Syarifa Nur’aini
Dita Nandayani
2018
i
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Ringkasan/Abstrak iv
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 2
BAB 4. PEMBAHASAN 9
DAFTAR PUSTAKA 11
LAMPIRAN – LAMPIRAN 12
iii
ABSTRAK
iv
BAB I. PENDAHULUAN
Kebutuhan energi oleh industri semakin meningkat saat ini, sementara pemenuhannya
masih bergantung pada sumber energi fosil. Sumber energi fosil yang tidak dapat diperbaharui
,sedangkan kebutuhan masyarakat akan energi semakin tinggi, mengharuskan Indonesia
mencari sumber energi alternatif dan memanfaatkannya. Sumber bahan baku potensial yang
ketersediaannya melimpah di alam, berharga murah, belum banyak dimanfaatkan orang
dan mengandung struktur gula sederhana yang dapat diubah menjadi etanol adalah bahan –
bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade terakhir,menjadi salah satu obyek
penelitian yang menarik. Bahan baku yang dipilih adalah mikroalga dikarenakan selain dapat
dikonversi menjadi energi karena mengandung biomassa, mikroalga ini juga dapat digunakan
sebagai Carbon Capture dan mengurangi limbah cair yang dihasilkan industri. CO2 yang
merupakan emisi dari industri dapat digunakan mikroalga sebagai syarat untuk melakukan
fotosintesis. Gresik adalah kabupaten yang memiliki salah satu julukan yakni kota santri atau
kawasan industri. Dari julukan tersebut tidak mengherankan apabila banyak industri yang ada di
kabupaten Gresik ini. Menurut Pemerintahan Kabupaten Gresik, pada akhir Desember 2016
tercatat 194 industri baru mendaftar untuk memperoleh legalitas usaha mereka. Oleh karena
itu, konsumsi bahan bakar minyak masih besar di kota ini. Selain itu, industri tentunya
mengeluarkan dampak negatif berupa limbah disamping kegiatan produksinya sehingga dapat
mencemari kawasan perairan sekitar. Limbah CO2 yang merupakan produk samping dari hasil
pembakaran. Disisi lain setiap tahunnya daratan mengalami kepadatan dikarenakan tumbuhnya
perkotaan sehingga mengurangi wilayah untuk menjadi kawasan hijau yang dapat menyerap
polusi udara hasil industri maupun kendaraan bermotor.
Untuk mengatasinya, BIO-PROGRES akan mampu mengolaborasikan alat yang dapat
menghasilkan energi dan dapat mengurangi kuantitas limbah yang dihasilkan oleh industri
sebelum dibuang ke alam. Untuk mencapai kedua tujuan utama tersebut, media yang
digunakan adalah pembudidayaan mikroalga pada membran Photobioreactor. Mengurangi
pembuangan limbah cair dan polusi udara yang dihasilkan industri serta menghasilkan energi
berupa bioetanol akan bermanfaat jangka panjang dalam industri tersebut. BIOPROGRES juga
tidak memakan tempat di daratan, pengolahan limbah ini memanfaatkan lautan sebagai tempat
untuk beroperasi. BIO-PROGRES diharapkan menjadi salah satu upaya industri dalam
mewujudkan zero waste emission dan mampu menjadi solusi mengenai pembuatan bahan
bakar alternatif. BIO-PROGRES merupakan solusi untuk mewujudkan Green Industry dalam
jangka panjang.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara mengonversi mikroalga Desmodesmus Sp. menjadi bioetanol ?
2. Bagaimana mikroalga dapat mengurangi emisi udara di kawasan industri Gresik?
3. Bagaimana mikroalga dapat membersihkan ekosistem laut dikawasan industri Gresik?
4. Bagaimana mengkolaborasikan antara BIO-PROGRES dengan pembangkit listrik?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk memproduksi bioetanol dari mikroalga Desmodesmus Sp. sebagai campuran
bahan bakar fosil
2. Untuk mengurangi emisi udara di kawasan industri Gresik
3. Untuk membersihkan laut di kawasan industri Gresik
4. Untuk mengoptimalkan kawasan sekitar BIO-PROGRES sebagai sumber pembangkit
listrik
1.4 Manfaat
1. Mampu memproduksi bioetanol sebagai campuran bahan bakar fosil
2. Mampu menjadi carbon capture untuk mengurangi emisi udara
3. Mampu melakukan water treatment untuk memperbaiki ekosistem laut
4. Mampu menghasilkan energi listrik untuk industri disekitar
Banyaknya Industri yang berada di Gresik, Jawa Timur memiliki dampak positif dan
negatif bagi pemukiman sekitar. Banyak Industri yang secara langsung maupun tidak akan
menghasilkan limbah padat maupun limbah cair. Limbah cair yang berada di daerah Gresik
berpengaruh terhadap kondisi perairan. Berdasarkan penelitian mahasiswa Institut Teknologi
Sepuluh Nopember kondisi perairan daerah Gresik menunjukkan 69,45% berstatus cemar
ringan, 22,22% berstatus cemar sedang, dan 8,33% berstatus cemar berat dengan parameter
BOD dan TSS konsentrasinya melebihi baku mutu air kelas II. Perairan di Gresik memiliki nilai
rataan BOD (Biochemical Oxygen Demand) sebesar 74.44%, nilai rataan COD (Chemical Oxygen
Demand) sebesar 71.80%, nilai rataan TSS (Total Suspended Solid) sebesar 73.53%, dan nilai
rataan DO (Demand Oxygen) sebesar 73.16 (Fitriatien,2013). Secara khusus beban BOD dari
sektor industri skala menengah-besar yang berhasil diinventarisasi adalah sebesar 11.177
ton/tahun, untuk parameter TSS sebesar 5.588 ton/tahun dan COD sebesar 14.541 ton/tahun
dari 85 industri yang diamati. Sedangkan Gresik merupakan salah satu dari tiga wilayah yang
memiliki kawasan Industri di Provinsi Jawa Timur. Kondisi perairan gelombang yang ada di
perairan daerah Gresik termasuk tipe gelombang menengah dengan nilai d/L sebesar 0,14.
Tinggi dan periode gelombang maksimum 2,65 m dan 8,57 s, minimum 0,17 m dan 2,18 s,
signifikan 0,54 m dan 3,65 s. Refraksi yang terjadi di Perairan Ujung Pangkah pada umumnya
merupakan refraksi konvergensi dengan nilai koefisien reraksi (Kr) rata – rata sebesar 0,94
(Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur,2016).
Banyaknya Industri yang berada di Gresik mengakibatkan kebutuhan bahan bakar fosil
yang semakin tinggi. Sebagian besar Industri yang memiliki proses pembakaran masih
bergantung pada bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui, terutama batu bara dan gas
alam. Sebagai contoh, Industri Petrokimia Gresik merupakan salah satu Industri besar yang
2
masih bergantung pada batu bara sebagai bahan bakarnya. Industri ini bergerak dalam bidang
pupuk dan non-pupuk(amonia, asam sulfat, asam fosfat, semen retarder, dan Alumunium
florida) membutuhkan 480.000 ton/tahun batu bara untuk meprokdusi total kapasitas sebesar
6.177.600 ton/tahun (Profil Petrokimia, 2017). Contoh lain adalah Pembangkit Jawa Bali (PJB) di
Gresik. Untuk menghasilkan kapasitas listrik sebesar 2219 MW dibutuhkan 425.000 mmbtu/
tahun dan 10-15% batu bara (Profil PLTGU PJB Gresik, 2017).
Selain menghasilkan limbah cair, Limbah yang dihasilkan dalam proses industri juga
menghasilkan limbah padatan yang dapat menyebabkan polusi udara berupa partikulat yang
tersuspensi di udara. Gresik merupakan salah satu dari beberapa kota yang memiliki kadar
partikulat melampaui baku mutu yang ditetapkan. Misalnya di Kecamatan Gresik yang cukup
banyak dihuni industri besar, kadar debu disana mencapai 0,47 mg/m3. Kecamatan Kebomas
bahkan sudah tembus 1,03 mg/m3, dan di Manyar yang mencapai 0,65 mg/m3 . Selain debu yang
berupa partikulat tersuspensi di udara, zat pencemar kimia juga terbilang tinggi seperti Karbon
Monoksida mencapai 20,0 ppm, dan Hidrokarbon 0,24 PPM. Zat pencemar Karbon Monoksida
80 % dihasilkan dari kendaraan bermotor (Dinas Lingkungan Hidup Jawa Timur,2016).
Raceway Pond System merupakan sistem budidaya mikroalga tertua dan paling
sederhana. Sistem tersebut berbentuk loop tertutup yang sering dioperasikan secara terus
menerus. Paddlewheel pada raceway digunakan untuk menggerakkan air di sekitar sirkuit dan
menjaga mikroalga dalam suspensi yang tercampur dengan beberapa sumber limbah cair yang
dapat digunakan sebagai kultur dalam budidaya mikroalga. Pemilihan sumber limbah cair
tersebut berdasarkan pemenuhan kebutuhan nutrisi dari mikroalga. Biaya operasional sistem
raceway ponds lebih rendah dibandingkan dengan sistem photobioreactor, namun sistem
tersebut memiliki beberapa kelemahan. Kolam-kolam raceway memiliki area permukaan yang
luas yang terbuka terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga mengalami evaporatif yang besar
dan mudah terkontaminasi dengan organisme yang mampu mengurangi viabilitas kultur dan
menekan hasil mikroalga (Oyler,2009). Raceway ponds juga merupakan sistem kolam terbuka
sehingga mengalami evaporasi akut, dan penggunaan karbon dioksida (CO2) menjadi tidak
efisien (Narala,2016). Produktivitas mikroalga juga dibatasi oleh kontaminasi dari alga atau
mikroorganisme yang tidak diinginkan. BIO-PROGRES dirancang untuk menumbuhkan mikroalga
air tawar secara fleksibel, jelas, terdapat plastik PBR yang terapung di lepas pantai .Selama
operasi, limbah pabrik akhir (FPhtE) dibuang dari pipa pembuangan air limbah yang akan
dialihkan ke PBR, agar dapat menyediakan air dan nutrisi yang diperlukan untuk
mempertahankan pertumbuhan mikroalga. Pendekatan yang dilaku kan ini menguntungkan,
karena penempatan lepas pantai menghilangkan kebutuhan akan sumber daya terestrial. BIO-
PROGRES menghindari persaingan dengan pertanian atau mengganggu infrastruktur perkotaan
3
di sekitar pengolahan air limbah tanaman. BIO-PROGRES akan menghilangkan nutrisi dari air
limbah pada saat ini yang dibuang ke perairan pesisir sehingga dapat mengurangi pembentukan
“zona mati”.BI0-PROGRES diletakkan di lingkungan laut sehingga dapat membentuk "buatan
terumbu karang ”atau bertindak sebagai “perangkat penggabungan ikan, ”yang meningkatkan
keragaman spesies lokal dan memperluas jaringan makanan.BIO-PROGRES tidak menggunakan
Paddlewheel namun menggunakan kekuatan gelombang air laut yang mampu mencegah
terjadinya sedimentasi pada mikroalga sehingga mikroalga tetap dalam kondisi tersuspensi
Operasi tinggi dan biaya konstruksi sistem PBR dapat membatasi aplikasi mereka untuk
skala besar produksi produk bernilai rendah, seperti bahan mentah biofuel. Untuk mendapatkan
EROI maksimum, setiap operasi budidaya mikroalga harus dilakukan dekat dengan instalasi
pengolahan air limbah untuk meminimalkan biaya yang terkait dengan mengangkut air limbah
jarak jauh ke fasilitas produksi mikroalga . Namun, kelayakan praktis dari sistem penanaman
mikroalga tradisional dengan pengolahan air limbah masih dipertanyakan, karena banyak
fasilitas air limbah yang ada yang mampu mendukung produksi mikroalga skala besar yang
tertanam kuat di perkotaan infrastruktur dan tidak memiliki sumber daya lahan yang
dibutuhkan untuk mendukung fasilitas tersebut. Dengan demikian, tidak memungkinkan untuk
4
melakukan co-locates skala besar pada sistem budidaya mikroalga dengan fasilitas pengolahan
air limbah perkotaan yang telah ditetapkan menggunakan pendekatan konvensional. Untuk
daerah kota-kota di pesisir yang menggunakan lepas pantai, air limbah akan mengalir keluar.
Sehingga perlu diterapkan Sistem BIO-PROGRES yang menggunakan Lahan Membran Offshore
untuk Growing Algae untuk mengatasi kesulitan ini.
Desmodesmus Sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit dan sebagaian besar
dapat hidup di lingkungan laut atau air dengan tingkat salinitas tinggi. Sel Desmodesmus Sp.
memiliki warna hijau dan tidak motil. Desmodesmus Sp. berbentuk silindris dan umumnya
membentuk koloni berukuran lebar 12-14 µm dan Panjang 15-20 µm. Selnya berbentuk elips
hingga lanceolate (Panjang dan ramping) dan beberapa spesies memiliki duri atau tanduk
(Irianto, 2011). Desmodesmus Sp. merupakan mikroalga yang bersifat kosmopolit dan sebagaian
besar dapat hidup di perairan laut . Habitat Desmodesmus Sp. pada lingkungan air dengan pH 5-
8 dengan suhu optimal pada rentang 28-30 °C (Prihantini,2007). Berdasarkan hasil penelitian
Kawaroe,2010 kandungan asam lemak yang terkandung dalam Desmodesmus Sp. Asam
myrisitat (0,34%), asam stearate (13,85%), asam palmiat (20,29%), asam palmitoleate (9,78%),
asam linoleate (25,16%), gliserol trilaurat (3,73%) dan vinil laurat (35,25%) (Fachrullah, 2011).
Reverse Osmosis adalah perpindahan air atau larutan dari konsentrasi tinggi (TDS tinggi)
ke konsentrasi rendah (TDS rendah) yang dipisahkan oleh membran semipermeable. Sedangkan
osmosis adalah peristiwa difusi dari air yang melewati membran semipermeable dari suatu
solution dengan kadar salinitas (TDS) yang rendah ke tinggi (Ruslani, 2016). Di dalam membran
RO tersebut terjadi proses penyaringan dengan ukuran molekul, yakni partikel yang molekulnya
lebih besar dari pada molekul air, misalnya molekul garam dan lainnya, akan terpisah dan akan
terikut ke dalam air buangan. Oleh karena itu air yang akan masuk kedalam membran RO harus
mempunyai persyaratan tertentu misalnya kekeruhan harus nol, kadar besi harus < 0,1 mg/l, pH
dikontrol agar tidak terjadi pengerakan kalsium (Said, 2011).
Ketersediaan karbon dan kontrol pH tergantung pada pengiriman CO 2 yang efisien, dan
keduanya sangat penting untuk produktivitas dan ekonomi budidaya mikroalga skala besar.
pasokan CO2 dari industri adalah salah satu kontributor terbesar untuk penggunaan energi
secara keseluruhan dan biaya produksi biofuel mikroalga. Namun, penggunaan sistem
penyedotan konvensional untuk injeksi gas biasanya menghasilkan 80-90% dari CO2 yang hilang
ke atmosfer karena waktu kontak gas-cair yang terbatas yang disebabkan oleh kedalaman
budaya dangkal yang diperlukan untuk meminimalkan redaman cahaya . Metode difusi yang
menggunakan membran silikon atau serat berongga untuk mengurangi kehilangan CO2 ke
5
atmosfer cukup bagus dilakukan tetapi biaya pembelian alat nya mahal. Sehingga dibuatlah
kolom gelembung seperti aerator sederhana, biaya rendah dan mampu mengurangi kerugian
CO2 hingga kurang dari 20%. CO2 gas injection (Gambar 3) dirancang untuk: menghapus
kelebihan konsentrasi, memasok CO2 ke budaya mikroalga dan pH kontrol, dan menyediakan
ruang pengendapan untuk mengumpulkan agregat mikroalga untuk panen. Sedangkan VFD
digunakan untuk mengontrol laju pemompaan kultur melalui membrane photobioreactor.
Setiap BIO-PROGRES, masing-masing membutuhkan VFD
Sistem SCADA khusus dibuat untuk otomatisasi proses dan pencatatan data. Sistem
SCADA terdiri dari banyak sensor lapangan dan instrumen yang mengukur pH, suhu, tekanan,
DO, tingkat sirkulasi kultur PBR, radiasi aktif fotosintetis dan tingkat injeksi gas GEHC dari
penyebaran prototipe. Sensor suhu dan pH yang dipasang di membrane Photobioreactor dan
Gas injection dihubungkan ke model GF Signet 8900 pemancar multi-parameter yang
menghasilkan sinyal output 0-10 VDC untuk setiap pengukuran.
HMI
Gambar 4. Komponen sistem SCADA. Input dari sensor dirutekan melalui pemancar multi-
parameter (A) atau langsung ke PLC (B) yang ditransfer ke database komputer
Sinyal output dari pemancar dan sensor medan lainnya dihubungkan ke input dari DL06
programmable logic controllers (PLCs) yang terkandung dalam selungkup listrik tahan-cuaca
(Gambar 4). Algoritma kontrol proses, yang ditulis dengan perangkat lunak DirectSoft 5,
diunggah ke PLC untuk mentransfer data ke antarmuka manusia-mesin (HMI) yang dibuat
menggunakan perangkat lunak Lookout Direct yang diakses menggunakan komputer laptop.
Software HMI adalah pusat operasi sistem BIO-PROGRES karena menampilkan data real-time,
tren data historis, dan memungkinkan operator untuk menentukan setpoint yang
mengendalikan tingkat cair dan pH di gas injection
6
BAB III. METODE INNOVASI
Pada lampiran 1. Flowchart Sistem BIO-PROGRES ,Limbah cair industri yang mengandung
Phosphat dan nitrat dengan kondisi chemical oxygen demand (COD), Biochemical Oxygen
Demand (BOD), Toxic shock syndrome (TSS) serta ph tertentu masuk ke dalam waste water tank
untuk dilakukan penampungan limbah sementara. Selanjutnya limbah cair yang tertampung
pada waste water tank masuk ke dalam Buffer tank yang dilakukan proses penambahan larutan
penyangga NH3OH apabila limbah cair industrI dalam keadaan pH asam, jika limbah cair industri
dalam keadaan pH basa maka ditambahkan larutan penyangga CH3COOH. Fungsi limbah industri
di proses pada buffer tank agar limbah industri tersebut terjaga pH nya pada ph 7,04 sehingga
budidaya mikroalga menjadi optimal. Setelah limbah industri memiliki ph 7,04 maka selanjutnya
limbah industri masuk ke dalam heat exchanger. Pada heat exchanger terdapat proses
penurunan suhu pada suhu 25oC dengan system indirect contact. Di sisi lain terdapat boiler
industri yang mengeluarkan emisi CO2 . kemudian dialirkan ke dalam heat exchanger. Didalam
heat exchanger gas CO2 diturunkan temperature hingga 25 oC agar menyesuaikan pada kondisi
hidup mikroalga pada BIO-PROGRES. Setelah melewati proses pada heat exchanger limbah
industry dan gas CO2 diinjeksikan ke BIO-PROGRES yang terdapat mikroalga Desmodesmus sp.
Sebelum gas CO2 dan limbah cair industri masuk ke dalam BIO-PROGRES, bioprogres di isi oleh
7
mikroalga Desmodesmus sp. hasil inokulasi. Mikroalga hasil inokulasi merupakan mikroalga
muda hasil perkembangbiakan mikroalga dewasa.
Limbah cair industri dan gas CO2 dalam BIO-PROGRES yang telah dikondisikan pada
temperatur 25oc serta pH 7,04 bercampur dengan mikroalga Desmodesmus sp. Desain BIO-
PROGRES terdiri dari 4 bagian yang pertama yaitu gas dan waste water injection column yang
berfungsi sebagai injeksi gas CO2 dan limbah cair industri yang kedua yaitu low density
polyethylene film column yaitu kolom plastik silinder transparan sebagai tempat budidaya
mikroalga. Desain plastik yang transparan agar cahaya matahari dapat masuk kedalam BIO-
PROGRES sehingga mikroalga Desmodesmus sp dapat melakukan fotosintesis. Ketiga yaitu
kolom penampungan sementara mikroalga yang telah dewasa dan siap untuk diproduksi
bioethanol. Keempat yaitu output column yang berfungsi sebagai tempat pengeluaran air dan
oksigen hasil symbiosis mutualisme budidaya mikroalga didalam output column terdapat
membrane reserve osmosis yang digunakan sebagai filtrasi mikroalga Desmodesmus sp agar
tidak ikut keluar saat pengeluaran air bersih dan oksigen. Dalam rentang waktu 14 hari
mikroalga Desmodesmus sp. pada bagian low density polyethylene film column melakukan
aktivitasnya selama 12 jam/hari dengan berfotosintesis. Kebutuhan fotosintesis mikroalga
adalah nutrien dan gas CO2. Dalam hal ini limbah cair industri berfungsi sebagai nutriens karena
terdapat phosphate dan nitrat. Selama 14 hari mikroalga bertumbuh menjadi mikroalga dewasa
serta limbah cair indutri dapat terdegradasi dan gas CO2 industri dapat bertransformasi menjadi
gas O2 yang nantinya gas O2 limbah cair industri yang telah terdegradasi akan dilepaskan melalui
bagian output column. Mikroalga hasil inokulasi yang telah bertumbuh menjadi mikroalga
dewasa tersebut akan mengendap ke bagian bawah low density polyethylene film column yang
dialirkan menuju kolom penampungan sementara mikroalga yaitu harvest tank. Didalam harvest
tank terdapat proses pengurangan kadar air 50% terhadap mikroalga dengan cara melakukan
screening.
Selanjutnya mikroalga dialirkan menuju hydrolyzer tank untuk dilakukan proses hidrolisis
selama 75 menit dengan HCl konsentrasi (10-30%) yang dapat mengubah selulosa menjadi
glukosa dan hemiselulosa menjadi xilosa. Proses hidrolisis dengan HCL dibagi menjadi dua
tahap: pada tahap pertama, HCl konsentrasi (70%) menghancurkan struktur kristal selulosa,
memutus hubungan hidrogen antara rantai selulosa. Pada tahap kedua, hidrolisis menginduksi
reaksi hidrolitik dalam rantai selulosa tunggal. Sekitar 90% hemiselulosa dan selulosa
terdepolimerisasi menjadi monomer gula (Di Nicola, 2011). Monomer gula berupa glukosa dan
xilosa akan dialirkan pada proses fermentasi di fermentation tank. Pada fermentation tank
glukosa dan xilosa akan dilakukan proses fermentasi selama 3 hari yang dimana mengubah
sebagian besar glukosa dan xilosa menjadi etanol dan CO2 sebagai produk samping. Berikut
merupakan proses yang terjadi:
8
Proses fermentasi pada fermentation tank dilakukan dengan menggunakan
mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae. Setelah
melakukan proses fermentasi yang menghasilkan etanol maka selanjutnya etanol dialirkan
menuju destilation column. Pada destilation column dilakukan proses penghilangan kadar air
100% dengan menggunakan proses destilasi dengan mengatur temperature pada kondisi 78 oC
sesuai dengan titik didih etanol sehingga etanol menguap berubah fasa menjadi gas lalu etanol
dialirkan menuju kolom kondensor yang bertemperature 25oC sehingga etanol berubah fasa
dari gas menjadi cair. Selanjutnya etanol yang berfasa cair hasil destilasi dialirkan menuju
biofuel mixing. Pada biofuel mixing dilakukan proses pencampuran etanol dengan bensin /solar
dengan komposisi 30% etanol dan 70% bensin untuk menggantikan substitusi energi
penggunaaan bahan bakar fosil. Nantinya hasil pencampuran tersebut digunakan sebagai bahan
bakar genset sehingga menghasilkan megawatt listrik berdasarkan basis yang diinginkan. Hasil
output genset yang berupa megawatt listrik tersebut akan dialirkan ke kebutuhan listrik industri.
Untuk memaksimalkan efisiensi listrik dalam menjalankan sistem BIO-PROGRES maka kelistikan
sistem BIO-PROGRES ini diperoleh dari pembangkit listrik tenaga gelombang, pembangkit listrik
tenaga angin dan sel surya yang telah ditanam pada area BIO-PROGRES.
9
harga minyak di pasar dunia dewasa ini didorong oleh faktor permintaan yang kuat di tengah
menipisnya cadangan minyak dunia. Untuk menggantikan bahan bakar minyak yang berasal dari
perut bumi berbagai alternatif harus di pertimbangkan, bioetanol merupakan salah satu
alternatif yang ditawarkan.
4.3 Rencana Kegiatan dan Anggaran Biaya
3 Pembuatan bioprogres
6 Simulasi prototype
10
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Lingkungan Hidup. 2016. Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi
Jawa Timur
Di Nicola, Giovanni ,dkk.2014. Advances in the Development of Bioethanol.Italy
Fachrullah, M.R., 2011. Laju pertumbuhan mikroalga penghasil Biofuel jenis Chlorella sp. dan
Nannochloropsis sp. yang dikultivasi menggunakan air limbah hasil penambangan timah di
Pulau Bangka.
Irianto, D. (2011). Pemanfaatan mikroalga laut Scenedesmus sp. sebagai penyerap bahan kimia
berbahaya dalam air limbah Industri.
Oyler, J. R. 2009. Integrated Processes and Systems for Production of Biofuels Using Algae.
Ruslami, R. and Sudigdoadi, S., 2016. Studi Kualitas Air Reverse Osmosis Secara Mikrobiologi
pada Dua Unit Hemodialisis di Kota Bandung. Jurnal Sistem Kesehatan
11
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1. Info Grafik BIO-PROGRES
12
13
Lampiran 2. Rincian Anggaran Biaya Pembuatan Prototype
7. Bahan
14