Anda di halaman 1dari 21

Laporan Khusus

Laboratorium Satuan Operasi dan Proses

SEDIMENTASI

Disusun Oleh:
Arifin Insani Hasibuan
2204103010055

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2024
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam-Banda Aceh 23111

LEMBARAN PENGESAHAN

Laporan Laboratorium Satuan Operasi dan Proses disusun oleh:


Nama : Arifin Insani Hasibuan
NIM : 2204103010055
Judul Praktikum : Sedimentasi

Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat mengikuti ujian final mata
kuliah “Praktikum Teknik Kimia I” pada Laboratorium Satuan Operasi dan Proses.

Darusalam, 28 Februari 2024


Dosen Pembimbing, Praktikan,

Ir.Abu Bakar, S.T., M.T. Arifin Insani Hasibuan


NIP. NIM. 2204103010055

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Satuan Operasi dan Proses

Dr. Ir. Adisalamun, M.T.


NIP. 196705271993031003

i
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam-Banda Aceh 23111

IZIN MELAKUKAN PRAKTIKUM


LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES

Kelompok : B-4
Nama/NIM : Arifin Insani Hasibuan /2204103010055
Muhammad Razan Atallah /2204103010040
Abdul Mutaal /2204103010058

Melakukan percobaan di Laboratorium Satuan Operasi dan Proses


Percobaan : Sedimentasi
Hari / Tanggal :
Pukul : 08.00 – Selesai
Pembimbing percobaan telah menyetujui atas penggunaan segala fasilitas di
Laboratorium Satuan Operasi dan Proses untuk melakukan percobaan di atas.

Darussalam, 28 Februari 2024


Pembimbing,

Ir.Abu Bakar, S.T., M.T.


NIP.

LEMBARAN PENUGASAN

ii
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
Jln. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam-Banda Aceh 23111

Percobaan : Sedimentasi
Kelompok : B-4
Nama/NIM : Arifin Insani Hasibuan /2204103010055
Muhammad Razan Atallah /2204103010040
Abdul Mutaal /2204103010058

Darussalam, 28 Februari 2024


Pembimbing,

Ir.Abu Bakar, S.T., M.T.


NIP.

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, kesehatan dan kesempatan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan “Laporan Khusus Sedimentasi” pada praktikum Operasi Teknik
Kimia. Tak lupa pula shalawat beserta salam penyusun ucapkan kepada Baginda
Besar Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian.
Penyusunan laporan khusus ini merupakan prasyarat untuk mengikuti ujian
final dari Praktikum Operasi Teknik Kimia. Dalam penyusunan laporan ini
penyusun banyak mendapatkan bantuan dan saran dari berbagai pihak, untuk itu
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis seluruh saudara yang senantiasa memberikan
dukungan moril dan materil dalam menempuh jenjang pendidikan.
2. Bapak Dr. Ir. Adisalamun, M.T selaku Kepala Laboratorium Operasi
Teknik Kimia.
3. Bapak Ir.Abu Bakar, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing modul
“Sedimentasi”
4. Saudara Intan Syarwani selaku asisten modul “Sedimentasi’’, dan
5. Teman – teman kelompok B-4, beserta teman - teman Teknik Kimia
angkatan 2022 yang telah memberikan masukan dan nasehat dalam
penyusunan laporan ini.
Penyusun menyadari dalam penyusunan laporan ini mungkin masih
terdapat kekurangan, jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan di
masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Darussalam, 28 Februari 2024

Penyusun

iv
v

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses sedimentasi adalah salah satu teknik penting dalam industri untuk
mengendapkan partikel-padatan dari larutan. Proses ini memiliki aplikasi
yang luas, termasuk dalam pemurnian air limbah, pengolahan air sungai,
pengendapan partikel pada bahan makanan cair, pengendapan kristal dari
larutan, dan penanganan limbah lumpur dalam industri pengeboran minyak
bumi. Laporan ini bertujuan untuk menyelidiki peran dan metode sedimentasi
dalam industri serta dampaknya terhadap lingkungan dan keberlanjutan
(Hasan, 2020)

Angkutan sedimentasi merupakan salah satu aspek penting dalam


manajemen sumber daya alam yang terkait dengan perpindahan dan
pengendapan material sedimen di lingkungan alami, terutama di perairan
sungai, danau, dan laut. Sedimen dapat berupa partikel-partikel padatan yang
terbawa oleh aliran air atau hasil dari proses geologis alami seperti erosi dan
pelapukan. Fenomena sedimentasi ini dapat memiliki dampak signifikan
terhadap ekosistem air, navigasi kapal, infrastruktur, dan kegiatan manusia
lainnya yang tergantung pada kondisi aliran air yang bersih dan bebas
hambatan.

Pengelolaan angkutan sedimentasi menjadi krusial untuk memahami


dinamika aliran sungai, pengembangan strategi mitigasi banjir, pemeliharaan
saluran navigasi, serta konservasi habitat air. Selain itu, memahami pola dan
perilaku sedimen juga penting dalam pengelolaan sumber daya alam yang
terkait dengan pencemaran lingkungan dan perubahan iklim (Wang, 2020)

Secara temporal maupun spasial, perubahan karakteristik sedimen menjadi


suatu hal yang penting dalam rekonstruksi proses pengendapan pada
sedimentasi. Iklim, geomorfologi, maupun kondisi dan proses geologi yang

v
vi

lainnya mempengaruhi komposisi sedimen salah satunya adalah laut.


Perubahan permukaan laut relatif (berdasarkan eustasi global dan tektonik)
menambah atau mengurangi ruang akomodasi. Kondisi morfologis
menentukan pola sedimentasi dan erosi selanjutnya. Proses iklim mengontrol
input sedimen berdasarkan jenis dan intensitas pelapukan, laju eorsi dan
volume sedimen (Putra, 2020).

Penanganan limbah dengan menggunakan proses sedimentasi menjadi


semakin penting dalam konteks keberlanjutan lingkungan dan kepatuhan
terhadap regulasi lingkungan yang semakin ketat. Proses sedimentasi
merupakan salah satu teknologi utama dalam industri untuk mengendapkan
partikel-padatan dari larutan limbah, sehingga menghasilkan air yang lebih
bersih dan lebih aman untuk dibuang ke lingkungan atau untuk diolah lebih
lanjut. Dalam menghadapi tekanan untuk mengurangi dampak lingkungan
dan meningkatkan keberlanjutan, perusahaan-perusahaan industri di seluruh
dunia semakin memperhatikan pengelolaan limbah dengan lebih efisien dan
efektif. Proses sedimentasi tidak hanya membantu mengurangi pencemaran
lingkungan, tetapi juga dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi
biaya pengolahan limbah, dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan
(Patel, 2020)

1. 2 Tujuan Percobaan
a. Memahami proses pemisahan padatan dari fluida cair karena pengaruh
gaya gravitasi.
b. Menentukan parameter disain unit sedimentasi dari pengamatan proses
batch.
c. Melakukan perhitungan disain unit sedimentasi.

BAB II

vi
vii

TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertian Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses fisik di mana partikel-partikel padatan terlarut
atau tersuspensi dalam sebuah medium cair mengendap ke dasar wadah atau
kolam di mana medium tersebut berada. Proses ini terjadi karena adanya gaya
gravitasi yang mempengaruhi partikel-partikel tersebut untuk mengendap ke
bawah. Sedimentasi adalah salah satu metode utama dalam pemisahan padatan
dari larutan, yang sering digunakan dalam berbagai industri termasuk pengolahan
air limbah, pertambangan, dan pemurnian air ( Wang, 2020).

Sedimentasi adalah proses pengendapan material batuan secara gravitasi yang


dapat terjadi di daratan, zona transisi (garis pantai) atau di dasar laut karena
diangkut dengan media angin, air maupun es. Pada saat pengikisan batuan hasil
pelapukan terjadi, materialnya terangkut oleh angin maupun air sehingga ketika
kekuatan dari pengangkutan material batuan berkurang maka batuan akan
diendapkan di daerah alirannya. Sedimentasi juga dapat menjelaskan secara
terperinci peristiwa apa saja yang terjadi di suatu daerah dengan kronologinya.
Sehingga banyak peneliti atau geologis yang mencari sejarah dengan pembuatan
kronologi oleh sedimen (Sucahyowati,2020).
Proses koagulasi merupakan langkah awal dalam pengolahan air yang
bertujuan untuk menggumpalkan partikel-partikel kecil yang terdispersi dalam air
menjadi gumpalan-gumpalan besar yang disebut fokus. Setelah proses koagulasi
selesai, gumpalan-gumpalan tersebut akan mengalami proses sedimentasi di mana
mereka akan mengendap ke dasar tangki atau kolam. Berikut adalah pembahasan
lebih lanjut tentang proses sedimentasi setelah proses koagulasi:

1. Pentingnya Koagulasi dalam Proses Sedimentasi: Proses koagulasi adalah


langkah kunci dalam pemrosesan air limbah dan air bersih karena
membantu dalam pembentukan gumpalan-gumpalan besar yang mudah
dipisahkan dari air. Tanpa proses koagulasi, partikel-partikel halus
mungkin tetap terdispersi dalam air dan sulit untuk diendapkan secara
efisien.

vii
viii

2. Mekanisme Sedimentasi: Setelah proses koagulasi, air yang mengandung


fokus atau gumpalan-gumpalan besar tersebut dialirkan ke tangki atau
kolam sedimentasi. Di sini, kecepatan aliran air diatur sedemikian rupa
sehingga partikel-partikel yang mengendap tidak terganggu dan dapat
turun ke dasar tangki. Proses ini biasanya membutuhkan waktu tertentu
tergantung pada sifat partikel dan kondisi aliran air.
3. Efisiensi Pengendapan: Faktor-faktor seperti ukuran partikel, kecepatan
aliran air, dan waktu tinggal dalam tangki sedimentasi akan mempengaruhi
efisiensi proses pengendapan. Pengaturan yang tepat dari parameter-
parameter ini penting untuk memastikan bahwa sebagian besar partikel-
padatan dapat diendapkan dengan efisien, sehingga menghasilkan air yang
lebih bersih.
4. Pemisahan Endapan: Setelah proses sedimentasi selesai, endapan yang
terakumulasi di dasar tangki akan dibuang atau diolah lebih lanjut,
sementara air yang telah melewati proses sedimentasi akan diarahkan ke
tahap pengolahan berikutnya. Pemisahan endapan ini dapat dilakukan
dengan berbagai metode, termasuk penggunaan alat pengumpul mekanis
atau sistem pengelolaan lumpur (Hendrick, 2020)

Prinsip daripada sedimen ini adalah pemisahan partikel padatan dengan


memanfaatkan gaya gravitasi sehingga partikel padatan yang memiliki massa
lebih berat dari air akan mengendap atau akan berada didasar wadah
pengendapan, sementara air jernih terdapat pada bagian atas. Adapun contoh dari
pemurnian air dengan cara sedimentasi adalah pasir dan batu kecil yang
tersangkut kedalam kolam pengendapan yang nantinya akan mengendap ke dasar
kolam dan akan terpisah dari air. Begitu juga dengan partikel-partikel lainnya
yang memiliki massa lebih berat dari air akan mengalami proses sedimentasi
(pengendapan). Apabila massa partikel mendekati massa air baku maka proses
sedimentasi akan semakin lambat (Harmiyati, 2018).

Proses sedimentasi sangat berperan penting dalam bidang industri yaitu


pada proses pemurnian air limbah, pengolahan air sungai, pengendapan partikel

viii
ix

padatan pada bahan makanan cair, penyisihan pasir, lanau pada pengolahan air
limbah dan lain-lain. (Rumbino dan Abigael, 2020).

2. 2 Klasifikasi Sedimentasi
Sedimentasi dapat lihat dari suatu konsentrasi partikel dan juga
kemampuan partikel-partikel tersebut untuk saling berinteraksi. Klasifikasi proses
pengendapan ini dapat dibagi menjadi 4 tipe, yaitu :
1. Sedimentasi Gravitasi: Proses ini terjadi ketika partikel-partikel padatan
terendapkan ke dasar wadah atau kolam secara alami karena pengaruh
gaya gravitasi. Kecepatan sedimentasi tergantung pada perbedaan massa
jenis antara partikel dan medium cair, serta ukuran dan bentuk partikel.
Partikel dengan massa jenis yang lebih tinggi atau ukuran yang lebih besar
akan mengendap lebih cepat daripada partikel yang lebih kecil atau
memiliki massa jenis yang lebih rendah.
2. Sedimentasi Sentrifugal: Proses ini menggunakan gaya sentrifugal yang
dihasilkan oleh putaran wadah atau kolam untuk mempercepat proses
sedimentasi. Kecepatan sedimentasi dalam proses ini tergantung pada gaya
sentrifugal yang diterapkan dan ukuran partikel. Proses ini sering
digunakan dalam pemisahan partikel berukuran halus atau koloid yang
sulit terendapkan secara gravitasi.
3. Sedimentasi Flotasi: Proses ini melibatkan penggunaan gelembung udara
untuk membawa partikel-padatan yang terendap ke permukaan air.
Partikel-partikel padatan yang memiliki afinitas terhadap gelembung udara
akan melekat padanya dan naik ke permukaan, membentuk lapisan flotasi
yang dapat diambil secara mekanis. Proses ini sering digunakan dalam
pengolahan air limbah untuk menghilangkan partikel-partikel kecil dan
minyak.
4. Sedimentasi Magnetik: Proses ini melibatkan penggunaan medan magnet
untuk memanipulasi partikel-partikel padatan yang memiliki sifat
magnetik. Partikel-partikel yang terendap dapat dipisahkan dengan
menggunakan medan magnet yang kuat, sehingga memungkinkan

ix
x

pemisahan selektif dari larutan. Proses ini sering digunakan dalam industri
pemrosesan mineral dan pemurnian logam ( Paten,2020)

Gambar 2.1 Klasifikasi sedimentasi berdasarkan konsentrasi dan interaksi


partikel
2. 3 Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi
Pada dasarnya sedimentasi ini merupakan kelanjutan daripada proses
erosi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi erosi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi sedimentasi. Beberapa faktor proses sedimentasi , beberapa faktor
tersebut dipengaruhi oleh interaksi antar partikel, diantaranya yaitu:
1. Ukuran partikel.
Ukuran partikel merupakan faktor yang berpengaruh langsung terhadap
diameter partikel. Apabila ukuran partikel bertambah besar maka akan
bertmbah juga luas permukaan dan juga volumenya. Luas permukaan
partikel berbanding lurus dengan gaya drag dan volume partikelnya
berbanding lurus dengan gaya apungnya. Hal ini disebabkan gaya ke atas
(gaya drag dan gaya apung) semakin besar sehingga gaya total untuk
mengendapkan partikel akan semakin kecil sehingga kecepatan
pengendapan akan semakin menurun.
2. Konsentrasi

x
xi

Apabila konsentrasi bertambah maka gaya gesek yang dialami oleh


partikel juga akan semakin besar sehingga gaya gesernya juga akan
bertambah besar. Hal ini disebabkan karna semakin besar konsentrasi
maka semakin banyak jumlah partikel dalam suatu suspensi yang akan
menyebabkan bertambahnya gaya gesek antara satu partikel dengan
partikel lainnya.
3. Jenis partikel
Jenis partikel berikatan dengan densitas partikel yang berpengaruh
terhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi
kecepatan pengendapan suatu partikel dalam suatu fluida. Densitas partikel
yang semakin besar akan menyebabkan gaya apung semakin kecil
sedangkan gaya gravitasi akan semakin besar, sehingga resultan gaya ke
bawah yang merupakan penjumlahan dari gaya drag, gaya apung dan gaya
gravitasi akan semakin besar yang mana kecepatan pengendapannya juga
akan semakin besar (Azmeri,2020).
2. 4 Gaya Pada Sedimentasi

Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel-partikel padat yang


semula tersebar merata dalam suatu cairan karna adanya gaya berat, setelah terjadi
pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di
dasar atau biasa disebut dengan pengendapan. Selama proses ini berlangsung,
terdapat tiga gaya yang berpengaruh :

xi
xii

Gambar 2.2 Gaya pada sedimentasi

1. Gaya gravitasi
Gaya gravitasi ini dapat dilihat pada saat terjadi endapan atau mulai
turunnya partikel padatan menuju kedasar tabung untuk membentuk
suatu endapan. Hal ini terjadi karena massa jenis partikel padatan lebih
besar daripada massa jenis fluida atau gaya berat jenis larutan lebih
kecil dari berat jenis partikel, sehingga partikel cepat mengendap.
2. Gaya dorong
Gaya dorong terjadi pada saat larutan dipompakan ke dalam tabung
clarifier. Larutan ini akan terdorong pada ketinggian tertentu. Gaya
dorong dapat juga dilihat pada saat mulai turunnya partikel padatan
karena adanya gaya gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang
besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri. Gaya inilah yang
disebut gaya dorong dan juga gaya yang memiliki arah yang
berlawanan dengan gaya gravitasi.
3. Gaya apung
gaya apung terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari massa jenis
fluida sehingga partikel padatan berada pada permukaan cairan.
2. 5 Kekeruhan
Kekeruhan adalah kondisi di mana cairan, seperti air, memiliki partikel-
padatan tersuspensi di dalamnya, yang mengakibatkan cairan tersebut tampak
keruh atau tidak transparan. Partikel-partikel ini dapat berasal dari berbagai

xii
xiii

sumber, termasuk tanah, lumpur, endapan, mikroorganisme, atau zat-zat terlarut


lainnya. Kekeruhan adalah parameter penting dalam penilaian kualitas air karena
dapat memberikan informasi tentang kondisi lingkungan, polusi, dan potensi
bahaya bagi organisme hidup. Kekeruhan dapat diukur menggunakan alat yang
disebut turbidimeter, yang mengukur jumlah cahaya yang dihalangi oleh partikel-
partikel padatan di dalam air. Secara umum, semakin tinggi nilai kekeruhan,
semakin tinggi pula konsentrasi partikel dalam air, dan semakin buruk kualitas air
tersebut ( Chowdhury, 2020)

Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan


anorganik seperti lumpur dan buangan, dari permukaan tertentu yang
menyebabkan air sungai menjadi keruh. Sehingga membuat perbedaan nyata dari
segi estetika maupun dari segi kualitas air itu sendiri. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/ MENKES/PER/IV/2010 Tahun
2010, menyatakan bahwa kadar maksimum kekeruhan yang diperbolehkan dalam
air adalah 5 NTU (Tabel 2.1).
Kadar Maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan

1 Parameter yang berhubungan


langsung dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per


100 mL 0
sampel

2) Total Bakteri Koliform Jumlah per


100 mL 0
sampel

b. Kimia an-organik

xiii
xiv

1) Arsen Mg/L 0,01

2) Flourida Mg/L 1,5

3) Total Kromium Mg/L 0,05

4) Kadmium Mg/L 0,003

5) Nitrit, (Sebagai NO2) Mg/L 3

6) Nitrat, (Sebagai NO3) Mg/L 50

7) Sianida Mg/L 0,07

8) Selenium Mg/L 0,01

2. Parameter yang tidak langsung


berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1) Bau Tidak berbau

2) Warna TCU 15

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/


MENKES/PER/IV/2010 Tahun 2010, menyatakan bahwa kadar maksimum
kekeruhan yang diperbolehkan dalam air adalah 5 NTU (Tabel 2.1) (Lanjutan).
Kadar Maksimum
No Jenis Parameter Satuan
yang diperbolehkan

3) Total zat padat terlarut Mg/L 500


(TDS)
4) Kekeruhan NTU 5

xiv
xv

5) Rasa Tidak berasa

o
6) Suhu C Suhu udara ±3

b. Parameter Kimiawi

1) Aluminium Mg/L 0,2

2) Besi Mg/L 0,3

3) Kesadahan Mg/L 500

4) Khlorida Mg/L 250

5) Mangan Mg/L 0,4

6) pH 6,5-8,5

Tabel 2.1 Standard Air Bersih berdasarkan Peraturan Menteri

2. 6 Koagulasi
Koagulasi adalah proses kimia di mana partikel-partikel kecil yang
terdispersi dalam larutan diubah menjadi gumpalan-gumpalan yang lebih besar
atau flok, sehingga memudahkan proses pengendapan atau filtrasi. Proses
koagulasi sering digunakan dalam pengolahan air dan air limbah untuk
menghilangkan partikel-partikel padatan, organik, dan zat-zat terlarut yang sulit
dihilangkan secara fisik. Koagulan adalah bahan kimia yang ditambahkan ke
dalam larutan untuk memicu proses koagulasi. Koagulan bekerja dengan
menetralisir muatan listrik pada partikel-partikel kecil, sehingga partikel-partikel
tersebut dapat saling menempel membentuk flok yang lebih besar. Beberapa
koagulan umum yang digunakan termasuk sulfat aluminium (alum), polielektrolit
anorganik seperti poli-aluminium klorida (PAC), dan polielektrolit organik seperti
poliakrilamida (PAM) (Edwar, 2019)

xv
xvi

2. 7 Flokulasi

Flokulasi adalah proses di mana partikel-partikel kecil dalam larutan


disatukan menjadi gumpalan-gumpalan yang lebih besar yang disebut flok.
Tujuan dari flokulasi adalah untuk meningkatkan efisiensi pengendapan partikel-
padatan dalam air limbah atau air bersih dengan membantu partikel-partikel
tersebut untuk bergabung dan membentuk flok yang lebih mudah dipisahkan dari
larutan. Proses flokulasi biasanya melibatkan penambahan bahan kimia tertentu ke
dalam larutan untuk membantu partikel-partikel tersebut berinteraksi dan
membentuk flok. Bahan kimia yang sering digunakan untuk tujuan ini termasuk
koagulan dan flokulan. Koagulan digunakan untuk menggumpalkan partikel-
partikel yang bermuatan listrik yang seringkali bersifat repulsif satu sama lain,
sementara flokulan membantu partikel-partikel yang telah menggumpal untuk
membentuk flok yang lebih besar dan stabil ( Edwars, 2019).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat Jumlah
1. Gelas Ukur 1000 mL 1 Buah
2. Gelas Beaker 250 mL 4 Buah
3. Ayakan 15 Mesh 1 Buah
4. Timbangan 1 Unit
5. Piknometer 25 mL 1 Buah
6. Stopwatch 1 Buah
7. Turbidimeter 1 Unit
8. Alat Sedimentasi proses batch 4 Unit

xvi
xvii

9. Alat Sedimentasi proses kontinyu 1 Unit

3.1.2 Bahan Jumlah


1. Air secukupnya
2. Kapur 325 gram
3. Koagulan (Al2(SO4)3) 55 gram

3.2 Prosedur Kerja


3.2.1 Proses Batch
3.2.1.1 Percobaan Tanpa Penambahan Koagulan
1. Disiapkan tabung sedimen berskala sentimeter. Dipastikan senter dalam
kondisi bagus. Ditempatkan tabung sedimen didepan dinding.
2. Disiapkan kapur dan dilakukan proses grinding dan sizing untuk
diperoleh kapur ukuran 15 mesh, lalu dibuat 200 mL suspensi kapur
dalam air dengan konsentrasi 120 gram.
3. Dituangkan air kedalam tabung sedimen, lalu dituangkan kapur yang
sudah ditimbang ke dalam tabung sedimen yang telah diisi air.
4. Dilakukan pengamatan proses sedimentasi dengan menghidupkan
stopwatch.
5. Pada setiap selang waktu 3 menit, lakukan pengamatan ketinggian batas
interferensi antara cairan bening dengan suspensi dengan bantua senter,
foto, dan catat ketinggian batas interferensial.
6. Pengamatan dilakukan sampai tidak terjadi lagi perubahan batas
interferensial.

3.2.1.2 Percobaan Dengan Penambahan Koagulan


1. Disiapkan tabung sedimen berskala sentimeter. Dipastikan senter dalam
kondisi bagus. Ditempatkan tabung sedimen didepan dinding.
2. Disiapkan kapur dan dilakukan proses grinding dan sizing untuk
diperoleh kapur ukuran 15 mesh, lalu dibuat 200 mL suspensi kapur
dalam air dengan konsentrasi 55 gram.

xvii
xviii

3. Disiapkan koagulan (Al2(SO4)3) dengan konsentrasi 5 gram, 10 gram,


dan 20 gram.
4. Dibuat suspensi kapur dengan air didalam tabung sedimentasi, lalu
dituang koagulan yang telah disiapkan ke dalam tabung sedimentasi
tersebut.
5. Ditambahkan tawas kedalam suspensi sesuai konsentrasi penugasan dan
diteruskan pengadukan selama 3 menit menggunakan batang pengaduk
panjang.
6. Pada setiap selang waktu 3 menit, lakukan pengamatan ketinggian batas
interfasial antara cairan bening dengan suspensi dengan bantuan senter,
foto dan catat ketinggian yang diamati tersebut.
7. Pengamatan dilakukan sampai tidak terjadi lagi perubahan ketinggian
batas interferensial.

3.2.2 Proses Kontinyu


1. Siapkan satu unit alat sedimentasi proses Kontinyu.
2. Lalu siapkan kapur, lakukan proses grinding dan sizing untuk
mendapatkan arang dengan ukuran 15 mesh, lalu timbanglah kapur
tersebut sebanyak 125 gram, 225 gram dan 325 gram.
3. Siapkan koagulan (Al2(SO4)3) dengan konsentrasi 55 gram.
4. Buatlah suspensi kapur dengan air didalam suatu bak pada unit
sedimentasi.
5. Koagulan yang telah disiapkan dituang kedalam injector koagulan pada
unit sedimentasi.
6. Pastikan peralatan sedimentasi terhubung dengan arus listrik.
7. Putar main switch ke bagian ON, lalu diatur kecepatan pengaduknya.
8. Atur bagian remote control. Tekan mode, pilih bagian 00. Selanjutnya
input 02 lalu tekan enter.
9. Diatur flow rate nya lalu tekan run.
10. Setelah proses sedimentasi berjalan sempurna, tampung hasil
sedimentasi lalu diukur nilai turbiditynya menggunakan turbidimetri.

xviii
xix

11. Ulangi langkah–langkah diatas untuk konsentrasi sampel lainnya.


12. Setelah selesai matikan alat sedimentasi.

xix
xx

DAFTAR PUSTAKA

Chowdhury, S. R., et al. (2020). Impact of Turbidity on Water Quality and


Aquatic Life: A Review. Environmental Reviews, 28(2), 156-169.
Edwards, J. (2019). Coagulation and Flocculation in Water and Wastewater
Treatment. CRC Press.
Edwards, S. J., & Bennington, C. P. J. (2019). Principles of flocculation. In
Handbook of Industrial Chemistry (pp. 207-222). Springer, Cham
Gupta, A., & Patel, R. (2020). Sedimentation Techniques for Solid-Liquid
Separation: A Comprehensive Review. Environmental Engineering
Journal, 38(3), 245-259.

Hassan, M. A., & Cao, Z. (Eds.). (2019). Sediment Transport: Monitoring,


Modeling and Management. Springer
Hendricks, D. W. (1999). Water Treatment Unit Processes: Physical and
Chemical. CRC Press.
Patel, S., et al. (2020). Advancements in Sedimentation Technology for
Wastewater Treatment: A Review of Recent Research. Water Research
Journal, 48(4), 321-335.

Rumbino, Y dan Abigael, K. 2020. Penentuan laju pengendapatan partikel


dikolam penampungan air hasil pencucian bijih mangan. Jurnal ilmiah
teknologi FST undana. 14(10):56-57.
Sucahyowati, H. Hendrawan, A. 2020. Sedimentasi dan Perembangan
Perekonomian Di Wilayah Pesisir Studi Kasus Desa Penikel.
WIJAYAKUSUMA Prosiding Seminar Nasional. 1(1) : 158-165.

Wang, C., et al. (2020). Recent Advances in Sedimentation Technology for


Industrial Applications. Journal of Environmental Science and
Engineering, 12(1), 45-56.

xx

Anda mungkin juga menyukai