Kelompok 32
BAB I
PENDAHULUAN
1
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
2
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
BAB IV KESIMPULAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
3
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Kerja Turning
2.2.1 Pengertian
Kerja Turning sering disebut juga proses bubut yaitu proses permesinan
yang dilakukan untuk memproses benda kerja yang berbentuk silindris. Mesin
bubut mempunyai gerak utama berputar yang dihasilkam dari motor penggerak
dan diteruskan ke spindle utama unutk memutar chuck. Fungsi mesin ini sebagai
pengubah bentuk dan ukuran benda kerja dengan jalan melakukan penyayatan
atau pemotongan terhadap benda kerja tersebut dengan menggunkaan sebuah
pahat, posisi benda kerja berputar sesuai dengan sumbu mesin sedangkan pahat
diam, tetapi hanya bergerak secara horizontal searah dengan sumbu mesin untuk
melakukan penyayatan.
(repository.unri.ac.id)
2.2.2 Tujuan Praktikum Kerja Turning
Dengan adanya praktikum proses manufaktur yang didalamnya terdapat
kerja turning diharapkan mahasiswa dapat:
1. Praktikan dapat mengetahui fungsi, cara kerja dan prinsip proses
pembubutan.
2. Praktikan mampu mengoperasikan dan mengaplikasikan mesin
bubut secara baik dan benar.
3. Praktikan dapat memahami dan menguasai bagian-bagian yang ada
dalam mesin bubut dan perlengkapannya.
4. Praktikan dapat mengerti macam-macam mesin bubut.
5. Praktikan dapat mengetahui estimasi waktu yang digunakan dalam
pengerjaan menggunakan mesin bubut.
6. Praktikan dapat membuat benda kerja sesuai dengan desain yang
telah disediakan dengan menggunakan mesin bubut.
4
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
5
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
6
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Mesin bubut ini dapat emmbuat benda kerja dengan cara duplikat.
Operator tidak perlu lagi mengatur benda kerja yang akan dijadikan
contoh, cukup meletakan dalam benda contoh.
(Priambodo, 1993: 121)
6. Mesin Bubut Revolver (Pistol)
7
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
8
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
9
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
10
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
v
N ……………………………………….(1)
Do
dimana :
N = kecepatan rotasi, rev/min ;
v = kecepatan potong, ft/min (m/min);
Do = diameter awal bendakerja, ft (m).
Do – Df = 2d………………………………….(2)
v.f
fr = Nf atau fr ……………………….(3)
Do
11
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
12
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
f. Pemotongan (cutoff)
perkakas dihantarkan secara radial ke bendakerja yang berputar pada
suatu lokasi tertentu sehingga memotong bendakerja tersebut.
g. Penguliran (threading)
perkakas yang runcing dihantarkan secara linear memotong
permukaan luar bendakerja yang berputar dalam arah yang sejajar
dengan sumbu putar dengan kecepatan hantaran tertentu sehingga
terbentuk ulir pada silinder.
h. Pengeboran (boring)
perkakas mata tunggal dihantarkan secara linear, sejajar dengan
sumbu putar, pada diameter dalam suatu lubang bendakerja yang
telah dibuat sebelumnya.
i. Penggurdian (drilling)
penggurdian dapat dilakukan dengan mesin bubut, dengan
menghantarkan gurdi ke bendakerja yang berputar sepanjang sumbu
putarnya. Perluasan lubang (reaming) dapat juga dilakukan dengan
cara yang sama.
j. Knurling
merupakan operasi pembentukan logam untuk menghasilkan pola
lubang palka menyilang pada permukaan luar bendakerja.
(blog.ft.untirta.ac.id)
13
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
14
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
2. Pencekam
Digunakan untuk memegang benda yang akan dibubut. Benda
yang dicekam dapat berupa silindris atau bukan silindris. Ada
beberapa cara yang digunakan dalam mencekam benda kerja. Yang
pertama adalah benda tidak dicekam melainkan menggunakan dua
center dan pembawa.
Cara yang kedua yaitu dengan menggunakan alat pencekam. Alat
pencekam yang dapat digunakan adalah :
a. Collet Chuck
Digunakan untuk mencekam benda kerja berbentuk silindris
dengan ukuran sesuai diameter collet. Pencekaman cara ini
tidak akan meninggalkan bekas pada permukaan benda kerja.
b. Four Jaws Chuck
15
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
16
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
3. Center
Untuk memegang ujung benda kerja yang akan dibubut, terutama
yang ukuranya panjang agar tidak goyang. Ada dua macam center :
a. Center Mati / Tetap (dead center)
Disebut juga dead center. Center ini tetap dan tidak
dapat berputar bagian ujungnya. Pada sumbu benda
kerja dicenter drill terlebih dahulu.
17
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
b. Cairan Emulsi
c. Cairan Semi sintetik
18
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
19
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
20
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
21
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Mesin frais universal adalah salah satu jenis mesin frais yang dapat
digunakan pada posisi tegak (vertical) dan mendatar (horizontal) dan
memiliki meja yang dapat digeser maupun diputar pada kapasitas
tertentu.
6. (Wirawan S, 2008)
7. Mesin Frais Bed
22
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
23
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
24
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
25
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Persamaan di atas berlaku pula untuk operasi frais ujung, frais sisi, frais
muka, operasi frais yang lain.
Waktu pemesinan, Tm (menit), yang dibutuhkan dalam operasi frais bila
panjang bendakerja L adalah :
L A (L A) D
Tm atau Tm …………………….(9)
fr v nt f
dimana :
L = panjang bendakerja, in (mm);
A = jarak untuk mencapai kedalaman potong penuh, in. (mm).
A d(D d) ………………………….(10)
26
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Bila posisi pemotong berada pada salah satu sisi bendakerja (gambar
9.21.b), maka :
A O w(D w) ………….……………….(13)
dimana :
w = lebar potong, in. (mm).
(Groover Manufacturing 3th edition,2007)
27
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Dalam frais keliling terdapat dua kemungkinan arah putaran yang dapat
dimiliki pemotong, seperti ditunjukkan dalam gambar 9.16.
28
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
29
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
30
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
31
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
c. Cutter Modul : satu set terdapat 8 buah. Untuk membuat roda gigi
32
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
e. Cutter Alur T
33
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
3. Ragum
34
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
35
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
36
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
37
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
38
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
b. Gergaji Mesin
Dipergunakan untuk memotong bahan atau benda kerja yang
berpenampungan besar.Keuntungan daun gergaji kecil sehingga
akan kehilanagn bahan sedikit,daya potong besar
39
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
40
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
41
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
9. Snei
Snei untuk membuat ulir luar secara manual. Untuk snei, bentuknya
bulat dan memiliki gigi pemotong di tengahnya. Gigi snei terbuat
dari baja HSS sehingga dapat membuat ulir pada bahan keras.
42
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
43
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
44
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
2.4 Assembly
2.4.1 Pengertian Assembly
Assembly merupakan proses di bagian akhir dimana terjadi perakitan
benda kerja dari komponen-komponen yang masih terpisah tiap part nya
(barang setengah jadi) menjadi barang jadi. Asembly dilakukan setelah benda
kerja melalui proses kerja turning, kerja milling dan kerja bangku. Proses
Assembly terdiri dari 2 proses, yaitu:
1. Proses Penyambungan
Untuk meyambung komponen-komponen benda kerja dengan las.
2. Proses Pemasangan
Proses pemasangan komponen benda kerja dengan menggunakan baut,
mur, dan lain-lain.
45
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
3. Temporal Assembling
Assembly jenis ini dapat dilepas tanpa melakukan pengrusakan
terhadap benda kerja.
Contoh : Proses Assembly atau penyatuan benda kerja dengan mur
atau baut.
2.4.4 Las
2.4.4.1 Pengertian Las
Las atau pengelasan yaitu proses penyambungan plat atau logam
menjadi suatu akibat panasdengan atau tanpa tekanan. Caranya logam
yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu hingga meleleh,
kemudian baru disambung dengan bantuan perekat (filler).
2.4.4.2 Klasifikasi Proses Pengelasan
1. Pengelasan Cair
Dimana logam dan bahan tambahan dipanaskan hingga mencair
kemudian dibiarkan membeku sehingga membentuk sambungan.
2. Pengelasan Tekan
Dimana kedua logam disambung, dipanaskan hingga meleleh, lalu
keduannya ditekan lalu disambung hingga menyambung. Macam
pengelasan tekan :
a. Pengelasan tempa : pengelasan yang diawali dengan proses
pemanasan pada logam yang diteruskan dengan tekan sehingga
terjadi penyambungan logam.
b. Pengelasan Tahanan (Resistansi listrik) , meliputi:
- Las proyeksi
- Las titik
- Las kampuh
- Las tumpul
c. Pengelasan Gas
46
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
47
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
BAB III
ANALISA PRODUK
2 P2 (Panjang) 34 mm 35 mm
3 L1 (Lebar) 28 mm 30 mm
4 L2 (Lebar) 4 mm 4 mm
48
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisis:
Dari tabel diatas, terdapat dimensi yang sesuai dan tidak sesuai dnegan
desain finish produk. Pada dimensi yang tidak sesuai yaitu P1,L1, P2 dimensi
benda finish lebih besar daripada benda desain. Seperti pada P1 terdapat selisih 4
mm dan P2 terdapat selisih 1 mm dari desain produk, hal ini disebabkan karena
kesalahan praktikan dalam melakukan pengukuran dan terlalu besar dalam
memberikan toleransi. Pada L1 selisih 2 mm karena kurangnya waktu, praktikan
tidak sempat menggerinda sisi benda kerja atau mengikir benda kerja sehingga
mengakibatkan benda kerja tidak sesuai dengan desain. Untuk L2 sudah sesuai
dengan desain finish produk karena pada awalnya tebal nya memang sudah 4
mm. Sedangkan pada S1, hasil finish produk tidak membentuk 90o karena
praktikan lebih memperhatikan part-part lainnya dari pada sudut. Faktor
kelelahan juga berpengaruh dalam pemotongan sehingga kehilangan fokus dan
konsentrasi.
49
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
50
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisis:
Dari tabel diatas, terlihat bahwa terdapat ketidaksesuaian antara dimensi
desain dengan dimensi finish. Pada dimensi P1, P2, P3,dan P4 wingbase 1 dan 2
terdapat selisih yang lumayan jauh karena terlalu banyak memberikan
allowance. Untuk dimensi L1 wingbase 2 terdapat selisih 1 mm, perbedaan di
sebabkan oleh praktikan dalam melakukan pengukuran dan terlalu besar dalam
memberikan toleransi serta minimnya waktu praktikum sehingga praktikan
cenderung terburu-buru yang mengakibatkan praktikan kehilangan konsentrasi.
Sedangkan L2 sudah sesuai dengan desain finish produk karena memang tebal
awalnya 4 mm. Sedangkan perbedaan sudut S1 wingbase 1 dan 2 disebabkan
oleh kesalahan dalam mengukur, memotong dan penempatan pada ragum.
Sehingga sudut tidak sesuai dengan dimensi desain.
51
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisis:
Dari tabel diatas menunjukan bahwa adanya sedikit perbedaan ukuran
antara desain dengan finish. Kesesuaian desain produk dan desain finish produk
yaitu pada D1 dan D2 dimana diameter D1 disesuaikan dengan diameter
pendorong dan diameter D2 mula-mula ukuran diameter besi ST40 memang 19
mm. Hanya saja, P1 (Panjang) terdapat selisih 2 mm akibat saat pemotongan
miring dan terlalu pendek. Selain itu, untuk L1 terdapat perbedaan 1 mm karena
penghitungan yang kurang tepat saat melakukan pemakanan di mesin milling.
Pembuatan chamfer belum terlampaui karena minimnya waktu praktikum, oleh
karena itu, praktikan memprioritaskan bagian-bagian assembly benda,
sedangkan chamfer adalah fungsi ergonomis benda. Ketidaksesuaian lainnya
pada bracket adalah diameter lubang yang dihasilkan tidak tepat di tengah-
tengah bracket karena titik tengah center drill hilang ketika dikikir.
52
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisis:
Dari tabel diatas dilihat bahwa pendorong cukup sempurna. Pada P1 dan
P3 tedapat selisih yang cukup jauh karena praktikan terlalu banyak memberikan
allowance, sedangkan P2 praktikan kurang tepat dalam memberikan tanda
sehingga saat pemakanan pada mesin turning kurang tepat. Untuk dimensi D1,
D2, dan D4 sudah sesuai dengan desain finish produk. Hanya saja untuk
diameter D2 tidak ada karena praktikan tidak membuat chamfer dan untuk
pembuatan radius tidak tercapai dengan sempurna. Hal ini disebabkan oleh tidak
adanya pahat radius didalam Laboratorium Sistem Produksi, sehingga operator
53
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
hanya bisa menggunakan pahat cut off. Begitu pula C1 dan C2 tidak dibuat oleh
praktikan dikarenakan lebih memprioritaskan diameter utama dibanding dengan
pembuatan chamfer yang berfungsi untuk ergonomis benda dan estetika benda.
Sedangkan pada P1 dan P2 terdapat sedikit perbedaan karena terlalu besar dalam
memberikan allowance. Pada saat pengerjaan pendorong ini mesin turning yang
berfungsi hanya 2 sehingga tidak dapat menggunakanya sepenuh waktu
praktikum, mesin digunakan secara bergantian dengan praktikan lain.
54
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisis:
Dari tabel diatas banyak dimensi yang tidak sesuai dengan desain
dikarenakan proses milling yang sulit. Kesalahan dalam mesin milling tentang
pengencangan ragum yang kurang mengakibatkan proses milling juga tersendat
dan benda kerja tidak rata. Hal tersebut membuat benda yang sudah dipola
menjadi tidak sesuai desain. Ditunjukkan pada dimensi P1 dan P2 desain finish
produk yang kurang sempurna tidak sama seperti desain awal produk.
Sedangkan P3 terdapat selisih cukup jauh karena praktikan menyesuaikan
dengan lebar eretan agar moveable jaw dapat masuk pada jalur eretan. Besar D1
dan D2 lebih kecil dari desain awal karena praktikan tidak sempat untuk
mengikir dalam lubang. Sedangkan besar D3 lebih besar dari desain karena
disesuaikan dengan diameter pendorong. Hal ini terjadi karena kesalahan mesin
drilling tentang pahat yang tidak bisa kencang sehingga proses drilling tersendat.
Pada R1 dan T1 tidak ada perbedaan antara desain produk dengan finish produk
karena besi ST60 yang praktikan peroleh sejak awal sudah memiliki R1 25mm
dan T1 24mm. Ketidaksesuaian yang lain pada moveable jaw yaitu diameter
lubang tidak tepat berada ditengah karena ketidaktelitian praktikan dalam
mengukur.
55
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
56
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
57
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisis :
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hampir semua waktu aktual proses
pembuatan eretan berbeda dengan estimasi waktu. Seperti pada saat mengukur dan
menandai plat L terdapat perbedaan waktu 30 detik disebabkan karena praktikan masih
belum paham sepenuhnya dalam membaca gambar dan ukuran. Selain itu juga, pada
saat memasang plat L ke ragum pun praktikan dilakukan beberapa kali karena untuk
58
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
mencari posisi yang nyaman pada saat menggergaji dan pada saat mengencangkan
ragum harus mengambil soften hammer terlebih dahulu sehingga terdapat banyak
perbedaan antara waktu actual dengan estimasi waktu yaitu 30 detik, begitu juga pada
saat melepas plat L dari ragum. Sedangkan, waktu pada saat mengikirpun juga jauh dari
estimasi waktu yaitu 120 detik, hal ini disebabkan karena proses pengikiran yang
kurang tepat. Namun, ada juga waktu actual yang lebih kecil dibandingkan estimasi
waktu, yaitu pada saat menggergaji plat L, hal ini dipengaruhi oleh kondisi tubuh yang
masih stabil dan semangat yang tinggi sehingga praktikan dapat menggergaji dengan
cepat.
Jumlah waktu yang diestimasikan untuk kerja bangku pada part eretan adalah 49
menit sedangkan waktu aktual yang dilakukan adalah 50 menit 01 detik. Jadi perbedaan
waktu aktual dan estimasi adalah 1 menit 1 detik.
59
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Lanjutan Tabel 3.8 Perbandingan Waktu Proses pada Wingbase 1 dan Wingbase 2
Memotong plat L pada 420 detik 300 detik 180 detik
KB1-05 tanda 65 mm
60
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisa :
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa beberapa waktu aktual proses pembuatan
eretan berbeda dengan estimasi waktu. Seperti pada saat mengukur dan menandai plat L
terdapat perbedaan waktu 70 detik disebabkan karena praktikan kurang teliti dalam
membaca gambar dan ukuran sehingga praktikan mengukur berkali-kali dan memakan
waktu lama. Selain itu juga, terdapat perbedaan waktu pada saat memasang plat L ke
ragum pun praktikan dilakukan beberapa kali karena mencari posisi yang nyaman untuk
menggergaji agar tidak goyah dan pada saat mengencangkan ragum harus mengambil
soften hammer terlebih dahulu, begitu juga pada saat melepas plat L dari ragum. Pada
saat menggergaji juga terdapat perbedaan yang cukup jauh dengan estimasi, hal ini
disebabkan karena kondisi tubuh telah melemah sehingga pada saat menggergaji
terdapat selang waktu istirahat beberapa detik.
Jumlah waktu yang diestimasikan untuk kerja bangku pada part wingbase adalah 26
menit sedangkan waktu aktual yang dilakukan wingbase 1 adalah 30 menit 23 detik dan
wingbase 2 adalah 13 menit 42 detik . Jadi perbedaan waktu aktual dan estimasi adalah
4 menit 23 detik untuk wingbase 1 dan wingbase 2 adalah 12 menit 18 detik.
61
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
62
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
63
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
64
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisis:
Berdasarkan tabel diatas, dilihat bahwa pembuatan dan persiapan bracket
berlangsung 30 detik lebih lama dibandingkan estimasi waktu. Hal ini disebabkan
karena praktikan mencari besi ST40 terlebih dahulu dan besi ST40 itu panjang sehingga
lebih sulit dipotong pada ragum. Pada proses pemotongan, waktu actual lebih cepat dari
estimasi waktu yaitu 180 detik, karena praktikan memotong dengan cepat dan lebih
sedikit waktu istirahatnya. Pada saat turning, set up yang dilakukan mempunyai selisih
waktu cukup jauh dan juga pada saat proses pemakanan, dikarenakan praktikan kurang
ahli dalam mengoperasikan mesin turning. Pada saat KB2 yaitu drilling juga lebih lama
dari estimasi waktu karena bracket berukuran kecil sehingga susah untuk dicekam dan
mata drill yang sudah dikencangkan sehingga memakan waktu lama untuk
memposisikannya secara pasa. Proses tap juga terjadi lebih lama karena adanya waktu
istirahat dan pemberian oli.
65
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
66
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
67
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisa :
Dapat dilihat bahwa terdapat banyak perbedaan antara estimasi waktu dengan waktu
actual yaitu pada saat menyiapkan alat dan bahan disebabkan karena praktikan mencari
ST 40 terlebih dahulu. Waktu actual saat menjepit ST 40 dan waktu estimasi mengalami
perbedaan, hal ini dikarenakan pada saat menjepit barang ST 40 diragum, praktikan
harus memasang beberapa kali untuk mendapatkan posisi yang sesuai. Selain itu, pada
saat memasukkan center drill, melubangi batang, dan mengencangkan batang pada
chuck terjadi selisih waktu. Hal ini terjadi karena praktikan terlalu berhati-hati dalam
melakukan proses kerja agar center drill tidak goyang. Pada saat facing permukaan
silinder, praktikan mengestimasi waktu 1,76 detik, tetapi ternyata waktu actual yang
terjadi yaitu 100 detik. Hal ini dikarenakan praktikan terlalu berhati-hati dalam
melakukan facing sehingga memakan waktu lama. Begitu juga pada saat pengurangan
diameter dengan mesin turning terdapat selisih yang cukup jauh. Pada saat KB2 yaitu
membuat ulir, terdapat selisih waktu selama 200 detik. Hal ini disebabkan karena
praktikan lebih berhati-hati dalam menggunakan snei dan perputaran snei yang cukup
berat sehingga memakan waktu lama.
Jumlah total estimasi waktu adalah 5377,72 detik. Sedangkan waktu actual
pendorong adalah 3550 detik. Jadi terdapat perbedaan waktu yaitu 30 menit 38 detik.
68
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
69
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
70
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
71
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
72
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
Analisa :
Dapat dilihat bahwa terdapat beberapa perbedaan pada tabel estimasi waktu dan
waktu actual yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti pada saat persiapan
turning diawal praktikan harus mencari terlebih dahulu material ST 60 potongan yang
akan di facing. Juga saat melakukan facing terdapat selisih waktu dikarenakan praktikan
ragu untuk memakan lebih cepat karena ada pembatasan performa yang dilakukan pihak
laboratorium. Sedangkan pada kasus perbedaan waktu pada proses milling
kemungkinan besar didapati pada kesalahan perhitungan estimasi dikarenakan praktikan
masih kurang mahir dalam pembuatan estimasi waktu. Sedangkan proses drilling proses
73
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
pemasangan mata drill seringkali terkendala karena kondisi kunci arbor yang sudah
mulai aus pada mata pinggirnya sehingga dalam proses pengencangan mata drill sering
terjadi jig.
74
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1. Laboratorium Sistem Produksi Teknik Industri Undip memiliki berbagai
macam mesin dan alat produksi, antara lain : mesin turning, mesin milling,
mesin drilling, dan peralatan kerja bangku seperti kikir, gergaji, gerinda,
ragum, dan alat lainnya. Mesin dan alat produksi tersebut menunjang
pembuatan ragum sudut.
2. Mesin dan alat produksi memiliki fungsi dan cara pengoperasian masing-
masing, sperti:
a. Mesin turning : menyayat benda kerja yang berbentuk silindris
menggunakan mata pahat tunggal.
b. Mesin milling : menyayat benda kerja menggunakan mata pahat
jamak yang berputar.
c. Mesin drilling : membuat lubang (drilling), memperbesar lubang
(boring)
d. Mesin gerinda dan kikir : meratakan permukaan benda kerja
e. Gergaji : memotong benda kerja
3. Produk ragum sudut hasil pembuatan kami, masih jauh dari sempurna.
Ragum tersebut belum sesuai dengan desain awal produk. Hal ini banyak
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor manusia, mesin, material,
lingkungan dan metode pengerjaan.
4. Produk pembuatan ragum sudut yang dilakukan praktikan belum sesuai
dengan estimasi waktu yamg ditetapkan praktikan, disebabkan oleh
ketidaktelitian praktikan yang mengakibatkan proses berlangsung lama.
5. Proses pengerjaan untuk membuat ragum sudut terdiri dari banyak tahapan
yaitu kerja bangku, kerja turning, kerja miling dan terakhir proses
assembling benda kerja ragum sudut. Kerja bangku digunakan untuk
memotong bahan material, kerja turning untuk membuat pendorong dan
75
Laporan Proses Manufaktur
Kelompok 32
facing, kerja milling digunakan untuk membuat moveable jaw dan bracket,
kerja las untuk melakukan assembling.
4.2 Saran
1. Sebelum melaksanakan praktikum sebaiknya praktikan memahami dahulu
mengenai apa yang akan dilaksanakan di hari praktikum. Ada baiknya jika
membuat planning yang akan dikerjakan pada hari praktikum.
2. Praktikan harus bertindak cepat dan fokus selama praktikum berlangsung.
3. Pada saat praktikum, Praktikan harus hati-hati dan teliti dalam pengukuran
dan allowance agar tidak terjadi kesalahan.
4. Praktikan wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) selama praktikum
berlangsung.
76