Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ARKL
Analisis Kasus Pencemaran Limbah Industri PT. Marimas di
Semarang Terhadap Sumber Air Warga

Disusun Oleh :
Dinda (2216.13251.482)
Meilani A Novista (2216.13251.456)
Thesa Anggela (2216.13251.457)
Windi Okta Rini (2216.13251.484)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PRODI S1 ALIH JENJANG KESEHATAN LINGKUNGAN
STIKES WIDYAGAMA HUSADA

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah

ini berjudul " Analisis Kasus Pencemaran Limbah Industri PT. Marimas di

Semarang Terhadap Sumber Air Warga ". Makalah ini disusun untuk memenuhi

syarat kelulusan mata kuliah ARKL di Program Studi Kesehatan Lingkungan

Stikes Widyagama Husada.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi dan pemahaman

yang bermanfaat bagi pembaca mengenai pentingnya pengembangan energi

terbarukan untuk menunjang kemandirian energi di Indonesia. Kami menyadari

bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini dan kami sangat

mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan makalah

ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca dan dapat menjadi bahan referensi yang berguna.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................4
1.4 Manfaat.......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1 Definis Limbah Industri..............................................................................4
2.2 Klasifikasi Limbah Industri........................................................................5
2.3 Identifikasi Bahaya Dan Risiko..................................................................7
2.4 Analisis Risiko Dan metode Risiko Yang Digunakan...............................9
2.5 Pengelolaan Risiko Yang Ditimbulkan.....................................................10
BAB III PENUTUP............................................................................................12
3.1 Kesimpula.................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................iii.

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri adalah

upaya pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan industri dan secara

bersamaan menciptakan pembangunan industri berwawasan lingkungan.

Keputusan Presiden tersebut bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan

industri di daerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong

kegiatan industri untuk berlokasi di dalam kawasan industri, dan

meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.

Kawasan industri merupakan salah satu sarana dan prasarana penunjang untuk

mendukung keberhasilan pembangunan ekonomi dalam sektor industri.

(Departemen Perindustrian, 1996)

Untuk mendapatkan manfaat optimal, pengembangan kawasan industri

perlu memenuhi kriteria pembangunan berkelanjutan (sustainable

development) yang mengintegrasikan kepentingan ekonomi, kelestarian

lingkungan, dan sosial. Menurut WCED (1987) kriteria yang dijadikan acuan

pembangunan berkelanjutan, pada prinsipnya menyangkut aspek ekonomi,

ekologi dan sosial. Beberapa literatur lain menambahkan aspek hukum dan

teknologi. (Development W, 1987)

Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan industri besar,

menengah dan kecil merupakan penyebab penurunan kualitas lingkungan

hidup.
Penurunan kualitas lingkungan hidup disebabkan karena masuknya zat-zat

pencemar baik dalam bentuk padat, cair atau gas yang berasal dari kegiatan

industri ke lingkungan atau kedalam tanah, air dan udara di samping adanya

gangguan yang berupa suara, bunyi-bunyian, getaran, bau-bauan, debu dan

lain sebagainya. Oleh sebab itu, penanggulangan pencemaran lingkungan dari

segala aspek merupakan kewajiban dari masyarakat dan pemerintah.

(Kimberly F. K, dkk., 2022)

SejumIah warga Desa PeIampisan, Semarang diIaporkan mengunjungi PT

Marimas karena kIaim pencemaran Iingkungan. Mengutip keterangan warga

setempat bahwa aIiran Sungai PeIampisan teIah tercemar akibat pembuangan

Iimbah industri yang terus menerus dari PT Marimas sejak 2011. Ketika

saIuran pembuangan rusak parah hingga jeboI, poIusi semakin parah.

Akibatnya, Iimbah industri masuk ke daIam pemukiman masyarakat. Tidak

dapat terhindarnya bau kuat yang menyengat menyebabkan banyak penduduk

setempat sakit akibat terpapar Iimbah cair tersebut. Tidak sampai disitu

dampak yang timbuI, seteIah kawasan warga terkontaminasi Iimbah banyak

anak-anak mengaIami gejaIa keracunan seperti pusing, mual bahkan muntah.

(Teguh Anindito, W. H, 2023)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Bagaimana Analisis Kasus Pencemaran Limbah Industri PT. Marimas

di Semarang Terhadap Sumber Air Warga”.

2
1.3 Tujuan

Bertujuan untuk menganalisa dan memperoleh gambaran yang jelas

mengenai kasus pencemaran limbah industri PT. Marimas di Semarang

terhadap sumber air warga.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
1. Merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia kesehatan dan diharapkan
memberikan manfaat bagi masyarakat umum.
2. Sebagai tambahan pengetahuan bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Limbah Industri

Limbah industri adalah semua jenis bahan sisa atau bahan buangan

yang berasal dari hasil samping suatu proses perindustrian. Limbah

industri dapat menjadi limbah yang sangat berbahaya bagi lingkungan

hidup dan manusia. Limbah ini memiliki berbagai jenis, tergantung

dengan produk industri yang dihasilkan. Contohnya adalah industri tekstil

yang tidak hanya memiliki limbah berupa sisa potongan material, tetapi

juga terdapat jenis limbah lain berupa air buangan dari pewarna kain yang

digunakan. (Palar H, 2004).

Limbah dari suatu Industri merupakan masalah dan menjadi

perhatian yang serius dari masyarakat maupun pemerintah Indonesia,

khususnya terhadap perkembangan Industri yang terus meningkat setiap

tahunnya. Kendati demikian, kehadiran Industri membawa dampak positif

dalam sektor perekonomian dan menjadi tulang punggung pada

peningkatan perekonomian Indonesia. Namun, jika limbah dari Industri

tidak diolah dengan baik akan berdampak buruk terhadap lingkungan

hidup.

Peraturan-peraturan tentang masalah pengelolaan limbah telah

banyak dikeluarkan, karena masalah limbah semakin meningkat dan

tersebar luas di semua sektor. Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang

4
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai pengganti

Undang-undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

Hidup, menempatkan masalah bahan dan limbah berbahaya sebagai salah

satu perhatian utama, akibat dampaknya terhadap manusia dan lingkungan

bila tidak dikelola secara baik. Penanganan limbah merupakan suatu

keharusan guna terjaganya kesehatan manusia serta lingkungan pada

umumnya, namun pengadaan dan pengoperasian saran pengelolah limbah

ternyata masih dianggap memberatkan bagi sebagian Industri. (UU No. 32

Tahun 2009).

2.2 Klasifikasi Limbah Industri

1. Limbah Padat

Adapun kategori untuk limbah padat pada industri Menurut

(Lestiani, dkk, 2010), yaitu :

a) Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun)

Limbah padat non B3 (bahan berbahaya dan beracun) diantaranya

lumpur, boiler ash, sampah kantor, sampah rumah tangga, spare

part alat berat, sarung tangan, dan sebagainya.

b) Limbah Padat B3 (bahan berbahaya dan beracun)

Limbah padat B3 diantaranya bahan radioaktif, bahan kimia,

toner catridge, minyak, dan sebagainya. Menurut PP No. 18 tahun

1999, limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3,

adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan beracun yang karena sifat dan konsentrasinya dan

5
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat

mencemarkan lingkungan hidup, dapat membahayakan

lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta

makhluk hidup lain. Limbah yang termasuk sebagai limbah B3

apabila memiliki salah satu atau lebih karakteristik sebagai

berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun

menyebabkan infeksi dan bersifat korosif.

2. Limbah Cair

Limbah cair adalah limbah yang berwujud cair. Limbah cair

terlarut dalam air, selalu berpindah, dan tidak pernah diam. Contoh

limbah cair industri adalah bahan kimia, hasil pelarut, air bekas

produksi, oli bekas, dll (Setiawan B, 2015).

Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan merupakan

salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan.

Industri-industri besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi

pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,

namun tidak demikian lagi industri kecil atau sedang. Namun

demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan

limbah cair bagi lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan

untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan limbah cair.

Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan

tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu

6
pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia dan pengolahan

secara biologi (Kaul, S.d, 2002).

3. Limbah Gas

Limbah gas adalah limbah zat (zat buangan) yang berwujud gas

(Setiawan B, 2015). Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah

ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan

gas-gas lain dan partikulat-partikulat yang tidak kita perlukan

(Fachry et al , 2013). Jenis bahan pencemar yang paling sering

dijumpai ialah karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2),

sulfur dioksida (SO2), komponen organik terutama hidrokarbon, dan

substansi partikel (Darmono, 2001).

2.3 Identifikasi Bahaya Dan Risiko

Limbah industri yang dibuang sembarangan tanpa adanya

pengolahan terlebih dahulu dapat menimbulkan berbagai dampak buruk

bagi lingkungan dan makhluk hidup. Berikut beberapa dampak buruk yang

dapat disebabkan oleh limbah industri.

1. Bahaya Limbah Industri Pada Air

Pembuangan limbah industri secara ilegal di daerah perairan

merupakan salah satu penyebab utama dari pencemaran air.

Pembuangan limbah di laut atau sungai akan merusak atau bahkan

membunuh kehidupan yang terdapat di dalamnya. Hal tersebut dapat

terjadi akibat tingginya kadar BOD dan COD dalam limbah yang akan

merampas sumber oksigen di laut atau sungai.

7
Material kasar yang berasal dari limbah juga akan menyebar dan

dapat menimbulkan bakteri atau virus berbahaya. Karena itu, jika air

tersebut dikonsumsi oleh manusia, akan menimbulkan gangguan

kesehatan pada manusia.

2. Bahaya Limbah Industri Pada Udara

Limbah industri dapat menghasilkan gas beracun dengan bau tak

sedap yang akan mencemarkan udara dan menyebabkan gangguan

pernapasan. Bahaya gas yang dihasilkan oleh limbah industri akan

lebih mudah dirasakan oleh lansia, anak di bawah usia 14 tahun, dan

seseorang dengan penyakit bawaan. Gas tersebut juga dapat

menyebabkan terjadinya berbagai penyakit jika dihirup oleh manusia

dalam jangka panjang, seperti penyakit paru-paru, penyakit asma,

penyakit kanker, serta penyakit jantung.

3. Bahaya Limbah Industri Pada Tanah

Limbah industri yang dibuang sembarangan di permukaan tanah

atau dikubur dalam tanah dapat merusak kesuburan tanah sehingga

mengganggu produktivitas tanaman. Jumlah populasi pencemaran di

tanaman bahkan dapat menjadi lebih tinggi dibanding dengan

pencemaran pada tanah karena molekul dalam limbah industri dapat

menumpuk pada tanaman. Mengonsumsi tanaman yang telah tercemar

tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia.

8
2.4 Analisis Risiko Dan Metode Risiko Yang Digunakan

Lingkungan merupakan kesatuan yang mencakup semua eIemen

makhIuk hidup termasuk manusia dan tindakannya yang berdampak pada

kesejahteraan makhIuk hidup Iain dan manusia. Lingkungan perIu dijaga,

dikendaIikan, diintegrasikan, dan dikeIoIa secara berkeIanjutan daIam

situasi kini. Air sangat penting bagi umat manusia dan memiIiki banyak

kegunaan yang vitaI. Air diperIukan untuk manusia dan makhIuk hidup

Iainnya yaitu tanaman, hewan dan organisme Iainnya. Air dapat

ditemukan di danau, Iaut, di permukaan bumi, di sungai, daIam bentuk

cair seperti hujan, dan di banyak tempat Iainnya.

Tidak ada yang tahu di mana air bermuara dan berakhir saat

meresap ke daIam inti bumi, menciptakan air tanah, mengisi danau,

sungai, dan Iautan, dII. Ekoistem akan kacau bahkan berhenti jika sikIus

air terganggu atau rusak jika Iimbah industri teIah mengkontaminasi.

Pencemaran disebabkan oIeh Iimbah industri yang dibuang ke saIuran air.

“Pencemaran air merupakan masuknya atau dimasukkannya

organisme, zat, energi, dan komponen Iain ke daIam Iingkungan hidup

oIeh kegiatan manusia yang meIebihi baku mutu Iingkungan yang

ditetapkan”. Pembuangan sisa industri usaha berupa Iimbah oIeh PT.

Marimas ke sungai jeIas merupakan pencemaran Iingkungan, apaIagi

daIam kasus ini pipa-pipa Iimbah yang menuju ke sungai bocor sehingga

menyebabkan sumur-sumur warga di sekitar pabrik tercemar dan tidak

bisa dimanfaatkan .OIeh karena itu, perIu adanya penegakan hukum

9
terhadap pencemaran PT. Marimas bertujuan untuk menciptakan keadiIan,

kemanfaatan dan kepastian hukum.

2.5 Pengelolaan Risiko Yang Ditimbulkan

DaIam kasus pencemaran Iimbah oIeh PT. Marimas, upaya

penyeIesaian sengketa Iingkungan terseIenggara di Iuar pengadiIan.

PenyeIesaian sengketa Iingkungan sebagai bentuk impIementasi dari

konsep tanggung jawab sosiaI perusahaan (company sociaI duty) yang

diIakukan dengan memperbaiki pipa saIuran air yang rusak dan juga

memberikan bantuan sumur artesis sebab sumur yang merupakan sumber

air yang dimanfaatkan oIeh warga teIah tercemari dan terkontaminasi

Iimbah hingga terpaksa tidak bisa digunakan. Sumur artesis merupakan

sumur yang memiIiki kedaIaman Iebih daripada sumur biasanya yang

daIam pembuatannya meIibatkan aIat-aIat canggih seperti bor sehingga air

yang dihasiIkannya Iebih bersih dari sumur biasa. Kenyataannya, saat ini

tidak semua korban terdampak pencemaran memperoIeh bantuan dari

pihak perusahaan, akibatnya warga perlu mengeIuarkan biaya Iebih untuk

menggunakan air PDAM guna mencukupi kebutuhan air sehari-hari.

Tentunya warga Kampung KIampisan sangat dirugikan karena

tidak bisa Iagi menikmati air yang bersih dan gratis. PT. Marimas juga

beIum memperbaiki pengoIahan Iimbah dengan semestinya hingga saat ini

dan PT. Marimas harus bertanggung jawab.

10
SeIain itu, peran aktif pemerintah juga sangat diperIukan daIam

rangka penindakan tegas PT. Marimas. Pemerintah harus tanggap terhadap

keIuh kesah warga yang terkena dampak dari pencemaran yang

diakibatkan Iimbah tersebut demi terwujudnya Iingkungan yang sehat.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Undang-Undang PengeIoIaan dan PerIindungan Iingkungan Hidup

No. 32 Tahun 2009 (seIanjutnya disebut UUPPIH), sebagai peraturan

perundang-undangan fungsionaI, membagi penegakan Iingkungan hidup

menjadi tiga jenis: administratif, perdata dan pidana. Penegakan hukum

pidana merupakan uItimum remedium atau obat atau soIusi terakhir yang

bertujuan untuk menjatuhkan penderitaan kepada peIaku peIanggaran

ataupun kejahatan meIaIui pidana penjara, kurungan serta denda.

Penegakan hukum kepidanaan daIam kasus pencemaran Iingkungan

warga oIeh PT. Marimas Semarang menemui beragam hambatan. BeIum

ada keIanjutan dari gugatan warga terhadap PT. Marimas diakibatkan

kurangnya aIat bukti daIam pembuktian pencemaran Iingkungan.

3.2 Saran

DaIam kasus pencemaran Iimbah oIeh PT. Marimas, penyeIesaian

sengketa Iingkungan terseIenggara di Iuar pengadiIan. Bentuk

impIementasi pertanggungjawaban berupa perbaikan pipa tempat jaIur

air yang rusak dan pembangunan sumur artesis sebab sumur yang

merupakan sumber air yang dimanfaatkan masyarakat sekitar teIah

12
tercemari dan terkontaminasi Iimbah hingga terpaksa tidak bisa

digunakan. Namun pemberian sumur tidak merata kepada seIuruh pihak

korban yang terdampak Iimbah. Peran pemerintah juga sangat penting

untuk mengusut kasus ini hingga tuntas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Perindustrian, 1996. Keputusan Presiden. No. 41 /1996 tentang

Kawasan Industri. Jakarta.

(Development W, 1987). Our Common Future. Oxford Univ. Press. New York.

Kimberly F. K, dkk (2022). Studi Kualitas Limbah Cair pada Unit Instalasi

Pengolahan Limbah Terpadu PT. Kawasan Industri.

Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka

Cipta, Jakarta.

Teguh Anindito, W. H. (2023). Sengketa Lingkungan Hidup (Analisis Kasus

Pencemaran Limbah. Sengketa Lingkungan Hidup (Analisis Kasus

Pencemaran Limbah Industri PT. Marimas di Semarang Terhadap

Sumber Air Warga, 17-21.

Lestiani, dkk. (2010). Karakteristik Unsur Pada Abu Dasar dan Abu Terbang

Batu Bara Menggunakan Analisis Aktivasi Neutron Instrumental. Jurnal

Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia , 27 – 34.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan

Senyawa Toksikologi Logam. UI Press. Jakarta.

Setiawan, B. (2015). Pengertian Limbah. (https://ilmulingkungan.com/pengertian-

limbah/).

iii
Fachry et al (2013). Pengolahan Limbah Cair Industri Jamu dan Farmasi

Menggunakan Anaerobic Baffled Reactor secara Shock Loading dalam

Upaya Menghasilkan Biogas. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri.

2(3):121-129.

Kaul, S. d. (2002). Water and Wastewater Analysis. Daya Publishing House.

Delhi.

iv

Anda mungkin juga menyukai