Anda di halaman 1dari 160

PENDEKATAN

dan Perumahan Rakyat DAN


E.
Dinas Pekerjaan Umum
P R O V I N S I P A METODOLOGI
PUA BARAT

E.1. PENDEKATAN
Untuk mencapai keberhasilan dalam Revisi RTRW Kabupaten Teluk Wondama maka
diperlukan beberapa pendekatan yang dapat menunjang dan menginterprestasikannya, yakni:
1. Pendekatan keterpaduan perencanaan dari bawah dan dari atas (top down and bottom up
planning). Pendekatan ini menggunakan dua sisi yaitu penyerapan aspirasi dan kebutuhan
masyarakat luas dan penyesuaian dengan kemampuan pembiayaan pemerintah sebagai
pengayom masyarakat.
2. Pendekatan Intersektoral Holistik atau disebut juga sebagai perencanaan komprehensif yaitu
pendekatan perencanaan yang dimulai dengan diagnosis secara umum diwilayah perencanaan
melalui pengamatan potensi dan masalah masing-masing kawasan untuk pengembangan
ekonomi masyarakat dan lingkup wilayah, ketersediaan dan kemampuan/kualitas sumberdaya
manusia, kebutuhan sarana dan prasarana, kemampuan pemerintah dan pengadaan program-
program pembangunan/ pengembangan.
3. Pendekatan perencanaan yang berkelanjutan, dengan prinsip yaitu agar didalam perencanaan
dan pengembangan/pengendalian program menjadi lebih terpadu dan berkesinambungan
(Sustainability of tourism development approach) yang berpijak kepada:
 Kesinambungan antara aspek kelestarian dan pengembangan yang berorientasi masa
depan atau jangka panjang;
 Penekanan pada nilai manfaat pelayanan bagi masyarakat guna mewujudkan
kesejahteraan;
 Prinsip pengelolaan sumberdaya yang tidak merusak tetapi berkelanjutan bagi budaya,
sosial dan ekonomi;
 Keselarasan antara penataan ruang, aktivitas, lingkungan dan masyarakat.
4. Pendekatan masyarakat (community approach) yaitu:
Pendekatan terhadap masyarakat tersebut dimulai dengan menggunakan bahasa dialog
maupun dengan penyebaran kuisioner antara perencana dengan pelaku pembangunan
(stakeholder) guna menyelaraskan persepsi dalam pemanfaatan tata ruang.
5. Esensi Penataan Ruang:
Penataan ruang merupakan Proses Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang, untuk Mewujudkan Ruang yang :
 Aman: masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari
berbagai ancaman,
 Nyaman: memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengartikulasikan
nilai-nilai sosial budaya dan fungsinya sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan
damai,
 Produktif: proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu
memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus
meningkatkan daya saing,
 Berkelanjutan: kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan,
tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


E.1.1. Azas Penataan Ruang
Penyusunan kegiatan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Wondama
dilakukan dengan berazaskan kaidah-kaidah perencanaan berdasarkan PP 21/2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang dengan memperhatikan keterpaduan, keserasian, keselarasan
dan keseimbangan, keberlanjutan, keberdayagunaan dan keberhasilgunaan, keterbukaan,
kebersamaan dan kemitraan, perlindungan kepentingan umum, kepastian hukum dan keadilan,
akuntabilitas.
Adapun pengertiannya sebagai berikut:
a. Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan
berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pemangku
kepentingan;
b. Keserasian adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan
keserasian antara struktur ruang dan pola ruang;
c. Keselarasan dan keseimbangan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mewujudkan keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya,
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara kawasan
perkotaan dan kawasan pedesaan;
d. Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin
kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan
memperhatikan kepentingan generasi mendatang;
e. Keberdayaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung di dalamnya
serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas;
f. Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses
yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan penataan ruang;
g. Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan;
h. Perlindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan mengutamakan kepentingan masyarakat;
i. Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
berlandaskan hukum/ ketentuan peraturan-perundang- undangan dan bahwa penataan
ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta
melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian
hukum; dan
j. Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggung
jawabkan baik prosesnya, pembiayaannya maupun hasilnya.

E.1.2. Pendekatan
Untuk mencapai keberhasilan dalam Revisi RTRW Kabupaten Teluk Wondama maka
diperlukan beberapa pendekatan yang dapat menunjang dan menginterprestasikannya, yakni:
a. Pendekatan keterpaduan perencanaan dari bawah dan dari atas (top down and bottom
up planning). Pendekatan ini menggunakan dua sisi yaitu penyerapan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat luas dan penyesuaian dengan kemampuan pembiayaan
pemerintah sebagai pengayom masyarakat.
b. Pendekatan Intersektoral Holistik atau disebut juga sebagai perencanaan komprehensif
yaitu pendekatan perencanaan yang dimulai dengan diagnosis secara umum diwilayah
perencanaan melalui pengamatan potensi dan masalah masing-masing kawasan untuk
pengembangan ekonomi masyarakat dan lingkup wilayah, ketersediaan dan
kemampuan/kualitas sumberdaya manusia, kebutuhan sarana dan prasarana,
kemampuan pemerintah dan pengadaan program-program pembangunan/
pengembangan.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


c. Pendekatan perencanaan yang berkelanjutan, dengan prinsip yaitu agar didalam
perencanaan dan pengembangan/pengendalian program menjadi lebih terpadu dan
berkesinambungan (Sustainability of tourism development approach) yang berpijak
kepada:
 Kesinambungan antara aspek kelestarian dan pengembangan yang berorientasi
masa depan atau jangka panjang;
 Penekanan pada nilai manfaat pelayanan bagi masyarakat guna mewujudkan
kesejahteraan;
 Prinsip pengelolaan sumberdaya yang tidak merusak tetapi berkelanjutan bagi
budaya, sosial dan ekonomi;
 Keselarasan antara penataan ruang, aktivitas, lingkungan dan masyarakat.
d. Pendekatan masyarakat (community approach) yaitu:
Pendekatan terhadap masyarakat tersebut dimulai dengan menggunakan bahasa dialog
maupun dengan penyebaran kuisioner antara perencana dengan pelaku pembangunan
(stakeholder) guna menyelaraskan persepsi dalam pemanfaatan tata ruang.
1 Esensi Penataan Ruang:
Penataan ruang merupakan Proses Perencanaan Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan
Pengendalian Pemanfaatan Ruang, untuk Mewujudkan Ruang yang:
a. Aman: masyarakat dapat menjalankan aktivitas kehidupannya dengan terlindungi dari
berbagai ancaman,
b. Nyaman: memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk mengartikulasikan
nilai-nilai sosial budaya dan fungsinya sebagai manusia dalam suasana yang tenang dan
damai,
c. Produktif: proses produksi dan distribusi berjalan secara efisien sehingga mampu
memberikan nilai tambah ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat sekaligus
meningkatkan daya saing,
d. Berkelanjutan: kualitas lingkungan fisik dapat dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan,
tidak hanya untuk kepentingan generasi saat ini, namun juga generasi yang akan datang.

E.1.3. Prinsip
Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Teluk Wondama disusun dengan
prinsip Pembangunan Berkelanjutan. Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar dan
terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan,
kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan sehingga Kabupaten
Pembangunan Berkelanjutan adalah wilayah pemerintahan administrasi kabupaten yang
menyelenggarakan pembangunan dengan menerapkan prinsip perlindungan, pengawetan dan
pemanfaatan sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati secara bijaksana dan lestari serta
menjaga dan memulihkan lingkungan hidup dan ekosistem penting yang telah terdegradasi.

E.1.4. Ruang Lingkup Materi


Ruang lingkup materi yang akan dibahas dalam kegiatan Revisi RTRW Kabupaten Teluk
Wondama berdasarkan UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, PP 21 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Permen ATR/BPN 14 Tahun 2021 tentang Basis Data Peta
dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun
2021 tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan
Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota dan Rencana Detail Tata Ruang,
antara lain :
1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan
terjemahan dari visi dan misi pengembangan wilayah kabupaten dalam pelaksanaan
pembangunan untuk mencapai kondisi ideal tata ruang wilayah kabupaten yang
diharapkan.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


a. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten, yang dirumuskan dengan kriteria:
 mendukung tujuan penataan ruang yang tercantum pada RTR di atasnya
(RTRW nasional dan rencana rincinya, serta RTRW provinsi melalui
keterpaduan antar sektor, wilayah dan Masyarakat;
 mewujudkan aspek keruangan yang harmonis dengan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) kabupaten;
 mengakomodasi fungsi dan peran kabupaten yang telah ditetapkan dalam
RTRW nasional, serta RTRW provinsi;
 memperhatikan isu strategis, potensi unggulan, dan karakteristik wilayah
kabupaten;
 jelas, spesifik, terukur dan dapat dicapai dalam jangka waktu perencanaan
20 (dua puluh) tahun; dan
 tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
b. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten, yang dirumuskan dengan kriteria:
 mampu menjabarkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
 mampu menjawab isu strategis di wilayah kabupaten;
 mempertimbangkan kebijakan pengembangan wilayah kabupaten;
 mempertimbangkan kebijakan pengembangan kawasan strategis
kabupaten;
 mempertimbangkan kapasitas sumber daya yang dimiliki;
 mempertimbangkan kebijakan peruntukan ruang pada sempadan pantai,
sungai, situ, danau, embung, waduk, dan mata air; dan
 tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
c. Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten
Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten, yang dirumuskan dengan kriteria:
 menjabarkan kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten;
 harus dapat dijabarkan secara spasial dalam rencana struktur ruang dan
rencana pola ruang wilayah kabupaten;
 berfungsi sebagai arahan bagi penyusunan indikasi program utama 5 (lima)
tahunan dalam RTRW Kabupaten;
 berfungsi sebagai dasar penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten;
 jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu
perencanaan; dan
 tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
2. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah rencana susunan pusat-pusat
permukiman (sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan
perdesaan dalam wilayah pelayanannya) dan sistem jaringan prasarana wilayah
kabupaten yang dikembangkan untuk melayani kegiatan skala kabupaten, dan
mengintegrasikan wilayah kabupaten. Sistem perkotaan wilayah tersebut di atas dapat
berupa pusat perekonomian, rencana kota baru, simpul ekonomi baru, dan/atau koridor
ekonomi baru yang dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan ruang, keberlanjutan
pembangunan, dan ketahanan masyarakat. Kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


ekonomi.
A. Sistem Pusat Permukiman
Sistem Pusat Permukiman Kabupaten terdiri atas :
1) PKW yang berada di wilayah kabupaten;
2) PKSN yang berada di wilayah kabupaten;
3) PKL yang berada di wilayah kabupaten; dan
4) Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya
ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
a) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala distrik;
b) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.
B. Sistem Jaringan Transportasi
a. Sistem jaringan jalan, mencakup :
1) Jaringan umum:
a) jalan arteri, meliputi:
 jalan arteri primer; dan/atau
 jalan arteri sekunder.
b) jalan kolektor, meliputi:
 jalan kolektor primer; dan/atau
 jalan kolektor sekunder.
c) jalan lokal, meliputi:
 jalan lokal primer; dan/atau
 jalan lokal sekunder.
d) jalan lingkungan, meliputi:
 jalan lingkungan primer; dan/atau
 jalan lingkungan sekunder.
2) jalan khusus;
3) jalan tol;
4) terminal penumpang, meliputi:
a) terminal penumpang tipe A;
b) terminal penumpang tipe B; dan/atau
c) terminal penumpang tipe C.
5) terminal barang;
6) jembatan timbang; dan/atau
7) jembatan.
b. Sistem jaringan kereta api yang terdiri atas :
1) jaringan jalur kereta api, meliputi:
a) jaringan jalur kereta api umum, meliputi:
 Jaringan jalur kereta api antarkota; dan
 Jaringan jalur kereta api perkotaan.
b) jaringan jalur kereta api khusus.
2) stasiun kereta api, meliputi:

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


a) stasiun penumpang;
b) stasiun barang; dan/atau
c) stasiun operasi.
C. Sistem Jaringan Energi
1) Jaringan infrastruktur minyak dan gas bumi:
a) Infrastruktur minyak dan gas bumi.
b) Jaringan minyak dan gas bumi, meliputi:
 Jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas
produksi-kilang pengolahan;
 Jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas
produksi tempat penyimpanan; dan
 Jaringan yang menyalurkan gas bumi dari kilang pengolahan
konsumen.
2) Jaringan infrastruktur ketenagalistrikan :
a) Infrastruktur Pembangkitan Tenaga Listrik dan Sarana Pendukung,
meliputi:
 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);
 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU);
 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG);
 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD);
 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN);
 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS);
 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB);
 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP);
 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH); dan
 Pembangkit Listrik Lainnya.
b) Jaringan Infrastruktur Penyaluran Tenaga Listrik dan Sarana
Pendukung, meliputi:
 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik Antarsistem
▪ Saluran Udara Tegangan Ultra Tinggi (SUTUT);
▪ Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET);
▪ Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT); dan
▪ Saluran Transmisi Lainnya.
 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
▪ Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM);
▪ Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR);
▪ Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM);
▪ Saluran Distribusi Lainnya.
 Gardu Listrik.
D. Sistem Jaringan Telekomunikasi
1) Jaringan tetap;
2) Jaringan bergerak:
a) Jaringan Bergerak Terestrial;

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


b) Jaringan Bergerak Seluler;
c) Jaringan Bergerak Satelit.
E. Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Rencana sistem jaringan sumber daya air berupa prasarana sumber daya air,
meliputi:
1) Sistem jaringan irigasi, meliputi:
a) Jaringan Irigasi Primer;
b) Jaringan Irigasi Sekunder;
c) Jaringan Irigasi Tersier; dan/atau
d) Jaringan Irigasi Air Tanah.
2) Sistem Pengendalian Banjir
a) Jaringan pengendalian banjir; dan/atau
b) Bangunan pengendalian banjir.
3) Bangunan sumber daya air.
F. Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
1) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), meliputi:
a) Jaringan Perpipaan, meliputi:
 Unit Air Baku;
 Unit Produksi;
 Unit Distribusi; dan
 Unit Pelayanan.
b) Bukan Jaringan Perpipaan, meliputi:
 Sumur Dangkal;
 Sumur Pompa;
 Bak Penampungan Air Hujan;
 Terminal Air; dan
 Bangunan Penangkap Mata Air.
2) Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) meliputi:
a) Sistem Pembuangan Air Limbah Non Domestik; dan
b) Sistem Pembuangan Air Limbah Domestik.
3) Sistem Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
4) Sistem Jaringan Persampahan Wilayah, meliputi:
a) Stasiun Peralihan Antara (SPA);
b) Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS 3R);
c) Tempat Penampungan Sementara (TPS);
d) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA); dan
e) Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST).
5) Sistem Jaringan Evakuasi Bencana, meliputi:
a) Jalur Evakuasi Bencana; dan
b) Ruang Evakuasi Bencana.
6) Sistem Drainase, meliputi:
a) Jaringan Drainase Primer;
b) Jaringan Drainase Sekunder; dan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


c) Jaringan Drainase Tersier.
3. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
A. Kawasan lindung terdiri atas :
1) Badan air;
2) Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya,
meliputi:
a) Kawasan Hutan Lindung; dan
b) Kawasan Lindung Gambut.
3) Kawasan Perlindungan Setempat;
4) Kawasan konservasi, meliputi:
a) Kawasan suaka alam (KSA), meliputi:
 Cagar alam; dan
 Suaka Margasatwa.
b) Kawasan Pelestarian Alam (KPA), meliputi:
 Taman Nasional;
 Taman Hutan Raya; dan
 Taman Wisata Alam.
5) Kawasan Lindung Geologi, meliputi:
a) Kawasan Cagar Alam Geologi
 Kawasan Keunikan Batuan dan Fosil;
 Kawasan Keunikan Bentang Alam; dan
 Kawasan Keunikan Proses Geologi.
b) Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Air Tanah berupa
Kawasan Imbuhan Air Tanah.
6) Kawasan Cagar Budaya.
B. Kawasan budidaya terdiri atas :
1) Kawasan Hutan Produksi, meliputi:
a) Kawasan Hutan Produksi Terbatas;
b) Kawasan Hutan Produksi Tetap; dan
c) Kawasan Hutan Produksi yang dapat Dikonversi.
2) Kawasan Perkebunan Rakyat
3) Kawasan Pertanian, meliputi:
a) Kawasan Tanaman Pangan;
b) Kawasan Hortikultura;
c) Kawasan Perkebunan; dan
d) Kawasan Peternakan.
4) Kawasan Perikanan, meliputi:
a) Kawasan Perikanan Tangkap; dan
b) Kawasan Perikanan Budi Daya.
5) Kawasan Pertambangan dan Energi, meliputi:
a) Kawasan Pertambangan Mineral, meliputi:
 Kawasan Pertambangan Mineral Radioaktif;
 Kawasan Pertambangan Mineral Logam;

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


 Kawasan Pertambangan Mineral Bukan Logam; dan
 Kawasan Peruntukan Pertambangan Batuan.
b) Kawasan Pertambangan Batubara
c) Kawasan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
d) Kawasan Panas Bumi
e) Kawasan Pembangkitan Tenaga Listrik
6) Kawasan Peruntukan Industri
7) Kawasan Pariwisata
8) Kawasan Permukiman, meliputi:
a) Kawasan Permukiman Perkotaan; dan
b) Kawasan Permukiman Perdesaan.
9) Kawasan Transportasi; dan
10) Kawasan Pertahanan dan Keamanan.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten harus digambarkan dengan ketelitian peta skala
minimum 1:50.000 dan mengikuti ketentuan sistem informasi geografis yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
4. Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis wilayah kabupaten merupakan bagian wilayah kabupaten yang
penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup wilayah kabupaten di bidang ekonomi, sosial budaya, sumberdaya alam
dan/atau teknologi tinggi, dan/atau lingkungan hidup. Delineasi kawasan strategis
kabupaten berbentuk poligon dan bersifat indikatif.
Kawasan strategis kabupaten ditetapkan berdasarkan kriteria:
a. Mendukung tujuan penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Tidak bertentangan dengan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten;
c. Berdasarkan nilai strategis dari aspek eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi
penanganan kawasan;
d. Kesepakatan Masyarakat berdasarkan kebijakan terhadap tingkat kestrategisan
kawasan yang ditetapkan di wilayah kabupaten;
e. Berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah
kabupaten;
f. Memperhatikan faktor-faktor di dalam tatanan ruang wilayah kabupaten yang
memiliki kekhususan;
g. Menyebutkan dan memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan
strategis provinsi yang ada di wilayah kabupaten;
h. Dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau kawasan
strategis provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda
serta harus ada pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah
daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang jelas;
i. Mempertimbangkan kapasitas fiskal daerah dan kemampuan pemerintah daerah
kabupaten untuk bekerja sama dengan badan usaha dan/atau masyarakat;dan
j. Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai
dengan kepentingan pembangunan wilayah kabupaten;
k. Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan Strategis Kabupaten dapat terdiri atas:
a. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan kriteria:
1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakan pertumbuhan ekonomi
kabupaten;
3) memiliki potensi ekspor;
4) memiliki pusat kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap sektor dan
pengembangan wilayah;
5) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
6) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal;
7) ditetapkan untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi;
8) memiliki pusat kegiatan pengelolaan, pengolahan, dan distribusi bahan
baku menjadi bahan jadi;
9) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
10) memiliki fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan. Kawasan strategis ini ditetapkan
sebagai Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B);
11) kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di
dalam wilayah kabupaten;
12) memiliki pusat pengembangan produk unggulan; dan/atau
13) memiliki pusat kegiatan perdagangan dan jasa.
b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya dengan kriteria sebagai
berikut:
1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau cagar
budaya baik yang terletak di daratan dan/atau di perairan;
2) memiliki pusat kegiatan warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa
benda, bangunan, struktur dan situs cagar budaya;
3) merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
4) merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
5) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya; dan/atau
6) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.
c. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam
dan/atau teknologi tinggi dengan kriteria sebagai berikut:
1) diperuntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan lokasi dan posisi geografis sumber daya alam
strategis, pengembangan teknologi pengembangan teknologi
kedirgantaraan, serta tenaga atom dan nuklir;
2) memiliki sumber daya alam strategis;
3) memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
dan/atau
4) memiliki fungsi sebagai pusat pemanfaatan dan pengembangan teknologi
kedirgantaraan; dan/atau
5) memiliki fungsi sebagai lokasi dan posisi geografis penggunaan teknologi
tinggi strategis lainnya.
d. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan
hidup, dengan kriteria sebagai berikut:
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
2) merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem,
flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang
harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
3) memberikan perlindungan keseimbangan neraca air yang setiap tahun

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


berpeluang menimbulkan kerugian;
4) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
5) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
6) memiliki pusat kegiatan pada kawasan rawan bencana dan mempunyai
risiko bencana alam; dan/atau
7) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak
luas terhadap kelangsungan kehidupan.
Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), meliputi:
a. nilai strategis kawasan;
b. delineasi kawasan;
c. tujuan pengembangan kawasan; dan
d. arah pengembangan kawasan yang menjadi acuan bagi pemerintah daerah
kabupaten dalam menyusun RDTR.
5. Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah arahan pembangunan/
pengembangan wilayah untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah
kabupaten sesuai dengan RTRW Kabupaten, melalui:
a. Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
Arahan Ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (KKKPR)
dilaksanakan dengan mempertimbangkan tujuan penyelenggaraan ruang yang
aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.
Pelaksanaan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang terdiri atas:
1) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha;
2) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan nonberusaha; dan
3) Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan yang bersifat
strategis nasional

b. Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan


Indikasi program utama pembangunan wilayah kabupaten dirumuskan dengan
kriteria:
1) Perwujudan rencana struktur wilayah kabupaten meliputi :
 sistem pusat permukiman di wilayah kabupaten;
 sistem jaringan transportasi;
 sistem jaringan energi di wilayah kabupaten;
 sistem jaringan telekomunikasi di wilayah kabupaten;
 sistem jaringan sumber daya air di wilayah kabupaten; dan
 sistem jaringan prasarana lainnya di wilayah kabupaten.
2) Perwujudan rencana pola ruang wilayah kabupaten meliputi :
 kawasan lindung; dan
 kawasan budidaya.
3) Perwujudan kawasan strategis kabupaten.
Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahunan selama 20 (dua
puluh) tahun disusun dengan ketentuan:
1) Indikasi program utama jangka menengah 5 (lima) tahun pertama
disusun dalam bentuk tabel meliputi:
a) Program Utama Berisikan usulan program-program

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


pengembangan wilayah kabupaten untuk mewujudkan struktur
ruang, pola ruang dan kawasan strategis wilayah kabupaten.
b) Lokasi Tempat dimana usulan program utama akan
dilaksanakan.
c) Sumber Pendanaan Dapat berasal dari APBD kabupaten, APBD
provinsi, APBN, swasta, masyarakat dan/atau sumber
pendanaan lainnya.

d) Instansi Pelaksana Instansi pelaksana program utama meliputi


pemerintah (sesuai dengan kewenangan masing-masing
pemerintahan), dan dapat melibatkan pihak swasta serta
masyarakat.
e) Waktu Pelaksanaan Usulan program utama direncanakan
dalam kurun waktu perencanaan 5 (lima) tahun pertama dirinci
ke dalam program utama tahunan.
2) Indikasi program jangka menengah 5 (lima) tahun kedua sampai
dengan 5 (lima) tahun keempat, diuraikan dalam bentuk narasi yang
akan menjelaskan program-program utama untuk perwujudan struktur
ruang, pola ruang dan kawasan strategis dalam wilayah kabupaten.
c. Pelaksanaan sinkronisasi program pemanfaatan ruang
Sinkronsiasi program pemanfaatan ruang dilakukan berdasarkan indikasi program
utama yang termuat dalam RTRW Kabupaten melalui penyelarasan indikasi
program dengan program sektoral dan kewilayahan dalam dokumen rencana
pembangunan secara terpadu. Dokumen sinkronisasi program pemanfaatan
ruang akan menjadi masukan untuk penyusunan rencana pembangunan dan
pelaksanaan peninjauan kembali dalam rangka revisi RTRW kabupaten.
Sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang menghasilkan dokumen:
1) sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang jangka menengah 5 (lima)
tahunan; dan
2) sinkronisasi program Pemanfaatan Ruang jangka pendek 1 (satu) tahunan.

6. Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten


Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten adalah ketentuan yang
diperuntukkan sebagai alat penertiban penataan ruang, meliputi ketentuan umum
peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif,
serta arahan sanksi dalam rangka perwujudan RTRW kabupaten. Ketentuan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten setidak-tidaknya memuat :
1. Ketentuan umum zonasi;
2. Penilaian pelaksanaan pemanfaatan ruang;
3. Ketentuan insentif dan disinsentif; dan
4. Arahan sanksi.

E.2. METODOLOGI
E.2.1. Revisi RTRW
E.2.1.1. Metode Pengumpulan Data
Berdasarkan jenis datanya maka kegiatan pengumpulan data melalui survey dilakukan
melalui 2 (dua) metode pengumpulan data, yaitu :
1. Penjaringan aspirasi masyarakat yang dapat dilaksanakan melalui FGD
2. Pengenalan kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


E.2.1.2. Metode Pelaksanaan Pekerjaan
A. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan, meliputi:
1. kajian awal data sekunder, mencakup reviuw RTRW Kabupaten sebelumnya, hasil
pelaksanaan peninjauan kembali, dan/atau kajian kebijakan terkait lainnya;
2. Persiapan teknis pelaksanaan yang meliputi:
a) penyimpulan data awal;
b) penyiapan metodologi pendekatan pelaksanaan pekerjaan;
c) penyiapan rencana kerja rinci; dan
d) penyiapan perangkat survei (checklist data yang dibutuhkan, panduan observasi,
dokumentasi, dan lain-lain), serta mobilisasi peralatan dan personil yang
dibutuhkan.
3. Koodinasi dengan tim TKPRD tentang Revisi RTRW Kabupaten Teluk Wondama.
B. Pengumpulan Data dan Informasi
Untuk keperluan pengenalan karakteristik tata ruang wilayah dan penyusunan rencana tata
ruang, dilakukan pengumpulan data primer dan data sekunder.
Pengumpulan data primer dapat meliputi:
a. Observasi dan pengamatan lapangan; dan
b. Wawancara pada obyek-obyek penting di Kabupaten Teluk Wondama.
c. Peta dasar dan peta tematik, meliputi:
1) Penyiapan peta dasar berasal dari peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dengan skala
1:50.000 atau skala 1: 25.000 yang diperbarui dengan citra satelit.
2) Peta dasar meliputi tema tutupan lahan, hidrografi, gipsografi, bangunan,
transportasi dan utilitas, batas administrasi, peta perairan dan toponimi.
3) Peta tematik meliputi Peta Guna Lahan, Peta Rawan Bencana, Peta sebaran
penduduk.
4) Peta rencana meliputi Peta Rencana Struktur Ruang, Peta Rencana Sisitem
Perkotaan, Peta Sistem Jaringan Transportasi, Peta Sistem Jaringan Energi, Peta
Sistem Jaringan Telekomunikasi, Peta Sistem Jaringan Sumber Daya Air, Peta
Sistem Jaringan Prasarana lainnya, Peta Kawasan Peruntukan Lindung, Peta
Kawasan Peruntukan Budidaya dan Peta Kawasan Strategis.
d. Data dan informasi, meliputi:
1) Fisik dasar meliputi topografi, geologi, sumber daya mineral dan bahan galian,
hidrologi, klimatologi, dan bencana alam;
2) Tutupan lahan atau pola ruang eksisting meliputi kawasan lindung dan kawasan
budidaya;
3) Kependudukan meliputi jumlah, perkembangan dan struktur penduduk,
perubahan penduduk (migrasi);
4) Sosial Budaya meliputi kebiasaan/adat istiadat, kearifan lokal, keagamaan serta
kegiatan kebudayaan (misal: pagelaran wayang, kesenian, dll);
5) Sarana wilayah meliputi permukiman, pendidikan, kesehatan, peribadatan, dan
olahraga;
6) Prasarana wilayah meliputi transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air,
dan jaringan prasarana lainnya;
7) Ekonomi wilayah meliputi produksi dan luas panen pertanian, produksi dan luas
panen perkebunan, produksi peternakan, produksi kehutanan, produksi sektor
pertambangan, jenis sektor industri serta persebaran sektor pariwisata;

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


8) Pertanahan meliputi status lahan;
9) Keuangan meliputi PDRB, PAD dan ekspor impor; dan
10) Kelembagaan meliputi struktur organisasi tim TKPRD.
C. Pengolahan/Pengklasifikasian Data dan Analisa
Kegiatan pengolahan dan analisis data sekurang-kurangnya terdiri atas:
1. Analisis kebijakan spasial dan sektoral.
2. Analisis kedudukan dan peran kabupaten dalam wilayah yang lebih luas, meliputi:
❖ Kedudukan dan peran kabupaten dalam sistem perkotaan;
❖ Kedudukan dan peran kabupaten dalam rencana tata ruang pulau/kepulauan; dan
❖ Kedudukan dan peran kabupaten dalam sistem perkotaan dan perekonomian
provinsi.
3. Analisis fisik wilayah, sekurang-kurangnya meliputi:
❖ Analisis Kemampuan Lahan (SKL)
❖ Analisis Kebencanaan
❖ Analisis Kesesuaian Pola Ruang (Intepretasi Tutupan lahan ke Pola Ruang
Eksisting dan Superinpose Antara Pola Ruang Eksisting dengan Fungsi Lindung dan
Budidaya)
❖ Analisis pola ruang (Superinpose butir a s/d butir c).
4. Analisis sosial kependudukan, sekurang-kurangnya meliputi:
❖ Distribusi dan proyeksi penduduk;
❖ Kepadatan penduduk;
❖ Struktur penduduk (kelompok umur, ketenagakerjaan, pendidikan); dan
❖ Kualitas penduduk.
5. Sosial Budaya, meliputi:
❖ Adat istiadat;
❖ Kearifan lokal; dan
❖ keagamaan dan kegiatan kebudayaan.
6. Ketersediaan dan kebutuhan sarana wilayah meliputi permukiman, pendidikan,
kesehatan, peribadatan, olahraga dan lainnya.
❖ Ketersediaan Prasarana wilayah meliputi pengembangan transportasi, energi,
telekomunikasi, sumber daya air, dan jaringan prasarana lainnya
❖ Ekonomi wilayah meliputi produk unggulan, potensial, sector basis, dan
kesenjangan.
❖ Pertanahan meliputi status kepemilikan lahan;
❖ Keuangan meliputi struktur ekonomi, sector potensial, dan kemampuan keuangan;
❖ Kelembagaan meliputi lembaga formal dan lembaga informal;
7. Analisa struktur ruang, meliputi:
❖ Sistem perkotaan; dan
❖ Sistem prasarana wilayah.
8. Analisa Pola Ruang, meliputi:
❖ Penetapan kawasan lindung; dan
❖ Penetapan kawasan budidaya.
D. Tahap Penyusunan Rencana
Kegiatan penyusunan rencana RTRW Kabupaten, terdiri atas:
1) penyusunan alternatif konsep rencana, yang berisi:

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


❖ rumusan tujuan, kebijakan, dan strategi pengembangan wilayah kabupaten;
❖ konsep pengembangan wilayah kabupaten (berupa sketsa spasial yang
mempertimbangkan skenario dan asumsi).
2) Muatan Rencana, terdiri atas:
❖ tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
❖ rencana Struktur Ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan prasarana
wilayah kabupaten;
❖ rencana Pola Ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung kabupaten
dan kawasan budi daya kabupaten;
❖ arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten;
❖ ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
ketentuan umum zonasi, ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.
Album peta yang disajikan dengan tingkat ketelitian skala minimal 1:25.000 yang dicetak
dalam kertas ukuran A1 dan dilengkapi dengan peta digital yang mengikuti ketentuan sistem
informasi geografis (GIS) yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang. Album peta
minimum terdiri atas:
1) peta wilayah perencanaan, yang berisi informasi rupa bumi, dan batas administrasi
kabupaten serta distrik di dalam wilayah kabupaten;
2) peta penggunaan lahan saat ini;
3) peta rencana struktur ruang wilayah kabupaten, yang meliputi rencana pengembangan
pusat pelayanan kegiatan dan rencana pengembangan sistem jaringan prasarana;
4) peta rencana pola ruang wilayah kabupaten, yang meliputi pola ruang kawasan lindung
dan kawasan budi daya; dan
5) peta penetapan kawasan strategis kabupaten.
Peta rencana (struktur ruang, pola ruang, dan penetapan kawasan strategis kabupaten) harus
mentaati kaidah pemetaan dan dilakukan di atas peta dasar yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang.

E.2.1.3. Metode Analisa


A. Analisa Kebijakan
Analisa kebijakan terdiri dari analisa kebijakan spasial dan sectoral. Analisis ini dapat dilakukan
dengan menggunakan metode Content Analysis. Metode ini merupakan metode kajian
terhadap muatan atau isi dari kebijakan spasial dan sectoral yang terkait dengan wilayah
perencanaan. Muatan atau isi dari kebijakan spasial dan sectoral yang dikaji merupakan
muatan yang terkait dengan aspek struktur ruang (pusat kegiatan, sarana dan prasarana) dan
pola ruang (lindung dan budidaya).
Adapun analisis ini dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel E. 1 Analisa Kebijakan Spasial dan Sektoral


Kebijakan Struktur Ruang Pola Ruang
Spasial Kawasan
No. Pusat Kawasan Kawasan
dan Sarana Prasarana Strategis
Kegiatan Lindung Budidaya
Sektoral
Transportasi: • Hutan
• Jalan Lindung
Bebas • Kawasan
• PKN • Kawasan • Kawasan
1 RTRWN Hambatan Konservasi
• PKW Andalan Strategis
• Jalan • Sumber
Arteri Daya Air
Primer • Dst.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Kebijakan Struktur Ruang Pola Ruang
Spasial Kawasan
No. Pusat Kawasan Kawasan
dan Sarana Prasarana Strategis
Kegiatan Lindung Budidaya
Sektoral
• Jalan
Kolektor
Primer 1
• Dst..
• Kawasan
Hutan
• Hutan
Produksi
Lindung
• Jalan • Kawasan
• Terminal • Kawasan
Kolektor Pertanian
2 RTRWP • PKL • Dst. Konservasi
Primer 2 • Kawasan
• Sumber
• Dst. Industri
Daya Air
• Kawasan
• Dst
Pertambangan
• Dst
• Air Bersih
• Pusat • Fasilitas • Drainase • Kawasan
3 RP3KP
Permukiman: Permukiman • Limbah Permukiman
• Dst
• Terminal • Jalur • Objek Wisata • Kawasan
4 RIPDA Wisata Wisata • Claster Wisata Pariwisata
• Dst. • Dst. • Dst. Strategis
• Terminal
• Jaringan
• Bandara
5 TATRAWIL Jalan
Udara
• Dst.
6 Dst
B. Analisa Fisik Lingkungan Dan Penggunaan Lahan
Analisa fisik lingkungan dan penggunaan lahan terdiri dari analisa fisik dasar, analisa
kemampuan lahan dan kesesuaian lahan.
1) Analisa Fisik Dasar
Analisa fisik dasar merupakan salah satu cara untuk menentukan gambaran kesesuaian
lahan atau kelayakan lahan untuk menyatakan daerah mana yang layak untuk
dikembangkan dan daerah mana yang tidak dapat dikembangkan. Salah satunya dengan
membuat sistem klasifikasi kemampuan lahan (SKKL) sebagai langkah awal dalam
menganalisa suatu wilayah studi. Analisa fisik dasar dilakukan dengan cara menganalisa
aspek – aspek fisik dasar daerah tersebut, variabel – variabel yang digunakan antara
lain adalah topografi, hidrologi, geologi, klimatologi dan beberapa aspek fisik lainnya.
Selain SKKL untuk mendapatkan lahan layak bangun juga dengan menggunkan metode
SK Mentan No.837/KPTS/UM/II/1980 dan No.683/KPTS/UM/II/1981 dan USDA
(United States Departement of Agriculture) yang lebih difokuskan untuk mendapatkan
luas kawasan budidaya dan kawasan penyangga. Beberapa cara yang di gunakan untuk
mendapatkan lahan kosong layak bangun (LKLB) adalah dengan metode:
❖ SK Mentan No. 837/ KPTS /UM/ II/ 1980 dan No.683/ KPTS/ UM/ II/ 1981
Berdasarkan SK tersebut, penggunaan lahan dibagi menjadi 5 kawasan
peruntukan, yaitu:
a) Kawasan Lindung;
Kawasan lindung adalah suatu kawasan yang keadaan dan sifat fisiknya
mempunyai fungsi lindung untuk kelestarian sumber daya alam, air flora dan
fauna. Kawasan lindung yang biasa disebut dengan kawasan preservasi
menempatkan bagian wilayah yang mempunyai kepekaan yang tinggi
terhadap gangguan dan mempunyai peranan yang besar bagi kelestarian
lingkungan hidup.
Kriteria kawasan lindung / preservasi, adalah sebagai berikut:

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


• Mempunyai kemiringan lebih besar dari 45 %, dalam Keppres No.32
Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan lindung, aturan diubah
yaitu Kawasan hutan mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih;
• Tanah sangat peka terhadap erosi yaitu jenis tanah regosol, litosol,
organosol, dan renzina dengan lereng lapangan lebih dari 15%;
• Merupakan jalur pengamanan aliran sungai/air, sekurang-kurangnya
100 meter di kanan-kiri sungai/aliran tersebut dan sekurang-
kurangnya dengan jari-jari 200 meter di sekeliling mata air tersebut;
• Merupakan perlindungan mata air, sekurang-kurangnya dengan jari-
jari 200 meter di sekeliling mata air;
• Mempunyai ketinggian 2.000 meter dpl atau lebih; dan
▪ Guna keperluan/kepentingan khusus, ditetapkan oleh Menteri
Pertanian sebagai hutan lindung.
b) Kawasan Penyangga;
Kawasan penyangga adalah kawasan yang dapat berfungsi sebagai lindung
dan budidaya. kawasan penyangga ini dapat disebut juga kawasan
konservasi yang mempunyai fungsi perlindungan kawasan lindung dari
pengaruh kawasan lainnya yang digunakan secara intensif atau budidaya.
Penilaian penentuan kawasan penyangga atau konservasi, berdasarkan
beberapa kriteria, yaitu:
▪ Suatu tanah dengan nilai bobot faktor fisik antara 125-174 atau
memenuhi kreteria umum.
▪ Lokasinya secara otomatis mudah untuk dikembangkan sebagai zona
penyangga.
▪ Keadaan fisik tanahnya memungkinkan untuk dilakukan budidaya
secara ekonomi.
▪ Fungsi yang direncanakan tidak mengganggu atau merugikan dari segi
ekologi dan lingkungan hidup.
▪ Merupakan kelerengan dengan kemiringan 25-45 % dengan kondisi
tanahnya peka terhadap erosi.
▪ Merupakan lereng dengan kemiringan 15-25% dengan kondisi sangat
peka terhadap erosi.
Didalam kawasan konservasi diperbolehkan adanya kegiatan budidaya
pemukiman akan tetapi harus memperhatikan aspek konservasi hidrologis
kemudian perkembangannya dibatasi dan dikendalikan.
Selain itu unit diarahkan untuk pengembangan tanaman keras atau
tahunan, dengan asumsi kemungkinan penebangan dibatasi oleh waktu
yang lama.
c) Kawasan Budidaya Tanaman Tahunan;
Areal dengan jumlah nilai skor kemampuan lahan 124>, serta cocok atau
seharusnya dikembangkan usaha tani tanaman tahunan (kayu-kayuan,
tanaman perkebunan dan tanaman industri). Disamping itu areal tersebut
harus memenuhi kriteria umum sebagai kawasan penyangga.
d) Kawasan Budidaya Tanaman Semusim; dan
Areal dengan kriteria seperti dalam penetapan kawasan budidaya tanaman
tahunan akan tetapi areal tersebut cocok atau seharusnya dikembangkan
usaha tani tanaman semusim/setahun.
e) Kawasan Permukiman
Faktor pembatas yang digunakan untuk klasifikasi ini adalah :
▪ Kemiringan Lereng (dinyatakan dalan satuan persen) :
▪ Faktor jenis tanah menurut kepekaannya terhadap erosi :
▪ Faktor Intensitas Hujan Harian :

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Dengan menjumlahkan skor ketiga faktor tersebut maka dapat ditetapkan
penggunaan lahan pada setiap kawasan diatas.
❖ Kesesuaian Lahan
Maksud kesesuaian lahan adalah kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan
skor yang telah ditentukan/standar untuk mengetahui bentang alam yang
digunakan sebagai kawasan budidaya maupun kawasan non budidaya.
Parameter yang digunakan untuk kesesuaian lahan ini adalah:
a) Intensitas curah hujan
b) Merupakan rata-rata curah hujan dalam milimeter setahun di suatu tempat
dibagi dengan rata-rata jumlah hari hujan setahun di tempat bersangkutan.
c) Kelerengan
d) Kepekaan terhadap erosi
Untuk menetapkan kawasan hutan lindung dalam suatu wilayah maka nilai dari
tiap parameter tersebut dijumlahkan, setelah masing-masing dikalikan dengan
nilai timbangan yang sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap erosi.
Hasil kesesuaian lahan antar landuse eksisting degan fungsi kawasan
menggunakan metode yang terdapat pada Kepmentan No:
837/Kpts/Um/11/1980, dengan faktor-faktor yang diperhatikan dan
diperhitungkan meliputi lerang lapangan, jenis menurut kepekaannya terhadap
erosi dan intensitas hujan.
Hasil dari perhitungan ini, kemudian dibuat skor akhir sebagaimana pada tabel
berikut.

Tabel E. 2 Klasifikasi Kesesuaian Lahan Berdasarkan Skor Akhir


No. Skor Akhir Kesesuaian Lahan Jenis Penggunaan Lahan
Kawasan hutan lindung, suaka alam, Taman
Kawasan
1 >174 Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman
Fungsi Lindung
Nasional, cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan
2 125 - 174 Hutan produksi dengan penebangan terbatas
Fungsi Penyangga
Kawasan Fungsi Budidaya
3 <125 Hutan produksi, hutan rakyat, perkebunan
Tanaman Tahunan
<125 Kawasan Fungsi Budidaya
4 dengan Tanaman Semusim dan Sawah, tegalan, permukiman
kemiringan <8% Permukiman
Sumber: SK Mentan Nomor:837/Kpts/Um/11/1980

Standard penilaian masing-masing variable adalah:


(a) Analisa Topografi
Pada wilayah-wilayah yang terjal dan bagian daerah aliran sungai, topografi
memegang peranan yang penting dan paling besar pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadi erosi bila dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.
Topografi merupakan kelerengan yang dinyatakan dalam prosentase
kemiringan dan dilihat berdasarkan sudut kemiringan. Dalam analisis
tersebut digunakan kriteria berdasarkan ketentuan Direktorat Tata Guna
Tanah Departemen Dalam Negeri, yaitu:
1) Kelerengan 0-2% atau kelerengan tingkat I, lahan dengan kemiringan
ini dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan yang kecil.
2) Kelerengan 2-15% atau kelerengan dengan tingkat II (landai), pada
lahan tersebut dapat digunakan sebagai kegiatan permukiman dan
pertanian, tetapi harus memperhatikan proses pengelolaan tanah dan
kontruksi untuk menghindari terjadinya bahaya erosi.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


3) Kelerengan 15-40% atau kelerengan tingkat III (agak miring sampai
curam), kemungkinan terjadinya erosi lebih besar jika dibandingkan
dengan kelerengan sebelumnya. Jika pertumbuhan atau
perkembangan tanaman keras dipermukaan tanah kurang, maka
akan mudah terjadi erosi dan tanah longsor.
4) Kelerengan di atas 40% atau kelerengan tingkat IV (sangat curam),
kelerengan tersebut sangat peka terhadap erosi, sehingga kegiatan
yang harus diprioritaskan adalah kawasan lindung dan rawan
terhadap bencana.
Berikut nilai/bobot kelerengan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Pertanian No.837/KPTS/UM/1980 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel E. 3 Nilai/Bobot Kelerengan


Kelas Kelerengan
1 0%-8% Datar
2 8 % - 15 % Landai
3 15 % - 25 % Agak Curam
4 25 % - 45 % Curam
5 45 % atau lebih Sangat Curam
Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980
(b) Analisa Klimatologi
Pada kawasan makro (wilayah/ kawasan) analisa klimatologi digunakan
untuk kesesuaian fungsi lahan terutama lahan pertanian. Sedangkan secara
mikro (tapak), analisa klimatologi digunakan sebagai analisa orientasi
bangunan yang didasarkan pada iklim. Terdapat tiga hal yang harus di
analisa pada pertimbangan iklim, yaitu arah matahari, arah angin dan suhu.
Ketiga faktor ini akan menentukan hadap bangunan yang paling sesuai dan
layak sebagai tempat hunian.
(c) Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi meliputi kedalaman air tanah, sumber air, arah lintasan air.
Analisa hidrologi digunakan untuk mengetahui daya dukung lahan (sumber
daya air) untuk kebutuhan masyarakat dan untuk mengetahui daya dukung
sumber daya air terhadap drainase kawasan.
(d) Analisa Geologi
Analisa geologi merupakan analisa untuk mengetahui struktur batuan.
Struktur batuan berkaitan dengan jenis tanah yang selanjutnya digunakan
untuk analisa geologi tersebut digunakan untuk mengetahui daya dukung
batuan terhadap tenis tanah menentukan kesesuaian kawasan/ tapak
dalam menunjang pondasi bangunan gedung dan jalan, demikian pula dapat
memberikan kawasan terhadap komunitas tanaman yang ada serta habitat
satwa liar yang berkaitan dengannya.
(e) Analisa Jenis Tanah
Tanah merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan dan tanah
terbagi dalam beberapa golongan berdasarkan tingkat kepekaan terhadap
erosi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
837/KPTS/UM/1980, tentang kriteria cara penetapan hutan lindung,
dimana bentuk klasifikasi ini berdasarkan kepekaan tanah terhadap erosi
dan telah diberi nilai bobot dalam Tabel dibawah ini.

Tabel E. 4 Tingkat Kepekaan Jenis Tanah


Kelas Jenis Tanah Tingkat Kepekaan
1 Aluvial, Tanah Glei, Planosol, Hidromorf kelabu, Literia air tanah Tidak peka
2 Latosol Kurang peka
3 Brown forest soil, Non Calcis brown, Mediteran Agak peka
4 Andosol, Laterit, Gromosol, Podsol, Podsolik Peka
5 Regosol, Litosol, Organosol, Renzina Sangat peka
Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


(f) Analisa Iklim dan Curah Hujan
Pada daerah atau wilayah yang beriklim basah, komponen iklim yang sangat
berpengaruh terhadap kerusakan tanah adalah curah hujan dan yang
menyebabkan pengikisan tanah maupun pencucian unsur-unsur hara yang
diperlukan tanaman. Berikut nilai/bobot intensitas hujan harian rata-rata
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.837/KPTS/UM/1980
dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel E. 5 Intensitas Hujan Harian Rata-rata


Kelas Intensitas Hujan Klasifikasi
1 s/d 13.6 Sangat Rendah
2 13.6 – 20,7 Rendah
3 20.7 – 27.7 Sedang
4 27.7 – 34.8 Tinggi
5 34.8 keatas Sangat Tinggi
Sumber: Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980
Dari hasil analisa tersebut dihasilkan, adanya kawasan lindung, kawasan
penyangga, kawasan budidaya, kawasan budidaya tanam semusim dan
kawasan budidaya tanam tahunan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980
tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung.
Adapun elemen-elemen yang terkait dapat dilihat pada diagram berikut ini:

❖ USDA (United States Departement of Agriculture)


Menurut sistem yang dikembangkan USDA, digunakan delapan kriteria sebagai
faktor-faktor pembatas tersebut adalah:
a) Kelerengan: dibedakan menjadi 7 kelas;
b) Tekstur tanah: dibagi dalam 5 kelas;
c) Permeabilitas;
d) Kedalaman efektif tanah;
e) Drainase: ditinjau dari warna profil tanah, maka drainase dikelompokkan
menjadi 5 kelas;
f) Erosi, penilaian erosi didasarkan pada gejala erosi yang sudah terjadi.
Kerusakan karena erosi dikelompokkan menjadi lima kelas.
g) Batu-batuan
➢ Kerikil, banyaknya kerikil dalam tanah dikelompokkan menjadi empat

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


kelas
➢ Batuan kecil, banyaknya batuan kecil dalam tanah dikelompokkan
menjadi empat kelas.
2) Analisa Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai lahan terbangun, sebagai acuan bagi
arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Data-data yang
dibutuhkan meliputi peta-peta hasil analisis satuan kemampuan lahan (SKL).
Beberapa parameter yang digunakan untuk mengetahui kemampuan lahan adalah
mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya
Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang.
Parameter dalam analisis kemampuan lahan ini meliputi:
a. Ketinggian
Peta ketinggian dibuat dari peta topografi yang bersumber dari peta topografi
dengan skala terbesar yang tersedia, yang dapat diperoleh pada instansi: Badan
Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), Badan Pertanahan
Nasional (BPN), Direktorat Topografi-TNI Angkatan Darat, Direktorat Jenderal
Geologi dan Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,
dan instansi terkait lainnya. Kelas ketinggian dapat dibuat dengan membagi
wilayah studi dari titik minimum hingga titik tertinggi menjadi beberapa kelas yang
diinginkan.
b. Lereng
Peta lereng diturunkan dari peta topografi, karena penataan ruang dan
peruntukannya banyak sekali ditentukan oleh kondisi kemiringan suatu wilayah.
Demikian juga pengembangan jaringan utilitas sangat dipengaruhi oleh kondisi
lereng ini. Peta ini memuat pembagian atau klasifikasi kelas lereng di wilayah
dan/atau kawasan perencanaan atas beberapa kelas.
Kelas lereng yang biasa dipakai dalam penyusunan rencana tata ruang:
▪ Lereng 0 % - 2%;
▪ Lereng > 2% - 5%;
▪ Lereng > 5% - 15%;
▪ Lereng > 15% - 40%; dan
▪ Lereng > 40%.
c. Morfologi
▪ Gunung/Gunung Berapi
Satuan tubuh gunung/gunung berapi ini hampir sama dengan satuan
morfologi perbukitan, dan umumnya merupakan sub satuan perbukitan
sedang hingga terjal, namun membentuk kerucut tubuh gunung/gunung
berapi. Satuan tubuh gunung/gunung berapi ini perlu dipisahkan dari satuan
perbukitan, karena tubuh gunung/gunung berapi mempunyai karakteristik
tersendiri dan berbeda dari perbukitan umumnya, seperti banyak dijumpai
mata air, kandungan gas beracun, dan sumber daya mineral lainnya yang
khas gunung/gunung berapi.
▪ Bukit/Perbukitan
Satuan morfologi perbukitan adalah bentuk bentang alam yang
memperlihatkan relief baik halus maupun kasar, serta membentuk bukit-
bukit dengan kemiringan lereng yang bervariasi. Secara lebih rinci, satuan
morfologi perbukitan dapat dibagi lagi atas tiga sub satuan, yakni:
▪ Sub satuan morfologi perbukitan landai dengan kemiringan lereng antara 5%
- 15% dan memperlihatkan relief halus;
▪ Sub satuan morfologi perbukitan sedang dengan kemiringan lereng berkisar

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


antara 15% - 40% dan memperlihatkan relief sedang; dan
▪ Sub satuan morfologi perbukitan terjal dengan kemiringan lebih dari 40%
dan memperlihatkan relief kasar.
d. Datar/Dataran
Satuan morfologi dataran adalah bentuk bentang alam yang didominasi oleh
daerah yang relatif datar atau sedikit bergelombang, dengan kisaran kelas lereng
0% - 5%. Lebih rinci lagi satuan morfologi dataran ini dapat dibedakan atas dua
sub satuan, yakni:
▪ Sub satuan morfologi dataran berkisar antara 0% - 2%; dan
▪ Sub satuan morfologi medan bergelombang dengan kisaran kelas lereng
lebih dari 2% hingga 5%.
e. Geologi
Data geologi yang diperlukan dalam analisis aspek fisik dan lingkungan terdiri dari
tiga bagian, yakni data geologi umum, data geologi wilayah, dan data geologi
permukaan. Data geologi umum diperlukan untuk mengetahui kondisi fisik secara
umum, terutama pada batuan dasar yang akan menjadi tumpuan dan sumber daya
alam wilayah ini, serta beberapa kemungkinan bencana yang bisa timbul akibat
kondisi geologinya atau lebih dikenal dengan bencana alam beraspek geologi.
Peta geologi wilayah memuat semua unsur geologi seperti yang dikehendaki pada
geologi umum, hanya lebih terinci yang kemungkinan akan berbeda dari peta
geologi umum, karena dilakukan penelitian pada skala lebih besar. Mengingat
keterbatasan waktu dan biaya, maka peta geologi wilayah perencanaan ini lebih
bersifat geologi tinjau yang berpegang pada geologi umum, dan lebih menekankan
pada rincian karakteristik litologi dan struktur geologinya, dan tentunya dengan
tidak mengabaikan stratigrafi serta unsur-unsur geologi lainnya.
Data geologi permukaan adalah kondisi geologi tanah/batu yang ada di
permukaan dan sebarannya baik lateral maupun vertikal hingga kedalaman
batuan dasar serta sifat-sifat keteknikan tanah/batu tersebut, dalam kaitannya
untuk menunjang pengembangan kawasan. Data geologi permukaan hanya dapat
diperoleh dari penelitian lapangan (data primer), dengan penyebaran vertikal
diperoleh berdasarkan hasil pemboran dangkal.
f. Air Tanah
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang
masing-masing diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dangkal
adalah air tanah yang umum digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air
bersih berupa sumur-sumur, sehingga untuk mengetahui potensi air tanah bebas
ini perlu diketahui kedalaman sumur-sumur penduduk, dan kemudian dikaitkan
dengan sifat fisik tanah/batunya dalam kaitannya sebagai pembawa air.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


g. Air Tanah Dalam (Geohidrologi)
Data air tanah dapat dipisahkan atas air tanah dangkal dan air tanah dalam, yang
masing-masing diupayakan diperoleh besaran potensinya. Air tanah dalam adalah
air pada akuifer yang berada diantara dua lapisan batuan geologis tertentu, yang
menerima resapan air dari bagian hulunya.
h. Hidrologi dan Klimatologi
Untuk data hidrologi, yang dibutuhkan adalah pola aliran dan karakteristik sungai,
serta debit air sungai. Untuk data klimatologi, data yang dibutuhkan untuk analisa
SKL adalah curah hujan, serta kecepatan dan arah angin.
i. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan didapat dari citra satelit tahun terakhir yang bisa didapat. Dari
hasil interpretasi citra satelit ini, lengkapi pula cara dengan groundcheck dan
survei lapangan.
j. Data Bencana Alam
Data bencana alam untuk mengetahui sejarah dan potensi bancana alam di
wilayah studi. Data tersebut adalah: bencana gunung api, gempa bumi, gelombang
pasang/tsunami, dan banjir.
Keluaran dari analisis ini adalah:
▪ Peta klasifikasi kemampuan lahan untuk pengembangan kawasan.
▪ Kelas kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan.
▪ Potensi dan kendala fisik pengembangan lahan.
Langkah-langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Analisis satuan-satuan kemampuan lahan, untuk memperoleh gambaran tingkat
kemampuan pada masing-masing satuan kemampuan lahan.
▪ Menentukan nilai kemampuan setiap tingkatan pada masing-masins satuan
kemampuan lahan, dengan penilaian 5 (lima) untuk nilai tertinggi dan 1 (satu)
untuk nilai terendah.
▪ Mengalikan nilai-nilai tersebut dengan bobot masing-masing satuan kemampuan
lahan. Bobot ini didasarkan pada seberapa jauh pengaruh satuan kemampuan
lahan tersebut pada pengembangan perkotaan.
▪ Melakukan superimpose semua satuan-satuan kemampuan lahan, dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai bobot dari seluruh satuan-satuan kemampuan
lahan dalam satu peta, sehingga diperoleh nilai yang menunjukkan nilai
kemampuan lahan di wilayah perencanaan.
▪ Menentukan selang nilai yang akan digunakan sebagai pembagi kelas-kelas
kemampuan lahan, sehingga diperoleh zona-zona kemampuan lahan dengan
kisaran nilai yang menunjukan tingkatan kemampuan lahan di wilayah
perencanaan dan digambarkan dalam satu peta klasifikasi kemampuan lahan
untuk perencanaan tata ruang.
Pembuatan peta nilai kemampuan lahan merupakan penjumlahan nilai dikalikan bobot,
yaitu:
▪ Melakukan superimpose setiap satuan kemampuan lahan yang telah diperoleh
hasil pengalian nilai dengan bobotnya secara satu per satu, sehingga kemudian
diperoleh peta jumlah nilai dikalikan bobot seluruh satuan secara kumulatif.
▪ Membagi peta masing-masing satuan kemampuan lahan dalam sistem grid,
kemudian memasukkan nilai dikalikan bobot masing-masing satuan kemampuan
lahan ke dalam grid tersebut. Penjumlahan nilai dikalikan bobot secara
keseluruhan adalah tetap dengan menggunakan grid, yakni menjumlahkan hasil
nilai dikalikan bobot seluruh satuan kemampuan lahan pada setiap grid yang
sama.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 1 Tahapan Analisis Kemampuan Lahan dan Kesesuaian Lahan

Berikut ini merupakan contoh perhitungan analisis kemampuan lahan.

Tabel E. 6 Analisis Kemampuan Lahan


SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL SKL Kemampuan
Morfologi Kemudahan Kestabilan Kestabilan Ketersediaan untuk terhadap Pembuangan Bencana Lahan
Dikerjakan Lereng Pondasi Air Drainase Erosi Limbah Alam
Bobot : Bobot :
Bobot : 5 Bobot : 1 Bobot : 5 Bobot : 3 Bobot : 5 Bobot : 3 Bobot : 0 Total Nilai
5 5
5 1 5 3 5 5 3 0 3 32
Bobot 10 2 10 6 10 10 6 0 6 64
x 15 3 15 9 15 15 9 0 9 96
Nilai 20 4 20 12 20 20 12 0 12 128
25 5 25 15 25 25 15 0 15 160
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek
Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

Dari total nilai dibuat beberapa kelas yang memperhatikan nilai minimum dan maksimum total
nilai. Dari angka di atas, nilai minimum yang mungkin diperoleh adalah 32 sedangkan nilai
maksimum yang dapat diperoleh adalah 160. Dengan demikian, pengkelasan dari total nilai ini
adalah:
1. Kelas A dengan nilai 32 – 58
2. Kelas B dengan nilai 59 – 83
3. Kelas C dengan nilai 84 – 109
4. Kelas D dengan nilai 110 – 134
5. Kelas E dengan nilai 135 – 160

Tabel E. 7 Kelas Kemampuan Lahan


Total Nilai Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Pengembangan
32 – 58 Kelas A Kemampuan pengembangan sangat rendah
59 – 83 Kelas B Kemampuan pengembangan rendah
84 – 109 Kelas C Kemampuan pengembangan sedang
110 – 134 Kelas D Kemampuan pengembangan agak tinggi
135 – 160 Kelas E Kemampuan pengembangan sangat tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Penentuan klasifikasi kemampuan lahan tidak mutlak berdasarkan selang nilai, tetapi
memperhatikan juga nilai terendah = 1 dari beberapa satuan kemampuan lahan, yang
merupakan nilai penentu apakah selang nilai tersebut berlaku atai tidak. Dengan demikian
apabila ada daerah atau zona tertentu yang mempunyai selang nilai cukup tinggi, tetapi karena
mempunyai nilai terendah dan menentukan mungkin saja kelas kemampuan lahannya tidak
sama dengan daerah lain yang memiliki nilai kemampuan lahan yang sama. Analisa
kemampuan lahan menggunakan pedoman dari Permen PU No.20/PRT/M/2007 yang terdiri
dari 9 satuan kemampuan lahan sebagai berikut.
❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi
Dalam analisis ini dilakukan pemilahan bentuk bentang alam/morfologi pada wilayah
perencanaan yang mampu untuk dikembangkan sesuai dengan fungsinya. Sasaran yang
diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai
perkotaan dilihat dari segi morfologinya.
2. Mengetahui potensi dan kendala morfologi masing-masing tingkatan kemampuan lahan
terhadap morfologi.
Morfologi berarti bentang alam, kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi
morfologis suatu kawasan kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa
gunung, pegunungan dan bergelombang. Akibatnya kemampuan pengembangannya sangat
rendah sehingga sulit dikembangkan atau tidak layak dikembangkan. Lahan seperti ini pada
umumnya direkomendasikan sebagai wilayah lindung atau budidaya yang tak berkaitan dengan
manusia, misalnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak bisa digunakan untuk peruntukan
ladang/tegalan dan sawah. Sedangkan kemampuan lahan dari morfologi rendah berarti berarti
kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya datar dan mudah dikembangkan
sebagai tempat permukiman dan budidaya.
Parameter nilai SKL morfologi adalah sebagaimana tabel berikut.

Tabel E. 8 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi


Morfologi Lereng Hasil Pengamatan SKL Morfologi Nilai
Pegunungan/Perbukitan Kemampuan lahan dari
≥ 40% 1
Sangat Terjal morfologi tinggi
Pegunungan/Perbukitan Kemampuan lahan dari
25 – 40% 2
Terjal morfologi cukup
Groundcheck/ Kemampuan lahan dari
Perbukitan Sedang 15 – 25% 3
Survey Primer morfologi sedang
Kemampuan lahan dari
Landai 2 – 15% 4
morfologi kurang
Kemampuan lahan dari
Dataran 0 – 2% 5
morfologi rendah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis
Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang

❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan


Tujuan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat kemudahan
lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses pembangunan/
pengembangan kawasan.
Sasaran yang diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Memperoleh gambaran tingkat kemampuan lahan untuk digali, ditimbun, ataupun
dimatangkan dalam proses pembangunan untuk pengembangan kawasan.
2. Mengetahui potensi dan kendala dalam pengerjaan masing-masing tingkatan
kemampuan lahan kemudahan dikerjakan.
3. Mengetahui metode pengerjaan yang sesuai untuk masing-masing tingkatan
kemampuan lahan.
Sebelum melakukan analisis SKL Kemudahan Dikerjakan, terlebih dahulu harus diketahui
penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Dalam analisis ini, akan ditinjau faktor pembentukan tanah dari aspek waktu pembentukannya
di mana tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus.
Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga
tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus
berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan
tanah tua. Tanah Muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak
pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan
induknya.
Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah Dewasa ditandai oleh
proses yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu
dengan proses pembentukan horison B.
Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, grumosol. Tanah Tua proses pembentukan
tanah berlangsung lebih lanjut sehingga terjadi proses perubahan-perubahan yang nyata pada
horizon-horizon A dan B. Akibatnya terbentuk horizon A1, A2, A3, B1, B2, B3.
Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Tabel E. 9 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang dibawanya dalam Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan,
berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum
terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
1. Alluvial 5
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya
di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah
cekungan (depresi). (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil,
solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam,
kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-
2. Andosol 3
kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya
absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf
vulkanik. (Suhendar, Soleh)
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum
terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen
3. Gleisol 4
yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor)
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal,
tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan
gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat
lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak,
4. Grumosol umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi 2
tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu
kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa.
Penyebarannya di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan
kurang dari 2500 mm/tahun. (Suhendar, Soleh)
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon,
kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal,
konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga
5. Latosol 2
kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih
dari 300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi
batuan beku intrusi. (Suhendar, Soleh)
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan
induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah
dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan
batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada
6. Litosol 4
umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit,
pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh)

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga
dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik,
tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan
basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka
7. Mediteran erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis 1
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering
nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah
pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah
topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh)
8. Non Cal 3
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon,
tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk
9. Regosol 4
material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di
daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-
gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh)
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

Dari hasil analisis analisa SKL Kemudahan Dikerjakan, terdapat 5 kategori kemampuan lahan
yaitu kemudahan dikerjakan sangat rendah sampai dengan tinggi, seperti disajikan pada Tabel
dibawah ini.

Tabel E. 10 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan


SKL
Jenis Hasil Penggunaan
Morfologi Lereng Kemudahan Nilai
Tanah Pengamatan Lahan
Dikerjakan
Pegunungan/ Kebun, sawah, Kemudahan
Perbukitan ≥ 40% Regosol permukiman, Dikerjakan 1
Sangat Terjal semak, ladang Rendah
Pegunungan/ Kebun, sawah, Kemudahan
Perbukitan 25 – 40% Regosol permukiman, Dikerjakan 2
Terjal semak, ladang Kurang
Groundcheck Kebun, sawah, Kemudahan
Perbukitan
15 – 25% Regosol /Survey permukiman, Dikerjakan 3
Sedang
Primer lading Sedang
Kemudahan
Kebun, sawah,
Landai 2 – 15% Regosol Dikerjakan 4
permukiman
Sedang
Kebun, sawah, Kemudahan
Dataran 0 – 5% Regosol permukiman, Dikerjakan 5
lading Tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng


Tujuan analisis SKL Kestabilan Lereng adalah untuk mengetahui tingkat kemantapan lereng di
wilayah pengembangan dalam menerima beban pada pengembangan wilayah perencanaan.
Kestabilan dalam analisis ini belum memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh gempa.
Sasaran yang diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Memperoleh gambaran tingkat kestabilan lereng untuk pengembangan wilayah
dan/atau kawasan.
2. Mengetahui daerah-daerah yang berlereng cukup aman untuk dikembangkan sesuai
dengan fungsi kawasan.
3. Mengetahui batasan-batasan pengembangan pada masing-masing tingkatan kestabilan
lereng.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Dari hasil analisis SKL Kestabilan Lereng, terdapat 4 kategori kemampuan lahan yaitu
kestabilan lereng rendah sampai dengan tinggi, seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel E. 11 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng


SKL
Penggunaan
Morfologi Lereng Ketinggian Curah Hujan Kestabilan Nilai
Lahan
Lereng
Pegunungan/ ≥ 40% Tinggi 1.500 – 2.500 Kebun, sawah, Kestabilan
Perbukitan mm/tahun permukiman, Lereng 1
Sangat Terjal semak, lading Rendah
Pegunungan/ 25 – Cukup 1.500 – 2.500 Kebun, sawah, Kestabilan
Perbukitan 40% Tinggi mm/tahun permukiman, Lereng 2
Terjal semak, lading Kurang
Perbukitan 15 – Sedang 1.500 – 2.500 Kebun, sawah, Kestabilan
Sedang 25% mm/tahun permukiman, Lereng 3
lading Sedang
Landai 2– Rendah 1.500 – 2.500 Kebun, sawah,
15% mm/tahun permukiman 4
Kestabilan
Dataran 0– Sangat 1.500 – 2.500 Kebun, sawah, Lereng
2% Rendah mm/tahun permukiman, Tinggi 5
lading
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi lahannya
dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan disebut kestabilan
lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak stabil artinya mudah longsor,
mudah bergerak yang artinya tidak aman dikembangkan untuk bangunan atau permukiman
dan budidaya. Kawasan ini bisa digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air.
❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan
untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi
yang sesuai untuk masing-masing tingkatan.
Sasaran yang diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Mengetahui gambaran daya dukung tanah secara umum.
2. Memperoleh gambaran tingkat kestabilan pondasi di wilayah dan/atau kawasan.
3. Mengetahui perkiraan jenis pondasi dari masing-masing tingkatan kestabilan pondasi
Dari hasil analisis SKL Kestabilan Pondasi, terdapat 4 kategori kemampuan lahan yaitu
kestabilan pondasi rendah sampai dengan tinggi, seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel E. 12 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi


SKL Kestabilan Jenis SKL Kestabilan
Morfologi Penggunaan Lahan Nilai
Lereng Tanah Pondasi
Kestabilan Pegunungan/ Aluvial Hutan, kebun, sawah, Daya Dukung dan
Lereng Rendah Perbukitan semak permukiman, , Kestabilan 1
Sangat Terjal ladang Pondasi Rendah
Kestabilan Pegunungan/ Andosol, Kebun, sawah,
Lereng Kurang Perbukitan Regosol permukiman, semak, Daya Dukung dan 2
Terjal ladang Kestabilan
Kestabilan Perbukitan Mediteran Kebun, sawah, Pondasi Sedang
3
Lereng Rendah Sedang permukiman, ladang
Landai Latosol Kebun, sawah,
Kestabilan Daya Dukung dan 4
permukiman
Lereng Tinggi Kestabilan
Dataran Latosol Kebun, sawah,
Pondasi Tinggi 5
permukiman, ladang
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan/wilayah yang mendukung stabil atau tidaknya suatu
bangunan atau kawasan terbangun. SKL ini diperlukan untuk memperkirakan jenis pondasi
wilayah terbangun. Kestabilan pondasi tinggi artinya wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi
bangunan apa saja atau untuk segala jenis pondasi. Kestabilan pondasi rendah berarti wilayah
tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan. Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah
tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, misalnya
pondasi cakar ayam.
❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air
Ketersediaan air pada suatu lahan merupakan hal yang sangat penting, mengingat fungsi air
tanah sebagai sumber pasokan air bersih untuk berbagai kebutuhan, terutama di saat kemarau
panjang dimana air permukaan tidak mencukupi. Bertolak dari hal tersebut, maka analisis
satuan kemampuan ini dilakukan dengan maksud untuk megetahui kemampuan lahan dalam
menunjang ketersediaan air.
Tujuan analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air dan
kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan guna pengembangan kawasan.
Sasaran yang diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Mengetahui kapasitas air untuk pengembangan kawasan.
2. Mengetahui sumber-sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan
pengembangan kawasan, dengan tidak mengganggu keseimbangan tata air.
3. Memperoleh gambaran penyediaan air untuk tiap tingkatan ketersediaan air dan
pengolahan secara umum untuk air dengan mutu kurang memenuhi persyaratan
kesehatan.
Sebelum melakukan analisis SKL Ketersediaan Air, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah pada tabel berikut.
Tabel E. 13 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang dibawanya dalam Analisis SKL Ketersediaan Air
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
Daya mengikat air kurang apabila kena hujan akan menjadi lengket
1. Aluvial 2
dan bila kekeringan akan mengeras. (Rachmiati, Yati).
Tanah Andosol mempunyai sifat fisik yang baik, daya pengikatan air
yang sangat tinggi, sehingga selalu jenuh air jika tertutup vegetasi.
Sangat gembur, struktur remah atau granuler dengan granulasi yang
2. Andosol tak pulih. Permeabilitas sangat tinggi karena mengandung banyak 5
makropori, fraksi lempung sebagian besar alofan dengan berat jenis
kurang dari 0,85 dan kandungan bahan organik biasanya tinggi,
yaitu antara 8% - 30%.( Sri Damayanti, Lusiana, 2005).
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal,
yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir
selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga
kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur
hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0),
3. Gleisol 4
kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei
kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari
0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air.
Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan
lebih dari 2000 mm/tahun.(Suhendar, Soleh).
Tanah Grumosol mempunyai sifat struktur lapisan atas granuler dan
lapisan bawah gumpal atau pejal, jenis lempung yang terbanyak
4. Grumosol montmorillonit sehingga tanah mempunyai daya adsorpsi yang tinggi 2
yang menyebabkan gerakan air dan keadaan aerasi buruk dan
sangat peka terhadap erosi. ( Sri Damayanti, Lusiana, 2005).
Daya mengikat air kurang apabila kena hujan akan menjadi lengket
5. Latosol dan bila kekeringan akan mengeras dengan struktur remah. 1
(Rachmiati, Yati).
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan
induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman
6. Litosol tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan 3
singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam,
dan pada umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


No. Jenis Tanah Sifat Nilai
kandungan batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol
dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit,
pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh).
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga
dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik,
tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi
teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan
basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka
7. Mediteran erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis 3
bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan
kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah
pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di
bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah
topografi Karst disebut terra rossa. (Suhendar, Soleh).
8. Non Cal 2
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon,
tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk
9. Regosol 3
material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di
daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan
gumuk-gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh).
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

Dari hasil analisis SKL Ketersediaan Air, terdapat 4 kategori kemampuan lahan yaitu
ketersediaan air rendah sampai dengan ketersediaan air tinggi, seperti disajikan pada tabel
berikut.

Tabel E. 14 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air


SKL
Morfologi Lereng Curah Hujan Penggunaan Lahan Ketersediaan Nilai
Air
Pegunungan/ Kebun, sawah, Ketersediaan
1.500 – 2.500
Perbukitan ≥ 40% permukiman, semak, Air Sangat 1
mm/tahun
Sangat Terjal ladang Rendah
Pegunungan/ Kebun, sawah,
1.500 – 2.500 Ketersediaan
Perbukitan 25 – 40% permukiman, semak, 2
mm/tahun Air Rendah
Terjal ladang
Perbukitan 1.500 – 2.500 Kebun, sawah, Ketersediaan
15 – 25% 3
Sedang mm/tahun permukiman, ladang Air Sedang
1.500 – 2.500 Kebun, sawah,
Landai 2 – 15% 4
mm/tahun permukiman Ketersediaan
1.500 – 2.500 Kebun, sawah, Air Tinggi
Dataran 0 – 2% 5
mm/tahun permukiman, ladang
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

Ketersediaan air sangat tinggi artinya ketersediaan air tanah dalam dan dangkal cukup banyak.
Sementara ketersediaan air sedang artinya air tanah dangkal tak cukup banyak, tapi air tanah
dalamnya banyak.
❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase
Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam
mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat lokal
maupun meluas dapat dihindari.
Sasaran yang diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kemampuan lahan dalam proses pematusan.
2. Memperoleh gambaran karakteristik drainase alamiah masing-masing tingkatan
kemapuan drainase.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


3. Mengetahui daerah-daerah yang cenderung tergenang di musim penghujan.
Sebelum melakukan analisis SKL untuk Drainase, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah pada tabel berikut ini.
Tabel E. 15 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang dibawanya dalam Analisis SKL untuk Drainase
Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum mempunyai
perkembangan profil, dengan susunan horison A-C atau A-C-R, atau A-
R. Tanah ini terbentuk dari bahan aluvium, aluvium-marin, marin, dan
volkan. Umumnya pada landform dataran, fluvio-marin, dan volkan.
Penampang tanah bervariasi, tekstur lempung berpasir sampai pasir
berlempung, dan berlapis-lapis (stratified) atau berselang seling.
Adanya perbedaan tekstur berlapis-lapis tersebut menunjukkan
proses pengendapan dari limpasan sungai yang berulang; sebagian
1. Aluvial 1
mengandung kerikil di dalam penampang tanah. Warna tanah coklat
tua sampai gelap, drainase buruk sampai cepat, struktur lepas sampai
masif, konsistensi gembur dan keras pada kondisi kering. Reaksi
tanah umumnya agak netral (pH 7), kadar C organik sangat rendah
sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang sampai tinggi,
basa-basa dapat tukar rendah sampai tinggi dan didominasi oleh Ca
dan Mg. KTK tanah rendah, tetapi kejenuhan basanya tinggi.
Penggunaan lahan umumnya bervariasi. (Blog TANI MUDA).
Merupakan tanah-tanah muda, yang belum/sedikit mempunyai
perkembangan profil, dengan susunan horison A-C, A-C-R. Tanah ini
terbentuk dari bahan abu volkan (debu, pasir, dan kerikil). Umumnya
terbentuk pada landform volkanik. Penampang tanah dangkal sampai
dalam, tekstur lempung berpasir sampai pasir berlempung. Warna
tanah coklat tua sampai coklat tua kekuningan, drainase sedang,
2. Andosol 4
struktur lepas sampai masif, konsistensi gembur dan keras pada
kondisi kering. Reaksi tanah umumnya netral, kadar C organik sangat
rendah sampai sedang, kadar P2O5 dan K2O potensial sedang
sampai tinggi, basa-basa dapat tukar rendah dan didominasi oleh Ca
dan Mg. KTK tanah rendah sampai sedang, tetapi kejenuhan basanya
tinggi.
Tanah yang baru terbentuk, perkembangan horison tanah belum
terlihat secara jelas. Tanah entisol umumnya dijumpai pada sedimen
3. Gleisol 2
yang belum terkonsolidasi, seperti pasir, dan beberapa
memperlihatkan horison diatas lapisan batuan dasar. (Djauhari, Noor)
Jenis tanah grumosol sifat tanahnya mudah longsor dan memiliki
4. Grumosol 1
drainase buruk. (Kota Probolinggo)
Tanah yang sudah menunjukkan adanya perkembangan profil,
dengan susunan horison A-Bw-C pada lahan kering dengan drainase
baik, atau susunan horison A-Bg-C pada lahan basah dengan drainase
terhambat. Tanah terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu
tuf volkan masam, tuf volkan intermedier (andesitik), tufa pasiran, dan
granodiorit serta skis. Tanah ini mempunyai penyebaran paling luas,
menempati grup landform dataran volkan, perbukitan volkan, dan
dataran tektonik. Tanah dari bahan volkan intermedier berwarna
coklat kemerahan, tekstur lempung berliat sampai liat, penampang
dalam, dan struktur cukup baik, konsistensi gembur sampai teguh.
5. Latosol Reaksi tanah netral, kadar C dan N organik sangat rendah sampai 5
sedang, kadar P dan K potensial sedang sampai tinggi. Kadar basa-
basa dapat tukar didominasi oleh Ca dan Mg, KTK tanah rendah, KTK
liat rendah sampai tinggi, dan kejenuhan basa tinggi. Pada landform
dataran volkan sifat tanah dipengaruhi oleh bahan induknya. Tanah
penampang cukup dalam, berwarna coklat kekuningan sampai
kemerahan, drainase baik, tekstur halus sampai agak halus,
konsistensi gembur sampai teguh, dan reaksi tanah agak masam
sampai masam. Sebagian besar telah diusahakan untuk lahan
pertanian, seperti persawahan, tegalan dan kebun campuran. Sisanya
masih berupa semak belukar dan hutan. (Blog TANI MUDA)

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jenis
No. Sifat Nilai
Tanah
Tanah mineral tanpa atau sedikit perkembangan profil, batuan
induknya batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah
dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan
batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada
6. Litosol 3
umumnya berpasir, umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan
batu, kerikil dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat
dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit,
pegunungan, lereng miring sampai curam. (Suhendar, Soleh).
7. Mediteran Sama dengan inceptisol/latosol 5
8. Non Cal 2
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon,
tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH
umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk
9. Regosol 2
material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di
daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-
gumuk pasir pantai. (Suhendar, Soleh).
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

Dari hasil analisis SKL untuk drainase, terdapat 3 kategori kemampuan lahan yaitu drainase
kurang, drainase sedang dan drainase cukup, seperti disajikan pada tabel berikut.

Tabel E. 16 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) untuk Drainase


Topografi/ Jenis Curah Penggunaan SKL untuk
Morfologi Lereng Nilai
Ketinggian Tanah Hujan Lahan Drainase
Pegunungan/ 1.500 – Kebun, sawah,
Perbukitan ≥ 40% Tinggi Regosol 2.500 permukiman, 5
Sangat Terjal mm/tahun semak, lading Drainase
Pegunungan/ 1.500 – Kebun, sawah, Cukup
25 – Cukup
Perbukitan Regosol 2.500 permukiman, 4
40% Tinggi
Terjal mm/tahun semak, ladang
1.500 – Kebun, sawah,
Perbukitan 15 – Drainase
Sedang Regosol 2.500 permukiman, 3
Sedang 25% Sedang
mm/tahun lading
1.500 –
Rendah Kebun, sawah,
Landai 2 – 15% Regosol 2.500 2
permukiman
mm/tahun Drainase
1.500 – Kebun, sawah, Kurang
Sangat
Dataran 0 – 2% Regosol 2.500 permukiman, 1
Rendah
mm/tahun lading
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007.

Drainase berkaitan dengan aliran air serta mudah tidaknya air mengalir. Drainase tinggi artinya
aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar. Drainase kurang berarti aliran air sulit dan
mudah tergenang.
❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi
Tujuan analisis SKL terhadap Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami
keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta
antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir.
Sasaran yang diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Mengetahui tingkat keterkikisan tanah di wilayah dan/atau kawasan perencanaan.
2. Mengetahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi.
3. Memperoleh gambaran batasan pada masing-masing tingkatan kemampuan terhadap
erosi.
4. Mengetahui daerah yang peka terhadap erosi dan perkiraan arah pengendapan hasil
erosi tersebut pada bagian hilirnya.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Sebelum melakukan analisis SKL Terhadap Erosi, terlebih dahulu harus diketahui penjelasan
dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah pada tabel berikut.
Tabel E. 17 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang dibawanya dalam Analisis SKL terhadap Erosi
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
1. Aluvial Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap 5
2. Andosol erosi: 2
3. Gleisol • Alluvial 5
4. Grumosol • Gleisol 2
5. Latosol Jenis tanah yang agak peka erosi: 4
6. Litosol • Latosol 1
7. Mediteran Jenis tanah dengan kepekaan sedang: 3
8. Non Cal • Non Cal 3
• Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
• Andosol
9. Regosol • Grumosol 1
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
• Regosol
• Litosol
Sumber: Hasil Analisis

Dari hasil analisa SKL terhadap Erosi, terdapat 5 kategori kemampuan lahan yaitu tidak ada
erosi, erosi sangat rendah sampai dengan tingkat erosi tinggi, seperti disajikan pada tabel
berikut.

Tabel E. 18 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Erosi


SKL
Topografi/ Jenis Curah Penggunaan
Morfologi Lereng untuk Nilai
Ketinggian Tanah Hujan Lahan
Drainase
Pegunungan/ 1.500 – Kebun, sawah,
Erosi
Perbukitan ≥ 40% Tinggi Regosol 2.500 permukiman, 1
Tinggi
Sangat Terjal mm/tahun semak, lading
Pegunungan/ 1.500 – Kebun, sawah, Erosi
25 – Cukup
Perbukitan Regosol 2.500 permukiman, Cukup 2
40% Tinggi
Terjal mm/tahun semak, ladang Tinggi
1.500 – Kebun, sawah,
Perbukitan 15 – Erosi
Sedang Regosol 2.500 permukiman, 3
Sedang 25% Sedang
mm/tahun ladang
1.500 – Erosi
2– Rendah Kebun, sawah,
Landai Regosol 2.500 Sangat 4
15% permukiman
mm/tahun Rendah
Sangat 1.500 – Kebun, sawah, Tidak
0–
Dataran Rendah Regosol 2.500 permukiman, Ada 5
2%
mm/tahun ladang Erosi
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi berarti
lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah berarti lapisan
tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak ada pengelupasan
lapisan tanah.
❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah
Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang
mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan akhir dan pengolahan limbah, baik
limbah padat maupun limbah cair.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Sasaran yang diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan
akhir dan pengolahan limbah padat atau sampah.
2. Mengetahui daerah yang mampu untuk ditempati lokasi penampungan akhir dan
pengolahan limbah cair.
3. Mempersiapkan daerah-daerah tersebut dan pengamanannya sebagai lokasi
pembuangan akhir limbah.
Sebelum melakukan analisis SKL Pembuangan Limbah, terlebih dahulu harus diketahui
penjelasan dari data yang terlibat dalam analisa yaitu jenis tanah pada tabel berikut ini.
Tabel E. 19 Penjelasan Jenis Tanah dan Sifat-Sifat yang dibawanya dalam Analisis SKL Pembuangan Limbah
No. Jenis Tanah Sifat Nilai
1. Aluvial Dalam penilaian ini digunakan kepekaan terhadap erosi 5
2. Andosol dimana jenis tanah untuk lokasi pembuangan limbah 2
3. Gleisol harus tidak peka terhadap erosi. 5
4. Grumosol Jenis-jenis tanah yang tidak peka terhadap erosi: 2
5. Latosol • Alluvial 4
6. Litosol • Gleisol 1
7. Mediteran Jenis tanah yang agak peka erosi: 3
8. Non Cal • Latosol 3
Jenis tanah dengan kepekaan sedang:
• Non Cal
• Mediteran
Jenis tanah yang peka terhadap erosi:
9. Regosol • Andosol 1
• Grumosol
Jenis tanah yang sangat peka erosi:
• Regosol
• Litosol
Sumber: Hasil Analisis

Dari hasil analisa SKL Pembuangan Limbah, terdapat 3 kategori kemampuan lahan yaitu
kemampuan lahan untuk pembuangan limbah kurang, kemampuan lahan untuk pembuangan
limbah sedang dan kemampuan lahan untuk pembuangan limbah cukup, seperti disajikan
pada tabel berikut ini.

Tabel E. 20 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah


SKL
Topografi/ Jenis Curah Penggunaan
Morfologi Lereng Pembuangan Nilai
Ketinggian Tanah Hujan Lahan
Limbah
Kebun,
Pegunungan/ 1.500 – sawah,
Perbukitan ≥ 40% Tinggi Regosol 2.500 permukiman, 1
Kemampuan
Sangat Terjal mm/tahun semak,
lahan untuk
ladang
pembuangan
Kebun,
limbah
Pegunungan/ 1.500 – sawah,
25 – Cukup kurang
Perbukitan Regosol 2.500 permukiman, 2
40% Tinggi
Terjal mm/tahun semak,
ladang
Kemampuan
Kebun,
1.500 – lahan untuk
Perbukitan 15 – sawah,
Sedang Regosol 2.500 pembuangan 3
Sedang 25% permukiman,
mm/tahun limbah
ladang
sedang
1.500 – Kebun, Kemampuan
2– Rendah
Landai Regosol 2.500 sawah, lahan untuk 4
15%
mm/tahun permukiman pembuangan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


SKL
Topografi/ Jenis Curah Penggunaan
Morfologi Lereng Pembuangan Nilai
Ketinggian Tanah Hujan Lahan
Limbah
limbah
cukup
Kebun, Kemampuan
1.500 –
0– Sangat sawah, lahan untuk
Dataran Regosol 2.500 5
2% Rendah permukiman, pembuangan
mm/tahun
ladang limbah tinggi
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

SKL pembuangan limbah adalah tingkatan untuk memperlihatkan wilayah tersebut cocok atau
tidak sebagai lokasi pembuangan. SKL pembuangan limbah kurang berarti wilayah tersebut
kurang/tidak mendukung sebagai tempat pembuangan limbah.
❖ Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Bencana Alam
Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dan korban akibat bencana tersebut.
Sasaran yang diharapkan tercapai dengan melakukan analisis ini adalah:
1. Mengetahui daerah-daerah yang mampu untuk ditempati sebagai lokasi penampungan
akhir dan pengolahan limbah padat atau sampah.
2. Mengetahui daerah yang mampu untuk ditempati lokasi penampungan akhir dan
pengolahan limbah cair.
3. Mempersiapkan daerah-daerah tersebut dan pengamanannya sebagai lokasi
pembuangan akhir limbah.

Tabel E. 21 Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Bencana Alam


Topografi/ Jenis Curah Penggunaan SKL Potensi
Morfologi Lereng Nilai
Ketinggian Tanah Hujan Lahan Bencana Alam
Pegunungan/ Regosol 1.500 – Kebun, sawah, Kerawanan
Perbukitan ≥ 40% Tinggi 2.500 permukiman, Bencana 1
Sangat Terjal mm/tahun semak, ladang Sangat Tinggi
Pegunungan/ Regosol 1.500 – Kebun, sawah, Kerawanan
25 – Cukup
Perbukitan 2.500 permukiman, Bencana 2
40% Tinggi
Terjal mm/tahun semak, ladang Tinggi
Perbukitan Regosol 1.500 – Kebun, sawah, Kerawanan
15 –
Sedang Sedang 2.500 permukiman, Bencana 3
25%
mm/tahun ladang Sedang
Landai Regosol 1.500 – Kebun, sawah, Kerawanan
2– Rendah
2.500 permukiman Bencana 4
15%
mm/tahun Rendah
Dataran Regosol Kebun, sawah, Kerawanan
1.500 –
0– Sangat permukiman, Bencana
2.500 5
2% Rendah ladang Sangat
mm/tahun
Rendah
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2007

SKL terhadap Bencana Alam merupakan pertampalan (overlay) dari peta rawan bencana alam
di wilayah perencanaan, yaitu peta rawan bencana gunung berapi dan gerakan tanah/longsor.
Morfologi gunung dan perbukitan dinilai tinggi pada peta rawan bencana gunung api dan
longsor. Sedangkan lereng datar yang dialiri sungai dinilai tinggi pada rawan bencana banjir.
Kelas 1 artinya rawan bencana alam dan kelas 5 artinya tidak rawan bencana alam.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


3) Analisa Kesesuaian Lahan (AKL)
Analisa kesesuaian lahan adalah analisa yang dilakukan untuk mengetahui kesesuaian
pemanfaatan (ruang) fisik alamiah guna memberikan deliniasi zona lindung dan zona budidaya
pada suatu kawasan.
❖ Arahan Tata Ruang Pertanian
Langkah pelaksanaan yaitu melakukan deiniasi kawasan perencanaan pada peta arahan tata
ruang pertanian yang sudah ada.

Tabel E. 22 Klasifikasi Arahan Tata Ruang Pertanian


Kemampuan Lahan Arahan Tata Ruang Pertanian
Kelas Kemampuan Pengembangan Klasifikasi Nilai
Kemampuan Pengembangan Sangat
Kelas a Lindung 1
Rendah
Kawasan
Kelas b Kemampuan Pengembangan Rendah 2
Penyangga
Kelas c Kemampuan Pengembangan Sedang Tanaman Tahunan 3
Kemampuan Pengembangan Agak
Kelas d Tanaman Setahun 4
Tinggi
Kemampuan Pengembangan Sangat
Kelas e Tanaman Setahun 5
Tinggi
❖ Arahan Rasio Penutupan
Langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Tentukan tingkatan rasio tutupan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan, dan
pertajam dengan skala SKL untuk drainase.
▪ Saring lagi kesesuaian rasio tutupan lahan ini dengan memperhatikan SKL kestabilan
lereng, SKL terhadap erosi, dan SKL terhadap bencana alam.
▪ Gunakan kurva keseimbangan tata air untuk menentukan batasan rasio tutupan lahan,
terutama perbandingan peningkatan aliran permukaan akibat peningkatan tutupan
lahan.

Tabel E. 23 Klasifikasi Arahan Rasio Tutupan


Arahan Rasio Tutupan
Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Nilai
Kelas a Non Bangunan 1
Kelas b Rasio Tutupan Lahan Maks. 10% 2
Kelas c Rasio Tutupan Lahan Maks. 20%
3
Kelas d Rasio Tutupan Lahan Maks. 30%
Kelas e Rasio Tutupan Lahan Maks. 50% 4
❖ Arahan Ketinggian Bangunan
Langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Menentukan arahan ketinggian bangunan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan
dan memperhatikan SKL kestabilan pondasi dan SKL terhadap bencana alam.
▪ Memperhatikan penggunaan lahan yang ada saat ini yang kemungkinan akan
memperlemah kekuatan bangunan, seperti penggalian bahan galian golongan C, atau
daerah bekas penambangan/pengurukan
▪ Menentukan batasan atau persyaratan pengembangan bangunan tinggi pada
masingmasing arahan.

Tabel E. 24 Klasifikasi Arahan Ketinggian Bangunan


Arahan Rasio Tutupan
Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Nilai
Kelas a Non Bangunan 1
Kelas b Non Bangunan 2
Kelas c Bangunan < 4 Lantai 3

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Arahan Rasio Tutupan
Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Nilai
Kelas d
Kelas e Bangunan > 4 Lantai 4
❖ Arahan Pemanfaatan Air Baku
Langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Mempelajari SKL ketersediaan air, dan tentukan sumber-sumber air yang paling
memungkinkan sebagai sumber air baku untuk pusat-pusat kegiatan dalam wilayah
dan/atau kawasan (termasuk memperhitungkan jarak) berdasarkan SKL tersebut.
▪ Memperhatikan juga penggunaan lahan yang ada saat ini, terutama yang berkaitan
dengan pemanfaatan air seperti pertanian, industri, dan lainnya.
▪ Menentukan prioritas pemanfaatan sumber-sumber yang telah diarahkan tersebut
sesuai dengan tingkat kebutuhan dan ketersediaan, serta teknis eksploitasinya.

Tabel E. 25 Klasifikasi Arahan Pemanfaatan Air Baku


Arahan Rasio Tutupan
Kelas Kemampuan Lahan Klasifikasi Nilai
Kelas a Sangat Rendah 1
Kelas b Rendah 2
Kelas c Cukup 3
Kelas d Baik 4
Kelas e Sangat Baik 5
❖ Perkiraan Daya Tampung Lahan
Langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Menghitung daya tampung berdasarkan ketersediaan air, kapasitas air yang bisa
dimanfaatkan, dengan kebutuhan air perorang perharinya disesuaikan dengan jumlah
penduduk yang ada saat ini, atau misalnya rata-rata 100 l/jiwa/hari (tergantung standar
yang digunakan). Berikut ini merupakan contoh perhitungan ketersediaan sumber air
permukaan pada setiap satuan wilayah sungai (Kasus: Kabupaten A).
▪ Menghitung daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan dengan asumsi
masing-masing arahan rasio tersebut dipenuhi maksimum, dan dengan anggapan luas
lahan yang digunakan untuk permukiman hanya 50% dari luas lahan yang boleh tertutup
(30% untuk fasilitas dan 20% untuk jaringan jalan serta utilitas lainnya). Kemudian
dengan 2 asumsi 1KK yang terdiri dari 5 orang memerlukan lahan seluas 100 m. Maka
dapat diperoleh daya tampung berdasarkan arahan rasio tutupan lahan ini sebagai
berikut:

▪ Membandingkan daya tampung ini dengan jumlah penduduk yang ada saat ini dan
proyeksinya untuk waktu perencanaan. Untuk daerah yang melampaui daya tampung
berikan persyaratan pengembangannya.
❖ Persyaratan dan Pembatasan Pengembangan
Langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Menginventarisasi kendala fisik masing-masing arahan peruntukan lahan berdasarkan
klasifikasi kemampuan lahan dan satuan-satuan kemampuan lahan.
▪ Menginventarisasi batasan-batasan pengembangan pada masing-masing arahan
peruntukan lahan menurut arahan-arahan kesesuaian lahan, klasifikasi kemampuan
lahan, serta satuan-satuan kemampuan lahan.
▪ Menentukan persyaratan dan pembatas pengembangan/pembangunan pada masing-
masing peruntukan lahan berdasarkan hasil inventarisasi tersebut di atas.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


❖ Evaluasi Penggunaan Lahan Yang ada Terhadap Kesesuaian Lahan
Langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Membandingkan penggunaan lahan yang ada dengan karakteristik fisik wilayah
berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan, satuan-satuan kemampuan lahan, dan
arahanarahan kesesuaian lahan.
▪ Memberikan arahan penyesuaian penggunaan lahan yang ada saat ini dan
pengembangan selanjutnya berdasarkan persyaratan dan pembatas pembangunan.
❖ Analisa Kesesuaian Lahan
Langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Melakukan lebih dahulu analisis masing-masing arahan kesesuaian lahan untuk
memperoleh arahan-arahan kesesuaian lahan yang merupakan masukan bagi analisis
peruntukan lahan ini.
▪ Menentukan arahan peruntukan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan lahan dan
arahan-arahan kesesuaian lahan di atas.
▪ Dalam penentuan arahan peruntukan lahan ini, mengarahkan pada kondisi ideal sesuai
dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya, yang tentunya meliputi
persyaratan/pembatas pengembangan, serta telah mengevaluasi penggunaan lahan
yang ada saat ini.
▪ Mempertajam arahan ini dengan memasukkan hasil studi fisik/lingkungan yang ada,
seperti: studi pertanian, kehutanan, analisis dampak lingkungan, dan lainnya.
▪ Mendeskripsikan masing-masing arahan peruntukan, termasuk persyaratan dan
pembatas pengembangannya.
❖ Penyusunan Rekomendasi Kesesuaian Lahan
Langkah pelaksanaan meliputi:
▪ Membandingkan kembali arahan peruntukan lahan dengan penggunaan lahan yang ada
saat ini.
▪ Menyesuaikan arahan tersebut dengan penggunaan lahan yang ada saat ini dan
perkiraan kecenderungannya, sejauh tidak terlalu menyimpang.
▪ Menyesuaikan arahan peruntukan tersebut dengan kebijaksanaan pengembangan yang
ada baik kebijaksanaan pusat maupun daerah serta sektoral.
▪ Menentukan persyaratan pengembangan pada masing-masing arahan yang
direkomendasikan, terutama dalam mengikuti kebijaksanaan yang ada.
▪ Menentukan kapasitas pengembangan wilayah perencanaan.
▪ Memberikan deskripsi masing-masing arahan kesesuaian lahan yang telah
direkomendasikan tersebut.
4) Analisis Fungsi Kawasan
Penentuan fungsi kawasan didasarkan pada :
1. Kriteria Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya berdasarkan Permen ATR No 1 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyusunan RTRW.
2. Penetapan Kawasan Hutan berdasarkan KEPMENHUT No. SK.783/MENHUT-II/2014
Update tahun 2019 dan KEPMENHUT No. SK.782/MENHUT-II/2014 untuk penentuan
wilayah hutan.
❖ Kriteria Kawasan Lindung
Kriteria penetapan kawasan lindung berdasarkan Permen ATR Nomor 1 Tahun 2018 dapat
dilihat pada Tabel dibawah ini.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tabel E. 26 Kriteria Penetapan Kawasan Lindung
Tujuan
Jenis Kawasan Definisi Kriteria
Perlindungan
1. Kawasan Yang Memberi Perlindungan Kawasan Bawahannya
a. Kawasan Kawasan hutan ▪ Mencegah Kawasan hutan lindung
Hutan lindung adalah terjadinya erosi ditetapkan dengan kriteria:
Lindung kawasan hutan yang dan atau ▪ kawasaa hutan dengan
memiliki sifat khas sedimentasi, dan faktor kemiringan lereng,
yang mampu menjaga fungsi jenis tanah, dan
memberikan hidrologi tanah, intensitas hujan yang
perlindungan kepada air dan air jumlah hasil perkalian
kawasan sekitarnya permukaan. bobotnya sama dengan
maupun bawahannya ▪ Mencegah 175 (seratus tujuh puluh
sebagai pengatur tata terjadinya erosi lima) atau lebih;
air, pencegahan tanah pada ▪ kawasan hutan yang
banjir dan erosi serta kawasan dengan mempunyai kemiringan
pemeliharaan kelerengan terjal. lereng paling sedikit
kesuburan tanah. ▪ Melindungi 4Oo/o (empat puluh
ekosistem persen);
wilayah sub- ▪ kawasan hutan yang
tropis. mempunyai ketinggian
paling sedikit 2.000 (dua
ribu) meter di atas
permukaan laut; atau
▪ kawasan hutan yang
mempunyai tanah sangat
peka terhadap erosi
dengan kelerengan di
atas lebih dari 15% (lima
belas persen).
b. Kawasan Kawasan yang Memberikan ruang ▪ Curah hujan yang tinggi,
Resapan Air mempunyai yang cukup bagi struktur tanah yang
kemampuan tinggi resapan air hujan mudah meresapkan air
untuk meresapkan air pada daerah dan bentuk geomorfologi
hujan sehingga resapan air tanah yang mampu
merupakan tempat untuk keperluan meresapkan air hujan
pengisian air bumi penyediaan secara besar-besaran.
(akifer) yang berguna kebutuhan air tanah ▪ kawasan y€rng
sebagai sumber air. dan mempunyai kemampuan
penanggulangan tinggi untuk meresapkan
banjir, baik pada air hujan dan sebagai
kawasan pengontrol tata air
bawahannya permukaan
maupun kawasan
yang bersangkutan.
2. Kawasan Perlindungan Setempat
a. Kawasan Sempadan Sungai Melindungi sungai ▪ Garis sempadan sungai
Sempadan adalah kawasan dari kegiatan besar tidak bertanggul di
Sungai sepanjang kiri-kanan manusia yang dapat luar kawasan perkotaan,
sungai, termasuk mengganggu dan ditentukan paling sedikit
sungai merusak kualitas air berjarak 100 (seratus)
buatan/kanal/salura sungai, kondisi fisik meter dari tepi kiri dan
n irigasi primer yang pinggir dan dasar kanan palung sungai
mempunyai manfaat sungai serta sepanjang alur sungai.
penting untuk mengamankan ▪ Garis sempadan sungai
mempertahankan aliran sungai kecil tidak bertanggul di
kelestarian fungsi luar kawasan perkotaan,
sungai. ditentukan paling sedikit
50 (lima puluh) meter
dari tepi kiri dan kanan
palung sungai sepanjang
alur sungai.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tujuan
Jenis Kawasan Definisi Kriteria
Perlindungan
▪ Garis sempadan sungai
bertanggul di dalam
kawasan perkotaan,
ditentukan paling sedikit
berjarak 3 (tiga) meter
dari tepi luar kaki tanggul
sepanjang alur sungai.
▪ Garis sempadan sungai
bertanggul di luar
kawasan perkotaan,
ditentukan paling sedikit
berjarak 5 (lima) meter
dari tepi luar kaki tanggul
sepanjang alur sungai.
b. Kawasan Kawasan tertentu Melindungi danau ▪ Garis sempadan danau
Sekitar sekeliling danau atau atau waduk dari ditentukan mengelilingi
Danau/ waduk yang kegiatan budidaya danau paling sedikit
Waduk mempunyai manfaat yang dapat berjarak 50 (lima puluh)
penting untuk mengganggu meter dari tepi muka air
mempertahankan kelestarian fungsi tertinggi yang pernah
kelestarian fungsi danau atau waduk. terjadi.
danau atau waduk.
c. Kawasan Kawasan yang Melindungi ▪ ditetapkan dengan
Lindung mempunyai tata cara kawasan lindung kriteria sebagai hasil
Spiritual dan secara adat yang spiritual dan budaya manusia yang
kearifan lokal melestarikan kearifan lokal dari bernilai tinggi yang
lingkungan, kawasan kegiatan budidaya dilindungi untuk
yang masyarakatnya yang dapat keberlanjutan ilmu
mempunyai budaya mengganggu pengetahuan.
yang dilestarikan, dan kelestarian fungsi
kawasan yang kawasan.
masyarakatnya
mempunyai kegiatan
ekonomi cenderung
tradisional tapi lestari.
d. Kawasan Kawasan tertentu Melindungi sumber ▪ Garis sempadan embung
Sekitar sekeliling embung daya air akibat ditentukan mengelilingi
embung sebagai wadah penurunan kualitas danau paling sedikit
penampungan air sumber daya air berjarak 50 (lima puluh)
pada waktu terjadi karena meter dari tepi muka air
surplus air di sungai penambahan tertinggi yang pernah
atau menampung air penduduk, terjadi.
hujan peningkatan
kegiatan budidaya
,dan alih fungsi
lahan yang tidak
terkendali.
e. Kawsan Kawasan jaringan Melindungi ruang ▪ Ketentuan konservasi
Sempadan listrik SUTT adalah sekeliling untuk kawasan di sekitar
SUTT kawasan sepanjang penghantar SUTT, SUTT ini adalah berjarak
jaringan listrik yang harus minimal 25 meter pada
tegangan tinggi dibebaskan dari kanan dan kiri tiang
dengan tujuan untuk kegiatan orang, listrik transformasi.
menjaga keamanan makhluk hidup
dan keselamatan lainnya maupun
terhadap dampak benda apapun.
yang ditimbulkan,
misalnya untuk
menghindari dampak

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tujuan
Jenis Kawasan Definisi Kriteria
Perlindungan
radiasi dan lain
sebagainya.
f. Kawasan Kawasan sempadan Memberikan ruang ▪ Kriteria penetapan
Sempadan jalan kereta api yang cukup untuk kawasan sempadan
Rel Kereta adalah kawasan RTH dan melindungi jalan kereta api yaitu
Api sepanjang jalan sempadan rel kereta minimal 23 meter.
kereta api yang api dari kegiatan
mempunyai manfaat budidaya dan alih
penting untuk fungsi yang tak
menjaga keamanan terkendali.
dan kenyamanan
sepanjang jalur
kereta api.
3. Kawasan Konservasi
Kawasan Pelestarian Alam
a. Taman Hutan Taman Hutan Raya Untuk Kawasan berhutan atau
Raya adalah kawasan pengembangan bervegetasi tetap yang
pelestarian alam yang pendidikan, memiliki flora dan fauna
terutama rekreasi, dan yang beraneka ragam,
dimanfaatkan untuk pariwisata serta memiliki arsitektur bentang
tujuan koleksi peningkatan alam yang baik dan memiliki
tumbuhan dan atau kualitas lingkungan akses yang baik untuk
satwa alami atau sekitarnya dan keperluan pariwisata.
buatan, jenis asli perlindungan dari
dan/atau bukan asli, pencemaran.
pengembangan ilmu
pengetahuan,
pendidikan,
kebudayaan,
pariwisata dan
rekreasi.

b. Taman Taman Wisata Alam Untuk Kawasan berhutan atau


Wisata Alam adalah kawasan pengembangan bervegetasi tetap yang
pelestarian alam di pendidikan, memiliki flora dan fauna
darat maupun di laut rekreasi, dan yang beraneka ragam,
yang terutama pariwisata serta memiliki arsitektur bentang
dimanfaatkan untuk peningkatan alam yang baik dan memiliki
pariwisata dan kualitas lingkungan akses yang baik untuk
rekreasi alam. sekitarnya dan keperluan pariwisata.
perlindungan dari
pencemaran.
c. Kawasan Adalah tempat serta Melindungi Tempat serta ruang di
Cagar Budaya ruang di sekitar kekayaan budaya sekitar bangunan bernilai
dan Ilmu bangunan bernilai bangsa berupa budaya tinggi, situs
Pengetahuan budaya tinggi dan peninggalan- purbakala dan kawasan
sebagai tempat serta peninggalan sejarh, dengan bentukan geologi
ruang di sekitar situs bangunan arkeologi, tertentu yang mempunyai
purbakala dan dan monumen manfaat tinggi untuk
kawasan yang nasional, dan pengembangan ilmu
memiliki bentukan keragaman pengetahuan.
geologi alami yang bentukan geologi Kriteria kawasan cagar
khas berada. yang berguna untuk budaya mengacu pada
mengembangkan Monumenten Ordonantie
ilmu pengetahuan Staatblad 1931 No. 238,
dari ancaman sementara kriteria yang
kepunahan yang lengkap belum ada
disebabkan oleh pemerintah daerah
berkewajiban menetapkan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tujuan
Jenis Kawasan Definisi Kriteria
Perlindungan
kegiatan alam kawasan cagar budaya dan
maupun manusia. ilmu pengetahuan yang
dilindungi di daerahnya.

4. Kawasan Lindung Geologi


a. Kawasan Kawasan resapan air Melindungi kawasan Ditetapkan dengan kriteria:
Imbuhan Air yang mempu imbuhan air tanah ▪ Memiliki jenis fisik
Tanah menambah air tanah dari kegiatan batuan dengan
secara alamiah pada budidaya yang kemampuan meluluskan
cekungan air tanah. dapat merusak air dengan jumlah
kualitas air dan berarti;
kondisi fisik ▪ Memiliki lapisan penutup
kawasan sekitarnya. tanah berupa pasir
sampai lanau;
▪ Memiliki hubungan
hidrogeologis yang
menerus dengan daerah
lepasan; dan
▪ Memiliki muka air tanah
tidak tertekan yang
letaknya lebih tinggi
daripada muka air tanah
yang tertekan.
b. Kawasan Kawasan tertentu Melindungi mata air Ditetapkan dengan kriteria:
Sekitar Mata sekeliling mata air dari kegiatan ▪ Daratan di sekeliling
Air yang mempunyai budidaya yang mata air yang
manfaat penting dapat merusak mempunyai manfaat
untuk kualitas air dan untuk mempertahankan
mempertahankan kondisi fisik fungsi mata air; dan
kelestarian fungsi kawasan sekitarnya. ▪ Wilayah dengan jarak
mata air. paling sedikit 200 (dua
ratus) meter dari mata
air.
5. Kawasan Rawan Bencana
a. Kawasan Kawasan Rawan Melindungi manusia Ditetapkan dengan kriteria
Rawan Bencana Longsor dan kegiatannya kawasan berbentuk lereng
Bencana adalah Kawasan yang dari bencana yang yang rawan terhadap
Longsor sering atau disebabkan maupun perpindahan material
berpotensi tinggi secara tidak pembentuk lereng berupa
mengalami bencana langsung oleh batuan, bahan rombakan,
longsor perbuatan manusia. tanah, atau material
campuran.
b. Kawasan Kawasan Rawan Melindungi manusia Ditetapkan dengan kriteria
Rawan bencana Banjir dan kegiatannya kawasan yang
bencana adalah kawasan yang dari bencana yang diidentifikasikan sering
Banjir diidentifikasikan disebabkan maupun dan/atau berpotensi tinggi
sering atau secara tidak mengalami bencana alam
berpotensi tinggi langsung oleh banjir.
mengalami bencana perbuatan manusia.
banjir
c. Kawasan • Wilayah di sekitar Melindungi manusia Ditetapkan dengan kriteria
Letusan kawah dan/atau dan kegiatannya kawasan yang
Gunung wilayah yang sering dari bencana yang diidentifikasikan sering
Berapi terlanda awan disebabkan maupun dan/atau berpotensi tinggi
panas, aliran lava, secara tidak mengalami bencana alam
aliran lahar lontaran langsung oleh gunung berapi.
atau guguran batu perbuatan manusia.
pijar, dan/atau
aliran gas beracun

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tujuan
Jenis Kawasan Definisi Kriteria
Perlindungan
• Kawasan yang
diidentifikasi sering
atau berpotensi
tinggi mengalami
bencana
letusan/erupsi
gunung berapi
d. Kawasan Kawasan Rawan Melindungi manusia Ditetapkan dengan kriteria
Rawan Bencana Kekeringan dan kegiatannya kawasan yang
Bencana adalah kawasan yang dari bencana yang diidentifikasikan sering
Kekeringan diidentifikasikan disebabkan maupun dan/atau berpotensi tinggi
berpotensi tinggi secara tidak mengalami bencana
mengalami bencana langsung oleh kekeringan.
kekeringan perbuatan manusia.
e. Kawasan Kawasan Rawan Melindungi manusia Ditetapkan dengan kriteria
Rawan Bencana Puting dan kegiatannya kawasan yang
Bencana Beliung adalah dari bencana yang diidentifikasikan sering
angin puting kawasan yang disebabkan maupun dan/atau berpotensi tinggi
beliung diidentifikasikan secara tidak mengalami bencana puting
berpotensi tinggi langsung oleh beliung.
mengalami bencana perbuatan manusia.
puting beliung
f. Kawasan Kawasan Rawan Melindungi manusia Ditetapkan dengan kriteria
Rawan Bencana Kebakaran dan kegiatannya kawasan yang
Bencana adalah kawasan yang dari bencana yang diidentifikasikan sering
kebakaran diidentifikasikan disebabkan maupun dan/atau berpotensi tinggi
berpotensi tinggi secara tidak mengalami bencana
mengalami bencana langsung oleh kebakaran.
kebakaran perbuatan manusia.
6. Kawasan Cagar Budaya
a. Kawasan Kawasan Mempertahankan ▪ Ditetapkan dengan
Cagar Budaya perlindungan yang keaslian bangunan kriteria sebagai satuan
melestarikan benda dan/atau ruang geografis yang
yang mempunyai nilai lingkungan cagar memiliki dua Situs Cagar
sejarah. Ilmu budaya, melindungi Budaya atau lebih yang
pengetahuan dan dan memelihara letaknya berdekatan
kebudayaan. bangunan dan/atau dan/ atau
lingkungan cagar memperlihatkan ciri tata
budaya dari nrang yang khas.
kerusakan, serta ▪ ditetapkan dengan
memanfaatkan kriteria sebagai hasil
bangunan dan/atau budaya manusia yang
lingkungan cagar bernilai tinggi yang
budaya demi dimanfaatkan untuk
kepentingan pengembangan ilmu
pembangunan pengetahuan.
❖ Kawasan Budidaya
Dalam pengembangan kawasan budidaya diperlukan pendekatan multidimensional sehingga
hasil yang diharapkan dapat maksimal. Kawasan budidaya ini dikembangkan dalam ranka
pemanfaatan ruang secara optimal.

Tabel E. 27 Kriteria Kawasan Lindung


Jenis Kawasan Definisi Arahan Pengelolaan Kriteria
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
a. Kawasan Kawasan hutan ▪ Pengolahan hasil hutan Kawasan hutan
Hutan produksi adalah sehingga memiliki nilai produksi ditetapkan
Produksi kawasan hutan ekonomi lebih tinggi dan dengan kriteria:
yang mempunyai

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jenis Kawasan Definisi Arahan Pengelolaan Kriteria
fungsi pokok memberikan kesempatan ▪ memiliki faktor
memproduksi hasil kerja yang lebih banyak; kemiringan lereng,
hutan. ▪ Pengelolaan kawasan jenis tanah, dan
hutan produksi dengan intensitas hujan
pengembangan kegiatan dengan jumlah
tumpang ari atau skor paling besar
budidaya sejenis dengan 174 (seratus tqiuh
tidak mengganggu puluh empat).
tanaman pokok.
▪ Peningkatan partisipasi
masyarakat sekitar hutan
melalui pengembangan
hutan kerakyatan;
▪ Pemantauan dan
pengendalian kegiatan
pengusahaan hutan serta
gangguan keamanan
hutan lainnya;
▪ Pengembangan dan
diversifikasi penanaman
jenis hutan sehingga
memungkinkan untuk
diambil hasil non kayu,
seperti buah dan getah;
▪ Peningkatan fungsi
ekologis melalui
pengembangan sistem
tebang pilih, tebang gilir
dan rotasi tanaman yang
mendukung
keseimbangan alam;
serta
▪ Mengarahkan di setiap
kawasan hutan produksi
tetap untuk membentuk
hutan kota.
2. Kawasan Peruntukan Pertanian
a. Kawasan Kawasan ▪ Pengelolaan kawasan Kawasan peruntukan
Tanaman peruntukan pertanian dilakukan pertanian ditetapkan
Pangan pertanian adalah dengan menjamin dengan kriteria:
b. Kawasan kawasan budi daya konservasi tanah dan air. ▪ memiliki
Hortikultura pertanian yang ▪ Mendorong pembentukan kesesuaian lahan
c. Kawasan ditetapkan dengan sentra-sentra kawasan untuk
Tanaman kriteria memiliki pertanian khusus dengan dikembangkan
Perkebunan kesesuaian lahan pendekatan spasial seba gai kawasan
d. Kawasan untuk dikem- meliputi Kawasan Sentra pertanian;
Peternakan bangkan sebagai Pertanian Lahan Basah ▪ ditetapkan sebagai
kawasan pertani- (sawah) atau Kawasan lahan pertanian
an, ditetapkan Sentra lahan pertanian pangan
sebagai lahan tanaman pangan abadi; berkelanjutan;
pertanian pangan Kawasan Sentra ▪ mewujudkan
abadi, mendukung Pertanian Tanaman kemandirian,
ketahanan pangan Perkebunan/Tanaman ketahanan, dan
nasional, dan/atau Tahunan dan Tanaman kedaulatan
dapat Semusim; Kawasan pangan nasional;
dikembangkan Sentra Pertanian dan/ atau
sesuai dengan Tanaman Hortikultura; ▪ dapat
tingkat Kawasan Sentra dikembangkan
ketersediaan air Peternakan (per jenis); sesuai dengan
serta Kawasan Sentra ketersediaan
Perikanan (Perikanan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jenis Kawasan Definisi Arahan Pengelolaan Kriteria
budidaya air tawar, infrastruktur
Perikanan Budidaya Air dasar.
Payau, dan Perikanan
Budidaya Laut), yang tidak
boleh dilakukan alih
fungsikan dan dijamin
oleh Pemerintah. Yang
kesemuanya harus
tercakup dalam suatu
kawasan yang sinergi dan
selaras mendukung
pertanian yaitu Kawasan
Agropolitan.
3. Kawasan Pertambangan
a. Kawasan ▪ Kawasan ▪ Pengembangan kawasan Kawasan
pertambanga pertambangan pertambangan dilakukan pertambangan
n adalah kawasan dengan ditetapkan dengan
budi daya mempertimbangkan kriteria:
pertanian yang potensi bahan galian, ▪ memiliki sumber
ditetapkan kondisi geologi dan daya bahan
dengan kriteria geohidrologi dalam tambang yang
memiliki kaitannya dengan berwujud padat,
kesesuaian kelestarian lingkungan, cair, atau gas
lahan untuk dan keserasian berdasarkan
dikembangkan perkembangan wilayah; peta/data geologi;
sebagai ▪ Pengelolaan ▪ merupakan
kawasan pertambangan dilakukan wilayah yang dapat
pertanian, dengan pendekatan dimanfaatkan
ditetapkan berbasis lingkungan untuk pemusatan
sebagai lahan melalui penanaman kegiatan
pertanian tanaman Hutan dengan pertambangan
pangan abadi, memperhatikan secara
mendukung kerapatan tajuk dan berkelanjutan;
ketahanan keragaman jenis tanaman dan/ atau
pangan pada setiap lahan bekas ▪ merupalan bagian
nasional, penambangan, serta proses upaya
dan/atau dapat melakukan upaya merubah kekuatan
dikembangkan pemeliharaan dalam ekonomi potensial
sesuai dengan jangka waktu tertentu menjadi kekuatan
tingkat sesuai ekonomi riil.
ketersediaan air peraturan/ketentuan
memiliki sumber yang berlaku;
daya bahan ▪ Pengelolaan kawasan
tambang yang bekas penambangan
berwujud padat, harus
cair, atau gas direhabilitasi/reklamasi
berdasarkan sesuai dengan zona
peta atau data peruntukkan yang
geologi, ditetapkan, dengan
merupakan menyimpan dan
wilayah yang mengamankan tanah atas
dapat (top soil) untuk keperluan
dimanfaatkan rehabilitasi/reklamasi
untuk lahan bekas
pemusatan penambangan,
kegiatan penimbunan tanah subur
pertambangn sehingga menjadi lahan
secara yang dapat digunakan
berkelanjutan, kembali sebagai kawasan
dan/atau hijau, ataupun kegiatan
merupakan budidaya lainnya dengan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jenis Kawasan Definisi Arahan Pengelolaan Kriteria
bagian proses tetap memperhatikan
upaya merubah aspek kelestarian
kekuatan lingkungan hidup;
ekonomi ▪ Pemanfaatan lahan bekas
potensial tambang yang merupakan
menjadi lahan marginal untuk
kekuatan pengembangan
ekonomi riil. komoditas lahan dan
▪ Kawasan memiliki nilai ekonomi
peruntukan seperti tanaman jarak
pertambangan pagar dan tanaman nilam.
yang memiliki ▪ Setiap upaya eksplorasi
nilai strategis dan eksploitasi sumber
nasional terdiri daya yang terkandung
atas didalam bumi (darat),
pertambangan dilakukan berdasarkan
mineral, kewenangan dan arahan
batubara, serta perencanaan serta
minyak dan gas pengelolaan khusus
bumi. kawasan pertambangan
berdasarkan peraturan
perundangan yang
berlaku.
4. Kawasan Peruntukan Industri
a. Kawasan Kawasan ▪ Pengembangan kawasan Kawasan peruntukan
peruntukan peruntukan peruntukan industri industri ditetapkan
industri industri adalah dilakukan dengan dengan kriteria:
kawasan tempat mempertimbangkan ▪ berupa wilayah
pemusatan aspek ekologis dan aspek yang dapat
kegiatan industri teknis lainnya khususnya dimanfaatkan
yang dilengkapi lingkungan dan lalu lintas; untuk kegiatan
dengan sarana dan ▪ Pengembangan kawasan industri;
prasarana peruntukan industri harus ▪ tidak mengganggu
penunjang yang didukung oleh adanya kelestarian fungsi
dikembangkan dan jalur hijau sebagai lingkungan hidup;
dikelolah oleh penyangga antar fungsi dan/atau
perusahaan kawasan; ▪ tidak mengubah
kawasan industri. ▪ Industri yang lahan produktif.
dikembangkan memiliki
keterkaitan proses
produksi mulai dari
industri dasar/hulu dan
industri hilir serta industri
antara, yang dibentuk
berdasarkan
pertimbangan efisiensi
biaya produksi, biaya
pemulihan-keseimbangan
lingkungan dan biaya
aktifitas sosial; serta
▪ Setiap kegiatan industri
sejauh mungkin
menggunakan metoda
atau teknologi ramah
lingkungan, dan harus
dilengkapi dengan upaya
pengelolaan terhadap
kemungkinan adanya
bencana akibat
keberadaan industri
tersebut.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jenis Kawasan Definisi Arahan Pengelolaan Kriteria
5. Kawasan Pariwisata
a. Kawasan Kawasan ▪ Obyek wisata alam Kawasan pariwisata
pariwisata pariwisata adalah dikembangkan dengan ditetapkan dengan
kawasan dengan tetap menjaga dan kriteria:
luas tertentu untuk melestarikan alam sekitar ▪ memiliki objek
memenuhi untuk menjaga keindahan dengan daya tarik
kebutuhan obyek wisata; wisata; dan/atau
pariwisata. ▪ Tidak melakukan ▪ mendukung upaya
pengerusakan terhadap pelestarian
obyek wisata alam seperti budaya, keindahan
menebang pohon; alam, dan
▪ Menjaga dan lingkungan.
melestarikan peninggalan
bersejarah;
▪ Meningkatkan
pencarian/penelusuran
terhadap benda
bersejarah untuk
menambah koleksi
budaya;
▪ Meningkatkan peran serta
masyarakat dalam
menjaga kelestarian
obyek wisata, dan daya
jual/saing.
6. Kawasan Permukiman
a. Kawasan Kawasan ▪ Secara umum kawasan Kawasan
Permukiman permukiman permukiman perkotaan permukiman
Perkotaan adalah bagian dari harus dapat menjadi perkotaan ditetapkan
lingkungan hidup di tempat hunian yang dengan kriteria:
luar kawasan aman, nyaman dan ▪ berada di luar
lindung, yang produktif, serta didukung kawasan yang
berada di dalam oleh sarana dan ditetapkan sebagai
kawasan prasarana permukiman; kawasan rawan
perkotaan yang ▪ Setiap kawasan bencana;
berfungsi sebagai permukiman dilengkapi ▪ memiliki akses
lingkungan tempat dengan sarana dan menuju pusat
tinggal atau prasarana permukiman kegiatan
lingkungan hunian sesuai hirarki dan tingkat masyarakat di luar
dan tempat pelayanan masing- kawasan;
kegiatan yang masing; dan/atau
mendukung ▪ Sarana dan prasarana di ▪ memiliki
perikehidupan dan lingkungan permukiman kelengkapan
penghidupan. dikembangkan secara prasarana, sarana,
proporsional sesuai dan utilitas
kebutuhan, hirarki dan pendukung.
tingkat pelayanan masing-
masing, yang
direkomendasikan secara
teknis berdasarkan
aturan/ketentuan yang
berlaku;
▪ Pengembangan kegiatan
yang dapat menimbulkan
bahaya terhadap manusia
dan lingkungan
permukiman tidak
diperkenankan
pengembangannya pada
kawasan peruntukan
permukiman;

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jenis Kawasan Definisi Arahan Pengelolaan Kriteria
▪ Permukiman perkotaan
diarahkan pada
penyediaan hunian yang
layak dan dilayani oleh
sarana dan prasarana
permukiman yang
memadai;
▪ Perkotaan besar dan
menengah penyediaan
permukiman yang
disediakan oleh
pengembang dan
masyarakat, perbaikan
kualitas permukiman dan
pengembangan
perumahan secara
vertikal;
▪ Membentuk cluster-
cluster permukiman untuk
menghindari
penumpukan dan
penyatuan antar kawasan
permukiman, dan
diantara cluster
permukiman disediakan
ruang terbuka hijau;
▪ Pengembangan
permukiman perkotaan
kecil dilakukan melalui
pembentukan pusat
pelayanan distrik; serta
▪ Pengembangan
permukiman kawasan
khusus seperti
penyediaan tempat
peristirahatan pada
kawasan pariwisata,
kawasan permukiman
baru sebagai akibat
perkembangan
infrastruktur, kegiatan
sentra ekonomi, sekitar
kawasan industri,
dilakukan dengan tetap
memegang kaidah
lingkungan hidup dan
bersesuaian dengan
rencana tata ruang.
b. Kawasan Kawasan ▪ Secara umum kawasan Kawasan
Permukiman permukiman permukiman perkotaan permukiman
Perdesaan adalah bagian dari dan perdesaan harus perkotaan ditetapkan
lingkungan hidup di dapat menjadi tempat dengan kriteria:
luar kawasan hunian yang aman, ▪ berada di luar
lindung, yang nyaman dan produktif, kawasan yang
berada di dalam serta didukung oleh ditetapkan sebagai
kawasan sarana dan prasarana kawasan rawan
perdesaan yang permukiman; bencana;
berfungsi sebagai ▪ Permukiman perdesaan ▪ memiliki akses
lingkungan tempat sebagai hunian berbasis menuju pusat
tinggal atau agraris, dikembangkan kegiatan
lingkungan hunian dengan memanfaatkan masyarakat di luar

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jenis Kawasan Definisi Arahan Pengelolaan Kriteria
dan tempat lahan pertanian, halaman kawasan;
kegiatan yang rumah, dan lahan kurang dan/atau
mendukung produktif sebagai basis ▪ memiliki
perikehidupan dan kegiatan usaha; kelengkapan
penghidupan. ▪ Permukiman perdesaan prasarana, sarana,
yang berlokasi di dan utilitas
pegunungan pendukung.
dikembangkan dengan
berbasis perkebunan dan
agrowisata, disertai
pengolahan hasil.
Permukiman perdesaan
yang berlokasi di dataran
rendah, basis
pengembangannya
adalah pertanian
tanaman pangan dan
perikanan darat, serta
pengolahan hasil
pertanian.
C. Analisa Kependudukan
Analisa kependudukan terdiri dari analisa jumlah dan distribusi penduduk, analisa penduduk
menurut kelompok umur, anlisa penduduk menurut mata pencaharian, analisa penduduk menurut
pendidikan, analisa penduduk menurut agama, analisa kepadatan penduduk dan analisa sosial
budaya.
1) Analisa Jumlah dan Distribusi Penduduk
Analisis jumlah dan distribusi penduduk, hal pertama yang dilakukan ialah menghitung
laju pertumbuhan penduduk. Menghitung laju pertumbuhan penduduk dibutuhkan data
penduduk Kabupaten Teluk Wondama selama 5 tahun terakhir.

Tabel E. 28 Jumlah Penduduk Kabupaten Teluk Wondama Tahun 2019-2023


Jumlah Penduduk
No. Nama Distrik
2019 2020 2021 2022 2023
1
2
3
4
5
6
7 dst
Jumlah
Sumber : ..................
Metode yang digunakan dalam perhitungan jumlah penduduk sampai dengan akhir
tahun perencanaan, terlebih dahulu harus diketahui tingkat pertumbuhan rata-rata
jumlah penduduk tahun akhir dengan jumlah penduduk tahun awal dibagi dengan selisih
tahun.
Laju pertumbuhan penduduk rata-rata merupakan rata-rata pertambahan penduduk per
tahun pada periode/waktu tertentu dan biasanya dinyatakan dalam persen. Laju
pertumbuhan penduduk dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑷𝒊 − 𝑷𝒐
𝐫=( ) × 𝟏𝟎𝟎%
𝑷𝒐
Keterangan:
r : Laju Pertumbuhan Penduduk pada tahun observasi
Pt : Jumlah Penduduk pada akhir tahun observasi
P0 : Jumlah Penduduk pada awal tahun observasi

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tabel E. 29 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Teluk Wondama Tahun 2019-2023
Laju Pertumbuhan Penduduk
No. Nama Distrik R (rata-rata)
2019-2020 2020-2021 2021-2022 2022-2023
1
2
3
4
5
6
7 dst
Jumlah
Sumber : .......................

2) Analisa Pertumbuhan Penduduk


Analisis penduduk ditekankan pada proyeksi penduduk untuk distribusi dan kepadatan
penduduk pada tahun perencanaan. Kegiatan analisis penduduk ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan umum penduduk sampai
dengan akhir perencanaan.
Untuk perubahan pada masa yang akan datang dengan adanya perkembangaan wilayah
perencanaan maka pertumbuhan penduduk khususnya migrasi penduduk dari luar
kawasan akan mengalami peningkatan. Oleh karena itu sejak awal harus diperkirakan
pertumbuhan penduduk ini dengan cara mendistribusikan sesuai dengan perkembangan
kawasan masing-masing.
Untuk mengetahui perubahan dan pertambahan penduduk tersebut dapat
menggunakan metode sebagai berikut:
▪ Metode Linier
Rumus:

Pt = Po + a.t

Keterangan:
Pt : jumlah penduduk pada tahun t
Po : jumlah penduduk pada tahun awal
a : rata-rata pertambahan penduduk
t : selisih tahun
▪ Metode Eksponensial
Rumus:

Pt = Po (1+r)n

Keterangan:
Pt : jumlah penduduk pada tahun t
Po : jumlah penduduk pada tahun awal
r : rata-rata pertumbuhan penduduk
n : lama proyeksi

Tabel E. 30 Proyeksi Penduduk Kabupaten Teluk Wondama Tahun 2023-2043


Jumlah Proyeksi Penduduk
No. Nama Distrik R Penduduk
2023 2028 2033 2038 2043
Tahun 2020
1
2

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Jumlah Proyeksi Penduduk
No. Nama Distrik R Penduduk
2023 2028 2033 2038 2043
Tahun 2020
3
4
5
6
7 dst
Jumlah
Sumber : .......................

3) Analisa Kepadatan Penduduk


Analisis kepadatan penduduk digunakan untuk mengetahui tingkat kepadatan setiap
distrik di Kabupaten Teluk Wondama. Penentuan klasifikasi kepadatan penduduk di
Kabupaten Teluk Wondama disesuaikan dengan klasifikasi kepadatan penduduk
sebagai berikut:
▪ Kepadatan tinggi: 200 – 400 jiwa/ha
▪ Kepadatan sedang: 100 – 200 jiwa/ha
▪ Kepadatan rendah: 50 – 100 jiwa/ha
▪ Kepadatan sangat rendah: 0 – 50 jiwa/ha
Kepadatan penduduk dapat dihitung dengan rumus Jumlah Penduduk dibagi dengan
Luas Wilayah.

Tabel E. 31 Proyeksi Penduduk Kabupaten Teluk Wondama Tahun 2023-2043


Luas Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)
No. Nama Distrik Wilayah
2023 2028 2033 2038 2043 2023 2028 2033 2038 2043
(Ha)
1
2
3
4
5
6
7 dst
Jumlah
Sumber : ............................

4) Analisa Aspek Ketenagakerjaan


Analisa ketenagakerjaan menguraikan tentang daya serap tenaga kerja, dimana analisa
terhadap daya serap yang ada pada wilayah perencanaan ini merupakan perbandingan
antara jumlah orang yang bekerja dengan jumlah angkatan kerja yang ada pada wilayah
perencanaan.
Analisa ketenagakerjaan ditekankan pada daya serap tenaga kerja pada tahun
perencanaan. Kegiatan analisis ketenagakerjaan ini dilakukan untuk mengetahui jumlah
angkatan kerja yang sudah terserap maupun yang belum sampai dengan akhir
perencanaan.
Perhitungan tenaga kerja berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40/M-
IND/PER/6/2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri yaitu 100
tenaga kerja/hektar. Kawasan industri menyerap 100% tenaga kerja dengan komposisi
sebagai berikut:
1) Manajer sebesar 3%;
2) Staff 20%; dan
3) Buruh 77% dengan proporsi penduduk lokal 6,5% sedangkan buruh pendatang
sekitar 93,5%.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Untuk perhitungan daya serap tenaga kerja yang ada pada wilayah perencanaan sebagai
berikut:
Jumlah TK Tenaga Kerja Jumlah
Kegiatan Perhitungan
(jiwa) Pendatang Penduduk
Kawasan Bangkitan = … … ….
Industri 100 TK / Ha
Pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah berdampak pada iklim investasi yang
berkesinambungan dan penyerapan tenaga pada sektor produktif dalam pendapatan
domestik regional bruto.
Hubungan Investasi Pemerintah dengan Kesempatan Kerja Peranan pemerintah dalam
suatu negara dapat dilihat dari semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam
pembangunan infratruktur dasar yang meliputi telekomunikasi, transportasi, persediaan
air yang merupakan kontribusi utama pengeluaran pemerintah yang efisien untuk
merangsang investasi sektor swasta. Hubungan pengeluaran pemerintah khususnya
pengeluaran pembangunan dengan kesempatan kerja dalam hal ini dilihat dari sisi
usaha meningkatkan investasi swasta berperan secara efektif. Terkait dengan itu,
pengeluaran pemerintah khususnya pengeluaran pembangunan yang mendorong
investasi swasta dapat menciptakan lapangan usaha yang nantinya dapat meningkatkan
kesempatan kerja.
Hubungan Investasi Swasta dengan Kesempatan Kerja Menurut Sukirno (2007) kegiatan
investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan
ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan
taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi penting dari
kegiatan investasi, yakni: a) Investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran
agregat, sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat,
pendapatan nasional serta kesempatan kerja. b) Pertambahan barang modal sebagai
akibat investasi akan menambah kapasitas produksi. c) Investasi selalu diikuti oleh
perkembangan teknologi. Hubungan antara investasi (PMA dan PMDN) dengan
kesempatan kerja menurut Harrod-Domar (Mulyadi, 2002:8), investasi tidak hanya
menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Tenaga kerja
yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan ditingkatkan penggunanya.
Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi,
mencerminkan marak lesunya pembangunan. Maka setiap negara berusaha
menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi terutama investasi swasta yang
dapat membantu membuka lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan kesempatan
kerja (Dumairy, 1997).
5) Analisa Aspek Struktur Penduduk
Struktur penduduk salah satunya dapat dilihat berdasarkan umur, dimana penduduk
usia produktif dan penduduk usia nonproduktif yang digambarkan dalam bentuk
piramida penduduk. Piramida penduduk biasanya menyajikan data kependudukan
berupa jenis kelamin dan umur, yang digambarkan dengan dua grafik batang berlawanan
arah dengan posisi horizontal. Pada analisis struktur penduduk menggunakan piramida
penduduk terhadap variabel kependudukan seperti penduduk menurut kelompok usia
dan jenis kelamin di tahun 2016-2020 (hasil proyeksi penduduk) untuk mengetahui
perubahan struktur penduduk. Berikut merupakan jenis-jenis piramida penduduk,
sebagai berikut:
1. Piramida Ekspansif (Muda)
Piramida ini dikenal juga dengan sebutan piramida penduduk segitiga, kerucut,
limas, atau piramida penduduk muda. Karakteristik dari piramida ekspansif yaitu:
▪ Sebagian besar penduduk berusia muda;
▪ Penduduk lanjut usia relatif sedikit;
▪ Angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian;
▪ Pertumbuhan penduduk sangat cepat;
▪ Membutuhkan banyak lapangan pekerjaan;
▪ Rasio ketergantungan besar; dan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


▪ Sebagian besar ditemukan di negara-negara berkembang.

Gambar E. 2 Piramida Ekspansif (Muda)


2. Piramida Konstruktif (Tua)
Piramida konstruktif memiliki bentuk seperti batu nisan atau guci terbalik atau
sarang tawon. Karakteristik piramida penduduk konstruktif (tua) yaitu:
▪ Jumlah kelompok umur muda sedikit;
▪ Menurunnya tingkat kelahiran dan kematian;
▪ Meningkatnya angka harapan hidup;
▪ Perlambatan pertumbuhan penduduk;
▪ Jumlah penduduk usia kerja relatif lebih besar daripada jumlah anak-anak
dan orang tua;
▪ Rasio ketergantungan rendah; dan
▪ Menggambarkan bonus demografis apabila penduduk usia kerjanya
berpendidikan dan produktif bekerja.

Gambar E. 3 Piramida Konstruktif (Tua)

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


3. Piramida Stasioner
Piramida stasioner berbentuk granat atau segi empat. Piramida stasioner mirip
dengan piramida konstruktif. Karakteristik dari piramida stasioner yaitu:
▪ Angka kelahiran hampir sama dengan angka kematian;
▪ Jumlah penduduk muda, dewasa, dan tua hampir sama;
▪ Pertumbuhan penduduknya kecil;
▪ Rasio ketergantungan hampir nol; dan
▪ Terjadi di beberapa negara maju.

Gambar E. 4 Piramida Stasioner


6) Analisa Pengembangan SDM
Salah satu indikator penting dalam pembangunan adalah Human Development
Index (HDI)/Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM pertama kali diperkenalkan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala
dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM sendiri menjelaskan
bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh kesehatan,
pendidikan dan pendapatan.
 Seperti yang dijelaskan di atas, IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar:
▪ Umur panjang dan hidup sehat;
▪ Pengetahuan;
▪ Standar hidup layak.
 Manfaat Laporan IPM bagi Pemerintah
▪ IPM digunakan sebagai indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam
upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/ penduduk);
▪ IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara;
▪ IPM digunakan sebagai ukuran kinerja Pemerintah; dan
▪ IPM digunakan sebagai salah satu penentuan proporsi Dana Alokasi Umum (DAU)
yang harus digunakan untuk peningkatan penyediaan layanan masyarakat.
IPM memiliki 3 komponen yaitu, angka harapan hidup, tingkat pendidikan, dan tingkat
kehidupan layak. Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai minimum dan maksimum
sebelum digunakan untuk menghitung IPM. Berikut ini rumus yang digunakan untuk
menghitung IPM.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan, dan pengeluaran.

Dengan menggunakan rumus tersebut, kita bisa melihat sejauh mana peningkatan kualitas
pembangunan manusia dari tahun ke tahun. Sehingga akan terukur apakah proses
pembangunan manusia dikatakan berangsur naik atau justru turun.
D. Analisa Sistem Permukiman/Pusat Kegiatan/Sistem Perkotaan dan Fungsi Pusat Permukiman
1) Perhitungan Tingkat Keterpusatan Eksisting
Analisis tingkat keterpusatan eksisting (sistem perkotaan) yang didasarkan pada hasil
identifikasi sebaran daerah fungsional perkotaan-perkotaan (functional urban area) yang
ada di wilayah kabupaten. Analisis ini juga dilengkapi dengan analisis interaksi
antarpusatpusat permukiman atau jangkauan pelayanan yang ada di wilayah kabupaten.
Analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis antara lain skala
gutman, skalogram, indeks sentralitas, sociogram, christaller, indeks keutamaan,
dan/atau metode analisis lainnya. Diantara beberapa metode analisa tersebut yang
biasa digunakan adalah indeks sentralitas dan skalogram.
2) Indeks Sentralitas
lndeks sentralitas merupakan bagian dari indeks fungsi wilayah atau yang sering disebut
dengan analisis fungsi yang merupakan analisis terhadap fungsi-fungsi pelayanan yang
tersebar di wilayah studi, dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas
penduduk/masyarakat, untuk memperoleh/memanfaatkan fasilitas-fasilitas tersebut
(Riyadi, 2003). lndeks sentralitas dimaksudkan untuk mengetahui struktur/hierarki
pusat-pusat pelayanan yang ada dalam suatu wilayah perencanaan pembangunan,
seberapa banyak fungsi yang ada, berapa jenis fungsi dan berapa jumlah penduduk yang
dilayani serta seberapa besar frekuensi keberadaan suatu fungsi dalam satu satuan
wilayah permukiman (Riyadi, 2003).
Frekuensi keberadaan fungsi menunjukkan jumlah fungsi sejenis yang ada dan tersebar
di wilayah tertentu, sedangkan frekuensi kegiatan menunjukkan tingkat pelayanan yang
mungkin dapat dilakukan oleh suatu fungsi tertentu di wilayah tertentu.
Dengan:
X = Jumlah fungsi per Sarana
Y = X/Total fungsi(Xi)*100
Xi = Total fungsi per Sarana
Yi = Total bobot (Yi = 100/Xi)

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Dalam menghitung indeks sentralitas yang dihitung meliputi jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan,
utilitas, serta aksesibilitas di Kabupaten Teluk Wondama. Setelah hasil indeks per
masing-masing item telah didapatkan, hasil indeks dibuat klasifikasi kelas (tinggi, sedang
dan rendah). Semakin Tinggi nilai yang dihasilkan maka tingkat pelayanan semakin tinggi
pula.
Keterangan:
Rendah = 0 – 33,3
Sedang = 33,4 – 67,3
Tinggi = 67,4 - 100
3) Analisa Skalogram
Analisis tingkat pelayanam wilayah dilakukan untuk menentukan hierarki relatif tiap
Perkotaan di Kabupaten Teluk Wondama menggunakan analisis skalogram. Parameter
yang diukur meliputi jumlah dan jenis sarana prasarana. Sarana meliputi pendidikan,
sarana kesehatan, dan peribadatan. Prasarana meliputi berupa akses, jumlah pelanggan
listrik, air bersih. Data jumlah maupun jenis parameter yang dimiliki tiap perkotaan
kemudian dilakukan agresasi atau penjumlahan agar didapat hierarki Perkotaan. Asumsi
yang digunakan adalah bahwa wilayah yang memiliki ranking tertinggi adalah lokasi yang
dapat menjadi pusat pelayanan atau wilayah tersebut memiliki kelengkapan sarana
prasarana lengkap. Berdasarkan analisis ini dapat ditentukan prioritas pengadaan
sarana dan prasarana di setiap unit wilayah yang dianalisis. Indikator yang digunakan
dalam analisis skalogram adalah jumlah penduduk, jumlah jenis, dan jumlah unit yang
dimiliki masing-masing Perkotaan. Menurut Budiharsono (2001), metode ini mempunyai
beberapa keunggulan antara lain:
a. Memperhatikan dasar diantara jumlah penduduk dan tersedianya fasilitas
pelayanan.
b. Secara cepat dapat mengorganisasikan data dan mengenal wilayah.
c. Membandingkan pemukiman-pemukiman dan wilayah-wilayah berdasarkan
ketersediaan fasilitas pelayanan.
d. Memperlihatkan hierarki pemukiman atau wilayah.
e. Secara potensial data digunakan untuk merancang fasilitas baru dan
memantaunya.
Perhitungan skalogram akan dihitung dengan tingkat kedetailan Distrik di Kabupaten
Teluk Wondama.
Berikut merupakan contoh tabel skalogram dalam perhitungan sistem perkotaan,
sebagai berikut:
1. Persebaran Penduduk
Jumlah
No. Nama Distrik Nilai Komulatif Nilai Indeks
Penduduk
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022
2. Perkantoran
Kantor
No. Nama Distrik Nilai Komulatif Nilai Indeks
Pemerintahan
1
2
3
4

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Kantor
No. Nama Distrik Nilai Komulatif Nilai Indeks
Pemerintahan
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022
3. Perdagangan dan Jasa

Perbelanjaan

Perkantoran

Nilai Indeks
Pertokoan

Penyiaran

Komulatif
Hiburan
Khusus

Swasta
Pasar

Pasar

Pusat

Pusat

Bank

Nilai
Biro
No. Nama Distrik

1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022
4. Industri
Kawasan Sentra
Kawasan Showroom Nilai Nilai
No. Nama Distrik Peruntukkan Industri
Industri Industri Komulatif Indeks
Industri Kecil
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022
5. Pariwisata
Biro Perjalanan Money Nilai Nilai
No. Nama Distrik Obyek Wisata
/Travel Agent Changer Komulatif Indeks
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022
6. Sarana Pelayanan Umum
a. Pendidikan
Perguruan
No. Nama Distrik SMA SMP Nilai Komulatif Nilai Indeks
Tinggi
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


b. Kesehatan

Rumah Praktek Pusat


Nama Rumah Lab Nilai Nilai
No. Sakit Puskesmas Dokter Kebu-
Distrik Sakit Medis Komulatif Indeks
Bersalin Bersama garan
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022
c. Peribadatan

No. Distrik Masjid Gereja Pura Vihara Nilai Komulatif Nilai Indeks
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022
d. Olahraga

No. Nama Distrik Stadion Sport Center Nilai Komulatif Nilai Indeks
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2021
e. Transportasi (Terminal, Stasiun, Terminal Kargo)

No. Nama Distrik Terminal Stasiun Terminal Cargo Nilai Komulatif Nilai Indeks
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Berdasarkan perhitungan skalogram/indeks sentralitas diatas, dapat disimpulkan menggunakan tabel dibawah ini.
Nilai Indeks
Nilai Nilai Indeks Nilai Nilai Nilai
Nilai Indeks Sarana Nilai Indeks Nilai
No. Distrik Indeks Perdagangan Indeks Indeks Total
Perkantoran Pelayanan Transportasi Akhir
Penduduk dan Jasa Industri Pariwisata Indeks
Umum
1
2
3
4
5
6
7 dst
Sumber: Hasil Analisis, 2022

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


fadiraperdana@gmail.com
PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Berikut diagram alur dalam analisis sistem perkotaan, dapat dilihat pada Gambar dibawah
ini.

Gambar E. 5 Diagram Alur Analisis Sistem Perkotaan


E. Analisa Pengembangan Fasilitas
1) Hierarki Perkotaan
Hierarki perkotaan menggambarkan jenjang fungsi perkotaan sebagai akibat
perbedaan jumlah, jenis dan kualitas dari fasilitas yang tersedia di Kabupaten Teluk
Wondama. Hierarki perkotaan dapat membantu untuk menentukan sarana apa
yang harus ada atau perlu dibangun pada masing-masing perkotaan di Kabupaten
Teluk Wondama. Sarana perkotaan tidak hanya berdasarkan jenisnya, tetapi juga
orientasi dan kapasitas pelayanan. Sistem perkotaan di Kabupaten Teluk
Wondama, sebagai berikut:
1) PKN yang berada di wilayah kabupaten
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) merupakan kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau
beberapa provinsi.
2) PKW yang berada di wilayah kabupaten
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
3) PKSN yang berada di wilayah kabupaten
Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) merupakan kawasan perkotaan
yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan
negara.
4) PKL yang berada di wilayah kabupaten
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa distrik.
5) Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya
ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
a) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala distrik, yang ditentukan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


fadiraperdana@gmail.com
PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


berdasarkan antara lain:
▪ merupakan ibukota distrik;
▪ proyeksi jumlah penduduk;
▪ jenis dan skala fasilitas pelayanan; dan/atau
▪ jumlah dan kualitas sarana dan prasarana.
b) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa, yang ditentukan
berdasarkan antara lain:
▪ proyeksi jumlah penduduk;
▪ jenis dan skala fasilitas pelayanan eksisting;
▪ jumlah dan kualitas sarana dan prasarana; dan/atau
▪ aksesibilitas masyarakat sekitar terhadap pelayanan dasar.
2) Fungsi Wilayah dan Kebutuhan Minimum
Fungsi wilayah dan kebutuhan minimum dalam pengembangan fasilitas perkotaan
di Kabupaten Teluk Wondama, sebagai berikut

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


fadiraperdana@gmail.com
PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tabel E. 32 Kebutuhan Minimum Pengembangan Fasilitas Perkotaan Kabupaten Teluk Wondama
Sistem Fasilitas Perkotaan dan Kebutuhan Minimum
Perkotaan Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Industri Transportasi Aksesibilitas
1. PKN Pusat Perdagangan Pusat Jasa Skala Pusat Pendidikan Pusat Kesehatan Pusat Kegiatan Pusat Transportasi Skala Jalan Arteri
Skala Internasional/ Nasional meliputi Skala Nasional Skala Nasional Industri Skala Nasional, meliputi: Primer/ Jalan
Nasional meliputi pusat perbankan meliputi Perguruan meliputi Rumah Nasional meliputi o Bandar Udara Pengumpul Kolektor Primer/
Pasar Induk/Pasar (Bank), Hotel tinggi/ Akademi/ Sakit Umum Tipe kawasan industri dengan Skala pelayanan Jalan Strategis
Induk (Grosir), Mall, berbintang sekolah tinggi A, Rumah Sakit estate, kawasan primer/ Bandar Udara Nasional
Pusat Perbelanjaan Khusus industri besar Pengumpul dengan skala
pelayanan
sekunder/Bandar Udara
Pengumpul dengan skala
pelayanan tersier
o Terminal Penumpang Tipe A
2. PKW Pusat Perdagangan Pusat Jasa Skala Pusat Pendidikan Pusat Kesehatan Pusat Kegiatan Pusat Transportasi Skala Jalan Arteri
Skala Provinsi/ Provinsi/Regional Skala Provinsi/ Skala Provinsi/ Industri Skala Provinsi/ Regional, meliputi: Primer/ Jalan
Regional meliputi meliputi pusat Regional meliputi Regional meliputi Provinsi/ o Bandar Udara Pengumpul Kolektor Primer/
Pasar Induk/Pasar perbankan (Bank), Perguruan tinggi/ Rumah Sakit Regional meliputi dengan skala pelayanan Jalan Strategis
Induk (Grosir), Mall, Hotel berbintang Akademi/ sekolah Umum Tipe A, kawasan industri tersier Nasional
Pusat Perbelanjaan tinggi Rumah Sakit estate, kawasan o Terminal Penumpang Tipe B
Tipe B, Rumah industri besar
Sakit Khusus
3. PKSN Pusat Perdagangan Pusat Jasa Skala - - - Pusat Transportasi Skala o Pusat
Skala Regional Regional meliputi Regional, meliputi: Pemeriksanaan
meliputi Pasar pusat perbankan o Bandar Udara Pengumpul Lintas Batas
Induk/Pasar Induk (Bank), Hotel dengan skala pelayanan (Pintu Gerbang
(Grosir), Mall, Pusat berbintang tersier Internasional
Perbelanjaan, Plaza, o Terminal Penumpang Tipe B o Aksesibilitas
supermarket, meliputi Jalan
pertokoan/ruko Strategis
Nasional
4. PKL Pusat Perdagangan Pusat Jasa Skala Pusat Pendidikan Pusat Kesehatan Pusat Kegiatan Pusat Transportasi Skala Jalan Kolektor
Skala Kabupaten/ Kabupaten/Lokal Skala Kabupaten/ Skala Industri Skala Kabupaten/Lokal, meliputi: Primer
Lokal meliputi Pasar meliputi Lokal meliputi SD, Kabupaten/ Kabupaten/Lokal o Bandar Udara Pengumpan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


fadiraperdana@gmail.com
PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Sistem Fasilitas Perkotaan dan Kebutuhan Minimum
Perkotaan Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Industri Transportasi Aksesibilitas
Tradisional/ Pasar Hotel/penginapan, SMP, SMA/SMK, Lokal Rumah meliputi o Terminal Penumpang Tipe C
Khusus, Plaza, Bank, Showroom, Perguruan Sakit Umum Tipe kawasan industri
Pusat Perbelanjaan, Pusat informasi, Tinggi/Akademi/ A, Rumah Sakit estate, kawasan
supermarket, jasa notaris, Sekolah tinggi Tipe B, Rumah industri besar,
pertokoan/ruko money changer, Sakit Tipe C, sentra industri
koperasi Rumah Sakit kecil menengah
Tipe D, Rumah
Sakit Khusus,
Puskesmas,
puskesmas
pembantu,
poliklinik, lab
medis dan
praktek dokter
bersama
5. PPK Pusat Perdagangan Pusat Jasa Skala Pusat Pendidikan Pusat Kesehatan Pusat Kegiatan Pangkalan Angkutan Umum Jalan Lokal
Skala Distrik Distrik meliputi Skala Distrik Skala Distrik Industri meliputi
meliputi Pasar Bank, Koperasi, meliputi SD, SMP, Puskesmas sentra industri
Tradisional, Pasar Penginapan SMA/SMK Rawat Inap, kecil menengah
Khusus, Puskesmas
Pertokoan/ruko Pembantu,
Poliklinik
6. PPL Pusat Perdagangan Pusat Jasa Skala Pusat Pendidikan Pusat Kesehatan Pusat Kegiatan Pangkalan Angkutan Umum Jalan Lokal
Skala Desa meliputi Desa meliputi Skala Desa Skala Desa Industri meliputi
Pasar Desa, Toko, Bank, Koperasi meliputi SD Puskesmas sentra industri
Warung Pembantu, kecil
Poliklinik

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


fadiraperdana@gmail.com
PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


F. Analisa Tingkat Pelayanan Utilitas
1) Jaringan Infrastruktur Ketenagalistrikan
Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2015 tentang
Ruang Bebas dan Jarak Bebas Minimum pada Saluran Udara Tegangan Tinggi, Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi, dan Saluran Udara Tegangan Tinggi Arus Searah untuk
Penyaluran Tenaga Listrik menyatakan bahwa :
▪ Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan nominal di atas
35 kV sampai dengan 230 kV sesuai dengan standar di bidang ketenagalistrikan.

Gambar E. 6 Contoh Jaringan SUTT


▪ Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan di atas 230 kV sesuai
dengan standar di bidang ketenagalistrikan.
▪ Saluran Udara Tegangan Tinggi Arus Searah (SUTTAS) adalah saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang (konduktor) di udara bertegangan nominal 250 kV sampai
500 Kv. Dengan polaritas positif, negatif, atau kombinasi dari keduanya.

Gambar E. 7 Contoh Jaringan SUTET


Pemenuhan kebutuhan listrik masyarakat meliputi pengembangan energi listrik untuk
kebutuhan rumah tangga dan kegiataan lainnya, menggunakan standar pelayanan PLN
Tahun 2020-2023, yaitu :
▪ Perumahan
a. Perumahan Kapling Besar : 1300 Watt/unit rumah
b. Perumahan Kapling Sedang : 900 Watt/unit rumah
c. Perumahan Kapling Kecil : 450 Watt/unit rumah
▪ Fasilitas Komersial : 80 KVA/ha area
▪ Fasilitas Sosial/Fasum : 80 KVA/ha area
▪ Industri : 250 KVa/ha area
▪ Penerangan Jalan : 100 Watt/50 m panjang jalan
Penyediaan jaringan listrik harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki pelayanan, dimana
besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan jumlah unit hunian yang
mengisi blok siap bangun.
2) Disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan pada area

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak menghalangi sirkulasi
pejalan kaki di trotoar.
3) Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang ditempatkan pada
lahan yang bebas dari kegiatan umum.
4) Adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux dengan tinggi
>5 meter dari muka tanah.
5) Sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak dimanfaatkan
untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat permanen karena akan
membahayakan keselamatan dengan areal konservasi sebesar 20 m pada setiap
sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat.
2) Jaringan Air Bersih
Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan adalah: kebutuhan air bersih; jaringan air bersih;
kran umum; dan hidran kebakaran
1. Persyaratan, Kriteria Dan Kebutuhan Air Bersih
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a) Penyediaan kebutuhan air bersih
1) lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari
perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
2) apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih atau sistem
penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atau sambungan halaman.
b) Penyediaan jaringan air bersih
1) harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan
sambungan rumah;
2) pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber
glass; dan
3) pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan
GIP.
c) Penyediaan kran umum
1) satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa;
2) radius pelayanan maksimum 100 meter;
3) kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari; dan
4) ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI 03-2399-1991
tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum.
d) Penyediaan hidran kebakaran
1) untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter;
2) untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter;
3) jarak dengan tepi jalan minimum 3.00 meter;
4) apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat
sumur-sumurkebakaran; dan
5) perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI 03-1745-1989
tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan
Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung.
2. Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih penduduk dapat dipenuhi dengan berbagai cara antara lain
adalah dengan ikut berlangganan PDAM, menggali sumur, dan mengambil air
langsung ke sumber air. Kebutuhan air bersih yang dimaksud adalah kebutuhan air
yang digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia, meliputi air bersih

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


domestik dan non domestik, air irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air
untuk penggelontoran kota (Sjarief R., Kodoratie R. J., 2008).
a) Kebutuhan Domestik
Kebijaksanaan operasional program air bersih, Direktorat Jendral Cipta
Karya, DPU (2007), menyebutkan bahwa kebutuhan domestik merupakan
kebutuhan air bersih untuk rumah tangga seperti minum, memasak, mandi,
dan juga kran umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkiraan besar
kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan domestik adalah
ketersediaan air, kebiasaan hidup, perkembangan sosial ekonomi,
perbedaan iklim, jumlah penduduk, pola dan tingkat hidup masyarakat.
Jumlah penduduk suatu kota sangat mempengaruhi kebutuhan air
perorangan.
Berikut merupakan tabel penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga.

Tabel E. 33 Penggunaan Air Rata-rata Untuk Rumah Tangga


No Jenis Kegiatan Kebutuhan Air (liter/orang/hari)
1 Dapur 45
2 Kamar mandi 60
3 Toilet 70
4 Mencuci pakaian 45
Lainnya (termasuk keperluan di luar
5 75
rumah)
Total kebutuhan 295
Sumber: Kindler and Russel (1984)

Tabel ini menjelaskan tentang penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga.
Tabel tersebut menunjukkan bahwa, rata-rata total kebutuhan air untuk
rumah tangga adalah sebanyak 295 liter/orang/hari. Penggunaan air
terbanyak ialah untuk keperluan toilet, yaitu sebanyak 70 liter/orang/hari.
Sedangkan, penggunaan air paling sedikit ialah untuk keperluan dapur, yaitu
sebanyak 45 liter/orang/hari.
Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil tahun
2003, kebutuhan air domestik (rumah tangga) untuk kota dibagi dalam
beberapa kategori, yaitu:
a. Kategori Kota I (Metropolitan)
b. Kategori Kota II (Kota Besar)
c. Kategori Kota III (Kota Sedang)
d. Kategori Kota IV (Kota Kecil)
e. Kategori Kota V (Desa)
Untuk mengetahui standar kebutuhan air domestik pada tiap-tiap kategori
dapat di lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel E. 34 Standar Kebutuhan Air Domestik (Rumah Tangga)


Kategori Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan (liter/orang/hari)
Metropolitan >1.000,000 150 – 210
Besar 500,000 – 1.000,000 120 – 150
Sedang 100,000 – 500,000 100 – 120
Kecil 20,000 – 100,000 90 – 100
Desa < 20,000 60 – 90
Sumber: Ditjen Cipta Karya Dep. Kimpraswil (2003)

Tabel ini menjelaskan tentang standar kebutuhan air domestik untuk tiap
kategori. Kebutuhan air untuk tiap kategori bervariasi, sesuai dengan
kategori daerahnya. Semakin besar kategorinya, maka kebutuhan airnya juga

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


makin tinggi. Hal ini disebabkan karena semakin besar kategori, maka jumlah
penduduk pun juga semakin besar, dan jumlah orang yang harus dilayani air
bersihnya pun juga semakin besar.
b) Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan nondomestik merupakan kebutuhan air bersih selain untuk
keperluan rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air
bersih untuk perkantoran, serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah,
sekolah, hotel, puskesmas, militer serta pelayanan jasa umum lainnya (DPU,
2007). Penentuan kebutuhan air minum untuk non domestik dilakukan
dengan menggunakan standar kebutuhan air minum yang telah ditetapkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum. Berikut merupakan tabel standar
kebutuhan air minum fasilitas daerah perkotaan.

Tabel E. 35 Standar Kebutuhan Air Minum Fasilitas Daerah Perkotaan


Fasilitas Standar Kebutuhan
Sekolah 10 L/murid/hari
Rumah Sakit 200 L/tt/hari
Puskesmas 2 m³/hari
Masjid sampai 2 m³/hari
Kantor 10 L/pegawai/hari
Pasar 12 m³/ha/hari
Hotel 150 L/tt/hari
Rumah Makan 100 L/td/hari
Komplek Militer 60 L/o/hari
Kawasan Industri 0,2 - 0,8 L/ha/detik
Kawasan Pariwisata 0,1 - 0,3 L/ha/detik
Sumber: Dirjen Cipta Karya, PU, 1998

Tabel ini menjelaskan mengenai standar kebutuhan air minum untuk fasilitas
di daerah perkotaan. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa, standar
kebutuhan air minum untuk fasilitas di daerah perkotan bervariasi, tidak
sama antar jenis sarana.
3. Sistem Penyediaan Air Bersih
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia nomor 16 tahun 2005 tentang
pengembangan sistem penyediaan air minum menyebutkan bahwa suatu sistem
penyediaan air bersih yang mampu menyediakan air yang dapat diminum dalam jumlah
yang cukup merupakan hal penting bagi suatu kota besar yang modern. Unsur-unsur yang
membentuk suatu sistem penyediaan air yang modern yaitu sumber-sumber penyediaan,
sarana-sarana penampungan, sarana-sarana penyaluran, sarana-sarana pengolahan,
sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan) tampungan sementara, dan sarana-sarana
distribusi.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang
pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan satu-kesatuan sistem
fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Terdapat pada peraturan
tersebut pasal 5 disebutkan bahwa:
a) SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan
perpipaan
b) SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan.
c) SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa
tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air
kemasan, atau bangunan perlindungan mata air.
d) SPAM harus dikelola secara baik dan berkelanjutan.
e) Ketentuan teknis mengenai SPAM bukan jaringan perpipaan diatur lebih lanjut
dengan peraturan menteri.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Sistem Penyediaan Air bersih meliputi:
a) Sistem Penyediaan Air Bersih secara Individual
Sistem penyediaan air bersih secara individual dititikberatkan pada pengusahaan
pemenuhan kebutuhan air bersih secara perorangan. Dalam pemenuhannya
sistem penyediaan individual ini dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan sistem
gotong royong.
1) Sumur
Sumur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sumber air
buatan, lubang yang sengaja dibuat menembus lapisan tanah untuk
memperoleh air, minyak, atau gas. Terdapat dua jenis sumur, antara lain:
a. Sumur Gali (Dug Well)
Sumur Gali (Dug Well) adalah suatu cara mendapatkan air tanah
dengan cara menggali dan menaikkan airnya dengan timba (Yuman,
2009). Sumur gali (Dug Well) dibuat dengan penggalian tanah sampai
kedalaman tertentu maksimal 20 meter, umumnya tidak terlalu dalam
sehingga hanya mencapai air tanah di lapisan atas.

Gambar E. 8 Sumur Gali (Dug Well)

Sumber: Cheria, 2013


b. Sumur Bor (Bored Well)
Sumur bor adalah sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah
yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah
permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi.
Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa
mesin (Gabriel, 2001).

Gambar E. 9 Sumur Bor (Bored Well)

Sumber: Rinisekarani, 2015


4. Drainase
Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan
penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan, yang harus disediakan pada
lingkungan perumahan di perkotaan.
A. Sistem Drainase
Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan
air yang berfungsi untuk mengurangi dan atau membuang kelebihan air dari suatu
kawasan atau lahan, sehingga dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari
hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain),
saluran induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters).
a) Main Drain
Main drain atau saluran primer adalah saluran yang memanfaatkan sungai
dan anak sungai. Saluran primer adalah saluran utama yang menerima aliran
dari saluran sekunder. (Tiurma, 2007). Permen PU No. 12 Tahun 2014
menyebutkan Main drain sebagai penyalur air ke badan air penerima. Badan
air penerima adalah pembuangan akhir saluran drainase berupa sungai,
danau, dan atau laut.

Gambar E. 10 Main Drain

Sumber: Manjit Kaur, 2012


b) Conveyor
Saluran sekunder adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran
tersier. Saluran ini menyalurkan air ke saluran primer (Permen PU no. 12,
2004). Saluran conveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air
buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa membahayakan
daerah yang dilalui (Edisono, 1997). Letak conveyor yaitu berada di sisi jalan-
jalan utama.
c) Collector
Saluran tersier adalah saluran drainase yang menerima air dari saluran
pelengkap. Saluran ini menyalurkan air ke saluran sekunder (Permen PU no.
12, 2014). Saluran collector adalah saluran yang berfungsi sebagai
pengumpul debit yang diperoleh dari saluran drainase yang lebih kecil dan
akhirnya akan dibuang ke saluran conveyor (Edisono, 1997). Letak collector
biasanya di jalan-jalan yang menghubungkan rumah-rumah penduduk.

Gambar E. 11 Hierarki Saluran Drainase

Sumber: Depkimpraswil, 2003


B. Perkerasan Drainase
Perkerasan drainase dapat dilakukan pada lapisan dasar dan dinding drainase
dengan menggunakan semen, batu bata, tanah, dan beton. Pilihan material untuk
perkerasan drainase tergantung pada ketersediaan dan harga bahan.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


a) Semen
Semen adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adhesif (adhesive) dan
kohesif (cohesive) yang memungkinkan melekatnya fragmen-fragmen
mineral menjadi suatu massa yang padat. Semen merupakan bahan yang
jadi dan mengeras dengan adanya air yang dinamakan semen hidraulis
(hydraulic cements). Semen portland atau biasa disebut semen adalah
bahan pengikat hidroli berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium
yang bersifat hidrolis), dengan batu gips sebagai bahan tambahan. Semen
yang digunakan adalah Semen Portland Tipe I (Sutrisno, 2013).
b) Batu Bata
Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan pembuat
dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna
kemerah merahan. Seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata
semakin menurun. Munculnya material-material baru seperti gipsum, bambu
yang telah diolah, cenderung lebih dipilih karena memiliki harga lebih murah
dan secara arsitektur lebih indah. Jenis-jenis bata, yaitu bata berongga, bata
press, beton/bataco (spesifikasi bataco, conblock, beta block, kansteen),
bata berlubang/bataco berlubang (rooster) dan krawang (Tanubrata, 2015).
Batu bata menurut SNI 15-2094-2000, SII-0021-78 merupakan suatu unsur
bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang
dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahanbahan lain, dibakar
cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Batu
bata merah adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi
bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan
campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali,
mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi
hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu
setelah didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.
c) Tanah
Tanah adalah bangunan alami yang tersusun atas horizon-horizon yang terdiri
atas bahan mineral dan organik, bersifat galir (tidak padu) dan mempunyai
tebal yang tidak sama (Sutanto, 2005). Konsep lain dikemukakan oleh Joffee
(1917) bahwa tanah merupakan kombinasi sifat fisik, kimia, dan biologi.
d) Beton
Pada umumnya beton terdiri dari kurang lebih 15% semen, 8% air, 3% udara,
selebihnya pasir dan kerikil (Wuryati dan Candra, 2001). Beton polos didapat
dengan mencampurkan semen, agregat (aggaregate) halus, agregat kasar,
air dan kadang-kadang campuran lain (Chu-Kia Wang dan Charles G. Salmon,
1986). Kekuatan beton tergantung dari banyak faktor: proporsi dari
campuran dan kondisi temperatur dan kelembaban dari tempat di mana
campuran diletakkan dan mengeras (Sutrisno, 2013).
e) PVC
Penggunaan pipa PVC sudah umum digunakan oleh masyarakat dalam
keperluan sehari-hari. Penggunaan pipa PVC selain untuk saluran air bersih
karena sifatnya yang tidak berkarat, murah dan mudah instalasinya juga
digunakan untuk saluran air kotor seperti saluran pembuangan kamar
mandi, saluran dari WC ke Septic Tank, Saluran air dari Talang Atap ke
got/selokan/saluran air. (sohibul kahfi, et.all, 2016).
C. Bangunan Pelengkap Sistem Drainase
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2014 menjelaskan bahwa
bangunan pelengkap adalah bangunan air yang melengkapi sistem drainase
manhole, inlet, bak kontrol, catch basin, siphon, pintu air, gorong-gorong, bangunan
terjun, bangunan dan bangunan got miring.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


a) Manhole/Inspection Chambers/Lubang Kontrol
Manhole merupakan tempat masuknya air dan saluran untuk menampung
aliran permukaan yang akan disalurkan ke sistem drainase saluran tertutup
dan merupakan ruang akses bagi jaringan pipa serta untuk pemeliharaan.
(DPU, 2006). Manhole berfungsi untuk memelihara sistem saluran tertutup,
disetiap saluran diberi manhole pertemuan, perubahan dimensi, perubahan
bentuk selokan setiap 10-25m. Lubang manhole harus dibuat sekecil
mungkin agar ekonomis. Diameter manhole biasanya sekotar 60 meter
dengan tutup dari besi tulang.
Bangunan tersebut banyak ditemui disepanjang jalan di kota-kota Indonesia,
umumnya bangunan tersebut awalnya dibangun di tepi jalan, oleh karena
perkembangan lalu lintas, jalan semakin lebar, maka posisi lubang kontrol
lambat-laun berada disekitar tengah jalan perkotaan.

Gambar E. 12 Man Hole

Sumber: Politeknik Negeri (2010)


b) Inlet
Bangunan ini adalah bangunan untuk aliran masuk air hujan untuk saluran
kombinasi. Inlet diletakkan pada saluran atau got pada permukaan terendah
dari satu area kampung, perempatan jalan, titik-titik terendah area kampung,
untuk mencegah genangan air hujan (Politeknik Negeri Teluk Wondama,
2010). Permen PU No 12 tahun 2014 menyatakan bahwa inlet adalah lubang
tepi jalan yang berfungsi untuk mengalirkan air hujan dari jalan ke saluran
drainase. Jumlah saluran inlet yang harus dibuat disarankan maksimal tiap
5 meter dengan lebar saluran selebar kereb.

Gambar E. 13 Inlet

Sumber: University of Mauritius (2017)


c) Bak Kontrol
Bak kontrol merupakan tempat masuknya air (inlet) dan saluran untuk
menarnpung aliran permukaan yang akan disalurkan ke sistem drainase
saluran tertutup dan merupakan ruang akses bagi jaringan pipa serta untuk
pemeliharaan (Kementerian PU, 2006). Ukuran bak kontrol melakukan
inpeksi aman bagi pejalan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan juga

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


mudah, aman dalam melakukan inpeksi dan pemeliharaan rutin (bak kontrol
mudah dibuka dan ditutup) serta aman bagi pejalan kaki (untuk saluran
tertutup yang berada di bawah trotoar).

Gambar E. 14 Bak Kontrol

Sumber: Aris Triyadi, 2012


d) Catch Basin
Catch basin dapat diartikan sebagai bangunan yang menampung air di
saluran tertutup dan bangunan yang mengalirkan air menuju match basin.
Biasanya terdapat pada tempat yang mempunyai ketinggian yang rendah
seperti persimpangan jalan dan area parkir. Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 12 tahun 2014 menyatakan bahwa catch basin adalah bangunan
penangkap pasir yang berfungsi untuk menangkap sedimen pada daerah
tertentu yang alirannya banyak mengandung sedimen laying dan endapan
dasar.

Gambar E. 15 Catch Basin

e) Siphon
Siphon dibangun bila ada persilangan dengan sungai. Siphon dibangun
dibawah penampang sungai, karena tertanam di dalam tanah maka pada
waktu pembangunannya harus dibuat secara kuat sehingga tidak terjadi
keretakan atau kerusakan konstruksi. Permen PU No 12 tahun 2014
menyatakan bahwa siphon adalah bangunan air yang berfungsi mengalirkan
air bagian bawah jalan, jalan kereta api, dan bangunan lainnya dengan
menggunakan gravitasi.
f) Pintu Air
Pintu air memiliki peran dalam menunjang sistem drainase. Pada kondisi air
di hilir tinggi, baik air pasang maupun air banjir, maka air dari drainase tidak
dapat mengalir ke pembuang, bahkan dimungkinkan terjadi aliran balik.
Pada ujung saluran drainase perlu dilengkapi dengan bangunan pengatur
berupa pintu pengatur untuk menghindari terjadinya aliran balik (Suripin,
2004).

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 16 Pintu Air
g) Gorong-Gorong/Culvert
Gorong-gorong adalah saluran tertutup (pendek) yang mengalirkan air
melewati jalan raya, jalan kereta api, atau timbunan lainnya. Gorong-gorong
biasanya dibuat dari beton, aluminium gelombang, baja gelombang, dan
kadang-kadang plastik gelombang. Bentuk penampang melintang gorong-
gorong bermacam-macam, ada yang bulat, persegi, oval, tapal kuda, dan
segitiga (Suripin, 2004).

Gambar E. 17 Gorong-Gorong
h) Bangunan Terjun
Bangunan terjun diperlukan bila penempatan saluran terpaksa harus
melewati jalur dengan kemiringan dasar (S) yang cukup besar (Edisono,
1997). Bangunan terjun dibangun untuk mengurangi kemiringan saluran
yang terlalu curam. Bangunan terjun berfungsi untuk mereduksi kelajuan air
yang mengalir deras, sehingga tidak merusak bangunan lainnya. Permen PU
No 12 tahun 2014 menyatakan bahwa bangunan terjun adalah bangunan
yang berfungsi menurunkan kecepatan aliran air dari hulu. Bangunan ini
direncanakan pada saluran dengan kemiringan yang curam sehingga
terdapat batas kecepatan maksimum air.

Gambar E. 18 Bangunan Terjun


i) Bangunan Got Miring/Chute
Bangunan got miring pada dasarnya merupakan bangunan terjun, tetapi
kemiringan saluran cenderung landai sehingga air tidak mengalir terlalu
deras. Bangunan got miring tidak mengurangi kelajuan air yang mengalir
pada saluran drainase. Bangunan got miring dapat dijumpai di wilayah yang
memiliki ketinggian yang bervariasi.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 19 Bangunan Got Miring
D. Eko-drainase
Priyantoro et al (2016) manyatakan bahwa beberapa konsep baru mulai banyak
dikembangkan pada akhir-akhir ini. Konsep baru tersebut adalah drainase
berwawasan lingkungan atau yang biasa disebut eko-drainase (eco-drainage). Eko-
drainase adalah upaya pelestarian air hujan yang jatuh di tutupan lahan dibuat agar
tidak langsung dialirkan oleh saluran drainase menuju sungai, akan tetapi sebagian
dikendalikan agar dapat meresap ke dalam tanah sebagai imbuhan (recharge) air
tanah.
a) Penampungan Air Hujan (Rainwater Harvesting)
Penampungan Air Hujan adalah sistem yang digunakan untuk menampung
air hujan dan menggunakanya untuk menunjang kebutuhan rumah tangga
dan lingkungan. Air hujan yang mengalir di atap rumah akan dialirkan menuju
bak penampung air hujan. Hal ini dilakukan agar menjaga ketersediaan air
bersih serta mencegah banjir dan kekeringan. Ada berbagai cara untuk
rainwater harvesting, terutama untuk rumah dan perkantoran, diantaranya
ialah dengan rooftop garden. Taman diatas gedung atau rumah ini
diharapkan tidak hanya memiliki fungsi estetika saja, namun juga dapat
dimanfaatkan sebagai filter air hujan.
Air hujan yang telah melewati proses filtrasi dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan air toilet, penyiraman tanaman, pendingin ruangan dan berbagai
fungsi lainnya.

Gambar E. 20 Desain Bak Tampungan Air Hujan

Sumber: Kelair BPPT


Dari gambar diatas, dapat kita hitung volume tampungan air hujan yang bisa
ditampung bak selama hujan berlangsung. Berikut adalah perhitunganya:

𝑉 = 𝛼. 𝛽. 𝐼. 𝐴. 𝑇 (2-1)

Keterangan:
V = volume tampungan air hujan (m3)
α = Koefisien limpasan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


β = Koefisien distribusi hujan
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas atap bangunan (m2)
T = lama hujan (jam)
Persyaratan lahan pembuatan Penampung Air Hujan (PAH) harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut (Dirjen Cipta Karya, 2009):
a. Daerah-daerah kritis dengan curah hujan minimal 1.300 mm per
tahun;
b. Lokasi atau daerah rawan air minum;
c. Penempatan PAH harus dapat menampung air hujan dan/atau pada
kondisi tertentu dapat menampung air minum dari PDAM yang
didistribusikan melalui mobil tangki air.
b) Sumur Resapan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 12 Tahun 2014 memaparkan bahwa
sumur resapan adalah prasarana drainase yang berfungsi untuk meresapkan
air hujan dari atap bangunan ke dalam tanah melalui lubang sumuran. Sumur
resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang dibuat
untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah (Kusnaedi,
2011: 6).
Syarat lahan yang dapat dibangun sumur resapan yaitu, lahan yang lulus air
dan tahan longsor, bebas dari kontaminasi/pencemaran limbah, di lokasi
awal daerah aliran yang dapat dilihat dengan mengukur kedalaman air tanah
ke permukaan tanah, dan memperhatikan permeabilitas tanah (Pt T-22-
2000-C).
Sumur resapan memiliki beberapa kegunaan yang bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat, beberapa diantaranya adalah sebagai pengendali
banjir, melindungi dan memperbaiki (konservasi) air tanah, serta menekan
laju erosi.

Gambar E. 21Sumur Resapan

Sumber: Kementrian Negara Lingkungan Hidup


Untuk memaksimalkan penyerapan air hujan dengan sumur resapan, maka
sebelum kita membuat sumur resapan perlu dihitung volume dan efisiensi
dari sumur resapan tersebut berdasarkan keseimbangan yang masuk ke
dalam sumur dan air yang meresap ke dalam tanah (Sunjonto, 1988)
Perhitunganya adalah sebagai berikut:
𝑭𝑲𝑻
𝑸 −
𝑯= (𝟏 −𝒆 𝝅𝑹𝟐 ) (2-2)
𝑭𝑲

Keterangan:
H = Tinggi muka air dalam sumur (m)
F = Adalah faktor geometric (m)
Q = Debit air masuk

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


T = Waktu pengaliran (detik)
K = Koefisien permeabilitas tanah (m/dt)
R = Jari jari sumur
Faktor geometrik secara umum dapat dinyatakan dalam persamaan:
𝑸𝟎 = 𝑭. 𝑲. 𝑯 (2-3)
Kedalaman efektif sumur resapan dapat dihitung dari tinggi muka air tanah
apabila dasar sumur berada di bawah muka air tanah tersebut, dan diukur
dari dasar sumur bila muka air tanah berada di bawah dasar sumur.
c) Saringan Sampah Manual dan Otomatis
Sampah yang berasal dari kegiatan manusia di permukiman, perkantoran,
perdagangan, fasilitas umum dan fasilitas sosial di perkotaan dan pedesaan,
tidak semua dapat terolah di TPA atau pengolahan lain. Kondisi lapangan
mengindikasikan bahwa masih ada sebagian dari prosentase sampah
tersebut yang dibuang ke perairan seperti saluran, sungai, danau, pantai
ataupun laut. Perhitungan produksi sampah saluran terhadap sampah darat
dapat dinyatakan sebagai berikut:
Qss = Qsd x Kss (2-4)
Keterangan:
Qss = Quantitas Sampah Sungai
Qsd = Quantitas sampah daratan
Kss = Koefisien timbulan sampah sungai (0,2-0,6%)
Sedangkan untuk menghitung produksi sampah untuk kawasan permukiman
yang berada dipinggir aliran sungai/kali dihitung berdasarkan banyaknya
populasi yang menghasilkan sampah setiap harinya, perhitunganya
dijelaskan sebagai berikut:
Qss = (P x Qsd) + Qnd (2-5)
Keterangan:
Qss = Quantitas sampah sungai
P = Populasi penduduk sepanjang aliran sungai
Qsd = Produksi sampah domestik (liter/orang/hari)
Qnd = Produksi sampah non-domestik (daun/pohon,jalanan)
d) Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari kata Bio dan “remediate” yang berarti
menyelesaikan masalah. Bioremediasi diartikan sebagai penggunaan
mikroba untuk menyelesaikan masalah-masalah lingkungan atau untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan dari tanah, lumpur, air tanah
atau air permukiman sehingga lingkungan tersebut kembali bersih dan
alamiah (Renni Suhardi). Secara garis besar proses bioremediasi
sedimen/endapan drainase adalah sebagai berikut:
a. Survei awal, dilakukan untuk mengetahui kondisi sebenarnya dari
sedimen/endapan yang akan diaplikasi bioremediasi.
b. Investigasi lokasi, dilakukan untuk menilai adanya resiko emisi bahan
beracun ke udara, ledakan dan/atau intrusi cemaran ke lingkungan di
sekitarnya.
c. Perencanaan detail desain bioremediasi, Tahap ini bertujuan untuk
membuat perencanaan detail disain bioremediasi yang sesuai baik in-
situ maupun ex-situ dan mengaplikasikanya dilapangan.
d. Operasi dan Evaluasi, Objektif dari tahap ini adalah dilakukanya
pengecekan terhadap efektifitas bioremediasi terhadap
sedimen/endapan yang sedang diolah.
e. Pasca Operasi Bioremediasi, Tujuan dari tahapan ini ialah digunakanya
kembali tanah yang telah terpulihkan ke area penghijauan disekitar
daerah bioremediasi (ex-situ) dan bertamb ahnya daya tampung
saluran drainase (in-situ).

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


e) Lubang Resapan Biopori
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 Pasal 1
Ayat (4) dijelaskan Lubang Resapan Biopori adalah lubang yang dibuat secara
tegak lurus (vertikal) ke dalam tanah, dengan diameter 10 – 25 cm dan
kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah.
Lubang resapan biopori berguna untuk meningkatkan jumlah resapan air
hujan ke dalam tanah. Sehingga nantinya air hujan dapat meningkatkan
kadar air tanah.

Gambar E. 22 Sumur Resapan

Sumber: Permen PU 11/ PRT /2014


Tata cara pembuatan lubang biopori diantaranya adalah:
a. Gali lubang bentuk silinder (misalnya dengan bor tanah/ linggis/
bambu) dengan diameter 10 - 30 cm dengan kedalaman 80 -100 cm
atau pada kasus muka air tanah dangkal tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah;
b. Jarak antara lubang yang satu dengan yang lain 50-100 cm. Mulut
lubang diperkuat dengan paralon dengan diameter 10 cm dan panjang
20 cm;
c. Lubang diisi dengan sampah organik sampai dengan 2/3 tinggi lubang
dengan sampah organik seperti: daun, sampah dapur, ranting pohon,
sampah makanan dapur non kimia, dan sebagainya. Sampah dalam
lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim
kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami;
d. Mulut lubang ditutup dengan saringan kawat.
3) Jaringan Air Limbah
Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan air limbah sesuai ketentuan dan persyaratan
teknis yang diatur dalam peraturan / perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata
cara perencanaan umum jaringan air limbah lingkungan perumahan di perkotaan. Jenis-jenis
elemen perencanaan pada jaringan air limbah yang harus disediakan pada lingkungan
perumahan di perkotaan adalah:
1. septik tank;
2. bidang resapan; dan
3. jaringan pemipaan air limbah.
1. Jenis Limbah
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 tahun 2003 tentang
Baku Mutu Air Limbah Rumah Tangga, yang dimaksud dengan air limbah rumah tangga
adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate),
rumah makan (restoran), perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Sumber air
limbah adalah air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water),
yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk (Purwanto, 2004). Secara umum
air limbah rumah tangga dapat dikelompokkan dalam 2 jenis yaitu grey water dan black
water.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


a) Black Water
Black water berasal dari buangan toilet (tinja dan urin). Black water 20% dari 80%
jumlah pemakaian air minum yang dikonsumsi oleh penduduk 120 L/orang/hari
(Mangkoedihardjo dan Samodra, 2012). Beban polutan berupa BOD yang
dikeluarkan per orang per hari 17 gram/orang hari untuk air limbah non toilet (grey
water) dan 10 gram/orang hari untuk air limbah tinja (black water) (Asmadi dan
Suharno, 2012).
b) Grey Water
Grey water adalah limbah cair domestik yang terpisah dengan limbah dari
toilet/kakus (black water). Grey water berasal dari bekas air mandi dari bath
up/shower/atau bak mandi, air bekas mencuci pakaian baik dari mesin cuci atau
ember-ember cucian, dan air bekas aktifitas dapur rumah tangga, gedung-gedung
perkantoran maupun sekolah (Erickson dkk, 2002). Grey water dapat
dimanfaatkan sebagai sumber air alternatif guna mengatasi defisit air di wilayah
perkotaan. Hasil olahan grey water dapat dimanfaatkan untuk keperluan non-
potable seperti menyiram tanaman, membilas toilet, mencuci kendaraan, dan
kebutuhan out door lain.
2. Sistem Pengolahan Air Limbah
Sistem pengolahan air limbah ada dua macam sistem yaitu sistem pembuangan air
limbah setempat (on site system) dan pembuangan terpusat (off site system) (Kodoati,
2008). Sistem sanitasi setempat (on site sanitation) adalah sistem pembuangan air
limbah dimana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu jaringan
saluran yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air buangan atau badan
air penerima, melainkan dibuang di tempat (Ayi Fajarwati, 2000). Sedangkan sistem
sanitasi terpusat (off site sanitation) merupakan sistem pembuangan air buangan rumah
tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang disalurkan keluar dari lokasi
pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya
disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke
badan perairan.

Gambar E. 23 Sistem Pengolahan Limbah Setempat

Sumber: Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (2010)


Gambar ini menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui pada sistem pengolahan air limbah
setempat. Dalam masing-masing tahapan dijelaskan alat apa yang digunakan. Sistem sanitasi
setempat (on site sanitation) adalah sistem pembuangan air limbah dimana air limbah tidak
dikumpulkan serta disalurkan ke suatu tempat, melainkan dibuang di tempat setempat
seperti septic tank atau cubluk (Ayi Fajarwati, 2000).

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 24 Sistem Pengolahan Limbah Terpusat

Sumber: Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (2010)


Gambar ini menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui pada sistem pengolahan air limbah
terpusat. Dalam masing-masing tahapan dijelaskan alat yang digunakan. Sistem sanitasi
terpusat (off site sanitation) merupakan sistem pembuangan air buangan rumah tangga
(mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang disalurkan keluar dari lokasi pekarangan
masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan selanjutnya disalurkan
secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum dibuang ke badan
perairan.

Tabel E. 36 Perbedaan Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat dengan Terpusat


Sistem Pengolahan Air Limbah Sistem Pengolahan Air Limbah
Tahapan
Setempat Terpusat
MCK, tempat cuci MCK, tempat cuci
piring/makanan, pembuangan piring/makanan, pembuangan
User Interface
air di kamar mandi, air di kamar mandi,
pembuangan air cucian pembuangan air cucian
Pengolahan Awal Septic tank -
Pengangkutan Truk tinja Pipa kolektor dan pipa sewer
Pengolahan Akhir IPLT IPAL
Daur ulang, TPA, dibuang ke Daur ulang, TPA, dan dibuang ke
Penggunaan Kembali
sungai, dan menjadi air tanah sungai
Sumber: Tim Teknis Pembangunan Sanitasi
Tabel ini menjelaskan perbedaan antara sistem pengolahan limbah cair setempat dan
sistem pengolahan limbah cair terpusat. Pada tahap user interface, baik sistem
pengolahan limbah setempat maupun sistem pengolahan limbah terpusat menggunakan
MCK, tempat cuci piring/makanan, pembuangan air di kamar mandi, dan pembuangan
air cucian. Pada tahap pengolahan awal, sistem pengolahan limbah setempat
menggunakan septic tank untuk mengolah limbah limbah cair yang diperoleh dari tahap
user interface, sedangkan sistem pengolahan limbah terpusat tidak melalui tahap
pengolahan awal. Pada tahap pengangkutan, sistem pengolahan limbah setempat
menggunakan truk tinja, sedangkan sistem pengolahan limbah terpusat menggunakan
perpipaan yaitu pipa kolektor dan pipa sewer.
Pada tahap pengolahan akhir, sistem pengolahan limbah setempat menggunakan IPLT,
sedangkan sistem pengolahan limbah terpusat menggunakan IPAL. Pada tahap terakhir
yaitu tahap penggunaan kembali, sistem pengolahan limbah setempat menggunakan
teknik daur ulang, pembuangan ke TPA, pembuangan ke sungai, dan air tanah,
sedangkan sistem pengolahan limbah terpusat menggunakan teknik daur ulang,
pembuangan ke TPA, dan pembuangan ke sungai.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


a) User Interface
Menurut BPS (2013), user interface merupakan penghubung pengguna dengan
pewadahan sementara di sumbernya baik individu maupun komunal. Tahapan user
interface atau penghubung pengguna dalam kedua macam sistem pengolahan air
limbah ini meliputi: penggunaan WC duduk maupun WC jongkok untuk produk input
dari black water yaitu limbah cair yang berasal dari tinja, urine, air pengglontor, dan
kertas pembersih.
Sedangkan produk input grey water yang meliputi air cucian dari dapur, air untuk
mandi, dan air cucian pakaian menggunakan tempat cuci air/makanan,
pembuangan air kamar mandi, dan pembuangan air cucian.
b) Pengolahan Awal
Pengolahan awal pada sistem pengolahan air limbah setempat ialah melalui septic
tank. Kedua limbah, baik black water maupun grey water ditampung dalam septic
tank. Septic tank terbagi menjadi 2 (dua) berdasarkan jenis air limbah yang masuk
kedalamnya yaitu septic tank dengan sistem tercampur dan sistem terpisah. Jenis
air limbah yang masuk akan menentukan dimensi septic tank yang akan digunakan
terkait dengan waktu detensi dan dimensi ruang-ruang (zona) yang berada di dalam
septic tank. Limbah yang telah tertampung di septic tank terbagi menjadi dua
macam limbah cair, yaitu limbah cair yang berwujud lumpur dan limbah cair yang
berwujud air. Sedangkan sistem pengolahan air limbah terpusat tidak melalui
tahapan pengolahan awal.
c) Pengangkutan
Tahapan pengangkutan pada sistem pengolahan air limbah setempat ialah melalui
pengangkutan limbah cair berupa lumpur yang telah tertampung di septic tank
dengan truk tinja. Limbah cair berupa air yang telah tertampung di septic tank tidak
melalui proses pengangkutan. Sedangkan tahapan pengangkutan pada sistem
pengolahan air limbah terpusat ialah melalui pipa kolektor dan pipa sewer yang
terdapat di sekitar permukiman warga.
d) Pengolahan Akhir
Tahapan pengolahan akhir pada sistem pengolahan air limbah setempat
dilaksanakan melalui Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan bidang resapan.
Limbah cair berupa lumpur diangkut oleh truk tinja ke IPLT. Limbah cair berupa
lumpur yang telah tertampung di IPLT dibedakan kembali menjadi limbah cair yang
berupa lumpur dan air. Limbah cair berupa air ditampung pada bidang resapan.
Sedangkan pada sistem pengolahan air limbah terpusat, limbah cair dari pipa
kolektor dan pipa sewer ditampung di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Limbah cair yang telah tertampung di IPAL kemudian dibagi menjadi dua macam
limbah cair, yaitu limbah cair berupa lumpur dan air.
e) Penggunaan Kembali
Tahapan pengolahan akhir pada sistem pengolahan air limbah setempat
dilaksanakan melalui IPLT dan bidang resapan. Limbah cair berupa lumpur
diangkut oleh truk tinja ke IPLT. Limbah cair berupa lumpur yang telah tertampung
di IPLT dibedakan kembali menjadi limbah cair yang berupa lumpur dan air. Limbah
cair berupa air ditampung pada bidang resapan, sedangkan pada sistem
pengolahan air limbah terpusat, limbah cair dari pipa kolektor dan pipa sewer
ditampung di IPAL. Limbah cair yang telah tertampung di IPAL kemudian dibagi
menjadi dua macam limbah cair, yaitu limbah cair berupa lumpur dan air.
3. Ketersediaan Jaringan Air Limbah
a) Ketersediaan MCK
Berdasarkan SNI 03-2399-2002 menyatakan bahwa persyaratan umum MCK
(Mandi Cuci Kakus) yaitu:
1) Rencana pembangunan MCK umum dapat dilaksanakan setelah memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan sebagai berikut: lokasi, jumlah pemakai,
sistem penyediaan air bersih, sistem pembuangan air limbah. Lokasi: Jarak
maksimal antara lokasi MCK umum dengan rumah penduduk yang dilayani
adalah 100 meter. Lokasi daerah harus bebas banjir. Lokasi: Jarak maksimal

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


antara lokasi MCK umum dengan rumah penduduk yang dilayani adalah 100
meter. Lokasi daerah harus bebas banjir
2) Kemampuan pengelola MCK. Air limbah dari MCK umum harus diolah
sebelum dibuang sehingga tidak mencemari air, udara dan tanah di
lingkungan permukiman.
b) Ketersediaan Septic tank
Kebijakan penyediaan septic tank di Indonesia diatur berdasarkan SNI 03-2398-
2002. Dasar untuk memberikan ukuran dan batasan kebutuhan minimum tangki
septik di kawasan permukiman dengan kondisi air tanah rendah dengan pemakai
tidak lebih dari 25 orang. Septic tank adalah suatu ruangan yang berfungsi
menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir yang
lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap
suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan
organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas. Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 33/PRT/M/2016 Tahun
2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang
Infrastuktur menyatakan jarak septic tank ke sumur minimal 10 meter.
c) Pengelolaan Limbah B3
Limbah B3 adalah setiap limbah yang mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang karena sifat, konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun
tidak langsung dapat merusak dan mencemarkan lingkungan hidup (Setiyono,
2001). Limbah B3 ini dapat berasal dari puskesmas, bengkel, tempat industri dan
sebagainya. pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan
limbah dan penimbunan limbah B3 ( Damanhuri, 2008). Pada dasarnya
pengelolaan limbah B3 di Indonesia mengacu pada prinsip-prinsip dan pedoman
pembangunan berkelanjutan yang telah dituangkan dalam peraturan perudang-
undangan, khususnya UU No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Secara spesifik pengelolaan limbah B3 telah diatur dalam:
1) Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (PP18/1999).
2) Peraturan-peraturan lain yang mengatur masalah limbah B3 adalah
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dari No.
01/Bapedal/09/1995 sampai No. 05/Bapedal/09/1995 yang merupakan
pengaturan lebih lanjut PP19/1994 dan PP12/1995, dan tetap masih
berlaku sebagai pengaturan lebih lanjut dari PP 18/99 jo PP 85/99.
Ada beberapa metode untuk pembuangan limbah B3 diantaranya adalah:
1) Sumur dalam atau Sumur Injeksi (deep well injection)
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia
adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan
batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air
tanah dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu
sehingga tidak akan mencemari tanah maupun air. Namun, dapat terjadi
adanya kemungkinan kebocoran pada pipa dan korosi dan menyebabkan
pecahnya lapisan batuan sehingga limbah merembes ke lapisan tanah.
2) Kolam penyimpanan (surface impoundments)
Limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat
untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat
mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3
akan terkosentrasi dan mengendap di dasar. Tetapi, kelemahan dalam
metode ini adalah memakan banyak lahan yang dapat menimbulkan
penimbunan lahan dan memungkinkan adanya kebocoran lapisan pelindung,
kemudian ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah yang dapat
menyebabkan pencemaran udara.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


3) Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)
Limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi.
Pada metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam
drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus
untuk mencegah pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi
peralatan moditoring yang lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan
harus selalu dipantau. Kelemahan dalam metode ini adalah memerlukan
biaya yang tinggi, masih memungkinkan terjadinya kebocoran, dan tidak bisa
memberi jangka panjang karena dapat terjadinya penumpukan air limbah.
d) Ketersediaan IPAL
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, dalam bidang Pekerjaan Umum jenis
kegiatan Air Limbah Domestik terdapat tiga kegiatan yang wajib Amdal yaitu :
Pembangunan Instalasi Pemgolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas
penunjangnya dengan besaran luas ≥ 2 ha dan kapasitas ≥ 11 m 3 /hari, dengan
alasan ilmiah khusus bahwa besaran tersebut setara dengan layanan untuk
100.000 orang serta dampak potensial berupa bau, gangguan kesehatan, lumpur
sisa yang tidak diolah dengan baik dan gangguan visual.
e) Ketersediaan IPLT
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006 tentang Jenis
Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, dalam bidang Pekerjaan Umum jenis
kegiatan Air Limbah Domestik terdapat tiga kegiatan yang wajib Amdal yaitu
Pembangunan Instalasi Pemgolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas
penunjangnya dengan besaran luas ≥ 2 ha dan kapasitas ≥ 11 m 3 /hari, dengan
alasan ilmiah khusus bahwa besaran tersebut setara dengan layanan untuk
100.000 orang serta dampak potensial berupa bau, gangguan kesehatan, lumpur
sisa yang tidak diolah dengan baik dan gangguan visual.
f) Timbulan Sanitasi
Pasal 20 ayat (2) huruf b Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 menyatakan
bahwa air limbah domestik yang dihasilkan dari skala rumah tangga dan usaha
dan/atau kegiatan berpotensi mencemari lingkungan. Air limbah domestik perlu
dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke media lingkungan. Limbah domestik
wajib melakukan pengolahan air limbah dome stik yang dihasilkannya.
Debit air limbah dapat dihitung berdasarkan pada konsumsi air bersih per orang
per hari. Besarnya air bersih yang akan menjadi air limbah tersebut diperkirakan
sebanyak 70% hingga 80% dari penggunaan air bersih. Estimasi debit air limbah
dapat diperoleh dengan persamaan berikut (Pratiwi, Rochma septi dan Purwanti,
Ipung fitri dalam Jurnal Teknik ITS vol. 4, no.1, 2015):
Q ave air bersih = Kebutuhan air bersih per orang x Jumlah penduduk
Q ave air limbah = (70-80%) x Qave air bersih
Qmin = 1/5 x (P/1000)0,2 x Qave
Qpeak = Qave x fpeak
𝑚3
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐴𝑟𝑒𝑎 (𝐻𝑎) 𝑥 𝑓𝑖𝑛𝑓( ℎ𝑎 ℎ𝑎𝑟𝑖)
Q ave Inf = 86400
Qpeak inf = Qave inf x fpeak inf
Perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) dan (2), sehingga
diperoleh rumusan sebagai berikut:

Timbulan Sanitasi = (70%-80%) X Jumlah Penduduk X Rata Rata Kebutuhan


Air Bersih

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


4. Jaringan Persampahan
1. Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan dari pihak pengelola dalam mengurangi dan menangani
sampah yang dibuang menurut UU Nomor 18 tahun 2008. Pengelolaan sampah
terdiri atas aspek teknis operasional pengelolaan sampah, kelembagaan, hukum
dan peraturan, pembiayaan dan serta peran masyarakat. Pengelolaan sampah
dijelaskan dalam SNI 3242-2008. Sistem pengelolaan sampah terdiri dari
pewadahan, pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan
pemrosesan. Sistem pengelolaan sampah diatur dalam Standar Nasional Indonesia
nomor 1902454-2002.
2. Aspek Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
Kegiatan operasional pengelolaan sampah menurut SNI 19-2454-2002 adalah
pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari kegiatan pewadahan sampah,
pemilahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, pengangkutan
sampah, pengolahan sampah dan pembuangan akhir sampah. Teknik operasional
pengolahan sampah bersifat terpadu dengan melakukan pemilahan sejak dari awal
sumbernya. Pengelolaan sampah B3 (Bahan berbahaya dan beracun) rumah
tangga dikelola secara khusus sesuai aturan yang berlaku. Skema teknik
operasional pengelolaan sampah dapat dilihat pada Gambar berikut ini.

Gambar E. 25 Skema Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

Sumber: SNI 19-2454-2002


Kegiatan operasional pengelolaan sampah menurut SNI 19-2454-2002 dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Pewadahan Sampah
Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu
wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah (SNI nomor 19-
2454-2002). Pewadahan sampah sesuai jenis sampah yang terpilah dapat
dibedakan menjadi sampah organik, sampah anorganik dan sampah bahan
berbahaya dan beracun (B3) (SNI nomor 19-2454-2002). Pola pewadahan
dibagi menjadi individual dan komunal. Berdasarkan letak dan kebutuhan
dalam sistem penanganan sampah, pewadahan sampah dibagi menjadi tiga
yaitu non permanen, semi permanen dan permanen (Enri Damanhuri dan Tri
Padmi, 2010).
▪ Pola Pewadahan Individual
Pewadahan Individual adalah aktivitas penanganan penampungan sampah sementara dalam
wadah khusus dan dari sampah individu. Penempatan wadah sampah individual dapat

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


diletakkan di halaman muka dan halaman belakang untuk sumber sampah dari hotel atau
restoran (SNI 19-2454-2002). Gambar dibawah merupakan contoh dari pewadahan individual.

Gambar E. 26 Pewadahan Individual

Sumber: Bayu, 2015


▪ Pola Pewadahan Komunal
Pewadahan komunal adalah aktivitas penanganan penampungan sampah sementara dalam
suatu wadah bersama baik dari berbagai sumber maupun sumber umum. Menurut SNI nomor
19-2454-2002 tentang peletakan wadah sampah komunal, di antaranya:
➢ Diletakkan sedekat mungkin dengan sumber sampah;
➢ Tidak mengganggu pemakai jalan;
➢ Di luar jalur lalu lintas pada suatu lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya;
➢ Di ujung gang kecil;
➢ Di sekitar taman dan pusat keramaian (untuk wadah sampah pejalan kaki), untuk pejalan
kaki minimal 100 m;
➢ Jarak antar wadah sampah.

Gambar E. 27 Contoh Pewadahan Komunal


Persyaratan wadah sampah menurut SNI nomor 19-2454-2002 adalah tidak mudah rusak,
kedap air, ekonomis, dan mudah dikosongkan. Penentuan ukuran volume sampah dapat
ditentukan berdasarkan jumlah penghuni tiap rumah, timbulan sampah, frekuensi
pengumpulan sampah, cara pemindahan sampah, dan sistem pelayanan. Sedangkan menurut
Enri Damanhuri dan Tri Padmi (2010) Sampah berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem
penanganan sampah, pewadahan sampah dibagi menjadi tiga yaitu non permanen, semi
permanen dan permanen yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Non Permanen
Pewadahan sampah non permanen adalah wadah sampah yang tidak selamanya
permanen, mudah dipindah-pindah dan wadah sampah ini menampung langsung dari
sumbernya seperti dari dapur rumah tangga. Wadah sampah jenis ini tidak statis, mudah
rusak dan mudah diangkat dan dibawa ke wadah penampungan yang lebih besar. Contoh
wadah sampah non permanen adalah plastik sampah (trash bag) yang biasa dijual di
pasaran.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 28 Contoh Pewadahan Non Permanen

Sumber: Fahmi, 2013


2) Semi Permanen
Pewadahan sampah semi permanen adalah tempat sampah tersebut terbuat dari bahan
plastic dan karet. Wadah sampah karet sudah sesuai dengan SNI 19-2454-2002 yakni
wadah sampah tidak mudah rusak, kedap air, ekonomis, dan mudah dikosongkan.
Wadah sampah semi permanen biasanya diletakkan diluar kantor, sekolah, rumah, tepi
jalan atau dalam ruang yang disediakan seperti di dalam apartemen bertingkat.

Gambar E. 29 Tempat Sampah Semi-Permanen


3) Permanen
Pewadahan sampah permanen adalah pewadahan yang terbuat dari konstruksi khusus
dan ditempatkan sesuai dengan sistem pengangkutan sampahnya. Jenis pewadahan ini
tempat sampah yang tidak bisa dipindahkan seperti jenis sampah non permanen dan
semi permanen. Tempat sampah ini berdiri kokoh dan tidak mudah hancur Jenis tempat
sampah ini biasanya terbuat dari batu bata ataupun beton. Peawadahan ini seharusnya
kuat dan tahan terhadap korosi, kedap air, tidak mengeluarkan bau, tidak dapat dimasuki
binatang/air hujan dan kapasitasnya sesuai dengan sampah yang akan ditampung.

Tabel E. 37 Contoh Wadah dan Penggunaannya


Umur
Jenis container Kapasitas Pelayanan Kontainer Keterangan
Kantong Plastik (10 - 40) L 1 KK 2 - 3 hari Individual
Tong 40 L 1 KK 2 - 3 tahun Maksimal pengambilan 3 hari sekali
Tong 120 L (2 - 3) KK 2 - 3 tahun Toko
Tong 140 L (4 - 6) KK 2 - 3 tahun -
Kontainer 1000 L 80 KK 2 - 3 tahun Komunal
Kontainer 500 L 40 KK 2 - 3 tahun Komunal
Pejalan
Tong (30 - 40) L 2 - 3 tahun -
kaki, taman
Sumber: SNI 19-2454-2002

Sedangkan jenis pewadahan sampah juga disesuaikan dengan sumber sampah agar
seluruh sampah yang terkumpul dapat tertampung dengan baik. Pada Tabel dibawah ini
ditunjukkan jenis wadah yang sesuai untuk masing-masing sumber sampah.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tabel E. 38 Sumber Sampah dan Jenis Pewadahannya
Sumber Sampah Jenis Pewadahan Ukuran
Kantong plastik/kertas Volume sesuai yang tersedia dipasaran
Daerah Bak sampah permanen Bervariasi
Perumahan Bin plastik/tong, dengan
Volume 40-60 L
tutup
Bin/tong sampah Volume 50-60 L
Bin plastik, dengan tutup
Volume 120-140 L
dan roda
Pasar
Gerobak sampah Volume 1,0 m3
Kontainer dari armroll Volume 6-10 m3
Bak sampah -
Kantong plastik Bervariasi
Pertokoan Bin plastik/tong Volume 50-60 L
Bin plastik, dengan roda Volume 120-140 L
Kontainer beroda Volume 1 m3
Perkantoran/hotel
Kontainer besar Volume 6-10 m3
Bin plastik/tong, yang
Tempat umum, Volume 50-60 L
dipasang permanen
jalan dan taman
Bin plastik dengan roda Volume 120-140 L
Sumber: Diktat Sampah, 2010
▪ Pemilahan Sampah
Pengertian pemilahan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum RI Nomor 03/PRT/M/2013
adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai dengan jenis. Berdasarkan
kegiatan pengelompokan sampah, sampah dapat dibedakan menjadi lima jenis antara lain:
➢ Tempat sampah B3 adalah tempat sampah bewarna merah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya dan beracun antara lain kemasan
obat serangga, kemasan oli, kemasan obat-obatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan
listrik, dan peralatan elektronik rumah tangga.
➢ Tempat sampah organik adalah tempat sampah bewarna hijau dan berasal dari
tumbuhan, hewan, dan bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk hidup lainnya
dan mikroorganisme seperti sampah makanan.
➢ Tempat sampah non-organik adalah tempat sampah bewarna kuning yang tidak berasal
dari alam antara lain kertas kardus, botol minuman, dan kaleng.

Gambar E. 30 Pewadahan Sampah


Gambar ini merupakan pewadahan sampah yang sudah dipilah antara organik, anorganik, dan
B3. Warna pewadahan sampah dibedakan yaitu organik dengan warna hijau, anorganik dengan
warna kuning, dan wadah sampah B3 dengan warna merah. Menurut Sri Wahyono (2011),
sampah perlu dipilah karena tanpa ada kegiatan pemilahan akan sulit melakukan pengolahan
karena tercampurnya sampah menyebabkan sampah yang akan diolah menjadi kotor.
▪ Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah
dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI,
No. 19-2454-2002 Tahun 2002). Pengumpulan sampah bisa dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu. Pengumpulan sampah dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan kemudian dibagi menjadi
metode dan pola pengumpulan sampah.
Pengumpulan sampah adalah proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan
sampah, juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan
langsung maupun tidak langsung (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.03/PRT/M/2013).
Pengumpulan sampah bisa dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu. Pada
proses pengumpulan sampah terdapat 5 (lima) pola yang digunakan yaitu pola individu
langsung, pola individu tidak langsung, pola komunal langsung, pola komunal tidak langsung,
dan pola penyapuan jalan (SNI, No. 19-2454-2002 Tahun 2002).
Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya mengumpulkan sampah
dari wadah individual atau dari wadah komunal (bersama) melainkan juga mengangkutnya ke
tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung (SNI 19-
2454-2002). Pengumpulan sampah adalah proses pengambilan sampah mulai dari tempat
pewadahan sampah, juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan
pengangkutan langsung maupun tidak langsung (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.03/PRT/M/2013). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengumpulan adalah aktivitas
pengambilan sampah dari tempat pewadahan sampah lalu mengangkutnya ke terminal tertentu
baik dengan pengangkutan langsung maupun tidak langsung.
Pengumpulan sampah dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan kemudian dibagi menjadi metode dan pola pengumpulan
sampah. Pada proses pengumpulan sampah terdapat 5 (lima) pola yang digunakan yaitu pola
individu langsung, pola individu tidak langsung, pola komunal langsung, pola komunal tidak
langsung, dan pola penyapuan jalan (SNI, No. 19-2454-2002 Tahun 2002). Pengumpulan
sampah dapat dilakukan oleh institusi kebersihan kota, lembaga swadaya masyarakat, swasta,
dan masyarakat (RT/RW).

Gambar E. 31 Tempat Pembuangan Sementara

Sumber: Asep, 2017


Gambar di atas merupakan tempat pembuangan sementara (TPS). TPS Pada umumnya terletak
jauh dari permukiman sehingga tidak mengganggu masyarakat sekitar. TPS yang baik adalah
TPS yang sudah melakukan pemilahan sampah.
Dalam pengumpulan sampah juga ada beberapa pola. Pola pengumpulan sampah dibagi
menjadi lima.
o Pola individual langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari sumber sampah dan
diangkut langsung ke tempat pembuangan akhir tanpa melalui kegiatan pemindahan.
Pola Langsung menjelaskan bahwa pada pola langsung proses pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan bersamaan.
Sampah dari tiap-tiap sumber sampah akan diambil. Kemudian dikumpulkan dan
langsung diangkut ke tempat pemrosesan atau ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
o Pola individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing
sumber sampah ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke tempat pembuangan
akhir. Pola individual tidak langsung pada Gambar dibawah ini merupakan pola

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


pengumpulan sampah secara tidak langsung. Sampah yang dikumpulkan dari sumber
sampah tidak langsung menuju TPA, melainkan sampah terlebih dahulu dibawa menuju
ke lokasi pemindahan atau TPS baru menuju TPA. Pola individual tidak langsung dapat
terjadi apabila jarak antara sumber sampah dengan TPA terlalu jauh.
o Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing titik
komunal dan diangkut ke lokasi pembuangan akhir. Pola pengosongan container. Pada
pola pengosongan container menunjukkan sampah di wadah komunal langsung diangkut
ke lokasi pembuangan akhir atau TPA dengan container. Kendaraan dari pool menuju
kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke pemerosesan atau TPA. Dari sana
kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju ke lokasi kedua untuk menurunkan
kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke pemerosesan. Demikian
seterusnya sampai pada rit terakhir.
o Pola komunal tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-masing
titik pewadahan komunal ke lokasi pemindahan untuk selanjutnya diangkut menuju ke
tempat pembuangan akhir.
o Pola penyapuan jalan adalah kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan,
khususnya untuk jalan protokol, lapangan parkir, lapangan rumput, dan lain-lain.
▪ Pemindahan Sampah
Pemindahan sampah merupakan tahapan untuk memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pemrosesan atau ke pembuangan akhir. Lokasi
pemindahan sampah hendaknya memudahkan bagi sarana pengumpul dan pengangkut
sampah untuk masuk dan keluar dari lokasi pemindahan, dan tidak jauh dari sumber sampah.
Pemerosesan sampah atau pemilahan sampah dapat dilakukan di lokasi ini, sehingga sarana
ini dapat berfungsi sebagai lokasi pemerosesan tingkat kawasan. Pemindahan sampah
dilakukan oleh petugas kebersihan, yang dapat dilakukan secara manual atau mekanik, atau
kombinasi misalnya pengisian kontainer dilakukan secara manual oleh petugas pengumpul,
sedangkan pengangkutan kontainer ke atas truk dilakukan secara mekanis (load haul).

Tabel E. 39 Tipe Pemindahan


No. Uraian Transfer Tipe I Transfer Tipe II Transfer Tipe III
1. Luas Lahan ≥ 200 m2 60-200 m2 10-20 m2
2. Fungsi • Tempat pertemuan • Tempat • Tempat
peralatan pengumpul pertemuan pertemuan
dan pengangkutan peralatan gerobak dan
sebelum pemindahan pengumpul dan container
• Tempat penyimpanan pengangkutan komunal
atau kebersihan sebelum
• Bengkel sederhana pemindahan
• Kantor • Tempat parkir
wilayah/pengendali gerobak
• Tempat pemilahan • Tempat pemilahan
• Tempat pengomposan
3. Daerah Pemakai Cocok untuk daerah yang Cocok untuk
mudah mendapat lahan daerah yang sulit
- mendapat lahan
kosong dan daerah
protokol
Sumber: SNI 19-2454, 2000
Tabel menjelaskan tipe-tipe yang ada pada lokasi pemindahan atau TPS. Umumnya TPS
dibedakan berdasarkan luas lahan, fungsi, dan daerah pemakai. Semakin luas lahan TPS maka
semakin kompleks fungsi TPS mulai dari tempat pertemuan gerobak dan container komunal
hingga tempat pengolahan sampah.
▪ Pengangkutan Sampah
Menurut SNI 19-2454-2002 menjelaskan bahwa pengangkutan sampah adalah kegiatan
membawa sampah dari lokasi pemindahan menuju ke tempat pembuangan akhir.
Sedangkan menurut Undang Undang No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


pengangkutan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat
pewadahan sampah sampai ke TPS atau langsung ke TPA. Banyaknya kawasan dan
fasilitas yang menghasilkan sampah menyebabkan dibutuhkannya pengetahuan tentang
sistem pengangkutan sampah dan kebutuhannya berdasarkan kapasitas. Pengangkutan
sampah umumnya dilakukan dengan mengunakan gerobak atau truk sampah yang dikelola
oleh kelompok masyarakat maupun dinas kebersihan kota (Wibowo, 2012).
Pengangkutan sampah menurut SNI 19-2454-2002 ada 2 sistem pengangkutan sampah yaitu
sistem pengumpulan individual langsung (door to door) dan sistem pemindahan di transfer depo
tipe I dan II serta pola pengangkutan.
o Sistem Pengumpulan Individu Langsung (door to door)
Pada sistem pengumpulan individu langsung (door to door) mula-mula truk pengangkut
sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk mengambil sampah.
Selanjutnya mengambil sampah pada titik-titik sumber sampah berikutnya sampai truk
penuh sesuai dengan kapasitasnya. Kemudian diangkut ke TPA sampah. Setelah
pengosongan di TPA truk menuju lokasi sampah berikutnya sampai terpenuhi ritasi yang
telah ditetapkan (SNI 19-2454-2002).
o Sistem Pengumpulan Transfer Depo
Terdapat dua sistem pengumpulan transfer depo, pertama adalah sistem pengumpulan
transfer depo tipe I dan II, kedua adalah sistem pengumpulan sampah dengan kointainer
(transfer tipe III). Pada sistem pengumpulan transfer depo tipe I dan II, kendaraan
pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi pemindahan di transfer
depo untuk mengangkut sampah ke TPA. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke
transfer depo untuk pengambilan pada ritasi berikutnya.
Sistem pengangkutan sampah dengan container dapat dibagi menjadi dua yaitu HCS dan
SCS. HCS atau Hauled container System adalah sistem pengumpulan sampah yang
wadah pengumpulannya dapat dipindah-pindah dan ikut dibawa ke tempat pembuangan
akhir. HCS merupakan sistem wadah angkut untuk daerah komersial. Stationary
container system atau SCS adalah sistem pengumpulan sampah yang wadah
pengumpulannya tidak dibawa berpindah-pindah (tetap). SCS ialah sistem wadah tinggal,
untuk melayani daerah pemukiman.
Pengangkutannya membutuhkan suatu transportasi pengangkutan atau kendaraan
pengangkut sampah. Bentuk dan standar dari transportasi pengangkutan sampah
didasarkan dengan kebutuhan dan ketentuan negara masing-masing. Berdasarkan
penggeraknya, kendaraan pengangkut sampah dibagi menjadi dua yaitu pengangkut
tradisional dan pengangkut modern. Pengangkut tradisional merupakan pengangkut yang
masih menggunakan tenaga manusia untuk menggerakannya seperti gerobak.
Pengangkut atau kendaraan modern menggunakan mesin atau motor sebagai alat
penggeraknya seperti mesin roller dan compactor truck.
▪ Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah menurut SNI 19-2454-2002 adalah kegiatan mengurangi jumlah sampah
dan mengubah bentuk sampah menjadi bermanfaat. Pengolahan sampah menurut SNI 19-
2454-2002 dibagi menjadi beberapa teknik pengolahan. Teknik-teknik pengolahan sampah
tersebut dapat berupa:
o Pengomposan
✓ Berdasarkan kapasitas (individual, komunal, dan skala lingkungan)
✓ Berdasarkan proses (alami, biologis dengan cacing, biologis dengan mikro
organisme, tambahan)
o Insinerasi yang berwawasan lingkungan
Insinerator adalah tungku pembakaran untuk mengolah limbah padat, yang
mengkonversi materi padat (sampah) menjadi materi gas, dan abu. Insinerasi merupakan
proses pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran pada temperatur lebih dari
800oC untuk mereduksi sampah mudah terbakar (combustible) yang sudah tidak dapat
didaur ulang lagi, membunuh bakteri, virus, dan kimia toksik (A. Sutowo Latief, 2012).
o Daur ulang
✓ Sampah anorganik disesuaikan dengan jenis sampah

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


✓ Menggunakan kembali sampah organik sebagai makanan ternak
o Pengurangan volume sampah dengan pencacahan atau pemadatan
o Biosifikasi (pemanfaatan energi hasil pengelohan sampah)
▪ Pemrosesan Akhir
Pemrosesan Akhir Sampah menurut Permen PU No. 3 Tahun 2013 adalah proses pengembalian
sampah dan residu hasil pengolahan sampah sebelumnya ke lingkungan secara aman.
Pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan beberapa metode, antara lain metode lahan urug
terkendali, metode lahan urug saniter, dan teknologi ramah lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang
dapat dilakukan dalam pemrosesan sampah adalah penimbunan/pemadatan, penutupan
tanah, pengolahan lindi, dan penanganan gas (Permen PU No. 3 Tahun 2013 pasal 33). Sampah
yang boleh masuk ke TPA adalah sampah rumah tangga, sampah sejenis rumah tangga, dan
residu. Limbah yang dilarang diurug di TPA adalah limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah
tangga, limbah cair dalam kategori B3 dan limbah medis. Sampah B3 harus disimpan ditempat
penyimpanan sementara (Permen PU No. 3 Tahun 2013 pasal 34).
Pemrosesan akhir dilakukan di TPA, pemrosesan akhir ini dilakukan menurut Permen PU No. 3
Tahun 2013 untuk mengembalikan sampah ke lingkungan dengan aman. SNI 19-2454-2002
tentang Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan, secara umum teknologi
pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 metode yaitu metode Open Dumping, metode
Sanitary Landfill (Lahan Urug Saniter), metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali).
o Open Dumping
Wahid Iqbal dan Nurul C. (2009: 279-280) tentang tahap pengelolaan dan pemusnahan
sampah. Open dumping adalah sistem pembuangan sampah yang dilakukan secara
terbuka dimana sampah yang dibuang tidak dikelola lebih lanjut. Sampah organik yang
tidak dikelola akan menimbulkan bau busuk dan pencemaran air tanah. Undang- Undang
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan mewajibkan pemerintah
daerah menutup TPA yang menggunakan sistem open dumping.
o Control Landfill
Control Landfill adalah pembuangan sampah pada tempat pembuangan sampah akhir
seperti halnya pada open dumping, namun di sini terdapat proses pengendalian atau
pengawasan sehingga lebih tertata. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan
pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan
permukaan TPA. Sistem control landfill merupakan peningkatan dari open dumping.
Sampah ditimbun dalam suatu TPA Sampah yang sebelumnya telah dipersiapkan secara
teratur, dibuat barisan dan lapisan setiap harinya dan dalam kurun waktu tertentu
timbunan sampah tersebut diratakan dipadatakan oleh alat berat seperti Buldozer
maupun Track Loader dan setelah rata dan padat timbunan sampah lalu ditutup oleh
tanah, pada controlled landfill timbunan sampah tidak ditutup setiap hari, biasanya lima
hari sekali atau seminggu sekali. Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan
penyediaan beberapa fasilitas diantaranya:
✓ Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan.
✓ Saluran pengumpul air lindi (leachate) dan instalasi pengolahannya.
✓ Pos pengendalian operasional.
✓ Fasilitas pengendalian gas metana.
o Sanitary Landfill
Perbedaan pengelolaan sampah dengan sistem control landfill dan sanitary landfill
terletak pada intensitas penimbunan sampahnya dengan tanah. Jika pada sanitary
landfill penimbunan sampah dengan tanah dilakukan setiap hari, penimbunan sampah
dengan tanah dilakukan hanya ketika telah mencapai periode tertentu pada sistem
control landfill. TPA dengan sistem sanitary landfill memang memerlukan investasi atau
biaya yang mahal tapi resiko pencemaran lingkungan dapat diminimalkan. Sanitary
Landfill adalah suatu sistem pengolahan sampah dengan mengandalkan areal tanah
yang terbuka dan luas dengan membuat lubang bertempat sampah dimasukkan
kelubang tersebut kemudian ditimbun, dipadatkan, diatas timbunan sampah tersebut
ditempatkan sampah lagi kemudian ditimbun kembali sampai beberapa lapisan yang
terakhir di tutup tanah setebal 60 cm atau lebih (Suryono dan Budiman, 2010).

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Lokasi yang dipergunakan dalam metode Sanitary fill biasanya jauh dari pemukiman. Hal
ini bertujuan untuk menghindarkan berbagai masalah sosial karena bau menyengat yang
dihasilkan dari pembusukan sampah. Penentuan lokasi yang jauh dari pemukiman
dilakukan agar bibit penyakit yang ada dalam sampah tidak sampai ke wilayah
pemukiman.
3. Aspek Kelembagaan
Berdasarkan SNI 3242 tahun 2008 tentang tata cara pengelolaan sampah dipermukiman
menjelaskan bahwa pengelola di permukiman harus berfokus pada peningkatan kinerja
institusi pengelola sampah, dan perkuatan fungsi regulator dan operator. Sasaran yang harus
dicapai adalah sistem dan institusi yang mampu sepenuhnya mengelola dan melayani
persampahan di lingkungan dengan mengikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan dan
retribusi atau iuran serta semaksimal mungkin melaksanakan konsep 3 R di sumber.
Sedangkan berdasarkan Dirjen Cipta Karya (2011), beberapa kondisi pengelolaan sampah
perkotaan yang berkaitan dengan aspek institusi atau kelembagaan adalah sebagai berikut:
a) Sebagian besar institusi pengelola adalah berbentuk dinas, suku dinas, seksi, sub seksi
dimana belum ada pemisahan antara operator dan regulator.
b) Struktur organisasi yang ada belum ditunjang dengan kapasitas (jumlah dan kualitas
SDM) yang memadai sesuai dengan kewenangannya.
c) Tata laksana kerja belum jelas antara bagian administrasi dan pelaksana teknis
lapangan, termasuk kewenangan penarikan retribusi serta pengalokasian anggaran
untuk pendanaan invesrasi.
d) Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara instansi terkait yang ada di lapangan.

Tabel E. 40 Bentuk Kelembagaan Pengelolaan Persampahan


No Kategori Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Bentuk Kelembagaan
1 Kota Raya (metropolitan) (>1.000.000) Perusahaan Daerah,
Kota Besar 500.000-1.000.000 Dinas tersendiri
2 Kota Sedang 250.000-500.000 Dinas tersendiri
3 Kota Sedang II 100.000-250.000 Dinas / Suku Dinas, UPTD/
PU, Seksi/ PU
4 Kota Kecil 20.000-100.000 UPTD/ PU, - Seksi/ PU
Sumber: SNI T-13-1990

Tabel di atas tentang bentuk kelembagaan pengelolaan persampahan tersebut menunjukkan


bentuk kelembagaan pengelolaan persampahan di masing-masing kategori kota. Kelembagaan
yang diharapkan dalam pengelolaan sampah adalah kelembagaan yang sesuai dengan amanat
PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, PP 41/2007 tentang Pemerintahan Daerah,
PP 23/2004 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, serta Permendagri
61/2009 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
4. Sarana dan Prasarana Sampah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Sarana adalah segala sesuatu yang dapat
dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala
sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses. Yang dimaksud
dengan sarana persampahan adalah alat pengangkut sampah sedangkan prasarana
persampahan adalah TPS (Tempat Penampungan Sementara) dan TPA (Tempat Pembuangan
Akhir). Menurut Peraturan Menteri PU No 3 Tahun 2013 Sarana dan Prasarana Sampah adalah
fasilitas dasar yang dapat menunjang terlaksananya kegiatan penanganan sampah dan juga
peralatan-peralatan yang dapat dipergunakan dalam kegiatan penanganan sampah.
Menurut Permen PU No 3 Tahun 2013 Sarana dan Prasarana persampahan, yang meliputi
sarana dalam persampahan adalah:
a) Tempat atau wadah sampah
Tempat sampah atau wadah sampah merupakan tempat pembuangan sementara
sebelum dikumpulkan oleh petugas sampah.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


b) Alat pengangkutan sampah
Alat pengangkutan sampah adalah alat untuk mengangkut sampah dari tempat sampah
sementara untuk menuju TPS maupun TPA. Dalam hal ini alat-alat yang digunakan dalam
pengangkutan sampah adalah:
• Dump truck/ tipper truck;
• Armroll truck;
• Compactor truck;
• Street sweeper vehicle;
• Trailer.
c) Pengangkutan Sampah
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan ditempat
penampungan sementara dari tempat sumber sampah ketempat pembuangan akhir.
Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang
diterapkan. pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truk container tertentu yang
dilengkapi pengepres (SNI 19-2454-2002). Menurut SNI 19-2454-2002 persyaratan alat
pengangkut sampah yaitu:
• Alat pengangkut sampah harus dilengkapi dengan penutup sampah, minimal
dengan jarring;
• Tinggi bak maksimum 1,6 m;
• Sebaiknya ada alat ungkit;
• Kapasitas disesuaikan dengan kelas jalan yang akan dilalui;
• Bak truk/dasar kontainer sebaiknya dilengkapi dengan pengaman air sampah.
d) Alat Pengumpul Sampah
Alat yang dilakukan untuk melakukan pengumpulan sampah jika topografi relatif datar
(rata-rata <5%) dapat mengunakan alat pengumpul non mesin (gerobak, becak) bagi
kondisi topografi > 5% dapat menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil
beroda dan karung.
e) Tempat Penampungan Sementara (TPS)
Menurut Peraturan Menteri PU Nomor 3 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran
ulang, pengolahan, dan atau tempat pengolahan sampah terpadu. Menurut SNI-3242-
2008, TPS memiliki beberapa klasifikasi, yaitu:
• TPS Tipe I
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan:
✓ Ruang pemilahan;
✓ Gudang;
✓ Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container;
✓ Luas lahan ± 10 - 50 m2.
• TPS Tipe II
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan:
✓ Ruang pemilahan (10 m2);
✓ Pengomposan sampah organik (200 m2);
✓ Gudang (50 m2);
✓ Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60
m2);

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


✓ luas lahan ± 60 – 200 m2.
• TPS Tipe III
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan:
✓ Ruang pemilahan (30 m2);
✓ Pengomposan sampah organik (800 m2);
✓ Gudang (100 m2);
✓ Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60
m2); dan
✓ luas lahan > 200 m2.
• TPS 3R
✓ TPS 3R memiliki persyaratan, yaitu:
➢ Luas TPS 3R, lebih besar dari 200 m2;
➢ Jenis pembangunan penampung residu/sisa pengolahan sampah di
TPS 3R bukan merupakan wadah permanen;
➢ Penempatan lokasi TPS 3R sedekat, mungkin dengan daerah
pelayanan dalam radius tidak lebih dari 1 km;
➢ TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilah, pengomposan sampah
organik, gudang, zona penyangga (buffer zone) dan tidak mengganggu
estetika serta lalu lintas;
➢ Keterlibatan aktif masyarakat dalam mengurangi dan memilah
sampah.
✓ Lokasi
➢ Luas TPS 3R bervariasi. Untuk kawasan perumahan baru (cakupan
pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPS3R dengan luas 1000 m2.
Sedangkan untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah),
diperlukan TPS 3R dengan luas 200-500 m2.
➢ TPS 3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau
tanpa proses pemilahan sampah di sumber.
➢ TPS 3R dengan luas <500 m2 hanya dapat menampung sampah
dalam keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50%.
➢ TPS 3R dengan luas <200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah
tercampur 20%, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80%.
✓ Fasilitas TPS 3R
Fasilitas TPS 3R meliputi wadah komunal, areal pemilahan, areal composting
(kompos dan kompos cair), dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain
seperti saluran drainase, air bersih, listrik, barier (pagar tanaman hidup) dan
gudang penyimpan bahan daur ulang maupun produk kompos serta
biodigester (opsional).
5. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Berdasarkan SNI 03-3241-1994 menjelaskan bahwa tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat
yang digunakan untuk mengkarantina sampah kota secara aman. Tempat pembuangan
sampah akhir (TPA) adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir
sampah, tempat menyingkirkan/mengkarantinakan sampah kota sehingga aman (SK SNI T-
111991-03).

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 32 Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Sumber: Achdi, 2016


Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, TPA biasanya ditunjang dengan sarana dan
prasarana antara lain:
a) Prasarana Jalan
Prasarana jalan sangat menentukan keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik
kondisi TPA akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga lebih efisien.
b) Prasarana Drainase
Prasarana drainase berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan
tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah.
c) Fasilitas Penerimaan
Fasilitas penerimaan berfungsi sebagai tempat pemerikasaan sampah yang datang,
pencatatan data dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini
dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA.
d) Lapisan Kedap Air
Lapisan kedap air berfungsi utnuk mencegah rembesan air lindi yang terbntuk di dasar
TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya.
e) Lapisan Pengaman Gas
Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbondioksida. Gas karbondioksida
tersebut memiliki potensi yang besar dalam proses pemanasan global. Karenanya perlu
dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarka. Untuk itu perlu dipasang pipa-
pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik tertentu.
f) Fasilitas Pengaman Lindi
Fasilitas pengaman lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang
melngandung banyak senyawa sehingga memiliki kandungan pencemar, khusunya zat
organik. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah maupun
permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik.
g) Alat Berat
Alat berat yang biasanya digunakan di TPA umumnya berupa bulldozer, excavator dan
loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam
operasionalnya.
h) Penghijauan
Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud diantaranya adalah
peningkatan estetika lingkungan sebagai buffer zone untuk pencegah bau dan lalat yang
berlebihan.
i) Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang TPA yaitu pemadam kebakaran, mesin pengasap, kesehatan dan
keselamatan kerja, serta toilet.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Adapun persyaratan umum lokasi, metode pengelolaan sampah di TPA dan kriteria pemilihan
lokasi, menurut SKSNI T-11-1991-03 adalah sebagai berikut:
a) Sudah tercakup dalam perencanaan tata ruang kota dan daerah.
b) Jenis tanah kedap air.
c) Daerah yang tidak produktif untuk pertanian.
d) Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun.
e) Tidak membahayakan / mencemarkan sumber air.
f) Jarak dari daerah pusat pelayanan maksimal 10 km.
g) Daerah yang bebas banjir.
Metode pembuangan sampah terbagi atas beberapa kategori yakni sebagai berikut:
a) Open Dumping
Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana
dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi, dibiarkan terbuka tampa
pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda
yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya (manusia, dana,
dll). Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran
lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti:
▪ Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dll;
▪ Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan;
▪ Polusi air akibat banyaknya lindi (cairan sampah) yang timbul;
▪ Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor.

Gambar E. 33 Contoh Dari Kondisi TPA Open Dumping


b) Control Landfill
Metode ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah
yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi
gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan
perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
lahan dan kestabilan permukaan TPA. Metode Control landfill dianjurkan untuk
diterapkan dikota sedang dan kecil.
Untuk dapat melaksanakan metode ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas
diantaranya:
▪ Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan;
▪ Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan;
▪ Pos pengendalian operasional;
▪ Fasilitas pengendalian gas metan;
▪ Alat berat.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 34 Contoh TPA Control Landfill

Sumber: Jeff Winke, 2013


c) Sanitary Landfill
Sanitary Landfill adalah suatu sistem pengolahan sampah dengan mengandalkan areal
tanah yang terbuka dan luas dengan membuat lubang bertempat sampah dimasukkan
kelubang tersebut kemudian ditimbun, dipadatkan, diatas timbunan sampah tersebut
ditempatkan sampah lagi kemudian ditimbun kembali sampai beberapa lapisan yang
terakhir di tutup tanah setebal 60 cm atau lebih (Suryono dan Budiman, 2010). Metode
ini merupakan metode standar yang dipakai secara Internasional dimana penutupan
sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat
diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang
cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk
kota besar dan metropolitan.
Jenis sarana moda p eng an gku ta n sampah berdasarkan Peraturan Mentri PU Nomor
3 Tahun 2013 pasal 25dapat berupa:
▪ dump truck/tipper truck;
▪ armroll truck;
▪ compactor truck;
▪ street sweeper vehicle;
▪ trailer.
Pemilihan sarana pengangkutan sampah harus mempertimbangkan:
▪ Umur teknis perjalanan;
▪ Kondisi jalan daerah operasi;
▪ Jarak tempuh;
▪ Karakteristik sampah;
▪ Daya dukung fasilitas pemeliharaan.

Gambar E. 35 Sanitary Fill

Sumber: Marty, 2013


Prasarana yang ditujukan dalam pengelolaan sampah yaitu berupa Teknologi
pengolahan sampah yang sesuai dengan (Peraturan Mentri PU No 3, 2013 ten ta ng
Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga
Dan Sejenis Sampah Rumah Tangga):

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


▪ Teknologi pengolahan secara fisik berupa pengurangan ukuran sampah,
pemadatan, pemisahan secara magnetis, masa-jenis, dan optik.
▪ Teknologi pengolahan secara kimia berupa pembubuhan bahan kimia atau bahan
lain agar memudahkan proses pengolahan selanjutnya.
▪ Teknologi pengolahan secara biologi berupa pengolahan secara aerobik dan/atau
secara anaerobik seperti proses pengomposan dan/atau biogasifikasi.
▪ Teknologi pengolahan secara termal berupa insinerasi, pirolisis dan/atau gasifikasi.
▪ Pengolahan sampah dapat pula dilakukan dengan menggunakan teknologi lain
sehingga dihasilkan bahan bakar yaitu Refused Derifed Fuel (RDF).
G. Analisa Pengembangan Sumber Daya Air
Dilakukan untuk mendapatkan bentuk dan pola perlindungan sumber daya air, kewenangan,
pola pemanfaatan, dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya air yang ada dan yang sebaiknya
dikembangkan di wilayah perencanaan.
Jenis dan kualitas air pada suatu tapak juga merupakan sumber daya visual dan rekreasi yang
penting. Akan tetapi yang lebih penting adalah pertimbangan sistem hidrologis atau tata air yang
saling berkaitan.
Pada analisis sumber daya air yang dianalisis adalah arah lintasan air. Dari sini akan ditemukan
daerah genangan, sungai, daerah puncak atau garis punggung dimana arah aliran air terpecah dan
terbentuklah pola drainase. Kondisi hidrologi merupakan gambaran tata air pada suatu wilayah yang
meliputi sungai (bentuk, pencabangan, kedalaman, daerah tangkapan hujan, debit, arus), danau
(luas, kedalaman, elevasi muka air), air tanah (kedalaman, akifer, tekanan) dan kualitas air. Kondisi
hidrologi dipengaruhi oleh topografi dan geomorfologi wilayah. Dalam analisis ini perlu diketahui
bagaimana siklus hidrologi atau siklus air yang terjadi atau bagaimana proses keseluruhan dari
proses tersebut.
a. Siklus Hidrologi
Pengertian siklus hidrologi adalah sebuah proses sirkulasi air yang mana proses tersebut
tidak pernah berhenti. Siklus ini dimulai dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke
atmosfer melalui proses tahap-tahap yang dikenal sebagai kondensasi, presipitasi,
evaporasi, dan juga transpirasi.
Untuk membentuk suatu siklus hidrologi tersebut terdapat beberapa komponen yang
harus menjadi bagian dari siklus yang tidak pernah berhenti.

Gambar E. 36 Siklus Hidrologi


Dalam siklus hidrologi sendiri terdapat beberapa proses yang menjadi bagian dari
keseluruhan siklus hidrologi yang menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan yaitu:
▪ Prestisipasi
Untuk proses ini sendiri sebenarnya dapat dikatakan sebagai salah satu proses
yang berada di tengah-tengah siklus hidrologi. Kita mungkin akan lebih familiar
dengan istilah hujan. Proses inilah yang terjadi ketika awan yang juga dikenal

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


sebagai bentuk uap dari air yang biasa kita lihat di langit. Proses ini terjadi ketika
uap air yang terkandung dalam awan tersebut terkena suhu yang tinggi sehingga
uang air berada pada keadaan jenuh yang akhirnya berubah menjadi titik-titik air
yang jatuh ke bumi.
▪ Evaporasi
Pada proses ini sendiri sebenarnya terjadi karena adanya penguapan air yang
berasal dari permukaan bumi. Air-air tersebut bisa berasal dari laut, danau, sungai,
sawah, sungai dan berbagai tempat yang terdapat air. Air yang menguap karena
panas matahari tersebut akan naik dan nantinya akan menjadi awan. Pada
dasarnya, semakin tinggi suhu matahari terutama pada musim kemarau maka
semakin banyak juga air yang menjadi uap.
▪ Intersepsi
Pada proses ini memang jarang disebutkan dalam sebuah siklus hidrologi karena
pada prosesnya proses intersepsi ini terjadi karena adanya peran tanaman yang
menyebabkan proses presipitasi tidak langsung membuat air jatuh ke tanah,
namun terlebih dahulu jatuh atau diintersepsi oleh tanaman yang pada akhirnya
membuat air hujan dari proses presipitasi tidak langsung jatuh ke tanah.
▪ Infiltrasi/Perkolasi
Selain itu ada juga proses yang disebut dengan istilah infiltrasi di mana pada proses
ini sendiri air hujan atau siklus air setelah presipitasi tidak kembali lagi ke
permukaan tanah atau laut atau permukaan di bumi lainnya yang bisa langsung
kembali ikut dalam siklus hidrologi yaitu evaporasi. Sebagian kecil air juga masuk
meresap ke pori-pori tanah dan akan menjadi air tanah sebelum akhirnya kembali
lagi ke laut untuk kembali mengalami siklus hidrologi yaitu evaporasi. Hal ini juga
sebenarnya cukup serupa dengan proses perkolasi namun dengan penjelasan yang
cukup berbeda di mana perkolasi sendiri merupakan suatu proses di mana air
mengalir ke bawah yang disebabkan oleh gravitasi yang bergerak semakin ke
bawah lapisan demi lapisan sampai ke titik jenuh dimana air berkumpul di bawah
tanah.

Gambar E. 37 Proses Siklus Hidrologi


Berikut ini adalah macam macam siklus hidrologi, diantaranya:
▪ Siklus Hidrologi Pendek
Dalam siklus hidrologi terdapat beberapa jenis siklus yang berbeda yang dibedakan
berdasarkan panjangnya siklus hidrologi yaitu siklus pendek, sedang dan juga
panjang.
Untuk siklus pendek dimulai dari air laut yang menguap menjadi gas yang
disebabkan oleh panas matahari. Selanjutnya gas tersebut mengalami kondensasi
dan membentuk awan. Untuk siklus pendek ini diakhiri dengan terjadinya hujan ke
atas permukaan laut.
▪ Siklus Hidrologi Sedang

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Untuk siklus sedang terjadi ketika air laut mulai menguap dan menjadi gas yang
disebabkan oleh panas matahari. Selanjutnya uap tersebut mengalami proses
evaporasi di mana uap karena proses ini tertiup oleh angin ke atas daratan dan
akhirnya membentuk awan. Selanjutnya dari awan tersebut turunlah hujan ke
permukaan daratan di mana air ini nantinya mengalir ke laut.
▪ Siklus Hidrologi Panjang
Hampir sama dengan siklus sedang, untuk siklus panjang ini juga diawali dengan
proses penguapan air laut menjadi gas yang disebabkan oleh matahari. Selanjutnya
uap tersebut mengalami proses sublimasi. Dari proses tersebut, terbentuklah awan
yang di dalamnya mengandung kristal es. Selanjutnya awan tersebut akan bergerak
ke darat karena tiupan angin. Proses yang terjadi selanjutnya adalah awan tersebut
akan mengalami presipitasi dan awan tersebut akan turun sebagai salju. Untuk
selanjutnya salju tersebut menjadi gletser karena akumulasi yang pada akhir
gletser itu nantinya akan mencari dan menjadi aliran sungai yang akan mengalir
kembali ke laut.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Hidrologi
Selain beberapa hal di atas, ada juga beberapa faktor yang akan mempengaruhi siklus
hidrologi. Terkadang mungkin sebuah area atau lokasi terlihat tidak mengalami siklus
hidrologi yang sempurna. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti salah satunya
adalah:
a) jarak dari sumber air yang juga akan mempengaruhi bagaimana di sebuah tempat
mungkin tidak turun hujan untuk waktu yang lama. Misalnya jarak daratan seperti
di Afrika cukup jauh dari laut yang menyebabkan daerah tersebut sering mengalami
kekeringan karena selama perjalanan awan yang tertiup angin tersebut, air akan
menguap dan tidak tersisa untuk terjadinya presipitasi.
b) Faktor lainnya juga disebabkan oleh adanya deretan pegunungan menyebabkan
awan tidak dapat melewati daerah tersebut karena harus terus naik agar bisa
melewati pegunungan tersebut. Hal ini sangat penting untuk diketahui dan juga
dapat menjelaskan mengapa di beberapa daerah siklus hidrologi tampaknya tidak
terjadi dengan sempurna.
b. Analisa Hidrologi
Data hidrologi didapat dengan melakukan pengukuran-pengukuran di lapangan (data
primer) yang didukung dengan peta-peta tematik yang tersedia maupun interpretsi dari
foto udara atau foto satelit (Landsat) sebagai data sekunder.

Gambar E. 38 Analisis Hidrologi

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


PETA HIDROLOGI
DEMOGRAFI

PETA HIDROLOGI : PENDEKATAN REKAYASA:


ZONASI KAWASAN :
• KONTUR • NERACA AIR
• KELERENGAN • POLA DRAINASE • KONSERVASI
• POLA SUNGAI • BANGUNAN AIR • TERBANGUN
• CATCHMENT AREA • KONSERVASIS.D. AIR
• KLIMATOLOGI DAN HUJAN
• JENIS TANAH
• GEOMORFOLOGI
• GEOLOGI

PENYEDIAAN:
AGRICULTURE • AIR BERSIH
AQUACULTURE
• IRIGASI

DEBIT
ARUS
ERODIBILITAS

Gambar E. 39 Analisa Hidrologi dengan SIG


Dengan menggunakan aplikasi Sistim Informasi Geografis (SIG) kondisi hidrologi dapat
dilakukan dengan melakukan integrasi data spasial (peta topografi, peta sungai, peta
curah hujan dan sebagainya) dan data atribut (debit, arus elevasi muka air, kualitas air
dan sebagainya) untuk setiap variabel hidrologi.
c. Pemeriksaan Data Hidrologi
Data yang langsung berperan dalam alokasi air adalah data debit aliran sungai.
Kenyataannya data debit aliran sungai tidak selalu dalam kondisi yang baik, ada
kemungkinan kerusakan alat atau kesalahan pencatatan yang membuat data menjadi
tidak benar. Pemeriksaan kebenaran data hidrologi dapat dilakukan secara lengkap
dengan cara menguji konsistensi dan homogenitas data. Cara sederhana untuk
memeriksa data adalah dengan memeriksa grafik data runtut waktu (time-series) dan
data variabilitas musiman. Kejanggalan yang terlihat dari kewajaran jangkauan (range)
dan fluktuasi musiman akan terlihat pada kedua jenis grafik tersebut.

Gambar E. 40 Contoh Fluktuasi Musiman Yang Wajar

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


d. Variabilitas Ketersediaan Air
Air yang tersedia pada suatu lokasi tidak pernah tetap jumlahnya melainkan selalu
berubah ubah dari waktu ke waktu. Pada musim hujan terjadi debit banjir yang besar, dan
pada musim kemarau air mengalir dengan debit aliran rendah yang kecil. Agar dapat
menyatakan ketersediaan air secara sempurna maka data debit aliran haruslah bersifat
runtut waktu (time series). Data runtut waktu inilah yang menjadi masukan utama dalam
model simulasi wilayah sungai, dan menggambarkan secara lengkap variabilitas data
debit aliran.
Untuk menyatakan ketersediaan air hanya dengan menggunakan sebuah angka, maka
angka tersebut adalah rata-rata dari data debit yang ada. Cara ini tidak memberi informasi
mengenai variabilitas data. Menyajikan data sebagai 12 angka yang menyatakan rata-
rata bulanan lebih memberikan informasi mengenai variabilitas data dalam setahun,
akan tetapi belum memberi informasi mengenai berapa debit yang dapat diandalkan.
Angka yang menunjukkan variabilitas ketersediaan air sekaligus menunjukkan seberapa
besar debit yang dapat diandalkan adalah debit andalan.
e. Debit Andalan
Debit andalan adalah debit yang dapat diandalkan untuk suatu tingkat keandalan atau
reliabilitas tertentu. Untuk keperluan irigasi biasa digunakan debit andalan dengan
reliabilitas 80% sebagaimana ditetapkan dalam Kriteria Perencanaan Irigasi (Ditjen
Pengairan, 1985). Artinya dengan kemungkinan 80% debit yang terjadi adalah lebih besar
atau sama dengan debit tersebut, atau dengan kata lain sistem irigasi boleh gagal sekali
dalam lima tahun. Untuk keperluan air minum dan industri dituntut reliabilitas yang lebih
tinggi, yaitu sekitar 90% sampai dengan 95%. Jika air sungai digunakan untuk
pembangkitan listrik tenaga air, maka diperlukan reliabilitas yang sangat tinggi, yaitu
antara 95% sampai dengan 99% (Goodman, 1984). Contoh ketersediaan air yang
dinyatakan dalam tinggi aliran rata-rata, andalan Q80% dan Q90% disajikan pada Gambar
berikut ini.
Nilai debit rata-rata, maupun debit andalan sebaiknya dihitung dari data debit
pengamatan yang cukup panjang. Permasalahan yang kerap kali terjadi adalah bahwa
data debit yang diukur tidak lengkap, yaitu banyak pengamatan yang kosong atau salah,
sehingga perlu dilakukan analisis hujan-aliran untuk melengkapi data debit yang kosong
dan memperpanjang data debit runtut waktu yang kurang panjang.
f. Keandalan Sistem
Air yang tersedia jumlahnya selalu berfluktuasi, sehingga kebutuhan air tidak selalu dapat
dipenuhi sepanjang masa. Salah satu ukuran kinerja pemenuhan kebutuhan air adalah
keandalan sistem. Jika keandalan sistem adalah R, maka resiko kegagalan (F).

F=1-R
Tingkat keandalan dapat dinyatakan dalam satuan waktu dan volume. Keandalan
menurut satuan waktu dinyatakan sebagai:
𝑛
𝑅𝑡 = 𝑥 100 %
𝑁
Dimana:
Rv : adalah keandalan waktu
n : adalah jumlah waktu kebutuhan air terpenuhi; dan
N : adalah jumlah seluruh waktu
Sedangkan tingkat keandalan menurut volume didefinisikan sebagai:
𝑣
𝑅𝑣 = 𝑥 100 %
𝑉
Dimana:
Rv : adalah keandalan menurut volume
v : adalah volume penyediaan air; dan
V : adalah volume air yang dibutuhkan.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tingkat keandalan pasokan air dapat ditingkatkan dengan:
1) Pembangunan waduk atau tampungan air. Pola pengoperasian waduk juga akan
menentukan tingkat keandalan waduk dalam memasok kebutuhan air di hilirnya.
Salah satu metode pengoperasian waduk untuk meningkatkan tingkat keandalan
adalah dengan metode hedging yang mengurangi pemasokan kebutuhan air, jika
jumlah air dalam waduk dalam kondisi minim.
2) Suplesi atau alih aliran antar Daerah Aliran Sungai (inter-basin transfer).
3) Meningkatkan kelestarian hutan pada daerah tangkapan air.
g. Perhitungan Debit Andalan
Pada dasarnya terdapat dua cara untuk menghitung debit andalan, yaitu cara plotting
position, dan cara statistik. Cara plotting position pada dilakukan dengan mengurutkan
data dari besar ke kecil, dengan urutan nomor 1 sampai dengan N. Selanjutnya masing-
masing urutan diberi nilai kemungkinan terlampaui (probability of exceedance). Plotting
position yang dianjurkan adalah cara Weibul yang memberikan probabilitas urutan ke-r
adalan r/(N+1), dan akhirnya dilakukan interpolasi untuk memperoleh Interpolasi untuk
mendapatkan probabilitas 80%, 90% dan 95%. Cara plotting position lainnya adalah
menggunakan fungsi Ms-Excel PERCENTILE, yang didasarkan atas kemungkinan P = r/N,
yang jika jumlah data semakin banyak maka hasilnya akan mendekati cara Weibul.
Cara statistik sebaiknya hanya digunakan jika data yang tersedia hanya berupa nilai rata-
rata dan simpangan baku. Dengan asumsi distribusi Normal, maka:
Q80% = xrata - 0,84 * stdev
Q90% = xrata –1,28 * stdev
Q95% = xrata - 1,64 * stdev
Perhitungan debit andalan dengan metode plotting position menghasilkan kurva durasi
aliran atau lengkung lama aliran, yang absisnya adalah probabilitas terlampaui, dan besar
aliran sebagai ordinatnya, sebagaimana disajikan pada Gambar dibawah ini. Dengan
lengkung lama aliran dapat diperoleh angka besar debit aliran untuk berbagai tingkat
keandalan.

Gambar E. 41 Contoh Lengkung Lama Aliran


h. Kebutuhan Air
Penggunaan air oleh manusia pada dasarnya dapat dibagi atas pengambilan air dan
penggunaan di tempat. Pengambilan air (withdrawal), atau offstream water use yaitu jika
dalam penggunaannya air diambil dari sumbernya (diverted), misalnya untuk irigasi dan
air minum. Sedangkan penggunaan di tempat (non-withdrawal), yaitu jika dalam
penggunaannya air tidak diambil dari sumber air, melainkan hanya digunakan di tempat
(on-site uses) misalnya untuk perhubungan, perikanan, wisata, kelestarian alam, dan
pembuangan limbah ke sungai.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Pengambilan air lebih lanjut dibagi atas :
1) Penggunaan Konsumtif
penggunaan konsumtif, air yang digunakan tidak dikembalikan lagi sebab hilang
sebagai evapotranspirasi, misalnya pada irigasi, sebagai air minum oleh manusia
dan hewan, atau diubah menjadi suatu produk pada industri minuman.
2) Penggunaan non-konsumtif
Dalam penggunaan non-konsumtif, air yang telah diambil selanjutnya hampir
seluruhnya dikembalikan lagi, misalnya listrik tenaga air, air pendingin industri, dan
air buangan irigasi (return flow). Mengenai penggunaan konsumtif ini ada juga
bagian air yang dapat digunakan kembali, misalnya infiltrasi tidak selalu berarti
kehilangan air, sebab dapat digunakan kembali pada sawah di sebelah hilirnya,
walaupun air buangan irigasi ini mungkin telah tercemar garam, pupuk dan
pestisida.
Kebutuhan Air di wilayah perencanaan terbagi atas:
1) Kebutuhan Air Rumah Tangga dan Perkotaan
Kebutuhan air rumah-tangga dan perkotaan (domestic and municipal) kerap-kali
disebut juga dengan nama air baku jika air tersebut belum diolah, dan air bersih
atau air minum jika air telah diolah dengan menggunakan Instalasi Pengolah Air.
Kebutuhan ini sangat penting untuk selalu dipenuhi, sebab kegagalan pemenuhan
kebutuhan air rumah tangga dan perkotaan dapat menimbulkan wabah penyakit
dan keresahan masyarakat.
Besarnya kebutuhan air ini bergantung pada jumlah penduduk, pola konsumsi yang
sejalan dengan naiknya tingkat kesejahteraan, serta ukuran besarnya kota, atau
desa yang dapat diasumsikan bergantung pada jumlah penduduk. Salah satu
kriteria yang dapat digunakan tercantum pada Tabel berikut, yang dapat digunakan
untuk memberi gambaran umum kebutuhan air rumah-tangga dan perkotaan.

Tabel E. 41 Kebutuhan Air Rumah Tangga dan Perkotaan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Sedangkan untuk memperkirakan kebutuhan air rumah-tangga, perkotaan dan
industri, Nippon Koei (1993) menggunakan dasar perhitungan sebagaimana pada
Tabel di bawah ini.

Tabel E. 42 Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan Dan Industri (Liter/Kapita/Hari)

2) Kebutuhan Air Industri


Kebutuhan air industri umumnya relatif konstan terhadap waktu. Dengan
meningkatnya industri, maka meningkat pula kebutuhan air industri. Survai
kebutuhan air industri diperlukan untuk menentukan rata-rata penggunaan air
pada berbagai jenis industri tertentu. Angka indeks ini kemudian dapat dikaitkan
dengan ukuran besarnya industri tersebut misalnya melalui banyaknya produk yang
dihasilkan, atau banyaknya tenaga kerja. Untuk industri yang terletak pada suatu
kawasan industri, maka dapat digunakan perkiraan kasar kebutuhan air per-
hektarnya antara 0,5 sampai dengan 2 liter/s.
3) Kebutuhan Air Pertanian
Pada pengelolaan alokasi air di wilayah sungai, data kebutuhan air irigasi dapat
diperoleh dari pengelola wilayah sungai, misalnya Dinas Pekerjaan Umum
Pengairan (DPUP) Kabupaten/ Kota, atau Dinas Sumber Daya Air Provinsi, atau
Balai dan Balai Besar Wilayah Sungai, sebagai masukan untuk pengelolaan alokasi
air. Besarnya kebutuhan air irigasi di lapangan ini dapat diperiksa kebenarannya
dengan bantuan model komputer untuk menghitung kebutuhan air irigasi,
berdasarkan parameter-parameter yang mempengaruhi, antara lain pola dan
jadwal tanam, curah hujan efektif, perkolasi, efisiensi, golongan, dan sebagainya
berdasarkan kriteria perencanaan jaringan irigasi KP01 dari Direktorat Jenderal
Pengairan (1985).
Kebutuhan air di sawah untuk padi bergantung pada faktor-faktor: penyiapan
lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi dan rembesan, pergantian lapisan air,
curah hujan efektif, dan efisiensi irigasi. Kebutuhan air di sawah ini dapat
dinyatakan dalam satuan mm/hari atau liter/s/ha.
Penyiapan lahan untuk padi
Faktor-faktor penting yang menentukan kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah:
a) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. Pada
umumnya berkisar antara 1 bulan (dengan mesin) sampai dengan 1,5 bulan.
b) Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk tanah bertekstur berat
tanpa retak-retak diambil 250 mm, dan jika tanah dibiarkan kosong atau bera
untuk waktu yang lama (lebih dari 2,5 bulan) maka kebutuhan air untuk penyiapan
lahan diperkirakan 300 mm.
Penggunaan konsumtif
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus:

𝐸𝑡𝑐 = 𝑘𝑐 × 𝐸𝑇𝑜
dimana:
Etc = evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
ET0 = evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
kc = koefisien tanaman

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Evapotranspirasi
Besarnya evapotranspirasi dapat diperoleh dari data evaporasi Pan Kelas A; dan
perhitungan Penman. Jika digunakan Pan Kelas A, maka nilai evaporasi pan harus
dikoreksi dengan koefisien pan Kp sebesar antara 0,65 sampai dengan 0,85.

𝐸𝑡𝑜 = 𝑘𝑝 × 𝐸𝑝𝑎𝑛
Koefisien Tanaman
Nilai-nilai koefisien tanaman untuk padi, sesuai dengan tahap pertumbuhannya, dan
berdasarkan metode perhitungan rumus evapotranspirasi Penman (Nedeco/Prosida atau
FAO) adalah sebagai berikut pada tabel berikut.

Tabel E. 43 Koefisien Tanaman

Perkolasi
Laju perkolasi berkisar antara 1 – 3 mm/hari, bergantung pada sifat-sifat tanahnya
apakah lempung, lanau atau pasir.
Pergantian lapisan air
Pergantian lapisan air biasa dilakukan setelah pemupukan. Pergantian lapisan air ini
pada umumnya dilakukan sebanyak dua kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari
selama ½ bulan) pada saat sebulan dan dua bulan setelah tanam.
Curah hujan efektif
Curah hujan efektif dapat diperkirakan sebesar 70 % dari curah hujan minimum tengah-
bulanan dengan periode ulang 5 tahun (R80%).

𝑅𝑒 = 0,7 × 𝑅80%
dimana:
Re = Hujan Efektif
R80% = Hujan minimum 5 tahunan

Perhitungan Kebutuhan Air Di Sawah Untuk Petak Tersier


Kebutuhan air di petak sawah dihitung sebagai berikut:

𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑡𝑐 + 𝑃 − 𝑅𝑒 + 𝑊𝐿𝑅


dimana:
NFR = kebutuhan air di sawah (Net Field Requirement)
Etc = koefisien tanaman
P = perkolasi
Re = hujan efektif
WLR = penggantian lapisan air (Water Layer Replacement)

Kebutuhan air pengambilan


Kebutuhan air pengambilan di bendung dihitung dengan menyertakan faktor efisiensi
sebagai berikut:

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


𝑁𝐹𝑅
𝐷𝑅 =
𝑒𝑓𝑓
dimana:
DR = kebutuhan air di bendung (Diversion Requirement)
NFR = kebutuhan air di sawah (Net Field Requirement)
Eff = efisiensi irigasi
Nilai efisiensi irigasi tanaman padi menurut Ditjen Pengairan (1984) berkisar antara 55%
untuk jaringan irigasi pada umumnya, dan 65 % untuk jaringan irigasi yang airnya dipasok
dari waduk. Sedangkan untuk palawija diperkirakan sekitar 50%.
4) Kebutuhan Air Peternakan
Indeks kebutuhan air untuk peternakan sebagaimana digunakan oleh Nippon Koei (1993)
adalah sebagai pada Tabel berikut.

5) Kebutuhan Air Perikanan


Perikanan dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu 1) Perikanan air tawar, yang terdiri atas air
tenang di kolam dan di sawah; perikanan air deras di saluran, dengan atau tanpa keramba,
atau di kolam; 2) Perikanan air payau atau tambak, dengan sistem tradisional dan sistem teknis
atau intensif; 3) Perikanan di danau dan waduk, secara bebas; dan dengan keramba.
Pengembangan budi daya tambak memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi. Budi daya
tambak dapat berupa tambak tradisional, semi intensif, dan intensif. Kebutuhan air tawar pada
tambak perlu dihitung dengan seksama, sebab kebutuhannya sangat besar, bahkan lebih besar
dari kebutuhan air tanaman padi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah: a)
salinitas yang diperlukan, yaitu sekitar 20 ppt; b) evaporasi, yang besarnya antara 5 - 7 mm/hari;
c) curah hujan efektif; rembesan, umumnya sekitar 1 mm/hari; dan d) efisiensi saluran
pembawa (Puslitbang Pengairan dan Delft Hydraulics, 1989).
Untuk menjaga kualitas air tambak, maka diperlukan penggantian air tawar dan air laut. Air
tawar diperlukan untuk menjaga agar salinitas tambak tetap sesuai dengan salinitas yang
dibutuhkan udang agar tumbuh secara optimal, yaitu 23 ppt.
Untuk mempertahankan volume air kolam tambak V0 agar tetap pada salinitas yang diinginkan
S0, maka diperlukan pasok air laut Qm dan pasok air tawar Qf sebagai berikut:
Qf = [(F.V0 + S)(Sm-S0)+(E-R)Sm]/(Sm-Sf)
Qm = FV0 + E -+ S - R - Qf
dimana:
Qf adalah air tawar yang diperlukan (m3/hari, dengan salinitas Sf)
Sf adalah salinitas air tawar (ppt)
Qm adalah jumlah air laut yang diperlukan m3/hari, dengan salinitas Sm)
Sm adalah salinitas air laut (ppt)
S0 adalah salinitas kolam tambak yang diinginkan (ppt)
F adalah laju pergantian air (%)
V0 adalah volume air kolam tambak
F.V0 adalah kebutuhan pergantian air (m3/hari)
S adalah rembesan/bocoran (m3/hari)
E adalah evaporasi (m3/hari)
R adalah curah hujan (m3/hari)

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Delft Hydraulics dan Puslitbang Pengairan (1989) mengungkapkan bahwa rumus tersebut di
atas tidak sensitif terhadap parameter hidrologi seperti curah hujan, evaporasi, dan rembesan.
Ternyata yang sangat menentukan adalah salinitas air tawar dan salinitas air laut, kedalaman
tambak, serta laju pergantian air. Perhitungan kebutuhan air untuk tambak berdasarkan rumus
di atas, asumsi yang digunakan serta hasilnya disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel E. 44 Kebutuhan Air Tambak

Sedangkan untuk perikanan di kolam, Nippon Koei (1993) menyarankan penggunaan indeks
kebutuhan air 7 mm/hari, yang berada sedikit dibawah kebutuhan rata-rata untuk irigasi yang
8,64 mm/hari atau 1 liter/s/ha.
6) Kebutuhan Air Lingkungan
Goodman (1984) menyatakan bahwa kebutuhan air mencakup kebutuhan untuk rumah-
tangga, perkotaan dan industri, irigasi, tenaga listrik, navigasi, serta kebutuhan air untuk
rekreasi, perikanan dan satwa liar. Kebutuhan air yang terakhir ini dapat diartikan sebagai
kebutuhan air untuk lingkungan atau pemeliharaan aliran sungai. Pedoman Studi Proyek
Pengairan PSA 01 (Ditjen Pengairan) juga telah memuat perlunya pemeliharaan aliran untuk
satwa langka.
Aliran Pemeliharaan Sungai
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai, yang telah batal demi hukum
karena induknya yaitu Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air telah
dibatalkan, menyatakan bahwa besarnya aliran pemeliharaan sungai adalah debit andalan
95%. Besarnya aliran pemeliharaan sungai ini setara ini dengan debit kering 20 tahunan, suatu
angka yang relatif kecil, namun pada wilayah sungai dengan pemanfaatan sumber daya yang
maksimal dipandang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan pengguna air lainnya.
Kelemahan pendekatan ini adalah pada sungai dengan kondisi daerah tangkapan air yang
masih alami pada umumnya memiliki fluktuasi yang relatif kecil dan akibatnya nilai Q 95%
menjadi besar mendekati Q80% dan debit rata-rata. Untuk menghindari hal ini, dapat digunakan
Metode Tennant, di mana besarnya aliran pemeliharaan dinyatakan sebagai persentase dari
debit aliran sungai rata-rata, dengan nilai persentase minimum 10% dari debit rata-rata.
i. Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Air
Neraca air menyatakan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air. Selain dinyatakan
sebagai ketersediaan air dikurangi kebutuhan air, juga lazim digunakan Indeks Pemakaian Air
(IPA) yang merupakan rasio antara pemakaian air dengan ketersediaan air. IPA ini telah umum
digunakan sebagai indikator neraca air pada DAS dan Wilayah Sungai (Ditjen Sumber Daya Air,
2003).
Dalam menghitung neraca air, perlu diperhatikan berbagai pendefinisian mengenai
ketersediaan air, yaitu apakah digunakan ketersediaan rata-rata, ketersediaan pada musim
kemarau, atau ketersediaan yang dapat diandalkan.
Banyaknya air yang tersedia dapat juga dinyatakan berlaku dalam suatu areal tertentu,
misalnya pada suatu pulau, wilayah sungai, daerah aliran sungai, dan infrastruktur sumber daya
air, misalnya bendung irigasi, di mana satuan yang kerap digunakan adalah banyaknya air yang
tersedia pada satu satuan waktu, misalnya juta meter kubik per tahun atau milimeter per hari.
Untuk pengambilan air yang terletak di bagian hulu dari DAS, neraca air sebaiknya dihitung atas
dasar ketersediaan air pada lokasi pengambilan air, bukan pada ketersediaan air di seluruh
DAS.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Pada umumnya ketersediaan air untuk neraca air dinyatakan sebagai ketersediaan air rata-rata
dalam setahun, yang memiliki kelemahan tidak memasukkan unsur variabilitas ketersediaan
air, di mana pada musim kemarau ketersediaan air akan sangat minim. Debit rata-rata tahunan
dalam meter-kubik per detik dan jumlah air dalam setahun dalam satuan milyar meter-kubik
per-tahun tidak dapat digunakan sebagai indikator kemampuan penyediaan air. Konsep yang
memasukkan unsur variabilitas dalam ketersediaan air adalah debit andalan yang dihitung
pada setiap bulan atau tengah-bulan.

Gambar E. 42 Peta Neraca Air Surplus-Defisit Pada Wilayah Sungai Di Indonesia

Gambar E. 43 Contoh Indeks Pemakaian Air Di DAS

(Sarana Bhuwana Jaya, 2005)

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 44 Contoh Debit Rata-Rata Di DAS

(Sarana Bhuwana Jaya, 2005)

Gambar E. 45 Contoh Neraca Air Di Daerah Irigasi

(Jasapatria Gunatama, 2006)

Gambar E. 46 Contoh Neraca Air Setiap Sub-DAS

(Yulistiyanto Rt.Al.., 2008)

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


j. Upaya Pengisian Air Tanah Buatan
Beberapa area pada wilayah perencanaan mengalami kekurangan air pada musim kemarau.
Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan perencanaan jangka panjang dengan upaya
pengadaan suplay air baku dengan metode pengisian air tanah buatan.
Secara sederhana, pengisian air tanah buatan (artificial recharge of ground water) adalah suatu
proses dimana air hujan atau kelebihan air permukaan diresapkan atau dimasukkan ke dalam
tanah, baik dengan menyebarkannya di permukaan, dengan menggunakan sumur resapan,
atau dengan mengubah kondisi alami untuk meningkatkan infiltrasi yang bertujuan untuk
mengisi kembali aquifer.
Hal ini mengacu pada pergerakan air melalui sistem buatan manusia dari permukaan bumi ke
lapisan aquifer di bawah tanah dimana air hujan pada saat musim hujan dapat disimpan di
dalam tanah (aquifer) agar dapat digunakan pada saat musim kemarau atau penggunaan di
waktu yang akan datang.
Resapan buatan atau pengisian air tanah buatan sering juga disebut planned recharge adalah
suatu cara menyimpan air di bawah tanah pada saat surplus, untuk memenuhi kebutuhan pada
saat kekurangan air.
Identifikasi Area Resapan
Langkah pertama dalam merencanakan skema resapan buatan adalah membatasi luas daerah
resapan. Daerah tersebut sedapat mungkin berupa daerah aliran sungai mikro (mikro
watershed) seluas 2.000 – 4.000 ha atau minimal 20 -50 ha. Pembatasan daerah harus
didasarkan pada kriteria berikut:
1) Dimana permukaan air tanah menurun akibat eksploitasi berlebihan.
2) Dimana bagian substansial dari equifer telah di-desaturasi, yaitu regenerasi air dalam
sumur dan pompa tangan yang lambat setelah air diambil.
3) Dimana ketersediaan air tanah atau air sumur tidak mencukupi terutama selama bulan-
bulan kering.
4) Dimana kualitas air tanah buruk dan tidak ada alternative sumber air lagi.
Sumber Air Untuk Resapan
Sebelum melakukan skema pengisian air tanah buatan, penting untuk terlebih dahulu
dilakukan pengkajian ketersediaan air untuk peresapan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan antara lain:
1) Curah hujan di daerah resapan.
2) Luas atap dimana air hujan dapat dikumpulkan dan dialihkan untuk pengisian air tanah
buatan.
3) Kanal dari waduk besar dimana air tersedia untuk pengisian air tanah buatan.
4) Sungai alami yang mana kelebihan airnya bisa dialihkan untuk pengisian air tanah tanpa
melanggar hak pengguna lain.
5) Air limbah perkotaan dan industri yang diolah dengan baik. Air ini hanya dapat digunakan
setelah kualitasnya dipastikan sudah memenuhi persyaratan sesuai peraturan yang
berlaku.
Curah hujan lokal di daerah resapan kemungkinan jumlahnya tidak memadai untuk pengisian
air tanah buatan. Dalam kasus-kasus seperti ini, air dari sumber lain dapat ditransmisikan ke
area resapan. Pengkajian aumber air yang akan digunakan untuk pengisian air tanah buatan
memerlukan pertimbangan beberapa faktor berikut:
1) Kuantitas air yang tersedia.
2) Periode waktu dimana sumber air tersebut dapat digunakan untuk pengisian air tanah
buatan.
3) Kualitas sumber air dan pengolahan awal yang diperlukan.
4) Sistem pengaliran air yang dibutuhkan untuk membawa air ke tempat resapan.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Metode Peresapan Air Hujan/Pengisian Air Tanah Buatan
Metode yang dapat dikembangkan untuk peresapan air hujan/pengisian air tanah buatan
adalah sebagai berikut:
1) Metode penyebaran air di permukaan tanah (surface water spreading techniques).
a) Metode Cekungan.
Metode ini dilakukan dengan cara mengisikan air yang berasal dari air hujan atau
air sungai ke suatu cekungan tanah atau kolam resapan yang luas yang secara
alami atau dibuat dengan cara pengerukan sehingga terjadi peresapan air ke dalam
tanah dalam jumlah besar.
Contohnya adalah dengan membuat embung atau dam untuk menampung
limpasan air hujan ataupun air sungai /air luberan sumur artesis yang digunakan
untuk irigasi. Embung-embung ini selain berfungsi sebagai imbuhan air, juga dapat
bermanfaat sebagai cadangan air pada saat musim kemarau.

Gambar E. 47 Contoh Embung/Dam Penampung Limpasan Air


b) Metode Parit (Furrow Method)
Dalam metode ini air yang berasal dari air hujan atau air sungai dialirkan/
didistribusikan ke dalam parit-parit kecil yang dibuat sejajar dan tidak terlalu dalam
dengan dasar yang rata.

Metode ini sama dengan yang biasa digunakan pada daerah


pertanian/perkebunan di dataran tinggi dengan sebutan sistem teras.
Beberapa sistem teras yang dapat digunakan sebagaimana gambar berikut.

Teras Kredit

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Teras Kebun

Gambar E. 48 Contoh Beberapa Sistem Teras


Teras Bangku
c) Metode Saluran Alami (Natural Channel)
Metode ini dilakukan dengan cara memanfaatkan aliran-aliran sungai yang ada
dengan membuat bendungan atau chek dam dengan tujuan untuk memperlambat
aliran air dan memperpanjang waktu kontak antara air dengan bidang peresapan
sehingga dengan demikian jumlah air yang meresap bertambah besar.
Cara ini dapat juga sebagai pengontrol banjir dan pengendali air sungai untuk
irigasi, dimana pada saat musim hujan, air yang berlimpah dapat ditampung di
bendungan datau cek dam dan menjadi cadangan air pada saat musim kemarau.

Gambar E. 49 Contoh Chek Dam


2) Metode pengisian melalui sumur galian (recharge through pits)
Cara ini digunakan apabila daerah pengisian merupakan daerah berbatu atau daerah
yang tanahnya kedap air, sehingga dengan cara penyebaran air ke permukaan tanah
secara biasa kurang efektif. Apabila lapisan tanah kedap air tersebut tidak terlalu tebal,
maka peresapan air (recharging) dapat dilakukan dengan cara menggali lubang atau
sumur sampai mecapai lapisan tanah yang lolos air. Air permukaan yang berlebihan baik
yang berasal dari air hujan atau air sungai dimasukkan ke dalam sumur tersebut sehingga
terjadi peresapan air ke dalam tanah. Pada dasar sumur dapat diisi dengan kerikil atau
koral yang dapat berfungsi sebagai penyaring endapan lumpur yang terjadi.
Cara ini dapat diterapkan di daerah perladangan, perkebunan atau daerah-daerah yang
belum padat oleh permukiman penduduk. Selain berfungsi sebagai peresapan air, juga
berfungsi untuk menyimpan air yang berlebih pada waktu musim hujan dan dapat
memperlambat aliran air limpasan hujan.

Gambar E. 50 Bagan Sumur Resapan

Sumber: Kusnaidi, 2000

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


3) Metode pengisian melalui sumur resapan (recharge shaft)
Sumur resapan adalah struktur yang paling efisien dan hemat biaya untuk mengisi ulang
aquifer secara langsung. Sumur reapan dapat di bangun di daerah dimana sumber air
tersedia baik untuk beberapa waktu maupun terus menerus.
Sumur resapan dapat dibangun dengan cara vertikal dan cara lateral.
a) Sumur resapan vertikal.
Limpahan air hujan yang tersedia dapat secara efektif diresapkan. Efektif juga
untuk air keruh dengan menggunakan inverted filter yang terdiri atas lapisan-
lapisan pasir, kerikil dan batu. Kedalaman dan diameter sumur tergantung pada
kedalaman aquifer dan volume air yang akan diresapkan dan laju peresapan
tergantung pada materi aquifer dan kandungan lumpur dalam air.

Gambar E. 51 Sumur Resapan Vertikal


b) Sumur resapan vertikal dengan pipa injeksi
Di dalam metode sumur resapan vertikal dengan pipa injeksi ini, pipa injeksi yang
digunakan berdiameter 100 – 150 mm yang di pasang di bagian bawah poros
sumur resapan menembus lapisan batas impermeable hingga aquifer potensial
yang hendak dicapai sekitar 3 – 15 meter dibawah permukaan air.

Gambar E. 52 Sumur Resapan Vertikal Dengan Pipa Injeksi


c) Sumur resapan lateral
Cara ini cocok untuk daerah dimana horizon berpasir permeable (permeable sandy
hirizon) berada dalam 3 meter di bawah permukaan tanah dan berlanjut hingga
permukaan air- dalam kondisi terbata.
Limpasan air hujan yang tersedia dapat dengan mudah diresapkan karena
penyimpanan dan potensi resapan yang besar. Air yang keruh juga dapat dengan
mudah diresapkan. Dapat dilakukan dengan cara menggali parit dengan lebar 2 –
3 meter dengan kedalaman 2 – 3 meter. Panjang parit bergantung pada volume air
yang akan diresapkan. Dapat dilakukan tanpa atau dengan pipa injeksi.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 53 Bagan Sumur Resapan Lateral
d) Pemasyarakatan Sumur Resapan
Penyimpanan air dengan menggunakan metode sumur resapan, dapat juga
dikembangkan di daerah permukiman penduduk untuk meresapkan air hujan yang
berasal dari talang-talang rumah. Kompleks perumahan di perkotaan yang memiliki
daerah atap besar dapat dimanfaatkan untuk mengumpulkan air hujan untuk
keperluan pengisian air tanah buatan.
Beberapa model implementasi sumur resapan pada kawasan permukiman adalah
sebagaimana gambar berikut.

Gambar E. 54 Sumur Resapan Pada Bangunan Bertalang

Gambar E. 55 Sumur Resapan Pada Bangunan Tidak Bertalang

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 56 Sumur Resapan Pasangan Batu Bata

Gambar E. 57 Sumur Resapan Batu Kali

Gambar E. 58 Sumur Resapan Dengan Memanfaatkan Bahu Jalan

Gambar E. 59 Sumur Resapan Dengan Memanfaatkan Bahu Jalan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


4) Metode Pengisian Melalui Sumur Injeksi (recharge through injection wells)
Sumur injeksi adalah sumur yang digunakan untuk memasukkan atau meresapkan air
permukaan ke dalam lapisan tanah / akuifer tidak tertekan (di atas lapisan kedap air).
Konstruksi sumur kurang lebih sama dengan sumur pompa, hanya arah alirannya
merupakan kebalikannya. Jika air dimasukkan ke dalam sumur injeksi, maka akan
terbentuk rembesan ke dalam tanah yang daerah rembesannya berbentuk kerucut (cone
of recharge). Air yang dimasukkan adalah air yang baik yang bebas polutan dan bebas dari
kekeruhan/padatan tersuspensi agar tidak terjadi penyumbatan.

Gambar E. 60 Mekanisme Pengisian Air Tanah Buatan Dengan Sumur Injeksi


H. Analisa Transportasi
1) Ketersediaan
Ketersediaan jalan di wilayah kabupaten dapat dilihat berdasarkan kriteria dalam UU
Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan serta PP nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan,
jaringan jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan dan terbagi atas:
 Jalan Arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna;
 Jalan Kolektor, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi;
 Jalan Lokal, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi;
 Jalan Lingkungan, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jaringan jalan merupakan prasarana yang penting guna mendukung kelancaran aktivitas
perekonomian wilayah, maupun sebagai salah satu pendukung sistem perangkutan
wilayah dalam menghubungkan wilayah satu dengan wilayah yang lain.
Dalam penganalisaan terhadap transportasi jalan raya dibedakan berdasarkan fungsi
jalan dan berdasarkan volumenya saat ini yang disesuaikan dengan klasifikasi jalan
menurut Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985, yaitu dibedakan menjadi:
a) Menurut Fungsi
▪ Jalan Primer, yaitu:
 Menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi dalam satuan wilayah
pengembangan yang menghubungkan secara terus menerus kota
jenjang ke satu, kota jenjang ke dua dan kota jenjang dibawahnya
sampai ke persil.
 Menghubungkan kota jenjang ke satu dengan kota jenjang ke satu
antar satuan wilayah pengembangan.
b) Menurut Volume
▪ Arteri Primer

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Menghubungkan kota jenjang ke satu yang terletak berdampingan atau
menghubungkan kota jenjang kesatu dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Didesign berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 Km/jam
dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter.
 Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.
 Jumlah jalan masuk ke arteri primer secara efesien dan design
sedemikian rupa sehingga ketentuan sebagaimana yang dimaksud
dalam ayat 1 dan ayat 2 tetap terpenuhi.
 Persimpangan pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu
harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
1 dan ayat 2.
 Tidak terputus walaupun memasuki kota/perkotaan.
▪ Kolektor Primer
Menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang kedua atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga, dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
 Didesign berdasarkan kecepatan rata-rata paling rendah 40 Km/jam.
 Mempunyai kapasitas yang sama atau lebih besar dari volume lalu
lintas rata-rata.
 Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan
sebagaimana ayat a dan ayat b masih terpenuhi.
 Tidak terputus walaupun memasuki kawasan kota/perkotaan.
▪ Lokal Primer
 Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang jedua dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang ketiga.
 Jalan tidak kurang dari 3,5 meter.
 Batas luas Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja) yang diukur dari as
jalan tidak kurang dari 4 meter.
2) Perkiraan Peningkatan Fungsi Jaringan Jalan antar Kota/Perkotaan
Dari pengelompokkan diatas, jaringan jalan dapat dibagi dan dikembangkan berdasarkan
klasifikasi tersebut serta atas dasar layanan aksesibilitas jalan penghubung bagi besaran
hirarki pusat kegiatan pada kota dan perkotaan yang ada, dimana hubungan keduanya
akan dijelaskan seperti gambar hasil sintesis berbagai kebijakan berikut.

Gambar E. 61 Matriks Hubungan Antara Simpul dan Fungsi Jalan

(UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan, PP 34 Tahun 2006 tentang Jalan dan PP 26 Tahun 2008
tentang RTRWN)

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Kabupaten PACITAN PKW
Kota MADIUN PKW
Kabupaten PAMEKASAN PKW
Kabupaten SUMENEP PKW
Kabupaten PASURUAN PKL
Kabupaten PROBOLINGGO PKL
Kabupaten LUMAJANG PKL
Kabupaten MALANG Dari matriks
PKL di atas dapat ditentukan rekomendasi peningkatan fungsi jaringan jalan
penghubung PKL
Kabupaten BLITAR antar kota / perkotaan di jawa timur sesuai dengan klasifikasi hirarki sistem
perkotaannyaPKLmelalui perbandingan standart aksesibilitas dan rencana hirarki sistem perkotaan
Kabupaten KEDIRI
Kabupaten NGANJUK PKL di atas) dengan kondisi fungsi jalan saat ini sesuai matriks berikut.
(sesuai matriks
Kabupaten JOMBANG PKL
Kabupaten MADIUN PKLHirarki Perkotaan PKN PWK PWL
Kabupaten NGAWI PKL PKN
Kabupaten MAGETAN PKL PKW
Kabupaten PONOROGO PKL PKL
Kabupaten SITUBONDO PKL PPK
Kabupaten BONDOWOSO PKL
Kabupaten SAMPANG Keterangan:
PKL

Keterangan : Jaringan Jalan Arteri (sesuai Peraturan dan Kebijakan)


Jaringan Jalan Kolektor (sesuai Peraturan dan Kebijakan)
Jaringan Jalan Lokal (sesuai Peraturan dan Kebijakan)
⌂ Eksisting Penetapan Jaringan Jalan Arteri
□ Eksisting Penetapan Jaringan Jalan Kolektor
○ Eksisting Penetapan Jaringan Jalan Lokal
Ꙙ Jalan Tol
Bentuk Ketidaksesuaian

Dari Hasil analisis di atas, maka dapat direkomendasikan beberapa ruas jalan yang perlu
ditingkatkan fungsinya.
a) Konektivitas
Model penggunaan tanah dan transportasi dalam hal ini mempunyai hubungan yang sangat
erat sekali dan merupakan dasar-dasar penting dalam perencanaan tata guna tanah dan sistem
transportasi dalam hal ini meliput:
Model Aksesibilitas (Daya Hubung)
Menunjukkkan suatu sistem untuk melakukan hubungan dengan tempat lainnya dalam suatu
tata ruang kegiatan. Daya hubung ini merupakan kemampuan transportasi yang dinyatakan
dalam jarak geografis, waktu tempuh, biaya perjalanan dan kenyamanan dalam perjalanan.
Daya hubung ini dinyatakan sebagai berikut :
S ( j)
A(i,j) = x
D (i. j )
Dimana :
A (ij) = Daya hubung relatif I ke j
S (j) = daya tarik total j, yang merupakan fungsi j
D (i,j) = Jarak i ke j
x = Derajat jarak yang diperoleh dari studi empiris
Dari analisis ini dapat diketahui tempat - tempat (lokasi - lokasi) yang mempunyai daya hubung
tinggi merupakan potensi bagi kegiatan yang bersifat produktif karena adanya keuntungan
lokasi, mempunyai nilai dan harga tanah yang lebih tinggi dan intensitas penggunaan ruangnya
tinggi dalam perencanaan tanah kota dimasa akan datang.
Model Analisis Tingkat Kemudahan Pencapaian
Pada prinsipnya penggunaan model analisis ini adalah untuk mengetahui seberapa mudahnya
suatu tempat (lokasi) dicapai dari lokasi yang lain.
Teknik analisisnya adalah sebagai berikut :
KFT
A =
d
Dimana:
A = Nilai aksesibilitas

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


K = Kontruksi jalan (aspal/perkerasan/tanah)
F = Fungsi jalan (arteri/kolektor/lokal)
T = Kondisi jalan (baik/sedang/buruk)
d = Jarak (waktu/geografis/ongkos)
I. Analisa Ekonomi
Analisis perekonomian wilayah menyediakan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan
kondisi eksisting wilayah pengembangan, baik menyangkut besaran PDRB dan
pertumbuhannya, komoditi yang mempunyai keunggulan komparatif, aspek ketenagakerjaan
yang menjadi faktor kunci input produksi, dampaknya terhadap pendapatan masyarakat
maupun multiplier efek yang ditimbulkan terutama bagi perekonomian daerah.
a) Analisis LQ
Analisis Location Quotient (LQ) merupakan cara permulaan untuk mengetahui
kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu, metoda analisis ini memberi
gambaran awal tentang kemampuan daerah-daerah yang bersangkutan dalam sektor
yang diamati (Warpani, 1984:68). Menurut Mappadjanti (1992), metoda analisis LQ
digunakan untuk mengetahui sejauhmana tingkat spesialisasi sektor-sektor suatu
kabupaten atau sektor apa yang merupakan sektor basis atau leading sector.
Pada dasarnya metoda ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu
sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama di daerah yang
lebih luas, perbandingan tersebut jika dinyatakan secara matematis, yakni:
Si / N i S / S
LQ = = i
S / N Ni / N

Keterangan :
LQ = Besarnya kuotien lokasi kegiatan basis
Si = Jumlah variabel kegiatan i di daerah penelitian
S =  Jumlah variabel kegiatan i di seluruh wilayah studi
Ni =  jumlah seluruh variabel di daerah penelitian
N =  jumlah seluruh variabel di seluruh wilayah studi
Jika rasio lebih besar dari 1 (LQ > 1) menunjukkan kegiatan ekspor atau basis dan jika
LQ = 1 menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu untuk mencukupi kebutuhannya
sendiri dan bila LQ < 1 menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhannya sendiri dan cenderung untuk impor. Dari hasil tersebut, bila LQ
> 1 diberikan tanda positif (+) dan bila LQ = 1 diberikan tanda positif (+) dan bila LQ < 1
maka diberikan tanda negatif (-). Analisis ini mengasumsikan kondisi untuk kurun waktu
3-10 tahun.
b) Analisa Growth-Share
1. Growth
Growth untuk melihat tingkat pertumbuhan produktivitas dari tahun ke tahun.
Rumus:
Growth = Tn – Tn-1 x 100
Tn-1
Keterangan:
Tn = Jumlah produksi tahun ke-n
Tn-1 = Jumlah produksi tahun awal
Dari hasil tersebut (growth 1 dan growth 2) dirata-rata. Hasil dari rata-rata diatas
kemudian data dan hasilnya dijadikan standart bagi rata-rata produksi lain. Tanda
positif (+) dinyatakan bahwa produksi tersebut berpotensi dan tanda negatif
dianggap bahwa produksi tersebut kurang berpotensi.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


2. Share
Share membantu mengkarakteristikan struktur ekonomi berbagai wilayah.
Rumus: Share= NP1 x 100%
NP2
Keterangan:
NP1 = Nilai produksi komoditi a di satu desa
NP2 = Nilai produksi komoditis a di seluruh wilayah studi
Dari hasil tersebut, bila share > 1 diberi nilai 3 dan bila share = 1 maka diberi nilai
2 dan bila share < 1 diberi nilai 1. Untuk menyatakan kontribusi yang diberikan itu
besar atau tidak adalah dengan melihat ketentuan berikut: bila share yang diberi
nilai 2 dan diberi tanda (+) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan besar dan bila
Share diberi nilai 1 maka diberi tanda (-) dan dinyatakan kontribusi yang diberikan
kecil (rendah). Nilai 2 dinyatakan memiliki kontribusi yang besar dengan asumsi
bahwa perkembangan berikutnya akan mengalami peningkatan atau dalam kurun
waktu 3 tahun kontribusi yang diberikan tetap atau dalam artian tidak mengalami
peningkatan dan penurunan.
3. Growth-Share
Hasil growth share dapat diagramkan sebagai berikut:
Growth (+)

Sektor Dominan Sektor Unggulan

(-) (+) Share

Sektor Statis Sektor Potensial

(-)

Gambar E. 62 Diagram Growth & Share


Dari hasil diagram diatas menunjukkan bahwa: jika suatu sektor/komoditas
memiliki pertumbuhan yang cukup tinggi (+) dan kontribusi yang diberikan cukup
besar (+) maka disebut sektor unggulan dan sektor ini dijadikan base sektor suatu
wilayah.
Jika suatu sektor/komoditas memiliki growth (-) dan share (+) maka disebut
dengan sektor/komoditas potensial, dimana sektor/komoditas tersebut nantinya
mampu dijadikan base sektor dalam waktu yang panjang.
Jika sektor/komoditas memiliki growth (+) dan share (-) maka disebut dengan
sektor/komoditas dominan yang nantinya mampu menjadi base sektor dengan
adanya perlakuan-perlakuan khusus. Dan jika sektor/komoditas tersebut memiliki
growth (-) dan share (-) maka sektor/komoditas ini disebut dengan
sektor/komoditas statis dimana nantinya dapat dijadikan sebagai
sektor/komoditas dominan dengan perlakuan khusus dan upaya diversifikasi
komoditas dan sebagainya.
c) Analisis Shiftshare
Analisis Shift-share merupakan suatu analisis dengan metode yang sederhana dan sering
dilakukan oleh praktisi dan pembuat keputusan baik lokal maupun regional di seluruh
dunia untuk menetapkan target industri/sektor dan menganalisis dampak ekonomi.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Analisis Shiftshare memungkinkan pelaku analisis untuk dapat mengidentifikasi
keunggulan daerahnya dan menganalisis industri/sektor yang menjadi dasar
perekonomian daerah.
Analisis Shift-share juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui
perubahan dan pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun
lokal. Analisis Shift-share menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah
dibandingkan dengan perekonomian nasional. Bila suatu daerah memperoleh kemajuan
sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka akan dapat
ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain
itu, laju pertumbuhan sektorsektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju
pertumbuhan perekonomian nasional beserta sektor-sektornya. Kemudian dilakukan
analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil dari perbandingan tersebut.
Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut keunggulan kompetitif dari suatu sektor
dalam wilayah tersebut (Soepono, 1993:44).
Analisis Shift-share dikembangkan oleh Daniel B. Creamer (1943). Analisis ini digunakan
untuk menganalisis perubahan ekonomi (misalnya pertumbuhan atau perlambatan
pertumbuhan) suatu variabel regional sektor/industri dalam suatu daerah. Variabel atau
data yang dapat digunakan dalam analisis adalah tenaga kerja atau kesempatan kerja,
nilai tambah, pendapatan, Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB), jumlah
penduduk, dan variabel lain dalam kurun waktu tertentu. Dalam analisis Shift-share,
perubahan ekonomi ditentukan oleh tiga komponen sebagai berikut.
1. pertumbuhan ekonomi nasional (national growth)
2. bauran industri (industry mix)
3. regional share.
1. Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi
Ri = Perubahan PDRB Provinsi / PDRB Tahun Awal Provinsi
ri = Perubahan PDRB Kab/Kota / PDRB Tahun Awal Kab/Kota
2. Nilai Komponen Pertumbuhan Nasional (PN)
PN = Ri x PDRB Tahun awal
a. Sektor ekonomi dengan kontribusi PN terkecil mengindikasikan bahwa
sektor tersebut sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan
nasional, yang berarti bahwa apabila terjadi perubahan kebijakan
nasional maka kontribusi sektor tersebut beserta subsektornya akan
mengalami penurunan.
b. Sektor ekonomi dengan kontribusi PN terbesar berarti bahwa sektor
tersebut tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap perubahan
kebijakan nasional.
3. Nilai Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
PPij = (Ri sektor i – Ri Provinsi) x PDRB Tahun Awal Kab/Kota
Keterangan:
a. PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya
lambat.
b. PPij > 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah j pertumbuhannya cepat.
4. Nilai Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
PPWij = (ri sektor i x Ri sektor i) x PDRB Tahun Awal Kab/Kota
Keterangan:
a. PPWij > 0, berarti sektor/wilayah j mempunyai daya saing yang baik
dibandingkan dengan seltor/wilayah lainnya untuk sektor i.
b. PPWij < 0, berarti sektor i pada wilayah j tidak dapat bersaing dengan baik
apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


5. Nilai Pertumbuhan Bersih (PB)
Pbij = Ppij – PPWij
Keterangan:
a. Pbij > 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk kedalam
kelompok progresif (maju).
b. Pbij < 0 maka pertumbuhan sektor i pada wilayah j termasuk lamban.
J. Analisa Kesenjangan Wilayah
A. Indeks Gini
Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan distribusi pendapatan
dalam suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung luas daerah atau garis diagonal
(kemerataan sempurna) dengan kurva Lorenz dibandingkan dengan luas total dari
separuh bujur sangkar dimana kurva lorenz tersebut berada (Arsyad Lincolin, 2010).
Pada Gambar E.63 koefisien Gini ditunjukkan oleh perbandingan antara daerah A (luas
daerah yang dilengkapi dengan garis kemerataan sempurna dan kurva Lorenz) dengan
segitiga BCD. Koefisien Gini diambil dari nama ahli statistik Italia yang bernama C. Gini
yang pertama kali menemukan rumus tersebut pada tahun 1912.

Gambar E. 63 Perkiraan Koefisien Gini


Rumus Gini Ratio:
n
KG= Σ (Xi+1- Xi)(Yi +Yi+1) ....................................................................(2.1)
i=1
Atau
n
KG= Σ fi (Yi+1+ Yi) ………....................................................................(2.2)
i=1

Dimana:
KG = Angka Koefisien Gini
Xi = Proporsi jumlah rumah tangga komulatif dalam kelas i
fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam kelas i
Yi = Proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas i
Pengukuran tingkat ketimpangan atau ketidakmerataan pendapatan yang relatif sangat
sederhana pada suatu negara dapat diperoleh dengan menghitung rasio bidang yang
terletak antara garis diaogonal dan kurva lorenz dibagi dengan luas separuh bidang
dimana kurva lorenz itu berada. Rasio inilah yang dikenal sebagai rasio konsentrasi Gini
(Gini Concentration Ratio) yang seringkali disingkat dengan istilah koefisien Gini (Gini
Coefficient).
Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan
(pendapatan/kesejahteraan) agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar
antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna) (Haris
Munandar,2000). Berikut nilai koefisien indeks Gini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tabel E. 45 Nilai Koefisien Indeks Gini
z Distribusi Pendapatan
1 2
X=0 Merata Sempurna
0 < x < 0,4 Tingkat ketimpangan rendah
0,4 < x < 0,5 Tingkat ketimpangan sedang
0,5 < x < 1 Tingkat ketimpangan tinggi
X=1 Tidak merata sempurna
(dikuasai oleh satu pihak)
B. Hipotesis Kuznets
Menurut (Kuznets dalam Djojohadikusumo, 1994:57) pertumbuhan regional selalu
dibarengi dengan adanya ketimpangan antar wilayah di dalamnya. Pada awal
pembangunan ketimpangan ekonomi akan cenderung tinggi, namun pada akhirnya
ketimpangan ekonomi akan berkurang pada akhir pembangunan ekonomi sehingga
hipotesis Kuznets tersebut sering disebut kurva “U” terbalik.

Gambar E. 64 Hipotesis Kuznets


Simon Kuznet menemukan adanya suatu relasi antara kesenjangan pendapatan dan
tingkat pendapatan per kapita yang berbentuk U terbalik (Kuncoro, 2004). Pada awal
proses pembangunan ketimpangan pendapatan bertambah besar sebagai akibat dari
proses urbanisasi dan industrialisasi. Namun setelah itu pada tingkat pembangunan yang
lebih tinggi atau akhir dari proses pembangunan, ketimpangan menurun yakni pada saat
sektor industri sudah dapat menyerap sebagian tenaga kerja yang datang dari pedesaan
(sektor pertanian) atau pada saat pangsa pertanian lebih kecil di dalam produksi dan
penciptaan pendapatan.
C. Indeks Williamson
Beberapa kritik terhadap konsep kestabilan dan keseimbangan, munculah beberapa
konsep kesenjangan (disparitas) pendapatan antar wilayah yang dikemukakan oleh
Williamson (1940-an) yang menekankan pada dua variabel yang berpengaruh, yaitu
jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Raharjo Adisasmita,
2013).
Teori disparitas pendapatan wilayah dikemukakan oleh Jeffrey G. Williamson yang
mengenali distribusi pendapatan dan pertumbuhan ekonomi pada tingkat regional
(wilayah) disuatu negara, ternyata dijumpai dalam suatu negara terdapat suatu wilayah
berpendapatan per kapita tinggi yang selalu diikuti oleh sekelompok wilayah
berpendapatan perkapita menengah dan rendah. Bila perbedaan antara yang
berpendapatan per kapita tinggi dan yang rendah sangat besar, berarti terjadi
ketimpangan (disparitas) pendapatan yang tinggi. Dijumpai pula bahwa dalam tahap awal
pembangunan, pertumbuhan ekonomi nampak lebih merata di antara wilayah-wilayah,
tetapi dalam tahap lebih lanjut pertumbuhan ekonomi antar wilayah menampakkan
perbedaan yang semakin bertambah besar, yang berarti disparitas pendapatan antar
wilayah bertambah besar.
Williamson, mengemukakan empat faktor yang mendasari disparitas pendapatan antar
wilayah (Adisasmita Raharjo, 2013) yaitu: (a) sumberdaya alam yang dimiliki, (b)
perpindahan tenaga kerja, (c) perpindahan modal, dan (d) kebijakan pemerintah.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Berbeda dengan Gini Rasio yang lazim digunakan dalam mengukur distribusi
pendapatan, Williamson Indeks menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
perkapita sebagai data dasar. Alasannya jelas karena yang diperbandingkan adalah
tingkat pembangunan antar wilayah dan bukan tingkat kemakmuran antar kelompok.
Adapun formulasi Indeks Williamson (Sjafrizal, 2008) adalah sebagai berikut:

n
Vw = Σ (yi - y)2(fi/n) 0<Vw<1 ...........................................................................(2.3)
i=1

Dimana :
yi = PDRB perkapita daerah i
y = PDRB perkapita rata-rata seluruh daerah
fi = jumlah penduduk daerah i
n = jumlah penduduk seluruh daerah

Tabel E. 46 Perbedaan Indeks Williamson, dan Indeks Gini


No Kriteria Indek Williamson Indeks Gini
Tujuan • Mengukur tingkat • Suatu ukuran yang singkat mengenai
kesenjangan pendapatan derajat ketidakmerataan distribusi
antar daerah (Adisasmita pendapatan dalam suatu negara dapat
Raharjo, 2013) diperoleh dengan menghitung luas
• Mengukur ketimpangan daerah atau garis diagonal (kemerataan
pembangunan antar sempurna) dengan kurva Lorenz
wilayah (Sjafrizal,2008) dibandingkan dengan luas total dari
separuh bujur sangkar dimana kurva
lorenz tersebut berada (Arsyad
Lincolin,2010)
• Ukuran ketidakmerataan atau
ketimpangan
(pendapatan/kesejahteraan) agregat
(secara keseluruhan) yang angkanya
berkisar antara nol (pemerataan
sempurna) hingga satu (ketimpangan
yang sempurna) (Munandar Haris, 2000)
Variabel Produk Domestik Regional Jumlah rumah tangga dan tingkat
Bruto (PDRB) dan penduduk pendapatan. (Arsyad Lincolin,2010)
(Adisasmita Raharjo, 2013).
Formula n
Vw = Σ (yi - y)2(fi/n)
i=1

0<Vw<1

Dimana:
yi = PDRB perkapita daerah i
y = PDRB perkapita rata-rata
seluruh daerah
fi = jumlah penduduk daerah i
n = jumlah penduduk seluruh
n
daerah KG= Σ (Xi+1- Xi)(Yi +Yi+1)
(Sjafrizal,2008) i=1

Atau
n
KG= Σ fi (Yi+1+ Yi)
i=1

Dimana:
KG = Angka Koefisien Gini

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


No Kriteria Indek Williamson Indeks Gini
Xi = Proporsi jumlah rumah tangga komulatif
dalam kelas i
fi = Proporsi jumlah rumah tangga dalam
kelas i
Yi = Proporsi jumlah pendapatan rumah
tangga kumulatif dalam kelas i
(Arsyad Lincolin,2010)
Interpretasi Bila Vwmendekati 1 (satu) Koefisien Gini merupakan ukuran
berarti sangat timpang dan ketidakmerataan agregat dan nilainya
bila Vwmenedkati o (nol) terletak antara 0 (kemerataan sempurna)
berarti sangat merata. sampai 1 (ketidakmerataan sempurna).
(Sjafrizal,2008) (Arsyad Lincolin,2010)
Negara dengan ketimpangan pendapatan
dikalangan penduduknya dikenal tajam
berkisar antara (0,50 hingga 0,70).
Sedangkan negara-negara dengan distribusi
pendapatan yang relatif baik (paling merata)
berkisar antara 0,20-0,35). (Munandar Haris,
2000)
Kelemahan Sensitif terhadap definisi
wilayah yang digunakan dalam
perhitungan. Bila ukuran
wilayah yang digunakan
berbeda, maka hal ini akan
berpengaruh pada hasil
perhitungan indeks
keteimpangan.
(Sjafrizal,2008)
K. Analisis Pendanaan/Pembiayaan
Analisis pembiayaan pembangunan dilakukan untuk mengidentifikasi besar pembelanjaan
pembangunan, alokasi dana terpakai, dan sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang
terdiri dari:
1. Pendapatan asli daerah;
2. Pendanaan dari pemerintah provinsi;
3. Investasi swasta dan masyarakat;
4. Bantuan dan pinjaman luar negeri; dan
5. Sumber-sumber pembiayaan lainnya.
 Analisa Keuangan Kabupaten Teluk Wondama
Dalam era otonomi daerah tentunya ada harapan besar bagi daerah-daearh untuk
mengembangkan potensi yang ada pada daerah-daerahnya masing-masing.
Pengembangan potensi daerah tentunya memerlukan adanya dana pembiayan yang
tidak kalah pentingnya. Eforia yang ada dewasa ini adalah pemerintah daerah berlomba-
lomba untuk mendapatkan penerimaan daerah yang pada akhirnya ternyata malah
mematikan iklim investasi daerahnya, karena investor dibebani banyak pungutan yang
mengakibatkan biaya tinggi.
Ruang fiskal (fiscal space) merupakan konsep untuk mengukur fleksibilitas yang dimiliki
Pemda dalam mengalokasikan APBD untuk membiayai kegiatan yang menjadi prioritas
daerah. Semakin besar ruang fiskal yang dimiliki suatu daerah, maka akan semakin besar
pula fleksibilitas yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengalokasikan belanjanya
pada kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas daerah, misal: pembangunan infrastruktur
daerah.
Ruang fiskal daerah diperoleh dengan menghitung total Pendapatan Daerah dikurangi
dengan pendapatan hibah, pendapatan yang sudah ditentukan penggunaannya
(earmarked) yaitu DAK, Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian serta Dana

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Darurat, dan belanja yang sifatnya mengikat, yaitu Belanja Pegawai dan Belanja Bunga,
dan selanjutnya dibagi dengan total pendapatannya.
Berdasarkan indeks Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten/kota, daerah kabupaten/kota
dikelompokkan dalam 5 (lima) kategori Kapasitas Fiskal Daerah sebagai berikut:

Perhitungan indeks Kapasitas Fiskal Daerah / IKFD Kabupaten Teluk Wondama dihitung
dengan cara membagi Kapasitas Fiskal Daerah kabupaten tersebut dengan rata-rata
Kapasitas Fiskal Daerah seluruh kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Timur.
 Analisa Potensi Sumber Pendanaan
Analisa potensi sumber pendanaan di Kabupaten Teluk Wondama dilakukan dengan
menganalisa kemampuan sumber-sumber pendanaan dengan mengacu pada diagram
berikut ini.

SUMBER
PENDANAAN PAD

Ruang Fiskal
Pendapatan Daerah
DAK

Investasi
(Pembentukan Modal Tetap Brutto)

Primer
Penanaman Modal
(Realisasi Investasi) Sekunder (Industri)

Tersier

L. Analisis Kelembagaan
Analisis kelembagaan dilakukan untuk memahami kapasitas pemerintah kabupaten dalam
menyelenggarakan pembangunan yang mencakup struktur organisasi dan tata laksana
pemerintahan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana kerja, produk-produk pengaturan
serta organisasi nonpemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat dengan menggunakan
diagram.
Penyelenggaraan penataan ruang diselenggarakan dengan memperpadukan berbagai
kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.
Sehingga dalam perpaduan berbagai kepentingan diperlukan penguatan fungsi koordinasi
sebagai upaya untuk meningkatkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan penataan ruang. Koordinasi penyelenggaraan penataan ruang dilakukan
melalui koordinasi dalam satu wilayah administrasi, koordinasi antar daerah, dan koordinasi
antar tingkatan pemerintahan.
Jenis dan mekanisme koordinasi:
1. Koordinasi dalam satu wilayah administrasi merupakan koordinasi antar instansi dalam
masing-masing wilayah administrasi.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


2. Koordinasi antar daerah merupakan koordinasi yang dilaksanakan oleh lebih dari satu
daerah provinsi atau kabupaten/kota.
3. Koordinasi antar tingkatan pemerintahan merupakan koordinasi antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah serta antara Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah
Daerah kabupaten/kota.
Dalam PP No.21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, diamanatkan bahwa
“Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota menjalankan fungsi koordinasi melalui Forum Penataan
Ruang (FPR) dan rapat koordinasi. Forum Penataan merupakan wadah koordinasi pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan penataan ruang.”
Menteri mendelegasikan pembentukan Forum Penataan Ruang di tingkat provinsi kepada
gubernur dan di tingkat kabupaten/kota kepada bupati/wali kota. Gubernur, bupati, dan wali
kota melaporkan kinerja Forum Penataan Ruang di daerah secara berkala kepada Menteri.

Forum Penataan Ruang

BUPATI
MENTERI GUBERNUR
WALIKOTA

Gambar E. 65 Bagan Mekanisme Forum Penataan Ruang

Forum Penataan Ruang bertugas untuk membantu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dengan memberikan masukan dan pertimbangan dalam Pelaksanaan Penataan Ruang.
Forum Penataan Ruang berdasarkan wilayah kerjanya terdiri atas:
1. Forum Penataan Ruang pusat.
▪ Pembentukan FPR ditingkat pusat ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
▪ Anggota FPR pusat terdiri atas perwakilan dari kementerian/lembaga terkait
Penataan Ruang, asosiasi profesi, asosiasi akademisi, dan tokoh Masyarakat
2. Forum Penataan Ruang provinsi.
▪ Pembentukan FPR ditingkat provinsi ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.
▪ Anggota FPR provinsi terdiri atas instansi vertikal bidang tata ruang dan
pertanahan, perangkat daerah, asosiasi profesi, akademisi, dan tokoh masyarakat
3. Forum Penataan Ruang kabupaten/kota.
▪ Pembentukan FPR ditingkat kabupaten/kota ditetapkan dengan Keputusan
Bupati/Walikota.
▪ Anggota FPR kabupaten/kota terdiri atas instansi vertikal bidang tata ruang dan
pertanahan, perangkat daerah, asosiasi profesi, akademisi, dan tokoh masyarakat.
Anggota FPR yang berasal dari unsur asosiasi profesi, akademisi, dan tokoh masyarakat harus
memiliki pemahaman terhadap:
1. kondisi dan permasalahan pembangunan setempat;
2. potensi pengembangan wilayah setempat;
3. kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


FORUM PENATAAN RUANG

Kementerian /Lembaga
Asosiasi Profesi Akademisi Tokoh Masyarakat
dan Perangkat Daerah

asosiasi profesi yang


Ex-Officio terkait dengan rumpun PTS / PTN Pemerhati Lingkungan
keilmuan perencanaan
wilayah dan kota

Pelaku Usaha

Gambar E. 66 Bagan Anggota Forum Penataan Ruang

Kementerian yang menyelenggarakan


urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembangunan nasional

Kementerian yang menyelenggarakan


urusan pemerintahan di bidang tata
ruang

KETUA : Kementerian yang menyelenggarakan


Dirjen Tata Ruang urusan pemerintahan dalam negeri

WAKIL KETUA : Unsur Kementerian yang menyelenggarakan


Perwakilan Asosiasi Kementerian/Lembaga : urusan pemerintahan di bidang energi
atau Akademisi 7 pejabat tinggi madya dan sumber daya mineral
FPR PUSAT
SEKRETARIS : kementerian yang menyelenggarakan
Sekretaris Dirjen Tata urusan pemerintahan di bidang
Ruang pertanian

Kementerian yang menyelenggarakan


ANGGOTA : urusan pemerintahan di bidang
kehutanan dan lingkungan hidup;

SEKRETARIS Kementerian yang menyelenggarakan


Sekretariat FPR
FPR urusan pemerintahan di bidang kelautan

unsur asosiasi profesi,


Anggota FPR yang dipandang asosiasi akademisi, dan 8 Orang
memiliki kompetensi terkait tokoh masyarakat
dengan substansi yang
dibahas dalam kelompok kerja

Kelompok Kerja
Unsur pemerintah dan unsur
masyarakat yang dipandang
memiliki kompetensi terkait
dengan substansi yang
dibahas dalam kelompok
kerja.

Gambar E. 67 Bagan Struktur Organisasi Forum Penataan Ruang Pusat

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Gambar E. 68 Bagan Struktur Organisasi Forum Penataan Ruang Provinsi

Gambar E. 69 Bagan Struktur Organisasi Forum Penataan Ruang Kabupaten/Kota

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Forum Penataan Ruang Pusat memiliki tugas:
1. Aspek Perencanaan Tata Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan penyiapan kebijakan penataan ruang nasional;
b. Memberikan pertimbangan pengintegrasian perencanaan tata ruang matra darat
dan laut;
c. Memberikan pertimbangan pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional dan
kawasan strategis nasional;
d. Memberi pertimbangan tentang hal-hal strategis secara nasional yang perlu
menjadi pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang di level nasional;
e. Memberikan pertimbangan terhadap masalahmasalah yang berpotensi
terjadi/perlu diantisipasi di bidang tata ruang;
f. Mengikuti pelaksanaan konsultasi publik; dan
g. Mengikuti pembahasan konsep rencana tata ruang di tingkat nasional dan
rancangan peraturannya.
2. Aspek Pemanfaatan Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan pelaksanaan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang untuk kegiatan berusaha atau kegiatan nonberusaha
b. Memberikan pertimbangan pelaksanaan rekomendasi Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang
c. Memberikan pertimbangan pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
secara terpadu sebagai dasar bagi kebijakan pengembangan tata ruang wilayah
nasional dan kawasan yang dijabarkan dalam program pembangunan sektor dan
program pembangunan di daerah
d. Memberikan pertimbangan terhadap penyelesaian konflik pemanfaatan ruang.
e. Memberikan pertimbangan terhadap konsep sinkronisasi pemanfaatan ruang
wilayah nasional.
3. Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul
dalam penyelenggaraan penataan ruang, baik di tingkat nasional maupun daerah,
dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;
b. Memberikan pertimbangan pemantauan pelaksanaan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan pemanfaatkan hasil pemantauan tersebut untuk
penyempurnaan Rencana Tata Ruang;
c. Memberikan pertimbangan penyelesaian sengketa penataan ruang sebagai akibat
adanya perbedaan kebijakan pengaturan antar pemerintah daerah provinsi;
d. Memberikan pertimbangan penyelesaian sengketa penataan ruang sebegai akibat
adanya perbedaan kebijakan pengaturan antar pemerintah daerah provinsi dan
pemerintah daerah kabupaten/kota.
Forum Penataan Ruang Provinsi memiliki tugas:
1. Aspek Perencanaan Tata Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan penyusunan rencana tata ruang provinsi;
b. Memberikan pertimbangan pengintegrasian muatan rencana tata ruang provinsi
dengan pengaturan wilayah perairan pesisir; dan
c. Memberikan pertimbangan penguatan peran masyarakat dalam penyusunan
rencana tata ruang wilayah provinsi melalui pelaksanaan penjaringan opini publik,

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


forum diskusi, dan Konsultasi Publik yang meliputi atau mewakili kondisi seluruh
wilayah provinsi.
2. Aspek Pemanfaatan Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan pemanfaatan ruang di daerah provinsi, dan di
daerah kabupaten/kota dalam hal diperlukan;
b. Memberikan pertimbangan pelaksanaan sinkronisasi program pemanfaatan ruang
dengan menyelaraskan indikasi program utama dengan program sektoral dan
kewilayahan; dan
c. Memberikan pertimbangan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
untuk kegiatan berusaha dan kegiatan nonberusaha.
3. Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan bentuk dan mekanisme pemberian insentif dan
disinsentif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang daerah provinsi;
b. Memberikan pertimbangan tindakan sanksi atas pelanggaran pemanfaatan ruang
dan/atau kerusakan fungsi lingkungan;
c. Memberikan pertimbangan penyelesaian sengketa penataan ruang sebagai akibat
adanya perbedaan kebijakan pengaturan antar pemerintah daerah
kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
Forum Penataan Ruang Kabupaten memiliki tugas:
1. Aspek Perencanaan Tata Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan peninjauan kembali peraturan kepala daerah
kabupaten/kota tentang RDTR akibat adanya perubahan kebijakan nasional yang
bersifat strategis;
b. Memberikan pertimbangan penyusunan rencana tata ruang kabupaten/kota;
c. Memberikan pertimbangan pelibatan peran masyarakat dalam penyusunan
rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota melalui pelaksanaan penjaringan opini
publik, forum diskusi, dan Konsultasi Publik yang meliputi atau mewakili kondisi
seluruh wilayah kabupaten/kota.
2. Aspek Pemanfaatan Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan penanganan dan penyelesaian permasalahan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan pemanfaatan ruang di kabupaten/kota dalam
hal diperlukan;
b. Memberikan pertimbangan persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
untuk kegiatan berusaha dan kegiatan nonberusaha.
3. Aspek Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Meliputi:
a. Memberikan pertimbangan penetapan bentuk dan mekanisme pemberian insentif
dan disinsentif dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang daerah kabupaten/kota;
b. Memberikan pertimbangan penyelesaian sengketa penataan ruang sebagai akibat
adanya perbedaan kebijakan pengaturan antar instansi pemerintah dalam 1 (satu)
kabupaten/kota;
c. Memberikan pertimbangan penetapan tindakan sanksi atas pelanggaran
pemanfaatan ruang dan/atau kerusakan fungsi lingkungan.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tata Kerja FPR
1. FPR melaksanakan rapat koordinasi secara berkala sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam 6 (enam) bulan.
2. FPR dapat melaksanakan rapat koordinasi lebih dari 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan
untuk merumuskan pertimbangan terhadap permasalahan penataan ruang.
3. Rapat koordinasi dapat dilaksanakan atas insiatif FPR atau atas permintaan Menteri,
gubernur, bupati, atau wali kota sesuai dengan kewenangannya.
4. Rapat koordinasi dipimpin oleh ketua Forum Penataan Ruang.
Rumusan pertimbangan FPR
1. Sedapat mungkin diputuskan melalui musyawarah untuk mufakat.
Dilakukan setelah seluruh anggota diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat
serta saran, dan dipandang cukup untuk diterima oleh rapat sebagai sumbangan
pendapat dan pemikiran bagi penyelesaian masalah yang sedang dimusyawarahkan
Keputusan berdasarkan mufakat adalah sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri
lebih dari setengah jumlah anggota Forum Penataan Ruang (kuorum) dan disetujui oleh
semua anggota yang hadir
2. Apabila musyawarah tidak mencapai mufakat, keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak yang dilakukan setelah seluruh anggota diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat serta saran, dan dipandang cukup untuk diterima oleh rapat
sebagai sumbangan pendapat dan pemikiran bagi penyelesaian masalah yang sedang
dimusyawarahkan melalui tahapan:
a. Perumusan alternatif rekomendasi;
b. Pengambilan suara secara terbuka.
c. Pengesahan hasil pengambilan suara oleh pimpinan rapat.
3. Rekomendasi Forum Penataan Ruang diserahkan kepada Menteri, gubernur, dan/atau
wali kota secara tertulis.
4. Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota dapat mengambil keputusan yang berbeda
dengan rekomendasi FPR yang disertai dengan penjelasan keputusan tersebut.
5. Rekomendasi FPR dapat dipublikasikan berdasarkan kesepakatan Forum Penataan
Ruang.
M. Analisis Perwilayahan
a) Clusterisasi wilayah
Pengenalan tipologi wilayah dari sudut pandang ekonomi sangat penting dalam
menyusun strategi pengembangan wilayah, pendekatan penanganan daerah dengan
kondisi pertumbuhan ekonomi yang tumbuh dengan pesat akan sangat berbeda dengan
penanganan daerah yang kondisi pertumbuhan ekonominya rendah dan cenderung
stagnan. Jika dicermati lebih spesifik, Daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi relatif
rendah dan cenderung stagnan ternyata tidak sepenuhnya menunjukan bahwa daerah
tersebut tidak memiliki potensi ekonomi unggulan dan strategis.
Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Pendekatan
untuk mengenali tipologi wilayah secara ekonomi dilakukan dengan menggunakan teori
Klassen. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator
utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Melalui
analisis ini diperoleh empat karateristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang
berbeda, yaitu: daerah cepat-maju dan cepat-tumbuh (high growth and high income),
daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high
growth but income), dan daerah relatif tertinggal. Kriteria yang digunakan untuk membagi
sektor kabupaten adalah sebagai berikut:
 Daerah Maju & Cepat Tumbuh apabila pendapatan perkapita (yi>y) dan
pertumbuhan PDRB daerah lebih besar dari rata-rata Kabupaten (gi>g);

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


 Daerah Maju Tapi Tertekan apabila pendapatan perkapita lebih besar dari rata-rata
provinsi (yi>y) sedangkan pertumbuhan PDRB daerah lebih kacil dari rata-rata
Kabupaten (gi<g);
 Daerah Berkembang Cepat apabila pendapatan perkapita lebih kecil dari rata-rata
provinsi (yi<y) sedangkan pertumbuhan PDRB daerah lebih besar dari rata-rata
Kabupaten (gi>g);
 Daerah Relatif Tertinggal apabila pendapatan perkapita (yi<y) dan pertumbuhan
PDRB daerah lebih kecil dari rata-rata Kabupaten (gi<g).
Dikatakan “tinggi” apabila indikator di suatu kabupaten/kota lebih tinggi
dibandingkan rata-rata seluruh distrik di Kabupaten x dan digolongkan “rendah” apabila
indikator di suatu distrik lebih rendah dibandingkan rata-rata seluruh kabupaten/kota di
Kabupaten x.

Gambar E. 70 Kuadran Hipotesa Klassen


b) Pengembangan sector unggulan wilayah
Metoda Analisis yang digunakan dalam penetapan sektor unggulan adalah:
 Metoda LQ;
 Multiplier effect; dan
 Analisis Potensi pasar menggunakan dua variabel, yakni harga komoditi dan Nilai
Value added yang diasumsikan sebagai selisih antara harga lokal dan Nasional.
Sedangkan pengembangan komoditi unggulan merupakan penjabaran lebih lanjut dari
pengembangan agribisnis perikanan skala kabupaten sehingga metoda yang digunakan
sama dengan yang digunakan pada pengembangan agribisnis holistik.

2 PENYUSUNAN PETA
Penyusunan Peta dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten dilakukan dengan
menggunakan software Sistem Informasi Geografis (SIG). Penggunaan SIG dalam pemetaaan tata
ruang telah dilakukan sejak lama dan semakin berkembang hingga saat ini. Dalam perkembangannya
tersebut terdapat penyempurnaan-penyempurnaan yang berujung pada Peraturan Menteri
ATR/Kepala BPN Nomor 14 Tahun 2021 Pedoman Penyusunan Basis Data Dan Penyajian Peta
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, dan Kota, Serta Peta Rencana Detail Tata Ruang
Kabupaten/Kota.

3 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)


Dalam istilah asing, SIG dikenal juga dengan nama Geographycal Information System (GIS) yang
diartikan sebagai suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan,
memangggil kembali, mengolah, menganalisis, menghasilkan, dan mempublikasikan data
bereferensi geografis atau data geospatial untuk mendukung pengambilan keputusan. SIG dapat
diperguna kan untuk kepentingan perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber daya
alam, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum lainnya. Kemampuan inilah yang
membedakan SIG dengan sistem informasi lainnya yang membuatnya menjadi lebih berguna untuk
berbagai kalangan dalam menjelaskan kejadian, merencana kan strategi, dan memprediksi, serta
memberi solusi dari masalah yang terjadi.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Secara umum dapat disimpulkan bahwa SIG merupakan pengelolaan data geografis yang
didasarkan pada kerja komputer (mesin). Secara khusus, keunggulan SIG antara lain sebagai berikut:
1. Memetakan Letak
Berbagai fenomena di permukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa lapisan
(layer) dengan setiap lapisannya merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang
memiliki kesamaan. Sebagai contoh, dari data dasar citra satelit suatu negara dapat
dibuat layer-layer (tema), seperti layer negara bagian, jaringan transportasi, dan
persebaran kota. Layer-layer ini kemudian disatukan dan disesuaikan dengan urutannya.
Setiap data pada setiap layer dapat dicari untuk kemudian dilihat posisinya dalam
keseluruhan peta. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk mencari di mana
letak suatu daerah, benda, atau fenomena lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat
digunakan, seperti untuk mencari lokasi rumah, mencari rute jalan, dan mencari tempat-
tempat lainnya yang ada di peta. Orang dapat menganalisis kecenderungan pola-pola
yang mungkin akan muncul dengan melihat penyebaran letak-letak gejala, seperti
sekolah, rumah sakit, pasar, daerah kumuh, dan gejala-gejala lainnya.
2. Memetakan Kuantitas
Memetakan kuantitas berhubungan dengan jumlah dan penyebarannya. Penyebaran
kuantitas tersebut dapat menjadi petunjuk untuk mencari tempat-tempat yang sesuai
dengan kriteria yang diinginkan dan digunakan untuk pengambilan keputusan, ataupun
juga untuk mencari asosiasi dari masing-masing tempat tersebut. Pemetaan ini akan
lebih memudahkan pengamatan terhadap data statistik dibanding dengan database
biasa. Sebagai contoh, sebuah perusahaan pakaian seragam anak Sekolah Dasar (SD)
yang akan menyebarkan brosurnya akan terbantu dengan mengetahui daerah-daerah
mana yang memiliki banyak keluarga dengan anak usia sekolah dan memiliki pendapatan
yang tinggi.
3. Memetakan Kerapatan
Data kerapatan atau kepadatan suatu fenomena di permukaan bumi perlu dipetakan. Hal
tersebut dimaksudkan agar para pengguna lebih cepat dan lebih mudah memahaminya.
Peta kepadatan dapat mengubah bentuk konsentrasi ke dalam unit-unit yang lebih
sederhana untuk dipahami, seperti membagi dalam kotak-kotak selebar 5 km2 dengan
menggunakan perbedaan warna atau simbol tertentu untuk menandai tiap-tiap kelas
kerapatan.
Pemetaan kerapatan sangat berguna untuk data yang berjumlah besar, seperti sensus
atau hasil survei massal di suatu daerah. Melalui cara seperti ini, orang akan lebih mudah
melihat daerah mana yang kepadatan penduduknya tinggi dan daerah mana yang
kepadatan penduduknya rendah.
4. Memetakan Perubahan
Dengan memasukkan variabel waktu, SIG dapat dibuat untuk peta sejarah. Peta sejarah
ini dapat digunakan untuk memperkirakan kondisi yang akan datang dan dapat pula
digunakan untuk evaluasi suatu kebijaksanaan tertentu. Misalnya, pemetaan jalur yang
dilalui bencana badai dapat digunakan untuk memprediksi ke mana nantinya arah badai
tersebut dan bagaimana perubahan lahan akibat badai tersebut. Contoh yang lain,
seorang manajer pemasaran barang tertentu dapat melihat perbandingan peta penjualan
sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan promosi untuk melihat efektivitas hasil
promosinya.
5. Memetakan Rasio yang Ada di Dalam dan di Luar Suatu Area
SIG digunakan juga untuk memonitor proses yang terjadi dan keputusan apa yang tepat
diambil dengan memerhatikan peta penyebaran fenomena yang ada di suatu area dan
apa yang ada di luar area. Misalnya, SIG dapat dimanfaatkan dalam perencanaan lokasi
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Penentuan lokasi tersebut harus memerhatikan
jarak antara PLTN dan sekolah (di luar area), serta jalan dan sirene (di dalam area) dalam
radius tertentu. Peta ini digunakan sebagai dasar rencana apabila terjadi keadaan
darurat
Pada SIG terdapat 3 (tiga) fitur utama yang mewakili bagaimana sebuah obyek digambarkan
dalam sebuah peta. Tiga fitur utama tersebut digambarkan secara terpisah pada sebuah layer. Artinya
pada satu layer hanya dapat memuat satu jenis fitur saja. Fitur-fitur tersebut adalah:

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


 Fitur Titik (Poin)
Fitur titik digunakan untuk menggambar obyek yang pada skala tertentu tidak dapat
digambarkan sebagai area luasan atau sebagai simbol dari sebuah obyek tertentu. Layer yang
memuat fitur ini disepakati untuk digunakan akhiran _PT pada penamaan layernya.
 Fitur Garis (Line)
Fitur garis digunakan untuk menggambar obyek memanjang (missal jalan, sungai, dll) yang pada
skala tertentu tidak dapat digambarkan sebagai area luasan. Layer yang memuat fitur ini
disepakati untuk digunakan akhiran _LN pada penamaan layernya.
 Fitur Luasan (Polygon)
Fitur luasa digunakan untuk menggambar obyek yang pada skala tertentu dapat digambarkan
sebagai area luasan. Layer yang memuat fitur ini disepakati untuk digunakan akhiran _AR pada
penamaan layernya.
Pada penyusunan peta RTRW sebuah obyek dapat digambarkan sebagai poligon apabila
memiliki ketebalan lebih besar atau sama dengan 25 meter. Artinya luas minimal yang dapat
digambarkan sebagai poligon adalah seluas 625 meter persegi.

4 ATURAN TOPOLOGI
Topologi merupakan ketentuan yang terkait dengan hubungan antar objek-obyek spasial berupa
titik, garis maupun area dari suatu unsur geografis. Topologi diperlukan untuk mengelola geometri
dari objek-objek spasial yang digunakan bersama (shared geometry) serta untuk menjaga integritas
data.
Tahapan pengecekan topologi dilaksanakan dengan memperhatikan ketentuan sebagai
berikut:
a) Melakukan pembentukan topologi (topology build) sesuai dengan topological rules yang
ditetapkan. Pembentukan topologi secara iteratif mencakup topologi dalam satu unsur
maupun topologi antar unsur dari geometri titik dan garis.
No Entitas Geometri Aturan Topologi
1 Titik (Jembatan & Toponim Must Be Disjoint

Must Not Overlap Must Not


Intersect Must Not Self-Intersect
Must Not Self-Overlap
Garis (Batas, Transportasi, Perairan, Garis Must Not Have Pseudo Nodes Must Be
2
Pantai, Kontur) Single Part
Must Not Have Dangles Must Be
Covered By

Poligon (Bangunan, Transportasi, Must Not Overlap Must Not Have


3
Perairan, Penutup Lahan Gaps

5 PROSES PENYUSUNAN PETA RTRW KABUPATEN


Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten proses penyusunan peta terdiri atas tiga
tahapan, yaitu:
1. Penyusunan Peta Dasar
2. Penyusunan Peta Tematik
3. Penyusuanan Peta Rencana
Setiap tahap penyusuan tersebut memiliki karakteristik pengerjaan yang berbeda. Karakteristik
tersebut berdasarkan kepentingan dalam tiap tahap penyusunan peta. Standar yang digunakan
dalam tiap tahapan pun memiliki perbedaan yang cukup berarti. Meski demikian, tahapan-tahapan
penyusunan tersebut harus dilakukan secara berurutan dari tahap pertama hingga terakhir. Artinya
sebelum tahap awal telah diselesaikan maka penyusunan tahap selanjutnya tidak akan dapat
dilakukan dengan benar.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


6 PENYUSUNAN PETA DASAR
Pada pekerjaan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dibutuhkan sebuah peta
dasar yang telah terverivikasi oleh badan yang berwenang, dalam hal ini adalah Badan Informasi
Geospasial (BIG). Peta dasar untuk penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) meliputi
beberapa tema/layer berikut:
1. Batas Administrasi, meliputi:
a. Fitur garis sebagai representasi dari garis batas administrasi hingga tingkat desa
b. Fitur poligon sebagai representasi dari wilayah administrasi hingga tingkat desa
2. Transportasi, meliputi:
a. Fitur garis sebagai representasi dari jaringan jalan dengan lebar kurang dari 25
meter
b. Fitur poligon sebagai representasi dari jaringan jalan dengan lebar lebih dari 25
meter
3. Perairan
a. Fitur garis sebagai representasi dari sungai dengan lebar kurang dari 25 meter
b. Fitur poligon sebagai representasi dari sungai/embung/waduk dengan lebar lebih
dari 25 meter
4. Kontur, berupa fitur garis sebagai representasi dari interval kontur
5. Penutup Lahan, berupa fitur poligon sebagai representasi dari penutup lahan
6. Toponim, berupa fitur titik sebagai representasi dari keterangan obyek
Sumber data adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan peta dasar.
Penggunaan sumber data yang salah akan berakibat pada nutu peta dasar yang disusun. Sumber
data yang digunakan untuk penyusunan peta dasar RTRW adalah:
1. Citra satelit resolusi Menengah
Spesifikasi citra satelit yang dapat digunakan untuk pembuatan peta dasar RTRW Kabupaten
adalah:
1) Resolusi Spasial
Citra satelit resolusi tinggi yang digunakan memiliki resolusi spasial lebih baik dari ≤ 15
meter.
2) Informasi Parameter Orbit
Harus dilengkapi dengan informasi parameter orbit satelit dan parameter sensor (dapat
berupa parameter fisik orbit dan parameter fisik sensor atau RPC)
3) Tahun akuisisi data
Tahun akuisisi citra satelit resolusi tinggi direkomendasikan tidak boleh lebih lama dari 2
tahun, dengan mempertimbangkan kondisi perkembangan daerah dan ketersediaan
data.
4) Jenis Data
Belum dilakukan koreksi geometrik, orthorektifikasi, atau mosaik.
5) Sudut pengambilan
Sudut pengambilan pada saat akuisisi data adalah sebesar ≤ 20° pada saat kondisi nadir
(tegak lurus terhadap bumi), dalam hal tidak tersedia data tersebut maka sudut
pengambilan maksimal adalah sebesar ≤ 30°.
6) Tutupan Awan
Tutupan Awan direkomendasikan sebesar ≤10 % per scene dan Dalam hal keterbatasan
data Citra maka tutupan awan boleh sebesar ≤ 10% dari AOI (Area of Interest). Awan tidak
boleh menutupi objek-objek penting seperti Fasilitas sosial, fasilitas umum, perkantoran
pemerintah, kawasan industri, dll. Tutupan Awan diluar ketentuan di atas maka akan
dianalisis lebih lanjut oleh Tim Teknis BIG.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


7 PETA RUPA BUMI INDONESIA
Peta rupa bumi yang dipakai minimal menggunakan peta rupa bumi yang dikeluarkan oleh
Badan Informasi Geospasial. Peta Rupa Bumi Indonesia bisa didapatkan secata bersurat
kepada Badan Informasi Geospasial atau mengunduh dari situs yang direkomendasikan.

8 PENYUSUNAN PETA TEMATIK


Peta tematik adalah kumpulan peta eksisting dari berbagai sektor untuk dapat dijadikan bahan
referensi dalam proses perencanaan, sebagai bahan dalam melakukan analisis spasial, dan sebagai
informasi tambahan yang dipandang perlu untuk disajikan. Banyaknya peta tematik tergantung
tipologi wilayah yang bersangkutan dan kelengkapan data yang dimiliki. Adakalanya sebuah peta
tematik adalah hasil pengolahan dari peta tematik yang lain. Macam peta tematik yang sebaiknya
terpenuhi adalah:
1. Peta Jaringan Prasarana Eksisting, meliputi
a. Jaringan Transportasi
b. Jaringan Energi
c. Jaringan Transportasi
d. Jaringan Drainase
e. Jaringan Air Minum
f. Jaringan Sistem Pengolahan Air Limbah
g. Jaringan Persampahan
2. Peta Kependudukan
3. Peta Pertanahan
4. Jaringan Sumber Air, meliputi
a. Jaringan Irigasi
b. Sumber Mata Air
5. Sumber Daya Tanah
6. Topografi
7. Kemiringan Lereng
8. Klimatologi
9. Kebencanaan
10. Kehutanan
11. Cekungan Air Tanah
12. Pertahanan
13. Penggunaan Lahan
Yang tidak kalah penting dan harus diperhatikan pada peta tematik ini adalah sumber data yang
valid karena sangat mempengaruhi hasil analisis untuk merumuskan peta rencana.

9 PENYUSUNAN PETA RENCANA


Analisis-analisis spasial pada peta tematik menghasilkan rencana-rencana spasial pada
Rencana Tata Ruang Wilayah. Peta-peta rencana tersebut kemudian disusun dan disiapkan dalam
sebuah basis data sesuai dengan Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 14 Tahun 2021. Pada
Peraturan Menteri tersebut telah diatur mengenai format basis data dan format penyajiannya.
Format basis data Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten telah disusun sebagai template
basis data berformat geodatabase (gdb). Pada format basis data tersebut sudah disiapka layer-layer
kosong dengan format data tertentu untuk kemudian load data yang diinginkan. Untuk Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten, basis data Rencana yang harus disiapkan adalah sebagaimana gambar
berikut:

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Atribut peta sesuai dengan format basis data di atas adalah sebagai berikut:
1. Tabel Atribut Peta Rencana Struktur Ruang RTRW Kabupaten
Tabel Atribut peta rencana Struktur Ruang pada RTRW Kabupaten disusun dengan format
tertentu berisikan paling sedikit informasi mengenai nama objek, orde 1, orde 2, orde 3, orde
4, jenis rencana Struktur Ruang, status jaringan infrastruktur, catatan, dan sumber data.
Format penyajian beserta contoh pengisian Tabel Atribut adalah sebagaimana tabel di bawah
ini.

Tabel E. 47 Tabel Format Atribut Peta Rencana Struktur Ruang dan Contoh Pengisiannya

2. Tabel Atribut Peta Rencana Pola Ruang RTRW Kabupaten


Tabel Atribut peta rencana Pola Ruang pada RTRW Kabupaten meliputi peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan fungsi budi daya yang disusun dengan format tertentu berisikan paling
sedikit informasi mengenai nama objek, orde 1, orde 2, orde 3, orde 4, kode kawasan, jenis
rencana Pola Ruang, wilayah administrasi kabupaten, wilayah administrasi distrik, ketentuan
khusus, catatan, dan luas area.

Tabel E. 48 Tabel Format Atribut Peta Rencana Pola Ruang dan Contoh Pengisiannya

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


3. Tabel Atribut Peta Penetapan Kawasan Strategis RTRW Kabupaten
Tabel Atribut Peta Penetapan Kawasan Strategis RTRW Kabupaten memuat rencana penetapan
Kawasan Strategis yang disusun dengan format tertentu berisikan paling sedikit informasi
mengenai nama objek, wilayah administrasi kabupaten, sudut kepentingan, catatan, dan
sumber data.
Sudut kepentingan Kawasan Strategis Kabupaten terdiri atas:
1. Sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dengan kriteria sebagai berikut:
a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
kabupaten;
c. Memiliki potensi ekspor;
d. Memiliki pusat kegiatan yang mempunyai pengaruh terhadap sektor dan
pengembangan wilayah;
e. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
f. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal;
g. Ditetapkan untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka
mewujudkan ketahanan energi;
h. Memiliki pusat kegiatan pengelolaan, pengolahan dan distribusi bahan baku
menjadi bahan jadi;
i. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
j. Memiliki fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka
mewujudkan ketahanan pangan. Kawasan strategis ini dapat ditetapkan sebagai
Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B);
k. Kawasan yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal di dalam
wilayah kabupaten;
l. Memiliki pusat pengembangan produk unggulan; dan/atau
m. Memiliki pusat kegiatan perdagangan dan jasa.
2. Sudut kepentingan sosial dan budaya dengan kriteria sebagai berikut:
a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau cagar
budaya baik yang terletak di daratan dan/atau di perairan;
b. Memiliki pusat kegiatan warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda,
bangunan, struktur dan situs cagar budaya;
c. Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya;
d. Merupakan aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;
e. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya; dan/atau
f. Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya.
3. Sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi dengan
kriteria sebagai berikut:
a. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


berdasarkan lokasi dan posisi geografis sumber daya alam strategis,
pengembangan teknologi kedirgantaraan serta tenaga atom dan nuklir;
b. Memiliki sumber daya alam strategis;
c. Memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir;
d. Memiliki fungsi sebagai pusat pemanfaatan dan pengembangan teknologi
kedirgantaraan; dan/atau
e. Memiliki fungsi sebagai lokasi dan posisi geografis penggunaan teknologi tinggi
strategis lainnya.
4. Sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dengan kriteria sebagai
berikut:
a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
b. Merupakan kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora
dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus
dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. Memberikan perlindungan keseimbangan neraca air yang setiap tahun berpeluang
menimbulkan kerugian;
d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. Memiliki pusat kegiatan pada kawasan rawan bencana dan mempunyai risiko
bencana alam; dan/atau
g. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.

Tabel E. 49 Tabel Format Atribut Peta Penetapan Kawasan Strategis dan Contoh Pengisiannya

10 PENYUSUNAN KLHS
 Pendekatan Penyusunan
Dalam pembuatan KLHS terdapat atau dikenal empat jenis pendekatan yang dilakukan. Empat
kategori atau model kelembagaan (pendekatan) KLHS ini muncul sebagai refleksi atas adanya
perbedaan dalam menyikapi peraturan perundangan (UNEP 2002; Saddler 2005).
1. KLHS dengan Kerangka Dasar AMDAL (EIA Mainframe)
2. KLHS sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan Lingkungan (Environmental Appraisal Style)
3. KLHS sebagai Kajian Terpadu atau Penilaian Keberlanjutan (IntegratedAssessment/
Sustainability Appraisal)
4. KLHS sebagai pendekatan untuk pengelolaan berkelanjutan sumberdayaalam
(Sustainable Resource Management)
Berdasarkan empat jenis pendekatan yang ada pendekatan yang dipilih untuk pembuatan
KLHS adalah pendekatan ke tiga yaitu KLHS sebagai Kajian Terpadu atau Penilaian Keberlanjutan
(Integrated Assessment/ Sustainability Appraisal). Jenis pendekatan ini, KLHS ditempatkan sebagai

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


bagian dari kajian yang lebih luas yang menilai atau menganalisis dampak sosial, ekonomi dan
lingkungan hidup secara terpadu.
KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan berbagai
kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaraan KLHS tidak ditujukan
untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana, dan/atau program, melainkan untuk
meningkatkan kualitas proses dan produk kebijakan, rencana, dan/ atau program khususnya dari
perspektif pembangunan berkelanjutan. KLHS bersifat persuasif dalam pengertian lebih
mengutamakan proses pembelajaran dan pemahaman para pemangku kepentingan yang terlibat
dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/ atau program agar lebih memperhatikan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 09 Tahun
2011).
 Metodologi Penyusunan Dokumen Klhs
Metode pengkajian KLHS dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi . Metode yang dapat
digunakan, antara lain:
1. Metode Cepat/Quick Appraisal
Metode Cepat atau quick appraisal adalah metode kajian yang lebih mengandalkan
pengalaman dan pandangan para pakar (profesional jugdment) dan cenderung bersifat
kualitatif. Metode ini dipilih ketika satu KRP segera memerlukan pandangan KLHS, tidak
tersedia waktu yang cukup untuk melakukan kajian yang lebih detil. Namun prasyarat
penyusunan KRP berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku harus tetap terpenuhi.
2. Metode Semi-detil
Metode semi detil adalah kajian yang memanfaatkan data-data yang ada digabungkan dengan
pengalaman dan pandangan para ahli. Metode ini merupakan suatu langkah lebih maju
daripada metode cepat, dimana pandangan para pakar didasarkan pada dukungan data-data
dan informasi yang cukup memadai, sehingga keputusannya lebih akurat dan dapat lebih
berifat kuantitatif.
Metode semi-detil dipilih apabila KRP yang dikaji tidak begitu mendesak untuk diputuskan,
serta tersedia waktu dan sumber daya yang cukup untuk mengumpulkan data dan informasi
yang dapat mendukung pengambilan keputusan oleh para pakar. Prasyarat penyusunan KRP
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku harus tetap terpenuhi.
3. Metode Detil
Metode detil adalah kajian menggunakan berbagai metode ilmiah yang komprehensif, dan
kompleks yang dalam beberapa hal hanya dapat dilakukan oleh para pakar di bidangnya
masing-masing. Metode detil dilakukan untuk mengkaji beberapa isu spesifik yang dianggap
penting dan sangat beresiko apabila diputuskan tanpa kajian ilmiah yang sesuai prosedur.
Metode Detil dilakukan apabila KRP yang dikaji menimbulkan isu-isu penting dan komprehensif
dan tidak segera harus diputuskan. Metode ini juga dipilih apabila pemrakarsa KRP mempunyai
sumber daya yang cukup untuk melaksanakan metode ini.
Beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam memilih/ melaksanakan metode detil yakni:
a. Metode yang kompleks tidak otomatis menghasilkan kajian yang lebih gamblang dan
jelas;
b. Penggunaan metodologi yang kompleks juga berpotensi bahwa hasil kajiannya justru
dinilai tidak sepenuhnya transparan oleh pemangku kepentingan;
c. Pendekatan kajian yang kompleks dapat bermanfaat jika dapat benar-benar memberikan
nilai tambah bagi proses pengambilan keputusan.
d. Kerangka acuan kajian detail idealnya harus didiskusikan dengan pengambil keputusan
dan pemangku kepentingan yang terkait langsung untuk memastikan bahwa mereka
menyetujui tingkat akurasi dan keterbukaan dari pendekatan kajian yang kompleks
tersebut serta menyetujui konsekuensi waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk
menyelenggrakan usulan kajian detail ini
Tahapan Penyusunan KLHS adalah sebagai berikut :
A. PENAPISAN
Tahapan penyelenggaraan KLHS diawali dengan mengidentifikasi terlebih dahulu apakah perlu
diselenggarakan KLHS terhadap suatu kebijakan, rencana dan/atau program. Kebijakan,

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


rencana dan/atau program yang wajib KLHS tanpa proses penapisan, yaitu RTRW dan rencana
rincinya, serta RPJP dan RPJM nasional, provinsi dan kabupaten/kota.
Untuk menentukan kebijakan, rencana dan/atau program lain yang berpotensi menimbulkan
dampak dan/atau risiko lingkungan hidup dilakukan melalui proses penapisan. Proses
penapisan ini dilakukan oleh pembuat kebijakan, rencana dan/atau program dengan didukung
pendapat ahli (professional judgement), berdasarkan hasil telaahan sesuai dengan latar
belakang keilmuan serta dapat melakukan konsultasi dengan instansi lingkungan hidup
dan/atau instansi terkait lainnya.
Apabila proses penapisan ini menyimpulkan bahwa tidak ada potensi dampak dan/atau risiko
lingkungan hidup, maka pembuat kebijakan, rencana dan/atau program tidak perlu
menyelenggarakan KLHS.
Secara teknis, proses penapisan untuk kebijakan, rencana dan/atau program yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau risiko lingkungan hidup sebagai bagian integral dari risiko
pembangunan berkelanjutan, dapat dilakukan dengan mempertimbangkan isu-isu pokok yang
ditetapkan dalam UU PPLH (Penjelasan Pasal 15 ayat 2), sebagai berikut:
1. Perubahan iklim.
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati.
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan dan lahan.
4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam.
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan.
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat.
7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Apabila hasil penapisan menyatakan bahwa KLHS tidak perlu diselenggarakan dalam suatu
kebijakan, rencana dan/atau program, maka hal tersebut harus dituangkan dalam berita acara
yang ditandatangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Berita acara ini menjadi dokumen
yang dapat diakses oleh publik. Sedangkan apabila hasil penapisan menyatakan bahwa KLHS
perlu diselenggarakan dalam suatu kebijakan, rencana dan/atau program, maka hal ini menjadi
bagian yang terintegrasi dalam dokumen hasil pelaksanaan KLHS.
Penapisan dapat dilakukan dengan menggunakan metodologi yang sahih seperti metode daftar
uji (checklist), penilaian pakar (professional judgement) atau kajian ilmiah.

Tabel E. 50 Daftar Uji Penapisan Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang Berpotensi
Menimbulkan Dampak dan/atau Risiko Lingkungan Hidup
Penilaian
Uraian Pertimbangan dan Kesimpulan
Kriteria Penapisan Kesimpulan:
(didukung data dan informasi yang
(Penjelasan Pasal 15 (Signifikan atau
menjelaskan apakah kebijakan, rencana
No ayat 2 UUPPLH) Tidak
dan/atau program yang ditapis menimbulkan
Signifikan)
risiko/dampak terhadap lingkungan hidup)
1 Perubahan iklim
Kerusakan, kemerosotan,
2 dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati
Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana
3 banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan dan
lahan
Penurunan mutu dan
4
kelimpahan sumber daya alam
Peningkatan alih fungsi
5
kawasan hutan dan/atau lahan
Peningkatan jumlah penduduk
6
miskin atau terancamnya

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Penilaian
Uraian Pertimbangan dan Kesimpulan
Kriteria Penapisan Kesimpulan:
(didukung data dan informasi yang
(Penjelasan Pasal 15 (Signifikan atau
menjelaskan apakah kebijakan, rencana
No ayat 2 UUPPLH) Tidak
dan/atau program yang ditapis menimbulkan
Signifikan)
risiko/dampak terhadap lingkungan hidup)
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Peningkatan risiko terhadap
7 kesehatan dan keselamatan
manusia
Catatan:
1. Tabel ini dapat diisi berdasarkan pendapat ahli (professional judgement) atau hasil penelitian
yang telah dilakukan. Apabila dinilai perlu, dapat dilakukan kajian untuk memastikan apakah
kebijakan, rencana dan/atau program tersebut memang berpotensi menimbulkan dampak
dan/atau risiko lingkungan hidup.
2. Kesimpulan tentang tingkat signifikansi dampak dan/atau risiko lingkungan hidup disertai
argumen atau penjelasan yang singkat dan logis.

B. PELAKSANAAN KLHS
Sebagaimana ditetapkan dalam UU PPLH No. 32 Tahun 2009 (Pasal 15 Ayat 3) serta tercantum
pada peraturan menteri lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 69 Tahun 2017 pasal 13,
pembuatan dan pelaksanaan KLHS dilakukan melalui mekanisme:
1. Pengkajian pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;
2. Perumusan alternatif penyempurnaan KRP; dan
3. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan KRP yang
mengintegrasikan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Gambar E. 71 Mekanisme Pelaksanaan KLHS


Penerapan mekanisme pembuatan dan pelaksanaan KLHS wajib bersifat:
1. Umum, konseptual, dan/ atau makro
2. Fokus, detail, terikat, terbatas, dan/ atau kenis
B.1. Kelompok Kerja KLHS
Dalam membuat dan melaksanakan KLHS, penyusun KRP membentuk Kelompok Kerja
KLHS yang terdiri atas unsur:
1. Perwakilan kementerian/ lembaga pemerintah nonkementerian terkait untuk KRP
tingkat nasional, dan
2. Perwakilan perangkat daerah terkait untuk KRP tingkat daerah
Dalam membuat dan melaksanakan KLHS, kelompok kerja dapat dibantu oleh pakar.
Kelompok kerja tersebut wajib memiliki paling sedikit 1 (satu) anggota yang memenuhi
standar kompetensi berupa:
1. Kriteria ketepatan keahlian pada isu yang dikaji,
Meliputi:
a. Latar belakang pendidikan dan/ atau keahlian

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


b. Keterampilan dalam pembuatan dan pelaksanaan klhs yang meliputi:
▪ Analisis teknis tertentu yang terkait dengan isu dalam klhs yang
bersangkutan, dan
▪ Keterampilan yang diperoleh dari pelatihan klhs dan kajian lingkungan
hidup lainnya
2. Pengalaman di bidang pembuatan dan pelaksanaan klhs atau kajian lingkungan hidup
sejenis.
Dibuktikan dengan keterlibatan dalam penyusunan klhs atau kajian lingkungan hidup
sejenis.
Kelompok Kerja KLHS, bertugas:
1. Menyusun kerangka acuan kerja,
2. Melaksanakan konsultasi publik,
3. Membuat dan melaksanakan KLHS melalui mekanisme sesuai peraturan yang berlaku
4. Melaksanakan pengintegrasian hasil KLHS ke dalam KRP
5. Melaksanakan penjaminan kualitas KLHS
6. Melaksanakan pendokumentasian KLHS.
Kelompok kerja KLHS dapat dibentuk tersendiri atau menjadi bagian dari kelompok kerja
penyusunan atau evaluasi KRP. Kelompok kerja ini disahkan dengan penerbitan Surat Keterangan
yang ditandatangani oleh kepala daerah atau kepala instansi terkait.
Penyelenggaraan KLHS
Dalam prakteknya, karena penyelenggaraan dan fokus KLHS akan berbeda untuk setiap jenis
kebijakan, rencana dan/atau program, perlu dilakukan telaah konteks, posisi dan lingkup KLHS.
Sesuai dengan tujuan KLHS untuk memastikan dipertimbangkannya prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam penyusunan dan evaluasi kebijakan, rencana dan/atau program, maka
penyelenggaraannya membutuhkan proses identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan
termasuk lingkungan hidup di wilayah perencanaan secara kontekstual. Selain itu dalam
penyelenggaraan KLHS dituntut partisipatif, maka proses KLHS harus melibatkan masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya, sesuai dengan dinamika proses penyusunan dan evaluasi tiap-tiap
kebijakan, rencana dan/atau program.

Tabel E. 51 Rincian Tahapan KLHS


No UU No. 32/2009 Rincian Tahapan KLHS
1 Pengkajian pengaruh 1. Menentukan tujuan KLHS
kebijakan, rencana, 2. Mengidentifikasi pemangku kepentingan
dan/atau program 3. Mengidentifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan yang
terhadap kondisi meliputi aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek lingkungan
lingkungan hidup di suatu hidup
wilayah 4. Mengidentifikasi KRP yang berpotensi menimbulkan
dampak terhadap lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan
5. Mengkaji pengaruh KRP
2 Perumusan alternatif 6. Mengembangkan pemikiran atau upaya untuk mencegah,
penyempurnaan mengendalikan dan memitigasi dampak dan upaya
kebijakan, rencana, mendorong pembangunan berkelanjutan
dan/atau program 7. Merumuskan mitigasi dan alternatif KRP dengan:
a. Merumuskan mitigasi atau counter programs untuk
meminimalkan potensi dampak negatif program
pembangunan yang timbul (intensitas, persebaran,
lokasi, lamanya berlangsung dan akumulasi)
b. Mengusulkan alternatif perbaikan program seperti
penundaan, perbaikan sekuen/rangkaian, penyesuaian
lokasi, penyesuaian ukuran usulan KRP
8. Mendeskripsikan rumusan alternatif KRP

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


No UU No. 32/2009 Rincian Tahapan KLHS
3 Perumusan rekomendasi 9. Menyusun rekomendasikan alternatif KRP terbaik yang
perbaikan untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan
pengambilan keputusan berkelanjutan
kebijakan, rencana, 10. Menyampaikan rekomendasi kepada PimpInana Daerah
dan/atau program yang 11. Mengintegrasikan hasil pengambilan keputusan pimpinan
mengintegrasikan prinsip daerah ke dalam draft KRP
pembangunan 12. Menyusun dan memaparkan laporan KLHS
berkelanjutan a. Menuliskan dan mendokumentasikan seluruh proses
dan hasil
b. Memaparkan hasil penyelenggaraan KLHS pemangku
kepentingan
1) Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup Wilayah
Pengkajian pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah, dilaksanakan
melalui tahapan sebagai berikut:
a. Identifikasi pemangku kepentingan dan masyarakat;
b. Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, aspek
ekonomi, dan aspek lingkungan hidup;
c. Identifikasi kebijakan, rencana dan/atau program; dan
d. Telaahan pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan
hidup di suatu wilayah.
Tujuan identifikasi pemangku kepentingan dan masyarakat adalah: 1) untuk menjamin azas
partisipasi yang diamanatkan dalam UU PPLH No. 32 Th. 2009; 2) untuk memastikan bahwa
hasil perumusan KRP dapat lebih dijamin aspek legitimasi atau penerimaannya oleh publik;
dan 3) Agar pemangku kepentingan dan masyarakat mendapatkan akses untuk
menyampaikan informasi, saran, dan pertimbangan dalam proses KLHS. Identifikasi dan
pelibatan pemangku kepentingan dan masyarakat juga harus memastikan bahwa tidak
seluruh pemangku kepentingan perlu dilibatkan. Perlu dilakukan pemetaan pemangku
kepentingan untuk membantu pemilihan pemangku kepentingan yang tidak saja berpengaruh,
tetapi juga mempunyai tingkat kepentingan yang tinggi terhadap KRP yang akan dirumuskan.
Identifikasi pemangku kepentingan dan masyarakat perlu melibatkan mereka yang peduli
terhadap lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Pelibatan pemangku
kepentingan dan masyarakat dapat berubah sesuai dengan proses perumusan KRP.
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan adalah:
a. Menetapkan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, aspek
ekonomi, dan aspek lingkungan hidup yang ada dan menjadi perhatian di wilayah
tersebut untuk menjadi bahan kajian pengaruh KRP;
b. Melakukan pembahasan isu secara terfokus dan tidak melebar pada isu yang tidak
penting Merumuskan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan untuk dijadikan
acuan dalam merumuskan dan atau menilai substansi KRP
Formulasi atau perumusan isu-isu pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan melalui lima
(5) tahap sebagai berikut:
a. Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan berdasar pemangku kepentingan;
b. Pengelompokan isu-isu pembangunan berkelanjutan dalam kluster-kluster isu;
c. Konfirmasi isu-isu pembangunan berkelanjutan dengan data-data ilmiah yang tersedia;
d. Kalau diperlukan dan disepakati, dilakukan kajian khusus untuk isu-isu tertentu yang
dianggap penting atau diperdebatkan;
e. Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang akan dijadikan dasar bagi kajian
lebih lanjut dalam proses penilaian dan perumusan KRP.
Isu-isu pembangunan berkelanjutan yang diidentifikasikan dibatasi pada isu-isu yang selektif
saja, agar kajian pengaruh KRP dapat dilakukan lebih tajam dan kontekstual. Apabila
dimungkinkan (termasuk waktu dan informasi yang tersedia) identifikasi isu-isu strategis
pembangunan berkelanjutan juga dapat dilakukan dengan mengecek dokumen-dokumen

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


yang telah ada tentang rumusan tujuan pembangunan berkelanjutan atau rumusan tujuan-
tujuan serta target-target pembangunan lingkungan hidup satu wilayah. Rumusan ini mungkin
telah tersedia dalam dokumen rencana strategis instansi lingkungan hidup yang ada. Pada
tahap ini, pemangku kepentingan yang telah diidentifikasikan pada tahap sebelumnya,
dilibatkan untuk merumuskan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang menjadi perhatian
utama. Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan ini merupakan proses awal
”pelingkupan” dan menjadi dasar penting dalam proses KLHS selanjutnya.
Tahap selanjutnya adalah identifikasi KRP adalah untuk mengetahui komponen KRP yang
perlu dimuat, atau untuk mengetahui apakah terdapat muatan dalam rancangan KRP yang
diperkirakan berpengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup apabila telah ada rancangannya.
Jenis dan beberapa konsep muatan KRP yang akan disusun, misalnya RTRW yang akan
memuat pola dan struktur ruang tertentu,
Selanjutnya dilakukan telaahan pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup wilayah.
Tujuan telaahan pengaruh KRP terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah adalah
mengetahui kemungkinan dampak KRP terhadap isu-isu pembangunan berkelanjutan di satu
wilayah. Pada tahap ini, dilakukan telaahan pengaruh KRP terhadap isu pembangunan
berkelanjutan dan atau kondisi lingkungan di suatu wilayah yang sudah diidentifikasikan pada
tahap sebelumnya. Telaahan pengaruh ini dilakukan dengan pertamakali mengidentifikasikan
dan memahami apa saja komponen dalam KRP yang potensial berpengaruh terhadap isu
pembangunan berkelanjutan. Tabel 3.3 memberikan contoh telaahan komponen KRP yang
berpotensi memberikan pengaruh pada lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Tabel E. 52 Contoh Telaahan Substansi RTRW yang Potensi Berpengaruh PB


Potensi pengaruh pada PB
No. Komponen KRP (Argumen/logika sederhana melalui diskusi antar
pemangku kepentingan)
1. Penetapan struktur ruang Dapat berakibat pada perubahan daya dukung
wilayah, Misalnya status dan lingkungan (misalnya menurunnya sumber daya air);
sistem kota-kota Dapat berakibat pada penurunan jasa ekosistem
(misalnya berkurangnya hutan lindung)
2. Penetapan sistem jaringan Dapat berakibat pada perubahan daya dukung
jalan, misalnya jalan TOL lingkungan (misalnya kapasitas pasokan pangan)
Dapat berakibat pada jasa ekosistem (misalnya
berkurangnya kawasan resapan air);
Dapat berakibat pada dampak lingkungan (misalnya
kebisingan, polusi udara)
3. Penetapan kawasan strategis Dapat berakibat pada perubahan daya dukung
lingkungan (misalnya menurunnya sumber daya air);
Dapat berakibat pada penurunan jasa ekosistem
(misalnya berkurangnya hutan lindung)
4. Penetapan kawasan budidaya Dapat berakibat pada perubahan daya dukung
tertentu lingkungan (misalnya kapasitas pasokan pangan)
Dapat berakibat pada jasa ekosistem (misalnya
berkurangnya kawasan resapan air);
Dapat berakibat pada dampak lingkungan (misalnya
kebisingan, polusi udara

Identifikasi pemangku kepentingan dan masyarakat


Pemangku kepentingan perlu diidentifikasi untuk dilibatkan dalam proses pelaksanaan KLHS.
Identifikasi pemangku kepentingan dilakukan dengan proses pemetaan para pemangku
kepentingan yang memiliki pengaru dan berperan penting dalam penyusunan KRP ataupun
KLHS. Para pemangku kepentingan tidak hanya dari perangkat daerah (OPD) namun juga
mewakili pihak swasta, masyarakat, dan perguruan tinggi. Seelah dilakukan pemetaan para
pemangku kepentingan dianalisis pengaruhnya terhadap isu pembangunan berkelanjutan
mellaui metode scoring/ pembobotan.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Tabel E. 53 Contoh Tabel Identifikasi Pemangku Kepentingan di Kabupaten ...
PK kurang
PK Penting PK Penting PK kurang
penting dan
No Pemangku Kepentingan dan tapi kurang penting tapi
kurang
berpengaruh berpengaruh berpengaruh
berpengaruh
1 Sekretariat Daerah 
2 Sekretariat DPRD : 
3 Inspektorat Daerah 
4 Badan Kepegawaian Daerah 
5 Badan Pendapatan Daerah 
Badan Pengelolaan
6 
Keuangan dan Aset Daerah
Badan Perencanaan
7 
Pembangunan Daerah
Badan Kesatuan Bangsa dan
8 
Politk
Badan Penanggulangan
9 
Bencana Daerah
Dinas Kependudukan dan
10 
Pencatatan Sipil
Dinas Pariwisata, Pemuda
11 
dan Olah Raga
12 Dinas Kesehatan 
Dinas Ketahanan Pangan
13 
dan Perikanan
Dinas Komunikasi dan
14 
Informatika
Dinas Lingkungan Hidup dan
15 
Perhubungan
16 Dinas Sosial 
Dinas Pemberdayaan
17 
Masyarakat dan Desa
Dinas Pendidikan dan
18 
Kebudayaan
Dinas Pemberdayaan
19 Perempuan dan Keluarga 
Berencana
Dinas Pekerjaan Umum dan
20 
Penataan Ruang
21 Investor/ swasta 
22 Tokoh masyarakat 
23 LSM 
24 Perguruan tinggi 

Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, aspek ekonomi,
dan aspek lingkungan hidup
Identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan dilaksanakan melalui proses
pengumpulan isu pembangunan berkelanjutan, penapisan isu pembangunan berkelanjutan
strategis, serta pemilihan isu pembangunan berkelanjutan prioritas

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


• Penggalian isu PB
• Masukan
• Curah pendapat Telaah karakteristik wilayah
• Literatur dilakukan dengan analisis yang
Identifikasi • Media massa menggunakan data spasial:
isu PB 1. Peta Rupa Bumi Indonesia.
2. Peta Rencana Tata Ruang.
Pasal 9 ayat (1) 3. Peta Tutupan Lahan
a. Karakteristik wilayah;
b. Tingkat pentingnya potensi dampak; Hasil analisis karakteristik
c. Keterkaitan antar isu strategis wilayah dengan data spatial di
Pembangunan Berkelanjutan atas dapat digunakan untuk
d. Keterkaitan dengan materi muatan KRP; menentukan:
e. Muatan Rencana Perlindungan dan 1. Tingkat pentingnya potensi
Pengelolaan LH; dan/atau dampak,
Identifikasi & f. Hasil KLHS dari KRP pada hirarki di atasnya 2. Keterkaitan antar isu
perumusan isu Identifikasi isu yang harus diacu, serupa dan berada pada strategis pembangunan
Pembangunan PB strategis wilayah yang berdekatan, dan/atau berkelanjutan
Berkelanjutan memiliki keterkaitan dan/atau relevansi 3. Keterkaitan dengan materi
langsung. muatan KRP.

a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung LH untuk pembangunan;


b. Perkiraan dampak dan risiko LH;
c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem; Pasal 9 ayat (2)
d. Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;
e. Status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
Identifikasi isu f. Ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
PB strategis g. Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
prioritas h. Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok
masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;
i. Risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan/atau
j. Ancaman terhadap perlindungan kawasan tertentu yang secara tradisional
dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Gambar E. 72 Proses Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan


Tujuan identifikasi isu strategis pembangunan berkelanjutan adalah :
1. Menentukan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, ekonomi,
dan lingkungan hidup serta bentuk keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;
menentukan isu yang paling strategis, prioritas atau menjadi akar masalah dari semua
isu yang terjadi;
2. Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang diharapkan.
Identifikasi isu pembangunan berkelanjutan dilakukan dengan cara:
1. Mengumpulkan isu pembangunan berkelanjutan
Dilakukan dengan cara :
▪ telaah literatur
▪ curah pendapat Kelompok Kerja
▪ konsultasi publik
2. Memusatkan isu-isu pembangunan berkelanjutan (pelingkupan isu)
Dilakukan dengan cara :
a. Melihat kesamaan substansi dan/atau menelaah sebab-akibat dengan
memperhatikan :
• isu lintas sektor
• isu lintas wilayah
• isu lintas pemangku kepentingan
• isu lintas waktu
b. Melakukan konsultasi dengan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk
pengayaan dan penajaman isu pembangunan berkelanjutan
c. Melakukan konfirmasi dari data atau informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
3. Melakukan telaah cepat hasil pelingkupan yang mempertimbangkan unsur-unsur paling
sedikit:
a. karakteristik wilayah yang ditelaah dalam bentuk spasial (misalnya
b. dengan menggunakan peta Rupa Bumi, peta rencana tata ruang, dan
c. peta tutupan lahan);

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


d. tingkat pentingnya potensi dampak;
e. keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan
4. Membuat perkiraan tentang :
a. tingkat pentingnya potensi dampak, berdasarkan indikasi cakupan
b. wilayah dan frekuensi/intensitas dampak.
c. keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan hasil
d. telaah sebab-akibatnya
5. Memutuskan isu yang strategis dan prioritas, antara lain dapat dengan menyusun daftar
pendek yang telah memperhatikan hasil konsultasi kepada masyarakat dan telah
dikonfirmasikan dengan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Isu Pembangunan Berkelanjutan
Permasalahan atau isu disebut strategis dalam pembangunan berkelanjutan jika memiliki
relevansi tinggi terhadap kepentingan wilayah perencanaan, menyangkut hajat hidup orang
banyak atau khalayak, menjadi fokus perhatian utama di wilayah perencanaan, dapat bersifat
lintas sektor atau lintas wilayah, dapat merupakan isu bersama (yang diketahui atau dirasakan
secara umum) ataupun isu spesifik (hanya sebagian pihak atau sebagian masyarakat yang
mengetahui atau merasakannya), dapat sedang berlangsung (empirik) atau dipercaya akan
terjadi fenomena, berpotensi menimbulkan dampak negatif berjangka panjang jika tidak
ditangani, berpotensi menimbulkan dampak kumulatif dan efek berganda, berpotensi
mengganggu pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, dan kontekstual terhadap
karakteristik KRP, misalnya isu strategis dalam konteks perencanaan tata ruang memiliki
dimensi keruangan (spasial).
Tujuan identifikasi isu strategis pembangunan berkelanjutan adalah:
1. Menetapkan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, aspek
ekonomi, dan aspek lingkungan hidup yang ada dan menjadi perhatian di wilayah
tersebut untuk menjadi bahan kajian pengaruh KRP;
2. Melakukan pembahasan isu secara terfokus dan tidak melebar pada isu yang tidak
penting
3. Merumuskan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan untuk dijadikan acuan dalam
merumuskan dan atau menilai substansi KRP
Formulasi atau perumusan isu-isu strategis dilakukan melalui lima (5) tahap sebagai
berikut:
1. Identifikasi isu-isu pembangunan berkelanjutan berdasar pemangku kepentingan;
2. Pengelompokan isu-isu pembangunan berkelanjutan dalam kluster-kluster isu;
3. Konfirmasi isu-isu pembangunan berkelanjutan dengan data-data ilmiah yang tersedia;
4. Kajian khusus untuk isu-isu tertentu yang dianggap penting atau diperdebatkan;
5. Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang akan dijadikan dasar bagi kajian
lebih lanjut dalam proses penilaian dan perumusan KRP.
Isu-isu pembangunan berkelanjutan yang diidentifikasikan dibatasi pada isu-isu yang selektif
saja, agar kajian pengaruh KRP dapat dilakukan lebih tajam dan kontekstual. Identifikasi isu-
isu strategis pembangunan berkelanjutan juga dilakukan dengan mengecek dokumen-
dokumen yang telah ada tentang rumusan tujuan pembangunan berkelanjutan atau rumusan
tujuan-tujuan serta target-target pembangunan lingkungan hidup satu wilayah. Pada tahap ini,
pemangku kepentingan yang telah diidentifikasikan pada tahap sebelumnya, dilibatkan untuk
merumuskan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang menjadi perhatian utama. Identifikasi
isu-isu pembangunan berkelanjutan ini merupakan proses awal ”pelingkupan” dan menjadi
dasar penting dalam proses KLHS selanjutnya.
Tujuan identifikasi isu strategis pembangunan berkelanjutan adalah:
1. Menetapkan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial, aspek
ekonomi, dan aspek lingkungan hidup yang ada dan menjadi perhatian di wilayah
tersebut untuk menjadi bahan kajian pengaruh KRP;

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


2. Melakukan pembahasan isu secara terfokus dan tidak melebar pada isu yang tidak
penting;
3. Merumuskan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan untuk dijadikan acuan dalam
merumuskan dan atau menilai substansi KRP.

Tabel E. 54 Contoh Isu Pembangunan Berkelanjutan KLHS Revisi RTRW Kabupaten Teluk Wondama
Isu - isu Pembangunan
No Penjelasan Singkat Usulan
Berkelanjutan
Pengembangan
Pemanfaatan dikhawatirkan
1 pemanfaatan panas bumi Bappeda
merusak lingkungan
(geothermal) Blawan - Ijen
▪ Perubahan ekosistem ▪ Bappeda
▪ Penurunan luas daerah ▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
resapan air Perhubungan
Alih fungsi lahan pertanian
2 ▪ Erosi ▪ Dinas Pu dan Penataan Ruang
produktif
▪ Ancaman terhadap ketahanan ▪ Pemerintah desa dan distrik
pangan. ▪ LPSM
▪ Masyarakat petani
• Perubahan fungsi lahan
Tumbuhnya bangunan di
• Berkurangnya kuantitas Bappeda
kawasan lindung sempadan
3 dan kualitas air LPSM
mata air, dan di sempadan
• Peningkatan resiko
jaringan irigasi)
pencemaran sampah
• TPA hanya 1 untuk skala
▪ Bappeda
Sistem pengelolaan satu kabupaten
▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
persampahan 3R belum • Belum adanya pemilahan
4 Perhubungan
optimal dan kurang sampah di hulu
▪ Dinas Pu dan Penataan Ruang
kepedulian masyarakat • Pengelolaan sampah belum
optimal
Perubahan fungsi hutan Bappeda
Berkembangnya budidaya
menjadi perkebunan sehingga Dinas Pertanian
5 kopi rakyat pada kawasan
dapat mengurangi iklim yang Fokker
hutan lindung
sesuai untuk kopi itu sendiri
Alih fungsi lahan seharusnya
Tumbuhnya bangunan pada
sebagai jalur hijau justru ▪ Dinas Pu dan Penataan Ruang
6 ruwasja dan rumija
dimanfaatkan sebagai
(sempadan jalan)
bangunan penduduk
Sistem persampahan masih
konvensional, dibakar ditimbun,
Kepedulian masyarakat
dan tanpa pemilahan Dinas Lingkungan Hidup dan
7 terhadap lingkungan masih
Sanitasi masih banyak yang Perhubungan
kurang (sosial)
konvensional, terutama di
pedesaan
▪ Perubahan ekosistem ▪ Bappeda
▪ Penurunan luas daerah ▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
Alih fungsi lahan untuk resapan air Perhubungan
8 perumahan dan industri ▪ Erosi ▪ Dinas Pu dan Penataan Ruang
cenderung meningkat ▪ Ancaman terhadap ketahanan ▪ Pemerintah desa dan distrik
pangan. ▪ LP2SM
▪ Masyarakat petani
Perekonomian masyarakat
Belum adanya ekonomi kreatif
cenderung homogen di
sehingga pemanfaatan lahan
9 sektor pertanian (belum LP2SM
cenderung sama dan kurang
berkembang ekonomi
variatif
kreatif)
Produktivitas singkong untuk
Tape sebelumnya merupakan
tape sebagai produk
10 produk unggulan Kabupaten Dinas Pertanian
unggulan daerah terancam
Teluk Wondama
budidaya sengon dan kopi
Semakin tingginya luas lahan
terbangun akan mengurangi
jumlah air permukaan yang
Kuantitas air bersih dapat terserap tanah, selain itu Dinas PU dan Penataan Ruang
11
menurun terjadinya perubahan iklim Dinas Lingkungan Hidup
mengakibatkan proses sirkulasi
air tanah berubah sehingga
tidak dapat terserap tanah

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Isu - isu Pembangunan
No Penjelasan Singkat Usulan
Berkelanjutan
▪ TPA hanya 1 untuk skala satu
▪ Bappeda
kabupaten
▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
Jumlah TPA di wilayah ▪ Belum adanya pemilahan
12 Perhubungan
kabupaten masih kurang sampah di hulu
▪ Dinas Pu dan Penataan Ruang
▪ Pengelolaan sampah belum
optimal
▪ Tingginya curah hujan
▪ Perubahan fungsi lahan
▪ Bappeda
sempadan
▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
▪ Berkurangnya daerah resapan
Perhubungan
Potensi bencana banjir dan air
13 ▪ Dinas Pu dan Penataan Ruang
longsor relatif masih besar ▪ Sistem drainase yang belum
▪ Pemerintah desa dan distrik
baik
▪ LPSM
▪ Masyarakat membuang
▪ Masyarakat petani
sampah ke sungai dan
gorong-gorong
▪ Masih banyak wilayah yang
belum terintegrasi prasarana
drainase
▪ Bappeda
▪ Volume tampungan saluran
Prasarana drainase belum ▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
drainase yang sudah ada
14 merata di kawasan Perhubungan
pada umumnya kecil dan
permukiman ▪ Dinas Pu dan Penataan Ruang
dipenuhi sampah sehingga
pada saat hujan air akan
meluap karena tidak
menampung
▪ Masih banyak masyarakat
yang belum memiliki sistem
pengelolaan limbah yang baik
▪ Sebagian besar masyarakat
15 Sanitasi buruk Dinas Lingkungan Hidup
menggunakan sumur untuk
air bersih dengan jarak dari
pembuangan limbah kurang
dari standar
▪ Saluran pembuangan
penduduk (grey water) pada
umumnya bergabung dengan
Potensi pencemaran air ▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
saluran drainase yang aliran
16 sungai oleh limbah industri Perhubungan
terakhirnya menuju sungai
dan rumah tangga ▪ Dinas Perindustrian
▪ Masih terdapat industri yang
membuang limbahnya ke
sungai
Kebijakan alih fungsi lahan
Perubahan fungsi lahan tidak
17 pertanian di sepanjang sisi Dinas PU dan Penataan Ruang
terkendali
jalan poros kurang jelas
Masih banyak desa yang ▪ BAPPEDA
Banyaknya kawasan rawan
18 kesulitan air bersih terutama di ▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
kekeringan
bagian selatan Perhubungan
Pengembangan jalan lingkar
Akan menyebabkan alih fungsi
perkotaan Teluk Wondama
19 lahan cukup besar di wilayah Dinas PU dan Penataan Ruang
dan dampak exit tol
tersebut
Probolinggo-Banyuwangi
▪ Dinas PU dan Penataan Ruang
Tumbuhnya bangunan Sering banyak terjadi terutama
20 ▪ Dinas Lingkungan Hidup dan
dalam kawasan konservasi di wilayah sempadan
Perhubungan
Kurang optimalnya sistem
Masih banyak yang rusak dan
21 prasarana irigasi pendukung Dinas Pertanian
terputus
pertanian
Jumlah sumber air/ mata air
22 Debit mata air sangat kecil Dinas PU dan Penataan Ruang
semakin berkurang
Gunung api masih aktif
Potensi pencemaran udara
sedangkan angin musim Dinas Lingkungan Hidup dan
23 akibat gunung berapi dan
kemarau cukup besar di Perhubungan
angin di musim kemarau
Kabupaten Teluk Wondama
Timbulan sampah semakin Belum adanya proses Dinas Lingkungan Hidup dan
24
meningkat pengolahan sampah yang Perhubungan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Isu - isu Pembangunan
No Penjelasan Singkat Usulan
Berkelanjutan
mampu menampung
Banyak warga membuang
Kurangnya kesadaran
sampah sembarangan
masyarakat terhadap Dinas Lingkungan Hidup dan
25 Penggunaan jaringan drainase
pentingnya sanitasi dan pola Perhubungan
sekaligus saluran limbah grey
hidup bersih
water
Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis
Proses selanjutnya adalah dengan menilai isu tersebut terhadap 7 (tujuh) aspek penilaian
sesuai dengan muatan pasal 9 ayat (1) PP 46 2016, yaitu:
1. karakteristik wilayah
2. tingkat pentingnya potensi dampak
3. keterkaitan antar isu strategis pembangunan berkelanjutan
4. keterkaitan dengan materi muatan KRP
5. muatan rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
6. hasil KLHS dari KRP pada hirarki di atasnya
Penilaian tersebut dengan pemberian bobot pada masing-masing isu, dengan bentuk sebagai
berikut:

Tabel E. 55 Bobot Penilaian Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis


Muatan pasal 9 ayat (1) Bobot penilaian
Diberi bobot penilaian:
(1) mempengaruhi isu, dan
Karakteristik wilayah (0) tidak mempengaruhi isu
Diberi bobot penilaian dimana potensi dampak
(3) tinggi/ sangat luas;
(2) sedang/ luas; dan
Tingkat potensi dampak (1) rendah/ setempat
Diberi bobot penilaian
(1) ada keterkaitanl dan
Keterkaitan antar isu PB (0) tidak ada keterkaitan
Diberi bobot penilaian
Keterkaitan dengan materi (1) ada keterkaitan dan
muatan KRP (0) tidak ada keterkaitan
Diberi bobot penilaian dimana ada tidaknya muatan
RPPLH
(1) Ada dan
Muatan RPPLH (0) belum ada
Diberi bobot penilaian dimana ada tidaknya keterkaitan
dengan hasil KLHS hirarki di atas dan wilayah
berkedatan
(1) ada dan
Hasil KLHS hirarki di atas (0) belum ada

11 PENYUSUNAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RTRW


Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan, Peninjauan Kembali,
Revisi, Dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten,
Kota, Dan Rencana Detail Tata Ruang, maka penyusunan raperda tentang Revisi RTRW kabupaten
Teluk Wondama yang merupakan proses penuangan materi teknis Revisi RTRW Kabupaten Teluk
Wondama ke dalam bentuk pasal-pasal dengan mengikuti kaidah penyusunan peraturan perundang-
undangan.
Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dalam bentuk naskah hukum atau legal drafting,
dengan sistematika mengacu pada Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, yakni :

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


• Judul
• Pembukaan
• Frasa Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa
• Jabatan Pembentuk Peraturan perundang-undangan
• Konsiderans
• Dasar Hukum
• Diktum
• Batang Tubuh
o Ketentuan Umum
o Tujuan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
o Rencana Struktur Ruang Wilayah
o Rencana Pola Ruang Wilayah
o Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
o Arahan Pemanfaatan Ruang
o Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
o Kelembagaan
o Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
o Ketentuan Pidana (jika diperlukan)
• Ketentuan Lain-Lain
• Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
• Ketentuan Penutup
• Penjelasan (jika diperlukan)
• Lampiran (jika diperlukan)

12 PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK


Naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu
masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam suatu Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat (Pasal 1 Angka 11 UU 12/2011).

13 DASAR HUKUM PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK


A. Penyusunan undang-undang Pasal 19 UU 12/2011
1) Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 memuat program pembentukan
Undang-Undang dengan judul Rancangan Undang-Undang, materi yang diatur, dan
keterkaitannya dengan Peraturan Perundangundangan lainnya.
2) Materi yang diatur dan keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan mengenai
konsepsi Rancangan Undang-Undang yang meliputi:
a. latar belakang dan tujuan penyusunan;
b. sasaran yang ingin diwujudkan; dan
c. jangkauan dan arah pengaturan.
3) Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah melalui
pengkajian dan penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


B. Pasal 43 UU 12/2011
1) Rancangan Undang-Undang dapat berasal dari DPR atau Presiden.
2) Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berasal dari DPD.
3) Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai
Naskah Akademik.
4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku bagi Rancangan Undang-
Undang mengenai:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang-
Undang; atau
c. pencabutan Undang-Undang atau pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang.
5) Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disertai dengan
keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur.
C. Pasal 44 UU 12/2011
1) Penyusunan Naskah Akademik RUU dilakukan sesuai dengan teknik penyusunan Naskah
Akademik.
2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan UU ini.
D. Pasal 48 UU 12/2011
1) Rancangan Undang-Undang dari DPD disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD
kepada pimpinan DPR dan harus disertai Naskah Akademik.
2) Usul Rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh
pimpinan DPR kepada alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi
untuk dilakukan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan
Undang-Undang.
3) Alat kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam melakukan
pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Undang-Undang
dapat mengundang pimpinan alat kelengkapan DPD yang mempunyai tugas di bidang
perancangan Undang-Undang untuk membahas usul Rancangan Undang-Undang.
E. Penyusunan Peraturan Daerah Provinsi
Pasal 33
1) Prolegda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 memuat program pembentukan
Peraturan Daerah Provinsi dengan judul Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, materi
yang diatur, dan keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya.
2) Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan mengenai konsepsi
Rancangan Peraturan Daerah Provinsi yang meliputi:
a. latar belakang dan tujuan penyusunan;
b. sasaran yang ingin diwujudkan;
c. pokok pikiran, lingkup, atau objek yang akan diatur; dan d. jangkauan dan arah
pengaturan.
3) Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah melalui pengkajian
dan penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik.
Pasal 56 UU 12/2011
1) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi dapat berasal dari DPRD Provinsi atau Gubernur.
2) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik.
3) Dalam hal Rancangan Peraturan Daerah Provinsi mengenai:

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
b. pencabutan Peraturan Daerah Provinsi; atau
c. perubahan Peraturan Daerah Provinsi yang hanya terbatas mengubah
beberapa materi, disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran
dan materi muatan yang diatur.
Pasal 57 UU 12/2011
1) Penyusunan Naskah Akademik Ranperda Provinsi dilakukan sesuai dengan teknik
penyusunan Naskah Akademik.
2) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari UU
ini.
Makna Pasal 63 UU 12/2011:
1) Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota disertai dengan penjelasan atau
keterangan dan/atau Naskah Akademik.
2) Penyusunan Naskah Akademik Ranperda Kabupaten/Kota dilakukan sesuai dengan
teknik penyusunan Naskah Akademik.
3) Ketentuan mengenai teknik penyusunan Naskah Akademik Ranperda Kabupaten/Kota
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari UU ini.

14 PERBEDAAN URGENSI NASKAH AKADEMIK RUU DAN RANPERDA


A. Rancangan Undang-Undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai
Naskah Akademik, sedangkan Rancangan Peraturan Daerah disertai dengan penjelasan
atau keterangan dan/atau Naskah Akademik, artinya tidak harus disertai Naskah
Akademik.
B. Dikecualikan dari keharusan disertai Naskah Akademik bagi Rancangan Undang-Undang
mengenai:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang-
Undang; atau
c. pencabutan Undang-Undang atau pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang, akan tetapi disertai dengan keterangan yang memuat pokok
pikiran dan materi muatan yang diatur.

Gambar E. 73 Kerangka Pikir Penyusunan Naskah Akademik

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


15 SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK
Sistematika Naskah Akademik adalah sebagai berikut :
▪ Judul Naskah Akademik
▪ Kata Pengantar
▪ Daftar Isi
1. Bab I : Pendahuluan
2. Bab II : Kajian Teoretis Dan Praktik Empiris
3. Bab III : Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang Undangan Terkait
4. Bab IV : Landasan Filosofis, Landasan Sosiologis, Dan Landasan Yuridis
5. Bab V : Jangkauan Peraturan Daerah Kabupaten, Arah Pengaturan Peraturan Daerah
Kabupaten dan Ruang Lingkup Materi Muatan Peraturan Daerah Kabupaten
6. Bab VI : Penutup
▪ Daftar Pustaka
▪ Lampiran
1. Rancangan Peraturan Daerah tentang RTRW
2. Materi Teknis RTRW
3. Album Peta RTRW

16 PENJELASAN SISTEMATIKA NASKAH AKADEMIK


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Latar belakang memuat pemikiran dan alasan-alasan perlunya penyusunan NA
sebagai acuan pembentukan RUU atau RAPERDA tertentu.
2. Latar belakang menjelaskan mengapa pembentukan RUU atau RAPERDA
memerlukan suatu kajian yang mendalam dan komprehensif mengenai teori atau
pemikiran ilmiah yang berkaitan dengan materi muatan RUU atau RAPERDA yang
akan dibentuk.
3. Pemikiran ilmiah tersebut mengarah kepada penyusunan argumentasi filosofis,
sosiologis serta yuridis guna mendukung perlu atau tidak perlunya penyusunan
RUU atau RAPERDA.
B. Identifikasi Masalah
Pada dasarnya identifikasi masalah dalam suatu NA mencakup 4 (empat) pokok masalah,
yaitu sebagai berikut:
1. Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat serta bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi.
2. Mengapa perlu RUU atau PAPERDA sebagai dasar pemecahan masalah tersebut,
yang berarti membenarkan pelibatan negara dalam penyelesaian masalah
tersebut.
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan RUU atau RAPERDA.
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan, dan
arah pengaturan.
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan NA.
Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan
penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:
1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai alasan pembentukan
RUU atau RAPERDA sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi permasalahan
dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan RUU atau RAPERDA.
4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan dalam RUU atau RAPERDA.
Kegunaan penyusunan NA adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan dan
pembahasan RUU atau RAPERDA.
D. Metode
1. Penyusunan NA pada dasarnya merupakan suatu kegiatan penelitian sehingga
digunakan metode penyusunan NA yang berbasiskan metode penelitian hukum
atau penelitian lain.
2. Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode
yuridis empiris.
3. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal.
4. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah (terutama)
data sekunder yang berupa Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan,
perjanjian, kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil
pengkajian, dan referensi lainnya.
5. Metode yuridis normatif dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group
discussion), dan rapat dengar pendapat.
6. Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan
penelitian normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundang-undangan
(normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang mendalam serta
penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait
dan yang berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti.
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoretis, asas, praktik, perkembangan
pemikiran, serta implikasi sosial, politik, dan ekonomi, keuangan negara dari pengaturan dalam
suatu Undang-Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
A. Kajian teoretis.
B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma.
Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai aspek bidang
kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan yang akan dibuat, yang
berasal dari hasil penelitian.
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta permasalahan yang
dihadapi masyarakat.
D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam UU atau PERDA
terhadap aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan
negara.
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Bab ini memuat hasil kajian terhadap:
• Peraturan Perundang-undangan terkait yang memuat kondisi hukum yang ada;
• Keterkaitan Undang-Undang dan Peraturan Daerah baru dengan Peraturan Perundang-
undangan lain;
• Harmonisasi secara vertikal dan horizontal;
• Status dari Peraturan Perundang-undangan yang ada, termasuk Peraturan Perundang-
undangan yang dicabut dan dinyatakan tidak berlaku serta Peraturan Perundang-
undangan yang masih tetap berlaku karena tidak bertentangan dengan Undang-Undang
atau Peraturan Daerah yang baru.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Kajian terhadap Peraturan Perundang-undangan ini dimaksudkan untuk mengetahui
• Kondisi hukum atau peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai substansi
atau materi yang akan diatur.
• Posisi dari dari UU atau PERDA yang baru.
• Tingkat sinkronisasi, harmonisasi Peraturan Perundang-undangan yang ada serta posisi
dari UU atau PERDA untuk menghindari terjadinya tumpang tindih pengaturan.
Hasil dari penjelasan atau uraian ini menjadi bahan bagi penyusunan landasan filosofis dan
yuridis dari pembentukan dari UU atau PERDA yang akan dibentuk.
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita
hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber
dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
B. Landasan Sosiologis
• Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
berbagai aspek.
• Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara.
C. Landasan Yuridis
• Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada,
yang akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan
rasa keadilan masyarakat.
• Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi
atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan Perundang-Undangan
yang baru.
• Beberapa persoalan hukum itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan,
peraturan yang tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih
rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah
ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali belum ada.
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN PERDA
• Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi muatan
RUU atau RAPERDA yang akan dibentuk.
• Dalam Bab ini, sebelum menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran
yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan.
• Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya.
• Selanjutnya mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya mencakup:
✓ ketentuan umum (memuat rumusan akademik mengenai pengertian istilah, dan
frasa);
✓ materi yang akan diatur;
✓ ketentuan sanksi; dan
✓ ketentuan peralihan.
BAB VI PENUTUP
Bab penutup terdiri atas sub-bab simpulan dan saran.
A. Simpulan

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153


Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang berkaitan dengan praktik
penyelenggaraan, pokok elaborasi teori, dan asas yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya.
B. Saran
Saran memuat antara lain:
1. Perlunya pemilahan substansi NA dalam suatu Peraturan Perundang-undangan
atau Peraturan Perundang-undangan di bawahnya.
2. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan RUU atau RAPERDA dalam
Program Legislasi Nasional atau /Program Legislasi Daerah.
3. Kegiatan lain yang diperlukan untuk mendukung penyempurnaan penyusunan NA
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat buku, Peraturan Perundang-undangan, dan jurnal yang menjadi sumber
bahan penyusunan Naskah Akademik.
LAMPIRAN RAPERDA
Dilampirkan konsep awal RUU/Raperda, yang merupakan hasil penormaan terhadap naskah
akademik. Konsep awal RUU/Raperda ini juga disebut draft akademik RUU/Raperda.
Terkait dengan metode penyusunan Naskah Akademik ini adalah metode penelitian hukum
yang digunakan untuk menjawab permasalahan hukum yang telah dirumuskan. Metode tersebut
terkait dengan aspek jenis penelitian, pendekatan penelitian, jenis data, dan teknik pengumpulan
data.
1. Jenis Penelitian
Penelitian dalam rangka penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah ini
dilakukan berdasarkan metode penelitian sosio legal. Metode penelitian sosio legal adalah
metode penelitian yang bukan hanya mengkaji aspek hukum dengan pendekatan doktrinal
tetapi juga dengan pendekatan nondoktrinal. Oleh karena itu penyusunan Naskah Akademik ini
menggunakan data primer dan data sekunder berupa bahan hukum.
2. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Data
primer dalam penelitian ini adalah kondisi empiris tentang garis sempadan. Kondisi empiris
tersebut terkait dengan kondisi sempadan bangunan maupun peraturan garis sempadan
secara empiris.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Berdasarkan
pendekatan ini, data yang diperoleh akan dideskripsikan secara kualitatif. Oleh karena data
yang diperoleh dan dipaparkan bersifat kualitatif, maka pemaparan data akan menekankan
pada interpretasi terhadap data yang telah diperoleh. Interpretasi tersebut terkait makna dari
data yang diperoleh untuk menjawab identifikasi permasalahan yang telah dirumuskan. Terkait
dengan bahan hukum sebagai data sekunder akan dianalisis dengan pendekatan perundang-
undangan, pendekatan konseptual, dan pendekatan perbandingan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada Naskah Akademik ini dilakukan dengan memperhatikan jenis data
yang akan dikumpulkan. Data primer pada penelitian ini diperoleh melalui observasi,
dokumentasi, maupun wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas terpimpin dilakukan
dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan sebagai pedoman. Namun
tidak menutup kemungkinan adanya variasi pertanyaan sesuai dengan situasi ketika
wawancara berlangsung.

DOKUMEN PENAWARAN Perum. Bumi Banjararum Asri Blok AID-1A


PENYUSUNAN DOKUMEN REVISI RTRW KABUPATEN TELUK WONDAMA fadiraperdana@gmail.com
Desa Banjararum-Kecamatan Singosari

-Kabupaten Malang Kode Pos 65153

Anda mungkin juga menyukai