE (Pound Mesir) dan Sumbangan Bahan berupa lahan yang disediakan khusus untuk mengumpulkan sampah. Pemerintah Mesir memiliki tujuan bahwa program ini dapat berkelanjutan dan mampu mengubah tidak hanya desa percontohan melainkan juga desa sekitarnya. Program ini ternyata berhasil dalam meningkatkan kepedulian masyarakat Mesir, hasil yang dicapai oleh Progam ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kesadaran dan kematangan sosial warga di desa-desa dan menyebarkan budaya lingkungan dan kebersihan melalui pendekatan secara persuasif dan penerimaan oleh masyarakat; 2. Mendorong partisipasi publik, mandiri, dan kerja sukarela di tingkat spiritual dan material sebagai partisipasi tidak mengacu ke bagian materi saja; itu adalah karya yang integral di semua tingkat perencanaan, pengawasan, menindaklanjuti, dan keberlanjutan, yang mencerminkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan; 3. Bekerja secara sukarela dan memuaskan sebagai 1 kesatuan untuk menciptakan perubahan untuk lebih baik dan untuk merasakan perbedaan estetika dan budaya; 4. Meningkatkan tingkat kesehatan dari penduduk desa dan mengurangi penyakitpenyakit endemis dengan mencapai lingkungan yang bersih, tingkat polusi yang sedikit, dan menyingkirkan lalat dan serangga rumah berbahaya;

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

5. Menarik perhatian terhadap peran perempuan pedesaan sebagai salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap keberhasilan ide-ide baru, menawarkan dukungan bagi perekonomian rumah, mencapai kebersihan di dalam dan di luar rumah dan membangun proyek-proyek kecil di rumah; 6. Membangun dan Mendorong kemitraan antara lebih dari satu instansi baik pemerintah maupun non-pemerintah untuk mencapai satu tujuan, yang akhirnya menjadi manfaat bagi desa dan mencapai standar kehidupan yang cocok bagi penduduk desa; 7. Membangun sejumlah proyek kecil di desa yang memberikan penghasilan tambahan keluarga seperti: produks madu, pengembangan kelinci dalam kandang, penanaman bunga dan tanaman hias, lokakarya/pelatihan bengkel mobil, pelatihan untuk pertukangan kayu, meningkatkan produksi unggas, adanya pembelan mesin penggiling untuk jagung dan meningkatkan produksi di bidang peternakan. Keberhasilan yang paling nyata dari program ini adalah konsep pengelolaan sampah berbasis rumah tangga dengan lebih menekankan keterlibatan kaum perempuan. Program ini disamping mampu menciptakan lingkungan desa yang lebih bersih, juga mampu meningkatkan ekonomi dan mengurangi pengangguran bagi kaum muda di desa tersebut dengan jalan melakukan pemisahan sampah organis dan an organik dan hasil pemilahan sampah an organik tersebut dijual kembali.

III.

Perbandingan dengan di Indonesia


Praktek penerapan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Indonesia telah banyak dilakukan dan telah berhasil. Hal ini dapat dilihat pada beberapa Kota di Indonesia yang telah menerapkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Salah satu contoh Kota yang berhasil menerapkan adalah Kota Surabaya. Kota Surabaya berhasil memperoleh penghargaan Asean Environment Sustainable Cities (ESC) Tahun 2011 sebagai Kota berkelanjutan lingkungan. Kriteria yang digunakan untuk dapat menilai kota berkelanjutan adalah kriteria Air Bersih, Udara Bersih dan Kebersihan.

III.1 Gambaran Umum Kota Surabaya


Kota Surabaya Surabaya merupakan salah satu kota di Provinsi Jawa Timur dan termasuk sebagai salah satu Kota Terbesar di Indonesia. Kota Surabaya terkenal dengan julukan Kota Pahlawan. Kota Surabaya memiliki luas wilayah seluas 33.306,30

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

Ha, dengan 31 Kecamatan dan 160 desa/kelurahan. Berdasarkan data dari BPS, diketahui jumlah Penduduk Kota Surabaya Pada Tahun 2007 tercatat sebesar 2.720.156 jiwa. Salah satu indikator penilaian dalam ASEAN ESC 2011 adalah kebersihan. Kota Surabaya memilki slogan Green and Clean Environment. Dalam mewujudkan slogan tersebut Kota Surabaya memiliki beberapa program menyangkut kebersihan antara lain : Lomba Kampung Hijau dan Bersih diantara kampung-kampung di Kota Surabaya dan Program pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Pengelolaan kebersihan di Kota Surabaya menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya memiliki program pengelolaan sampah 3R (Reduce, Reuse dan Recycle) untuk mengurangi jumlah timbulan sampah yang masuk dalam TPA Benowo.

III.2 Pengelolaan Sampah di Kota Surabaya III.2.1 Latar Belakang


Latar belakang adanya program pengelolaan berbasis masyarakat adalah jumlah timbulan sampah yang semakin bertambah menyebabkan umur TPA Benowo yang mampu menampung +2390 ton/hari hampir habis umur pakainya sehingga diperlukan upaya untuk menangani hal tersebut. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya membuat sebuah Program 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Salah satu sub program dalam program 3R terdiri dari 2 konsep yakni : a. Pengelolaan sampah mandiri berbasis komunitas dan b. Program Komposting Program 3R diawali dengan kegiatan pengurangan sampah yang dilakukan dengan jalan memilah antara sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik). Sampah basah diolah menjadi kompos dan sampah kering dijual kepada pemulung atau dijadikan produk daur ulang. Program 3R di Surabaya berhasil mereduksi sekitar 17% sampah yang masuk ke dalam TPA Benowo.

III.2.2 Kegiatan Pengolahan sampah berbasis komunitas


Kegiatan pengolahan sampah mandiri berbasis komunitas meliputi : 1. Sosialisasi/penyuluhan a. Sebagai bentuk penyadaran dan perubahan pola pikir warga terhadap sampah

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

b. Sosialisasi bisa dilaksanakan oleh Dinas, PKK maupun LSM (sosialisasi dilakukan di 163 kelurahan dan 31 kecamatan) 2. Pembentukan kader lingkungan yang dilakukan dengan 2 sistem, yaitu: a. Sistem Fasilitator Fasilitator adalah tokoh masyarakat yang perduli terhadap lingkungan dan dipilih oleh LSM yang melakukan pendampingan di lokasi tersebut. Fasilitator ini memiliki kewajiban untuk membentuk kader-kader lingkungan, pada tahun 2007 telah ada 54 orang fasilitator di Kota Surabaya. b. Sistem Kader Kader lingkungan bertugas untuk memotivasi warga dan menggerakkan warga lingkungannya. Kader dipilih dari unsur tokoh masyarakat, untuk setiap 1 dasa wisma dipilih 1 kader lingkungan. Kader lingkungan bertanggung jawab untuk memonitor warga yang berada dalam 1 dasa wisma dimana dia tinggal. 3. Pendampingan warga Dinas Kebersihan dan Pertamanan bekerjasama dengan beberapa LSM untuk melakukan pendampingan warga. LSM mitra DKP diantaranya adalah Bangun Pertiwi, Sahabat Lingkungan, Pusdakota dan BLTKI. 4. Pembagian sarana kebersihan Pembagian sarana kebersihan terdiri dari pembagian tong komposter (tahun 2006 = 304 unit), keranjang takakura (s/d tahun 2007 = 2344 unit), gerobak (tahun 2006 = 120 unit). Selain pembagian sarana juga dilakukan pembangunan rumah kompos di 7(tujuh) lokasi. Hasil yang Dicapai 1. Berkurangnya sampah yang masuk ke dalam TPA sampai + 17% sehingga memperpanjang umur TPA Benowo. 2. Meningkatkan kesadaran masyarakat Kota Surabaya untuk melakukan pengurangan dan pemilahan sampah dari sumbernya. 3. Memasyarakatkan program 3R (Reuse, Reduce, Recycle) pada warga kota Surabaya. 4. Menciptakan lapangan pekerjaan dengan perekrutan tenaga di rumah kompos.

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

III.2.3 Penerapan Sistem Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat


Salah satu lokasi penerapan pengelolaan sampah di Kota Surabaya yang cukup berhasil terdapat di Kecamatan Jambangan dan di Rungkut.

III.2.3.1 Kecamatan Jambangan


Pengelolaan sampah di Kelurahan Jambangan pada awalnya merupakan Program dari Yayasan Unilever Indonesia Peduli (ULI) Surabaya. Yayasan ini dibentuk oleh PT. Unilever Indonesia dalam rangka untuk berkembang bersama masyarakat dan lingkungan yang berkelanjutan. Program ini bernama Brantas Bersih, tujuan dari program ini untuk menjaga pelestarian sumber daya air. Kelurahan Jambangan dipilih karena merupakan hulu terakhir dari Intake PDAM Surabaya dan terkenal dengan masyarakat yangsenang membuang sampah ke sungai dan melakukan pencemaran lainnya. Program Brantas Bersih di Kelurahan Jambangan dimulai sejak Tahun 2003. Program ini memilki 4 kegiatan yakni : Greening (penghijauan), Income Generation (Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara memberikan pelatihan budidaya ikan air tawar dalam keramba apung, waste management (Pengelolaan sampah, pemisahan sampah organik dan anorganik serta pengadaan composter aerob untuk skala rumah dan composter comunal (skala kelurahan) dan Sanitation (sanitasi, berupa pemberian beberapa unit MCK). Seiring dengan berjalannya waktu Program Brantas Bersih difokuskan pada permsalahan pengolahan sampah.

Gambar Tong pembuat kompos di halaman depan balai


RT Desa Jambangan, Surabaya. Sumber : www.esp.or.id

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

Untuk mensukseskan program ini maka ULI membentuk kader lingkungan di tingkat warga, dimana nantinya kader lingkungan akan menjadi pendamping masyarakat dalam menyadari peran pentingnya pengelolaan lingkungan yang bersih dan sehat. Hingga saat ini telah terbentuk 499 kader lingkungan yang telah berhasil melakukan pendampingan dan merubah paradigma masyarakat di Keluarahan Jambangan. Selain ULI pihak-pihak yang berperan serta sangat banyak, antara lain Universitas Negeri Surabaya (UNESA) yang memberikan pelatihan kepada operatior di TPS dan warga, Pemrintah Provinsi jawa Timur melalui Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana Permukiman (P2SP) memberikan bantuan berupa mesin gilas sampah di TPS, dan Pemerintah Kota Surabaya mengakut sampah dari TPS ke TPA. Hasil yang dicapai dengan adanya program ini adalah : 1. Tingginya tingkat kepedulian warga terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya dan adanya iuran dari warga untuk biaya operasional pengelolaan sampah di TPS. 2. Pengurangan jumlah sampah yang awalnya sekitar 15 gerobak menjadi 11-12 gerobak yang dibawa dari rumah ke TPS. 3. Peningkatan pendapatan masyarakat dari hasil penjulan kompos 4. Penghijauan menjadi lebih digalakkan karena ada pupuk kompos yang dapat digunakan untuk pembibitan/penghijauan di halaman rumah masing-masing warga.

III.2.3.2 Rungkut
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Rungkut di prakarsai oleh PUSDAKOTA (Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan) sebuah LSM yang bergerak di bidang sanitasi-persampahan. LSM ini merupakan mitra kerja Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemerintah Kota Surabaya. Metode pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Rungkut juga menggunakan pendekatan 3R dan menggunakan metode Takakura yakni keranjang yang dapat mengubah sampah organik menjadi kompos. Keberhasilan program 3R di Rungkut tidak lepas dari pendampingan yang dilakukan LSM Pusdakota terhadap warga dan peran aktif warga serta adanya pengkaderan dari

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

LSM kepada warga untuk membentuk kader-kader yang peduli terhadap lingkungan. Hasil yang dicapai dengan adanya program ini adalah : 1. Meningkatnya kesadaran masyarakat Kampung Rungkut untuk menjaga lingkungan dengan berbagai cara diantaranya dengan memanfaatkan sampah organik sebagai kompos. 2. Secara estetika kampung Rungkut menjadi lebih bersih dan enak dilihat. 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui penjualan kompos.

IV.

Critical Review
Manajemen perkotaan berkaitan dengan beberapa hal yakni kebijakan, perencanaan, program dan praktek/penerapan yang bertujuan untuk memastikan bahwa pertumbuhan penduduk suatu kota dapat dipenuhi dengan penyediaan infrastruktur dasar, perumahan/pemukiman dan pekerjaan. Komponen Manajemen Pembangunan menurut Griffin, 2003 terdiri dari 4 hal yakni planning, organizing, actuating, dan controlling. Pengertian atas masing-masing komponen manajemen pembangunan adalah sebagai berikut : - Planning adalah menyusun tujuan organisasi, menetapkan jenis kegiatan dan alternatif untuk mencapainya, serta memutuskan kegiatan apa, bagaimana, kapan dan siapa yang harus melakukan kegiatan (Griffin, 2003). - Organizing adalah menentukan bagaimana kegiatan dan sumber daya dapat dikelompokkan, menyusun kompsisi kelompok-kelompok yang diperlukan dan menentukan bagaimana kerja dan kegiatan kelompok dan terkoordinasi. (Griffin, 2003). - Actuating adalah Proses menggunakan segenap sumber daya, baik dana, manusia dan peralatan untuk melaksanakan rencana-rencana yang telah disusun, dalam rangka untuk mencapai tujuan tertentu (Griffin, 2003). - Controlling adalah Mengawasi kemajuan organisasi untuk mencapai tujuan; membandingkan antara hasil, harapan; dan membuat perubahan yang tepat. (Griffin, 2003). Perbandingan antara komponen manajemen penbangunan dengan artikel The Innovative and Applied Practices in the Field of Propagating and Adopting the

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

concept of a Clean Environment Friendly Village dan penerapan di Indonesia yakni Kota Surabaya :
Komponen Manajemen Pembangunan
Planning

Provinsi El-Beheira

Kota Surabaya

- Aktor Utama : Pemerintah Mesir - Program : Clean Environment-friendly village - Fokus : Program memiliki beberapa tujuan, namun fokusnya adalah bagaimana melibatkan masyarakat dalam penanganan masalah limbah padat/sampah di Rumah Tangga dan meningkatkan kepedulian masyarakat atas kondisi lingkungan sekitar dan menumbuhkan rasa sukarela/partisipasi aktif masyarakat dan lebih mengedepankan peranan wanita - Pelaksanaan dilakukan melalui bantuan dari Pemerintah dan diterima oleh masyarakat serta ada bantuan dari LSM/Organisasi - Tidak terlihat bagaimana mekanisme kegiatan ini dilakukan, , siapa-siapa pihak yang memiliki tanggung jawab atas pengelolaan program ini, bagaimana mekanisme koordinasi dan mekanisme tanggung jawab dari program ini tidak terlihat. - Artikel ini hanya menyajikan bahwa ada kerjasama dari organisasi-organisasi nasional dan internasional yang membantu secara teknis, maupun dari LSM untuk membantu pelaksanaan program namun pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing organisasi tersebut secara rinci tidak disajikan. - Pelaksanaan program ini diakatakan berhasi karena mampu melibatkan/mengerahkan sumber daya sebagai berikut : 1. Masyarakat lebih aktif dalam berbagai hal misalnya pengambilan keputusan, pengawasan maupun iuran bulanan dan sponsor dari masyarakat juga. 2. Bantuan dana dari Pemerintah Mesir sebesar 9 Juta LE 3. Sumbangan bahan, dimana bahan ini dapat diartikan adanya tanah untuk tempat pengumpulan sampah hingga bantuan berupa peralatan.

- Aktor Utama : Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya - Program : 3R (Reduce, reuse, recycle) - Fokus : Penanganan masalah limbah padat/sampah berbasis komunitas dan program komposting - Pelaksanaan dilakukan melalui peran serta Pemerintah dan LSM/Organisasi dan Pihak Swasta dengan membentuk kader lingkungan di masing-masing RT/RW/Klurahan

Organizing

- Pada mulanya kegiatan ini dilakukan oleh Pihak Swasta dan LSM Peduli Lingkungan. - Mekanisme kegiatan lebih banyak mengedepankan peranan kader-kader lingkungan dalam mensosialisasikan dan mendampingi masyarakat dalam pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Actuating

- Program di Kota Surabaya berhasi karena mampu melibatkan/mengerahkan sumber daya sebagai berikut : 1. Masyarakat 2. Bantuan dari Pemkot Surabaya berupa pelatihan kader dan penyediaan keranjang Takakura atau pengadaan komposter 3. Pelibatan Peran serta aktif LSM dan Pihak Swasta dalam berbagai bentuk baik berupa bibit tanaaman, bantuan pelatihan dan adanya kader-kader lingkungan yang khusus direkrut untuk membantu dan medampinging masyarakat dalam pengeloaan sampah secara mandiri (3R). - Program ini telah berhasil membentuk pola pikir masyarakat dan menumbuhkan tingkat kesadaran tentang kebersihan lingkungan dan program 3R tentang penanganan terhadap sampah - Fungsi controlling atas pelaksanaan program terletak pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan yang memiliki program

Controlling

- Program ini telah berhasil memenuhi tujuan langsung dan tujuan jangka panjang, misalnya peningktan kesadaran masyarakat atas kebersihan lingkungan permukimannya, adanya kerjasama/partisipasi masyarakat untuk bekerja secara sukarela dalam menciptakan lingkungan yang bersih, peningkatan tingkat ekonomi masyarakat melalui industri-industri

10

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

Komponen Manajemen Pembangunan

Provinsi El-Beheira

Kota Surabaya

kecil/rumahan yang mampu menambah penghasilan rumah tangga misalnya produksi madu, usaha pertukangan, peternakan, dsb. - Pengawasan telah dilaksanakan oleh masyarakat, namun masih terdapat kelemahan dalam tahap controlling yakni artikel ini tidak membahas tentang mekanisme tanggung jawab atas penggunaan dana bantuan dari Pemerintah.

tersebut dan pengawasan melekat dari masing-masing kader lingkungan yang telah terbentuk di lingkungan dimana terdapat pengelolaan sampah.

Penerapan program Clean Environment-friendly village di Mesir maupun di Kota Surabaya telah berhasil memenuhi konsep tentang Good Governance. Terdapat beberapa pengertian dari Good Governance antara lain : - Good Governance adalah keseimbangan pelaksanaan peran dan fungsi antara negara, pasar dan masyarakat (Loina Lalolo KP, 2003) dalam Haryanto R (2011) - Good Governance adalah Governance (tata pemerintahan) yang dijalankan pemerintah, swasta dan rakyat secara seimbang, tidak sekedar jalan melainkan harus masuk kategori yang baik (good). (Miftah Thoha, 2003). Sedangkan prinsip-prinsip utama Good Governance ada 3 yakni : Akuntabilitas, Tranparansi dan Partisipasi Masyarakat (Haryanto,R, 2011). Penerapan Good Governance di kedua artikel tersebut telah menunjukkan bahwa ketiga pihak yakni Pemerintah, Swasta (LSM / Organisasi) dan Masyarakat di kedua Kota tersebut telah mampu merubah paradigma masyarakat tentang kebersihan lingkungan sekitar dimana bahwa tanggung jawab pengelolaan lingkungan terutama masalah limbah padat/sampah bukan hanya tanggung jawab Pemerintah melainkan tanggung jawab dari berbagai pihak yakni Pemerintah, Swasta dan Masyarakat.

11

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

Daftar pustaka Anonymous. 2008. The Innovative and Applied Practices in the Field of Propagating and Adopting the concept of a Clean Environment Friendly Village. [Home page of Best Practise Database in Improving The Living Environment] [Online]. Available at: www.unhabitat.org/bestpractices/2008/mainview.04.asp?BPID=2062 diakses pada tanggal 10 Februari 2012 Anonymous. 2009. Pengolahan sampah berbasis komunitas. www. Litbangsampah.blogspot.com diakses 14 Februari 2012 Anonymous. 2011. Environmentally Sustainable City Award. www.menlh.go.id diakses 14 Februari 2012 Dirjen Cipta Karya, 2007. Kisah sukse pengelolaan persampahan di berbagai wilayah Indonesia. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum Haryanto, Ragil. 2011. Good Governance Tata Pemerintahan Yang Baik. Materi Kuliah. Semarang : Fakultas Teknik Undip http://digilib.petra.ac.id/img-rep//jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-514021035262-sampah-chapter4_1_high.jpg diakses tanggal 14 Februari 2012 http://jatim.bps.go.id/?cat=60 diakses tanggal 14 Februari 2012 http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=81 diakses tanggal 14 Februari 2012 USAID, 2011. Praktek Terbaik Yayasan ULI Peduli Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. www.esp.or.id Yuliastuti, Nany. 2011. Definisi, prinsip dan issue, manajemen public. Materi Kuliah. Semarang: Fakultas Teknik UNDIP.

12

Tugas Besar Manajemen Pembangunan Kota - Agung Krisindarto -

Anda mungkin juga menyukai