Anda di halaman 1dari 1

Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, program transmigrasi telah menyumbangkan banyak hal terhadap Negara Indonesia sampai

saat. Capaian pembangunan ketransmigrasian


sungguh mengagumkan. Sampai dengan tahun 2019 ada 1.336 Satuan Pemukiman Transmigrasi menjadi desa definitif. Penyelenggaraan transmigrasi juga telah menyumbang
terbentuknya 2 ibukota di aras provinsi, yaitu Sulawesi Barat dan Kalimantan Utara, 104 aras kabupaten dan 399 aras kecamatan. Bertambahnya penduduk juga merupakan berkah
tersendiri, karena akan memperbesar ukuran pasar (market size), yang lebih lanjut dapat mempercepat pertumbuhan wilayah.

Program transmigrasi menjadi sangat strategis untuk pemerataan, pertumbuhan dan menjaga keutuhan NKRI, sehingga perlu dilanjutkan dengan program-program yang fokus terhadap
pengembangan masyarakat dan pengembangan kawasan.

Dalam perspektif peraturan perundang-undangan yang baru, yaitu UU Nomor 29 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014, transmigrasi merupakan suatu instrumen
untuk penataan persebaran penduduk, peningkatan kesejahteraan masyarakat, mengembangkan daerah yang berbasis pembangunan wilayah.

Isu-isu strategis dalam pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi


1. Pengembangan Kawasan Transmigrasi masih belum berbasis pengembangan wilayah dan masih sektoral, belum berbasis kawasan dalam suatu kesatuan sistem.
2. Pengembangan ekonomi lokal di Kawasan Transmigrasi masih belum dilakukan dengan pendekatan klaster yang berbasis komoditas unggulan.
3. Pengembangan Kawasan Transmigrasi belum terkait dengan pusat kegiatan (Pusat Kegiatan Global, Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal PKL)
dan kawasan-kawasan lainnya (Kawasan Industri, Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional /Kawasan Strategis Pariwisata Nasional ).
4. Peningkatan nilai tambah dan industri kreatif masih belum berkembang sehingga peningkatan produktivitas dan nilai tambah dengan kreativitas dan inovasi belum dilaksanakan.
5. Belum memanfaatkannya inovasi yang merupakan hasil dari kemitraan sekurang-kurangnya antara pemerintah, lembaga penelitian dan atau perguruan tinggi setempat serta dunia usaha.
6. Mindset para pengambil kebijakan dari pemerintah pusat sampai ke daerah dalam membangun kawasan transmigrasi masih belum berubah ke arah bahwa transmigrasi adalah instrumen
dan kawasan transmigrasi adalah lokus. Para pengambil kebijakan di bidang transmigrasi belum dapat meyakinkan stakeholder lainnya tentang pentingnya membangun transmigrasi secara
keroyokan. Hal ini tercermin dari belum optimalnya dukungan pemangku kepentingan (lintas sektor, pemerintah daerah, swasta dan lembaga masyarakat) dalam sinergi program
pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi, sehingga masih rendahnya investasi dari pemerintah maupun dunia usaha.
7. Belum optimalnya peran badan pengelola kawasan transmigrasi dalam mendorong percepatan pengembangan ekonomi lokal kawasan transmigrasi.
8. Minimnya aksesibilitas sarana dan prasarana utilitas umum untuk meningkatkan konektivitas antar kawasan.
9. Masih ada beban tunggakan pelayanan pertanahan dan pengurusan hak atas tanah.

Target kinerja dan tantangan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi adalah tercapainya sasaran strategis antara lain :
1. Keunggulan Kolaboratif
adalah kondisi yang diharapkan agar kawasan transmigrasi memiliki kemampuan untuk membentuk kemitraan dengan wilayah/kawasan lainnya yang efektif, bermanfaat, dan saling
menguntungkan untuk lebih meningkatkan keunggulan daya saing.
2. Berkelanjutan
adalah pembangunan kawasan transmigrasi yang memiliki ketahanan ekonomi, sosial dan ekologi yang sejalan dengan arah pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development

PELUANG DAN TANTANGAN


Goals (SDGs)
3. Keunggulan Daya Saing
adalah kondisi yang diharapkan agar kawasan transmigrasi memiliki kinerja yang lebih baik dalam meningkatkan nilai tambah.
4. Meningkatnya kualitas implementasi kebijakan
kebijakan berbasis pada ilmu pengetahuan, inovasi, serta data dan informasi dalam keterpaduan rencana untuk meningkatkan daya saing pembangunan kawasan transmigrasi.
5. Meningkatnya kapasitas SDM

PENYELENGGARAAN TRANSMIGRASI
Kompetensi sumber daya manusia yang diperlukan dalam rangka menyosong Revolusi Industri 4.0 adalah kompetensi teknis, kompetensi metodologis, kompetensi sosial dan kompetensi
personal.

Anda mungkin juga menyukai