Anda di halaman 1dari 23

Laporan Sementara

Laboratorium Satuan Operasi dan Proses


.

EKSTRAKSI PADAT CAIR

Disusun oleh:
Kelompok C-4

Siti Hartati 2104103010087


Cut Keumala Firna 2104103010025
Desi Widyasari Harahap 2104103010058
Eti Purwati 2104103010061

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2023
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
JL. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam - Banda Aceh 23111 Telp 0651-51977 pes 4326

IZIN MELAKUKAN PRAKTIKUM


OPERASI TEKNIK KIMIA

Kelompok :C–4
Nama/NIM : Siti Hartati / 2104103010087
Cut Keumala Firna / 2104103010025
Desi Widyasari Harahap / 2104103010058
Eti Purwati / 2104103010061

Melaksanakan percobaan di Laboratorium Satuan Operasi dan Proses :


Percobaan : Ekstraksi Padat-Cair
Hari / Tanggal : Sabtu – Senin /21 – 23 Oktober 2023
Pukul : 08.00 – 18.00 WIB
Pembimbing percobaan telah menyetujui atas penggunaan segala fasilitas di
Laboratorium Satuan Operasi dan Proses untuk melakukan percobaan di atas.

Darussalam, 2023
Menyetujui
Pembimbing ,

Dr. Umi Fathanah, S. T., M. T.


NIP: 197404032000122001
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK KIMIA
LABORATORIUM SATUAN OPERASI DAN PROSES
JL. Tgk. Syech Abdul Rauf No. 7 Darussalam - Banda Aceh 23111 Telp 0651-51977 pes 4326

LEMBARAN PENUGASAN
Percobaan : Ekstraksi Padat-Cair
Kelompok :C–4
Nama/NIM : Siti Hartati / 2104103010087
Cut Keumala Firna / 2104103010025
Desi Widyasari Harahap / 2104103010058
Eti Purwati / 2104103010061

Penugasan Sampel :
 Mol CaO = 0,15
 Mol Na2CO3 = 0,15
 Volume Pelarut = 125 dan 225 mL
 Waktu Pengadukan = 7 Menit
 Stage =4
 Konsentrasi Larutan H2SO4 = 0,5 N
 Arah Aliran = Counter Current

Darussalam, 2023
Menyetujui
Pembimbing ,

Dr. Umi Fathanah, S. T., M. T.


NIP: 197404032000122001
I. Tujuan Percobaan

Menentukan pengaruh jumlah tahap pencucian dan kecepatan putaran


pengaduk terhadap konsentrasi NaOH yang dihasilkan serta untuk mengetahui
efisiensi reaktor.
II. Dasar Teori
Cut Keumala Firna :
Ekstraksi adailah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil dari
ekstraksi adalah ekstrak. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia
yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, yaitu perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Jenis pelarut
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ekstraksi yaitu mempengaruhi
perolehan hasil kadar zat aktif serta pemakaian pelarut terbaik akan menjamin
proses ekstraksi yang optimal Keberhasilan proses pemurnian suatu ekstrak sangat
erat kaitannya dengan rendemen, mutu dan kadar senyawa aktif yang dihasilkan
(Indiyani dkk., 2023).

Proses ekstraksi padat cair adalah salah satu bentuk


prosespemisahan suatu komponen yang berada dalam suatu campuran yang
berada dalam padatan yang berlangsung secara difusi yang dibantu dengan
suatu pelarut hingga tercapai pada kondisi setimbang. Beberapa hal
yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah suhu, waku operasi, kecepatan
pengadukan dan jenis pelarut. Pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi
daun pegagan antara lain etanol, metanol, aseton,dan isopropanol. Nilai
koefisien perpindahan massa (kLa) pada ekstraksi padat-cair pada umumnya
ditentukan berdasarkan persaman kecepatan perpindahan massa zat terlarut
(solute) dari permukaan padatan ke cairan (solvent) (Saputra dkk., 2020).
Metode ekstraksi dengan cara maserasi memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan metode ekstraksi yang lainnya. Metode ekstraksi maserasi
memiliki keunggulan yaitu prosedur dan peralatan yang digunakan sederhana dan
tidak menggunakan proses dipanaskan sehingga bahan alam tidak menjadi terurai.
Metode ekstraksi maserasi merupakan ekstraksi dingin sehingga memungkinkan
banyak senyawa akan terekstraksi (Sulistiani dan Isworo 2022).

Daftar Pustaka
Sulistiani, R. P., dan Isworo, J. T. 2022. Efektivitas Jenis Pelarut dan Metode
Ekstraksi dari Daun Talas (Colocasia esculenta L. Schoot). Jurnal
Gizi, 11(2): 68-76.
Indriyani, P. D., Prasetyaningrum, T., dan Adhani, L. 2023. Pembuatan Sediaan
Gel Dari Ekstrak Herba Pegagan (Centella Asiatica L. Urban) Sebagai
Obat Luka Sayat. PENDIPA Journal of Science Education, 7(2):259-264.
Saputra, A., Arfi, F., dan Yulian, M. 2020. Literature Review: Analisis Fitokimia
Dan Manfaat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera). Amina, 2(3):114-
119.

Eti Purwati :

Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan
satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut
cair (solvent) sebagai separating agent. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan
larut yang berbeda darikomponen-komponen dalam campuran. Tujuan ekstraksi
adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bahan. Ekstraksi ini
didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke
dalam pelarut (Permana dan Robiah, 2020).
Ekstraksi padat-cair atau leaching adalah ekstraksi padat cair dengan
perantara suatu zat pelarut. Proses ini dimaksudkan untuk mengeluarkan zat
terlarut dari suatu padatan atau untuk memurnikan padatan dari cairan yang
membuat padatan terkontaminasi. Metode yang digunakan untuk ekstraksi akan
ditentukan oleh banyaknya zat yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat
padatan dan besarnya partikel. Jika zat terlarut menyebar merata di dalam padatan,
material yang dekat permukaan akan pertama kali larut terlebih dahulu. Biasanya
proses leaching berlangsung dalam tiga tahap yaitu yang pertama perubahan fase
dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut masuk. Kedua terjadi proses
difusi pada cairan dari dalam partikel padat menuju keluar (Kuntaarsa dkk., 2021).
Ekstraksi cair-cair adalah suatu metode pemisahan untuk memisahkan satu
atau lebih komponen dalam suatu campuran homogen dengan penambahan pelarut
cair yang membuatnya terpisah menjadi dua fase yaitu fase organik dan fase
aqueous. Performansi dari nilai proses ekstraksi ditentukan dari nilai separation
factor dan koefisien distribusi. Separation factor didefinisikan sebagai rasio dari
koefisien distribusi pada solute (D2) terhadap koefisien distribusi pada air (D1).
Selain itu, berfungsi untuk menentukan kemampuan dari pelarut untuk secara
selektif mengekstrak zat terlarut dari larutan awal (Sugiarto dkk., 2023).

Daftar Pustaka

Permana, S. H. A., & Robiah, R. 2020. Ekstraksi Minyak Atsiri Dari Kulit Jeruk
Sebagai Bahan Peluruhan Styrofoam. Jurnal Distilasi: 3(2), 16-21.
Kuntaarsa, A., Achmad, Z., & Subagyo, P. 2021. Ekstraksi Biji Ketumbar Dengan
Mempergunakan Pelarut N-Heksana. Jurnal Teknologi Technoscientia:
60-73.
Sugiarto, K. W., Honora, F., Altway, S., & Zuchrillah, D. R. 2023. Prediksi Data
Kesetimbangan Cair-cair Pada Sistem Terner Air+Asam Laktat+Pelarut
Menggunakan Model UNIFAC-DMD. In Seminar Nasional Teknik
Kimia" Kejuangan" (pp. 4-1).

Desi Widyasari Harahap :


Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan campuran dengan menggunakan
pelarut yang sesuai. Pemilihan pelarut sangat mempengaruhi efisiensi proses
ekstraksi. Jenis pelarut pengekstraksi dapat mempengaruhi jumlah senyawa aktif
yang terkandung dalam ekstrak. Senyawa aktif pada tumbuhan akan terlarut pada
pelarut dengan tingkat polaritas yang mirip dengan polaritas senyawa aktif.
Senyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut polar, demikian pula
senyawa yang bersifat semi polar atau non polar akan terlarut pada pelarut semi
polar atau non polar (Fauzan dkk., 2020).
Pemisahan campuran didasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen
campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase
gerak (cair atau gas) yang menyebabkan terjadinya perbedaan migrasi dari
masing-masing komponen. Perbedaan migrasi merupakan hasil dari perbedaan
tingkat afinitas masing-masing komponen dalam fase diam dan fase gerak.
Campuran itu dilarutkan dalam sebuah cairan yang disebut fase gerak. Cairan
inilah yang kemudian akan membuatnya mampu membawa senyawa yang
terkandung dalam suatu bahan atau ekstrak yang dinamakan dengan tahap
stasioner (Saleh, 2019).
Metode ekstraksi yang biasanya digunakan yaitu maserasi, perkolasi,
destilasi uap, sexhletasi dan ultrasonic. Metode yang paling sering digunakan
adalah metode maserasi. Pada metode maserasi sampel yang akan diekstraksi akan
direndam dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang ingin dipisahkan,
kemudian didiamkan. Pada metode maserasi ini dilakukan pada suhu rendah atau
tanpa pemanasan. Namun, dibandingkan dengan semua metode diatas, metode
ultrasonic memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode ekstraksi
konvensional karena membutuhkan waktu yang singkat serta mampu
meningkatkan penetrasi dari cairan menuju dinding padatan (Lestari dkk., 2020).

Daftar Pustaka
Fauzan, A., Ghozali, M., Saputra, T. R., Muchtari, H. K., & Mopa, M. R. M.
(2020). Pemisahan Bahan Aktif Dalam Buah Sosis (Kigelia Africana)
Dengan Metode Ekstraksi Padat-Cair (Leaching). Fluida, 13(1), 17-23.
Lestrari, N. M. M., Ni, M. Y, dan Komang, A. N. 2020. Pengaruh Lama
Ekstrakksi Menggunakan Ultrasonic Terhadap Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Tempuyung. Jurnal Itepa. 9(3).
Saleh, E. K. 2019. Karakterisasi Puncak Kromatogram dalam HPLC Terhadap
Perbedaan Fase Gerak, Laju Alir dan Penambahan Asam. Kandaga–Media
Publikasi Ilmiah Jabatan Fungsional Tenaga Kependidikan, 1(2).

Siti Hartati :
Ekstraksi padat cair (leaching) adalah proses pemisahan suatu zat terlarut
yang terdapat dalam suatu padatan dengan mengontakkan padatan tersebut dengan
pelarut (solvent) sehingga padatan dan cairan bercampur dan kemudian zat terlarut
terpisah dari padatan karena larut dalam pelarut. Terdapat dua fase dalam
leaching yaitu fase overflow (ekstrak) dan fase underflow (rafinat/ ampas).
Pemisahan dapat terjadi karena adanya driving force yaitu perbedaan konsentrasi
solute di padatan dengan pelarut dan adanya perbedaan kemampuan melarut
komponen dalam campuran (Sihombing dkk., 2022).
Salah satu metode dalam ekstraksi padat cair adalah metode maserasi.
Metode maserasi terbagi menjadi 2 yaitu: Metode ekstraksi cara dingin dan
metode ekstraksi cara panas. Metode cara dingin digunanakan untuk mengambil
senyawa yang bersifat termolabil (tidak tahan pemanasan). Metode cara dingin
contohnya yaitu: maserasi, maserasi kinetik dan perkolasi. Pada metode ekstraksi
cara panas proses ekstraksi ini dibantu oleh suhu yang tinggi dan di gunanakan
untuk senyawa yang tahan akan pemanasan tinggi. Metode ekstraksi cara panas
seperti: refluks, sokletasi, digesti, infudasi dan dekokta (Huda dkk.,2022).
Operasi ekstraksi bisa dilakukan dengan sistem batch, semi batch, atau
kontinyu. Proses ini biasanya dilakukan pada suhu tinggi untuk meningkatkan
kelarutan solute didalam pelarut. Untuk meningkatkan unjuk kerja, strem aliran
dalam ekstrak dapat dilakukan dengan cara arus berhadapan (cross-current) atau
arus searah (counter-current) (Bahri 2019).

Daftar Pustaka
Bahri, S. 2019. Ekstraksi Kulit Batang Nangka menggunakan Air untuk Pewarna
Alami Tekstil. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 8(2): 73-88.
Huda, K., Bintari, Y. R., & Wulandari, D. N. 2022. Pengaruh Variasi Metode
Ekstraksi Terhadap Berat Rendemen dan Total Kadar Fenol Daun Serai
(Cymbopogon citratus). Jurnal Bio Komplementer Medicine, 9(2): 1-6.
Sihombing, R. P., Tamba, A. P., Renata, C. A., & Ngatin, A. (2022, July).
Ekstraksi Daun Tembakau Dengan Metode Mae (Microwave Assisted
Extraction) Dengan Variasi Jenis Pelarut Dan Waktu Ekstraksi Pada Daya
Microwave 150 Watt. In Prosiding Industrial Research Workshop And
National Seminar. 13 (01): 807-812.

III. Prosedur Percobaan


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Alu dan Mortal
2. Bola hisap
3. Buret
4. Cawan porselin
5. Corong kaca
6. Erlenmeyer
7. Gelas beker 1000 mL
8. Gelas beker 250 mL
9. Gelas ukur 100 mL
10. Gelas ukur 250 mL
11. Klem dan Statif
12. Labu ukur 250 mL
13. Magnetic stirrer
14. Piknometer
15. Pipet tetes
16. Pipet Volume 25 mL
17. Spatula
18. Timbangan
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Alumunium foil
2. Aquades
3. CaO
4. H2SO4
5. Kertas saring
6. Na2CO3
7. Phenol Pthalin

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada percobaan ekstraksi padat-cair
yaitu:
3.2.1 Pembuatan Larutan H2SO4 0,5 N
1. Diambil H2SO4 pekat dari botol dengan menggunakan pipet volume
sebanyak 3,4 mL, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur.
2. Ditambahkan aquades sampai tanda batas pada labu ukur.
3. Diambil H2SO4 sampai volume buret pada saat proses titrasi
3.2.2 Proses Ekstraksi
1. Ditimbang gelas beker, cawan porselin dan piknometer dalam keadaan
kosong.
2. Ditimbang CaO sebanyak 8,4 gram dan dimasukkan ke dalam gelas beker.
Ditambahkan Aquades sebanyak 125 mL dan 225 mL.
3. Ditimbang Na2CO3 sebanyak 15,9 gram dan dimasukkan ke dalam gelas
beker yang sama pada CaO sebelumnya.
4. Diaduk larutan menggunakan magnetic stirrer selama 7 menit.
5. Dipisahkan ekstrak dan rafinat menggunakan kertas saring.
3.2.3 Proses Analisa Ekstrak
1. Diukur volume ekstrak dan diambil 5 mL kemudian dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 50 mL.
2. Ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes.
3. Dititrasi ekstrak dengan H2SO4 0,5 N sampai terjadi perubahan warna dari
merah muda menjadi jernih, lalu dicatat volume titrasi. Dilakukan titrasi
sebanyak 3 kali pengulangan.
4. Diambil sisa ekstrak sebanyak 25 mL dengan pipet volume dan
dimasukkan ke dalam piknometer.
5. Ditimbang dan dicatat piknometer yang berisi ekstrak.
6. Dihitung densitas ekstrak.
3.2.4 Proses Analisa Rafinat
1. Ditimbang berat rafinat.
2. Diambil sedikit rafinat dan dimasukkan ke dalam cawan porselin
kemudian ditimbang kembali.
3. Dikeringkan rafinat dalam oven pada suhu 110 oC selama 5 menit.
4. Didinginkan rafinat kemudian ditimbang kembali.

IV. Data Pengamatan


Tabel 4.1 Data pengamatan hasil ekstraksi NaOH dari campuran Na 2CO3 dan CaO
dengan perbandingan mol 0,15 : 0,15 dengan volume pelarut 125 mL
Waktu Volume Volume Titrasi (mL)
Volume rata-
Pengadukan Reaktor Ekstrak
I II III rata (mL)
(menit) (mL)
1 120 4,2 4,3 4,5 4,3
2 110 4,3 4,5 4,6 4,5
7
3 95 4,5 4,7 5 4,7
4 80 4,9 5,2 5,4 5,2

Tabel 4.2 Data pengamatan hasil ekstraksi NaOH dari campuran Na 2CO3 dan CaO
dengan perbandingan mol 0,15 : 0,15 dengan volume pelarut 225 mL
Waktu Volume Volume Titrasi (mL)
Volume rata-
Pengadukan Reaktor Ekstrak
I II III rata (mL)
(menit) (mL)
7 1 192 4,3 4,4 4,6 4,4
2 180 4,4 4,5 4,8 4,6
3 176 4,6 4,8 5,3 4,9
4 172 5 5,2 5,6 5,3
V. Hasil dan Pembahasan
5.1 Hasil Pengolahan Data
Tabel 5.1 Hasil pengolahan data ekstraksi NaOH dari campuran Na 2CO3 dan CaO
dengan perbandingan mol 0,15 : 0,15 dengan volume pelarut 125 mL
Waktu Volume Efisiensi
N NaOH Wi NaOH
Pengadukan Reaktor Titrasi Reaktor
(N) (gram)
(menit) Rata-rata (%)
1 4,3 0,433 2,080 50,390
2 4,5 0,447 1,965 51,941
7
3 4,7 0,473 1,799 55,042
4 5,2 0,517 1,653 60,081

Tabel 5.2 Hasil pengolahan data ekstraksi NaOH dari campuran Na 2CO3 dan CaO
dengan perbandingan mol 0,15 : 0,15 dengan volume pelarut 225 mL
Waktu Volume Efisiensi
N NaOH Wi NaOH
Pengadukan Reaktor Titrasi Reaktor
(N) (gram)
(menit) Rata-rata (%)
1 4,4 0,443 3,40 61,37
2 4,6 0,457 3,29 63,22
7
3 4,9 0,490 3,45 67,83
4 5,3 0,527 3,62 72,91

5.2 Pembahasan
Percobaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah ekstraksi padat-cair
menggunakan sampel berupa Na2CO3 sebanyak 15,9 gram dan CaO 8,4 gram
dengan variasi volume pelarut 125 mL dan 225 mL dengan waktu pengadukan
selama 7 menit. Proses ekstraksi ini dilakukan dengan 4 tahapan dengan aliran
berlawanan arah (counter current).
5.2.1 Hubungan Tahap Pencucian dan Volume Pelarut Terhadap
Konsentrasi NaOH
Pada proses ekstraksi, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
konsentrasi ekstrak NaOH yaitu jumlah tahap pencucian dan volume pelarut.
Adapun hubungan antara jumlah tahap pencucian dan volume pelarut terhadap
konsentrasi NaOH dapat dilihat pada Gambar 5.1.
Konsentrasu NaOH (N)

0.52

0.50

0.48

0.46 125 ml
225 ml
0.44

0.42
1 2 3 4
Tahap Pencucian

Gambar 5.1 Hubungan jumlah tahap pencucian terhadap konsentrasi NaOH pada
waktu pengadukan 7 menit dengan volume pelarut 125 mL dan 225
mL

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa konsentrasi NaOH pada


setiap reaktor cenderung meningkat. Adapun nilai konsentrasi NaOH yang di
dapat pada tahap pencucian 1; 2; 3; dan 4 secara berturut-turut pada waktu 7 menit
dengan volume pelarut 125 mL adalah 0,433; 0,447; 0,473; dan 0,517 N.
Sedangkan nilai konsentrasi NaOH yang di dapat pada tahap pencucian 1; 2; 3;
dan 4 secara berturut-turut pada waktu 7 menit dengan volume pelarut 225 mL
adalah 0,443; 0,457; 0,490; dan 0,527 N. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pada
volume 225 mL lebih tinggi konsentrasi NaOH yang didapatkan dibandingkan
pada volume 125 mL. Hal ini dikarena konsentrasi NaOH yang dihasilkan pada
ekstraksi padat cair dipengaruhi oleh jumlah pelarutnya. Jumlah pelarut akan
berperan pada konsentrasi akhir ekstrak setelah proses ekstraksi. Semakin banyak
pelarut, semakin tinggi konsentrasi ekstraknya, tetapi juga mempengaruhi
efisiensi ekstraksi, dikarenakan Jumlah pelarut dapat memengaruhi viskositas
campuran padatan dan pelarut. Kadang-kadang, penambahan lebih banyak pelarut
dapat mengurangi viskositas ektrak dan meningkatkan penetrasi pelarut ke dalam
padatan (Tambunan dkk., 2022).
Jumlah pelarut juga memengaruhi kapasitas total pelarut untuk
mengekstrak senyawa-senyawa dari padatan. Jumlah pelarut yang cukup besar
dapat membantu menangani jumlah padatan yang lebih besar atau senyawa-
senyawa yang lebih sulit larut. Selain jumlah pelarut, hasil ekstrak dapat
dipengaruhi oleh lama waktu pengadukan dikarenakan semakin lama waktu
pengadukan maka pengontakan akan seakin lama sehingga hasil ekstrak akan
semakin tinggi akan tetapi waktu kontak yang terlalu lama dapat mengakibatkan
zat pengotor dapat ikut terekstrak. Hal ini dibutuhkan waktu yang optimal dalam
ekstrak. Selain itu jumlah tahap pencucian juga mempengaruhi hasil ekstrak.
Semakin banyak jumlah tahap pencucian maka semakin murni hasil ekstrak yang
didapatkan. Seiring dengan banyaknya tahap pencucian, maka berat NaOH yang
dihasilkan semakin banyak. Hal ini dikarenakan pada setiap tahap akan
menghasilkan driving force lebih besar sehingga NaOH yang terekstrak juga
semakin besar (Ritonga dkk., 2022).

5.2.2 Hubungan Tahap Pencucian dan Volume Pelarut Terhadap Efisiensi


Reaktor
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efesiensi reaktor yaitu tahap
pencucian dan volume pelarut. Adapun Hubungan antara tahap pencucian dan
volume pelarut terhadap efisiensi reaktor dapat dilihat pada Gambar 5.2.
80
Efesiensi (%)

70

60
125 mL
50 225 mL

40
1 2 3 4
Tahap Pencucian

Gambar 5.2 Hubungan jumlah tahap pencucian terhadap efisiensi reaktor dengan
waktu pengadukan 7 menit dengan volume pelarut 125 mL dan 225
mL

Berdasarkan Gambar 5.2 didapatkan nilai efisiensi reaktor proses ekstraksi


dari campuran 0,15 mol Na2CO3 dan 0,15 mol CaO pada tahap pencucian 1; 2; 3;
dan 4 dengan pengadukan 7 menit dan volume pelarut 125 mL berturut-turut
adalah 50,39%; 51,94%; 55,04%; dan 60,08%. Sedangkan nilai efisiensi pada
tahap pencucian 1; 3; 6; dan 9 dengan pengadukan 7 menit dan volume pelarut
225 mL berturut-turut 61,37%; 63,22%; 67,83%; dan 72,91%. Dari data tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa efisiensi reaktor pada volume pelarut 125 mL
lebih rendah dibandingkan dengan volume pelarut 225 mL pada setiap tahap
pencucian. Hal ini dikarenakan efisiensi reaktor dipengaruhi oleh konsentrasi
NaOH yang didapatkan, karena nilai efisiensi reaktor berbanding lurus dengan
nilai konsentrasi NaOH. Semakin banyak padatan yang digunakan maka efisiensi
NaOH yang terekstrak semakin meningkat. Efisiensi reaktor juga di pengaruhi
oleh jumlah pelarut dan padatan yang akan diektrak karena semakin banyak
jumlah padatan yang akan diekstrak juga diikuti pula oleh jumlah pengotor yang
ikut bereaksi, sehingga menyebabkan peningkatan kebutuhan asam serta jumlah
pelarut yang kurang cukup dalam melarutkan bahan (Royani dan Subagja, 2019).
VI. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa


kesimpulan sebagai berikut :
1. Seiring dengan banyaknya tahap pencucian, maka berat NaOH yang
dihasilkan semakin banyak. Hal ini dikarenakan pada setiap tahap akan
menghasilkan driving force lebih besar sehingga NaOH yang terekstrak
juga semakin besar.
2. Semakin lama waktu pengadukan, maka berat NaOH yang dihasilkan
semakin banyak. Hal ini disebabkan semakin lama waktu pengadukan,
semakin besar bertumbukan antara bahan dan pelarut, sehingga
konsentrasi NaOH akan semakin banyak larut ke dalam pelarutnya.
3. Semakin banyaknya jumlah tahapan pencucian, maka efisiensi reaktor
akan semakin besar. Hal tersebut dikarenakan perlakuan pengadukan
mempengaruhi proses ekstraksi padat-cair, semakin lama pengadukan
maka senyawa lebih mudah larut dalam pelarut air akan ikut bercampur
dan efisiensi meningkat juga diakibatkan tidak adanya penambahan pelarut
yang mempengaruhi efisiensi.

VII. Daftar Pustaka


Ritonga, K. A. F., Muhammad., Masrullita, M., Bahri, S., dan Azhari, A. 2022.
Ekstraksi Oleoresin dari Ampas Jahe (Zingiber Officinale Rosc) Limbah
Pengolahan Jahe dengan Metode Ekstraksi Padat Cair (Leaching).
Chemical Engineering Journal Storage (CEJS). 2 (1): 71-81.
Royani, A., dan Subagja, R. 2019. Ekstraksi Kalsium dari Bijih Dolomit
Terkalsinasi Menggunakan Pelarutan Asam Klorida. Jurnal Teknologi
Mineral dan Batubara, 15(1), 13-22.
Tambunan, A. Y., Azhari, A., Dewi, R., Nasrul, Z. A., dan Mulyawan, R. 2022.
Pemanfaatan Limbah Kulit Jeruk Manis sebagai Pektin dengan Metode
Ekstraksi. Jurnal Teknologi Kimia Unimal. 11 (1): 112-121.
VIII. CONTOH PERHITUNGAN
8.1 Menentukan volume H2SO4 untuk konsentrasi 0,5 N
Diketahui:
Mr H2SO4 = 98 gram/mol
⍴ H2SO4 = 1,83 gram/mL
ρ x 10 x %
M =
Mr
1,83 gram x 10 x 98
M =
98 gram/mol
M = 18,3 M
N=M×a
N = 18,3 M x 2
N = 36,6 N
Pengenceran larutan H2SO4 36,6 N menjadi 0,5 N
V1 × N1 = V2 × N2
V1 × 36,6 N = 0,5 N × 250 mL
V1 = 3,4 mL

8.2Menentukan massa Na2CO3 dan CaO


Diketahui:
n CaO = 0,15 mol
n Na2CO3 = 0,15 mol
Mr CaO = 56 gram/mol
Mr Na2CO3 = 106 gram/mol

8.2.1 Menentukan massa Na2CO3


Massa Na 2CO 3
Mol =
Mr Na 2CO 3
Massa = Mol x Mr
Massa = 0,15 x 106
Massa = 15,9 gram
8.2.1 Menentukan massa CaO
MassaCaO
Mol =
Mr CaO
Massa = Mol x Mr
Massa = 0,15 x 56
Massa = 8,4 gram

8.3 Menentukan konsentrasi NaOH pada reaktor 1 dengan waktu


pengadukan 7 menit dan 125 mL pelarut
Volume titrasi = 4,2 mL
Konsentrasi H2SO4 = 0,5 N
Volume sampel = 5 mL
N H 2 SO 4 × V H2 SO 4
N NaOH =
V NaOH
0,5 N × 4,2 mL
N NaOH =
5 mL
N NaOH = 0,42 N

8.4 Menentukan berat NaOH dalam larutan ekstrak (Wi)


Mr NaOH = 40 gram/mol
Volume ekstrak = 120 mL

N NaOH x Mr NaOH x V ekstrak


W NaOH =
1000
0,42 N x 40 gram/mol x 120 mL
W NaOH =
1000
W NaOH = 2,016 gram

8.5 Menentukan efisiensi reaktor (η)


Reaksi yang terjadi:
CaO + H2O → Ca(OH)2 (1)
Ca(OH)2 + Na2CO3 → 2NaOH + CaCO3 (2)

Berat Na2CO3 mula-mula = 15,9 gram


Mr Na2CO3 = 106 gram/mol
m Na2 CO 3
mol Na2CO3 =
Mr Na2 CO 3
15 , 9 gram
mol Na2CO3 =
106 gram
mol Na2CO3 = 0,15 mol

Berat CaO mula-mula = 8,4 gram


Mr CaO = 56 gram/mol
m Na2 CO 3
Mol CaO =
Mr Na2 CO 3
8 , 4 gram
Mol CaO =
56 gram/mol
mol CaO = 0,15 mol

Berat H2O mula-mula = 125 gram


Mr H2O = 18 gram/mol
m H2O 125 gram
Mol H2O = = = 6,94 mol
Mr H2O 18 gram/mol

reaksi stoikiometri reaksi (1):


CaO + H2O → Ca(OH)2
m: 0,15 6,94 -
r : 0,15 0,15 0,15
s : - 6,79 0,15

massa H2O sisa = 6,79 mol x 18 gram/mol = 122,22 gram


massa Ca(OH)2 terbentuk = 0,15 mol x 74 gram/mol = 11,1 gram
Reaksi dilakukan dalam suhu ruangan 30 oC, berdasarkan nilai kelarutan
Ca(OH)2 diperoleh nilai kelarutan Ca(OH) 2 dalam air sebesar 0,0203 M.
Oleh karena itu, mol Ca(OH)2 yang bereaksi pada 125 mL air adalah:
Mol Ca(OH)2 terlarut = Konsentrasi Ca(OH)2 x Volume
= 0,0203 mol/L x 0,125 L
= 0,0025375 mol
Mol Ca(OH)2 terlarut = 0,0025375 mol

Reaksi stoikiometri reaksi (2):


Ca(OH)2 + Na2CO3 → 2NaOH + CaCO3
m: 0,15 0,15 - -
r: 0,003 0,003 0,005 0,003
s: 0,147 0,147 0,005 0,003

Massa Ca(OH)2 sisa = 0,147 mol x 74 gram/mol = 10,878 gram


Massa Na2CO3 sisa = 0,147 mol x 106 gram/mol = 15,582 gram
Massa NaOH terbentuk = 0,005 mol x 40 gram/mol = 0,2 gram
Massa CaCO3 terbentuk = 0,003 mol x 125 gram/mol = 0,375 gram

Volume H2O sisa = 122,22 mL


Volume ekstrak yang dihasilkan = 120 mL
120 mL
Persen filtrat = x 100% = 98,18 %
122,22 mL
Persen endapan = 100 % - 98,18 % = 1,82 %

Kandungan pada ekstrak:


H2O = 0,9818 x 122,22 mL = 120 mL
Na2CO3 = 0,9818 x 15,582 gram = 15,3 gram
CaCO3 = 0,9818 x 0,375 gram = 0,3682 gram
NaOH = 0,9818 x 0,2 gram = 0,19636 gram
Ca(OH)2 = 0,9818 x 10,878 gram = 10,68 gram
Kandungan endapan yang dihasilkan:
H2O = 0,0182 x 122,22 gram = 2,2244 mL
Na2CO3 = 0,0182 x 15,582 gram = 0,2836 gram
CaCO3 = 0,0182 x 0,375 gram = 0,006825 gram
NaOH = 0,0182 x 0,2 gram = 0,00364 gram
Ca(OH)2 = 0,0182 x 10,878 gram = 0,19798 gram

Normalitas campuran ekstrak:

Normalitas campuran = ( mMrNaOH


NaOH
+
m Na2CO3
Mr Na2CO3
+
Mr CaCO3 )
m CaCO3
x

1000
V ekstrak
=

( 040,19636 gram
gram/mol
+
15,3 gram
106 gram/mol
+
0,3682 gram
100 gram/mol ) x
1000
120 mL
= 0,860 N

Menentukan berat NaOH dalam reactor:


Mr NaOH = 40 gram/mol
Volume ekstrak = 120 mL
N campuran = 0,860 N

N Campuran x Mr NaOH x V ekstrak


Wm =
1000
0,860 N x 40 gram/mol x 120 mL
=
1000
= 4,128 gram

Maka efisiensi reaktor adalah :


W NaOH
η= x 100%
Wm
2,080 gram
= x 100%
4,128 gram
= 50,39 %

Anda mungkin juga menyukai