OLEH :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
membarikan berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktikum kali ini dengan tujuan untuk melengkapi tugas praktek mata kuliah
Fisiologi Hewan Air.
Laporan praktikum ini menjelaskan materi praktikum yang telah dirangkum
dalam laporan dengan judul “ Pengamatan Pergerakan Sirip-Sirip Ikan Dan
Mekanisme Ikan Mengambil Makanan Dan Laju Menghancurkan Makanan Di
Dalam Lambung Pada Ikan Lele (Clarias gariepinus)”. Disusun berdasarkan data
yang telah di kumpulkan pada kegiatan praktikum yang di laksanakan pada tanggal
17, Mei 2023 di laboratorium Biologi Perairan.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasi kepada orang tua yang telah
memfasilitasi penulis untuk dapat mengerjakan dan menyelesaikan laporan ini,
anggota kelompok 6 (enam) yang telah bekerja sama dan asisten laboratotium yang
senantiasa membantu praktikan dalam memperoleh data yang di perlukan untuk
melengkapi informasi dalam penyusunan laporan ini.
Kemudian, penulis menyadari bahwa laporan yang saya tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... iii
DAFTAR TABEL............................................................................... iiv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... v
I. PENDAHULUAN............................................................................
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Tujuan Dan Manfaat Praktikum .................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................
2.1. Identifikasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepenus) ..................... 3
2.2. Sirip (Pinnae) ............................................................................. 4
2.3. Sistem Pencernaan Ikan .............................................................. 7
III. METODOLOGI PRAKTIKUM ..................................................
3.1. Waktu dan Tempat ..................................................................... 14
3.2. Alat dan Bahan........................................................................... 14
3.3. Metode Praktikum ...................................................................... 14
3.4. Prosedur Praktikum .................................................................... 15
3.4.1. Pengamatan Pergerakan Sirip-Sirip Ikan ............................... 15
3.4.2. Pengamatan Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan
Laju Menghancurkan Makanan di Dalam Lambung ............... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................
4.1. Hasil .......................................................................................... 16
4.1.1. Pengamatan Pergerakan Sirip – Sirip Ikan............................. 16
4.1.2. Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan Laju
Menghancurkan Makanan di Dalam Lambung ....................... 17
4.2. Pembahasan ............................................................................... 18
4.2.1. Pengamatan Pergerakan Sirip-Sirip Ikan ............................... 18
4.2.2. Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan Laju
Menghancurkan Makanan di Dalam Lambung ....................... 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
5.1. Kesimpulan ................................................................................ 20
5.2. Saran.......................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. (a) Ikan saat di beri pakan tubifex dan pelet pada Toples B dan C; (b)
Ikan yang bergerak mengambil makanan pada wadah B dan C. ........... 16
2. (a) Ikan di ukur (b) Penampakan pakan pelet yang masih utuh di
lambung ikan pada 10 menit pertama ................................................. 17
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat Praktikum ................................................................................... 14
2. Bahan Praktikum ................................................................................ 14
3. Pengamatan Pergerakan Sirip-Sirip Ikan Lele ...................................... 16
4. Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan Laju Menghancurkan
Makanan di Dalam Lambung.............................................................. 17
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Prosedur Praktikum ............................................................................ 23
1
I. PENDAHULUAN
ikan meningkat. Meningkatnya laju metabolisme ikan ini harus diimbangi dengan
makanan yang diperoleh dari lingkungannya. Proses digesti pakan ikan akan
dimulai dari lambung, dan dilanjutkan pada intestine yang akan berakhir hingga
anus yang merupakan pembuangan bahan sisa.
Untuk memahami mekanisme pergerakan sirip ikan lele saat mengambil
makanan alami dan pakan buatan, serta waktu yang dibutuhkan untuk mencerna
makanan di dalam lambung, praktikum dilakukan. Praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai perilaku makan ikan lele dan proses pencernaan
ikan lele.
Kondisi air dengan kandungan oksigen yang sangat minim lele dumbo masih dapat
bertahan hidup, karena lele dumbo memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut
organ arborescent (Santoso, 1994).
Pada siang hari lele dumbo memang jarang menampakkan aktivitasnya dan
lebih menyukai tempat yang bersuasana sejuk dan gelap. Ikan lele dumbo bersifat
nokturnal (aktif pada malam hari). Lele dumbo mencari makan biasa dilakukan
pada malam hari, namun, pada kolam-kolam budidaya lele dumbo dapat dibiasakan
diberi pakan pada siang hari (Santoso, 1994).
Lele dumbo terkenal rakus, karena mempunyai ukuran mulut yang cukup lebar
hingga mampu menyantap makanan alami di dasar perairan dan buatan misalnya
pellet. Lele dumbo sering digolongkan pemakan segala (omnivora). Di kolam
budidaya, lele dumbo mau menerima segala jenis makanan yang diberikan
(Santoso, 1994).
bentuk, sirip ekor digolongkan menjadi beberapa tipe yaitu bundar, sabit, ganda,
berlekuk tunggal, dan hiposerkal (Soeseno, 2006). Terdapat lima jenis sirip pada
ikan, yaitu sirip dorsal yang terletak di atas punggung, sirip kaudal yang terletak di
atas ekor, sirip anal yang terletak dibawah dubur, sirip ventral yang terletak diatas
perut, dan sirip pektoral yang terletak di belakang kepala. Sirip ventral dan dorsal
berbentuk sepasang, sementara sirip lainnya hanya satu (Rahardjo, 2020). Sirip -
sirip ini didukung oleh jari-jari tipis yang terletak di sepanjang 5 bagian luar sirip.
Terdapat jari-jari sirip lemah, jari-jari sirip keras dan bahkan ada yang berbentuk
duri (Nursyahra, 2012).
Jari-jari sirip ikan Osteichthyes terdiri atas tiga jenis yaitu jari jari lemah, jari-
jari lemah mengeras, dan jari-jari keras. Jari-jari lemah memiliki ruas-ruas, sering
bercabang dan mudah dibengkokkan. Hal ini bisa ditemukan pada semua jenis ikan.
Jari-jari lemah mengeras menunjukkan antara jari-jari keras dan jari-jari lemah;
ciri-ciri ini meliputi ruas-ruas yang kadang-kadang kurang jelas, tidak bercabang,
dan tidak dapat dibengkokkan. Jari-jari keras terlihat tidak beruas, tidak bercabang,
tidak dapat dibengkokkan dan runcing (Rahardjo, 2020).
Jari jari sirip Sirip ventral ikan merupakan sirip yang berperan sebagai alat yang
membantu menstabilkan posisi ikan saat bergerak di air. Sirip juga membantu untuk
menempatkan ikan pada kedalaman yang sesuai. Secara umum, sirip ini dapat
digunakan untuk bergerak ke atas dan ke bawah. Beberapa ikan yang menghuni
dasar perairan menggunakan sirip ventralnya untuk mencengkeram substrat, seperti
ikan kehkel dan Glyptothorax platypogon. Anggota Elasmobranchi sirip ventral
bermodifikasi menjadi myxopterygium (clasper) yang berfungsi sebagai penyalur
sperma yang membantu menjamin keberhasilan fertilisasi internal (Rahardjo,
2020).
Sirip pectoral ikan merupakan sirip yang terletak pada dua sisi ikan di belakang
tutup insang memiliki fungsi untuk membantu ikan dalam bergerak maju, ke
samping dan mengerem, serta membelok ke kiri atau kanan. Sirip ini mempunyai
bentuk yang beragam, misalnya pada ikan tuna siripnya berbentuk panjang dan
meruncing, sedangkan pada ikan gurami siripnya lebih membundar. Ikan terbang
Hirundichthys oxycephalus menggunakan sirip pektoralnya yang panjang untuk
melayang di atas air. Sebaliknya pada ikan yang gerakannya lambat sirip ini
6
seperti mulut, esofagus, lambung, ginjal, hati, pankreas, usus, rektum, dan anus
sudah terbentuk. Pada H-5 mulai muncul mikrophilli pada usus untuk menyerap
nutrisi. Sel-sel penyusun hati, jantung, pencernaan saluran sudah tumbuh dan
berkembang menyerupai organ ikan dewasa, ditandai adanya pakan dalam usus.
Saluran dan sistem pencernaan telah berdiferensiasi menjadi organ dalam seperti
pada ikan dewasa pada hari ke-6 (H-6) dan akan sempurna pada H-20. Pada
dasarnya sistem pencernaan makanan dalam tubuh dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
proses penghancuran makanan yang terjadi dalam mulut hingga lambung. Langkah
selanjutnya dalam proses ini adalah kemampuan usus untuk menyerap sari-sari
makanan. setelah itu sisa makanan akan dikeluarkan melalui anus.
Seperti kebanyakan hewan lainnya, ikan memiliki sistem pencernaan. Tetapi
ada banyak jenis ikan yang berbeda, terutama berbeda dalam hal apa yang mereka
makan. Bagian mulut, rongga mulut, tenggorokan, kerongkongan, lambung,
pilorus, usus, rektum, dan anus merupakan bagian utama saluran pencernaan ikan.
Sedangkan, pankreas, hati, dan kantung empedu termasuk kelenjar pencernaan.
Adapun struktur dan fungsi saluran pencernaan pada ikan dapat dilihat
sebagai berikut:
a. Mulut
Mulut adalah bagian tubuh pertama yang berhubungan langsung dengan
makanan. Makanan yang biasanya ditelan utuh dapat dicerna menggunakan mulut
tanpa modifikasi apapun. Makanan akan bergabung dengan mukus yang dihasilkan
oleh sel kelenjar pada epitel rongga mulut sehingga lebih mudah ditelan yang
didukung oleh kontraksi otot pada dinding mulut.
Mulut ikan biasanya ditemukan pada tipe terminal, yaitu ujung depan kepala,
pada ikan lain, mulut dapat ditemukan di dekat ujung kepala (tipe subterminal), di
bagian bawah kepala (tipe inferior), atau di bagian atas (tipe superior). Seiring
dengan berbagai variasi letak, bentuk mulut pada ikan juga berbeda. Lokasi dan
bentuk mulut terkait langsung dengan preferensi makan ikan. Jenis mulut yang
lebih maju makan dari atas atau menunggu di dasar air untuk menangkap apa pun
yang lewat di atas kepala.
Secara khusus, ukuran dan lokasi gigi pada mulut ikan dapat memberi petunjuk
tentang apa yang dimakannya. Hiu adalah predator hewan yang relatif besar yang
9
dapat menelan utuh mangsanya, terbukti dari mulutnya yang besar dan giginya yang
tajam. Bibir ikan yang mengonsumsi sedikit makanan seringkali berukuran cukup
kecil. Ikan ini memiliki mulut yang lebih lemah dan bibir yang lebih tebal serta
berdaging daripada ikan yang makan melalui isapan. Bibir tipe pengisap pada ikan
yang berenang bebas, seperti Glyptosternum, Gyrinocheilus, dan beberapa anggota
famili Loricariidae, berfungsi sebagai mekanisme menggenggam kerikil atau benda
lain di sungai yang bergerak cepat. Bibir ikan umumnya tidak memiliki sisik, tetapi
pengeculian pada ikan hiu yang bibirnya ditutupi oleh sisik placoid .
Seringkali, sungut dengan berbagai ukuran dan jumlah menempel pada mulut.
Untuk mencari makan, ikan menggunakan sungut sebagai alat peraba. sungut
memiliki saraf yang memungkinkan ikan untuk mencari makanan di sekitarnya.
Misalnya, sungut ikan mas pendek, sedangkan ikan Kebo Gerang panjang dan
menjulur ke depan sirip duburnya, bahkan sungut ikan berjanggut dua kali panjang
tubuhnya. Letak sungut setiap 4 ikan juga berbeda, ada yang terletak pada ujung
depan rahang bawah, ada yang terletak di sudut bibir ataupun terletak di rahang
bawah dan rahang atas. Jumlah sungut juga sangat bervariasi dari satu pasang
sampai empat pasang. Saat mencari makan, ikan menggunakan sungut yang
memiliki sistem syaraf sebagai alat peraba. Ikan mencari makan di dasar laut atau
di substrat berpasir dan berlumpur dengan memanfaatkan sungut yang dimilikinya.
Gigi ikan juga beradaptasi dengan makanan yang mereka makan. Ikan memiliki
variasi letak dan bentuk gigi yang sangat beragam. Berdasarkan bentuknya, gigi
rahang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu: Cardiform, villiform, canine,
incisor, comb-like teeth, dan molariform. Gigi villiform mirip dengan gigi
cardiform, kecuali lebih panjang dan membuat penampilan seperti pinggiran,
misalnya pada Pterois. Gigi canine sering menyerupai bentuk gigi taring, berbentuk
panjang dan berbentuk kerucut, lurus atau melengkung, dan beradaptasi untuk
mencengkeram.
Selain membantu pencernaan mekanis, rongga mulut pada banyak spesies ikan
juga membantu proses mengawetkan telur. Inkubasi telur yang telah dibuahi dan
penyimpanan larva yang baru menetas terjadi di rongga mulut. Setelah kantung
kuning telur habis dimakan, telur ikan yang baru menetas akan dikeluarkan dari
10
mulut ikan, namun tetap dirawat dan dilindungi oleh induknya untuk sementara
waktu.
b. Faring (Tekak)
Pangkal leher, atau dikenal dengan sebutan faring, terletak diantara insang dan
bagian belakang mulut. Faring memiliki insang di sisi kiri dan kanannya. Biasanya,
gigi faring hadir di sisi atas dan bawah faring. Berdasarkan jenis makanan yang
dikonsumsi, bentuk gigi faring dapat berubah. Gigi faring pada ikan dari famili
Labridae berbentuk geraham, dan berfungsi untuk menghancurkan cangkang
moluska yang mereka konsumsi. Meskipun anggota famili Cyprinidae tidak
memiliki gigi di rahang, ikan ini memiliki gigi berbentuk geraham pada faring yang
digunakan untuk menggiling makanan. Gigi faring belut memiliki bentuk yang
meruncing dan digunakan untuk mencabik-cabik makanan.
c. Insang
Tepat di belakang rongga mulut terdapat insang. Ikan bertulang sejati biasanya
memiliki empat pasang lengkungan insang, sedangkan ikan bertulang rawan
biasanya memiliki lima hingga tujuh pasang. Layar insang dan filamen insang
masing-masing terletak di bagian depan dan belakang lengkungan insang. Layar
insang melindungi filamen insang yang rapuh agar tidak tergores oleh benda luar
dan mencegah makanan melewati insang setelah dikonsumsi. Ikan seperti
Epinephelus areolatus dan Lethrinus malisena, yang makan dalam jumlah besar,
memiliki penyapu insang yang banyak dan masif.
Bentuk dan jumlah jari saringan insang sangat dipengaruhi oleh jenis pakan ikan.
Variasi jumlah tapis insang sangat dipengaruhi oleh jenis makanan ikan. Ikan-ikan
yang memakan mangsa besar, memiliki tapis insang yang berukuran besar dengan
jumlah yang sedikit. Namun sebaliknya, ikan-ikan yang makanannya mengsa yang
kecil, memiliki tapis insang yang berukuran kecil tetapi dengan jumlah yang
banyak. Hal ini berarti bahwa dengan mempelajari layar insang, ahli ekologi dapat
memperkirakan secara kasar pengelompokan ikan berdasarkan jenis makanannya.
d. Kerongkongan (Esophagus)
Kerongkongan terletak tepat di bawah faring, memanjang ke belakang dan
membesar bersama lambung. Kerongkongan memiliki penampang melingkar dan
merupakan saluran. Kerongkongan bisa mengembang karena sangat elastis. Ikan
11
predator yang bisa menelan makanan berukuran agak besar jelas mampu
menggembungkan kerongkongannya. Ikan yang memakan tubuh kecil tidak dapat
berkembang sebanyak ikan yang memburu ikan yang lebih besar.
e. Lambung
Bentuk lambung bermacam-macam, antara lain tabung (Synbranchus), lengkung
(Limanda), kantong (Clarias), huruf U (Salmo dan Clupea), dan huruf V (Anguilla
dan Alosa). Lambung terletak di antara kerongkongan dan pilorus. Banyak spesies
ikan, termasuk bandeng dan belanak, memiliki dinding usus yang lebih tebal dan
berotot yang membentuk tempat persembunyian. Tujuan utama lambung adalah
untuk menerima dan menyimpan makanan dan berfungsi sebagai lokasi pencernaan
makanan. Kapasitasnya berfluktuasi dalam kaitannya dengan fungsi lambung
sebagai wadah makanan. Ikan dalam keluarga Saccopharyngidae dan
Eupharyngidae dapat melebarkan perutnya, memungkinkan mereka menelan
mangsa yang jauh lebih besar.
Lambung dapat dibedakan menjadi dua yaitu lambung sejati yang terdapat
pada ikan golongan karnivora dan lambung palsu yang terdapat pada ikan golongan
cyprinidae. Sementara, untuk ikan yang tergolong herbivora dan plankton feeders
proses penghancuran makanan berlangsung pada intestinum (Windarti, 2013).
Lambung digunakan untuk pencernaan, sehingga memiliki struktur yang unik
dibandingkan dengan organ tubuh lainnya. Lapisan lambung dan kerongkongan 6
sebanding. Sel mukus seluruhnya menutupi lapisan mukosa (permukaan). Pangkal
lapisan lendir adalah tempat kelenjar lambung berada. Enzim pencernaan pepsin
dan HCI disekresikan oleh kelenjar ini. Stratum compactum dapat ditemukan di
lapisan submukosa sejumlah spesies ikan karnivora. Stratum compactum berfungsi
sebagai struktur penopang dan pendukung bagi lapisan di atasnya. Otot melingkar
ditemukan di bagian dalam lapisan perut dan otot longitudinal ditemukan di bagian
luar. Otot ini memiliki dua lapisan otot polos. Ketebalan otot polos melingkar
lambung adalah dua sampai tiga kali lipat dari otot polos longitudinalnya.
f. Pilorik
Pilorus, penyempitan saluran pencernaan, terletak di antara lambung dan usus.
Lapisan otot polos melingkar telah menebal di daerah ini. Pergerakan makanan
keluar dari lambung dan masuk ke usus dikendalikan oleh fungsi pilorus. Kaeka
12
pilorus, atau kantong jari, ditemukan di dekat bagian depan usus pada beberapa
spesies ikan, termasuk Mugilidae. Organ ini memiliki struktur histologis yang sama
dengan usus. Kaeka pilorus berfungsi sebagai tempat pencernaan dan penyerapan
makanan, terutama lemak. Sumber lipase, yang mengubah lipid menjadi asam
lemak dan gliserin, adalah kaeka piroplasma. Caeka pilorus datang dalam berbagai
jumlah dan bentuk. Kaeka pilorus pada ikan mas hanya memiliki satu buah,
meskipun mungkin memiliki ratusan buah pada ikan salmonid.
g. Usus
Diantara rektum dan pilorus terdapat usus. Usus terdiri dari beberapa lapisan,
termasuk lapisan mukosa, submukosa, otot, dan serosa, seperti kerongkongan dan
lambung. Sel goblet (mucocytes) dengan mikrovili pada permukaannya ditemukan
pada lapisan mukosa.
Selain sebagai organ pencernaan makanan, usus juga berfungsi sebagai tempat
penyerapan makanan. Dengan area penyerapan yang lebih besar, penyerapan akan
menjadi lebih efektif. Panjang usus, jumlah lipatan usus, jumlah mikrovili, dan
keberadaan rongga pilorus semuanya mempengaruhi penyerapan nutrisi di usus
besar. Makanan dan panjang usus sering dihubungkan. Ikan -ikan herbivora
umumnya mempunyai panjang usus beberapa kali lebih besar daripada panjang
tubuhnya, sedangkan ikan karnivora umumnya mempunyai panjang usus yang lebih
pendek daripada panjang tubuhnya karena daging lebih mudah tercerna daripada
serat tumbuhan. Selain panjang. Sebenarnya, luas permukaan interior mukosa usus
adalah yang terpenting. Karena ikan karnivora memiliki vili yang tinggi,
makanannya diserap di wilayah yang luas. Permukaan sel utama tercakup dalam
mikrovili (enterositas mengacu pada perluasan area penyerapan). Meskipun
memiliki usus pendek, elasmobranchii telah meningkatkan penyerapan dacral
karena usus berubah bentuk menjadi spiral.
h. Rektum dan Anus
Segmen rektal adalah usus di bagian belakang. Daerah antara anus dan rektum
dikenal sebagai rektum. Katup rektal, penyempitan sistem pencernaan yang
disebabkan oleh penebalan otot polos melingkar, mengontrol pergerakan makanan
yang tidak tercerna dari usus ke rektum. Rektum berbagi struktur histologis dengan
usus kecil, tetapi lapisan otot di bawah anus terutama terdiri dari otot lurik dan
13
lapisan lendir padat dengan sel lendir.Pekerjaan utama rektum adalah untuk
menyerap air dan mineral dan menghasilkan lendir untuk memudahkan makanan
yang tidak tercerna (feses) melewatinya. Selain tujuan tersebut, rektum pada larva
berfungsi untuk menyerap protein makromolekul.
Anus, bagian terakhir dari sistem pencernaan, memiliki tugas membuang
limbah. Area ini terletak tepat di depan sirip dubur dan di belakang sirip perut.
Secara umum, semua sistem pencernaan pada ikan sama, yang membedakan
hanyalah bagaimana ikan tersebut memperoleh makanan dan jenis makanannya.
Pada sistem pencernaan ikan dapat terjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri
ataupun endoparasite seperti cacing. Respon yang ditumjukkan ikan pada suhu
ekstrem adalah Penurunan suhu yang drastis biasanya terjadi pada musim
pancaroba, yakni peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Menurunnya
suhu air membuat ikan menjadi tidak mau makan. Pada kondisi ini, sistem
pencernaan pada ikan akan mengalami penurunan fungsi sehingga ikan akan
merasa kesulitan dalam mencerna makannya secara optimal. Sedangkan,
mekanisme ikan yang mengkonsumsi timbal adalah Ikan menelan secara langsung
saat memangsa ataupun secara tidak langsung melalui makanannya yang
terkontaminasi limbah contohnya limbah mikrosplastik.
Mikroplastik dapat memiliki efek fisik dan kimiawi pada organisme perairan.
Jika tertelan, mikroplastik dapat melewati usus atau mungkin tertahan di saluran,
mengemukakan jika partikel mikroplastik terakumulasi dalam jumlah besar di usus,
akan memiliki efek berbahaya pada ikan dan menyumbat sistem pencernaan yang
bersifat karsinogenik dan gangguan endokrin. Semakin kecil partikel mikroplastik,
semakin besar pula kemungkinan partikel mikroplastik tersebut dicerna oleh
organisme perairan. Saluran pencernaan ikan yang terdapat kandungan
mikroplastik dapat membuat ikan tersebut mengalami penurunan nafsu makan.
Karena tingginya perubahan energi senyawa kimia pada permukaan mikroplastik
untuk bahan kimia organik hidrofobik maka mikroplastik juga dikhawatirkan dapat
memfasilitasi transportasi kontaminan kimia dan menjadi pembawa kontaminan
organik maupun inorganik yang berbahaya
14
diambil datanya, selain itu praktikum ini berpedoman pada buku penuntun
praktikum Biologi Perikanan.
4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah di laksanakan sebelum pengamatan, ikan uji
terlebih dahulu dimasukkan kedalam toples kemudian secara bersamaan di
masukkan pakan pada toples B berupa cacing tubifex dan C berupa pelet sedangkan
pada toples A merupakan uji kontrol tanpa pakan apapun yang dapat dilihat pada
Gambar 1.
a b
Gambar 1. (a) Ikan saat di beri pakan tubifex dan pelet pada Toples B dan C; (b)
Ikan yang bergerak mengambil makanan pada wadah B dan C.
a b
Gambar 2. (a) Ikan di ukur (b) Penampakan pakan pelet yang masih utuh di
lambung ikan pada 10 menit pertama
Berdasarkan hasil pengamatan pada pakan yang berada dilambung ikan
pada pada 10 menit awal sampai 30 menit kemudian pakan yang berada dalam
lambung ikan semakin lama akan semakin hancur yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan Laju Menghancurkan
Makanan di Dalam Lambung
Jenis Makanan/Waktu Ukuran Kondisi Makanan
Ikan
A. Kontrol TL: 5,5 cm Tidak ada makanan (kosong), hanya
SL: 4,6 cm sebagai pengontrol.
B. Tubifex 10 Menit TL: 4,5 cm Utuh
Pertama SL: 4 cm
10 Menit TL: 5,5 cm Setengah hancur
Kedua SL: 4,8 cm
10 Menit TL: 5,5 cm Hancur
Ketiga SL: 4,8 cm
C. Pelet 10 Menit TL: 5 cm Utuh
Pertama SL: 4,5 cm
10 Menit TL: 4,5 cm Utuh
Kedua SL: 4 cm
10 Menit TL: 5 cm Setengah hancur
Ketiga SL: 4,5 cm
18
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pengamatan Pergerakan Sirip-Sirip Ikan
Berdasarkan hasil pengamatan gerakan ikan lele stadia benih/post larva
didalam toples pada saat diberi pakan berupa cacing tubifex. Ikan akan bergerak ke
bawah pada saat sungut telah mendeteksi adanya makanan didasar toples, pada saat
bergerak ke bawah ikan menggunakan sirip dorsal, sirip ventral dan sirip caudal.
sirip caudal menggerakkan tubuh ikan lele ke depan dan memberikan dorongan
saat berenang. ketika ikan berenang ke bawah, sirip ekor digunakan untuk
mempercepat pergerakan kebawah. sirip dorsal dan ventral membantu dalam
menjaga keseimbangan saat ikan lele berenang kebawah.
Berdasarkan hasil pengamatan gerakan ikan lele stadia benih/post larva
pada saat diberikan pakan berupa pelet. Ikan akan bergerak ke atas karena pelet
mengapung di permukaan toples sehingga saat mendeteksi makanan berada di atas
ikan lele akan berenang ke atas dengan menggunakan sirip pectoral dan caudal.
Sirip pectoral yang terletak di kedua tubuh ikan dan digunakan untuk
mengendalikan arah dan ketinggian saat ikan berenang keatas. sirip pectoral
membantu ikan dalam menghasilkan daya dorong yang diperlukan untuk bergerak
melawan gravitasi dan naik keatas. Sirip caudal akan memberikan dorongan yang
kuat saat ikan berenang ke atas. pada umumnya sirip dorsal akan membantu ikan
dalam menjaga keseimbangan dan stabilitas ikan saat berenang keatas. Kombinasi
dari sirip pectoral dan sirip caudal memungkinkan ikan untuk mengendalikan
pergerakan ikan secara efisien keatas.
Berdasarkan pengamatan saat ikan lele diam dalam air kombinasi antara
sirip dorsal, sirip ventral, sirip anal, serta sirip pectoral memungkinkan ikan diam
dalam air karena sirip – sirip tersebut bergerak menjaga keseimbangan dan stabilitas
saat ikan lele diam untuk mencegah terjadinya pergeseran yang tidak diinginkan.
Dengan sirip – sirip tersebut ikan lele dapat menjaga posisi mereka yang stabil dan
keseimbangan saat sedang tidak bergerak di dalam air.
Pada saat ikan berenang beberlok sirip yang digunakan adalah sirip pectoral
caudal, anal. Sirip pectoral bergerak secara asimetris pada saat berbelok kearah
kanan ikan lele menggunakan sirip pectoral kiri dengan intensitas yang lebih besar
19
daripada sirip pectoral kanan, sirip caudal bergerak mengatur sudut dan
menghasilkan gaya dorongan yang memungkinkan perubahan arah sedangkan sirip
anal akan membantu dalam mengatur keseimbangan tubuh ikan pada saat akan
berbelok baik kearah kanan maupun kiri.
Pergerakan ikan dalam air sangat dipengaruhi oleh pergerakan sirip pectoral
dan caudal. Karena sirip pectoral bergerak untuk memberikan keseimbangan dan
stabilitas pada saat ikan akan bergerak keatas, bawah, berbelok atau bahkan diam
sementara itu sirip caudal begerak memberikan dorongan setiap kali ikan akan
bergerak di dalam perairan kecuali pada saat ikan diam di perairan. Karena fungsi
sirip caudal memberikan daya dorong maka pada saat diam sirip caudal tidak begitu
diperlukan.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan tentang pengamatan
pergerakan sirip-sirip ikan didapatkan bahwa pergerakan ikan dalam air sangat
dipengaruhi oleh pergerakan sirip pectoral dan caudal. Karena sirip pectoral
bergerak untuk memberikan keseimbangan dan stabilitas pada saat ikan akan
bergerak keatas, bawah, berbelok atau bahkan diam sementara itu sirip caudal
begerak memberikan dorongan setiap kali ikan akan bergerak di dalam perairan
kecuali pada saat ikan diam di perairan. Karena fungsi sirip caudal memberikan
daya dorong maka pada saat diam sirip caudal tidak begitu diperlukan.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan tentang mekanisme ikan
mengambil makanan dan laju menghancurkan makanan di dalam lambung
didapatkan bahwa 10 menit pertama pada toples B berisi tubifek kondisi makanan
utuh di dalam lambung ikan, sedangkan pada toples C yang berisi pelet kondisi
makanan dalam keadaan utuh dalam lambung. Kemudian setelah 20 menit kondisi
makanan pada ikan yang berada di toples B ½ hancur dan C dalam keadaan utuh di
dalam lambung. pada saat 30 menit terakhir kondisi makanan yang berada di
lambung ikan dari toples B sudah hancur dan pada toples C masih dalam keadaan
utuh. Maka disimpulkan semakin lama makanan dalam lambung ikan maka
semakin cepat hancurnya makanan tersebut.
5.2. Saran
Sehubung dengan diketahuinya sirip apa saja yang dominan digunakan ikan
lele pada saat ikan dalam perairan dan bagaimana ikan mengambil makanan dan
laju menghancurkan makanan didalam lambung pada ikan lele di dalam toples
maka perlu dilakukan praktikum lebih lanjut terkait pergerakan sirip dan bagaimana
ikan mengambil makanan dan laju menghancurkan makanan pada spesies ikan yang
berbeda dan media yang berarus dengan skala yang lebih besar untuk dapat
membandingkan perbedaan pada ikan oceanis dan fresh water.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aji, O. P. (2009). Kombinasi Tepung Ikan Rucah Pada Pakan Buatan Untuk
Meningkatkan Kandungan Omega 3 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus
Burchell) (Doctoral dissertation, UAJY).
Ferdian, F., & Maulina, I. (2012). Analisis Permintaan Ikan Lele Dumbo (Clarias
Gariepinus) Konsumsi Di Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Jurnal
Perikanan Kelautan, 3(4).
Hartami, P., Nur, M., & Ayuzar, E. (2014). Pengaruh penambahan bahan pengencer
sperma terhadap fertilitas spermatozoa ikan lele dumbo (Clarias gariepinus).
Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal, 1(1), 46–52.
Iswanto, B., Suprapto, R., Marnis, H., & Imron. (2015). Karakteristik Morfologis
Dan Genetis Ikan Lele Afrika (Clarias gariepinus Burchell, 1822) Strain
Mutiara.
Kahby, I. A. (2023). Sistem Integumen Dan Sistem Gerak Ikan.
Khairuman, D. S., & Gunadi, B. (2008). Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agro
Media Pustaka, Jakarta.
Kurniasih, K., Subandiyono, S., & Pinandoyo, P. (2015). Pengaruh Minyak Ikan
Dan Lesitin Dengan Dosis Berbeda Dalam Pakan Terhadap Pemanfaatan
Pakan Dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus Carpio) (Doctoral dissertation,
Diponegoro University).
LAGLER, K.F., J.E. BARDACH, R.R. MILLER and D.R.M. PASSINO 1977.
Ichthyology. Sec. Ed. John Wiley & Sons. New York.
Nursyahra, N. (2012). Jenis-Jenis Ikan Yang Tertangkap Di Batang Air Dingin
Kelurahan Balai Gadang Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Jurnal
Pelangi, 4(2), 100–108.
Rahardjo, M. F. (2020). Serba-Serbi Ikan Aneka Ragam Bentuk Sirip Ikan [Various
fin of fish]. Warta Iktiologi, 4(2), 1–9
Santoso, I. H. B. (1994). Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo & Lokal. Kanisius.
Saolisa, R., Syafira, I. F., Rizki, I. S., Aunurrofiq, M., Mardina, E., Maulida, M.,
Saefullah, A., & Aliani, D. (2018). Perbandingan Kekuatan Ikan Lemon
(Lubia Caeruleus) Dengan Ikan Lele (Clarias Batrachus) Pada Tegangan 18
Volt. Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian Dan Pembelajaran Fisika, 4(2).
Suyanto, N. S. R. (2004). Budidaya Ikan Lele (ed. Revisis). Niaga Swadaya.
Windarti. 2017. Buku Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Laboratorium
Biologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unri Press. Pekan
baru.
22
LAMPIRAN
23
Ikan di masukkan pada toples yang Pada Toples B dan C diberi secara
telah diberi label A, B dan C, pada berurut cacing tubifex dan pelet, toples
topls A satu ekor, Toples B dan C A merupakan wadah kontrol.
masing – masing 3 ekor.
↓
Setelah 10 menit pertama, Ikan dalam ikan dalam toples kemudian di amati
wadah B dan C kemudian diambil pergerakan sirip – siripnya saat ikan
untuk dihitung SL dan T. bergerak dan catat dalam tabel
pengamatan.
Ikan di masukkan pada toples yang Pada Toples B dan C diberi secara
telah diberi label A, B dan C, pada berurut cacing tubifex dan pelet, toples
topls A satu ekor, Toples B dan C A merupakan wadah kontrol.
masing – masing 3 ekor.
↓
Setelah 10 menit pertama, Ikan dalam ikan dalam toples kemudian di amati
wadah B dan C kemudian diambil pergerakan saat mengambil makanan.
untuk dihitung SL dan T.
→
Selanjutnya ikan di hitung Sl dan TL Ikan dibedah untuk dapat mengamati
untuk kemudian dicatat. isi lambung dan pakan didalamnya.