Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KETEKNIKAN

PRAKTIK MESIN BUBUT (MILING)

PENGELASAN (WELDING)

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Dasar Keteknikan

Dosen Pembimbing : Slameto, ST.,M.Eng

Disusun oleh:

Cintya Dwi Agustina

171724006

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
I. TUJUAN

1.1 Mesin Bubut (miling)

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengoprasikan mesin bubut sesuai


prosedur.

2. Mahasiswa dapat memahami proses pembubutan pada benda kerja.

3. Membuat benda kerja sesuai dengan job sheet sesuai prosedur.

4. Mahasiswa dapat mengetahui bagian-bagian dari mesin bubut dan cara


kerjanya.

5. Melatih ketekunan, keuletan, dan ketelitian dalam menyelesaikan


pekerjaan.

1.2 Pengelasan (welding)

1. Mahasiswa diharapkan dapat mengenali teknik pengelasan dengan benar


dan sesuai prosedur.

2. Mahasiswa mampu mengoperasikan mesin las dengan baik

3. Mahasiswa mengetahui penyebab dan kendala dalam teknik pengelasan.

II. LANDASAN TEORI


2.1. Mesin Bubut
2.1.1 Pengertian Mesin Bubut
Mesin Bubut adalah suatu mesin perkakas yang berkerja untuk
membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerak utamanya
adalah berputar.Prisip kerjanya gerak makan dilakukan oleh pahat
dan gerak potong dilakukan beda kerja, dimana pahat bergerak
translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja dan benda
kerja bergerak dengan berputar. Gerakan putar dari benda kerja
disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat
disebut gerak umpan.
Dalam mesin bubut dapat melakukan gerakan-gerakan untuk
membentuk benda kerja, diantaranya :
a. Gerakan Berputar
Kecepatan putar benda kerja digerakkan pada pahat, dan
dinamakan “kecepatan potong.
b. Gerakan Memanjang
Pahat digerakkan translasi secara memanjang sumbu
benda kerja. Gerakan ini disebut gerakan pemakanan (feeding).
c. Gerakan Melintang
Pahat digerakkan translasi secara melintang sumbu
benda kerja. Gerakan ini disebut gerakan pemotongan
permukaan

2.1.2 Bagian-Bagian Utama Mesin Bubut

BAGIAN – BAGIAN YANG PENTING OPERASI PEMERIKSAAN


1. Kepala Tetap dengan Kotak Roda Gigi A. Roda Pengontrol Gerak
2. Kotak Roda Gigi Ulir B. Engkol Penghubung
3. Pelat Cekam C. Tuas pemindah putaran pemakanan
D. Tuas penghubung kekasaran
4. Alas
pemakanan
5. Sumbu Pembawa Untuk Ulir E. Pemindah kecepatan putaran
6. Sumbu Pembawa Untuk Pemotongan F. Alat pemutus otomatis transportur
7. Eretan G. Tuas penghubung otomatis eretan
H. Tombol pemakan otomatis
8. Roda Pemutar Eretan
membujur
9. Eretan Melintang I. Tuas otomatis ulir
10. Pemutar Eretan Melintang J. Sakelar Mesin
11. Eretan atas K. Sakelar Utama
12. Pemutar Eretan Atas L. Sakelar Pengubah arah
13. Tempat Pahat M. Sakelar pompa air dingin
14. Kepala Lepas
15. Pemutar Kepala Lepas

1. Kepala tetap (head stock)


Kepala tetap berungsi untuk menempatkan chuck atau
pencekam beda kerja yang akan dibubut. Terdapat 2 jenis kepala
tetap yaitu, kepala tetap dengan 3 rahang yang berfungsi
mencekam benda kerja berbentuk silindris dan kepala tetap dengan
4 rahang yang berfungsi mencekam benda kerja berbentuk segi
empat ataupun silindris. Didalam kepala lepas terdapat puli yamh
dihubungkan degan motor penggerak melalui belt (sabuk). Untuk
mengubah kecepatan dan arah putaran mesin, puli ini dihubungkan
dengan poros spindle mesin melalui susunan roda gigi transmisi
didalam gear box (kotak roda gigi)
2. Kepala Lepas (tail stock)
Kepala lepas adalah
bagian mesin bubut yang
letaknya sebelah kanan
mesin dan dipasang diatas
bed mesin. Kepala lepas
berfungsi untuk memasang
senter yang digunakan
sebagai penumpu ujung benda kerja dan sebagai dudukan penjepit
mata bor pada saat melakukan pengeboran. Tail stock ini dapat
digeser sepanjang meja mesin.
3. Handle
Handle memiliki fungsi
sebagai pengatur kecepatan
mesin bubut yang disesuaikan
dengan putaran benda kerja
yang akan digunaka. Handle
dapat diatur sesuai dengan
putaran benda kerja dan telah
disesuaikan pada tabel.
4. Meja Mesin (bed)
Meja mesin bubut berfungsi sebagai tempat dudukan kepala
lepas, eretan, penyangga diam (steady rest) dan merupakan
tumpuan gaya pemakanan waktu pembubutan.
5. Eretan Memanjang dan Melintang
Eretan terdiri atas eretan
memanjang (longitudinal carriage)
yang bergerak sepanjang alas
mesin, eretan melintang (cross
carriage) yang bergerak melintang
alas mesin dan eretan atas (top
carriage), yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan di atas
eretan melintang. Fungsi eretan ini adalah untuk menjepit
pahatbubut dan memberikan pemakanan yang besarnya dapat
diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur dengan
ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Serta eretan
dapat digerakan secara otomatis ataupun manual.
6. Chuck
Chuck berfungsi sebagai tempat untuk memegang benda kerja.

7. Rumah Pahat
Rumah pahat memiliki fungsi untuk mencekam pahat yang
digunakan dalam membubut. Rumah pahat dapat dukur
ketinggiannya dengan memutar baut.
8. Eretan atau Sadel
Eretean berfungsi untuk
membawa benda kerja bergerak menuju
kepala tetap agar dapat dibubut. Eretan
dapat digerakkan sepanjang meja mesin
(bed) secara otomatis ataupun manual.
Eretan ini dilengkapi eretan melintang
untuk bubut secara melintang untuk
menghasluskan permukaan.
8. Keran pendingin
Keran pendingin digunakan untuk menyalurkan pendingin
(collant) kepada benda kerja yang sedang dibubut dengan tujuan
untuk mendinginkan pahat pada waktu penyayatan sehingga dapat
menjaga pahat tetap tajam dan panjang umurnya. Hasil
bubutannyapun halus.
9. Senter – Senter Mesin Bubut
Senter pada mesin bubut
haruslah dipasang secara akurat
diakrenakan senter yang dipasang
tidak akurat maka akan
mempengaruhi ketirusan yang akan
mempengaruhi bentuk benda kerja.
10. Pahat
Pahat yang akan dijadikan
sebagai alat dalam memakan
benda kerja terlebih dahulu
diruncingkan dan dibuat sudut.
Setelah sudut selesai dibuat pahat
dipasang pada rumah pahat untuk
digunakan sebagai alat untuk
memakan benda kerja pada saat pembubutan melintang dan
memanjang.

2.2 Pengelasan
2.2.1 Pengertian Pengelasan
Pengelasan listrik adalah salah satu cara menyambungkan
logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang terdapat
elektroda yang diarahkan ke permukaan logam. Pada mesin las
listrik sebagai sumber energi proses pengelasan adalah arus listrik.
Elektroda adalah logam pengisi atau bahan tambah yang dicairkan
untuk mengisi celah sambungan las pada benda kerja las yang
akan disambung. Dimana elektoda akan mencair apabila terkena
busur listrik yang telah dialiri arus. Kampuh las akan terbentuk
sesuai dengan gerakan tangan dalam menjalankan elektroda.

2.2.2 Gerakan Elektroda


a. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda yang berfungsi
mengatur jarak busur listrik agar stabil.
b. Gerakan ayunan elektroda, yang berfungsi untuk mengatur lebar
jalur las atau kampuh yang akan dihasilkan. Ayunan ketas
menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah
menghasilkan jalur las yang lebar.
2.2.3 Perlengkapan Las
Perlengkapan las yang terutama untuk melakukan
pengerjaan pengelasan adalah sebagai berikut :

1. Pembangkit listrik

Pada praktikum ini arus


yang digunakan adalah arus AC.
Pesawat arus bolak-balik pada
dasarnya merupakan suatu
transformator “step-down” yang
dapat mengubah tegangan arus
listrik misalnya listrik permulaan
(120 atau 220 Volt) menjadi tegangan kecil yang menghasilkan
arus besar yang sesuai untuk pekerjaan mengelas.

2. Pemegang elektroda

Perlengkapan ini berfungsi untuk menjepit atau memegang


elektroda. Alat ini harus memenuhi syarat diantaranya tidak
mudah panas, ringan, dan isolator cukup aman bagi sipemakai.

3. Penjepit masa

Bagian logam yang akan di las berfungsi sebagai kutub


negatif (masa). Alat ini dapat langsung dijepitkan pada logam
yang akan dikerjakan atau dapat juga dijepitkan pada meja kerja
(meja besi). Kontak dengan masa ini harus baik agar diperoleh
hasil pekerjaan yang baik pula. Kontak yang tidak baik akan
menimbulkan panas yang berarti penggunaan tanaga untuk
menghasilkan bunga api yang sesuai.

4. Topeng las

Seperti telah dikemukakan bahwa


bunga api las menghasilkan jenis-jenis
sinar berbahaya terutama mata dan kulit.
Oleh karena itu diperlukan alat pelindung
khusus yang berupa kaca mata hitam yang
terpasang pada helm/topeng muka.

5. Elektroda

Elektroda atau kawat las


tersedia dalam ukuran standar,
baik dimensi ataupun jenis
bahanya. Pada prisipnya jenis
bahan elektroda hampir serupa
dengan bahan logam yang akan di las beberapa macam elektroda
untuk penggunaan khusus misalnya untuk lapisan permukaan,
las tembaga dan paduan tembaga, alumunium, besi tuang,
mangan, paduan nikel dan baja nikel – mangan. Dalam
mengelas posisi elektroda harus tegak lurus dan miring 700-800
untuk menghasilkan alur lasan yang baik.

6. Meja las

Meja las sebagai tempat


penjepit masa dan tempat benda
kerja yang akan dilas untuk lebih
memudahkan dalam posisi
mengelas.
7. Lain-lain

Perlengkapan tambahan yang diperlukan ialah palu las,


alat ini berguna untuk melepaskan kerak pada permukaan yang
di las. Tang, untuk memegang benda kerja setelah dilas. Sikat
kawat, utuk membersihkan sisa terak.

2.2.4 Metode pengelasan


A. Las Maju
1. Jika benda kerja terletak horizontal maka arah pengelasan maju
kekiri.
2. Hasil bakar las dihasilkan dari kanan kekiri.
3. Kecepatan gerakan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan
dengan gerakan geser yang sesuai.
B. Las mundur
1. Jika benda kerja terletak vertikal maka arah pengelasan dari
atas kebawah.
2. Hasil bakar las dihasilkan dari depan kebelakang
3. Kecepatan gerakan tidak terlalu cepat dan tidak terlalu pelan
dengan gerakan geser yang sesuai.
2.2.5 Posisi Pengelasan

Posisi pengelasan atau sikap pengelasan adalah pengaturan


posisi dan gerakan arah dari pada elektroda sewaktu mengelas.
Adapun pisisi mengelas terdiri dari empat macam yaitu:

1. Posisi di Bawah Tangan

Posisi di bawah tangan yaitu suatu cara pengelasan yang


dilakukan pada permukaan rata/datar dan dilakukan dibawah
tangan. Kemiringan elektroda las sekitar 10º - 20º terhada garis
vertikal dan 70º - 80º terhadap benda kerja.
2. Posisi Tegak (Vertikal)

Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah


pengelasannya keatas atau kebawah. Pengelasan ini termasuk
pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir
atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan
kemiringan elektroda sekitar 10º - 15º terhada garis vertikal dan
70º - 85º terhadap benda kerja.

3. Posisi Datar (Horisontal)

Mengelas dengan horisontal biasa disebut juga mengelas


merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah
elektroda mengikuti horisontal. Sewaktu mengelas elektroda
dibuat miring sekitar 5º - 10º terhada garis vertikal dan 70º - 80º
kearah benda kerja.

4. Posisi di Atas Kepala (Over Head)

Posisi pengelasan ini sangat sukar dan berbahaya karena


bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh
karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap antara
lain: Baju las, sarung tangan, sepatu kulit dan sebagainya.
Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas
juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5º - 20º terhada garis
vertikal dan 75º - 85º terhadap benda kerja.

Beberapa aspek kajian yang perlu diperhatikan pada saat


melakukan pengelasan antara lain :
a. Pemilihan elektroda sesuai dengan jenis material benda kerja.
b. Sudut pengelasan (berkisar antara 60O – 70O ).
c. Pengaturan tinggi busur las.
d. Pembacaan simbol las.
e. Keterampilan mngelas pada berbagai jenis sambungan.
f. Pengaturan besar kecilnya ampere sesuai dengan pemakaian.
g. Menguasai gerakan ayunan mengelas.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Mesin bubut
Alat :
1. Mesin bubut
2. Jangka sorong
3. Kuas
4. Pahat (kasar, lurus)
5. Kunci chuck drill
Bahan :
1. Benda kerja (silinder pejal) diameter 25 mm ; panjang 102 mm
2. Cairan pelumas
APD (Alat Pelindung Diri) :
1. Kaca mata kerja
2. Sarung tangan

3.2 Pengelasan (Welding)


Alat :
1. Trafo arus bolak-balik (AC)
2. Probe elektroda
3. Kabel las
4. Sikat kawat
5. Meja besi/ meja las (welding)
6. Benda pukul (besi)
Bahan :
1. Benda kerja (plat)
2. Batang elektroda
APD (Alat Pelindung Diri) :
1. Apron
2. Facehelmet
3. Sarung tangan
4. Safety shoes
IV. CARA KERJA
4.1. Mesin Bubut
Pada praktikum dasar keteknikan, terdapat tahapan-tahapan dalam
membuat benda kerja sesuai dengan jobsheet, tahapannya ialah
1. Mempersiapkan peralatan K3 seperti kacamata dan sarung tangan guna
melindungi diri pada saat praktikum.

2. Siapkan alat dan bahan, dengan benda kerja berupa silinder dengan
tinggi awal 107.5 mm dan lebar diameter 25 mm yang telah diukur
menggunakan jangka sorong.

3. Memposisikan benda kerja pada kepala tetap.


4. Letakkan pahat pada rumah pahat dan mengukur ketepatan pisau
potong menggunakan center (center berputar) pada mesin bubut
hingga sesuai dengan diameter benda agar pemakanan bubut merata.
5. Nyalakan mesin bubut dengan posisi awal nol dan bubut melintang
untuk menghaluskan permukaan.
6. Setelah bubut melintang, eretan diatur kembali pada posisi nol kembali
untuk mempermudah pengerjaan pada benda kerja sesuai dengan
jobsheet.
7. Dalam jobsheet benda dibubut menjadi ukuran 100mm dengan
diameter bertingkat yang berbeda-beda melalui 3 tahapan.

Gambar jobsheet mesin bubut

8. Pertama bubut memanjang benda kerja hingga 60 mm dengan banyak


eretan sebanyak 4x putaran 150 (ketelitian 0.1 mm), lalu bubut
melintang diameter 22mm dengan banyak eretan sebanyak 75 bagian
(ketelitian 0.04 mm).
9. Bagian kedua dibubut secara bertingkat dengan bubut memanjang
benda kerja yang dihasilkan hingga 35 mm dengan banyak eretan
sebanayak 2x putaran 150 dan 50 bagian (ketelitian 0.1 mm), dan
diameter 19mm dengan membubut melintang sebanyak 75 bagian
(ketelitian 0.04 mm).
10. Bagian ketiga dibubut kembali secara bertingkat dengan bubut
memanjang sebesar 15mm dengan banyak eretan 1x putaran 150
(ketelitian 0.1 mm) dengan diameter 16 mm dengan membubut
melintang sebanyak 75 bagian (ketelitian 0.04 mm).
11. Lalu beda kerja dilepaskan dari kepala tetap dan mengubah posisi
benda kerja untuk membubut melintang bagian permukaan sisi
keduanya.
12. Bubut melintang benda kerja
hingga ukuran benda kerja
sebesar 100 mm dengan diameter
25 mm.
13. Setelah benda kerja jadi ukur kembali dengan jangka sorong.
14. Apabila proses pemotongan setiap tahapnya sudah selesai, bersihkan
mesin bubut dengan membuang potongan potongan besi dan beri
cairan pelumas pada bagian bagian mesin.

4.2 Pengelasan (Welding)


Pada praktikum pengelasan, dibutuhkan beberapa tahapan untuk
menghasilkan kampuh yang baik, tahapan tersebut diantaranya :
1. Siapkan peralatan K3 untuk praktikum pengelasan seperti Facehelmet,
Apron serta sarung tangan untuk melindungi diri dari percikan las saat
melakukan pengelasan.

2. Siapkan alat dan bahan , dengan alat meja welding, trafo serta bahan
seperti pelat dan elektroda.
3.Aktifkan trafo dengan menghubungkan connector – trafo ke salah satu
bagian meja welding dan pada connecetor + dipasangkan elektroda.
4. Letakkan benda kerja (pelat) pada meja kerja, kemudian dekatkan
elektroda ke benda kerja dengan mengatur jarak antara pelat dan ujung
elektroda namun elektroda jangan sampai menempel pada pelat agar
tidak terjadi konslet.
5. Setelah ada percikan las lalu elektroda digerakkan kebawah
membentuk garis lurus dengan ketebalan tertentu.
6. Setelah terbentuk kampuh yang sesuai maka pisahkan kampuh dengan
hasil lasan dengan cara memukul kampuh menggunakan palu hingga
hasil lasan terlihat.
7. Lalu lakukan pengelasan kembali dan pisahkan kembali hasil lasan
dengan kampuh.
8. Setelah hasil lasan terlihat maka bersihkan kotoran-kotoran pada pelat
dengan kawat besi, sehingga hasil lasan akan terlihat jelas.
9. Setelah proses pengelasan selesai maka matikan trafo dan bersihkan
kotoran-kotoran hasil pemukulan kampuh las yang berada pada sekitar
tempat kerja pengelasan.

V. PEMBAHASAN
5.1 Mesin Bubut
Pada praktikum dasar keteknikan dengan praktik mesin bubut
(miling) didapatkan benda kerja dengan ukuran awal yaitu 107.50 mm
dan dibubut sesuai jobsheet menjadi ukuran 100mm.
Pembubutan dilakukan 3 tingkat bagian yaitu
- bagian pertama dengan panjang 60 mm dan diameter 22 mm dengan
membubut panjang 4x putaran 150 (ketelitian 0.1 mm) dan bubut
melintang dengan memutar eretan sebanyak 75 bagian (ketelitian 0.04
mm)
- bagian kedua dengan panjang 35mm dan diameter 19 mm dengan
membubut panjang sebanyak 2x putaran 150 dan 50 bagian (ketelitian
0.1 mm) . Dan bubut melintang dengan memutar eretan sebanyak 75
bagian (ketelitian 0.04 mm)
- bagian ketiga dengan panjang 15 mm dan diameter 16 mm dengan
membubut panjang 1x 150 putaran (ketelitian 0.1 mm) dan bubut
melintang sebanyak 75 bagian (ketelitian 0.04 mm).

Setelah memebentuk tingkatan mka benda kerja dibubut kembali


pada sisi sebelahnya hingga memiliki panjang 100 mm. Berikut data
yang diperoleh dari praktikum

Ukuran
Teori Praktik
Panjang 100 99.95
60 60.05
35 34.95
15 14.95

Diameter 25 25
22 22
19 19
16 15.95

Dengan toleransi sebesar 0.1 mm, maka benda kerja yang telah
dibubut masuk kedalam toleransi. Ketidaktepatan dalam hasil dapat
disebebkan beberapa faktor diantaranya tingkat kepresisian mesin yang
kurang tinggi, serta pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
yang kirang tepat akibat rahang jangka sorong yang mulai terbuka
sehingga saat digunakan untuk mengukur hasil bubutan tidak akurat.

5.2 Pengelasan (Welding)


Pengelasan listrik adalah salah satu cara menyambungkan logam
dengan jalan menggunakan nyala busur listrik dengan sumber energy
arus listrik yang terdapat pada elektroda. Lelehan dari elektroda akan
mengisi ruang plat yang kosong sehingga kedua logam akan
terbambung.
Dalam praktikum dasar keteknikan pengelasan, disediakan benda
kerja dengan ukuran 100mm x 100mm, dimana jobsheet mengharuskan
mahasiswa membuat 3 garis lurus las pada benda kerja. Dalam praktek
penulis mengalami beberapa kendala dimana plat mengalami
kebolongan karena tekanan dan arus yang tinggi pada elektroda, serta
hasil kampuh yang tidak lurus dan ketebalan hasil lasan yang masih
kurang. Selain itu dalam praktikum terdapat kendala dimana aliran
listrik yang tiba-tiba mati akibat overheat dan menyebabkan proses
pengelasan terhenti.
Bentuk kampuh dipengaruhi oleh arus pada mesin las, dimana
pada saat arus terlalu kecil menyebabkan bentuk kampuh terlihat kecil
dan apabila arus terlalu besar maka bentuk kampuh akan terlihat cair.
Maka dari itu pengaturan arus harus sesuai agar tidak terjadi overheat
atau pun arus kecil.
Dalam hasil praktikum didapatkan hasil lassan seperti gambar berikut

3
2
1

 Pada hasil no (1), didapat hasil lasan yang kurang rapih pada bagian
awal dikarenakan kurang kestabilan pergeseran elektroda sehingga
tekstur dari hasil lasan tidak merata.
 Pada hasil no (2), garis telah terbentuk lurus dan pergeserah elektroda
telah terkontol namun ketebalan dari lasan masih kurang maksimal.
 Pada hasil no (3), terjadi pemutusan aliran sehingga elektroda sekejap
mati dan membuat proses pengelasan terhenti sesaat, dengan begitu
hasil lasan kurang maksimal akibat adanya sambungan dari lelehan
elektroda.

VI. KESIMPULAN
6.1 Mesin Bubut
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Untuk mendapatkan hasil bubut yang sesuai dengan jobsheet maka
harus teliti dalam membaca jangka sorong
2. Sebelum melakukan pembubutan cek terlebih dahulu bagian bagian
seperti eretan bubut panjang agar selalu diangka nol untuk
menghasilkan ukuran yang akurat.
3. Dalam pengukuran benda kerja, cek terlebih dahulu jangka sorong
yang akan digunakan. Pilih lah jangka sorong yang memiliki rahang
rapat tanpa ada celah.
4. Pada saat pembubutan manual usahakan memutar eretan secara
perlahan agar tidak terjadi kelebihan mesin dalam memakan benda
kerja.
6.2 Pengelasan (Welding)
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa :
1. Untuk mendapatkan hasil lasan yang sesuai maka harus mengontrol
kecepatan menggeser elektroda. Jika terlalu cepat dalam menggeser
elektroda maka hasil lasan akan tipis. Dan jika terlalu lambat dalam
menggeser elektroda maka akan dihasilkan tekanan yang tinggi dan
menyebabkan plat bolong.
2. Perlu dilakukan latihan yang cukup untuk menghasilkan hasil lasan
yang sesuai ketebalan dan lebarnya.
3. Pada saat trafo overheat maka trafo sebaiknya dimatikan terlebih
dahulu untuk menghindari terhentinya proses pengelasan pada
praktikum.
4. Jarak elektoda dengan plat sangat mempengaruhi hasil lasan, jika jarak
terlalu dekat maka hasil akan menumpuk ke atas dan jika jarak terlalu
jauh maka dapat menyebabkan elektoda mati.
5. Arus akan mempengaruhi hasil lasan, dimana pada arus kecil maka
hasil lasan akan kecil pula sedangkan jika arus sangat tinggi maka
hasil lasan akan terlihat lebih cair.

VII. DAFTAR PUSTAKA


 https://arlensimanjuntakk.wordpress.com/belajar-mesin-bubut/bagian-
bagian-mesin-bubut/
 teknikmes.blogspot.co.id/2012/11/pengertian-las-listrik.html?m=1
 zaenuss.blogspot.co.id/2011/04/?m=1

Anda mungkin juga menyukai