LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh :
Kelas : 2B1
Telah Diperiksa
Menyetujui
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Qomarudin ST.MT
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kami panjatkan puji syukur atas kehadiratnya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Praktek
Manufaktur.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dari segi sesunan kalimat dan bahasanya oleh karena itu, dengan tangan
terbuka saya menerima kritik dan saran dari pembaca untuk memperbaiki laporan ini.
Akhir kata dari saya berharap semoga laporan Praktek Manufaktur ini dapat
bermanfaat bagi pembaca
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
LATAR BELAKANG
Proses produksi merupakan ilmu yang mempelajari tentang mesin-mesin yang
berkaitan dengan kegiatan produksi khususnya pada bidang Industri. Selain
mempelajari tentang teori dari mesin tersebut, proses produksi juga menjelaskan tentang
cara penggunaanya serta pengoperasian mesin secara manual dan otomatis, serta
pengoperasian mesin yang benar sehingga terwujud K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja).
Macam – macam mesin pada proses produksi ini antara lain, konvensional dan
non konvensional. Mesin yang praktikan gunakan pada laboraturium proses produksi
Universitas Brawijaya ini menggunakan mesin konvensional, dengan begitu di harapkan
praktikan dapat mengoperasikan mesin secara manual dengan tingkat kesulitan yang
lebih tinggi dibandingkan apabila menggunakan mesin non konvesional. Sehingga
nantinya pada saat bekerja praktikan dapat mudah beradaptasi dengan mesin yang ada di
perusahaan industri di mana praktikan akan bekerja.
BAB II
PRAKTIKUM
2.1.1 Tujuan
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara
pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta keterampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bubut.
b. Mengetahui proses dan cara pembuatan benda kerja dengan mesin bubut.
c. Mengetahui dan memahami cara pembuatan ulir.
2. JangkaSorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
3. Stop Watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
4. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya
biasanya bujur sangkar.
5. KunciPahat
Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan
kedudukan pahat tidak berubah.
Gambar 2.00KunciPahat
Sumber :Laboratorium Pemesinan
6. Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran dari spindle
Gambar 2.00Tachometer
Sumber :Laboratorium Pemesinan
7. Pahat HSS
Sebagai alat untuk pemakan benda kerja.
8. Tang Ampere
Untuk mengukur arus pada saat pembubutan
c. Proses 2
3 50 0,5 mm
4 50 0,5 mm
5 50 0,5 mm
d. Proses 3
e. Proses 4
1 5 mm 0,5 mm
f. Proses 5
2.1.6 Flowchart
PEMBUBUTAN
Tabel 2.7 Data pembubutan
No. L (mm) D (mm) d (mm) s (mm/rev) Nt (rpm) na (rpm) t' (mm) t (detik) I (Ampera) V (Volt)
1 70 25 24 0,0791 381 343 1 2'24" 10 230
2 70 23 22 0,0791 415 564 1 1'33" 10 230
3 90 19 18 0,0659 502 562 1 2'22" 10 230
4 90 18 17 0,0659 530 548 1 2'23" 10 230
5 40 15 14 0,0527 636 763 1 1' 10 230
v=
√[ ( π . D ) + P ] . n (m/menit)
2 2
1000
Dimana:
P = jarak pitch (mm)
Nc
Nm= ( kW )
η1 . η 2
η1 = efisiensi mesin (75%)
η2 = efisiensi motor gerak (90%)
LABORATORIUM PROSES PRODUKSI PRAKTIKUM
1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 17
v=
√[ ( π . D ) + P ] . n (m/menit)
2 2
1000
v=
√[ ( 3,14.22 ) +1,75 ] .65
2 2
1000
v=0,55711 m/menit
v=
√[ ( π . D ) + P ] . n (m/menit)
2 2
1000
v=
√[ ( 3,14.22 ) +1,75 ] .65
2 2
1000
m
v=0,55711
menit
Tabel 2.8 Hubungan Antara Feed Motion (s) dengan Gaya Pemotongan (Pz)
Kelompo
k St Pzt Tm na sa Pza
0,15531
3 0,184 22,05378 0,925069 348 6 19,42147
0,19409
16 0,231 26,15644 0,736852 349,6 7 22,95533
0,13948
9 0,166 20,41506 1,025378 349,6 1 17,9166
0,17304
12 0,205 23,91581 0,830306 348 2 21,06124
0,11078
15 0,132 17,19096 1,289491 350 6 15,07414
Tabel 2.9 Hubungan Antara Putaran (n) dengan Daya Pemotongan (Nc)
Kelompo
k nt na vt va Nct Nca
0,05908
1 200 212 13,82857 14,65829 8 0,062633
0,09749
6 330 349,6 22,81714 24,17234 5 0,103285
0,06942
8 235 239,6 16,24857 16,56663 8 0,070787
0,08272
16 280 299,4 19,36 20,70137 3 0,088454
0,08863
20 300 315 20,74286 21,78 2 0,093063
0,10635
21 360 380 24,89143 26,27429 8 0,112267
60
50 22.95533
21.06124 Pza
40 19.42147 17.9166 sa
30 15.07414
0.194097
26.15644 Pzt
0.155316
22.05378 0.173042
23.91581
20 0.139481
20.41506 St
0.110786
17.19096
10
0 0.184 0.231 0.166 0.205 0.132
1 2 3 4 5
Feed Motion (S)
Gambar grafik 2.1 Hubungan antara Gaya Pemotongan dengan Feed Motion (s)
Hubungan antara Gaya Pemotongan vertikal (Pz) dengan Feed Motion (s)
Gaya pemotongan merupakan gaya yang diperlukan untuk melakukan pemakanan
terhadap benda kerja sedangkan feed motion (s) adalah jarak yang ditempuh pahat saat
benda kerja berputar 1 putaran.
Dari grafik diatas di peroleh perbandingan kelompok 1 mempunyai gaya
pemotongan dan feed motion lebih rendah dari pada kelompok 8 , gaya pemotongan dan
feed motion dari kelompok 8 lebih rendah dari kelompok 16, gaya pemotongan dan
feed motion dari kelompok 20 lebih tinggi dari kelompok 16, gaya pemotongan dan
feed motion dari kelompok 20 lebih rendah dari kelompok 6 , gaya pemotongan dan
feed motion dari kelompok 21 adalah yang paling tertinggi dari semua kelompok.
Dari grafik tersebut didapat bahwa kecenderungan data teoritis memiliki nilai
yang lebih kecil dari pada data aktual antara hubungan gaya pemotongan vertikal (Pz)
dengan putaran feed motion (s). Dari grafik di atas di peroleh pernbandingan kelompok
1
600 299.4
0.082723
0.088454 315
0.088632
0.093063 Nca
500 239.6
0.069428
0.070787 Nct
400 212
0.059088
0.062633 na
330 360
300 280 300 nt
200 200 235
100
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 2.2 Hubungan antara Putaran Spindle (n) dengan Daya Pemotongan (Nc)
Dari grafik tersebut didapat bahwa kecenderungan data aktual memiliki nilai yang
lebih besar daripada data teoritis antara hubungan daya pemotongan (Nc) dengan
putaran spindle (n).
Solusi
Seharusnya eretan otomatis tersebut disetting pada awal saja saat akan
melakukan penguliran. Ketika sudah melakukan penguliran eretan otomatis
tersebut tidak boleh di ubah ubah lagi, karena akan mengakibatkan pembubutan
yang berbeda alur. Jadi kita harus lebih fokus lagi pada saat asdos ataupun
laporan sedang menjelaskan.
2.2.1 Tujuan
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengopersiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta keterampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus
a. Mengetahui serta mampu mengoperasikan bagian-bagian dari mesin milling.
b. Melatih praktikan melakukan pekerjaan dalam pembuatan roda gigi, alur pada
poros dengan menggunakan mesin milling dan mengetahui macam-macam
pekerjaan yang dapat dilakukan.
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
5. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya
biasanya bujur sangkar.
6. Kunci L
Digunakan untuk mengencangkan tailstock agar selama proses
pengerjaan, kedudukan tailstock tidak berubah.
5. Kunci
6. Obeng (-)
Digunakan untuk mengatur dan mengencangkan index crank.
7. Poros Berulir
Digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja sebelum dipasang
pada chuck.
7. Jig
A. Roda Gigi 1
M1= 2,25
Z1= 22
K1= 60
X1 = 2,72
N1= 680
7. Tebal gigi t M π
π.M
t=
2
3,14 x 2,25
t=
2
t = 3,53 mm
B. Roda Gigi 2
M2= 2,75
Z2= 25
K2= 40
X2 = 1,6
n2= 640
7. Tebal gigi t M π
π.M
t=
2
3,14 x 2,75
t=
2
t = 4,32 mm
2.2.5 Flowchart
Mulai
Benda kerja
N1=680 rpm
Z1 = 22
M1 = 2,25 mm
K1 = 60
Mengukur dimensi
benda kerja
Memasang dan
mengencangkan benda
pada poros
Mengatur posisi
poros pada chuck
Mengatur jumlah
putaran index crank
Menghidupkan mesin
A
LABORATORIUM PROSES PRODUKSI PRAKTIKUM
1
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR 34
Mengatur kedalaman
pemotongan
(1/2 tinggi gigi)
Melakukan pemakanan
Apakah jumlah
gigi& tinggi gigi Tidak
sesuai desain?
Mematikan Mesin Ya
Mengembalikan
peralatan ketempat
semula
Roda gigi
Selesai
Gambar 2.33 Flowchart langkah kerja pembuatan roda gigi 1 pada mesin milling
Sumber: Dokumen pribadi
Mulai
Benda kerja
N2=640 rpm
Z2 = 25
M2= 2,75 mm
K2= 40
Mengukur dimensi
benda kerja
Memasang dan
mengencangkan benda
pada poros
Mengatur posisi
poros pada chuck
Mengatur jumlah
putaran index crank
Menghidupkan mesin
Mengatur kedalaman
pemotongan
(1/2 tinggi gigi)
Melakukan pemakanan
Apakah jumlah
gigi& tinggi gigi Tidak
sesuai desain?
Mematikan Mesin Ya
Mengembalikan
peralatan ketempat
semula
Roda gigi
Selesai
Gambar 2.34 Flowchart langkah kerja pembuatan roda gigi 2 pada mesin milling
5. Kecepatan pemotongan ( Tm )
π .D.n
v=
1000 (2 - 5)
dimana :
1. Feed motion(s)
L+ √ t '( D−t ' )+6
s=
Tm. n
19 , 2+ √ 2(6−2)+6
s=
0 , 23 .680
s = 0,57 mm/rev
1449,99. 680
Nc=
974000
Nc = 1,01 Kw
5. Kecepatan pemotongan ( v )
ԉ. D .n
v=
1000
3,14 .6,25.720 3,14.60.680
v=
1000 1000
v = 128,177 m/menit
(A) (B)
Gambar 2.35 Ukuran diameter kepala (A) dan diameter pitch (B) yang berbeda
Sumber: Dokumentasi pribadi
a. Analisa
Ukuran diameter kepala dan pitch gigi berbeda dari perencanaan dengan
perhitungan. Pada aktual lebih besar daripada perencanaan.
b. Penyebab
c. Solusi
Untuk menyamakan ketebalan gigi dapat dilakukan praktikum kembali
dengan perhitungan yang lebih akurat.
Perlu dikoreksi ulang sebelum pelaksanaan praktikum.
2. Tebal gigi berbeda
a. Analisa
Ukuran tebal tiap gigi berbeda-beda.Beberapa gigi ketebalannya besar, ada
beberapa gigi yang ketebalannya kecil.
b. Penyebab
Kesalahan memasukkan nilai modul pada perhitungan. Perhitungan
perencanaan diatas menjadi lebih besar, modul yang harusnya 2,25 menjadi
2,5. Sehingga tebal gigi menjadi tidak sesuai.
c. Solusi
Untuk menyamakan ketebalan gigi dapat dilakukan praktikum kembali
dengan perhitungan yang lebih akurat.
Perlu dikoreksi ulang sebelum pelaksanaan praktikum.
a. Analisa
Ukuran salah satu gigi paling kecil.Gigi tersebut terpotong pisau frais terlalu
banyak.
b. Penyebab
Kesalahan memasukkan nilai modul pada perhitungan. Perhitungan
perencanaan diatas menjadi lebih besar, modul yang harusnya 2,25 menjadi
2,5. Sehingga salah satu gigi terpotong pisau frais terlalu banyak, karena
diameter benda kerja yang tidak sesuai.
c. Solusi
Perlu dikoreksi ulang metode perhitungan perencanaan sebelum
pelaksanaan praktikum.
2.3.1 Tujuan
Tujuan umum:
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus:
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bor.
b. Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan menggunakan mesin
bor.
2. Mata Bor
Digunakan sebagai alat untuk melubangi benda kerja.
6. Palu
Digunakan untuk memberikan gaya pada penitik.
2.2.6 Flowchart
Mulai
Benda kerja
Tentukan letak
awal titik
Proses Pengeboran
A B
A B
Tidak
Apakah
jumlahlubangdandia
meter sesuai?
Matikan mesin Ya
Selesai
Gambar 2.47 Flowchart pembuatan lubang pada roda gigi menggunakan mesin bor
Sumber: Dokumen pribadi
3 . 14 .6 . 680
v=
1000
v = 12,81 m/menit
2. Feed Motion ( s )
L.i
s=
Tm. n (2 - 5)
19,2 .1
s=
0,873 .680
s = 0,0323 mm/rev
61,8 . 680
Nc=
974000
Nc = 0,043 kW
a. Analisa
Lubang hasil pemboran tidak sesuai desain.Lubang yang dihasilkan bergeser
dari desain.
b. Penyebab
Bekas tanda penitik tidak tepat dengan desain.Penandaan lubang pada roda gigi
tidak tepat disebabkan oleh metode pemukulan penitik yang salah, seharusnya
tegak lurus dengan roda gigi, tetapi metode yang digunakan adalah pemukulan
dengan membentuk sudut.Sehingga tanda yang dihasilkan tidak tepat atau
bergeser dari perencanaan.Oleh karena itu mata bor yang digunakan berada
pada titik yang salah, sehingga lubang yang dihasilkan bergeser.
c. Solusi
Menggunakan metode pemukulan yang benar, yaitu penitik dan palu
tegak lurus dengan roda gigi.Dan perlu dilakukan pengecekan ulang sebelum
pengeboran
2. Tang
Digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat pengelasan apabila
diperlukan.
5. Penggaris Siku
Digunakan untuk menentukan kedudukan benda kerja sebelum dilas.
6. Kikir
Digunakan untuk menghaluskan permukaan setelah proses pemotongan.
8. Gergaji besi
Digunakan untuk memotong material.
9. Sikat Kawat
Digunakan untuk membersihkan terak pada benda kerja.
B. Bahan
1. Besi Plat
2.4.4 Flowchart
2.4.4.1. Pengukuran dan pemotongan
3.4.4.2 Assembly
Dimana :
V = tegangan (Volt)
I = besar arus ( Ampere)
Cos α= faktor daya
2. Kekuatan las ( Po )
Po=2 . h. L. σ (Kg ) (2 - 20)
Dimana :
h = tebal las (mm)
L = panjang pengelasan (mm)
σ = tegangan geser ijin (Kg/mm2)
2. Kekuatan las ( Po )
Po=2 . h . L . σ
Po=2 . 6,3 .50.37,5
Po = 23625 kg
Penyebab
Jika arus las tidak disesuaikan dengan plat maka plat tersebut akan
berlubang dan tidak bisa dilas karena arusnya terlalu besar. Seperti apabila
ukuran platnya tidak terlalu tebal maka arusnya sebaiknya juga jangan terlalu
besar, begitupun sebaliknya apabila ukuran platnya lumayan tebal maka arusnya
diperbesar tidak masalah.
Solusi
Diperhatikan terlebih dahulu setingan mesin las sebelum digunakan.
Disesuaikan dengan tebal plat yang akan dilas. Dan juga kerja sama kelompok
harus lebih kompak agar hasil praktek menjadi bagus.
Mesin las yang digunakan berbeda tipe yaitu tipe mesin las SMAW dan
mesin las MIG.
Penyebab
Mesin las yang berbeda tipe, jadi cara kerja dan hasilnya pun berbeda.
Mesin las SMAW adalah las listrik yang menggunakan elektroda berselaput
sebagai bahan tambah. Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan
bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagaian bahan dasar.
Sedangkan mesin las MIG adalah juga termasuk las listrik, dimana panas yang
ditimbulkan oleh busur listrik antara ujung elektroda dan bahan dasar, karena
adanya arus listrik. Elektrodanya berbentuk gulungan yang gerakannya diatur
oleh pasangan roda gigi yang digerakan oleh motor listrik. Tangkai las
dilengkapi dengan nosal logam untuk menyemburkan gas CO 2 yang dialirkan
dari tabung gas melalui selang gas untuk pelindung.
Solusi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Pada praktikum proses pembubutan dihasilkan sebuah poros berulir yang dikerjakan
dengan menggunakan mesin bubut. Mesin yang digunakan disesuaikan dengan
dimensi benda kerja sehingga perhitungan actual dan teoritis tidak jauh berbeda
2. Pada praktikum proses pembuatan roda gigi dikerjakan dengan mesin milling.
Kedudukan benda kerja mempengaruhi hasil akhir pengerjaan seperti ketebalan gigi
yang satu dengan yang lainnya
3. Pada proses pengeboran roda gigi yang dikerjakan dengan mesin bor. Posisi benda
kerja sangat mempengaruhi hasil akhir pengerjaan yaitu berupa lubang yang
harusnya sesuai dengan desain benda kerja oleh karena itu harus dilakukan
pengukuran yang presisi agar lubang pada roda gigi sesai dengan benda kerja
4. Pada praktikum proses pengelasan dihasilkan sebuah grill yang dikerjakan dengan
menggunakan mesin las. Untuk menghindari hasil pengelasan yang berlubang maka
dibutuhkan ketepatan waktu dalam melumerkan logam sehingga logam tidak akan
berlubang. Selain itu diperlukan penyesuain terhadap arus karena apabila arus yang
digunakan terlalu besar maka benda akan berlubang
3.2 Saran
1. Untuk Laboratorium Proses Produksi agar ditambahkan generator pembangkit Listrik
agar jika mati listrik kegiatan praktikum Tetap dapat berjalan
2. Untuk kegiatan praktikum proses produksi agar timeline waktu praktikum tidak
bersinggungan dengan waktu kuliah
3. Untuk laporan praktikum agar softcopy saja bisa dijadikan bahan untuk acc untuk
penghematan kertas dan agar mengurangi sampah kertas
4. Untuk asisten Laboratorium Proses Produksi agar lebih menjelaskan ke praktikan
agar praktikan lebih mengerti saat menggunakan alat
5. Untuk waktu asistensi agar tidak terlalu malam dan tidak bersinggungan dengan
waktu kuliah dan lebih fleksibel dalam waktu