Anda di halaman 1dari 55

MODUL PRAKTIKUM

PROSES MANUFAKTUR

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL GHAZALI
CILACAP
2017
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

MESIN BUBUT

Lathe Machine atau lebih dikenal sebagai mesin bubut mencakup segala mesin
perkakas yang memproduksi bentuk silindris dan digunakan untuk menghasilkan benda-
benda putar, membuat ulir, pengeboran dan meratakan permukaan benda putar

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bubut.
b. Mengetahui proses dan cara pembuatan benda kerja dengan mesin bubut.
c. Mengetahui dan memahami cara pembuatan ulir.

2. PRINSIP KERJA MESIN BUBUT


Prinsip mekanisme gerakan pada mesin bubut adalah merubah energi listrik
menjadi gerakan putar pada motor listrik kemudian ditransmisikan ke mekanisme gerak
mesin bubut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada (Gambar 1) yang menunjukkan transmisi
gerakan /line of power pada mesin bubut.

Gambar 1 : Line of Power Pada Mesin Bubut


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Pada dasarnya prinsip kerja mesin bubut ada dua macam, yaitu:
1. Main Drive
Gerakan utama pada mesin bubut putaran motor listrik berupa putaran motor listrik
yang ditransmisikan melalui belt menuju gear box. Di dalam gear box terdapat roda

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

gigi yang berfungsi untuk mengatur transmisi putaran spindel, sehingga


menghasilkan putaran pada chuck.
2. Feed Drive
Yaitu gerakan pemakanan pahat pada benda kerja.

3. MESIN BUBUT
Spesifikasi MesinBubut
 Type : GAP-BED LATHE CQ 6230A-1910X310 MM
 Produksi : GuangZhou Machine Tool Works

Bagian – bagian Utama Mesin Bubut

Gambar 2 : General Data Main Assemblies


Sumber : Manualbook GAP-BED Lathe CQ 6230A-1 910x310 MM

1. Bed Way
Bed Way adalah penopang sebagai tempat relay bertumpu.
2. Head Stok
Merupakan tempat dimana gear box dan Quick Change gear box dipasang.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

3. Quick Change Gear box / feed box


Quick Change Gear Box atau juga sering disebut dengan Feed Box berfungsi untuk
mentransmisikan daya dan putaran dari Gear Box serta mengatur kecepatannya
sebelum diteruskan kemekanisme pemakanan/Apron. Gear Box dan Quick Change
Gear Box terletak pada Head Stock.
4. Cariage Box
Merupakan meja penggerak pahat dan terletak di atas apron.
5. Electrical Box
Merupakan tempat rangkaian sistem elektronik lathe machine.
6. Chuck Protecting Cover
Merupakan penutup chuck yang berfungsi sebagai pelindung pengguna dari
serpihan geram.
7. Splash Guard
Merupakan pelindung dan pembatas agar geram tidak terlempar kemana-mana.
8. Lower Carriage
Merupakan penopang dari top carriage.
9. Top carriage
Penopang dari tool holder.
10. Cooling
Berfungsi sebagai saluran cairan pendingin.
11. Working Light
Lampu yang berfungsi sebagai penerang saat pengguna bekerja.
12. Tail Stock
Tail stock terletak berhadapan dengan spindle. Berfungsi untuk menahan ujung
benda kerja saat pembubutan dan juga dapat digunakan untuk memegang tool pada
saat pengerjaan drilling, reaming, dan tapping.
13. Lead Screw
Poros berulir yang berfungsi untuk menggerakan carriage box saat melakukan
penguliran.
14. Feed Rod
Poros yang berfungsi untuk menggerakan carriage saat melakukan pembubutan.
15. Switch Rod
Adalah bagian mesin yang berfungsi untuk merubah putaran dari feed rod.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

16. Tool Holder


Merupakan bagian mesin bubut yang berfungsi untuk memegang pahat.
17. Quadrant
Susunan Pulley yang mentransmisikan putaran antara gearbox dan quick change
gear box.
18. Oil Tray
Merupakan tempat geram dan pengalir coolant menuju reservoir.
19. Steady Rest
Alat bantu untuk menopang benda kerja yang kedudukannya tetap.
20. Foot Stand
Merupakan penopang dari seluruh rangkaian mesin bubut.
21. Thread Indicator
Indikator putaran flywheel.
22. Foot Breake
Adalah pedal injak yang berfungsi untuk menghentikan mesin dengan memutus
arus listrik.

Kontrol Utama MesinBubut

Gambar 3 : Main Controls


Sumber : Manualbook GAP-BED Lathe CQ 6230A-1 910x310 MM

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

GAP-BED Lathe CQ 6230A-1 910x310 MM buatan Guangzhou Machine Tool


Works adalah salah satu mesin bubut yang terdapat pada Laboratorium Proses
Manufaktur . Mesin bubut ini mempunyai kontrol utama berupa :
1. Left and Right Hand Thread Change Lever
Digunakan untuk menggerakan carriage ke arah horizontal, dan pada proses
pembuatan ulir , yaitu untuk mengatur pembuatan ulir kanan atau ulir kiri.
2. Spindle Change Lever A,B,C
Spindle Change Lever 1,2,3
No. 1,2,digunakan untuk merubah kecepatan putar (mengatur kecepatan pada Speed
Gear Box). Pengaturan kecepatan dilakukan dengan merubah posisi handel-
handelnya.
3. Wrench
Mengunci kedudukan tool holder.
4. Fly Wheel
Untuk menggerakkan compound rest tanpa menggerakkan carriage
5. Tailstock Quill Clamping Lever
6. Tailstock Locking Nut
No. 5 dan 6 pada prinsipnya digunakan untuk mengunci kedudukan tailstock.
7. Tailstock Quill Transverse Handwheel
Digunakan untuk menggerakkan ujung dari tailstock dengan cara memutarnya.
8. Split Nut Lever
Digunakan untuk menggerakkan split nut yang nantinya akan memutar lead screw.
9. Spindle Forward-Stop-Reverse Lever
Adalah bagian mesin yang berfungsi untuk merubah putaran dari feed rod.
10. Longitudinal and Cross Power Feed Lever
Digunakan untuk menjalankan pembubutan otomatis dan dapat mengerakkan
carriage dalam arah longitudinal maupun melintang.
11. Carriage Longitudinal Feed Handwheel
Engkol yang berfungsi untuk menggerakkan carriage secara manual dalam arah
longitudinal.
12. Cross Slide Handwheel
Digunakan untuk menggerakkan carriage dalam arah melintang secara manual.
13. Pitch and Feed Selector Lever
Untuk menentukan Feed and Thread.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

14. Emergency Switch


Tombol emergency.
15. Switch Coolant Pump
Untuk menyalakan pompa coolant.
16. Test Button
Menguji putaran chuck.
Pada prinsipnya semua jenis mesin bubut di Lab. Proses Manufaktur mempunyai kontrol
yang sama, hanya peletakannya yang berbeda. Tanyakan kepada asisten / laboran anda
sebelum mulai menjalankan mesin.

4. PETUNJUK PENGOPERASIAN MESIN


 Langkah – langkah Pengerjaan
A. Sebelum Proses Pembubutan / Persiapan
1. Pengecekan mesin yang akan digunakan .
2. Menyiapkan alat–alat, bahan, dan gambar kerja yang dibutuhkan dalam
praktikum.
3. Benda kerja diukur dimensinya sebelum dipasang pada chuck serta ditandai
bagian-bagian yang akan dibubut.
4. Benda kerja dipasang pada chuck dengan bantuan kunci chuck dan
senterkan.
5. Pahat dipasang pada Tool Holder/tool post dan kedudukannya disenterkan
terhadap titik pusat benda kerja dengan bantuan tail stock .
6. Pemilihan kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda kerja dengan
mengatur posisi kedua tuas Spindle Change lever ( Tuas A,B,C dan 1,2,3 ).
Tabel kecepatan putar berdasarkan posisi tuas A,B,C dan 1,2,3 dapat dilihat
pada mesin (menempel pada headstock). Gunakan kecepatan yang lebih
tinggi serta kedalaman pemakanan yang kecil pada proses finishing.
7. Mesin dapat dinyalakan.
8. Pengaturan titik nol dan pengaturan kedalaman pemakanan dengan cara
menggoreskan ujung pahat pada benda kerja yang berputar.
9. Proses pembubutan bisa dilakukan sesuai gambar benda kerja yang
direncanakan.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Catatan :

Pastikan benda kerja terpasang dengan erat pada chuck

Pastikan pahat dalam keadaan baik, terpasang dengan benar dan erat pada toolpost.

Pada beberapa jenis mesin bubut, perubahan kecepatan spindle dan pengaturan pitch and feed selector

B. Selama Proses Pembubutan


1. Pengaturan kedalaman pemakanan (depth of cut ) pada tiap tahapan
pemotongan hendaknya tidak terlalu besar untuk menghindari kerusakan
pada benda kerja dan pahat.
2. Untuk menggerakkan pahat secara manual maka Carriage Longitudinal
Feed Handwheel ataupun Cross Slide Handwheel harus digerakkan dengan
perlahan sehingga didapat permukaan benda kerja yang baik.
3. Pelumasan harus diperhatikan secara teratur.
4. Matikan mesin dan buka chuck protecting cover jika hendak melakukan
pengukuran, merubah kecepatan, atau jika terjadi gangguan pada mesin saat
bekerja.

C. Setelah Proses Pembubutan


1. Mesin dimatikan.
2. Benda kerja dilepaskan dari chuck , dan pahat dilepaskan dari tool post.
3. Mesin dan alat yang digunakan dibersihkan dari chips (Geram) .
4. Alat – alat dikembalikan ke tempat semula.

5. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Mesin Bubut
Digunakan untuk pembuatan benda kerja
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
3. Center gauge / Dial Indikator
Digunakan untuk menyenterkan benda kerja.
4. Stop Watch

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.


5. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya biasanya
bujur sangkar.
6. Kunci Pahat
Digunakan untuk mengencangkan pahat agar selama proses pembubutan
kedudukan pahat tidak berubah.
7. Tachometer
Digunakan untuk mengukur putaran dari spindle.
8. Pahat HSS
Sebagai alat untuk pemakan benda kerja.
9. Kunci Pas 19
Digunakan Untuk Mengencangkan tool post.
10. Tang Ampere
Untuk mengukur arus pada saat pembubutan.

6. PENGAMBILAN DATA
Data yang diperoleh
JENIS MESIN : Bubut
TYPE : KW 15-486
DAYA ( P ) : 1,5 KW
BAHAN YANG DIGUNAKAN
 Nama Bahan : Baja Esser
 Koefisien bahan ( k ) : 157 kg/mm2
 Konstanta Eksponen (m ) : 0.75

PEMBUBUTAN
NO L D d s nt na t’ t
(mm) (mm) (mm) (mm/rev) (rpm) (rpm) (mm) (detik)
1
2
3
4
5

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Rumus Perhitungan
1. Kecepatan Pemotongan (v)
Pembubutan

v 
.D.n (m/ menit)
1000
dimana:
D = Diameter awal benda kerja (mm)
n = Putaran spindle (rpm)
2. Gaya Pemotongan Vertikal ( Pz )

Pz  K.t'.sm
(kg)
dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
s = Feed motion (mm/rev)
t’ = Depth of cut (mm)
m = Konstanta eksponen
3. Daya Pemotongan ( Nc )
Pz.v
Nc  (kW)
60.102
4. Machining Time ( Tm )

L.i 
Tm (menit)
s.
n
dimana:
L = panjang pembubutan (mm)
i = jumlah pemotongan = t/t’
5. Momen Torsi ( Mt )

Pz.D
Mt  2 (Kg.mm)
6. Daya Motor ( Nm )

Nm 
V. .I.cos kW
dimana:
V = Tegangan Listrik (Volt)
 = Jumlah Fase
cos

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

= Faktor daya {0,8}


I = Arus (Ampere)

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

7. GRAFIK DAN PEMBAHASAN


Analisa Grafik
Buatlah Grafik Di bawah ini :
 Grafik Hubungan antara Putaran (n) dengan Daya Pemotongan (Nc)
 Grafik Hubungan antara Feed Motion (s) dengan Gaya Pemotongan (Pz)

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

MESIN MILLING

Mesin Milling adalah jenis mesin pemotong yang melakukan pemotongan logam
dengan cutting tool bergigi banyak (Multiple Tooth Cutting Tool) yang disebut milling
cutter/ pisau frais. Ada banyak jenis dari mesin milling, diantaranya mesin milling
horizontal, vertikal, universal dll dengan bentuk konstruksi dan fungsi yang berbeda.
Milling cutter dipasang pada arbor dan diputar oleh mekanisme gerak mesin dengan
menggunakan motor listrik. Pada praktikum Proses Manufaktur kali ini menggunakan
mesin milling horizontal dan vertikal.

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus
a. Mengetahui serta mampu mengoperasikan bagian-bagian dari mesin milling.
b. Melatih praktikan melakukan pekerjaan dalam pembuatan roda gigi, alur pada poros
dengan menggunakan mesin milling dan mengetahui macam-macam pekerjaan yang
dapat dilakukan.

2. PRINSIP KERJA MESIN MILLING


1. Main Drive
Fungsi utama dari main drive adalah untuk menggerakkan spindle yang terletak
pada arbor. Putaran dari motor listrik diteruskan ke speed gearbox dan diteruskan
ke spindle melalui mekanisme belt. Putaran spindle akan menggerakkan arbor dan
memutar milling cutter .
2. Feed Drive
Gerakan ini adalah gerakan pemakanan benda kerja terhadap milling cutter. Dengan
memutar Table Transverse Handwheel untuk menggerakkan table kearah
longitudinal, maka benda kerja akan terpotong oleh milling cutter.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

3. MESIN MILLING
Macam-Macam Mesin Milling
Mesin milling universal
1. Universal milling machine EMCO F3

Gambar 4 : Universal Milling Machine EMCO F3


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Spesifikasi
 Type : Emco F3
 Produksi : Maier & Co - Austria
 Motor
Power : 1,1/1,4 Kw
Speed : 1400/2800 rpm
 Spindle speed (rpm) : 80 -160 – 245 – 360 – 490 - 720 – 1100 – 2200

2. Universal milling machine X6328B

Gambar 5 : Universal Milling Machine X6328B


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Spesifikasi
 Type : X6328B
 Max. drilling diameter : 28 mm
 Max. automatic drilling diameter : 10 mm(cast iron)
 Max. vertical milling diameter : 20 mm
 Spindle speed range rpm : 80 – 5440(V) /38-1310(H)
 Table dimensions : 1120 x 260 mm
 Table travel : 600 x 270 mm
 Main motor : 3 HP
 Overall dimensions : 1710 X 1480 X 2100 mm

3. Universal Milling Machine ZAY7550/1

Gambar 6 : Universal Milling Machine ZAY7550/1


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Spesifikasi

 Max. drilling capacity : 50 mm


 Max. milling capacity (end / face) : 32/100mm
 range of spindle speed(end/face) 50Hz : 80-1250 /38-1 rpm
 Table dimensions : 1000×240 mm
 Power (end/face) : 1.5 kW (2HP) / 1.5 kW

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Mesin Milling vertikal

Gambar 7 : Mesin Milling Vertical


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Spesifikasi
 Type : X6012
 Produksi : Jiangsu - China
 Working table area : 125 x 500 mm
 Spindle speeds range : 120-1830 rpm
 Diameter of mining tool axle : 13,16,22 mm
 Main motor power : 1.5 kW

Mesin Milling Horizontal

Gambar 8 : Mesin Milling Horizontal


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Spesifikasi
 Type : X5012
 Produksi : Jiangsu - China
 Working table area : 125 x 500 mm
 Spindle speeds range : 120-1830 rpm
 Main motor power : 1.5 kW

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Bagian – bagian utama Mesin Milling


Pada dasarnya mesin milling mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
1. Base
Base adalah bagian yang menahan seluruh mesin, didalamnya terdapat bagian
penting mesin seperti speed gear box dan sistem pelumas.

Countershaft gear engagementColumn


Speed Gearbox Overarm

Arborsupport

Countershaft gear
Power feed engagement
spindle drive motor
Table

Speed Change Control Levers


Tabledrive motor Knee
Feed change controls
Saddle

base
Push-button station

Bambar 9 : Bagian Utama Mesin Milling Horisontal


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

2. Saddle
Saddle terletak antara knee dan table. Saddle berfungsi untuk menggerakkan benda
kerja pada table secara transversal.
3. Table
Table terletak diatas saddle, dan mempunyai fungsi sebagai tempat benda kerja.
Table dapat digerakkan ke arah longitudinal.
4. Knee
Knee atau lutut adalah tempat kedudukan saddle, dan knee dapat digerakkan kearah
vertikal (naik/ turun) dengan diatur oleh poros berulir yang menopangnya.
5. Over arm
Merupakan penopang ujung poros frais yang secara umum ditemukan pada mesin
milling horizontal. Bagian ini menentukan penyetelan posisi arbor pada maksimum

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

panjang arbor tersebut dan meng-klemnya pada posisi yang diinginkan. Overarm
terletak diatas base secara horisontal.
6. Spindle
Spindle menyediakan tenaga bagi putaran pisau frais dengan menyalurkannya ke
arbor. Spindle merupakan poros utama mesin milling.
7. Arbor
Arbor adalah tempat kedudukan pahat / pisau frais.
8. Gear box
Gear box merupakan sistem transmisi yang berfungsi untuk mengatur kecepatan
putar pahat.
9. Index dividing head
Merupakan alat yang digunakan untuk memutar / membagi benda kerja melalui
besar sudut tertentu,sehingga menghasilkan pemotongan dengan jarak yang sama.

Kontrol Utama Mesin Milling

2
4

1
3

Gambar 10 : Skema Kontrol Utama Pada Mesin Milling Horisontal


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

1. Variable Speed Control


Digunakan untuk mengatur kecepatan putar milling cutter.
2. Cross Feed
Digunakan untuk menggerakkan saddle ke arah melintang / transversal.
3. Vertical Feed
Digunakan untuk menggerakkan knee dalam arah vertikal.
4. Longitudinal Feed
Digunakan untuk menggerakkan table dalam arah longitudinal.
Kontrol 2, 3, 4 disebut juga dengan Table Transverse Handwheel.

4. PETUNJUK PENGOPERASIAN MESIN


A. Sebelum Menjalankan Mesin
1. Pengecekan mesin yang akan digunakan .
2. Menyiapkan alat –alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.
3. Benda kerja diukur dimensinya, serta lakukan perhitungan secara benar sebelum
dipasang pada table.
4. Benda kerja dipasang pada table, selanjutnya atur posisi benda kerja sehingga
mata pahat menyentuh benda kerja tepat pada sumbu vertikalnya (titik nol).
5. Dari perhitungan, lakukan pengaturan jumlah putaran index crank pada index
plate untuk tiap pemakanan.
6. Atur kecepatan pemotongan sebelum menjalankan mesin, serta atur pula
kedalaman pemotongannya.
7. Mesin dapat dihidupkan.
B. Selama Proses Pengerjaan
1. Pemakanan dilakukan dengan menggerakkan longitudinal feed secara perlahan .
2. Pastikan milling cutter mempunyai pelumasan yang cukup selama proses
pemotongan.
3. Hilangkan chip dari benda kerja dengan kuas.
4. Untuk pemindahan pemotongan ke bagian lain, jauhkan benda kerja dari
jangkauan milling cutter lalu putar index crank sesuai perhitungan.
5. Pengaturan depth of cut hendaknya tidak terlalu besar, sehingga didapat benda
kerja dengan hasil pemotongan yang baik.
6. Matikan mesin jika hendak melakukan pengukuran, atau jika terjadi gangguan
pada mesin.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

C.Setelah Pengerjaan
1. Matikan mesin.
2. Benda kerja dilepaskan dari mesin.
3. Bersihkan benda kerja dan mesin dari chip yang menempel.
4. Kembalikan peralatan ke tempat semula.

5. ALAT – ALAT YANG DIGUNAKAN


1. Mesin Milling
Digunakan untuk pembuatan benda kerja.
2. Jangka Sorong
Digunakan untuk mengukur dimensi benda kerja.
3. Milling Cutter (Modul = 2,25)
Digunakan untuk pemakanan benda kerja.
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pemakanan.
5. Kunci Chuck
Digunakan untuk mengencangkan chuck / pencekam, bentuk matanya biasanya
bujur sangkar.
6. Kunci L
Digunakan untuk mengencangkan tailstock agar selama proses pengerjaan,
kedudukan tailstock tidak berubah.
5. Kunci Inggris
Digunakan untuk mengencangkan benda kerja pada poros berulir dan Mengatur
kedudukan sector arm.
6. Obeng (-)
Digunakan untuk mengatur dan mengencangkan index crank.
7. Poros Berulir
Digunakan sebagai tempat kedudukan benda kerja sebelum dipasang pada chuck.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

6. PENGAMBILAN DATA
Data yang diperoleh
 Waktu tiap kali pemakanan :
NO L Vhtabel nt na t
(mm) (mm/menit) (rpm) (rpm) (detik)
1

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Data Proses
Putaran yang digunakan (n) : ………rpm
Feed motion (s) : ………mm/rev
Diameter cutter (D) : ……...mm
Depth of cut (t’) : ……...mm
Modul(M) : ………mm
Dimensi roda gigi yang dibuat:
Teoritis
1. Diameter kepala (Dk) : ……..mm
2. Diameter pitch (Dp) : ……..mm
3. Jumlah gigi (Z) : ……..
4. Tinggi gigi (H) : ……..mm
5. Tebal gigi (t) : ……..mm
Aktual
1. Diameter kepala (Dk)....................mm
2. Diameter pitch (Dp).......................mm
3. Jumlah gigi (Z) : ……..
4. Tinggi gigi (H)...............................mm
5. Tebal gigi (t)..................................mm
Bahan benda kerja : aluminium

Konstanta bahan 32
kg mm2
Konstanta eksponen :
0,5
Lebar benda kerja : ………mm
Jumlah gigi worm wheel (K) : ………
Jumlah putaran untuk index plate(x): ……….

Rumus Perhitungan
1. Jumlah gigi

dp
Z M

dimana:
Z = Jumlah gigi
dp = diameter pitch (mm)

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

M = modul
2. Diameter Pitch (dp)
dp  dk  2M

dimana:
dk = diameter kepala (mm)
3. Jumlah putaran untuk index plate (X)
K
X
Z (putaran)
dimana:
K = jumlah gigi pada worm wheel
4. Tinggi gigi (H)
H
(mm)
2,25.M

5. Tinggi kepala gigi (hk)


hk 
(mm)
k.M

dimana:

k = faktor tinggi kepala (k = 1, 0.8 , 2)


6. Tinggi kaki gigi (hf)
hf  k.M 
(mm)
ck

dimana :
ck = faktor kelonggaran puncak (ck = 0,25.M)
7. Tebal gigi
.M
t 2 (mm)
8. Feed motion (s)

s  L t' (D  t' )  6 (menit)


Tm.
dimana n
:

L = panjang pemotongan (mm)


t’ = kedalaman pemotongan (mm)
D = diameter milling cutter (mm)
s = feed motion (mm/rev)
n = putaran spindle (rpm)
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Tm = Machining time (mnt)

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

9. Gaya pemotongan (Pz)

Pz  K.t'.sm
(kg)
dimana:
K = Koefisien bahan (Kg/mm2)
s = Feed motion (mm/rev)
t’ = Depth of cut (mm)
m = konstanta eksponen
10. Momen torsi (Mt)

Pz.D
Mt  2 (Kg.mm)
dimana:
D = diameter milling cutter (mm)
11. Daya pemotongan (Nc)
M t.n
Nc  (Kw)
974000
12. Kecepatan pemotongan ( Tm )
 .D.n
v  1000

dimana :

n = putaran spindle (rpm)

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

MESIN BOR
Mesin bor Biasa digunakan untuk membuat lubang (drilling), reaming, dan counter
boring pada benda-benda ferrous maupun non ferrous. Benda kerja diletakkan pada table
dan jika diperlukan dapat dijepit pada ragum (vise) yang biasanya ada sebagai
perlengkapan tambahan pada mesin bor. Selanjutnya ,mata bor yang mendapat daya dan
putaran dari motor listrik ditekankan pada benda kerja tersebut.

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan umum :
a. Pengenalan secara langsung mesin-mesin perkakas serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang mesin-mesin perkakas.
Tujuan khusus :
a. Dapat mengetahui, menguasai dan menjalankan mesin bor.
b. Mengetahui proses dan cara pengeboran benda kerja dengan menggunakan
mesin bor.

2. PRINSIP KERJA MESIN BOR


Mesin Bor mempunyai prinsip kerja yang sama dengan mesin–mesin lainnya,
yaitu:
1. Main Drive
Motor listrik biasa dipakai sebagai penggerak utama pada mesin bor. Putaran pada
motor listrik di transmisikan melalui porosnya ke mekanisme pengatur putaran
mesin berupa pasangan puli bertingkat yang dihubungkan dengan Vee Belt. Dari
puli bertingkat,putaran diteruskan ke spindle mesin. Pada spindle terdapat tool post
sebagai pemegang mata bornya.
2. Feed Drive
Feed drive merupakan gerakan pemakanan mata bor pada benda kerja. Gerakan ini
dilakukan secara manual pada mesin-mesin bor yang sederhana dengan cara
memutar drilling lever sehingga mata bor bergerak ke arah benda kerja.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

3. MESIN BOR
Spesifikasi Mesin Bor
 Type : SB M3
 Produksi : Flott GmbH –German
 Spindle stroke : 125 mm
 Drilling capacity in steel : 25 mm
 Drilling capacity in cast iron : 30 mm
 Motor : 2 speed 0,75/1,1 kW

Bagian – bagian utama Mesin Bor


1. Motor listrik
Motor listrik berfungsi sebagai penyuplai tenaga yang dibutuhkan mesin.
2. Puli bertingkat
Merupakan bagian utama sistem transmisi pada mesin bor, berfungsi untuk
mengatur kecepatan putar dan meneruskan daya dari motor listrik.
3. Vee Belt
Digunakan untuk meneruskan daya dan putaran antara puli bertingkat satu dengan
yang lain.
4. Table
Merupakan tempat meletakkan benda kerja dan alat tambahan lain untuk menjepit
benda kerja, misal vise.

Kontrol Utama Mesin Bor

Gambar 11 : Skema Bench Drilling Machine FLOTT SB


M3 Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses
Manufaktur I

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Keterangan gambar
1. Hood
2. Belt Tensioning Lever
Digunakan untuk mengatur ketegangan belt,sehingga mempermudah dalam
mengatur kecepatan putar yang diinginkan.
3. Drilling Lever
Digunakan dalam proses pemakanan. Drilling Lever mengatur kedudukan mata bor
secara vertikal.
4. Drilling Depth Control
Bagian ini terdapat pada front plate. Drilling depth control digunakan untuk
mengetahui kedalaman pemakanan .
5. Driving Motor
6. Table
7. Base
8. Table Clamp
Table clamp digunakan untuk mengunci kedudukan table.
9. Spindle Head
10. Drilling Chart
11. Rack
12. Front Plate

Gambar 12 : Front Plate Pada Mesin Bor FLOTT SB


M3 Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses
Manufaktur I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Keterangan :
1. Main Switch
Merupakan saklar utama yang berfungsi menghidupkan / mematikan mesin.
2. Two Speed Switch
Digunakan untuk mengatur kecepatan mesin sesuai posisi vee belt pada puli
bertingkat.
3. Emergency Push Button
Merupakan tombol darurat untuk mematikan mesin dengan cepat.
4. Fuse
5. Coolant Switch
Digunakan untuk mengaktifkan coolant.
6. Lighting Switch
Digunakan untik mengaktifkan lampu penerangan.
7. Drilling Depth Scale
Merupakan skala pada sisi luar Drilling Depth Control, digunakan untuk
mengetahui kedalaman pemakanan.

4. PETUNJUK PENGOPERASIAN MESIN


Langkah – langkah Pengerjaan
A Sebelum Menjalankan Mesin
1. Periksa keadaan mesin dan kelengkapannya.
2. Siapkan benda kerja maupun peralatan yang dibutuhkan dalam proses pengeboran.
3. Siapkan benda kerja ( plat atau kayu ), tandai bagian-bagian yang akan di bor
dengan penitik.
4. Pasang mata bor pada drill chuck kemudian jepit dengan erat mata bor dengan
menggunakan kunci drill chuck.
5. Atur kedudukan benda kerja pada table, sehingga mata bor dapat menjangkau
bagian yang akan dibor dengan tepat.
6. Saat posisi mesin mati, turunkan mata bor yang sudah terpasang dengan
menggunakan drilling lever untuk memastikan apakah bagian yang akan dibor
sudah tepat kedudukannya.
7. Kemudian jepit bila perlu benda kerja yang akan dibor dengan menggunakan
ragum.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

8. Apabila benda kerja terlalu besar atau mata bor terlalu dekat jaraknya dengan
benda kerja maka kedudukan table dapat diatur dengan menggunakan table
clamp.
9. Atur kecepatan putar spindle yang sesuai dengan benda kerja.
B. Saat Menjalankan Mesin
1. Nyalakan mesin dengan memutar main switch dan two speed switch, dan lakukan
pengeboran dengan memutar drilling lever.
2. Putar drilling lever dengan perlahan untuk menghindari kerusakan mata bor dan
kerusakan pada benda kerja.
3. Dilarang menggunakan kaos tangan dari bahan berserat saat menjalankan mesin
bor, rapikan sisi baju yang dapat terkena mesin bor terutama pada lengan baju, serta
singkirkan benda yang dapat menghalangi proses pengeboran untuk menghindari
kecelakaan.
4. Segera matikan mesin jika terjadi gangguan.
C. Setelah Pengerjaan
1. Matikan mesin dengan memutar main switch dan two speed switch
2. Benda kerja dilepaskan dari mesin.
3. Bersihkan benda kerja dan mesin dari chip atau geram yang menempel.
4. Kembalikan peralatan ke tempat semula.

Alat – alat yang digunakan


1. Mesin Bor
Digunakan untuk pembuatan benda kerja.
2. Mata Bor
Digunakan sebagai alat untuk melubangi benda kerja.
3. Kunci Drill chuck
Digunakan untuk mengencangkan mata bor pada drill chuck
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengeboran.
5. Waterpass
Digunakan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan tegak lurus dengan mata
bor.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

6. Penitik
Digunakan untuk menandai benda kerja yang akan dibor.
7. Palu
Digunakan untuk memberikan gaya pada penitik.

5. PENGAMBILAN DATA
Data yang diambil
 Tegangan = ....... volt
 Diameter mata bor = ....... mm
 Kecepatan putar = ....... rpm
 Panjang pengeboran = ....... mm
 Banyaknya pemakanan = ....... kali
 Waktu pengeboran = ....... detik

 Konstanta bahan Alumunium = 32


kg mm2
Pengeboran ke- Waktu Pengeboran (menit)
1
2
3
4
5

Catatan : Untuk waktu pengeboran diambil 5 sample kemudian di rata – rata.

Rumus perhitungan
1. Kecepatan pengeboran

v 
.D.n (m/ menit)
1000
dimana:
D = diameter bor (mm)
n = kecepatan putar spindle (rpm)

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

2. Feed Motion ( s )

L.i
s  Tm.n (menit)
dimana:
L = kedalaman pengeboran (mm)
i = banyaknya pemakanan
s = feed motion (mm/rev)
n = putaran mesin (rpm)

3. Momen torsi (Mt)

Mt  C .D1,9. s0,8 (Kg.mm)


dimana:
C = konstanta bahan (kg/mm2)
s = feed motion (mm/rev)

4. Daya pengeboran (Nc)


M t.n
Nc  (Kw)
974000

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

MESIN LAS

Pengelasan digunakan dalam proses penyambungan antara dua logam.


Berdasarkan definisi dari DIN (Deutche Industrie Normen ), las adalah ikatan metalurgi
pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau
cair.
Luasnya penggunaan pengelasan untuk penyambungan ini karena proses pengerjaan yang
relatif sederhana, dapat menjaga berat sambungan tetap ringan, dan secara ekonomis sangat
menguntungkan.

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan umum
a. Pengenalan secara langsung terhadap mesin las serta cara pengoperasiannya.
b. Peningkatan pengetahuan serta ketrampilan tentang proses pengelasan.
Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui, memahami dan melakukan proses pengelasan.
b. Melatih ketrampilan dalam mengoperasikan mesin las.

2. DASAR PENGELASAN
Berdasarkan cara kerjanya, pengelasan dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1. Pengelasan cair
Adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan
sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang terbakar.
2. Pengelasan tekan
Adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan
hingga menjadi satu.
3. Pematrian
Adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan dengan
menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini, logam
induk tidak turut mencair.
Cara pengelasan yang banyak digunakan adalah las busur listrik, yang antara lain
terdiri dari :

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

1. Las Busur Listrik Dengan Elektroda Terbungkus


Metode ini menggunakan kawat elektroda logam yang dibungkus dengan
fluks. Karena panas dari busur maka logam induk dan ujung elektroda tersebut
akan mencair dan kemudian membeku bersama. Selama pengelasan, bahan fluks
yang digunakan untuk membungkus elektroda mencair dan membentuk terak,
yang kemudian menutupi logam cair yang terkumpul di tempat sambungan dan
bekerja sebagai penghalang oksidasi.

Gambar 13 : Skema Las dengan Elektrode Terbungkus


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

2. Las Busur Gas


Las busur gas adalah cara pengelasan dimana gas dihembuskan ke daerah
las untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfer. Las busur
gas terbagi dalam dua kelompok, yaitu:

a. Las Busur gas dengan elektroda tak terumpan.


Pada pengelasan ini menggunakan batang wolfram sebagai elektroda
yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair. Kelompok ini
masih dibagi menjadi pengelasan tanpa logam pengisi dan dengan logam
pengisi. Kelompok ini biasanya menggunakan gas mulia sebagai pelindung,
dan biasa disebut sebagai las TIG (Tungsten Inert Gas Welding). Las TIG
mempunyai dua keuntungan, yaitu kecepatan pengumpanan logam yang dapat

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

diatur terlepas dari besarnya arus listrik, dan kualitas yang baik pada daerah
las.

Gambar 14 : Skema Las TIG


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

b. Las Busur gas dengan elektroda terumpan.


Pada jenis ini, elektroda diumpankan sebagai logam pengisi. Las busur
gas dengan elektroda terumpan menggunakan pelindung gas mulia dan lebih
dikenal sebagai las MIG (Metal Inert Gas Welding). Las MIG banyak
digunakan dalam pengelasan baja kualitas tinggi karena busurnya sangat
mantap dengan percikan yang sedikit, kecepatan las yang tinggi, terak yang
terbentuk cukup banyak, dan tangguh terhadap retak.

Gambar 15 : Skema Las MIG


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I
MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

3. Las Titik.
Salah satu metode pengelasan tekan adalah las titik, dimana las titik
menggunakan metode resistansi listrik. Plat atau lembaran logam dijepit antara
elektrode logam. Ketika elektroda bersinggungan dengan logam dibawah
pengaruh tekanan, terjadilah aliran arus tegangan rendah antara elektroda. Panas
pada bagian logam yang tertekan akan naik dan memaksa logam menjadi satu
sehingga terjadi sambungan las.

Gambar 16 : Mesin Las Titik


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

3. PRINSIP SEDERHANA TRANSFER ENERGI LISTRIK PADA MESIN LAS

Gambar 17 : Prinsip Sederhana Transfer Energi pada Mesin


Las Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Listrik dari sumber kemudian di teruskan melalui mekanisme transformator


sehingga terjadi perpindahan arus listrik dengan mekanisme pemindahan fluks dari
kumparan primer ke kumparan sekunder.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Mekanisme pengaturan arus bisa menggunakan mekanisme menggerakkan


inti atau menggerakkan kumparan pada transformator. Sehingga besarnya fluks dapat
diatur dan besarnya arus juga dapat di atur.

3. MESIN LAS
Mesin Las SMAW
Spesifikasi
 Type : Frowig 205
 Produksi : Fronius – Austria
 Input : 380 V , 3 Ph, 50 Hz, 5 kVA
 Output : 12 - 180 A

Bagian – Bagian Utama

Gambar 18 : Mesin Las SMAW Fronius Frowig 205


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Keterangan :
1. Current regulator
Digunakan untuk merubah arus, sehingga dapat menaikkan atau menurunkan
tegangan yang berfungsi untuk membuat nyala las stabil. Pada current regulator
terdapat :
a. Power switch
Berfungsi sebagai saklar utama untuk menghidupkan current regulator.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

b. Current indicator
Digunakan untuk mengetahui besarnya arus yang digunakan dalam pengelasan.
c. Current adjusting handle
Adalah handle yang digunakan untuk mengatur besarnya arus yang akan
digunakan dalam pengelasan.
2. Tang elektroda
Digunakan untuk memegang elektroda selama pengelasan.
3. Tang massa
Dijepitkan pada benda kerja untuk menghubungkan arus dari current regulator ,
sehingga terjadi loncatan elektron dari tang massa ke elektroda dan menimbulkan
panas.
4. Elektroda

Kontrol Utama

Gambar 19 : Front Panel Pada Mesin Las FROWIG 205 AC – DC


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Keterangan :
1. Power switch
Selain berfungsi sebagai saklar utama,juga digunakan untuk mengatur jenis
pengelasan yang akan digunakan,apakah las dengan elektroda atau las TIG.
2. Welding Current Switch
Digunakan untuk menentukan polaritas pengelasan dan level arusnya.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

3. Gas Post Flow Adjusting Switch


Digunakan untuk mengatur aliran gas mulia pada las TIG
4. Pilot Lamp
5. Current Indicator
Digunakan untuk menghetahui besar arus yang digunakan dalam pengelasan.
6. Lamp for Current Indicator
Lampu yang menunjukkan besar arus pengelasan.
7. Current Adjusting Handle
Handle untuk mengatur besarnya arus pengelasan.
8. Positive Pole Plug
Kutub positif untuk keluaran mesin las.
9. Negative Pole Plug
Kutub negatif untuk keluaran mesin las.
10. Gas Hose Plug
Merupakan tempat untuk pengeluaran gas mulia pada las TIG.

Mesin Las SMAW


Spesifikasi
 Type : Kombi 260 FL
 Produksi : Fronius - Austria
 Input : 380 V, 3 Ph, 50 Hz, 5,8 kVA
 Output : 18.5 A – 260 A

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Bagian – Bagian Utama

Gambar 20 : Mesin Las SMAW Fronius Kombi 260


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Keterangan :
1. Tang massa dan tang elektroda.
Untuk menjepit benda kerja dan elektroda dan mengalirkan arus ke benda kerja dan
electrode.
2. Curent adjusting lever
Untuk mengatur arus pengelasan.
3. Main regulator.
Regulator utama mesin las di dalamnya berisi transformator yang berfungsi untuk
mengubah arus.

Mesin Las MIG

Gambar 21 : Mesin Las MIG Krisbow Thyristor


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Spesifikasi
 Type : Thyristor DC MIG/MAG Welding KW14-143 NBC-350R
 Produksi : Krisbow - Indonesia
 Input : 380 V, 3 Ph, 50 Hz, 18.1 kVA
 Output : 50 – 350 A

Bagian – Bagian Utama

Gambar 22 : Bagian Mesin Las MIG Krisbow Thyristor


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Keterangan :
1. Input Cable
Untuk mengalirkan arus utama
2. Gas Bottle
Untukmenyimpan gas pengelasan
3. Output Cable
Untuk mengalirkan arus keluaran ke electroda

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

4. Controling Cable for Wire Feeding


Untuk mengalirkan arus listrik ke wire feeder
5. Cable for Work Pieces
Untuk mengalirkan arus listrik ke benda kerja (tang massa)
6. Wire Electrode
Untuk pengisi logam las.
7. Welding Torch
Pengumpan electrode dan pengumpan fluks.
8. Heater Cable
Untuk mengalirkan arus ke regulator.
9. Air- FlowMeter
Untuk mengukur debit gas yang keluar.

Kontrol Utama

Gambar 23 : Front Panel MIG Krisbow Thyristor


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Keterangan :
1. Ampere Meter
Untuk menunjukkan arus pengelasan.
2. Voltage Meter
Untuk menunjukkan tegangan pengelasan.
3. Wire Feeder Fuse
Sekring untuk pengaman pengumpan kawat las.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

4. Switch Diameter
Untuk menyesuaikan diameter kawat.
5. Power Fuse
Sekring untuk pengaman regulator utama.
6. Regulator of Arc Extinguishing Current
Regulator untuk memilih arus pengelasan
7. Regulator of Arc Extinguishing Voltage
Regulator untuk memilih tegangan pengelasan
8. Switch Of Acr Extinguishig
9. Switch of Gas
Untuk mengecek gas apakah mengalir atau tidak.
10. Switch of Wire Electrode Selection
Untuk memilih tipe kawat las solid atau core wire.
11. Power Switch
Untuk mematikan atau menghidupkan mesin las.
12. Power Source of Indicator Light
Lampu indicator.
13. Thermal Overload indicator Light
Lampu indicator bila terjadi kelebihan beban.

Mesin Las Titik


Spesifikasi
 Type : Point Welder POT – 32
 Produksi : Krisbow – Indonesia
 Input : 380 V, 3 Ph, 50 Hz, 32 kVA
 Primary : 84 A

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Bagian – bagian Utama

Gambar 24 : Bagian Utama Mesin Las Titik Krisbow Spot Welder


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

Keterangan :
1. Main regulator
Regulator utama di dalamnya terdapat control utama, coling water port, dll.
2. Electrode Arm
Untuk memegang electrode.
3. Electrode
4. Foot Pedal
Untuk melakukan eksekusi pengelasan.

Kontrol Utama

Gambar 25 : Kontrol Mesin Las Titik Krisbow Spot welder


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Keterangan :
1. Welding current regulation switch.
Untuk mengatur arus pengelasan.
2. Welding time regulation switch.
Untuk mengatur waktu pengelasan.
3. Work/ Detect changer.
Untuk memilih kondisi pengelasan atau stand by.
4. Carbon-stee l/ Stainles-steel changer.
Untuk memilih material yang akan di las.
5. Change over switch.
Untuk memilih tegangan input.

4. PETUNJUK PENGOPERASIAN MESIN


Langkah – langkah Pengoperasian Mesin Las SMAW
A. Sebelum Menjalankan Mesin
1. Periksa keadaan mesin dan kelengkapannya.
2. Siapkan benda kerja maupun peralatan lain yang dibutuhkan dalam
proses pengelasan.
3. Siapkan benda kerja yang akan di las. Bersihkan permukaan yang akan dilas
dari kotoran dan minyak.
4. Pasangkan elektroda pada tang elektroda, dan benda kerja dijepitkan pada
tang massa.
B. Saat Menjalankan Mesin
1. Hidupkan mesin las dengan memutar power switch, pilih pengelasan yang akan
digunakan ( las jenis elektroda )
2. Pilih arus yang akan digunakan ( arus AC ). Sesuaikan dengan benda kerja yang
akan dilas serta jenis elektrodanya.
3. Gunakan arus 65 A untuk benda kerja berupa plat dan gunakan arus sebesar
70 A untuk benda kerja berupa besi esser. Pemilihan arus dilakukan dengan
memutar welding current switch.
4. Lakukan pengelasan secara mundur agar hasil lasan tidak cacat. Jaga jarak antara
ujung elektroda dengan bidang las kurang lebih ± 0.5 kali diameter elektrodanya.
5. Pada saat mengelas ambil data yang diperlukan seperti waktu pengelasan.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

6. Untuk data seperti panjang pengelasan dan tebal pengelasan cukup diambil satu
sample.
7. Setelah pengelasan selesai bersihkan terak – terak dari benda kerja yang
telah dilas dengan menggunakan pemukul terak atau sejenisnya.
8. Kemudian uji benda kerja yang telah dilas dengan memberikan beban
pada benda kerja tersebut.
9. Apabila patah atau dirasa belum kuat maka las kembali benda kerja
tersebut. Tetapi apabila sudah kuat maka benda kerja siap di finishing.
C. Setelah Pengerjaan
1. Matikan mesin dengan memutar power switch
2. Bersihkan benda kerja dan mesin..
3. Kembalikan peralatan ke tempat semula.

Peringatan
Sinar yang terjadi pada proses pengelasan dengan elektroda terbungkus berbahaya bagi mata kita. Karena itu

Alat – alat yang digunakan


1. Mesin Las SMAW
Digunakan untuk pembuatan benda kerja.
2. Tang
Digunakan untuk menjepit benda kerja pada saat pengelasan apabila diperlukan.
3. Kacamata las / Topeng Las
Digunakan untuk melindungi mata pada saat proses pengelasan berjalan.
4. Stop watch
Digunakan untuk mengetahui waktu dalam proses pengelasan.
5. Penggaris Siku
Digunakan untuk menentukan kedudukan benda kerja sebelum dilas.
6. Kikir
Digunakan untuk menghaluskan permukaan setelah proses pemotongan.
7. Roll Meter
Digunakan untuk mengukur benda kerja sebelum dan setelah dipotong.
8. Gergaji besi
Digunakan untuk memotong material.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

9. Sikat Kawat
Digunakan untuk membersihkan terak pada benda kerja.
10. Pemukul Terak
Digunakan untuk menghilangkan terak yang menempel pada hasil lasan.
11. Spray Gun
Digunakan untuk finising pada proses mengecat.
12. Cat Besi
Digunakan untuk memberikan warna dan mencegah korosi benda kerja.
13. Kuas
Digunakan untuk meratakan cat di permukaan benda kerja.

5. PENGAMBILAN DATA
Data yang diambil
Jenis bahan = Baja Esser
Tegangan = …… Volt
Arus = …… Ampere
Tebal Las = ........ mm
Panjang Pengelasan = ........ mm
Tahanan = ........ Ohm
Waktu pengelasan = ........ Detik
Faktor daya = 0,8
Tegangan geser = 37,5 kg / mm2

Rumus perhitungan
1. Heat Input ( P)
P  V.I.cos (W )
Dimana :
V = tegangan (Volt)
I = besar arus ( Ampere)
Cos α = faktor daya

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

2. Kekuatan las ( Po )
Po  2.h.L. (Kg)

Dimana :
h = tebal las (mm)
L = panjang pengelasan (mm)
σ = tegangan geser ijin (Kg/mm2)

3. Panas yang timbul ( Q )

Q  0,24.I2RT
(Kalori)
dimana :
R = tahanan (Ohm)
t = waktu pengelasan (detik)

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

POWER HACK SAW

Power hack saw adalah gergaji potong yang gerakannya mendapat daya dari motor
listrik. Mesin ini dapat digunakan untuk memotong benda-benda dari logam ataupun non
logam dengan bentuk silindris maupun bentuk profil. Blade/pisau potong yang dapat
diganti sesuai keperluan merupakan keuntungan tersendiri dari mesin ini.

1. PRINSIP KERJA

Gerakan putar dari motor listrik, dirubah menjadi gerakan lurus bolak-balik oleh
mekanisme yang serupa dengan mesin skrap. Gerakan bolak-balik diteruskan pada frame
yang menjepit blade (pemotong). Karena pada frame terdapat pemberat,maka pada langkah
bolak- balik terjadi perubahan posisi titik berat frame yang mengakibatkan penekanan pada
benda kerja. Untuk menjaga posisi setelah penekanan, maka frame ditahan oleh sebuah
mekanisme hidrolis. Posisi frame akan terus turun ke bawah sampai panjang minimum dari
lengan hidrolis tercapai.

2. SPESIFIKASI ALAT :
 Type : BSM 210 1240
 Produksi : Kasto Machinenbau Gmbh – German

3. BAGIAN UTAMA POWER HACK SAW


Power Hack Saw yang dimiliki Laboratorium Proses Manufaktur I mempunyai
bagian-bagian utama sebagai berikut :
1. Base
Merupakan dasar dari komponen mesin
2. Frame
Berfungsi untuk memegang blade saat pemotongan.
3. Blade
Merupakan pemotong benda kerja dan dapat diganti sesuai keperluan.

4. Speed Change Switch


Digunakan untuk mengatur kecepatan gerak pemotongan.
5. Pressure Release Button

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Digunakan untuk mengurangi tekanan pada mekanisme hidrolis, sehingga frame


dapat terangkat.

Gambar 26 : Bagian utama Power Hack Saw


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

6. Hydraulic Mechanism
Digunakan untuk menjaga kedudukan frame sesaat setelah perubahan kedudukan
pemotongan.
7. Vise
Digunakan untuk menjepit benda kerja. Vise dapat diputar jika diinginkan
pemotongan menyudut.
8. Vise Adjusting Handle
Merupakan handle untuk mengatur pencengkeraman vise.
9. Coolant Hose
Digunakan untuk mengeluarkan coolant / pendingin dari penampungnya.
10. Coolant Pump
Merupakan pompa yang digunakan untuk memberi tekanan pada coolant,sehingga
dapat mencapai kedudukan beda kerja yang lebih tinggi.
11. Main Switch
Main switch adalah saklar utama yang digunakan untuk menghidupkan /
mematikan mesin.
12. Ruler
Digunakan untuk mengukur panjang benda kerja yang akan dipotong

Petunjuk Pengoperasian
1. Siapkan benda kerja, ukur dan tandai bagian yang akan dipotong.
2. Cek keadaan mesin

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

3. Letakkan benda kerja pada vise dan atur posisi pemotongannya. Pastikan
kedudukan blade tepat pada bagian yang akan dipotong. Kemudian kencangkan
vise dangan memutar handle-nya sehingga benda kerja tercengkeram dengan baik.
4. Atur posisi coolant hose (jika pemotongan memerlukan coolant) pada bagian yang
akan dipotong, pastikan kran dalam posisi terbuka jika akan coolant akan
digunakan.
5. Atur posisi blade pada permukaan benda kerja , kemudian hidupkan mesinnya.
6. Gunakan kecepatan yang sesuai dengan mengatur posisi switch.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

MESIN PRESS
Mesin press digunakan untuk pengepresan pada proses pengerjaan dingin dan
beberapa proses pengerjaan panas. Mesin press cocok digunakan untuk produksi benda
dari logam tipis yang tidak membutuhkan ketepatan tinggi.

Spesifikasi Alat:
 Type : NSP 15
 Produksi : Nagasaki Jack – Japan
 Max. Capacity : 15 ton

Bagian Utama Mesin Press


3

5
4

Gambar : 27 Mesin Press Manual Nagasaki Jack


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

Keterangan :

1. Tuas penekan
Digunakan dalam proses penekanan dengan menggerakkan secara
vertikal bolak-balik .
2. Indikator tekanan
Menunjukkan besarnya penekanan pada benda kerja.
3. Kran pengatur katup tekanan
Untuk mengatur posisi katup pada sistem hidrolik mesin sehingga tekanan dapat
diberikan pada benda kerja ataupun dilepas setelah proses penekanan selesai
dilakukan.
4. Lengan penekan
5. Roda pengatur lengan penekan
Digunakan untuk mengatur panjang lengan penekan yang dibutuhkan.
6. Table

Petunjuk Pengoperasian
1. Letakkan benda kerja pada table.
2. Tutup katup penekan dengan mengatur kran.
3. Atur posisi dan panjang lengan penekan (jika dibutuhkan mal/pola tekan, maka
diletakkan dibawah lengan penekan)
4. Lakukan penekanan dengan menggerakkan tuas penekan sampai
terbentuk benda kerja yang diinginkan.
5. Buka katup tekanan dan benda kerja dapat dilepas dari table.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

MESIN TEKUK
Mesin tekuk digunakan untuk membuat bentuk bersudut pada benda kerja logam
yang tipis.

Bagian Utama Mesin Tekuk

Gambar 29: Mesin Tekuk


Sumber : Dokumentasi Laboratorium Proses Manufaktur I

1. Rahang Penjepit
Digunakan untuk menjepit benda kerja
2. Lengan Hidrolis
Digunakan untuk membantu proses penekukan.
3. Tuas Penekuk
Digunakan untuk menggerakkan rahang penekuk.
4. Pedal Penjepit
Digunakan untuk menggerakkan rahang penjepit.
5. Pengunci
Digunakan untuk mengunci posisi pedal penjepit.
6. Meja Rentang
Berfungsi untuk meletakkan benda kerja.

MODUL PRAKTIKUM
MODUL PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR

7. Rahang Penekuk
Digunakan untuk membentuk tekukan dengan sudut tertentu pada benda
kerja.

Petunjuk Pengoperasian
1. Ukur dan tandai bagian benda kerja yang akan dibentuk.
2. Letakkan benda kerja pada meja rentang dengan posisi bagian yang
akan ditekuk pada bibir rahang penekuk.
3. Jepit benda kerja dengan menekan pedal penjepit dan kunci posisi
pedal penjepit dengan menekan pengunci jika diperlukan.
4. Gerakkan tuas penekuk untuk menggerakkan rahang penekuk sehingga
benda kerja membentuk sudut yang diinginkan.
5. Lepaskan jepitan benda kerja dengan membuka kuncian pada pedal penjepit.

MODUL PRAKTIKUM

Anda mungkin juga menyukai