GRUP H
TANGGAL PERCOBAAN :
28 NOVEMBER 2023
“LEACHING”
GRUP H
Dosen Pembimbing
Penyusun
LABORATORIUM TEKNIK KIMIA Nama : ATHA MARDHI M
FAKULTAS TEKNIK NPM/Semester : 21031010221/V
UPN “VETERAN” JATIM Romb./Group : GANJIL/H
Praktikum : OPERASI TEKNIK KIMIA II NPM/Teman Praktek : 21031010222/SYAIBA
Percobaan : LEACHING QURROTUL AINI
Tanggal : 28 NOVEMBER 2023
Pembimbing : IR.NANA DYAH SISWATI, M.KES
LAPORAN RESMI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Proses industri kimia tidak terlepas dari peristiwa pemisahan komponen antar
senyawa di dalamnya. Ekstraksi merupakan salah satu metode yang pemanfaatanya
banyak digunakn di industri kimia. Pemisahan dengan metode ekstraksi terjadi atas
kemampuan suatu larutan yang dapat larut dengan nilai yang berbeda-beda. Ekstraksi
memiliki jenis metode yang berbeda, salah satunya leaching. Leaching merupakan
ekstraksi yang dilakukan pada bahan padat-cair. Leaching banyak ditemukan pada
industri kimia salah satunya industry pertambangan. Leaching digunakan untuk
memurnikan senyawa yang tidak murni di alam, contoh senyawa yang dimurnikan
yakni nikel dan timah. Aplikasi lain dapat ditemukan juga pada ekstraksi minyak
wijen yang digunakan sebagai bahan baku minyak dan campuran solar. Pentingnya
aplikasi leaching pada dunia industri menjadi salah satu alasan dilakukannya
percobaan leaching agar dapat memahami konsep dan penerapannya pada industry
kimia.
I.2 Tujuan
I.3 Manfaat
1. Praktikkan dapat memahami konsep dari proses ekstraksi padat cair
(leaching)
2. Praktikkan dapat memahami factor yang mempengaruhi percobaan
3. Praktikkan dapat memahami penerapan leaching pada industry kimia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Metode leaching adalah salah satu teknik yang digunakan dalam kimia dan
proses pemisahan untuk mengisolasi atau menghilangkan unsur padat atau cair dari
suatu substansi dengan bantuan pelarut. Teknik ini dapat dibagi menjadi dua kategori
utama, yaitu leaching padatan atau yang sering disebut sebagai solid extraction, serta
ekstraksi cair atau liquid extraction. Leaching padatan (solid extraction) digunakan
ketika kita perlu memisahkan zat terlarut yang terkandung dalam suatu bahan padat.
Proses ini melibatkan pencampuran bahan padat dengan pelarut yang sesuai, yang
kemudian akan melarutkan zat terlarut tersebut dan memungkinkan pemisahan dari
bahan padat lainnya. Hasil dari proses ini adalah larutan yang mengandung zat
terlarut yang kita inginkan. Sementara itu, ekstraksi cair (liquid extraction) digunakan
ketika kita perlu memisahkan dua larutan yang dapat bercampur. Dalam metode ini,
dua larutan yang akan dipisahkan dicampurkan dengan pelarut yang dapat melarutkan
salah satu dari kedua larutan tersebut. Pelarut ini bertindak sebagai perantara yang
memungkinkan pemisahan komponen-komponen larutan tersebut. Setelah proses
ekstraksi, kita dapat memisahkan larutan tersebut, dan pelarut yang telah
mengandung komponen yang diinginkan akan berada dalam bentuk terpisah
(McCabe, 1993).
1. Maserasi
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan salah satu jenis ekstraksi padat-cair yang dilakukan
dengan jalan mengalirkan pelarut secara perlahan-lahan pada sampel dalam suatu
percolator. Pada ekstraksi jenis ini, pelarut ditambahkan secara terus menerus,
sehingga proses ekstraksi selalu dilakukan dengan pelarut yang baru. Pola
penambahan pelarut yang dilakukan adalah menggunakan pola penetesan pelarut dari
bejana terpisah disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar atau dilakukan dengan
penambahan pelarut dalam jumlah besar secara berkala. Proses ekstraksi dilakukan
hingga analit dalam sampel terekstraksi secara sempurna. Untuk memastikan semua
analit telah terekstraksi dengan sempurna dapat dilakukan uji dengan kromatografi
lapis tipis (KLT) atau spektrofotometri UV.
3. Sokletasi
Sokhletasi adalah salah satu jenis ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Prinsipnya
adalah ekstraksi dilakukan secara terus menerus menggunakan pelarut yang relative
sedikit. Bila ekstraksi telah selesai maka pelarut dapat diuapkan sehingga akan
diperoleh ekstrak. Biasanya pelarut yang digunakan adalah pelarut yang mudah
menguap atau mempunyai titik didih yang rendah. Peralatan yang digunakan dalam
sokhletasi terdiri dri kondensor, sokhlet, labu distilat bulat dan pemanas.
(Leba,2017)
1. Selektivitas
2. Kelarutan
3. Kerapatan
Perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan solute akan memudahkan
pemisahan keduanya.
Pelarut harus bahan kimia yang stabil dan inert terhadap komponen lainnya
didalam sistem.
5. Titik didih
Pada proses ekstraksi biasanya pelarut dan solute dipisahkan dengan cara
penguapan, distilasi atau rektifikasi. Oleh karena itu titik didih kedua bahan tidak
boleh terlalu dekat. Dari segi ekonomi akan menguntungkan bila titik didih
pelarut tidak terlalu tinggi.
6. Viskositas pelarut
Pelarut harus mampu berdifusi ke dalam maupun ke luar dari padatan agar
bisa mengalami kontak dengan seluruh solut. Oleh karena itu, viskositas pelarut
harus rendah agar dapat masuk dan keluar secara mudah dari padatan.
7. Rasio pelarut
Rasio pelarut yang dipakai terhadap padatan harus sesuai dengan kelarutan zat
terlarut atau solut pada pelarut. Semakin kecil kelarutan solute terhadap pelarut,
semakin besar pula perbandingan pelarut terhadap padatan, begitu juga
sebaliknya. Dengan demikian perbandingan solute dan pelarut yang tepat akan
mampu memberikan hasil ekstraksi yang diharapkan.
(Nasir,2009)
Stage Ideal atau disebut juga perfect plate adalah hasil perhitungan seperti
theoritical stage. Dengan memiliki nilai stage ideal, maka efisiensi stage dapat
digunakan untuk memperoleh. stage aktual, Stage Ideal dapat didefinisikan fase uap
yang keluar dan juga fase liquid pada stage equilibrium. Dalam ekstraksi, perolehan
stage dimulai pada pengontakkan 2 fase sampai terjadi perpindahan atau transfer
massa sehingga dapat dipisahkan. Terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi ke efektifan stage yaitu desain dari peralatan ekstraksi, kesetimbangan
dan sifat fisika fase. Metode neraca massa, Perhitungan stage ideal dapat dihitung
dengan neraca energi, dan kesetimbangan fasa. Efisiensi stage merupakan
perbandingan stage aktual dan ideal (Crockett, 1986).
II.1.8 Aplikasi
Aplikasi dari proses ekstraksi padat-cair atau leaching telah banyak digunakan
di berbagai industri. Salah satunya industri minyak ikan, Minyak ikan diekstraksi
dengan menggunakan alat sentrifugal extractor. Pelarut organik akan memisahkan
minyak ikan dari tubuh ikan. Minyak Ikan tersebut larut dalam heksana, methanol
dan kloroform. Pada Industri kimia farmasi, ekstraksi digunakan untuk mengambil
senyawa aktif dari tanaman atau bahan lain. Selain itu, ekstraksi padat cair juga
dimanfaatkan di industri minyak kelapa dari sari kelapa umumnya menggunakan oil
extractor (Poole, 2020).
II.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Leaching
1. Temperatur operasi
Semakin tinggi temperatur operasi, maka laju pelarutan zat terlarut oleh
pelarut akan semakin meningkat. Temperatur pada proses ekstraksi umumnya
dibawah 100°C.
2. Waktu ekstraksi
Semakin lama waktu ekstraksi maka semakin banyak kontak yang terjadi
antara pelarut dengan bahan baku dan menghasilkan hasil ekstraksi yang optimum
Semakin kecil suatu ukuran partikel, maka semakin luas permukaan kontak
antara partikel dan pelarut semakin besar. Hal ini akan mempengaruhi waktu
ekstraksi yang semakin singkat
(Banus, 1988)
II.3 Sifat Bahan
II.3.1 N - Heksana
a. Sifat Fisika
1. Bentuk : cairan
2. Warna : tidak berwarna
3. Densitas : 0,6548 gram/ml
4. Titik Didih : 69°C
5. Titik Lebur : -94°C
6. Viskositas : 0,00326 gr/cm.s
b. Sifat Kimia
1. Rumus Molekul : CH3(CH2)4 CH3
2. Berat Molekul : 86,17 gram/mol
c. Fungsi
II.3.2 Wijen
a. Sifat Fisika
1. Bentuk : Padat
2. Warna : Putih
3. Bau : Tidak berbau
b. Sifat Kimia
1. Kadar minyak : 35-63%
2. Kadar protein : 19-25%
3. Kadar serat kasar : 7-8%
4. Kadar zat besi : 9.5 mg/100 gr
(Utama, 2010)
c. Fungsi
Sebagai bahan uji dalam percobaan Leaching
II.4 Hipotesis
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau pemikiran yang dituJukan untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan fisik jasmani maupun rohani tenaga kerja
bagian yang mendapat perhatian khusus, Oleh karena itu, dilakukan usaha-usaha
pencegahan yang bertujuan untuk menghindar dan menimbulkan terjadinya
kecelakaan kerja serta untuk meningkatkan produktivitas dan keuntungan bagi
perusahaan Berikut adalah k3 untuk proses leaching:
(Patel, 2019)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1 Bahan
1. N-heksan
2. Wijen
III.2 Alat
1. Neraca Analitik
2. Beaker Glass
3. Kertas Saring
4. Piknometer
5. Gelas Ukur
6. Kaca Arloji
7. Pipet Tetes
8. Viskometer Ostwald
9. Batang Pengaduk
10. Erlenmeyer
11. Corong Kaca
12. Magnetic Stirrer
Keterangan :
1. Beaker glass
2. Magnetic Stirrer
DATA UNDERFLOW
t Pembuatan Kurva Underflow
(meni A/ (A+S)/ (A+B+S) S/ A/
A/B S/B
t) (A+S) B /B (A+B+S) (A+B+S)
0,1286 0,8606 0,1106 0,7499
10 1,860654 0,403062 0,059492
17 54 95 59
0,0642 4,1568 0,2669 3,8898
20 5,156808 0,754321 0,051761
13 08 21 88
0,0378 6,6864 0,2532 6,4331
30 7,686411 0,836946 0,032954
82 11 96 15
% RECOVERY
T massa minyak awal (gr) minyak terekstrak (gr) % recovery
1
7,372 4,7499 64,43163321
0
2
7,372 5,7648 78,19858926
0
3
7,372 6,0195 81,65355399
0
IV. Pembahasan
7
6
f(x) = 0.06348 x + 4.2418
5 R² = 0.893248728841202
4
3
2
1
0
5 10 15 20 25 30 35
Gambar IV.1 Hubungan antara Waktu Ekstraksi (Menit) dengan Massa Minyak yang
Terekstrak (gram)
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan Leaching yang telah diperoleh, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
V.2 Saran
Nasir, S, et al (2009). Ekstraksi Dedak Padi menjadi Minyak Mentah Dedak Padi
(Crude Rice Bran Oil) dengan Pelarut N-Hexane dan Ethanol. Jurnal Teknik
Kimia, 16(1)
Utama, H.K (2010), Kajian Karakteristik Kimia dan Sensoris Bumbu Masak
Berbahan Baku Bungkil Wijen dengan Variasi Lama Fermentasi Serta Suhu
Pengeringan, Semarang : Universitas Sebelas Maret
Hasil Pengamatan
0,6132 gr × 0 , 43 s
μ= × 0,00899 gr/cm.s = 0.0093 gr/cm.s
0,997 gr ×0,2533 s
4. Massa campuran
m=ρ campuran . v campuran
gr
m=0,6132 ×160 ml
ml
m=98,1152 gr
LAMPIRAN II