Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MATA KULIAH

TOKSIKOLOGI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH BETALAKTAM


MENGGUNAKAN REAGEN KAPORIT, PAC, DAN ALUMINIUM
SULFAT

DISUSUN OLEH:
ERVIN ROSANTI ANASTASIA LAOWO
NIM 217014022

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI............................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 3

2.1 Industri Farmasi ................................................................. 3

2.2 Limbah Cair ....................................................................... 3

2.3 Minimalisasi Limbah Cair................................................... 5

2.4 Betalaktam........................................................................... 6

2.5 Kaporit................................................................................. 6

2.6 Poly Aluminium Chloride (PAC)....................................... 6

2.7 Aluminium Sulfat................................................................ 7

BAB III PEMBAHASAN....................................................................... 8

BAB IV KESIMPULAN......................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 12


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini, masalah limbah telah menjadi perhatian serius. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin banyaknya masalah tentang pengelolaan limbah yang belum menjadi
perhatian bagi sebagian besar industri yang ada di Indonesia. Bahwa perkembangan
industri tidak sejalan dengan penanganan limbahnya karena pengadaan sarana
pengelolaan dan pengolahan limbah masih dianggap memberatkan bagi sebagian
industri. Jenis limbah yang dihasilkan dari proses produksi salah satunya adalah air
limbah. Air limbah tersebut berasal dari aktivitas rumah tangga, perkantoran,
pertokoan, fasilitas umum, industri maupun dari tempat-tempat lain yang akan
mencemari lingkungan.
Salah satu industri yang berpotensi menghasilkan air limbah adalah industri
farmasi. Industri farmasi menghasilkan limbah cair yang memiliki karakteristik
beracun dan berbahaya. Kontaminan yang paling beracun adalah obat antibiotik,
analgesik, dan antiinflamasi. Kehadiran limbah berbahaya ini dapat menyebabkan
kerusakan serius pada lingkungan terutama air permukaan. Senyawa aktif farmasi
seperti obat pengatur cairan, analgesik, antibiotik, antiseptik, hormon dan kemoterapi
terdeteksi di aliran air limbah dan sumber air tanah. Semua bahan pencemar tersebut
dapat menyebabkan resistensi pada bakteri dan mengganggu kesehatan masyarakat
apabila terdapat di badan air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang tepat dan
benar sebelum menimbulkan dampak yang berbahaya bagi lingkungan.
Air limbah yang dibuang dari suatu industri akan menyebabkan menurunnya
kualitas lingkungan dan menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas air apabila
dibuang langsung tanpa diolah terlebih dahulu. Limbah cair yang tidak dikelola akan
mengandung mikroorganisme yang patogenik serta zat-zat yang berpotensi sebagai
penyebab penyakit. Keberadaan nutrien berlebih yang dikandung oleh air limbah yang
dapat menyebabkan timbulnya tumbuhan air yang mungkin mengandung zat-zat yang
bersifat racun bagi tubuh. Berdasarkan pertimbangan tersebut, pengelolaan air limbah,
yang dimulai dari pengurangan dari sumbernya, pengolahan, hingga pembuangan
dirasakan sangat penting, terlebih lagi untuk limbah cair yang dihasilkan dari proses
industri.

1
Antibiotik betalaktam adalah pencemar di dalam badan air seperti danau atau
sungai. Air limbah yang dihasilkan dari produksi betalaktam ialah antibiotik golongan
penisilin. Golongan penisilin memiliki persamaan sifat kimia, mekanisme kerja,
farmakologi dan karakteristik imunologis dengan sefalosporin, monobaktam,
karbapenem dan penghambat betalaktam. Cincin betalaktam dapat mengakibatkan
dampak buruk pada kehidupan di dalam air danau dan sungai. Cincin betalaktam
dapat menimbulkan resistensi atau kekebalan bakteri terhadap antibiotik. Apabila
manusia terkena paparan cincin betalaktam maka dapat berdampak buruk pada
kesehatan.
Cincin betalaktam dapat diputus dengan menggunakan reagan. Reagen
menghidrolisis cincin Betalaktam kemudian dianalisis dengan HPLC (High
Peformance Liquid Chromatography). Penelitian yang dilakukan oleh Gede H.
Cahyana, dkk (2021), pemecahan cincin betalaktam selain menggunakan sodium
hydroxide (NaOH), pemecahan juga dapat menggunakan sodium carbonate
(Na2CO3) atau koagulan seperti polyaluminium chloride (PAC), aluminium sulfat
Al2(SO4)3 dan calcium hypochlorite Ca(ClO2).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Farmasi


Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau
bahan obat. Industri farmasi sebagai industri penghasil obat, dituntut untuk dapat
menghasilkan obat yang harus memenuhi persyaratan khasiat (efficacy), keamanan
(safety) dan mutu (quality) dalam dosis yang digunakan untuk tujuan kesehatan
(Priyambodo, 2007).
Menurut Priyambodo (2007), dibandingkan dengan berbagai industri lain,
industri farmasi memiliki ciri yang spesifik. Ciri industri farmasi yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Industri farmasi merupakan industri yang diatur secara ketat (seperti registrasi,
cara pembuatan obat yang baik, distribusi dan perdagangan produk yang
dihasilkan) karena menyangkut jiwa (nyawa) manusia.
2. Industri farmasi di samping menghasilkan obat untuk penderita, juga merupakan
suatu industri yang berorientasi untuk memperoleh keuntungan (profit). Jadi tidak
hanya aspek sosial namun juga ada aspek ekonomi (bisnis).
3. Industri farmasi adalah salah satu industri beresiko tinggi karena bukan tidak
mungkin kelak dikemudian hari kalau terbukti bahwa terjadi akibat yang tidak
diinginkan karena penggunaan obat, industri farmasi dituntut dan membayar ganti
rugi yang sangat besar.
4. Industri farmasi adalah industri berbasis riset yang selalu memerlukan inovasi,
karena usia hidup produk atau obat (product life cycle) relatif singkat (lebih
kurang 10-25 tahun) dan sesudah itu akan ditemukan obat generasi baru yang
lebih baik, lebih aman dan lebih efektif.

2.2. Limbah Cair


Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air limbah adalah
air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis, dan industri yaitu
campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat juga merupakan air buangan
dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan. Limbah cair merupaka air kotor
3
yang membawa sampah dari tempat tinggal, bangunan perdagangan, dan industri
berupa campuran air dan bahan padat terlarut atau bahan tersuspensi (Wilgooso,
1979). Prinsip pengolahan limbah cair :
1) Pengolahan limbah primer, tujuan pengolahan limbah pada tahap ini
menghilangkan buangan yang tidak larut, ada empat tahap, yaitu:
a) Screening pada tahap ini berisi usaha-usaha untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan buangan besar seperti sampah, plastik, botol, kayu,
barang ronsokan lain berukuran besar. Untuk menghilangkan limbah ini
dapat menggunakan kasa atau ijuk.
b) Canal longitudinal, benda-benda yang masih bisa melewati kas besi atau ijuk
(misalnya pasir) diendapkan dengan menggunakan semacam kanal yang
bagian bawahnya dibuat agak melebar.
c) Penghilangan lemak,minyak dan sejenisnya. Tahap ini mempunyai prinsip
bahwa lemak, minyak dan sejenisnya memiliki berat jenis yang lebih kecil
dari air sehingga akan mengapung di bagian atas air. Untuk menghilangkan
jenis kotoran ini, air limbah dialirkan kekolam yang berukuran relatif luas
dan memiliki aliran rendah dan tenang.
d) Menghilangkan zat padat tersuspensi. Pada tahap ini dilakukan dengan cara
mengalirkan limbah cair kedalam suatu saluran yang dilengkapi dengan
penyaring-penyaring dari kasa yang diperuntukkan untuk menyaring zat
tersuspensi.
2) Pengolahan limbah sekunder
Prinsip pengolahan limbah pada tahap ini adalah untuk menghilangkan
kontaminan-kontaminan lain yan tidak terproses pada pengolahan primer. Secara garis
besar kontaminan yang dapat dihilangkan dalam 3 macam yaitu padatan tersuspensi,
senyawa organik terlarut senyawa anorganik terlarut. Terdapat beberapa cara untuk
menghilangkan kontaminan-kontaminan ini dengan cara filtrasi sederhana,
penambahan suatu koagulator, penambahan arang aktif (terutama untuk menurunkan
kadar fenol).
3). Pengolahan limbah tersier
Prinsip pengolahan ini adalah untuk menurunkan COD dan BOD serta
menambahkan oksigen terlarut (dissolved oxygen/DO). Terdapat beberapa metode,
baik secara fisik, biologis maupun mekanis-biologis. Secara fisik penambahan
oksigen terlarut dilakukan dengan menyemburkan udara bebas kedalam limbah pada
4
bak /kolam aerasi. Secara biologis dlakukan dengan 67 car menggunakan activated
sludge, dimana limbah dialirkan ke dalam bak/kolam penampungan, yang berisi
mikroorganisme yang akan merubah zat-zat organic menjadi biomassa (energy) dan
gas co2. Sedangkan pengolahan secara mekanis-biologis dapat dilakukan dengan
menyemprotkan air limbah kepermukaan benda padat yang diberi mikroorganisme.

Komposisi air limbah tergantung dari sumbernya, tetapi sebagian besar air
limbah memiliki komposisi sebagai berikut :

Air Limbah

Air Bahan Padat


(99,9%) (0,1%)

Organik Anorganik
[protein(65%), (butiran,
karbohidrat(25%), garam,
lemak(10%)] metal)

Gambar 1 : Komposisi Air Limbah (Sugiharto, 1987)

2.3. Minimalisasi Limbah Cair


Minimalisasi limbah dapat dilakukan dengan cara mereduksi pada sumber dan
melakukan pemanfaatan limbah. Reduksi pada sumber adalah upaya mengurangi
volume, konsentrasi, tingkat bahaya limbah yang dibuang secara langsung pada
sumbernya. Reduksi pada sumber dapat berupa modifikasi bahan baku, modifikasi
proses, teknologi bersih, house keeping dan segresi limbah (memisahkan limbah
menurut komponen dan konsentrasi).
Sedangkan pemanfaatan limbah yaitu 1) reuse, yaitu limbah digunakan
kembali untuk penggunaan yang sama tanpa mengalami proses perubahan; 2) recycle,
yaitu pemanfaatan limbah melalui pengolahan fisik atau kimiawi untuk menghasilkan
produk yang sama atau yang lain, 3) recovery, yaitu pemanfaatn limbah kembali
untuk mendapatkan satu atau lebih komponen yang terkandung dalam air limbah.

5
2.4. Betalaktam
Betalaktam merupakan salah satu jenis limbah industri obat. Jenis limbah
betalaktam dapat berupa limbah cair, padat, udara, dan suara. Pada pengolahannya
limbah betalaktam perlu penanganan khusus dan sistematis agar tidak lagi berbahaya
dan dapat menghasilkan hasil yang optimal bagi semua pihak yang terkait dan
berdampak positif bagi lingkungan.
Prinsip utama dalam pengolahan limbah betalaktam adalah pemecahan cincin
betalaktam. Beberapa cara pemecahan cicncin betalaktam dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut (Encyclopedia of Chemical Technology, 1952) :
1. Hidrolisa dengan menaikkan pH sampai 10-12 (bisa dengan NaOH)
2. Hidrolisa dengan penambahan asam
3. Hidrolisa dengan penambahan mercuri chloride
Penggunaan dengan hidrolisa dengan pH sampai 10-12 menjadi salah satu
alternative sebagian besar perusahaan karena dianggap lebih aman bagi peralatan unit
pengolahan dan juga aman baik lingkungan serta mudah dalam penangannya. Jika
hidrolisa dengan asam dikhawatirkan dapat merusak peralatan unit pengelohan karena
sifat asam yang dapat mengakibatkan korosif, dan jika dengan mercuri chloride
dikhawatirkan mercurinya tidak ramah atau tidak aman bagi lingkungan.

2.5. Kaporit
Kaporit atau Kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus
kimia Ca(ClO)2. Kaporit biasanya digunakan sebagai zat disinfektan air. Kalsium
hipoklorit adalah padatan putih yang siap didekomposisi di dalam air untuk kemudian
melepaskan oksigen dan klorin. Kalsium hipoklorit memiliki aroma klorin yang
kuat.Senyawa ini tidak terdapat di lingkungan secara bebas. Kalsium hipoklorit
utamanya digunakan sebagai agen pemutih atau disinfektan. Senyawa ini adalah
komponen yang digunakan dalam pemutih komersial, larutan pembersih, dan
disinfektan untuk air minum, sistem pemurnian air, dan kolam renang.

2.6. Poly Aluminium Chloride ( PAC )


Poly Aluminium Chloride ( PAC ) adalah zat berupa serbuk yang aman dan
mudah larut di dalam air, yang digunakan pada proses penjernihan air. Pada
pengolahan air, tujuan proses koagulasi adalah untuk memisahkan kontamin seperti
cemaran padat yang sulit di pisahkan dengan proses Filtrasi. Proses Koagulasi
6
menyebabkan koloid dan partikel yang tersuspensi berkumpul dan kemudian
membentuk partikel yang lebih berat (flok) yang dengan mudah dapat dipisahkan
dengan pengendapan ataupun penyaringan.

2.7. Aluminium Sulfat


Aluminium sulfat (Al2(SO4)3), biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai
secara efektif untuk menurunkan kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk
putih, larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis,
mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan tawas memiliki keuntungan yaitu
harga relatif murah dan sudah dikenal luas. Namun ada juga kerugiannya, yaitu
umumnya dipasok dalam bentuk padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk
proses pelarutannya. Jika aluminium sulfat (Al2(SO4)3) ditambahkan ke dalam air
dalam suasana basa (adanya alkalinitas) maka reaksi yang terjadi adalah :
(Al2(SO4)3).18 H2O + 3Ca(OH)2 → 3CaSO4 + 2Al(OH)3 + 18H2O
Reaksi-reaksi antara aluminium sulfat dalam air dipengaruhi oleh banyak factor. Oleh
karena itu sukar memperkirakan dengan akurat jumlah aluminium sulfat yang akan
bereaksi dengan jumlah alkalinitas yang diberikan oleh kapur. Larutas aluminium
sulfat dalam air menghasilkan :
Al2(SO4)3).18 H2O → 2Al3+ 3SO4 2- + 18 H2O

7
BAB III
PEMBAHASAN

Salah satu jenis antibiotik yaitu betalaktam. Golongan antibiotik yang


memiliki kesamaan komponen struktur berupa adanya cincin betalaktam dan
umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Cincin betalaktam adalah cincin
laktam dengan struktur cincin heteroatom, terdiri dari 3 atom karbon dan 1 atom
nitrogen. Laktam sendiri merupakan cincin amida. Dinamakan demikian karena atom
nitrogen menempel pada karbon beta terhadap karbonil. Terdapat sekitar ± 56 macam
antibotik beta-laktam yang memiliki antivitas antimikrobakterial pada bagian cincin
beta-laktamnya dan apabila cincin tersebut dipotong oleh mikroorganisme maka akan
terjadi resistensi terhadap antibiotik tersebut.
Resistensi antibiotika adalah fenomena di mana bakteri dapat resisten (kebal)
terhadap antibiotika tertentu. Keadaan ini dapat terjadi karena dua hal, yang pertama
adalah karena bakteri yang resisten mengonjugasikan materi genetik yang secara
alami memang mengkodekan kemampuan untuk kebal terhadap suatu antibiotika atau
dengan cara yang kedua, yaitu terjadinya mutasi genetik pada suatu bakteri. Resistensi
antibiotika ini adalah suatu kondisi yang sangat megkhawatirkan bagi kehidupan
manusia maupun hewan karena dapat berakibat menimbulkan penyakit-penyakit baru
yang pengobatannya sulit untuk diatasi. Penyebaran potensi resisten pada bakteri ini
juga sangatlah cepat dan mudah karena bakteri hanya membutuhkan suatu proses
reproduksi yang sederhana berupa konjugasi atau pertukaran materi genetik.
Belum ada konsentrasi aman antibiotik yang masuk ke lingkungan. Apabila
lingkungan yang tercemar oleh bakteri yang resisten masuk ke dalam tubuh manusia
dampaknya manusia terpapar, maka sulit sembuh karena bakteri yang kuat terhadap
antibiotik, bagi orang yang alergi antibiotik akan mengalami ruam dan gatal-gatal
pada kulitnya. Resistensi terhadap antibiotik adalah kekebalan bakteri pada jenis
antibiotik tertentu. Jika bakteri di lingkungan terpapar terus menerus oleh limbah
antibiotik akan berdampak negatif bagi lingkungan dan makhluk hidup. Peneliti
mengusulkan pemantauan pada industri antibiotik, rumah sakit dan lainnya yang
menghasilkan limbah antibiotik. Resistensi antibiotik pada bakteri patogen merupakan
tantangan di seluruh dunia yang terkait dengan tingginya angka resistensi. Pola
resisten pada bakteri gram negatif dan gram positif menghasilkan infeksi yang sulit
diobati karena identifikasi awal dari kerentanan resisten antibiotik.
8
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gede H. Cahyana, dkk (2021), dengan
mengidentifikasi karakteristik dan konsentrasi awal nilai cincin betalaktam dengan
penicilin sebagai parameter antibiotiknya. Sampel yang dianalisis berasal dari
pengolahan limbah farmasi yang diambil secara acak. Sebagai independen variable
adalah reagen kimia untuk netralisasi NaOH, Na 2CO3, koagulan Al2(SO4)3, PAC dan
Ca(ClO2). Berikut rekapitulasi pemutusan cincin betalaktam :
Konsentrasi Sampel
(ppm) Efisiensi
Jenis Reagen
Nilai Nilai (%)
Terkecil Terbesar
(Sodium Hydroxide) NaOH 0,53 0,57 99,42 %
(Sodium Carbonate) Na2CO3 0,27 0,29 99,70 %
(Polyaluminium Chloride) PAC 0,13 0,15 99, 85 %
(Aluminium Sulfat) Al2(SO4)3 0,08 0,10 99, 91 %
(Calcium Hypochlorite) Ca(ClO2)
0,00 0,00 100 %
(kaporit)
Tabel 1. Rekapitulasi Pemutusan Cincin Betalaktam

1. Konsentrasi betalaktam setelah penambahan NaOH hasilnya cukup konsisten


serta penurunannya cukup signifikan, nilai terkecil 0,53 ppm dan terbesar 0,57
ppm dan eefisiensinya 99,42%. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi cincin
betalaktam di dalam penisilin terhidrolisis oleh basa kuat yaitu dengan cara reaksi
nukleofilik. Akan tetapi karena OH- pada NaOH sangat kuat daya ikatnya
terhadap struktur dalam penisilin, maka serangan OHterhadap cincin betalaktam
tidak hanya pada gugus keton di cincin betalaktam, sebagian OH- menyerang
gugus lainnya pada struktur penisilin yang mengakibatkan cincin betalaktam
dalam air limbah farmasi belum terpecahkan.

2. Konsentrasi air limbah betalaktam setelah penambahan Na2CO3 hasilnya cukup


konsisten serta penurunannya cukup signifikan, terkecil 0,27 ppm dan terbesar
0,29 ppm. Efisiensinya 99,70%. Hal ini karena cincin betalaktam di dalam
penisilin terhidrolisis oleh basa lemah dengan cara reaksi nukleofilik. Akan tetapi
basa yang digunakan sifatnya basa lemah jadi OH- dalam Na2CO3 tidak
terionisasi sempurna dalam air, maka serangan OHterhadap gugus keton yang ada

9
di struktur cincin betalaktam tidak sebaik basa kuat meskipun serangannya sudah
terfokus pada cincin betalaktam. Oleh sebab itu OH - dalam Na2CO3 kurang kuat
dalam menghidrolisis semua cincin betalaktam dalam air limbah betalaktam.

3. Konsentrasi air limbah betalaktam setelah penambahan PAC hasilnya cukup


konsisten serta penurunannya cukup signifikan, terkecil 0,13 ppm dan terbesar
0,15 ppm. Hasil ini efisiensinya cukup baik yaitu 99,85 %. Hal ini disebabkan
oleh cincin betalaktam di dalam penisilin terhidrolisis oleh asam dengan cara
reaksi nukleofilik.

4. Konsentrasi air limbah betalaktam setelah penambahan Al2(SO4)3 hasilnya cukup


konsisten dan penurunannya cukup signifikan, terkecil 0,08 ppm dan hasil
terbesar 0,10 ppm serta efisiensinya 99,91%. Hal ini karena konsentrasi cincin
betalaktam di dalam penisilin terhidrolisis oleh asam lemah dengan cara reaksi
nukleofilik. Berbeda dengan PAC, Al2(SO4)3 lebih kuat serangannya terhadap
cincin betalaktam, karena Al2(SO4)3 yang dilarutkan dalam air melepaskan 6H+.
Nilai pHnya 3,5, serangan H+ terhadap gugus keton yang ada di dalam struktur
cincin betalaktam lebih kuat dibandingkan dengan PAC, karena pH optimal untuk
pemecahan cincin betalaktam di bawah 3, ion H + menyebabkan protonasi atom
nitrogen pada cincin betalaktam, diikuti serangan nukleofilik dari atom oksigen
asli pada atom C karbonil betalaktam lalu cincin betalaktam terbuka dan terjadi
destabilisasi cincin tiadzolidin sehingga cincin terbuka membentuk asam
penisilenat. Hal ini menyebabkan konsentrasi air limbah betalakatam hasilnya
mendekati angka 0 karena pH alumunium sulfat sudah mendekati nilai optimal
pada pemecahan cincin betalaktam.

5. Dengan penambahan calcium hypoklorit Ca(ClO2) menunjukkan bahwa data


sangat konsisten dari konsentrasi air limbah awal yang berkonsentrasi 91 - 94,52
ppm menjadi 0 ppm dan efisiensinya 100% menghilangkan cincin betalaktam
dari air limbah farmasi produksi betalaktam. Hasil ini sangat efisien
dibandingkan dengan semua reagen yang digunakan pada saat penelitian untuk
memecah cincin betalaktam. Hal ini disebabkan oleh calcium hypoklorit yang
berguna untuk inaktivasi patogen dapat merusak sepenuhnya kandungan cincin
betalaktam dalam air limbah betalaktam karena cincin betalaktam tersusun dari
hasil metabolisme sekunder mikroorganisme dari bakteri.

10
BAB IV
KESIMPULAN

Proses pemecahan cincin betalaktam menggunakan beberapa reagen yaitu


NaOH, Na2CO3, PAC (polyaluminuum chloride, alum sulfat (tawas) Al 2(SO4)3, dan
(calcium hypoklorit) Ca(ClO2). Hasil yang paling efisien adalah menggunakan kaporit
Ca(ClO2) karena mampu menurunkan konsentrasi cincin betalaktam dalam air limbah
betalaktam menjadi 0 ppm dengan tingkat efisiensi 100 %.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cahyana, Gede H., dkk. 2021. Pengolahan Air Limbah Betalaktam Menggunakan
Reagen Kaporit, PAC, dan Alum Sulfat. Prodi Teknik Lingkungan Universitas
Kebanggaan, Indonesia. Serambi Engineering, Volume VI, No. 3

Kirk, R.E. and Othmer, D.F. 1952. Encyclopedia of Chemical Technology, 3rd ed.
Vol. 1. The Inter Science Encyclopedia, Inc. New York.

Priyambodo. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Yogyakarta : Global Pustaka


Utama.

Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia – UI


Press.

Sumiyati S. dan Fitri P. 2008. Pengolahan Limbah Cair dan Limbah Betalaktam PT
PHAPROS, Tbk Semarang. Jurnal Presipitasi. Vol. 5 No. 2 September 2008,
ISSN 1907-187X

Wilgooso. 1979. Enviromental Protection Agency.

12

Anda mungkin juga menyukai