Anda di halaman 1dari 32

BAB II

BUBUT

2.1 Definisi Proses Pembubutan

Proses pembubutan adalah salah satu proses pemesinan yang mengunakan


pahatdengan satu mata potong untuk membuang material dari permukaan
benda kerjayang berputar. Pahat bergerak pada arah linier sejajar dengan
sumbu putarbenda kerja seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Dengan
mekanisme kerjaseperti ini, maka Proses bubut memiliki kekhususan untuk
membuat benda kerjayang berbentuk silindrik.

Gambar 2.1 Definisi Proses Pembubutan

Sumber : https://www.scribd.com

2.2. Prinsip Kerja Mesin Bubut


1. Input
Penggerak dari mesin bubut adalah motor listrik. Gerak yang
dihasilkan diubah menjadi transmisi I dan II. Daya yang akan diteruskan
dari transmisi I akan menggerakan spindle, cekam, dan benda kerja.
Sedangkan daya yang diteruskan pada transmisi II diubah menjadi gerak
translasi oleh poros pembawa.

1
2. Process
Gerak potong dilakukan oleh benda kerja secara rotasi, sedangkan
gerak makan dilakukan oleh pahat secara translasi.
3. Output

Proses dari mesin bubut menghasilkan:


a. Benda kerja yang sudah dibentuk sesuai dengan keinginan.
b. Geram (sisa hasil pemotongan).

2.3. Prinsip Kerja Proses Bubut


Gerak potong dilakukan oleh benda kerja secara rotasi, sedangkan gerak
makan dilakukan oleh pahat secara translasi.

2.4. Elemen Dasar Mesin Bubut


Mesin bubut mempunyai 5 (lima) elemen dasar (komponen), yaitu:
1. Kepala tetap (head stock)
Komponen yang berfungsi sebagai tempat transmisi roda gigi yang
meneruskan putaran motor listrik menjadi putaran spindle.
2. Kepela gerak (tail stock)
Komponen yang berfungsi untuk menumpu benda kerja yang akan
dibubut dengan bantuan senter jalan. Pada tail stock juga dapat ditemukan
chuck drill untuk proses boring atau drilling.
3. Meja (bed)
Kerangka utama pada mesin bubut dan sebagai tempat kedudukan tail
stock, eretan (carriage) dan komponen penyangga benda kerja lainnya.
4. Eretan (carriage)
Komponen yang berfungsi menghantarkan pahat ke benda kerja. Eretan
terdiri dari eretan memanjang, eretan melintang, eretan atas.
5. Poros pembawa
Poros pembawa terbagi menjadi dua, yaitu feed rod dan lead screw.
Lead screw digunakan pada proses pembuatan ulir, sedangkan feed rod
digunakan untuk proses pembuatan selain ulir.

2
2.5. Elemen Dasar Proses Bubut
Dalam proses pemesinan termasuk proses bubut, terdapat 5 (lima) dasar
proses, yaitu:
1. Putaran spindle (rpm)

𝑉𝑐 . 1000
𝑛 = ; rpm
𝜋. 𝐷

D = Diameter benda kerja (mm)


𝑚𝑚
Vc = Kecepatan potong ( 𝑚𝑖𝑛 )

2. Kecepatan Makan (Vf)

𝑚𝑚
Vf = f . n . Zph ; ( 𝑚𝑖𝑛 )

Zph = Jumlah mata potong pahat


𝑚𝑚
f = Gerak makan ( 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 )

3. Kedalaman Potong (a)

𝐷𝑜 − 𝐷𝑖
a= ; mm
2

Do = Diameter awal benda kerja


Di = diameter akhir benda kerja
4. Waktu Pemotongan

𝐿𝑡 . 𝑧
Tc = 𝑓 . ; min
𝑛 . 𝑍𝑝ℎ

Lt = Panjang pemotongan (mm)


5. Jumlah Banyaknya Pemakanan

𝑎
â
Z= 𝑥

3
𝑚𝑚
â = Besar pemakanan per skala ( 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 )

x = Skala maksimum pemakanan


6. Waktu Efektif

𝑇𝑒𝑓𝑓 = 𝑇𝑐 . 𝑍 ; min

2.6. Jenis – Jenis Mesin Bubut


Jenis mesin bubut ini dapat dibedakan berdasarkan dimensi dan prinsip
kerjanya. Berdasarkan dimensinya, mesin bubut dibedakan menjadi:

1. Mesin Bubut Ringan

Gambar 2.2 Mesin Bubut Ringan


Sumber : http://wragil.blogspot.com

Mesin bubut ringan diperuntukkan untuk pekerjaan membubut


objek yang berukuran kecil dan ringan. Bentuk mesin ini relatif kecil dan
sederhana dengan panjang mesin umumnya tidak lebih dari 1200 mm
sehingga sangat cocok untuk latihan dan industry rumahan
Mesin bubut ringan ini bisa diletakkan di meja atau di tempat
mana saja sesuka anda dengan sangat mudah, karena ukurannya yang
mini dari jenis mesin bubut yang lainnya. Karena memilki berat yang
ringan dan ukuran yang mini, mesin bubut ini bisa dibawa atau di angkat

4
oleh satu orang. Mesini ini biasa kita jumpai di beberapa sekolah mesin
yang di gunakan untuk latihan dan pembelajaran.

2. Mesin Bubut Sedang (Medium Lathe)

Gambar 2.3 Mesin Bubut Sedang

Sumber : http://wragil.blogspot.com

Dibanding dengan mesin mesin bubut ringan, mesin bubut sedang


memiliki konstruksi yang lebih detail dan dilengkapi dengan peralatan
khusus. Mesin bubut sedang digunakan untuk pekerjaan yang memiliki
banyak variasi dan membutuhkan ketelitian.
Mesin bubut jenis ini dapat membubut material dengan diameter
sampai dengan 200mm dan panjang 100mm. Tidak hanya untuk
menghasilkan perkakas, mesin bubut sedang juga dapat digunakan untuk
memperbaiki perkakas dan cocok digunakan sebagai peralatan pelatihan
di sekolah.

3. Mesin Bubut Standar (Standard Lathe)

Gambar 2.4 Mesin Bubut Standar

Sumber : http://wragil.blogspot.com
5
Mesin bubut standar memiliki ukuran yang besar dan lebih berat.
Jenis mesin bubut ini merupakan standar dalam pembuatan mesin bubut
pada umumnya. Dengan komponen seperti pada mesin bubut ringan dan
sedang serta dilengkapi dengan keran pendingin, lampu kerja, bak
penampung beram, dan rem. Mesin bubut standar paling banyak
digunakan di home industry.

4. Mesin Bubut Meja Panjang (Long Bed Lathe)

Gambar 2.5 Mesin Bubut Meja Panjang


Sumber : http://wragil.blogspot.com

Mesin bubut ini digunakan untuk mengerjakan benda yang besar


dan panjang, dan banyak digunakan untuk pabrik-pabrik besar.
Jenis Mesin Bubut Berdasarkan Prinsip Kerjanya
Sedangkan berdasarkan prinsip kerja, mesin bubut dibedakan menjadi:

1. Mesin Bubut Centre Lathe

Gambar 2.6 Mesin Bubut centre lathe


Sumber : http://wragil.blogspot.com

6
Mesin bubut centre lathe paling banyak digunakan pada
industri karena dirancang untuk berbagai macam bentuk. Mesin bubut
ini menggunakan poros spindle yang memiliki chuck berahang pada
satu sisinya sebagai alat cengkram material. Rahang ini menjadi pusat
sumbu.

2. Mesin Bubut Sabuk

Gambar 2.7 Mesin Bubut Sabuk


Sumber : http://wragil.blogspot.com

Jenis mesin bubut sabuk menggunakan sabuk untuk memutar


roda gigi. Sabuk melingkari roda gigi dan berputar dengan putaran
poros dari spindle yang terkait dengan sabuk. Roda gigi yang
dilingkari sabuk inilah menjadi kunci pembuatan ulir dan pemotongan
material karena diujung rangkaian roda gigi tersebut terdapat eretan
pahat yang bergerak memutar konstan untuk membentuk ulir.

3. Mesin Bubut Vertical Turning & Boring Milling

Gambar 2.8 Mesin Bubut Vertical Turning & Boring Milling


Sumber : http://wragil.blogspot.com
7
Mesin bubut ini bekerja secara otomatis. Sebelum bekerja,
mesin bubut ini hanya perlu menentukan bentuk akhir dari setiap
potongan yang diberikan oleh operator dan selanjutnya mesin bubut
ini akan membubut sesuai setingan. Poros mesin akan mengeset
dengan sendiri cengkramannya pada material bahan kerja.
Dengan cara kerja yang sangat otomatis, anda dengan mudah
dapat mengawasi beberapa mesin lainnya dengan sangat mudah dan
cepat. Dengan cara kerja otomatis ini, memudahkan para pengguna
menggunakan mesin jenis ini. Mesin otomatis ini banyak di jumpai di
beberapa perusahaan industri dan manufaktur yang membutuhkannya.
4. Mesin Bubut Facing Lathe

Gambar 2.9 Mesin Bubut Facing Lathe

Sumber : http://wragil.blogspot.com

Untuk material berbentuk piringan, mesin bubut facing lathe


lah pilihannya. Mesin bubut ini memiliki cakram atas piringan berupa
plat besar yang berada pada sisi dasar, kemudian proses pembubutan
bekerja pada kedua sisi piringan.

8
5. Mesin Bubut Turret

Gambar 2.10 Mesin Bubut Turret

Sumber : http://wragil.blogspot.com

Mesin bubut turret memiliki kemampuan untuk mengerjakan


material secara identik. Maksud identik disini adalah mesin bekerja
sesuai dengan urutan kerja yang telah diatur oleh operator mesin
sehingga sangat cocok untuk produksi material secara massal di
industri-industri.

6. Mesin Bubut Turret Jenis Sadel

Gambar 2.11 Mesin Bubut Turret Jenis Sadel

Sumber : http://wragil.blogspot.com

Hampir mirip dengan mesin bubut turret biasa, mesin bubut


turret jenis sadel menggunakan sadel untuk melakukan pengaturan dan
pengoperasian untuk menghasilkan material yang identik.
9
7. Mesin Bubut Turret Vertikal

Gambar 2.12 Mesin Bubut Turret Vertikal

Sumber : http://wragil.blogspot.com

Mesin bubut turret jenis ini juga dapat menghasilkan material


dengan identik. Mesin bubut turret vertikal memiliki meja putar
bercengkram dan turret yang terpasang di atas rel yang menyilang
pada meja putar. Pada turret terdapat kepala samping yang menjadi
pengontrol pahat dengan sistem yang sudah diset sehingga terjadi
pengulangan proses secara identik yaitu pada saat dioperasikan.
Jika kecepatan translasi dari pahat diatur dengan perbandingan
tertentu, maka akan menghasilkan ulir dengan ukuran tertentu di
benda putar. Bentuk ulir yang bermacam-macam serta ukuran yang
berbeda-beda.
Untuk mendapatkan ukuran ulir dengan ukuran yang berbeda-
beda, roda gigi translasi yang berfungsi sebagai penghubung antara
poros spindle dan poros ulir hanya perlu diputar. Jumlah gigi pada
roda gigi penukar berkisar dari 15 gigi sampai 127 gigi.

10
2.7. Penjabaran Mesin C630

Gambar 2.13 Mesin Bubut C630


Sumber : id.aliexpress.com/item/C0630

Model C 630

Mesin tidur diameter max ayunan 300 mm

Max panjang pengolahan 500 mm

Max diameter buah ayunan 150 mm

Spindle meskipun lubang diameter 28 mm

Rentang kecepatan spindle 87-1370R/min

Rentang benang metrik mengubah-mill 0.5-3

Mengubah-inch rentang benang mill 12-24 tpi

Makan vertikal (26 jenis) 0.026-0.102 mm

Top gerakan lengan max 60 mm

Daya motor 0.55 KW

Dimensi ukuran 1250 x 600 x 1200 mm

Berat 400 Kg

11
2.8. Operasi – Operasi Yang Dapat Dilakukan Pada Mesin Bubut
1. Pembubutan tepi (facing)

Pengerjaan benda kerja dilakukan terhadap tepi penampangnya atau tegak


lurus terhadap sumbu benda kerja.

2. Pembubutan silindris (turning)

Pengerjaan benda kerja yang dilakukan sejajar dengan garis sumbunya.

3. Pembubutan alur (grooving)

Pembubutan yang dilakukan diantara dua permukaan.

4. Pembubutan tirus (champering)

Adapun cara-cara pembubutan tirus pada mesin bubut adalah sebagai


berikut:

• Dengan memutar compound rest.

• Dengan menggeser sumbu tailstock.

• Dengan menggunakan taper attachment.

5. Pembubutan ulir (threading)

Bentuk ulir didapat dengan cara menggerinda pahat menjadi bentuk yang
sesuai, dengan menggunakan refrensi mal ulir (thread gauge) atau
menggunakan pahat tertentu yang ukurannya telah dijual dipasaran,
biasanya untuk ulir-ulir standar.

6. Drilling

Adalah proses membuat lubang awal pada benda kerja.

7. Boring

Adalah proses memperbesar lubang pada benda kerja.

8. Kartel (knurling)

12
Membuat profil atau grip pegangan pada benda kerja seperti pada
pegangan tang, obeng, agar permukaan benda kerja tidak licin.

9. Reaming

Memperluas lubang yang telah dibuat.

2.9. Alat – Alat Bantu Mesin Bubut


Alat-alat bantu dan perlengkapan yang sering dipakai pada pengoperasian
mesin bubut antara lain:
1. Senter Putar Dan Senter Mati
Digunakan untuk membantu menyangga ujung sebuah benda
kerja yang berbentuk shaft atau as atau poros. Dengan tujuan agar
ketika dibubut, benda tersebut tidak goyang, bengkok, bergetar atau pun
lepas. Tentunya sebelumnya ujung dari as tersebut diberi lubang untuk
tempat senter.

Gambar 2.14 Senter putar dan senter mati

Sumber : http://mesinnews.blogspot.com

2. Senter Pipa

Digunakan dengan maksud yang sama dengan penggunaan senter


putar namun senter pipa dikhususkan untuk pipa atau as yang memiliki
lubang yang tidak bisa disokong dengan senter putar biasa.

13
Gambar 2.15 Senter pipa

Sumber : http://mesinnews.blogspot.com

3. Catok bor (drill chuck)

Alat ini berfungsi sebagai pemegang mata bor (twist drill) untuk
pembuatan lubang pada benda kerja.

Gambar 2.16 Catok bor

Sumber : http://mesinnews.blogspot.com

4. Kolet (collet chuck)


Kolet digunakan untuk menjepit benda silindris yang sudah
halus dan biasanya berdiameter kecil. Bentuknya bulat panjang dengan
leher tirus dan berlubang, ujungnya berulir dan kepalanya dibelah
menjadi tiga.
Kolet mempunyai ukuran yang ditunjukkan pada bagian
mukanya yang menyatakan besarnya diameter benda yang dapat
dicekam. Misalnya kolet berukuran 8 mm, berarti kolet ini
14
dipergunakan untuk menjepit benda kerja berukuran ø 8 mm.
Pemasangan kolet adalah pada kepala tetap dan dibantu dengan
kelengkapan untuk menarik kolet tersebut. Karena kolet berbentuk tirus,
alat penariknya pun berbentuk lubang tirus, dengan memutar ke kanan
uliran batangnya

Gambar 2.17 Kolet

Sumber : http://mesinnews.blogspot.com

6. Adaptor Atau Sarung

Tangkai senter,mata bor dan tangkai chuck bor memiliki


beberapa tingkat ukuran. Agar kita bisa menggunakan semuanya di
kepala lepas mesin bubut kita, maka kita perlu menggunakan adaptor.
Misalnya,jika kita hendak memasang mata bor 32mm langsung di
kepala lepas mesin bubut kecil tidak akan muat,maka kita perlu sarung
pengurang diameternya seperti gambar berikut. Begitupun
sebaliknya,jika kekecilan maka kita pakai sarung penambah.

Gambar 2.18 Adaptor Atau Sarung

Sumber : http://mesinnews.blogspot.com

15
7. Penyangga Tetap (Steady Rest)
Digunakan untuk membantu memegang benda yang panjang
yang akan mendapat pengerjaan dibagian ujungnya. Dipasang pada
bed mesin dengan dikunci mur baut. Bagian yang memegang benda
kerja dibuat dengan bronze atau kuningan sehimgga tidak banyak
merusak benda kerja. Namun begitu harus teatap dilumasi selama
pemakaian.

Gambar 2.19 Penyangga Tetap (Steady Rest)

Sumber : http://mesinnews.blogspot.com

8. Penyangga Berjalan (Follow Rest)


Digunakan untuk membantu memegang benda kerja dengan
diameter relatif kecil dan relatif panjang. Dipasang pada eretan
melintang atau cross slide sehingga ikut bergerak sepanjang bed
mesin. Sama halnya dengan penyangga tetap, ini pun harus dilumasi
selama pemakaian.

Gambar 2.20 Penyangga Berjalan (Follow Rest)

Sumber : http://mesinnews.blogspot.com

16
2.10. Klasifikasi Pahat Bubut
2.10.1. Klasifikasi Pahat Bubut
Pahat bubut merupakan salah satu alat potong yang sangat
diperlukan pada proses pembubutan, karena pahat bubut dengan
berbagai jenisnya dapat membuat benda kerja dengan berbagai bentuk
sesuai tuntutan pekerjaan, misalnya dapat digunakan untuk membuat
permukaan/facing, rata, bertingkat, alur, champer, tirus, memperbesar
lubang, ulir, dan memotong. Kemampuan atau performa pahat bubut
dalam melakukan pemotongan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya, jenis bahan/material yang digunakan, geometris pahat
bubut, sudut potong pahat bubut dan bagaimana apakah teknik
penggunaannya sudah sesuai petunjuk dalam katalog. Apabila
beberapa faktor tersebut diatas dapat terpengaruhi berdasarkan standar
yang telah ditentukan, maka pahat bubut akan maksimal kemampuan
atau performanya. Setiap pabrik pembuat pahat bubut biasanya pada
buku katalognya selalu mencantumkan spesifikasi dan klasifikasi
produk buatannya, diantaranya mencantumkan kode standar yang
digunakan misalnya dengan standar ISO 513.

1) Bahan Atau Material Pahat Bubut

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini


begitu pesat terutama dalam industri manufaktur/ permesinan,
sehingga sudah banyak diciptakan variasi jenis dan sifat material,
baik untuk alat potong pahat bubut atau bahan/ row material. Pada
awalnya manusia hanya mampu membuat alat potong pahat bubut
dari jenis baja karbon, kemudian ditemukan unsur atau paduan
yang lebih keras sampai ditemukannya material alat potong pahat
bubut yang paling keras yaitu diamond. Unsur-unsur yang
berpengaruh terhadap performa alat potong/ pahat bubut
diantaranya: Tungsten/ Wolfram (W), Chromium (Cr), Vanadium
(V), Molybdenum (Mo) dan Cobalt (Co). Sifat yang diperlukan

17
untuk sebuah alat potong tidak hanya kerasnya saja, akan tetapi
masih ada sifat lain yang diperlukan untuk membuat suatu alat
potong memilkiperforma yang baik misalnya, bagaimana
ketahanan terhadap gesekan, ketahanan terhadap panas, ketahanan
terhadap benturan, dll.

Macam-macam pahat bubut dilihat dari jenis material atau


bahan yang digunakanmeliputi: Baja karbon, Baja kecepatan tinggi
atau High Speed Steels (HSS), Paduan cor nonferro (cast
nonferrous alloys; cast carbides), Karbida (cemented carbides;
hardmetals), Keramik (ceramics), CBN (cubic boron nitrides), dan
Intan (sintered diamonds & natural diamond)

a) Baja karbon

Yang termasuk dalam kelompok baja karbon adalah


High Carbon Steel (HCS) dan Carbon Tool Steels (CTS). Baja
jenis ini menggandung karbon yang relative tinggi (0,7% – 1,4%
C) dengan prosentasi unsur lain relatif rendah yaitu Mn, W dan
Cr masing-masing 2% sehingga mampu memiliki kekerasan
permukaan yang cukup tinggi. Dengan proses perlakuan panas
pada suhutertentu, strukur bahan akan bertransformasi menjadi
martensit dengan hasil kekerasan antara 500 ÷ 1000 HV. Karena
mertensitik akan melunak pada temperature sekitar 250ºC, maka
baja karbon jenis ini hanya dapat digunakan pada kecepatan
potong yang rendah (10 m/menit) dan hanya dapat digunakan
untuk memotong logam yang lunak atau kayu.

b) Baja Kecepatan Tinggi/ High Speed Steel (HSS)

Pada sekitar tahun 1898, ditemukan jenis baja paduan


tinggi dengan unsur paduan Crome (Cr) dan Tungsten atau
Wolfram dengan melalui proses penuangan (molten metallurgy)

18
selanjutnya dilakukan pengerolan atau penempaan dibentuk
menjadi batang segi empat atau silinder. Pada kondisi masih
bahan (raw material), baja tersebut diproses secara pemesinan
menjadi berbagai bentuk pahat bubut. Setelah proses perlakukan
panas dilaksanakan, kekerasannya akan menjadi cukup tinggi
sehingga dapat digunakan untuk kecepatan potong yang tinggi
yaitu sampai dengan tiga kali kecepatan potong pahat CTS. Baja
Kecepatan Tinggi (High Speed Steel – HSS) apabila dilihat dari
komposisinya dapat dibagai menjadi dua yaitu, Baja Kecepatan
Tinggi (High Speed Steel – HSS) Konvensional dan Baja
Kecepatan Tinggi (High Speed Steel – HSS) Spesial.

HSS Konvensional: Baja Kecepatan Tinggi (HSS)


Konvesional, terbagi menjadi dua yaitu:

– Molibdenum HSS

– Tungsten HSS

HSS Spesial: Baja Kecepatan Tinggi Konvesional (HSS)


Spesial, terbagi menjadi enam yaitu:

– Cobalt Added HSS

– High Vanadium HSS

– High Hardess Co HSS

– Cast HSS

– Powdered HSS

– Coated HSS

c) Paduan Cor Nonferro

19
Sifat-sifat paduan cor nonferro adalah diantara sifat yang
dimiliki HSS dan Karbida (Cemented Carbide), sehingga
didalam penggunaannya memiliki karakteristik tersendiri karena
karbida terlalu rapuh dan HSS mempunyai ketahanan panas (hot
hardness) dan ketahanan aus (wear resistance) yang terlalu
rendah. Jenis material ini di bentuk dengan cara dituang menjadi
bentuk-bentuk yang tertentu, misalnya tool bit (sisipan) yang
kemudian diasah menurut geometri yang dibutuhkan. Baja
paduan nonferro terdiri dari empat macam elemen/ unsur utama
diantaranya:

 Cobalt (Co):

Unsur cobalt,berfungsi sebagai pelarut bagi unsure-


unsur lainnya.

 Chrom (Cr):

Unsur chrom (10% s.d 35%), berfungsi sebagai


pembetuk karbida

 Tungsten/ Wolfram (W):

Unsur tungsten/ wolfram (10% s.d 25%), berfungsi


sebagai pembentuk karbida dan menaikan karbida secara
menyeluruh.

Karbon (C):

Apabila terdapat unsur karbon (1%) akan menghasilkan


jenis baja yang masih relaitif lunak, dan apabila terdapat unsur
karbon (3%) akan menghasilkan jenis yang relatif keras serta
tahan aus.

20
d) Karbida

Jenis karbida yang “disemen” (Cemented Carbides)


merupakan bahan pahat yang dibuat dengan cara menyinter
(sintering) serbuk karbida (Nitrida, Oksida) dengan bahan
pengikat yang umumnya dari Cobalt (Co). Dengan cara
Carburizing masing-masing bahan dasar (serbuk) Tungsten
(Wolfram,W) Tintanium (Ti), Tantalum (Ta) dibuat menjadi
karbida yang kemudian digiling (ball mill) dan disaring. Salah
satu atau campuaran serbuk karbida tersebut kemudian di
campur dengan bahan pengikat (Co) dan dicetak tekan dengan
memakai bahan pelumas (lilin). Setelah itu dilakukan
presintering (1000º C) pemanasan mula untuk menguapkan
bahan pelumas dan kemudian sintering (1600º C) sehingga
bentuk keeping (sisipan) sebagai hasil proses cetak tekan (Cold
atau HIP) akan menyusut menjadi sekitar 80% dari volume
semula. Hot Hardness karbida yang disemen (diikat) ini hanya
akan menurun bila terjadi pelunakan elemen pengikat. Semakin
besar prosentase pengikat Co maka kekerasannya menurun dan
sebaliknya keuletannya membaik. Ada tiga jenis utama pahat
karbida sisipan, yaitu:

 Karbida Tungsten:

Karbida tungsten merupakan jenis pahat karbida untuk


memotong besi tuang.

 Karbida Tungsten Paduan:

Karbida tungsten paduan merupakan jenis karbida


untuk pememotongan baja.

21
 Karbida lapis:

Karbida lapis yang merupakan jenis karbida tungsten


yang di lapis (satu atau beberapa lapisan) karbida, nitride, atau
oksida lain yang lebih rapuh tetapi ketahanan terhadap
panasnya (hot hardness) tinggi.

e) Keramik (Ceramics)

Keramik menurut definisi yang sempit adalah material


paduan metalik dan nonmetalik. Sedangkan menurut definisi
yang luas adalah semua material selain metal atau material
organik, yang mencakup juga berbagai jenis karbida, nitride,
oksida, boride dan silicon serta karbon. Keramik secara garis
besar dapat di bedakan menjadi dua jenis yaitu:

 Keramik tradisional

Keramik tradisional yang merupakan barang pecah


belah peralatan rumah tangga

 Keramik industri

Keramik industri digunakan untuk berbagai untuk


berbagai keperluan sebagai komponen dari peralatan, mesin
dan perkakas termasuk perkakas potong atau pahat. Keramik
mempunyai karakteristik yang lain daripada metal atau polimer
(plastik, karet) karena perbedaan ikatan atom-atomnya,
ikatannya dapat berupaikatan kovalen, ionic, gabungan
kovalen & ionic, ataupaun sekunder. Selain sebagai perkakas
potong.

22
2.10.2. Posisi Pahat Bubut
Pada waktu membubut, benda kerja dijepit pada cekam, pelat
pembawa atau dipasang diantara 2 senter sementara pahat bubut
dipasang didalam rumah pahat (tool post). Agar pengerjaan
pembubutan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar, maka
pemasangan pahat pada rumah pahat ini harus dilakukan secara
seksama dan benar. Pertama, posisi pahat harus diatur setinggi sumbu
benda kerja atau setinggi senter, kedua pahat jangan dipasang terlalu
panjang menonjol keluar dari rumah pahat. Hal ini bertujuan agar
pada waktu mekasanakan pembubutan pahat tidak bergetar serta untuk
menghindari pahat menjadi patah, dimana ketentuan ini berlaku secara
umum untuk pemasangan pahat. Setelah itu sesuai dengan jenis pahat
yang digunakan, harus diatur pula apakah kedudukan pahat disetel
miring atau disetel tegak lurus terhadap benda kerja. Untuk pahat
kanan posisi pahat sebaiknya miring ke arah kanan sebesar 5˚ hingga
10˚. Hal ini dimaksudkan agar pada waktu menyayat benda kerja,
pahat tidak masuk lebih dalam pada benda kerja. Berbeda dengan
pahat bubut rata, pemasangan pahat bubut muka (side tool) harus
diatur miring ke kiri sehingga mata pemotong pahat mengenai benda
kerja, dalam hal ini gerakan penyayatan pahat dimulai dari bagian
tengah ke bagian kiri benda kerja. Sedangkan bila menggunakan pahat
potong (parting-off tool), maka posisinya harus diatur tegak lurus
terhadap sumbu benda kerja, hal ini dimaksudkan untuk menghindari
pahat menjadi patah.

Posisi pahat bubut dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:


1. Pasang pahat pada sisi pemasangan (sisi yang terbuka) di
dalam rumah pahat, kemudian dijepit dengan baut-baut penjepit
menggunakan kunci pas
2. Geserkan kepala lepas mendekati rumah pahat, lalu geserkan
rumah pahat mendekati senter kepala lepas dengan cara

23
memutarkan roda pemutar eretan lintang atau eretan atas.
Untuk mengatur posisi pahat
3. setinggi senter, sentuhkanlah ujung mata pemotong pahat
kepada ujung senter kepala lepas.

Gambar 2.21 pemasangan pahat pada rumah pahat

Sumber : pusat- lingkaran.blogspot.co.id/

4. Bila ujung pahat tidak dapat menyentuh ujung senter, berarti


posisi pahat belum setinggi senter. Untuk menyetel posisi pahat
ini dapat dilakukan dengan cara mengendurkan baut-baut
penjepit pahat lalu beri danjal dengan pelat tipis bagian bawah
dari pahat dan ketatkan kembali baut-baut penjepit tadi.
5. Periksa apakah ujung pahat sudah setinggi senter atau belum,
jika ujung pahat belum setinggi senter, kendurkan baut-baut
penjepit lalu tambahkan atau kurangi ganjal-ganjal pada bagian
bawah pahat sesuai kebutuhan. Apabila posisi pahat sudah
setinggi senter, ketatkan kembali baut baut penjepit pahat.
Catatan : pemasangan dan pengaturan posisi pahat setinggi
senter pada rumah pahat empat sisi pemasangan pada dasarnya
sama dengan pemasangan dan pengaturan posisi pahat pada
rumah padat sisi terbuka. Hanya saja pada rumah pahat 4 sisi
pemasangan dapat
dipasang sampai 4 buah pahat yang berbeda-beda sekaligus.

24
Gambar 2.22 pemasangan pahat pada rumah pahat
4 sisi pemasangan
Sumber : pusat- lingkaran.blogspot.co.id

Pemasangan pahat pada rumah pahat landasan cembung

1. Masukkan pahat ke dalam lubang rumah pahat, kemudian jepit


dengan baut penjepit yang terdapat dibagian atas rumah pahat.
2. Geserkan kepala lepas mendekati rumah pahat, lalu geserkan
eretan lintang dan atau eretan atas hungga ujung mata
pemotong pahat menyentuh ujung senter kepala lepas.
3. Bila ujung pahat belum setinggi senter, maka pengaturannya
dapat dilakukan dengan cara mendorong ke depan atau ke
belakang landasan cembung sampai ujung pahat tempat
menyentuh ujung senter kepala lepas.
Pemasangan pahat pada rumah pahat alur ekor burung
1. Pasang pahat pada pemegang pahat (E) kemudian jepit pahat
dengan baut baut penjepit yang terdapat pada pemegang pahat.

25
Gambar 2.23 pemasangan pahat pada rumah
pahat landasan cembung

Sumber : pusat-lingkaran.blogspot.co.id

2. Masukkan pemegang pahat ke dalam blok rumah pahat (A)


melalui alur-alur ekor burungnya sampai ujung bawah baut
penyetel (H) menyentuh pada batang penumpu (B). Pemegang
pahat dapat dieretkan oleh baji (C) dan mur pengikat (D), lihat
gambar diatas.
3. Gerakkan rumah pahat kedepan sampai ujung mata pemotong
pahat menyentuh ujung senter kepala lepas.
4. Jika ujung pahat belum tepat menyentuh ujung senter kepala
lepas berarti ujung pahat lepas belum setinggi senter. Untuk
mengatur posisi pahat setinggi senter dapat dilakukan dengan
cara memutarkan baut penyetel (H) ke kanan atau ke kiri
hingga ujung pahat tepat bertemu dengan ujung senter kepala
lepas. Selanjutnya bila posisi pahat sudah setinggi senter
putarlah mur kontra (I) agar kedudukan pahat tidak berubah
lagi. Kemudian ketatkan mur pengikat (D) agar pemegang
pahat terpasang erat pada blok rumah pahat

26
Gambar 2.24 pemasangan pahat pada rumah
alur ekor burung
Sumber :pusat-lingkaran.blogspot.co.id

2.10.3. Macam-macam Pahat Bubut


Beragam bentuk benda kerja yang ingin kita buat di mesin
bubut menuntut kita untuk mempersiapkan bentuk-bentuk pahat
bubut yang umum dipakai. Gambar berikut menjelaskan bentuk
pahat bubut dan bentuk benda kerja yang dihasilkan. Bagian pahat
yang bertanda bintang adalah pahat kanan, artinya melakukan
pemakanan dari kanan ke kiri.

Gambar 2.25 macam macam bentuk pahat

Sumber : syamsurikgn.wordpress.com/2014/10/31/jenis-
jenis-pahat-cnc/

27
Berdasarkan bentuknya, pahat bubut diatas dari kiri ke kanan
adalah
1. Pahat sisi kanan
2. Pahat pinggul/champer kanan
3. Pahat sisi/permukaan kanan
4. Pahat sisi/permukaan kanan (lebih kasar)
5. Pahat ulir segitiga kanan
6. Pahat alur
7. Pahat alur segitiga (kanan kiri)
8. Pahat ulir segitiga kiri
9. Pahat sisi kiri
10. Pahat pinggul kiri
Berdasarkan bahan pembuatnya ada dua macam pahat bubut
yang umum dipakai, yakni pahat HSS dan carbide atau tungsten
carbide.
Pahat High Speed Stel (HSS)
High Speed Stel (HSS) adalah bagian dari alat baja, biasanya
digunakan alat bit dan alat pemotong. Hal ini sering digunakan
dalam kekuasaan gergaji dan bor. Hal ini unggul lebih tua dari alat
baja karbon tinggi yang digunakan secara luas melalui tahun 1940-
an karena dapat menahan suhu tinggi tanpa kehilangan
kekasarannya. Properti ini memungkinkan HSS untuk memotong
lebih cepat dari baja karbon tinggi, maka nama baja kecepatan
tinggi. HSS umumnya menampilkan kekerasan tinggi (di atas
HRC60) dan ketahanan abrasi tinggi (umunya terkait dengan
konten tungsten sering digunakan dalam HSS) dibandingkan
dengan karbon umum dan alat baja. Penggunaan utama dari baju
kecepatan tinggi menjadi pembuatan berbagai alat pemotong:
latihan, keran, penggilingan pemotong, alat bit, pemotong gear,
gergaji, dll. Jadi HSS bukan hanya digunakan memotong besi, tapi
juga kayu, bahkan bagus juga untuk pisau dapur.

28
Gambar 2.26 Pahat HSS

Sumber : http://kamiltoh4.blogspot.co.id/

Pahat Carbide
Tungsten karbida (WC) adalah senyawa kimia anorganik yang
menganduk bagian yang sama tungsten dan tom karbon. Bahasa
sehari-hari, tungsten karbida sering hanya disebut karbida. Dalam
bentuk yang paling dasar, itu adalah bubuk abu-abu halus, tetapi
dapat ditekan dan dibentuk menjadi bentuk yang sering digunakan
dalam mesin industri, alat-alat, abrasive, serta perhiasan. Tungsten
karbida adalah sekitar tiga kali lebih besar dari baja, dengan
modulus young sekitar 550 Gpa, dan jauh lebih padat dari baja atau
titanium. Hal ini sebanding dengan korundum (a-Al203) atau safir
dalam kekerasan dan hanya dapat dipoles dan selesai dengan
abrasif kekerasan unggulan seperti silikon karbida, cubic boron
nitride dan berlian antara lain, dalam bentuk bubuk, roda, dan
senyawa.
Jadi jenis pahat ini dibuat dengan campuran bahan kimia antara
lain tungsten dan karbon, tergantung sifat bahan yang dikehendaki,
kadang juga memakai methanol, hydrofluoric acid/nitric acid
(HF/HN03), dll.
Tungsten carbide bit ini kemudian dicetak dengan beragam
bentuk pahat bubut. Ada yang dibuat dengan lubang ditengahnya
untuk baut pengunci ke horlder/pegangannya, seperti gambar
berikut.
29
Gambar 2.27 Pahat tungsten carbide dan holdernya
Sumber : http://kamiltoh4.blogspot.co.id/

Namun yang banyak dan gampang dijumpai dipasaran adalah


yang tidak memakai holder sehingga dalam aplikasinya kita
mengelas bit ke tangkainya dengan kawat kuningan.

2.11. Macam-Macam Geram


1. Geram kontinyu (continue chips)
Germa kontinyu adalah geram yang umumnya ikut bersama-sama
pahat yang kemudian terpisah, tetapi geramnya sendiri ikut terus
tersambung membentuk gulungan geram yang panjang. Gulungannya
sering seperti spiral atau lurus memanjang. Geram ini terjadi pada
proses permesinan pada mesin perkakas dengan kecepatan potong
tinggi dengan menggunakan material yang ulet.
2. Geram tak kontinyu (discontinue chips)
Geram tak kontinyu adalah yang bentuknya terputus-putus dimana
segmen-segmennya tidak terikat satu dengan yang lainnya. Hal ini
disebabkan karena distorsi pada logam yang berdekatan dengan pahat
menghasilkan crack (retak) dan terlempar dari pahat. Geram ini
didapatkan dalam proses pemesinan bahan yang rapuh seperti besi cor.
Geram tak kontinyu dapat juga terbentuk pada beberapa bahan yang
ulet menunjukkan kondisi pemotongan yang buruk.

30
3. Geram kontinyu dengan built up edge (continous with a built up edge)
Geram ini terjadi pada proses pemotongan dengan material yang
ulet dan mempunyai koefisien gesek yang tinggi. Pada saat
pemotongan, geram mengalir diatas bidang geram pahat, karena
koefisien gesek yang tinggi maka terdapat geram yang menempel pada
ujung pahat yang ikut mendorong bagian belakang geram. Karena pada
tool dan benda kerja terjadi panas yang berlebihan maka geram
tersebut meleleh dan melekan pada ujung pahat potong yang makin
banyak. Geram jenis ini dapat menyebabkan benda kerja yang
dipotong menjadi kasar. Bisasanya karena pemakanan yang besar
dengan kecepatan potong rendah.

2.12. Bue (Built Up Edge)


Di dalam industri manufaktur, material alumunium cukup banyak
digunakan, sifat alumunium yang ringan membuat material ini banyak
dipilih oleh industri sebagai salah satu alternatif material untuk pengganti
material baja, salah satu proses yang sering digunakan untuk pembubutan
alumunium adalah proses dry cutting, efek yang ditimbulkan dari proses
dry cutting adalah munculnya built up edge pada ujung mata potong pahat.
Tulisan ini meneliti tentang, pengaruh parameter permesinan bubut
terhadap munculnya built up edge dalam proses pembubutan alumunium,
lalu parameter yang ditelitinya yaitu cutting speed, feeding dan temperatur
pemotongan sedangkan pengukuran dilakukan pada dimensi built up edge
yang ditimbulkann dari variasi parameter tersebut. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa semakin besar cutting speed akan menimbulkan built
up edge yang semakin kecil, dan pemilihan feeding medium dari tabel
menghasilkan built up edge paling besar, sedangkan temperatur
pemotongan yang dihasilkan dari proses pembubutan tidak berpengaruh
besar terhadap munculnya built up edge pada ujung mata potong pahat

31
2.13. Diagram Gergaji

Gambar 2.28 Diagram Gergaji


Sumber : http://berkat1723.blogspot.com

32

Anda mungkin juga menyukai