DOSEN PEMBIMBING:
NIP. 197207231998022001
NIP. 198902182019032013
DISUSUN OLEH:
DANDI WAHYUDI
NIM. D1051211084
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................iii
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2. Jenis Industri ........................................................................................................... 2
1.3. Sumber Buangan ..................................................................................................... 3
1.4. Karakteristik Buangan ............................................................................................ 4
BAB II GAMBARAN UMUM INDUSTRI ................................................................ 7
2.1. Bahan baku industri ................................................................................................ 7
2.2. Proses Produksi........................................................................................................ 7
2.3. Dampak Buangan Industri Pengolahan Karet terhadap Komponen Lingkungan 9
BAB III PERENCENAAN PENGELOLAAN BUANGAN INDUSTRI ................. 11
3.1. Perencanaan Pengelolaan Buangan Berdasarkan Karakteristik Buangan ......... 11
3.1.1. Limbah padat ................................................................................................... 11
3.1.2. Limbah Gas...................................................................................................... 12
3.1.3. Limbah Cair ..................................................................................................... 13
3.2. Pemilihan Metode Alat untuk Pengolahan Buangan berdasarkan Effluent yang
diinginkan .......................................................................................................................... 14
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 18
4.1. Kesimpulan ............................................................................................................ 18
4.2. Saran ...................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20
i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Karakteristik dan Baku Mutu Limbah Industri Pengolahan Karet .................. 6
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar III. 1 Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri
Pengolahan Karet ......................................................................................................... 15
Gambar III. 2 Diagram Alir Pengolahan Limbah Industri Pengolahan Karet .............. 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu limbah yang dihasilkan oleh suatu industri yaitu berupa limbah cair
,limbah padat dan limbah pencemaran udara (bau). Limbah cair merupakan sisa
hasil kegiatan atau proses pengolahan dari suatu industri yang bersifat cair, Limbah
Padat adalah sisa hasil kegiatan atau proses pengolahan dari suatu industri yang
bersifat padat sedangkan Limbah pencemar udara merupakan salah satu kerusakan
lingkungan, berupa penurunan kualitas udara karena masuknya unsur-unsur
berbahaya ke dalam udara atau atmosfer bumi. Unsur-unsur berbahaya yang masuk
ke dalam atmosfer tersebut bisa berupa karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida
(No2), chlorofluorocarbon (CFC), sulfur dioksida (So2), Hidrokarbon (HC), Benda
Partikulat, Timah (Pb), dan Carbon Diaoksida (CO2). Unsur-unsur tersebut bisa
disebut juga sebagai polutan atau jenis-jenis bahan pencemar udara. Keberadaannya
merupakan polutan yang harus diolah dengan baik, sehingga tidak melewati batas
ambang baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pengolahan limbah cair, limbah padat serta limbah gas adalah salah satu cara
menjaga hasil pengolahan yang keluar tetap bersih dengan mengurangi atau bahkan
menghilangkan polutan yang ada di dalam limbah tersebut, atau juga dengan
1
2
menguraikan polutan yang ada di dalam air limbah sehingga dapat menghilangkan
sifat-sifat dari polutan tersebut. Dalam pengolahan limbah hasil pengolahan karet
harus melakukan perencanaan yang baik terlebih dahulu, seperti menetapkan
kebijakan dan prosedur pengolahan, menentukan unit-unit yang dapat digunakan
untuk menurunkan parameter yang dapat hadir dalam suatu limbah industri dari
industri tertentu. Perencanaan ini mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah
(Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri Pengolahan Karet).
Adanya perencanaan ini diharapkan dapat memudahkan dalam penentuan unit
pengelolaan yang tepat dan efektif dalam menurunkan berbagai parameter yang
mungkin saja dapat hadir.
Dampak dari pembuangan limbah cair ini mengakibatkan air sungai menjadi
kotor dan tercemar. Hal ini terlihat dari warna air sungai yang berubah menjadi
keruh. Aktifitas pabrik yang membuang limbah cair ke Sungai Air yang berada di
hulu DAS sangat mempengaruhi ekosistem sungai tersebut disamping juga
mencemari sumber air PDAM.
Selain menghasilkan limbah cair dan limbah padat pengolahan karet juga
menghasilkan limbah gas yaitu berupa gas amonia, Amonia ini berasal dari bahan
baku crumb rubber yang berasal dari lateks yang menggumpal (lump) dan brown
crepe, mengingat dalam proses produksi hanya ditambahkan asam oksalat dan
deorub. Lump mempunyai kandungan protein, asam amino dan nitrogen, adanya
keberadaan fungi dan bakteri akan mendekomposisi senyawa tersebut menjadi
amonia (Atagana, Ejechi and Ayilumo, 1999). Bahan baku brown crepe juga berasal
dari lump dan sebagian merupakan sisa pada pengolahan karet sheet, dimana dalam
pengolahan karet sheet selalu ditambahkan amonia sebagai antikoagulan (Sari dkk.
2018).
1. Limbah Cair
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air menjelaskan pengertian dari
limbah yaitu sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Pengertian limbah cair lainnya adalah sisa hasil buangan proses produksi atau
aktivitas domestik yang berupa cairan. Limbah cair dapat berupa air beserta
bahan-bahan buangan lain yang tercampur (tersuspensi) maupun terlarut dalam
air (Arifin, 2012).
2. Limbah Padat
Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industri ataupun aktivitas domestik
yang berbentuk padat. Contoh dari limbah padat diantaranya yaitu: kertas,
plastik, serbuk besi, serbuk kayu, kain, dan lain-lain (Rizki dan Syamsyudin,
2014).
3. Limbah Gas
Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.
Secara alami udara mengandung unsur-unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2,
H2, dan lain-lain. Penambahan gas ke udara yang melampaui kandungan udara
alami akan menurunkan kualitas udara. Limbah gas yang dihasilkan berlebihan
dapat mencemari udara serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat. Zat
pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan
gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata
telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran
berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu)
ataupun akibat langsung (Zamroni, 2013).
5
Proses produksi secara umum dibagi ke dalam dua section utama yaitu
compound dan extrusion. Bagian compound memproduksi bahan setengah jadi
yakni berupa campuran bahan baku yakni lateks, bahan tambahan dan bahan
penolong lainnya, sedangkan bagian ekstrusi berfungsi untuk menghasilkan benang
karet.
Industri pengolahan karet menghasilkan tiga jenis limbah, yaitu limbah cair,
limbah padat dan asap. Asap yang keluar dari cerobong mengeluarkan bau busuk
yang dapat mencemari udara di sekitar lokasi pabrik dan akan tercium sampai radius
20 km. Limbah padat berupa sisa dari karet, endapan, lembaran plastik, pasir dan
potongan-potongan kayu (Andriansyah dan Mustikasari, 2011).
Limbah cair karet merupakan sisa pengolahan karet menjadi benang karet.
Limbah karet mengandung amonia dan nitrogen total yang berbahaya apabila
melewati batas standar yang telah ditetapkan sehingga dapat mencemari sungai dan
lingkungan sekitarnya (Al-Nuri, 2010). Apabila kandungan bahan organik dalam air
limbah sangat tinggi dengan angka perbandingan BOD dan COD cukup besar
menunjukkan bahwa air limbah tersebut tidak mengandung komponen-komponen
organik yang sukar didegradasi (Chin, et.al, 1985 dalam Azwir, 2006).
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung
dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat
penggunaan air, derajat pengolahan air limbah yang ada. Puncak tertinggi aliran
selalu tidak akan dilewati apabila menggunakan tangki penahan dan pengaman.
Perkiraan jumlah air limbah yang dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan
proses basah n sekitar 50 m3 /ha/hari. (Sugiharto, 1987). Diperkirakan sebagai
6
patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85-95% dari jumlah air yang
dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak lagi
menggunakan kembali air limbah.
BOD5 100 60
COD 250 200
TSS 100 100
Amonia Total 15 5
Nitrogen Total ( Sebagai N) 25 10
pH 6,0-9,0 6,0-9,0
3
40 m per ton produk
Debit Limbah Paling tinggi 40 m3 per ton produk karet
karet
Sumber: Permen-LH- no.5 2014
BAB II
GAMBARAN UMUM INDUSTRI
1. Penggumpalan
Zat-zat yang diperlukan untuk pengumpalan pada saat pengamatan yaitu
larutan asamasam organik dan garam anorganik. Dalam konsentrasi kurang
7
8
lebih 2,60%. Dari teori menunjukkan bahwasannya dosis optimum kurang lebih
7,1g/kg lateks. Zat penggumpal ditambah kedalam 100 ml lateks kebun yang
sudah di awetkan oleh larutan amoniak 0.01%. Pada saat penggumpalan, amati
lama gel yang tergumpal, waktu mulai pengumpalan sempurna, warna, dan
bentuk koagulum. Hal ini dapat diamati setelah 2 jam pemberian asam organik
dan garam anorganik sehingga didapatkan perbandingan bahan penggumpal
apa yang lebih baik untuk menghasilkan karet yang bermutu dan berdaya jual
tinggi.
Sungai adalah salah satu sumber daya alam yang bersifat mengalir, sehingga
pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang di hilir. Pencemaran di hulu
sungai akan menimbulkan biaya sosial di hilir dan pelestarian di hulu akan
memberikan manfaat di hilir. Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh
kualitas air limbah yang melebihi baku mutu air limbah, disamping itu juga
ditentukan oleh debit air limbah yang dihasilkan. Indikator pencemaran sungai
selain secara fisik dan kimia juga dapat secara biologis (Azwir, 2006).
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung
dari jenis dan besar kecilnya industri, pengawasan industri, derajat penggunaan air,
derajat pengolahan air limbah yang ada. Air limbah mempunyai komposisi yang
sangat bervariasi sesuai dengan sumber asalnya.
10
Adapun baku mutu limbah cair untuk industri karet berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku
Mutu Air Limbah.
BAB III
PERENCENAAN PENGELOLAAN BUANGAN INDUSTRI
Limbah padat industri karet dapat mencakup berbagai jenis bahan yang
dihasilkan selama proses produksi karet. Limbah padat ini dapat berasal dari
berbagai tahap produksi, termasuk pengolahan lateks, pembuatan karet alam
atau karet sintetis, dan proses-proses lainnya. Beberapa contoh limbah padat
industri karet meliputi:
11
12
Proses penjemuran dan pengeringan dengan unit dryer menghasilkan bau yang
cukup menyengat. Penjemuran dilakukan di gudang angin-angin berupa
bangunan tinggi semi terbuka, sehingga bau dari dalam gudang tersebar ke
udara luar. Uap air dari proses pengeringan pada unit dryer ditangkap dengan
scrubber untuk penurunan emisi sebelum dialirkan ke udara luar.
Air buangan dihasilkan dari proses pencucian dimana dilakukan dua kali
proses pada bahan baku dan remahan. Penggunaan air cucian cukup banyak
dan secara visual mengandung kotoran-kotoran yang terbawa bersama BRCR.
Pada proses penggilingan juga menghasilkan air buangan dari sisa-sisa air
cucian yang masih menempel pada bahan baku yang digiling menjadi
lembaran.
Identifikasi cemaran dilakukan untuk air buangan dari bagian proses produksi.
Sampel air diuji untuk parameter BOD, COD, TSS, amonia, pH dan
temperatur sesuai dengan BMAL (baku mutu air limbah) industri karet untuk
lokasi di bak shreeder, bak asam, dan buangan scrubber. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa hasil analisa air untuk parameter BOD, COD, dan TSS
cukup tinggi pada bak shreeder dan bak asam, sedangkan pada effluent
scrubber menunjukkan parameter amonia yang cukup tinggi. Salah satu cara
untuk menurunkan kadar BOD, COD, TSS, dan ammonia dalam air limbah
adalah dengan sistem pengolahan biologis secara aerob dan anaerob.
Pengolahan ini dapat digunakan oleh industri skala menengah ke bawah
karena operasionalnya cukup murah. Penelitian Komala dkk tahun 2012
menghasilkan beberapa bakteri anaerob dapat menyisihkan kadar BOD, COD,
TSS (Komala, Helard, and Delimas 2012).
14
Gambar III. 1 Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan/atau Kegiatan Industri
Pengolahan Karet
1. Pengumpulan Limbah
Limbah cair dari industri karet dikumpulkan dari sumbernya dan dialirkan ke
sistem pengolahan.
2. Prapemrosesan
3. Reaktor Anaerobik
oksigen. Proses ini menghasilkan gas methana dan mengurangi kandungan bahan
organik dalam limbah cair.
4. Wetland Buatan
Setelah melalui reaktor anaerobik, limbah cair dapat dialirkan ke wetland buatan.
Wetland ini berfungsi sebagai sistem alami yang menggunakan tanaman air,
substrat, dan mikroorganisme untuk membersihkan air limbah. Tanaman-tanaman
ini dapat menyerap nutrisi berlebih dan mengurangi kandungan polutan dalam air.
5. Fitoremediasi
6. Penyimpanan Sementara
Air yang telah diolah dapat disimpan sementara sebelum dibuang ke lingkungan
atau digunakan kembali dalam proses industri.
4.1. Kesimpulan
Potensi cemaran di industri crumb rubber dalam bentuk cemaran air dan udara.
Parameter utama pencemar air adalah BOD, COD, dan TSS yang melebihi baku
mutu. Teknologi yang tepat untuk mengolah air limbah dengan karakteristik
tersebut dapat dilakukan dengan sistem anaerobik terintegrasi wetland. Teknologi
ini diharapkan dapat mengolah air limbah agar memenuhi baku mutu air limbah
industri karet sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan dengan adanya makalah Pengelolaan Limbah
Industri Pengolahan Karet ini adalah sebagai berikut:
2. Pilihlah pengolahan buangan industri yang tidak mengeluarkan biaya yang besar
serta sederhana tetapi tetap mengutamakan keefektifan pengolahan agar polutan
yang dibuang ke lingkungan memenuhi syarat baku mutu yang telah ditetapkan.
3. Lakukan perawatan yang baik dalam menjaga pengolahan buangan industri agar
tidak menyebabkan kerusakan alat yang mengharuskan penggantian alat baru,
dimana dapat mengeluarkan biaya yang lebih besar dari biaya perawatan.
18
19
Andriani, Y., Sari, I. R. J., Fatkhurrahman, J. A., & Harihastuti, N. (2019). Potensi
Cemaran Lingkungan Di Industri Karet Alam Crumb Rubber. Prosiding SNPBS
(Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek) Ke-4.
Belladona, M. (2017). Analisis tingkat pencemaran sungai akibat limbah industri karet di
kabupaten Bengkulu Tengah. Prosiding Semnastek.
Marsantia, G., Suroso, E., & Utomo, T. P. (2014). Kajian strategi kebijakan industri
olahan karet ribbed smoked sheet (RSS) berbahan baku lateks kebun dalam upaya
peningkatan mutu produk. Jurnal Teknologi & Industri Hasil Pertanian, 19(1),
84-95.
Nurjanah, S., Zaman, B., & Syakur, A. (2017). Penyisihan bod dan cod limbah cair
industri karet dengan sistem biofilter aerob dan plasma dielectric barrier dischare
(DBD) (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Yani, M., Ismayana, A., Nurcahyani, P. R., & Pahlevi, D. (2012). Penghilangan bau
amoniak dari tempat penumpukan leum pada industri karet remah dengan
menggunakan teknik biofilter. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 17(1), 58-64.
20