Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangan dunia industri belakangan ini, pembuatan barang yang
beraneka ragam menjadi syarat mutlak untuk untuk melakukan proses Manufaktur. Salah
satu tujuan dari manufaktur disini adalah untuk memproses suatu barang mentah menjadi
barang setengah jadi maupun barang jadi sehingga nilai jualnya semakin meningkat.
Mesin bubut merupakan salah satu mesin perkakas yang memproduksi bentuk
silindris dan digunakan untuk menghasilkan benda benda putar, membuat ulir, dan
pengeboran. Prinsip kerja mesin bubut ialah menghilangan bagian dari benda kerja untuk
memperoleh bentuk tertentu dimana benda kerja diputar dengan kecepatan tertentu
bersamaan dengan dilakukannya proses pemakanan oleh pahat yang digerakkan secara
translasi sejajar dengan sumbu putar benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut
gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak makan (feeding).
Mesin milling adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja pemotongannya
dengan menyayat atau memakan benda kerja menggunakan alat potong bermata banyak
yang berputar (multipoint cutter). Prinsip kerja mesin milling yaitu Proses pemotongan
benda kerja yang diam dengan meja yang bergerak menuju alat potong yang berputar.
Mesin bor adalah suatu mesin yang berfungsi untuk membuat lubang (drilling),
menghaluskan lubang (reaming), dan memperluas lubang (counter boring). Cara kerja
mesin bor adalah dengan cara memutar mata pisau dengan kecepatan tertentu dan ditekan
ke suatu benda kerja. Fungsi utama dari mesin bor adalah untuk melubangi benda kerja
dengan ukuran-ukuran tertentu.
Kerja bangku adalah proses pengerjaan yang dilakukan dengan tenaga manusia
untuk melatih keterampilan menggunakan alat-alat yang digunakan. Kerja bangku
meliputi menggambar, mengikir mengebor, memahat dan lain-lain. Pada proses
pengerjaan kerja bangku sangatlah dibutuhkan ketelitian dan kesabaran, karena dalam
proses pengerjaannya banyak terjadi kesulitan.

1.2 Tujuan Praktikum


a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I LATAR BELAKANG


LATAR BELAKANG
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 2

BAB II
PRAKTIKUM

2.1 Poros Berulir


2.1.1 Tujuan
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bubut.
b. Mengetahui proses dan cara pembuatan benda kerja dengan mesin bubut.
c. Mengetahui dan memahami cara pembuatan ulir.
2.1.2 Alat dan Bahan
A. Alat
1. Mesin Bubut
Digunakan untuk pembuatan benda kerja. Pada dasarnya prinsip kerja mesin
bubut ada dua macam, yaitu :
1. Main Drive
Gerakan utama pada mesin bubut putaran motor listrik berupa putaran
motor listrik yang ditransmisikan melalui belt menuju gear box. Di dalam gear
box terdapat roda gigi yang berfungsi untuk mengatur transmisi putaran spindel,
sehingga menghasilkan putaran pada chuck.
2. Feed Drive
Yaitu gerakan pemakanan pahat pada benda kerja

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 3

Gambar 2.1 Mesin Bubut KW15-486


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

Keterangan Gambar
1. Bed Way
Penopang sebagai tempat relay bertumpu.
2. Headstock
Merupakan tempat dimana gear box dan quick change gear box
dipasang.
3. Quick Change Gear box / Feed Box
Berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran dari gear box serta
mengatur kecepatannya sebelum diteruskan ke mekanisme
pemakanan/apron. Terletak pada head stock.
4. Carriage Box
Merupakan meja penggerak pahat dan terletak diatas apron.
5. Electrical Box
Merupakan tempat rangkaian system elektronik mesin bubut.
6. Chuck Protecting Cover
Merupakan penutup chuck yang berfungsi sebagai pelindung pengguna
dari serpihan geram.
7. Splash Guard
Merupakan pelindung dan pembatas geram agar tidak terlempar
kemana-mana.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 4

8. Lower Carriage
Merupakan penopang dari top carriage.
9. Top Carriage
Merupakan penopang dari tool holder.
10. Cooling
Berfungsi sebagai cairan pendingin.
11. Working Light
Lampu yang berfungsi sebagai penerang saat bekerja.
12. Tail Stock
Terletak di posisi yang berhadapan dengan spindle. Berfungsi untuk
meng-center kan.
13. Lead Screw
Poros berulir yang berfungsi untuk menggerakkan carriage box saat
melakukan penguliran.
14. Feed Rod
Poros yang berfungsi untuk menggerakkan carriage saat melakukan
pembubutan.
15. Switch Rod
Bagian mesin yang berfungsi untuk merubah putaran dari feed rod.
16. Tool Holder
Merupakan bagian mesin bubut yang berfungsi untuk menahan /
memegangi pahat.
17. Quadrant
Susunan pulley yang mentransmisikan putaran antara gearbox dan quick
change gear box.
18. Oil Tray
Merupakan tempat geram dan pengalir coolant menuju reservoir.
19. Spindle
Alat untuk memutar benda.
20. Foot Stand
Merupakan penopang dari seluruh rangkaian mesin bubut.
21. Thread Indicator
Indikator putaran flywheel

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 5

22. Foot Brake


Adalah pedal injak yang berfungsi untuk menghentikan mesin dengan
memutus arus listrik
23. Chuck
Sebagai pengencang atau penjepit benda kerja.
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.

Gambar 2.2 Jangka Sorong


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

3. Stop Watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.

Gambar 2.3 Stop Watch


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

4. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck/pencekam, bentuk matanya
biasanya bujur sangkar.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 6

Gambar 2.4 Kunci Chuck


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

5. Kunci Pahat
Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan
kedudukan pahat tidak berubah.

Gambar 2.5 Kunci Pahat


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

6. Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran dari spindle

Gambar 2.6 Tachometer


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

7. Pahat HSS
Sebagai alat untuk pemakan benda kerja.

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 7

Gambar 2.7 Pahat HSS


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

8. Tang Ampere
Untuk mengukur arus pada saat pembubutan

Gambar 2.8 Tang Ampere


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

B. Bahan
1. Alumunium

Gambar 2.9 Alumunium


Sumber : Laboratorium Proses Manufaktur I Teknik Mesin FT-UB (2017)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 8

2.1.3 Desain Benda Kerja


(Terlampir)

2.1.4 Penentuan Parameter Permesinan


a. Putaran Spindel (n)
Pembubutan : 200 rpm
Penirusan (Tirus) : 450
Penguliran : 65 rpm
b. Feed Motion : 0.205 mm/rev
c. Pitch : 1,75 mm/gang

2.1.5 Proses Pembuatan Benda Kerja

A. Awal Benda Kerja

B. Proses 1

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 9

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)


1 100 mm 0,5 mm
2 100 mm 0,5 mm
3 100 mm 0,5 mm
4 100 mm 0, 25 mm

C. Proses 2

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)


1 34 mm 0,5 mm
2 34 mm 0,5 mm

D. Proses 3

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 10

Pemakanan ke- Panjang pembubutan Depth of Cut (t)


(L)
1 26 mm 0,5 mm
2 26 mm 0,5 mm
3 26 mm 0,5 mm
4 26 mm 0,5 mm
5 26 mm 0,5 mm

E. Proses 4

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)


1 26 mm 0,5 mm
2 26 mm 0,5 mm
3 26 mm 0,5 mm
4 26 mm 0,5 mm
5 26 mm 0,5 mm

F. Proses 5
Proses penirusan sebesar 45

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 11

G. Proses 6

Pemakanan ke- Panjang pembubutan (L) Depth of Cut (t)


1 15 mm 0,2 mm
2 15 mm 0,2 mm
3 15 mm 0,175 mm

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 12

2.1.6 Flowchart

a b
mulai

Siapkan Benda Kerja (alumunium), Cek emergency switch


jangka sorong, center gauge, kunci
chuck dan mesin bubut

Alumunium Menyalakan mesin


berdiameter 25.5 mm

Menandai benda kerja Turunkan spindle forward-stop-


reverse lever (mesin menyala)

Memasang benda kerja di chuck


dan dicenterkan dengan tail
stock Tidak
Apakah kecepatan spindle dan feed
motion sesuai?

Mengatur kecepatan spindle ( n


= 200 rpm) dan feed motion ( s Ya
= 0.205 mm/rev)

Menentukan titik nol benda kerja

Tutup chuck protection cover

B a b

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 13

A B c

Mengatur panjang pemakanan sebesar 50 mm Mengatur panjang pemakanan sebesar 50 mm

Mengatur depth of cut sebesar 0.5 mm dan 0.375 mm

Melakukan Proses pembubutan untuk diameter 22 mm


Melakukan Proses pembubutan untuk diameter 22 mm

Tidak Apakah diameter benda kerja sudah 22 Tidak Apakah diameter benda kerja sudah 22
mm sepanjang 50 mm? mm sepanjang 50 mm?
Ya
Ya
Matikan mesin dengan menaikkan spindle
forward-stop-reverse lever
Menentukan titik nol benda kerja
Lepas benda kerja pada chuck dan pasang
kembali dengan membalik menda kerja

Mengatur depth of cut sebesar 0.5 mm sebanyak 2x


Tutup chuck protection cover

Nyalakan mesin dengan turunkan spindle Mengatur panjang pemakanan sebesar 34 mm


forward-stop-reverse lever

Menentukan titik nol benda kerja Melakukan proses pembubutan sampai diameter
20 mm
Mengatur depth of cut sebesar 0.5 mm dan 0.375
mm
D C

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 14

D C d

Turunkan spindle forward-


stop-reverse lever
Matikan mesin dengan menaikkan spindle
forward-stop-reverse lever

Tentukan titik nol benda kerja

Cek emergency switch


Mengatur depth of cut
sebesar 0.5 mm

Mengatur panjang
Buka chuck protection over pemakanan sepanjang 50 mm

Melakukan proses pembubutan sampai


diameter 17 mm

Apakah diameter benda kerja sudah 20 Tidak


mm sepanjang 34 mm? Apakah diameter benda lerka sudah 17 mm Tidak
seoanjang 50 mm?

Ya Ya
Lepas benda kerja pada chuck dan Turunkan spindle forward-
pasang kembali pada posisi sebaliknya stop-reverse-lever

Tentukan titik nol benda kerja


Tutup chuck protection cover
Mengatur depth of cut sebesar 0.5 mm
menggunakan cross slide handwheel

Cek emergency switch


Mengatur panjang pemakanan sepanjang
26 mm

E F
d

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 15

E F f g

Melakukan proses pembubutan


sampai diameter 12 mm Melakukan penirusan sebesar 45

Matikan mesin dengan menaikkan


Matikan mesin dengan menaikkan spindle
spindle forward-stop-reverse lever
forward-stop-reverse lever

Apakah diameter benda kerja sudah 17 Tidak Jauhkan mata pahat


mm sepanjang 26 mm?

Tidak
Ya Apakah tirus sesuai desain?

Menentukan titik nol benda kerja Ya


Mengembalikan sudut tool holder ke 0

Apakah diameter benda kerja sesuai Tidak


dengan desain? Atur kecepatan spindle (n = 65 rpm)

Ya
Mengganti mata pahat bubut menjadi
Atur sudut penirusan sebesar 45 mata pahat ulir
menggunakan tool holder
Memindahkan feed rof menjadi lead
screw menggunakan split nut lever
Atur kecepatan spindle (n = 200)

Tutup chuck protection cover


Nyalakan mesin dengan turunkan spindle
forward-stop-reverse lever

Cek emergency switch


Menentukan titik nol benda kerja

G
f g

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 16

G h

Nyalakan mesin dengan turunkan spindle


Membersihkan mesin bubut
forward-stop-reverse lever

Menentukan titik nol benda kerja


Poros bertingkat, bertirus,
dan berulir sesuai desain
Mengatur depth of cut sebesar 0.2 mm dan
0.175 mm

Selesai
Melakukan penguliran sepanjang 15mm RH

Matikan mesin dengan menaikkan spindle


forward-stop-reverse lever

Cek emergency switch

Buka chuck protection cover menggunakan


kunci chuck

Tidak
Apakah ulir sesuai desain?

Ya
Lepaskan benda kerja dari chuck
menggunakan kunci chuck

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 17

2.1.7 Data Hasil Praktikum

JENIS MESIN : Bubut


TYPE : GAP-LATHE.CQ 6230A-1910x310 mm
DAYA ( P ) : 1,5kW
BAHAN YANG DIGUNAKAN
Nama Bahan : Alumunium
Koefisien bahan ( k ) : 32 kg/mm2
Konstanta Eksponen (m ) : 0.5

Tabel 2.1 Data Hasil Pembubutan


NO L D d s Nt na t t I V
(mm) (mm) (mm) (mm/ (rpm) (rpm) (mm) (detik) (Ampe (Volt)
rev) re)
1 50 22 21 0.205 200 211 0,5 1m26s 2,2
2 50 21 20 0.205 200 212 0,5 1m27.5s 2,2
3 50 20 19 0.205 200 215 0,5 1m25.5s 2,2
4 50 19 18 0.205 200 220 0,5 1m26.5s 2,2
5 50 18 17 0.205 200 222 0,5 1m26s 2,2
RATA-RATA 216 1m26.3s 2,2

2.1.8 Pengolahan Data


1. Kecepatan Pemotongan (v)
Pembubutan
.D.n
v (m / menit ) (2 - 1)
1000
dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
n = Putaran spindle (rpm)
Sumber : Rochim (1985:19)

2. Depth of Cut (t)


Dd
t' (mm) (2 - 2)
2

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 18

Dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
d = Diameter Akhir Benda Kerja
Sumber : Rochim (1985:17)

3. Gaya Pemotongan Vertikal ( Fv )


Fv K .t '.s m (kg) (2 - 3)
dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
s = Feed motion (mm/rev)
t = Depth of cut (mm)
m = Konstanta eksponen
Sumber : Muin (1989:65)

4. Daya Pemotongan ( Nc )
Fv.v
Nc (kW ) (2 - 4)
60.102
Sumber : Rochim (1985:375)

5. Machining Time ( Tm )
L.i
Tm (menit) (2 - 5)
s.n
dimana:
L = panjangpembubutan (mm)
i = jumlahpemotongan = t/t
Sumber : Rochim (1985:15)

6. Momen Torsi ( Mt )
Fv.D
Mt ( Kg.mm) (2 - 6)
2
Sumber : Kalpakjian (2009:621)

7. Daya Motor ( Nm )
Nm V . .I . cos kW (2 - 7)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 19

Dimana:
V = Tegangan Listrik (Volt)
= Jumlah Fase
cos = Faktor daya {0,8}
I = Arus (Ampere)
Sumber : Faktor Daya Motor 3 Fase. Rahardjo (1978:453)

A. Perhitungan Aktual

1. Kecepatan Pemotongan (v)


.D.n
v
1000

3,14.22.200
v
1000

v = 14.58 m/menit

2. Depth of Cut (t)


Dd
t'
2
22 21
t'
2
t = 0,5 mm

3. Machining Time ( Tm )
L.i
Tm
s.n
8600
Tm
0.205 x 200
Tm = 209.76 Menit

4. Feed motion ( s )
L.i
s
Tm .n
8600
s
209.76 x 200
s = 0,205 mm/rev

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 20

1. Gaya Pemotongan Vertikal ( Fv )


Fv K .t '.s m

Fv 32.0,5.0,205 0,5

Fv = 7.24 Kg

2. Daya Pemotongan ( Nc )
Fv.v
Nc (kW )
60.102

7.24 x14.58
Nc
60.102
Nc = 1.76 kW

3. Torsi ()
Fv.D

2
7.24 x 22

2
Mt = 79.69 kg.mm

4. Daya Motor ( Nm )

Nm V . .I . cos
Nm
Nm = kW

B. Perhitungan Teoritis

1. Kecepatan Pemotongan (v)


.D.n
v
1000

3,14.22.200
v
1000

v = 14,58 m/menit
2. Depth of Cut (t)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 21

Dd
t'
2
22 21
t'
2
t = 0,5 mm

3. Gaya Pemotongan Vertikal ( Fv )


Fz K .t '.s m

Fz 32.0,5.0,205 0,5
Fz = 7,24 kg

4. DayaPemotongan ( Nc )
Fv.v
Nc (kW )
60.102

7.24 x14.58
Nc
60.102

Nc = 1.76 Kw

5. Machining Time ( Tm )
L.i
Tm
s.n

8600
Tm
0.205 x 200
Tm = 209.76 Menit

6. Momen Torsi ( Mt )
Fv.D
Mt
2
7.24 x 22
Mt
2
Mt = 79.69 kg.mm

7. Daya Motor ( Nm )

Nm V . .I . cos

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 22

Nm
Nm = kW

2.1.9 Grafik dan Pembahasan

A. Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)


Tabel 2.2 Data antar kelompok Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan
(Nc)
Kelompok na (rpm) nt (rpm) Nca (kW) Nct (kW)

Gambar 2.10 Grafik Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)

Analisa Grafik :

Nilai putaran spindle (n) yaitu putaran spindle yang dinyatakan dalam rpm.
Sedangkan daya pemotongan (Nc) adalah besar energi yang diperlukan untuk memutar
spindle utama pada mesin bubut dan dinyatakan dalam satuan kW.
Grafik hubungan antara banyak putaran spindle (n) dengan daya pemotongan
(Nc) menunjukan bahwa semakin besar nilai putaran spindle (n), maka daya
pemotongan (Nc) akan semakin besar. Hal ini dibuktikan juga pada rumus daya
pemotongan (Nc) yaitu:

Fz.v
Nc (kW )
60.102
Fz. .D.n
Nc (kW )
60.102.1000
K .a. f m . .D.n
Nc (kW )
60.102.1000
Dimana :
Nc = daya pemotongan (kW)
Fz = gaya pemotongan (kg)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 23

v = kecepatan pemotongan (m/menit)


Do = diameter awal benda kerja (mm)
n = putaran spindle (rpm)
K = koefiesien bahan (kg/mm2)
f = feed motion (mm/rev)
m = konstanta eksponen

Dari rumus tersebut, terlihat bahwa nilai daya pemotongan (Nc) berbanding
lurus dengan kecepatan pemotongan (v) dan putaran spindle (n) .

Nc v n

Semakin banyak putaran spindle (n) akan berpengaruh terhadap kecepatan


pemotongan (v) yang akan semakin cepat, dan berpengaruh juga terhadap daya
pemotongan (Nc) yang akan semakin besar. Selain itu, feed motion (f) juga
berpengaruh pada daya pemotongan (Nc).
Dilihat dari grafik, daya pemotongan (Nc) aktual lebih tinggi dibandingkan
dengan daya pemotongan (Nc) teoritis. Hal ini disebabkan karena nilai putaran spindle
(n) aktual yang didapat dari hasil pengerjaan lebih besar daripada nilai teoritis yang
didapat dari rumus penghitungan. Nilai daya pemotongan (Nc) berbanding lurus
dengan nilai putaran spindle (n). Ketika putaran spindle (n) lebih besar, maka akan
berdampak juga pada nilai daya pemotongan (Nc) yang semakin besar.
Kemudian putaran spindle (n) aktual lebih besar daripada putaran spindle (n)
teoritis karena pada dasarnya putaran spindle (n) aktual pada mesin bubut diatur lebih
besar dari putaran spindle (n) teoritisnya. Hal itu dilakukan agar ketika mesin bubut
tersebut dipasang benda kerja yang bebannya sama dengan beban maksimum benda
kerja dari mesin bubut tersebut, putaran spindle (n) aktualnya sama dengan teoritisnya.

B.Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Fz)

Tabel 2.3 Data antar Kelompok Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Fz)

Kelompok Sa(mm/rev) St(mm/rev) Fza(Kg) Fzt(kg)

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 24

6
14
17
20

Gambar 2.11 Grafik Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Fz)
Analisa grafik

Feed motion (f) adalah panjangannya permakanan setiap satu putaran benda
kerja dinyatakan dalam satuan mm/rev. Sedangkan gaya pemotongan (Fz) adalah
banyaknya gaya atau energi yang dibutuhkan untuk memotong satu unit volume benda
kerja dan dinyatakan dalam satuan kg.
Pada grafik hubungan antara feed motion (f) dengan gaya pemotongan (Fz)
menunjukan bahwa semakin besar nilai feed motion (f) maka nilai gaya pemotongan
(Fz) juga akan semakin besar. Sedangkan hubungan antara feed motion (f) dan Waktu
(Tm) menunjukkan bahwa semakin besar nilai feed motion (f) maka nilai Waktu (Tm)
akan semakin kecil. Hal ini juga dibuktikan pada rumus Gaya pemotongan (Fz) yaitu :
Fz K .a. f m (kg),
dengan

L.i
f (mm/rev)
Tm .n
maka,

=..L.iTm.n
L.i m
Fz K .a.
Tm.n

Dimana :

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 25

Fz = gaya pemotongan (kg)


L = panjangpembubutan (mm)
i = Jumlah pemotongan
a = Deep of Cut
Tm = Waktu (menit)
n = Putaran spindle (rpm)
k = koefisien bahan (kg/mm2)
f = feed motion (mm/rev)
m = konstanta eksponen
Berdasarkan grafik dan rumus, dapat diketahui bahwa hubungan antara feed
motion (f) dengan gaya pemotongan (Fz) adalah berbanding lurus dan hubungan antara
feed motion (f) dengan Waktu (Tm) adalah berbanding terbalik.

Fz f Tm

Sehingga, ketika nilai feed motion (f) semakin besar, maka nilai gaya
pemotongan (Fz) juga akan semakin besar sedangkan nilai waktu (Tm) akan semakin
kecil, dan juga sebaliknya. Selain itu putaran spindle (n) juga berpengaruh terhadap
gaya pemotongan, ketika putaran spindle (n) semakin besar maka gaya pemotongan
(Fz) akan semakin kecil sedangkan untuk waktu (Tm) semakin kecil juga, dan
sebaliknya.
2.1.10 Studi Kasus
1. Panjang Benda Kerja C Tidak Sesuai Desain
Analisa
Panjang benda kerja C, benda kerja yang terbentuk kurang dari panjang desain
karena proses pemotongan

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 26

Gambar 2.12 Panjang benda kerja C Tidak Sesuai Desain


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Penyebab
Pada saat proses pemotongan kurang tepatnya memberhentikan pergerakan
pahat sehingga pajang pemotongan tidak sesuai desain

Solusi
Operator mesin harus lebih teliti dalam mengamati pergerakan pahat pada
saat proses pemotongan agar dapat memberhentikan pergerakan pahat dapat
sesuai panjang desain

2. Ulir Pada Benda Kerja Kasar


Analisa
Ulir yang terbentuk pada benda kerja kasar

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 27

Gambar 2.13 Ulir pada Benda Kerja Kasar


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Penyebab
Kesalahan pada prosedur penguliran, dimana saat ppengularan terjadi
perbedaan posisi saat membuat ulir sehingga pada saat pemakanan ulir ke 4 tidak
sama dengan alur sebelumnya.

Solusi
Harus lebih berhati-hati dan teliti lagi dalam melakukan prosedur
penguliran

3. Panjang Ulir Tidak Sesuai Desain


Analisa
Panjang Ulir, benda kerja yang terbentuk melebihi dari panjang desain karena
proses penguliran

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I 28

Gambar 2.14 Panjang Ulir Tidak Sesuai Desain


Sumber : Dokumentasi Pribadi (2016)

Penyebab
Pada saat proses penguliran kurang tepatnya memberhentikan pergerakan
pahat sehingga pajang penguliran tidak sesuai desain

Solusi
Operator mesin harus lebih teliti dalam mengamati pergerakan pahat pada
saat proses penguliran agar dapat memberhentikan pergerakan pahat dapat sesuai
panjang desain

LABORATORIUM PROSES MANUFAKTUR I PRAKTIKUM


PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai