Lokasi
Desa Sungai Baru, SKP. B Kecamatan Jelai
Kabupaten Sukamara Provinsi Kalimantan Tengah
Tahun 1919
PENDAHULUAN
Latar Belakang
UU RI No 29 Tahun 2009, bahwa Pembangunan kawasan transmigrasi dirancang secara holistik dan komprehensif sesuai
dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW).
Hasil Studi RWPT Kawasan Jelai (Pulau Nibung) Tahun 2011 dan studi RSKP SKP-B Tahun 2012.
RTRW Kabupaten Sukamara Tahun 2011 - 2031 menyebutkan bahwa Kota Kuala Jelai Ibukota Kecamatan Jelai memiliki fungsi
sebagai Pusat kegiatan keuangan, fungsi simpul transportasi laut regional, pusat pengolahan/pengumpulan barang dan jasa
publik lainnya, sebagai Kawasan Permukiman Perdesaan, Kawasan pertanian, Kawasan Perikanan, Kawasan Pariwisata,
Kawasan Agropolitan dan Kota Terpadu Mandiri - Kawasan Transmigrasi
Kegiatan Identifikasi Status terhadap Kawasan Transmigrasi Jelai (Pulau Nibung) Tahun 2017, bahwa Kawasan Transmigrasi
Jelai (Pulau Nibung) masih memiliki potensi untuk dikembangkan
Kawasan Transmigrasi Jelai (Pulau Nibung) Kabupaten Sukamara, masuk ke dalam 144 Kawasan Transmigrasi prioritas
yang ditetapkan melalui Kepmen No 71 Tahun 2018 tanggal 28 Agustus 2018
Antusias masyarakat Desa Sungai Baru yang sangat berharap dan menginginkan adanya pembangunan transmigrasi di
wilayahnya
Dukungan dari Bupati Kabupaten Sukamara melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sukamara dalam
rangka peningkatan kesejahteran masyarakat di wilayah Desa Sungai Baru dan sekitarnya
Hal- 2
MAKSUD TUJUAN DAN SASARAN
Maksud :
Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam oleh sumberdaya manusia yang berkualitas, mengacu kepada
keterbatasan lingkungan yang sekaligus mendukung terciptanya lingkungan permukiman Transmigrasi yang
terintegrasi dengan penduduk lokal secara aman, produktif dan berkelanjutan.
Tujuan
Memberikan informasi mengenai calon lokasi permukiman transmigrasi yang meliputi letak lokasi dan
pencapaiannya, prospek pengembangan serta ketersediaan sumber material di lokasi tersebut.
Menyusun Tata Ruang Satuan Permukiman dan jalan yang terintegrasi dengan desa setempat yang memenuhi
kriteria 3L (Layak Huni, Layak Usaha, dan Layak berkembang) dan menyusun Rencana Teknis Jalan (RTJ) di
kawasan permukiman transmigrasi;
Menyusun rencana tata ruang pemukiman transmigrasi yang terintegrasi dengan desa setempat;
Menyusun arahan pembangunan permukiman dan penempatan transmigrasi;
Menyusun arahan pengembangan usaha transmigran;
Menyusun rencana teknis jalan.
Menyusun data geospasial lokasi satuan pemukiman transmigrasi (RTSP & RTJ) berbasis; foto udara (Drone).
Hal-3
Sasaran :
Tersedianya rencana tata ruang satuan permukiman dan jalan yang terintegrasi dengan desa setempat yang
memenuhi kriteria 3L;
Tersedianya arahan pembangunan permukiman dan penempatan transmigrasi;
Tersedianya arahan pengembangan usaha transmigran.
Tersedianya informasi geospasial lokasi satuan pemukiman transmigrasi
Tersedianya informasi visual dari udara kondisi calon lokasi transmigrasi
Terbangunnya jalan penghubung (kolektor primer)/poros (lokal primer) sesuai dokumen perencanaan teknis
jalan yang disyaratkan secara efektif dan efisien.
Manfaat:
Mengetahui jumlah transmigran yang dapat ditempatkan di calon pemukiman transmigrasi
Mengetahui jumlah rumah untuk transmigran yang perlu dibangun, rumah penduduk lokal yang harus dipugar dan dibangun untuk
pecahan KK.
Sebagai arahan pembukaan lahan dan pembangunan rumah untuk calon permukiman transmigrasi
Mengetahui jenis dan volume saprotan yang diperlukan untuk pengembangan usaha pertanian sesuai dengan kondisi lahan calon
permukiman transmigrasi
Mengetahui perkiraan kualifikasi SDM yang dibutuhkan untuk pembangunan dan pengembangan permukiman transmigrasi
Hal-5
GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN
Hal-6
Peta Orientasi
Kota
Palangkaraya
Pangkalanbun
Sukamara
ASPEK FISIK LOKASI
Topografi
Data sekunder dan peta dasar yang digunakan sebagai acuan penentuan titik
ikat adalah Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Digital BIG, Skala 1 : 25.000,
lembar Pulaumbung (1413-32), Bakosurtanal edisi Agustus tahun 2017.
Disamping itu sebagai kontrol dan interpolasi digunakan juga data sekunder
peta kontur berbasis DEM Nasional Res 0,27 Arcsecond
Titik ikat (BM 0) ditentukan dari Pertemuan Antara Jalan Kabupaten dan jalan
Imanuddin (jalan poros desa eksisting) dimana posisi titik tersebut dapat
diidentifikasi di peta maupun di lapangan. Dengan posisi koordinat
Hal-8
KOORDINAT PATOK BL DAN BM HASIL PENGUKURAN
TITIK KOORDINAT PATOK
Koordinat Geografis Koordinat UTM (49 S)
Elevasi
Patok BT LS X Y
(m)
(d° m' s.ss") (d° m' s.ss") (mT) (mU)
BM 0 110°51'19.929" 2°59'14.838" 483,951 9,669,787 5
BM 1 110°49'53.14" 2°58'18.246" 481,265 9,671,521 4
BM 2 110°51'46.387" 2°59'25.82" 484,769 9,669,451 6
BL 1 110°50'6.578" 2°58'27.396" 481,679 9,671,249 8
BL 2 110°50'19.456" 2°58'36.969" 482,083 9,670,953 8
BL 3 110°50'32.894" 2°58'46.26" 482,492 9,670,669 10
BL 4 110°50'46.053" 2°58'55.411" 482,907 9,670,389 11
BL 5 110°51'0.051" 2°59'3.998" 483,327 9,670,119 5
BL 6 110°51'14.05" 2°59'11.741" 483,765 9,669,877 5
BL 7 110°51'28.609" 2°59'19.203" 484,218 9,669,665 10
BL 8 110°51'43.868" 2°59'25.116" 484,684 9,669,483 9
Sumber : Hasil Survey Lapangan Tim RTSP dan RTJ, 2019
Hal-9
KEMIRINGAN LAHAN
Berdasarkan hasil pengukuran lapang dengan ditunjang informasi data
sekunder Peta RBI (BIG) , Peta kontur DEMNAS (Digital Elevation Model
Nasional) serta visulaisasi dengan drone diperoleh data bahwa lokasi studi
Desa Sungai Baru SKP.B secara keseluruhan mempunyai tingkat kemiringan
lahan datar ( 0 – 3 % ) .
Hal-10
Peta Kemiringan Lahan
IKLIM DAN HIDROLOGI
Data iklim diperoleh dari BKMG Stasiun Meteorologi Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat, ( 165 km ) dari
lokasi studi Serta stasiun Penakar Curah Hujan Dinas Pertanian Kabupaten Sukamara ( 78 km ), jangka waktu
pengamatan selama 5 tahun terakhir.
Berdasarkan Zona Agroklimat Oldeman (1975), lokasi survai termasuk dalam Zone B 1 dengan ciri-ciri : bulan basah
berturut-turut antara 7 - 9 bulan dan bulan keringnya berlangsung selama < 2 bulan.
Berdasarkan klasifikasi ini menunjukkan bahwa wilayah studi sesuai untuk budidaya tanaman padi sawah terus
menerus dengan perencanaan awal musim tanam yang baik, dan produksi tinggi bila panen pada musim kemarau.
Terdapat Indikasi Potensi banjir pada bulan-bulan basah tertinggi (November - Desember). Oleh karenanya,
diperlukan tatakelola air yang baik melalui pembangunan saluran drainase (parit)
Bulan
No Unsur Iklim
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sept Okt Nov Des Rata-2
1 Curah Hujan (mm) 211,5 266,5 332,3 298,9 216,3 284,3 219,9 179,3 152,7 181,1 342,7 331,2 251,4
2 Hari Hujan 20,0 18,6 22,4 20,8 15,8 18,8 15,6 13,4 11,8 18,2 21,2 24,2 16,7
3 Suhu (0 C) 26,2 26,3 26,7 26,7 26,9 26,7 26,4 26,3 27,1 27,0 26,5 26,6 26,6
5 Kecepatan Angin (Km/Jam) 8,3 9,5 8,1 7,3 8,2 7,2 9,3 10,0 9,2 7,6 8,2 8,3 8,4
6 Penyinaran Matahari (%) 45,8 41,0 39,3 48,3 44,1 59,1 57,3 44,4 58,0 51,1 47,9 54,3 49,2
Hal-12
HIDROLOGI DAN SUMBER DAYA AIR
Sungai
Di areal survai tidak ditemukan adanya sungai alam, namun terdapat saluran saluran baik itu saluran primer maupun saluran
sekunder.
Saluran Primer
Kedalaman air pada saat kemarau adalah 0,2-0,5 meter dan pada saat musim hujan 0,5-1.5 meter. Lebar 6 – 10 m Secara fisik
warna air saat pasang coklat terang. Fungsi dari saluran primer ini selain sebagai pintu masuk dan keluarnya dari saluran
sekunder, oleh penduduk setempat digunakan sebagai sarana mencuci dan mandi saat di ladang.
Saluran Sekunder
Kedalaman air pada saat kemarau adalah 0.2-0,5 meter dan pada saat musim hujan 0,5-1.5 meter. Lebar 1 – 4 m Secara fisik
warna air coklat terang. Fungsi utama saluran sekunder ini adalah sebagai drainase guna menurunkan air permukaan dan
digunakan untuk mencuci dan mandi saat di ladang.
Di lokasi studi tidak ditemukan sumur di permukiman warga. Untuk memenuhi kebutuhan
air bersih warga di Desa Sungai Baru memanfaatkan air hujan dan sebagian kecil
masyarakat menggunakan sumur bor dengan kedalaman 15 – 30 m.
Dari Hasil pembuatan sumur uji di calon LP dan FU diperoleh hasil kedalaman sumur
berkisar 1 m , dengan kondisi air yang keruh, berbau dan berasa khelat
Hal-14
SUMBER AIR POTENSIAL
Air hujan merupakan sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan di lokasi studi, terutama pada saat musim
penghujan tiba, yaitu dengan menampung air hujan dari tampungan air atap dengan menggunakan gentong
plastik kapasitas 300 liter sebanyak 3 buah per KK (Kepmen No. KEP.820/MEN/XII/2006)
Pemerintah Daerah Kabupaten Sukamara berencana membangun jaringan perpipaan air minum (PDAM) untuk
wilayah Kecamatan Jelai pada Tahun 2020, dimana jalur perpipaan yang akan dibangun melintasi wilayah yang
dekat dengan calon lokasi permukiman transmigrasi
No Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
Curah Hujan
1 211,5 266,5 332,3 298,9 216,3 284,3 219,9 179,3 152,7 181,1 342,7 331,2
(mm)
Kehilangan air
2 42,3 53,3 66,46 59,78 43,26 56,86 43,98 35,86 30,54 36,22 68,54 66,24
20% (mm)
Hujan Pototensial
3 169,2 213,2 265,84 239,12 173,04 227,44 175,9 143,44 122,16 144,88 274,16 264,6
(mm)
4 Luas atap (m2) 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49 49
Volume Air
5 Tersedia 8290,8 10446,8 13026 11716,9 8478,9 11144,6 8620 7028,6 5985,8 7099,1 13433,8 12983
(ltr/hari)
Kebutuhan Air
6 9300 8400 9300 9000 9300 9000 9300 9300 9000 9300 9000 9300
(ltr/KK/hari)
-
7 Surplus (ltr/hari) - 2046,8 3726,2 2716,9 2144,6 - - - - 4433,8 3683
Hal-15
Hasil Analisa Kualitas Air
Kadar Maksimum yang diperbolehkan
Sumur Uji I Sumur Uji II Saluran
No Parameter Satuan Air Minum Air Bersih
Fisika
Bau - Tidak berbau Tidak berbau Berbau Tdk berbau Tdk berbau
Rasa - Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa
Warna Unit Pt-Co <0,1 <0,1 1,83 9,98 4,80
Kekeruhan Skala NTU 5 25 165 120 191
Zat padat terlarut Mg/L 1.000 1.000
II Kimia
Besi Mg/L 0,3 1,0 0,04 1,82 0,07
Kesadahan (CaCO3) Mg/L 500 500 302 32,0 2,08
Sumber : Hasil Analisa Laboratrium Balai Besar Industri Bogor Kementerian Perindustrian – Bogor 2019
Hasil analisis kualitas air contoh sumur uji dan sampel saluran apabila dibandingkan dengan standar mutu air bersih dan air minum, maka
semua sampel tidak memenuhi syarat kualitas sebagai air minum maupun air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
907/Menkes/VII/2002 tentang kualitas air dan pengendalian pencemaran air, serta Persyaratan air bersih N0. 416/Menkes/Per/IX/1990.
Hal-16
PETA SUMBER DAYA AIR
PETA RENCANA JARINGAN PDAM
SURVAI TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
Klasifikasi tanah di lokasi survai mengacu kepada Sistim Penamaan Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983)
dengan padanannya sistim FAO/UNESCO (1987) serta Soil Taxonomy (USDA, 2014). Sistim klasifikasi dalam
survai ini dilakukan sampai pada tingkat Sub Group (macam) dari ketiga sistem yang digunakan.
Hasil penelitian di Lokasi survai terdapat satu jenis tanah utama yaitu tanah Gleisol. Gambaran umum
klasifikasi macam tanah di lokasi survai disajikan pada tabel berikut :
Hal-19
Peta Satuan Lahan
PERMASALAHAN LAHAN DAN FAKTOR PEMBATAS KELAS
KESESUAIAN LAHAN
Luas
Tingkat
No. Macam Tanah /Lereng Padi Sawah TPLB Sayuran Tnm Tahunan Tnm Perkebunan
Kesesuaian Lahan Ha %
A N1- d,n, N1- d,n N1- d,n N1- d,n N1- d,n
Gleisol Hidrik /
SPL 1 I Hi/D,M Hi/D,M Hi/D,M Hi/D,M Hi/D,M 374,55 40,52
0-3%
P S3 S3 S3 S3 S3
A S3- n, N1- d,n N1- d,n N1- d,n N1- d,n
Gleisol Eutrik /
SPL 2 I Mi/M, Hi/D,M, Hi/D,M, Hi/D,M, Hi/D,M, 348,97 37,75
0-3%
P S2 S3 S3 S3 S3
N1- d,n N1- d,n N1- d,n N1- d,n
A N1- d,n,f
Gleisol Histik /
SPL 3 Hi/D,M, Hi/D,M, Hi/D,M, Hi/D,M, 186,85 20,21
0-3%% I Hi/D,M,L
P S3 S3 S3 S3 S3
Tubuh Air 14,02 1,52
Jumlah 924,38 100,00
Sumber : Hasil Analisis Tim RTSP dan RTJ 2019
Keterangan :
Kelas Kesesuaian Lahan : Faktor Pembatas : Input Teknologi :
- S2 = Cukup sesuai (n) = Kesuburan tanah M = Pemupukan
- S3 = Sesuai marginal (d) = Drainase D = Drainase
- N1 = Tdk sesuai saat ini
-
Tingkat Kesesuaian lahan Tingkat Input :
A = Aktual Mi = input menengah
I = Input Hi = input tinggi
P = Potensial
Peta Kesesuaian Lahan
LEGALITAS LAHAN DAN KAWASAN HUTAN
Lokasi survei Sungai Baru merupakan areal potensial yang dapat dikembangkan menjadi calon lokasi
pemukiman transmigrasi berdasarkan Surat Persetujuan Masyarakat Desa Sungai Baru Kecamatan Jelai
Terhadap Rencana Pembangunan Pemukiman Transmigrasi Baru di Wilayah Desa Sungai Baru.
Berdasarkan Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Kalimantan Tengah No 529 / MenHut-II / 2012 skala
1 : 250.000 lokasi survai secara keseluruhan berada di dalam Areal Penggunaan Lain (APL)
Penerbitan SK Pencadangan lokasi oleh Bupati Sukamara, serta proses pengajuan Hak Pengelolaan Lahan
(HPL), masih dalam Proses
Luas area
No Jenis Kawasan hutan Simbol
Ha %
1. Areal Penggunaan Lain APL 924,38 100,00
Hal-24
Peta Kawasan Hutan
Jumlah pohon ekuivalen per hektar dari hasil perhitungan adalah sebesar
JPE = 469,98 dimana berdasarkan standar penentuan kelas hutan Dit. Bina
Program Departemen Kehutanan RI, tahun 1976, nilai JPE tersebut setara
dengan klasifikasi kelas Hutan Tersier.
1. 7 - 30 300,00 300,00 -
2. 31 - 60 6,00 169,98 1,89
Hal-26
PENGGUNAAN LAHAN
Luas
Simbol Penggunaan Lahan
Ha %
Hal-27
Peta Penggunaan Lahan && Sumber Daya Hutan
RENCANA TEKNIS SATUAN PERMUKIMAN
Rencana Pengembangan Kawasan
Kabupaten Sukamara
PKLp ( Pusat Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan) Kota Kuala Jelai Ibukota Kecamatan Jelai dengan fungsi Pusat
kegiatan keuangan, fungsi simpul transportasi laut regional, pusat pengolahan/pengumpulan barang dan jasa publik
lainnya untuk beberapa Kecamatan, sebagai Kawasan Permukiman Perdesaan, Kawasan pertanian, Kawasan Perikanan,
Kawasan Pariwisata, Kawasan Agropolitan dan Kota Terpadu Mandiri kawasan Transmigrasi.
PKLp ( Pusat Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan) Kota Balai Riam (Ibukota Kecamatan Balai Riam) dengan fungsi
kegiatan pusat keuangan, fungsi simpul transportasi, pusat pengolahan/pengumpulan barang dan jasa publik lainnya untuk
beberapa Kecamatan, sebagai Kawasan Permukiman Perdesaan, Kawasan Pertanian, Kawasan Perkebunan, Kawasan
Pertambangan dan Kawasan Agropolis (pusat Agrowisata) dan Agroindustri.
PPK ( Pusat Pelayanan Kawasan ) Kota Ajang (Ibukota Kecamatan Permata Kecubung) dengan fungsi kecamatan sebagai
Kawasan permukiman perdesaan, Kawasan perkebunan,dan Kawasan pertambangan.
PPL ( Pusat Pelayanan Lingkungan ) Kota Sungai Cabang Barat (Ibukota Kecamatan Pantai Lunci) dengan fungsi
kecamatan sebagai Kawasan Lindung, Kawasan permukiman perdesaan, Kawasan pertanian, Kawasan Wisata, Kegiatan
Pertambangan, Kegiatan Perikanan dan Kawasan Perternakan.
Hal-30
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Sukamara
Hal-31
Peta Rencana Kawasan Transmigrasi ( RKT)
Lokasi
studi
Hal-32
Peta RSKP – SKP B
Hal-33
PENILAIAN KESESUAIAN PERMUKIMAN
Kesesuaian Permukiman dinilai dari beberapa segi antara lain:
Tingkat kemudahan pencapaian lokasi secara potensial mempunyai prospek yang cukup besar karena dilalui jalur jalan ruas
Sukamara – Sungai Baru – Jelai .
Ketersediaan lahan potensial yang dihasilkan dari pengamatan lapangan menunjukkan lahan yang dinilai potensial untuk
pembangunan pemukiman transmigrasi baru
Status Kawasan Hutan, menunjukkan lokasi studi tidak mempunyai masalah, karena merupakan areal yang berstatus APL.
• Hasil hasil penilaian kesesuaian pemukiman berdasarkan pertimbangan beberapa parameter diatas, Luas areal
berdasarkan hasil pengukuran (areal survei) adalah 924,38 Ha, sedangkan lahan potensial untuk permukiman
transmigrasi adalah 508,85 Ha,
• Daya tampung lokasi diperkirakan sebanyak 200 KK dengan alokasi penggunaan lahan setiap transmigran (Permen No
19 Tahun 2018 Pasal 10 ayat 3), seluas 2,00 Ha/KK, terdiri dari :
• Daya tampung di lokasi studi (200 KK), sejatinya tidak memenuhi ketentuan dalam Permen No 10 Tahun 2018 yang
menyebutkan bahwa daya tampung minimal untuk 1 SP adalah 300 KK. Hal ini dikarenakan adanya okupasi lahan di lokasi
yang telah direkomendasikan dalam studi RSKP, sehingga luas lahan semakin berkurang.
Hal-34
PENYARINGAN LAHAN DAN DAYA TAMPUNG
CALON
Diagram SP DESA
3.1. Penyaringan SUNGAI
Lahan dan Daya BARU
Tampung
DAYA TAMPUNG
200 KK
Hal-35
TABEL TIPOLOGI LAHAN
TIPOLOGI LUAS
URAIAN %
LAHAN HA
Tipologi Lahan ini memiliki kemiringan lahan 0 – 3 %. berdasarkan kesesuaian lahan, lahan
ini dapat di kembangkan untuk Tanaman pangan, palawija dan tanaman perkebunan. Lahan
ini direkomendasikan untuk
I 1. Pusat Desa, Lahan Pekarangan, Jalan Poros dan Jalan Desa dengan masing-masing 508,85 55,05
luasan 0,25 Ha/ KK.
2. Lahan Usaha 1, dan Jalan Usaha 1 dengan masing-masing luasan0,75 Ha/ KK.
3. Lahan Usaha 2, dan Jalan Usaha II dengan masing-masing luasan1 Ha/ KK.
Enclave Lahan milik Masyarakat berupa, Kebun Campuran, Sawah dan Tanah Kosong. Lahan
II 415,53 44,95
ini merupakan lahan yg dihitung ± 1Km ke Utara dari Jalan Kabupaten.
Hal-36
Peta Analisis Tata Ruang
Tipologi lahan I
Tipologi lahan II
Rencana Peruntukan Lahan di Lokasi SP Desa Sungai Baru
Jumlah Panjang Luas
No Penggunaan Lahan di Buka
KK (M) Ha %
1 Pusat Desa 8 0,87
2 Lahan Pekarangan 200 50 5,41
3 Lahan Usaha 1 200 150 16,23
4 Test Farm 2 0,22
5 Seed Farm 2 0,22
6 Tanah Kas Desa 10 1,08
7 Kuburan 2 0,22
8 Jalan Kolektor Primer (lebar 15 m) 1.606 2,409 0,26
9 Jalan Lingkungan (lebar 10 m) 8.110 8,11 0,88
10 Jalan Lahan Usaha 1 (lebar 5 m) 23.160 11,58 1,25
11 Parit Sekunder (lebar 4 m) 1,15 0,12
12 Parit Tersier (lebar 2 m) 3,25 0,35
13 Parit Kuarter (lebar 1 m) 2,32 0,25
Jumlah 252,82 27,35
Penggunaan Lahan Tidak Dibuka
1 Lahan Usaha 2 200 200 21,64
2 Jalan Lahan Usaha 2 (lebar 5 m) 26.520 13,26 1,43
3 Parit Kuarter (lebar 1 m) 2,65 0,29
4 Lahan Cadangan 30.99 3,35
5 Enclave Lahan Milik Masyarakat 424,66 45,94
Jumlah 671,56 72,65
Total 924,38 100,00
Sumber : Hasil Perencanaan Tahun 2019
Hal-38
Peta Rencana Tata Ruang SP Desa Sungai Baru
Peta Detail Tata Ruang SP Desa Sungai Baru
PEMBUKAAN LAHAN
Alokasi Pembukaan Lahan SP Desa Sungai Baru
Peruntukkan Metode Luas
No Jenis Tanah Penggunaan Lahan
Lahan Pembukaan Ha % Patok Batas Pembukaan Lahan SP Desa Sungai Baru
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
Semi
1. Pusat Desa Distrik, Gleisol Alang alang Sawah 8 0,87
Mekanis Koordinat Geografis Koordinat UTM
Humik, Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran Elevasi
Lahan Semi Patok BT LS X Y
2. Distrik, Gleisol Alang alang, 50 5,41 (m)
Pekarangan Mekanis (d° m' s.ss") (d° m' s.ss") (mT) (mU)
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
Semi PD 110°51'45.003" 2°58'29.465" 484,721 9,671,185 4
3. Lahan Usaha I Distrik, Gleisol Alang alang, 150 16,23
Mekanis
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran BPL 1 110°50'36.729" 2°58'10.377" 482,613 9,671,771 5
Semi
4. Seed Farm Distrik, Gleisol Alang alang, 2 0,22
Mekanis
Humik, Sawah Tadah Hujan BPL 2 110°50'57.227" 2°57'50.642" 483,246 9,672,377 10
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
Semi
5. Test Farm Distrik, Gleisol Alang alang,
Mekanis
2 0,22 BPL 3 110°52'3.978" 2°58'24.491" 485,306 9,671,338 6
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran BPL 4 110°52'0.247" 2°59'2.854" 485,191 9,670,160 5
Tanah Kas Semi
6. Distrik, Gleisol Alang alang, 10 1,08
Desa Mekanis
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
Semi Sumber : Hasil Survai Tim RTSP dan RTJ Tahun 2019
7. Kuburan Distrik, Gleisol Alang alang, 2 0,22
Mekanis
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
Jalan Kolektor
8. Distrik, Gleisol Alang alang, Mekanis 2,409 0,26
Primer
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
Jalan Kolektor
9. Distrik, Gleisol Alang alang, Mekanis 8,11 0,88
Sekunder
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
Jalan Lahan
10. Distrik, Gleisol Alang alang, Mekanis 11,58 1,25
Usaha I
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
11 Parit Primer Distrik, Gleisol Alang alang, Mekanis 1,15 0,12
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
12 Parit Sekunder Distrik, Gleisol Alang alang, Mekanis 3,25 0,35
Humik, Sawah Tadah Hujan
Gleisol Hidrik, Gleisol Kebun Campuran
13 Parit Tertier Distrik, Gleisol Alang alang, Mekanis 2,32 0,25
Humik, Sawah Tadah Hujan
Total 252,82 27,35
Daya tampung yang didapatkan dari perencanaan tata ruang RTSP dan RTJ Sungai Baru adalah sebanyak
200 KK, maka jumlah kapling rumah adalah 200 unit.
Ukuran bangunan rumah transmigran 6 x 6 m2 (36 m2) atau tipe 36 semi permanen dibuat dengan tipe
panggung.
Untuk bahan bangunan rangka bangunan dan dinding papan untuk bangunan fasilitas umum serta rumah
transmigran direncanakan menggunakan kayu serta papan kelas II dan Kelas III.
Hal-44
SUMBER MATERIAL
Semua kebutuhan bahan bangunan tersebut harus didatangkan dari luar lokasi proyek termasuk kebutuhan
akan kayu, kecuali untuk kayu kaso sebagai bantalan atap banyak terdapat di sekitar areal proyek .
Sedangkan bahan bangunan serta logistik harus dibeli di Kota Sukamara yang berjarak ± 78 Km ( 2 jam
perjalanan).
Sumber material (batu gunung dan petron) untuk pembangunan jalan poros maupun jalan desa dapat
memanfaatkan material di sekitar lokasi, yaitu dari Desa-desa sekitar Jelai.
Hal-45
KEGIATAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN DAN
BUDAYA
GAMBARAN UMUM PENDUDUK
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sukamara, Tahun 2018, penduduk Desa Sungai Baru adalah 61 KK,
dengan jumlah jiwa 255 orang.
Sedangkan berdasarkan data dari Monografi Desa Sungai Baru Tahun 2019 (Bulan Maret), jumlah penduduknya adalah sebanyak
78 KK dengan jumlah jiwa sebanyak 303 orang
Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Rumah
No Sumber Data
Laki-Laki Perempuan Total Tangga (KK)
1 Kec. Jelai Dalam Angka 126 129 255 61
2 Monografi Desa 156 147 303 78
Sumber : Kec.Jelai Dalam Angka, Tahun 2018 , Monografi Desa Sungai Baru, Maret 2019
Mata Pencaharian. Sebagian besar penduduk adalah Petani. Komoditas utama yang dibudidayakan di lokasi survey adalah
tanaman pangan (Padi Sawah) dan hortikultura (Jeruk). Mata pencaharian dari sektor lain seperti sektor jasa, hanya digeluti
oleh sebagian kecil warga.
Kondisi Kesehatan. Menurut penuturan warga, umumnya masyarakat yang terserang penyakit mendapatkan pertolongan di
Pustu. Jenis penyakit yang sering diderita oleh masyarakat setempat adalah ISPA, Diare serta Penyakit Kulit
No Mata Pencaharian Jumlah
1 ASN 9 9
2 Petani 68 68
3 Nelayan 15
4 TNI/Polri 2
5 Swasta 6
6 Pertukangan 6
7 Dagang 10
8 Jasa 20
Jumlah 136 Hal-47
SUKU, AGAMA DAN BUDAYA
Dalam aspek agama dan kepercayaan, semua penduduk di lokasi survey merupakan pemeluk agama Islam.
Masyarakat Desa Sungai Baru, merupakan masyarakat campuran yang secara budaya, banyak dipengaruhi oleh Budaya
Banjar dan Melayu.
Kehidupan sosial budaya dibangun diatas pilar agama serta budaya dan adat istiadat warisan leluhur.
Prinsip dan nilai-nilai adat masih berlaku dalam kehidupan masyarakat, meskipun relatif lebih longgar
Gotong royong dan kekerabatan warga desa masih cukup kuat, akan tetapi cukup terbuka dan egaliter, sehingga bisa
menerima perbedaan serta toleran terhadap budaya luar
KONDISI PERTANIAN
Kegiatan pertanian didominasi oleh sektor tanaman pangan (Padi) dan hortikultura (perkebunan Jeruk). Selain bertani,
sebagian masyarakat juga menjadi nelayan (menangkap ikan dan udang) dan memelihara Burung Walet
Kegiatan usaha tani di lokasi studi masih dilakukan secara tradisional, bahkan sebagian besar masih jarang menggunakan
input pertanian (Pupuk dan Pestisida) secara berimbang.
Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman perkebunan yang dominan dibudidayakan adalah tanaman Jeruk. Pada saat studi
dilakukan, Tanaman Jeruk merupakan komoditas andalan warga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Areal tanaman Jeruk
cukup luas sekitar 56,5 Ha dengan harga jual produk Rp 5000 - 7000 per Kg
Kegiatan usaha tani masih bersifat tradisional. Penanaman Padi hanya dilakukan setahun sekali, tanpa proses pengolahan
lahan yang memadai dan penggunaan pupuk secara berimbang. Hal-48
KONDISI PERTANIAN
Tanaman Padi, sayuran, Jagung, dan Ubi Kayu pada umumnya ditanam di ladang yang jaraknya bervariasi antara 0,5 – 1 Km
dari permukiman .
Komoditas Peternakan, didominasi oleh ternak ayam kampung (Ayam Buras). Selain Ayam Buras, ditemukan juga ternak Sapi
Potong dalam jumlah yang sedikit, Ternak dipelihara secara tradisional tanpa perlakuan khusus.
Di sektor perikanan, awalnya cukup banyak masyarakat yang memelihara Ikan Bandeng di areal Tambak yang mereka miliki,
akan tetapi, pada saat studi dilakukan di Desa Sungai Baru tidak ada lagi warga yang melakukan budidaya Ikan Bandeng
Kegiatan perikanan yang dilakukan warga saat ini adalah menangkap ikan dan udang menggunakan jaring atau pancing
Jumlah ketersediaan tenaga kerja transmigran antara lain ditentukan oleh ukuran keluarga, struktur
umur dan jenis kelamin anggota keluarganya.
Tenaga Kerja laki-laki dewasa (berusia 20 tahun atau lebih) berkapasitas 1 HOK, wanita dewasa
berkapasitas kerja 0,8 HOK, sedangkan kapasitas kerja anak-anak setelah berumur 10 tahun besarnya 0,1
HOK. Kapasitas kerja anak terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur
Sumber; diolah dari Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil, Soekartawi, A., Soeharjo, J. L., Dillon dan J. B. Hardaker. 1986.
Hal-50
PENCURAHAN TENAGA KERJA
Pencurahan tenaga kerja keluarga per tahun sebagian besar dialokasikan pada sektor pertanian
hortikultura, yaitu sekitar 135 HOK per tahun, sedangkan untuk aktifitas non pertanian, mendapatkan porsi
pencurahan tenaga kerja yang paling kecil, yaitu sekitar 50 HOK/KK/tahun.
Ketersediaan tenaga kerja per kepala keluarga per tahun, diasumsikan sekitar 660 HOK (satu kepala
keluarga terdiri dari suami, istri dan 3 anak) dengan hari kerja efektif per tahun 300 hari.
Jumlah
No Jenis Kegiatan
(HOK/KK/Thn)
1 Hortikultura (Jeruk) 135
2 Pertanian Tanaman Pangan (Padi dan sayuran) 120
3 Non Pertanian (tukang bangunan, dagang, dll) 50
4 Peternakan, penangkaran Burung Walet dan Perikanan 65
Total 370
Tenaga kerja yang tersedia 660*
Tenaga kerja yang belum dimanfaatkan 290
Sumber; Hasil Analisis Tim, tahun 2019
Soekartawi, A., Soeharjo, J. L., Dillon dan J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil
Hal-51
PENDAPATAN PENDUDUK
Jumlah
No Sumber Pendapatan Proporsi
(Rp)
1 Tanaman Hortikultura (Jeruk) 12.505.000 32,05%
Sumber pendapatan utama penduduk diperoleh dari hasil sektor pertanian hortikultura, Perikanan,
penangkaran Burung Walet dan sub sektor tanaman pangan.
Sumber pendapatan lainnya seperti jasa, industri dan sektor non pertanian lainnya, merupakan sumber
pendapatan tambahan yang jumlahnya relatif kecil
Hal-52
Pengeluaran Penduduk
No Komponen Pengeluaran Jumlah (Rp) Proporsi
1 Beras 1.920.000 4,93%
2 Gula 630.000 1,62%
3 Kopi/Teh/minuman lain 1.950.000 5,01%
4 Garam 360.000 0,93%
5 Minyak Goreng 900.000 2,31%
6 Penerangan 0 0,00%
7 Ikan/Lauk Pauk 15.000.000 38,55%
8 Bumbu/sayur 1.200.000 3,08%
9 Rokok/Tembakau 925.000 2,38%
10 Pakaian, Pendidikan, alat Rumah Tangga, Transportasi 5.500.000 14,14%
11 Keagamaan, Kegiatan sosial, Arisan 5.000.000 12,85%
12 Kesehatan 1.650.000 4,24%
13 Sabun, pasta gigi, pewangi 3.000.000 7,71%
14 Lain-lain 875000 2,25%
Jumlah 38.910.000 100,00%
Sumber; Hasil Analisis Tim, Tahun 2019
Hal-53
Fasilitas Sosial dan Ekonomi
Fasilitas Pendidikan
Jenis Sarana Pendidikan
No Nama Desa
TK/PAUD SD SMP SMA
1 Sungai Baru 1 1 - -
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan
No Nama Desa
Puskesmas Pustu Poskesdes
1 Sungai Baru - 1 -
Sarana Peribadatan
Sarana Peribadatan
No Nama Desa
Masjid Musholla Gereja
1 Sungai Baru 1 - -
Berdasarkan hasil studi, bahwa pola transmigrasi yang bisa dikembangkan di lokasi survey adalah pola TPLB (Tanaman
Pangan Lahan Basah)
Pembangunan permukiman transmigrasi yang direkomendasikan untuk dibangun adalah Satuan Permukiman (SP) Baru
Berdasarkan rembug warga, proporsi TPA dan TPS yang disepakati oleh warga Desa Sungai Baru adalah 50 : 50
Secara umum, warga tidak mempermasalahkan daerah asal TPA yang nanti akan ditempatkan di lokasi SP Sungai Baru,
akan tetapi ada beberapa catatan yang penting untuk diperhatikan, yaitu;
Transmigran yang didatangkan harus berlatar belakang Petani
Hal-55
Bisa menyesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat
SURAT PERNYATAAN DUKUNGAN WARGA
Hal-56
POLA USAHA TANI DAN USULAN KOMODITAS
Pengembangan usaha tani yang direkomendasikan di calon lokasi permukiman transmigrasi Desa Sungai Baru
adalah pola TPLB (Tanaman Pangan Lahan Basah).
Pengembangan usaha tani dilakukan di Lahan Pekarangan (LP) seluas 0,25 Ha, Lahan Usaha 1 (LU-1) seluas 0,75 Ha
dan Lahan Usaha 2 (LU-2) seluas 1 Ha.
Komoditas utama yang akan dikembangkan di Lahan Usaha II, disarankan dengan dua alternatif;
– Alternatif Pertama adalah tanaman pangan berupa Padi Sawah (Jenis Padi Rawa)
– Alternatif Kedua adalah tanaman tahunan berupa Jeruk Siam
Padi Rawa
Padi Rawa atau padi pasang surut, adalah jenis tanaman padi yang tumbuh liar atau dibudidayakan di daerah rawa
Pengembangan Padi Rawa, dapat menjadi solusi bagi kendala utama pengelolaan lahan Rawa Lebak yaitu pola genangan air
yang sangat dinamis dan tak menentu.
Benih unggul Padi Rawa yang secara resmi dikeluarkan Pemerintah melalui Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB
Padi) adalah INPARA.
INPARA merupakan singkatan dari Inbrida Padi Rawa. Varietas padi yang tahan terhadap genangan air, seperti daerah
rawa, daerah yang sering tergenangi air atau sering terendam banjir.
Varietas Padi Rawa INPARA yang sudah dilepas ke masyarakat cukup banyak dan memiliki karakteristik berbeda. Hal-58
Deskripsi Beberapa Varietas Padi INPARA
Hal-60
RENCANA PEMANFAATAN LAHAN
(Alternatif I dan II )
No Peruntukan Lahan ( alternatif I ) Luas (m2) Keterangan
Lahan Pekarangan
1. Fasilitas rumah tangga 250 Rumah, halaman, kandang unggas
2. Tanaman buah2an 200 Mangga, Pisang
3. Tanaman sayur2an 700 Kacang-kacangan, cabe rawit, dll
4. Tanaman Obat2n 50
5. Tanaman pangan 1.300 Jagung dan Ubi Kayu
Lahan Usaha I
1. Tananaman pangan (MT 1) 7.500 Padi Sawah
2. Horti Sayuran (MT 2) 7.500 Kacang Panjang, Kacang tanah
Lahan Usaha II
1. Tananaman pangan 10.000 Padi Sawah (MT 1)
2. Tananaman pangan 10.000 Padi Sawah (MT 2)
No Peruntukan Lahan ( alternatif II) Luas (m2) Keterangan
Lahan Pekarangan
1. Fasilitas rumah tangga 250 Rumah, halaman, kandang unggas
2. Tanaman buah2an 200 Mangga, Pisang
3. Tanaman sayur2an 700 Kacang-kacangan, cabe rawit, dll
4. Tanaman Obat2n 50
5. Tanaman pangan 1.300 Jagung dan Ubi Kayu
Lahan Usaha I
1. Tananaman pangan (MT 1) 7.500 Padi Sawah
2. Horti Sayuran (MT 2) 7.500 Kacang Panjang, Kacang tanah
Lahan Usaha II
1. Tananaman Tahunan 10.000 Jeruk
2. Tanaman sela 2.500 Jagung, Kacang Tanah (sampe thn ke 4)
Sumber; Hasil Analisis Tim, Tahun 2019 Hal-61
PERKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA (alternatif I)
Hal-62
PERKIRAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA (alternatif Ii)
Hal-63
PASCA PANEN DAN PEMASARAN
Alat Bantu Pengolahan Hasil Pertanian:
No Nama Peralatan Spesiikasi Keterangan
1 Mesin Pemotong/pencacah Alat Pencacah Kayu/Ranting Digunakan untuk pembuatan kompos dan pupuk
2 Alat Perontok Padi Mesin perontok Padi (Power threser) Dapat digunakan secara mobile oleh kelompok tani untuk
perontokan gabah.
3 Lantai Jemur Lantai Semen dengan luasan sekitar Digunakan untuk penjemuran padi, Jagung, Kacang tanah
2500 m2 dan kegunaan lainnya yang produktif
4 Penggilingan Padi Mesin Huller kapasitas 8 t0n per jam Digunakan untuk penggilingan padi masyarakat ketika
panen.
5 Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung (mobile) Membantu petani ketika panen jagung, digunakan secara
bergantian (mobile)
6 Lemari pendingin Lemari Pendingin kapasitas besar dan Digunakan sebagai penyimpanan/pengawetan olahan dari
Freezer buah Jeruk (Juice, Sirup, Sari Jeruk, dll)
7 Seperangkat alat pengolahan Alat pengolahan makanan dan Digunakan untuk pengolahan buah Jeruk menjadi makanan
buah Jeruk dan peralatan minuman skala rumah tangga atau dan minuman jadi.
pengemasan sederhana Industri Kecil
Hal-64
PASCA PANEN DAN PEMASARAN
Gambaran Umum Pemasaran Produk Pertanian
Hal-65
PASCA PANEN DAN PEMASARAN
Beberapa Saran :
Mengembangkan industri pengolahan berbasis rumah tangga atau koperasi (BUMDes), sehingga nilai tambah
produk bisa dinikmati oleh produsen (petani) secara optimal.
Membangun pasar fisik yang representatif sebagai tempat pertemuan antara produsen dan konsumen.
Membuka akses pasar yang lebih luas (antar kabupaten, antar pulau, regional, eksport)
Membangun kelembagaan pemasaran bagi masyarakat/pelaku UMKM, dianjurkan untuk mendirikan koperasi bagi
masyarakat produsen maupun konsumen.
Membangun infrastruktur pemasaran, seperti prasarana dan sarana transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan,
terminal, dll) yang representatif.
Mendorong masuknya lembaga keuangan mikro yang mudah dijangkau oleh produsen, pedagang lokal maupun
konsumen
Hal-66
KELAYAKAN
USAHA TANI TRANSMIGRAN
Perkiraan produksi (Alternatif i)
Perkiraan Satuan dan Produksi Tahun Ke-
Luas Lahan
No Uraian Produksi Bentuk
(Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(kg/Ha) Hasil
I LAHAN PEKARANGAN
A Tanaman Pangan
1 Jagung (MT1) 0,13 4.500 kg BK 585 585 585 585 585 585 585 585 585 585
2 Ubi Kayu (MT2) 0,13 8.000 kg SS 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040 1.040
B Sayuran
1 Cabe (MT1) 0,035 2.500 kg CS 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88
2 Kacang panjang (MT1) 0,035 3.500 kg KPS 123 123 123 123 123 123 123 123 123 123
3 Cabe (MT2) 0,035 2.500 kg CS 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88
4 Kacang panjang (MT2) 0,035 3.500 kg KPS 123 123 123 123 123 123 123 123 123 123
C Buah-buahan
1 Pisang 0,02 5000 kg BS 25 25 29 31 33 35 37 39 42
2 Mangga 0,02 1000 kg BS 5 5 5 5 5 6
D Peternakan
Ternak Ayam Buras
1 Telor Butir 486 486 486 486 486 486 486 486
2 Ayam Umur 5 bln Ekor 141 141 141 141 141 141 141 141
JUMLAH LP
II LAHAN USAHA I
1 Padi Sawah (MT 1) 0,75 4.600 kg GKP 3.450 3.450 3.450 3.450 3.450 3.450 3.450 3.450 3.450
2 Kacang Tanah MT2 0,375 3.000 kg BK 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125 1.125
3 Kacang Panjang MT2 0,375 3.500 kg KPS 1.313 1.313 1.313 1.313 1.313 1.313 1.313 1.313 1.313
JUMLAH LU
III LAHAN USAHA II
1 Padi MT 1 1 4.600 kg GKP 4.600 4.600 4.600 4.600 4.600 4.600 4.600 4.600
2 Padi MT 2 1 4.600 kg GKP 4.600 4.600 4.600 4.600 4.600 4.600 4.600
Tahun ke-1, Total pendapatan usaha tani transmigran pada akhir tahun ke-1 penempatan baru mencapai Rp.
12.842,- dengan pendapatan bersih sebesar Rp 7.348.000,-. Produktifitas usaha tani belum optimal,
pengolahan lahan belum dilaksanakan secara penuh, dimana transmigran baru bisa mengelola Lahan
Pekarangan
Tahun ke-2, pendapatan kotor transmigran mengalami kenaikan menjadi Rp. 83.392.000,- dengan
pendapatan bersih sebesar Rp 64.372.000,-. Pendapatan ini meningkat karena adanya tambahan
penghasilan dari usaha tani di LU-I
Tahun ke-3, setelah LU II mulai digarap, petani banyak mengeluarkan dana untuk mulai mengelola Lahan
Usaha II, akan tetapi pendapatan di Lahan Pekarangan mulai naik signifikan terutama dari budidaya ternak
Ayam, sehingga pendapatan kotor naik menjadi Rp. 123.257.000,-, dengan pendapatan bersih sebesar Rp
68.214.000,-
Hal-73
Perkiraan Pendapatan Bersih Transmigran (ii)
Hal-74
PENDAPATAN BERSIH (ii)
Tahun ke-1, Total pendapatan usaha tani transmigran pada akhir tahun ke-1 penempatan baru mencapai
Rp. 12.842,- dengan pendapatan bersih sebesar Rp 7.348.000,-. Produktifitas usaha tani belum optimal,
pengolahan lahan belum dilaksanakan secara penuh, dimana transmigran baru bisa mengelola Lahan
Pekarangan
Tahun ke-2, pendapatan kotor transmigran mengalami kenaikan menjadi Rp. 83.392.000,- dengan
pendapatan bersih sebesar Rp 64.372.000,-. Pendapatan ini meningkat karena adanya tambahan
penghasilan dari usaha tani di LU-I
Tahun ke-3, setelah LU II mulai digarap, petani banyak mengeluarkan dana untuk mulai mengelola Lahan
Usaha II. Pendapatan di Lahan Pekarangan mulai naik signifikan terutama dari budidaya ternak Ayam,
sehingga pendapatan kotor naik menjadi Rp. 120.782.000,-, akan tetapi, pendapatan bersih turun menjadi
Rp 59.819.000,-
Pendapatan bersih terus menurun sampai tahun ke-7. Hal ini dikarenakan tanaman Jeruk di LU-II baru
mulai berproduksi di awal tahun ke-8 atau tahun ke-4 setelah penanaman. Pendapatan akan naik secara
signifikan mulai tahun ke-8
Hal-75
KELAYAKAN USAHA TANI
Penilaian kelayakan usaha Transmigran, dilakukan dengan membandingkan proyeksi tingkat pendapatan
dengan standar tingkat perkembangan dan kesejahteraan ekonomi transmigran menurut parameter
pendapatan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 25/Men/IX/2009
Tahun 2009.
Tingkat kesejahteraan ekonomi trasnmigran berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. 25/Men/IX/2009 Tahun 2009, adalah;
2. Tingkat PEMANTAPAN
Pendapatan KK/tahun Setara 2400 kg beras
Hal-76
KELAYAKAN USAHA TANI (I)
Pendapatan Tingkat
Pendapatan
Tahun Konsumsi Tabungan Setara Pendapatan Menurut Status
Bersih
ke (Rpx1000) (Rpx1000) Beras Permen No.25/Men /2009 Kelayakan
(Rpx1000)
(kg/KK/Thn) (kg/KK/Thn)
1 7.348 7.348 612 1600 s/d 2400 kg
Layak
2 64.372 38.910 25.462 5.364 Setara Beras
Hal-77
KELAYAKAN USAHA TANI (I)
• Tahun pertama (T+1), pendapatan transmigran masih sangat minim, yaitu Rp 7.348.000,-, dan belum
dapat memenuhi target minimal. Selanjutnya, di tahun kedua ada kenaikan yang signifikan menjadi setara
dengan 5.364 Kg beras. Kondisi ini berada di atas standar kelayakan minimal pada Tahap Penyesuaian
(1.600 Kg setara beras per tahun)
• Tahap pemantapan (T+3 s/d T+4). Pada tahun ketiga, jumlah pendapatan transmigran menjadi Rp
68.214.000,- kemudian naik lagi di tahun ke empat menjadi Rp 68.922.000,- atau setara dengan 5.244 Kg
beras. Pada tahap ini, tingkat pendapatan transmigran sudah berada di atas standar kelayakan minimal
(2.400 Kg – 3.000 Kg setara beras per tahun)
• Tahap Pengembangan (T+5 s/d T+7) dan seterusnya, transmigran memperoleh pendapatan di atas
3.000 Kg setara beras.
Hal-78
KELAYAKAN USAHA TANI (II)
Pendapatan Tingkat
Pendapatan
Tahun Konsumsi Tabungan Setara Pendapatan Menurut Status
Bersih
ke (Rpx1000) (Rpx1000) Beras Permen No.25/Men /2009 Kelayakan
(Rpx1000)
(kg/KK/Thn) (kg/KK/Thn)
Hal-79
KELAYAKAN USAHA TANI (II)
Tahun pertama (T+1), pendapatan transmigran masih sangat minim, yaitu Rp 7.348.000,-, dan belum dapat
memenuhi target minimal. Selanjutnya, di tahun kedua ada kenaikan yang signifikan menjadi setara dengan
5.364 Kg beras. Kondisi ini berada di atas standar kelayakan minimal pada Tahap Penyesuaian (1.600 Kg
setara beras per tahun)
Tahap pemantapan (T+3 s/d T+4). Pada tahun ketiga, jumlah pendapatan transmigran menjadi Rp
59.819.000,- jumlah ini lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah pendapatan di tahun sebelumnya, yaitu
sebesar Rp 64.372.000,- Penurunan jumlah pendapatan transmigran terus terjadi setiap tahun sampai
dengan tahun ke-7 yang disebabkan oleh belum produktifnya usaha tani di LU-II. Akan tetapi, secara umum,
jumlah pendapatan petani masih berada di atas tingkat kelayakan minimal di tahap Pemantapan (setara
dengan 2.400 s.d. 3.000 Kg Beras per tahun).
Tahap Pengembangan (T+5 s/d T+7) kondisi pendapatan transmigran masih belum meningkat, bahkan pada
tahun ke-7 pendapatan bersih transmigran berada sedikit di bawah standar minimal kesejahteraan di Tahap
Pengembangan, yaitu setara 2.980 Kg Beras (standar minimalnya adalah setara dengan 3.000 Kg Beras)
Hal-80
KELAYAKAN USAHA TANI
Berdasarkan uraian tentang perkembangan usaha tani transmigran diatas, dapat diambil
kesimpulan bahwa tingkat pendapatan transmigran, pada kedua alternatif pengembangan usaha
tani, sudah memenuhi kriteria Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 25/Men-
IX/2009 Tahun 2009.
Secara umum, pengembangan permukiman transmigrasi di Desa Sungai Baru, Kecamatan Jelai,
Kabupaten Sukamara dengan luas Lahan Pekarangan = 0,25 Ha, Lahan Usaha 1 = 0,75 Ha, serta
Lahan Usaha II = 1 Ha, baik menggunakan pola TPLB dengan komoditas Padi Sawah, maupun
kombinasi antara Padi Sawah dengan Jeruk, ditinjau dari aspek usaha ekonomi, adalah Layak
Hal-81
Rencana Teknis Jalan
I. Gambaran Wilayah Lokasi
1. Titik Awal Perencanaan
Alinyemen jalan Lokal Primer yang direncanakan untuk permukiman transmigrasi Di Desa Sungai Baru
Kecamatan Jerai Kabupaten Sukamara ini, memanfaatkan jalan bekas kebun dan jalan setapak sampai
ke Pusat Desa, sepanjang 1,606 Km.
Titik Awal jalan STA 0+00 Terletak pada simpang jalan arah Kabupaten Sukamara dan ke arah
Kecamatan Jelai yang ditandai dengan pemasangan patok BMJ.0 hingga menuju Pusat Desa, yang
ditandai dengan pemasangan patok BMJ.1 dengan Titik Koordinat Jalan adalah :
No Nama Patok STA X Y Z
1 Awal jalan 0+000 483 919 , 040 9 669 786 , 326 8,000
2 BMJ.0 483 925 , 000 9 669 798 , 000 7,531
3 Akhir jalan 1+606 484 714 , 096 9 671 184 , 000 5,624
4 BMJ.1 484 720 , 000 9 671 184 , 000 5,824
Sumber : Analisis Hasil Survai Tim RTSP & RTJ Sukamara 2019
6. Volume Pembangunan Jalan
Panjang jalan Lingkungan 8,110 KM Konstruksi rencana perkerasan sirtu lebar 3,00 meter
1 Ukuran 2,4 x1,7 M , P = 3,5 M Konstruksi Beton bertulang
Gorong-gorong 31 buah
Type Box
2 Jalan lahan I 23,16 Km Tanah Perkeras
Sumber; Hasil Analisis Tim RTJ , Tahun 2019
PETA ALINEMEN JALAN
PETA JARINGAN JALAN
PETA LAYOUT JALAN LOKAL PRIMER
II. Perencanaan Perbaikan Tanah Dasar
Lokasi pembangunan jalan lokal primer di Desa Sungai Baru Kecamatan Jelai Kabupaten Sukamara merupakan
tanah genangan pada kedalaman 1,0-1,25 m (pada musim hujan), yang diklasifikasikan sebagai tanah lunak
dangkal.
Perbaikan dilakukan dengan menstabilisasi lapisan permukaan pada tanah lunak dengan cerucuk dan Timbunan
Tanah. Perbandingan karakteristik dari macam-macam teknik stabilisasi tanah dangkal : (berdasarkan
Pedoman konstruksi Stabilisasi dangkal tanah lunak, untuk konstruksi timbunan jalan Kementerian
PUPR - Pd T-11-2005-B)
Dengan Stabilisasi dangkal Sedang Cukup Stabil Cukup Stabil Sedang Sedang
Stabilisasi dangkal + cerucuk yang renggang (jarak Agak kecil Stabil Stabil Agak cepat Tinggi
antar cerucuk > 3,5 x diameter cerucuk)
Stabilisasi dangkal + cerucuk yang renggang (jarak Kecil Lebih Stabil Lebih Stabel Cepat Sangat Tinggi
antar cerucuk ≤ 3,5 x diameter cerucuk)
berdasarkan Pedoman konstruksi Stabilisasi dangkal tanah lunak, untuk konstruksi timbunan jalan Kementerian PUPR - Pd T-11-2005-B)
Meknisme Teknik Stabilitasi Tanah Lunak dengan Cerucuk dan Timbunan
III. Perencanaan Jalan
Trase jalan Lokal Primer rencana merupakan daerah datar, maka dalam perencanaan alinemen vertikal tidak
mengalami masalah meskipun persyaratan-persyaratan perencanaan dapat dipenuhi.
Titik Alinemen vertical yang direncanakan ada 3 (tiga) titik
Berdasarkan Permen Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 25 tahun 2016 tentang pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana, dan utilitas
umum kawasan transmigrasi , meliputi :
1. Rencana Anggaran Pembangunan Jalan Kolektor Primer
Tahap I ( T+1) : Konstruksi Lapis Pondasi Bawah Material Sirtu
Tahap II(T+5) : Konstruksi Lapis Permukaan Lapen
Tahun Pembangunan
Uraian Volume Harga Satuan
No Uraian Pekerjaan Tahap T.0 -T.1 Tahap T.2 Tahap T.5 Keterangan
Volume Satuan (Rp) TAHAP I TAHAP II TAHAP III
Biaya Pembangunan
1 Biaya Pekerjaan Jalan Lokal Primer
a Biaya Pembangunan Jalan Lokal Primer Tahp I (Perkerasan Sirtu)
- Pembangunan Jalan Lokal Primer (Perkerasan Sirtu 1,606 Km) 1,606 Km 1.520.108.792 2.441.294.720 -
- Gorong² Box Beton bertulang Uk 4,2 x 2,0 meter Panjang 3,5 M (4 Unit) Double 2,000 Unit 53.598.620 107.197.240 -
- Gorong2 Box Beton Bertulang Uk 1,2 x 1,0 meter Panjang 7,5 M (6 Unit) Single 6,000 Unit 28.776.680 172.660.080
- Pembangunan Jembatan Semi Permanen bentang 15 M (1 unit) 1,000 Unit 353.285.000 353.285.000 -
b Biaya Pembangunan Jalan Kolektor Primer Tahp II (Perkerasan Lapen)
- Pembangunan Jalan Kolektor Primer (Perkerasan Lapen Makadam 1,606 Km) 1,606 Km 1.425.108.344 - 2.288.724.000
c Biaya Pembangunan Jalan Lingkungan 8,11 Km (Perkerasan Sirtu)
- Pembangunan Jalan Lingkungan 8,11Km Perkerasan sirtu 8,110 Km 261.403.453 2.119.982.000 - -
- Gorong² Box Beton Bertulang Uk 2,4 x 1,7 M Panjang Jalan 3,5 M (31 unit) 31,0 Unit 26.755.726 829.428.000 -
d Biaya Pembangunan Jalan LU I 23,160 Km
Pembagunan Jalan lahan Usaha I (23,160 Km) 23,160 Km 15.304.836 354.460.000 -
Jumlah Harga Pekerjaan ( Termasuk Biaya Umum dan Keuntungan) 6.378.307.040 - 2.288.724.000
PPn 10% - - -
Jumlah
6.378.308.000 - 2.288.724.000
Jumlah Total Biaya Pembangunan Jalan 8.667.032.000
Rencana Biaya Pembangunan Satuan Permukiman
Rencana Pembangunan Permukiman Transmigrasi berpedoman pada
Udang-undang negara republik indonesia nomor 15 tahun 1997 tentang ketransmigrasian Pasal 13
Bantuan Pemerintah untuk Transmigrasi Umum
PP 3-2014 - Pelaksanaan UU 15-1997 ttg Ketransmigrasian-Penempatan, pengerahan
Peraturan menteri desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi republik indonesia
nomor 25 tahun 2016 tentang pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana, dan utilitas
umum kawasan transmigrasi
- Biaya Pengerahan
- Biaya Pengembangan Pertanian
- Biaya Jaminan Hidup 1 Tahun pertama
- Biaya Layanan Sosial dan Kemasyarakatan
Berdasarkan hasil studi dari berbagai aspek, maka Tim perencana RTSP dan RTJ merekomendasikan agar calon
lokasi SP di Desa Sungai Baru Kecamatan Jelai Kabupaten Sukamara, dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya dan
diimplementasikan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
Perlu segera dibentuk tim koordinasi yang melibatkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten
Sukamara dengan warga Desa Sungai Baru terkait dengan pengamanan lahan yang telah disepakati
untuk dijadikan permukiman transmigrasi, sehingga tidak ada okupasi dan penyerobotan lahan di
lokasi tersebut.
Perlu segera melakukan proses penerbitan SK HPL
Melakukan pembuatan saluran drainase pada saat pembukaan lahan
Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sukamara terkait rencana pembangunan
jaringan perpipaan air bersih PDAM di Kecamatan Jelai, yang dapat dijadikan sebagai sumber air bersih
bagi calon warga transmigran.
Melakukan pengembangan usaha pertanian dengan komoditas dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi
Agroklimat di lokasi studi, serta mengembangkan industri pengolahan berbasis rumah tangga dan
pemasaran