BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PRAKTIKUM
Keterangan Gambar
1. Bed Way
Penopang sebagai tempat relay bertumpu.
2. Headstock
Merupakan tempat dimana gear box dan quick change gear box
dipasang.
3. Quick Change Gear box / Feed Box
Berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran dari gear box serta
mengatur kecepatannya sebelum diteruskan ke mekanisme
pemakanan/apron. Terletak pada head stock.
4. Carriage Box
Merupakan meja penggerak pahat dan terletak diatas apron.
5. Electrical Box
Merupakan tempat rangkaian system elektronik mesin bubut.
6. Chuck Protecting Cover
Merupakan penutup chuck yang berfungsi sebagai pelindung pengguna
dari serpihan geram.
7. Splash Guard
Merupakan pelindung dan pembatas geram agar tidak terlempar
kemana-mana.
8. Lower Carriage
Merupakan penopang dari top carriage.
9. Top Carriage
Merupakan penopang dari tool holder.
10. Cooling
Berfungsi sebagai cairan pendingin.
11. Working Light
Lampu yang berfungsi sebagai penerang saat bekerja.
12. Tail Stock
Terletak di posisi yang berhadapan dengan spindle. Berfungsi untuk
meng-center kan.
13. Lead Screw
Poros berulir yang berfungsi untuk menggerakkan carriage box saat
melakukan penguliran.
14. Feed Rod
Poros yang berfungsi untuk menggerakkan carriage saat melakukan
pembubutan.
15. Switch Rod
Bagian mesin yang berfungsi untuk merubah putaran dari feed rod.
16. Tool Holder
Merupakan bagian mesin bubut yang berfungsi untuk menahan /
memegangi pahat.
17. Quadrant
Susunan pulley yang mentransmisikan putaran antara gearbox dan quick
change gear box.
18. Oil Tray
Merupakan tempat geram dan pengalir coolant menuju reservoir.
19. Spindle
Alat untuk memutar benda.
20. Foot Stand
Merupakan penopang dari seluruh rangkaian mesin bubut.
21. Thread Indicator
Indikator putaran flywheel
3. Stop Watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
4. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck/pencekam, bentuk matanya
biasanya bujur sangkar.
5. Kunci Pahat
Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan
kedudukan pahat tidak berubah.
6. Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran dari spindle
7. Pahat HSS
Sebagai alat untuk pemakan benda kerja.
8. Tang Ampere
Untuk mengukur arus pada saat pembubutan
B. Bahan
1. Alumunium
B. Proses 1
C. Proses 2
D. Proses 3
E. Proses 4
F. Proses 5
Proses penirusan sebesar 45
G. Proses 6
2.1.6 Flowchart
a b
mulai
B a b
A B c
Tidak Apakah diameter benda kerja sudah 22 Tidak Apakah diameter benda kerja sudah 22
mm sepanjang 50 mm? mm sepanjang 50 mm?
Ya
Ya
Matikan mesin dengan menaikkan spindle
forward-stop-reverse lever
Menentukan titik nol benda kerja
Lepas benda kerja pada chuck dan pasang
kembali dengan membalik menda kerja
Menentukan titik nol benda kerja Melakukan proses pembubutan sampai diameter
20 mm
Mengatur depth of cut sebesar 0.5 mm dan 0.375
mm
D C
D C d
Mengatur panjang
Buka chuck protection over pemakanan sepanjang 50 mm
Ya Ya
Lepas benda kerja pada chuck dan Turunkan spindle forward-
pasang kembali pada posisi sebaliknya stop-reverse-lever
E F
d
E F f g
Tidak
Ya Apakah tirus sesuai desain?
Ya
Mengganti mata pahat bubut menjadi
Atur sudut penirusan sebesar 45 mata pahat ulir
menggunakan tool holder
Memindahkan feed rof menjadi lead
screw menggunakan split nut lever
Atur kecepatan spindle (n = 200)
G
f g
G h
Selesai
Melakukan penguliran sepanjang 15mm RH
Tidak
Apakah ulir sesuai desain?
Ya
Lepaskan benda kerja dari chuck
menggunakan kunci chuck
Dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
d = Diameter Akhir Benda Kerja
Sumber : Rochim (1985:17)
4. Daya Pemotongan ( Nc )
Fv.v
Nc (kW ) (2 - 4)
60.102
Sumber : Rochim (1985:375)
5. Machining Time ( Tm )
L.i
Tm (menit) (2 - 5)
s.n
dimana:
L = panjangpembubutan (mm)
i = jumlahpemotongan = t/t
Sumber : Rochim (1985:15)
6. Momen Torsi ( Mt )
Fv.D
Mt ( Kg.mm) (2 - 6)
2
Sumber : Kalpakjian (2009:621)
7. Daya Motor ( Nm )
Nm V . .I . cos kW (2 - 7)
Dimana:
V = Tegangan Listrik (Volt)
= Jumlah Fase
cos = Faktor daya {0,8}
I = Arus (Ampere)
Sumber : Faktor Daya Motor 3 Fase. Rahardjo (1978:453)
A. Perhitungan Aktual
3,14.22.200
v
1000
v = 14.58 m/menit
3. Machining Time ( Tm )
L.i
Tm
s.n
8600
Tm
0.205 x 200
Tm = 209.76 Menit
4. Feed motion ( s )
L.i
s
Tm .n
8600
s
209.76 x 200
s = 0,205 mm/rev
Fv 32.0,5.0,205 0,5
Fv = 7.24 Kg
2. Daya Pemotongan ( Nc )
Fv.v
Nc (kW )
60.102
7.24 x14.58
Nc
60.102
Nc = 1.76 kW
3. Torsi ()
Fv.D
2
7.24 x 22
2
Mt = 79.69 kg.mm
4. Daya Motor ( Nm )
Nm V . .I . cos
Nm
Nm = kW
B. Perhitungan Teoritis
3,14.22.200
v
1000
v = 14,58 m/menit
2. Depth of Cut (t)
Dd
t'
2
22 21
t'
2
t = 0,5 mm
Fz 32.0,5.0,205 0,5
Fz = 7,24 kg
4. DayaPemotongan ( Nc )
Fv.v
Nc (kW )
60.102
7.24 x14.58
Nc
60.102
Nc = 1.76 Kw
5. Machining Time ( Tm )
L.i
Tm
s.n
8600
Tm
0.205 x 200
Tm = 209.76 Menit
6. Momen Torsi ( Mt )
Fv.D
Mt
2
7.24 x 22
Mt
2
Mt = 79.69 kg.mm
7. Daya Motor ( Nm )
Nm V . .I . cos
Nm
Nm = kW
Gambar 2.10 Grafik Hubungan Putaran Spindle (n) dan Daya Pemotongan (Nc)
Analisa Grafik :
Nilai putaran spindle (n) yaitu putaran spindle yang dinyatakan dalam rpm.
Sedangkan daya pemotongan (Nc) adalah besar energi yang diperlukan untuk memutar
spindle utama pada mesin bubut dan dinyatakan dalam satuan kW.
Grafik hubungan antara banyak putaran spindle (n) dengan daya pemotongan
(Nc) menunjukan bahwa semakin besar nilai putaran spindle (n), maka daya
pemotongan (Nc) akan semakin besar. Hal ini dibuktikan juga pada rumus daya
pemotongan (Nc) yaitu:
Fz.v
Nc (kW )
60.102
Fz. .D.n
Nc (kW )
60.102.1000
K .a. f m . .D.n
Nc (kW )
60.102.1000
Dimana :
Nc = daya pemotongan (kW)
Fz = gaya pemotongan (kg)
Dari rumus tersebut, terlihat bahwa nilai daya pemotongan (Nc) berbanding
lurus dengan kecepatan pemotongan (v) dan putaran spindle (n) .
Nc v n
Tabel 2.3 Data antar Kelompok Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Fz)
6
14
17
20
Gambar 2.11 Grafik Hubungan Feed Motion (s) dan Gaya Pemotongan (Fz)
Analisa grafik
Feed motion (f) adalah panjangannya permakanan setiap satu putaran benda
kerja dinyatakan dalam satuan mm/rev. Sedangkan gaya pemotongan (Fz) adalah
banyaknya gaya atau energi yang dibutuhkan untuk memotong satu unit volume benda
kerja dan dinyatakan dalam satuan kg.
Pada grafik hubungan antara feed motion (f) dengan gaya pemotongan (Fz)
menunjukan bahwa semakin besar nilai feed motion (f) maka nilai gaya pemotongan
(Fz) juga akan semakin besar. Sedangkan hubungan antara feed motion (f) dan Waktu
(Tm) menunjukkan bahwa semakin besar nilai feed motion (f) maka nilai Waktu (Tm)
akan semakin kecil. Hal ini juga dibuktikan pada rumus Gaya pemotongan (Fz) yaitu :
Fz K .a. f m (kg),
dengan
L.i
f (mm/rev)
Tm .n
maka,
=..L.iTm.n
L.i m
Fz K .a.
Tm.n
Dimana :
Fz f Tm
Sehingga, ketika nilai feed motion (f) semakin besar, maka nilai gaya
pemotongan (Fz) juga akan semakin besar sedangkan nilai waktu (Tm) akan semakin
kecil, dan juga sebaliknya. Selain itu putaran spindle (n) juga berpengaruh terhadap
gaya pemotongan, ketika putaran spindle (n) semakin besar maka gaya pemotongan
(Fz) akan semakin kecil sedangkan untuk waktu (Tm) semakin kecil juga, dan
sebaliknya.
2.1.10 Studi Kasus
1. Panjang Benda Kerja C Tidak Sesuai Desain
Analisa
Panjang benda kerja C, benda kerja yang terbentuk kurang dari panjang desain
karena proses pemotongan
Penyebab
Pada saat proses pemotongan kurang tepatnya memberhentikan pergerakan
pahat sehingga pajang pemotongan tidak sesuai desain
Solusi
Operator mesin harus lebih teliti dalam mengamati pergerakan pahat pada
saat proses pemotongan agar dapat memberhentikan pergerakan pahat dapat
sesuai panjang desain
Penyebab
Kesalahan pada prosedur penguliran, dimana saat ppengularan terjadi
perbedaan posisi saat membuat ulir sehingga pada saat pemakanan ulir ke 4 tidak
sama dengan alur sebelumnya.
Solusi
Harus lebih berhati-hati dan teliti lagi dalam melakukan prosedur
penguliran
Penyebab
Pada saat proses penguliran kurang tepatnya memberhentikan pergerakan
pahat sehingga pajang penguliran tidak sesuai desain
Solusi
Operator mesin harus lebih teliti dalam mengamati pergerakan pahat pada
saat proses penguliran agar dapat memberhentikan pergerakan pahat dapat sesuai
panjang desain