Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIKUM EKSTRAKSI

PADAT-CAIR (LEACHING)

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2


KELAS D2

Rusdah Nadjiah 09220200012


Wardianti Sari 092202000
Irnawati 092202000
Zainal Abidin 092202000
Muh. Achzan Azhari H 09220200091
Sultan 092202000

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2023
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LEMBAR PENGESAHAN

Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan rahmat Allah SWT pada hari, tanggal April 2023.


Laboratorium Operasi Teknik Kimia II Program Studi Teknik Kimia,Fakultas
Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia menerangkan bahwa :

1. Rusdah Nadjiah 09220200012


2. Wardianti Sari 09220200022
3. Zainal Abidin 092202000
4. Irnawati 092202000
5. Muh. Achzan Azhari H 09220200091
6. Sultan 09220200093

Telah mengikuti praktikum “Ekstraksi Padat-Cair (Leaching)” pada


tanggal April 2023 di Laboratorium Operasi Teknik Kimia II Program Studi
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim Indonesia
Makassar.

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Makassar, April 2023
Menyetujui

Febi Febriana Shinta Basri


Asisten Asisten

Mengetahui

Ir. Munira, S.T.,M.Eng


(Koordinator Laboratorium OTK)

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) ii


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) ii


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT dan juga berkah, rahmat
serta hidayah-Nya yang senantiasa di beerikan kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan dengan judul ”Ekstraksi Padat-Cair (Leaching)”
Praktikum Operasi Teknik Kimia II.

Dalam menyelesaikan laporan ini kami telah berusaha dengan segenap


kemampuan, namun kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT,
kedua orang tua yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan kepada
kami baik berupa moril maupun material, kepada para asisten yang telah
membantu dan membimbing para praktikan dalam praktikum dan rekan-rekan
yang telah banyak membantu dan memberikan dorongan kepada kami.

Kami mohon maaf dengan segala kekurangan tersebut. Tak lupa kritik
dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan laporan ini.

Makassar, April 2023

Penyusun

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 3


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

INTISARI

Ekstraksi merupakan proses pemisahan zat aktif dari padatan maupun cairan
menggunakan bantuan pelarut. Tujuan percobaan untuk mengetahui fraksi NaOH
dalam ekstrak dan air secara sistematis, untuk mengetahui fraksi CaCO3 dalam
rafinat secara sistematis.
Melarutkan HCl 0,5 N sebanyak 50 mL. Memasukkan larutan HCl kedalam
buret. Setelah itu, menimbang padatan CaO 5,6 gram dan Na 2CO3 9,45
gram. Melarutkan padatan yang sudah ditimbang sebanyak 350 mL dalam gelas
piala 500 mL kemudian mengaduk dengan hot plate magnetic stirrer
sampai homogen dengan variasi waktu pengadukan 7, 14, dan 21 menit. Lalu
mendiamkan campuran selama 7 menit sampai terbentuk ekstrak dan rafinat.
Kemudian menyaring campuran yang telah didiamkan menggunakan kertas
saring untuk memisahkan bagian ekstrak dan rafinatnya. Lalu mengukur berat
jenis ekstrak menggunakan piknometer. Memipet ekstrak sebanyak 10 mL
kedalam erlenmeyer dan memberikan tiga tetes indikator phenolptalien,
selanjutnya menitrasi dengan HCl hingga terjadi perubahan warna. Untuk
rafinat, mengambil sedikit sampel rafinat dan menyimpannya ke dalam
petridish sebagai bobot basah dan menimbang sebagai bobot awal rafinat.
Memasukkan rafinat ke dalam oven selama 10 menit dan desikator selama 5
menit. Setelah itu menimbang sebagai bobot kering. Kemudian melakukan
penimbangan sebanyak tiga kali. Menggunakan kembali rafinat pada stage 1 dan
melarutkan ke dalam gelas piala sampai 350 mL untuk digunakan di stage 2.
Setelah itu, melakukan cara yang sama seperti stage 1.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh fraksi NaOH
dalam ekstrak dan air pada stage 1 dengan waktu 7, 14, dan 21 menit
yaitu 0,0071,
0,0064, dan 0,0071sedangkan pada stage 2 dengan waktu 7, 14, dan 21 menit
fraksi yang diperoleh yaitu 0,0185, 0,2867, dan 0,2509. Fraksi CaCO3 yang
diperoleh dalam rafinat pada stage 1 dengan waktu 7, 14, dan 21 menit yaitu
0,9246, 0,7507, dan 0,2369 sedangkan pada stage 2 dengan waktu 7, 14, dan
21 menit fraksi yang diperoleh yaitu 0,8693, 0,7669, dan 0,7405.

Kata Kunci: Padatan, Proses, Rafinat

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 4


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ABSTRACK
Extraction is the process of separating active substances from solids and
liquids using a solvent. The purpose of the experiment was to systematically
determine the NaOH fraction in extracts and water, to systematically determine
the CaCO3 fraction in raffinate.
Dissolve 50 mL of 0.5 N HCl. Put the HCl solution into the burette. After
that, weigh 5.6 grams of solids CaO and 9.45 grams of Na2CO3. Dissolve 350
mL of weighed solid in a 500 mL beaker then stir with a hot plate magnetic stirrer
until homogeneous with variations in stirring time of 7, 14, and 21 minutes. Then
let the mixture sit for 7 minutes until the extract and raffinate are formed. Then
filter the mixture that has been set aside using filter paper to separate the extract
and the raffinate. Then measure the specific gravity of the extract using a
pycnometer. Pipette the extract as much as 10 mL into the Erlenmeyer and give
three drops of phenolphthalein indicator, then titrate with HCl until a color
change occurs. For raffinate, take a small sample of raffinate and store it in
petridish as wet weight and weigh as initial weight of raffinate. Put the raffinate
in the oven for 10 minutes and the desiccator for 5 minutes. After that, it was
weighed as dry weight. Then do the weighing three times. Reuse the raffinate in
stage 1 and dissolve into a beaker to 350 mL for use in stage 2. After that, do the
same as stage 1.
Based on the results of the experiments carried out, the NaOH fraction in
the extract and water was obtained at stage 1 with a time of 7, 14, and 21
minutes, namely 0.0071, 0.0064, and 0.0071 while in stage 2 with a time of 7, 14,
and 21 minutes. The fractions obtained were 0.0185, 0.2867, and 0.2509. The
CaCO3 fraction obtained in raffinate at stage 1 with a time of 7, 14, and 21
minutes was
0.9246, 0.7 507, and 0.2369 while in stage 2 with a time of 7, 14, and 21 minutes
the fraction obtained was 0, 8693, 0.7669, and 0.7405.

Keyword: Process, Rafinate, Solid.

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 5


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................


KATA PENGANTAR..................................................................................
INTISARI.....................................................................................................
ABSTRACK.................................................................................................
DAFTAR TABEL........................................................................................
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
DAFTAR SIMBOL......................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................
.........................................................................................................
1.2 Tujuan Percobaan...................................................................
1.3 Batasan Masalah.....................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekstraksi .................................................................................
2.2 Faktor-Faktor yang Memepengaruhi Proses Ekstraksi...........
2.3 Ekstraksi Padat Cair................................................................
2.4 Larutan....................................................................................
2.5 Natrium Karbonat (Na2CO3).................................................
2.6 Titrasi Asam Basa...................................................................
BAB III PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat..........................................................................................
3.2 Bahan......................................................................................
3.3 Cara Kerja...............................................................................
3.4 Diagram Alir...........................................................................
3.5 Diagram Alir Pohon................................................................

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 6


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Perhitungan Konsentrasi NaOH dalam Ekstraksi........
4.2 Hasil Perhitungan untuk Ekstrak............................................
4.3 Hasil Perhitungan untuk Rafinat.............................................
4.4 Pembahasan.............................................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................
5.2 Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A PERHITUNGAN
LAMPIRAN B DATA PENGAMATAN
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 7


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Konsentrasi NaOH dalam Ekstrak.................


Tabel 4.2 Hasil Perhitungan untuk Ekstrak..................................................
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan untuk Rafinat .................................................
Tabel B.1 Data Pengamatan Ekstrak pada Stage..........................................
Tabel B.2 Data Pengamatan Ekstrak pada Stage 2.......................................
Tabel B.3 Data Pengamatan Rafinat pada Stage 1.......................................
Tabel B.4 Data Pengamatan Rafinat pada Stage 2.......................................

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 8


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rangkaian Alat Titrasi......................................................................


Gambar 3. 1 Serangkaian Alat Ekstraksi Padat Cair.............................................
Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Waktu Ekstraksi Terhadap
Fraksi NaOH pada Ekstrak dan Fraksi CaCO3 pada Rafinat
untuk Stage 1.................................................................................
......................................................................................................
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Waktu Ekstraksi terhadap
Fraksi NaOH pada Ekstrak dan Fraksi CaCO3 pada
Rafinat untuk Stage 2 ...................................................................
Gambar C.1 Oven................................................................................................
Gambar C.2 Desikator...........................................................................................
Gambar C.3 Neraca Analitik.................................................................................
Gambar C.4 Labu Ukur 500 mL...........................................................................
Gambar C.5 Gelas Piala 500 mL...........................................................................
Gambar C.6 Erlenmeyer 250 mL..........................................................................
Gambar C.7 Bulb..................................................................................................
Gambar C.8 Picnometer 25 mL ...........................................................................
Gambar C.9 Petridish ..........................................................................................
Gambar C.10 Batang Pengaduk.............................................................................
Gambar C.11 Gelas Piala 500 Ml...........................................................................
Gambar C.12 Gelas Ukur 500 mL..........................................................................
Gambar C.13 Pipet Tetes.......................................................................................
Gambar C.14 Pipet Volume 10 mL........................................................................
Gambar C.15 Hot Plate..........................................................................................
Gambar C.16 Statif................................................................................................
Gambar C.17 Buret................................................................................................
Gambar C.18 Stirrer...............................................................................................

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 9


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.19 Spatula.............................................................................................


Gambar C.20 Botol Semprot..................................................................................
Gambar C.21 Corong.............................................................................................
Gambar C.22 Stopwatch........................................................................................

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 10


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekstraksi adalah pemisahan sutu zat berdasarkan perbedaan kelarutan
terhadap dua cairan tdak saling larut. Ekstraksi juga merupakan proses
pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran homogen
menggunakan pelarut cair (solvent) sebagai separating agent. Pemisahan
terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen
dalam campuran. Sebagai separating agent, solvent harus dipilih sedemikian
hingga kelarutannya terhadap salah satu komponen murninya adalah terbatas
atau sama sekali tidak saling melarutkan. Oleh karena itu, dalam proses
ekstraksi akan terbentuk dua fase cairan yang saling bersinggungan dan selalu
mengadakan kontak. Fase yang banyak mengandung diluent disebut fase
rafinat, sedangkan fase yang banyak mengandung solvent dinamakan ekstrak.
Ekstraksi padat-cair atau leaching adalah transfer difusi komponen
terlarut dalam dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Pada proses leaching ini
terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu ukuran partikel, pengadukan,
suhu, dan pelarut. Untuk mempercepat pendispersian solute dari partikel
padatan dapat dilakukan dengan perlakuan pemanasan maupun dengan
memperkecil ukuran partikel padatan. Sehingga memperluas kontak
permukaan antara material padatan dengan zat pelarutnya. Ekstraksi padat cair
banyak digunakan di industri kimia, metalurgi maupun farmasi, misalnya pada
pemisahan biji emas, tembaga dari biji-bijian logam, produk-produk farmasi
dari akar atau daun tumbuh-tumbuhan (Mayora dkk, 2019).
Metode yang diperlukan untuk leaching biasanya ditentukan oleh
jumlah konstituen yang akan dilarutkan, distribusi konstituen di dalam solid,
sifat solid, dan ukuran partikelnya. Bila konstituen yang akan larut ke dalam
solvent lebih dahulu, akibatnya sisa solid akan berpori-pori. Selanjutnya
pelarut harus menembus lapisan larutan dipermukaan solid untuk mencapai

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
konstituen yang ada dibawahnya, akibatnya kecepatan pada ekstraksi akan
dapat menurun dengan tajam karena sulitnya lapisan larutan (Yusuf, 2019).

1.2 Tujuan Percobaan


1. Untuk mengetahui fraksi NaOH dalam ekstrak dan air secara sistematis.
2. Untuk mengetahui fraksi CaCO3 dalam rafinat secara sistematis.

1.3 Batasan Masalah


Untuk mengetahui fraksi NaOH dalam ekstrak dan fraksi CaCO3
dalam rafinat sebanyak 2 stage pada sampel Na 2CO3 sebanyak 9,45 gram dan
CaO sebanyak 5,6 gram dengan menggunakan pelarut air 350 mL

12

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ektraksi
2.1 kstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapan bahan dari suatu padatan
3.1 atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan
pelarut
4.1 kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang antar
muka
5.1 bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan masa dengan cara
difusi. Wilson
6.1 (dalam dimas, 2013) menyatakan bahwa secara garis besar, proses pemisahan
secara
7.1 ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
8.1 1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan
sampel,
9.1 biasanya melalui proses difusi;
10.1 2. Solut akan terpisah dari sampel dan larut dalam pelarut
membentuk fase
11.1 ekstrak;
12.1 3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel.
13.1 kstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapan bahan dari suatu
padatan
14.1 atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak
dengan pelarut
15.1 kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang
antar muka
16.1 bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan masa dengan cara
difusi. Wilson
17.1 (dalam dimas, 2013) menyatakan bahwa secara garis besar, proses
pemisahan secara
18.1 ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu:
19.1 1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan
sampel,

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 14


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Ekstraksi padat cair atau leaching merupakan metode
pemisahan satu atau beberapa komponen (solute) dari campurannya
dalam padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan
pelarut (solvent) berupa cairan, Pemisahan dapat terjadi karena adanya
driving force yaitu perbedaan konsentrasi solute di padatan dengan
pelarut dan adanya perbedaan kemampuan melarut komponen dalam
campuran. Ekstraksi padat-cair atau leaching adalah proses pemisahan
solute dari padatan yang tidak dapat larut yang disebut inert. Dua
langkah utama dalam proses ekstraksi padat-cair yaitu kontak antara
padatan dan pelarut serta pemisahan larutan dari padatan inert.
Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah proses pemisahan zat
yang dapat melarut (solut) dari suatu campurannya dengan padatan
yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut cair. Proses
yang terjadi didalam leaching ini biasanya disebut juga dengan
difusi.Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi memiliki syarat
utama yaitu dapat melarutkan solute yang terkandung dalam padatan
inert. Mekanisme yang berlangsung selama proses ekstraksi padat-cair
adalah: Pelarut bercampur dengan padatan inert sehingga permukaan
padatan dilapisi oleh pelarut. Terjadi difusi massa pelarut pada
permukaan padatan inert ke dalam pori padatan inert tersebut. Laju
difusi ini lambat karena pelarut harus menembus dinding sel padatan.
Solute yang terdapat dalam padatan melarut dalam pelarut. Campuran
solute dalam pelarut berdifusi keluar dari permukaan padatan inert dan
bercampur dengan pelarut yang tersisa (Masud dan Puspitasari,2018).
2. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair atau yang dikenal dengan ekstraksi solvent
merupakan proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan
kelarutan zat terlarut yang akan dipisahkan antara larutan asal dan
pelarut pengekstrak (solvent). Aplikasi ekstraksi cair-cair terbagi
menjadi dua kategori yaitu aplikasi yang bersaing langsung dengan
operasi pemisahan lain dan aplikasi yang tidak mungkin dilakukan

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 15


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
oleh operasi pemisahan lain. Apabila ekstraksi cair-cair menjadi
opersai pemisahan yang bersaing dengan operasi pemisahan lain maka
biaya akan menjadi tolak ukur yang sangat penting.
Prinsip dasar ekstraksi cair-cair ini melibatkan pengontakan
suatu larutan dengan pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarut
dengan pelarut asal yang mempunyai densitas yang berbeda sehingga
akan terbentuk dua fasa beberapa saat setelah penambahan solvent. Hal
ini menyebabkan terjadinya perpindahan massa dari pelarut asal ke
pelarut pengekstrak (solvent).
Perpindahan zat terlarut ke dalam pelarut baru yang diberikan,
disebabkan oleh adanya daya dorong (dirving force) yang muncul
akibat adanya beda potensial kimia antara kedua pelarut. Sehingga
proses ektraksi cair-cair merupakan proses perpindahan massa yang
berlangsung secara difusional.
Proses ekstraksi cair-cair berlangsung pada suatu alat yang
dirancang sedemikian rupa sehingga mempunyai luas permukaan yang
mencukupi untuk terjadinya kontak antar fasa-fasa yang terlibat (fasa
kontinyu yang berisi zat terlarut dan fasa dispersi) sehingga distribusi
komposisi dalam kedua fasa meniadi lebih sempurna dan juga dengan
berhasil dengan baik (Masud dan Puspitasari,2018).
3. Ekstraksi Fase Padat
Ekstraksi fase padat adalah metode persiapan sampel yang
digunakan untuk isolasi, pengayaan dan pemurnian komponen dari
larutan berair tergantung pada sifat fisik dan kimianya, Ini melibatkan
kontak sampel berair dengan fasa padat atau sorben, di mana senyawa
teradsorpsi pada permukaan fasa padat sebelum elusi. Jumlah Ekstrak
dapat diabaikan dibandingkan dengan jumlah analisis dalam sampel.
Ekstraksi fase padat banyak digunakan di laboratorium analitik.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Ekstraksi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi adalah
sebagai berikut :

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 16


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
1. Temperatur Operasi
Kelarutan bahan yang diekstraksi dan difusivitas biasanya akan
meningkat dengan meningkatnya suhu. Semakin tinggi temperatur, laju
pelarutan zat terlarut ole pelarut semakin tinggi dan laju difusi pelarut
ke dalam serta ke luar padatan, semakin tinggi pula. Temperatur
operasi untuk proses ekstraksi kebanyakan dilakukan dibawah
temperature 100°C karena pertimbangan ekonomis.
2. Waktu Ekstraksi
Lamanya waktu ekstraksi mempengaruhi volume ekstrak minyak
dedak yang diperoleh. Semakin lama waktu ekstraksi semakin lama
juga waktu kontak antara pelarut n-hexane dengan bahan baku dedak
sebagai padatan sehingga semakin banyak zat terlarut yang terkandung
di dalam padatan yang terlarut di dalam pelarut.
3. Ukuran, bentuk dan kondisi partikel
Padatan minyak pada partikel organik biasanya terdapat di dalam
sel-sel. Laiu ekstraksi akan rendah jika dinding sel memiliki tahanan
difusi yang tinggi. Pengecilan ukuran partikel ini dapat mempengaruhi
waktu ekstraksi, Semakin kecil ukuran partikel berarti permukaan luas
kontak antara partikel dan pelarut semakin besar, sehingga waktu
ekstraksi akan semakin cepat.
4. Jenis pelarut
Pada proses ekstraksi, banyak pilihan pelarut yang digunakan.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelarut
adalah yaitu sebagai berikut :
a) Selekfitivitas
Selekfitivitas yaitu pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak
yang dinginkan, bukan komponen lainnya dari bahan yang
diekstrak. Dalam hal ini, larutan ekstrak yang diperoleh harus
dibersihkan yaitu dengan mengekstraksi larutan tersebut dengan
pelarut kedua.
b) Kelarutan

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 17


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Pelarut harus mempunyai kemampuan untuk melarutkan
solut sesempurna mungkin. Kelarutan solut terhadap pelarut yang
tinggi akan mengurangi jumlah penggunaan pelarut, sehingga
menghindarkan terlalu besarnya perbandingan antara pelarut dan
juga padatan.
c) Kerapatan
Perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan solute
akan memudahkan pemisahan keduanya.
d) Aktivitas kimia pelarut
Pelarut harus bahan kimia yang stabil dan inert terhadap
komponen lainnya didalam sistem.
e) Titik didih
Pada proses ekstraksi biasanya pelarut dan solut dipisahkan
dengan cara penguapan, distilasi atau rektifikasi. Oleh karena itu
titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat.
f) Viskositas pelarut
Pelarut harus mampu berdifusi ke dalam maupun ke luar
dari padatan agar bisa mengalami kontak dengan seluruh solut.
Oleh karena itu, viskositas pelarut harus rendah agar dapat masuk
dan keluar secara mudah dari padatan
g) Ratio pelarut
Rasio pelarut yang dipakai terhadap padatan harus sesuai
dengan kelarutan zat terlarut atau solut pada pelarut. Semakin kecil
kelarutan solut terhadap pelarut, semakin besar pula perbandingan
pelarut terhadap padatan, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian
perbandingan solut dan pelarut yang tepat akan mampu
memberikan hasil ekstraksi yang diharapkan (Pratama, 2018).

2.2 Larutan
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 18


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
secara fisik. Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat
atau lebih. Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent).
Zat yang jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang
jumlahnya sedikit disebut zat terlarut. Tetapi ini tidak mutlak. Bisa saja dipilih
zat yang lebih sedikit sebagai pelarut, tergantung pada keperluannya, tetapi di
sini akan digunakan pengertian yang biasa digunakan untuk sebagai pelarut
dan terlarut.
Campuran yang dapat saling melarutkan satu lama lain dalam segala
perbandingan dinamakan larutan “miscible”. Udara merupakan larutan
miscible. Jika dua cairan yang tidak bercampur membentuk dua fasa
dinamakan cairan “immiscible”. Zat terlarut adalah suatu zat yang terdispersi
(tersebar merata) dalam suatu zat pelarut. Zat pelarut adalah suatu zat yang
mendispersikan suatu komponen-komponen dari zat terlarut (Yusuf, 2019).
Kepekatan larutan secara kualitatif sering juga diungkapkan dengan
istilah jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh.
A. Larutan Jenuh
Larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil
kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh (masih dapat larut).
Untuk membuat larutan jenuh NaCl dalam air pada 25°C, kita harus
menambahkan NaCl berlebih ke dalam air dan mengaduknya terus sampai
tidak ada lagi NaCl yang melarut. Jika larutan berada pada keadaan di
mana jumlah maksimal suatu zat terlarut yang masih dapat larut dalam
suatu pelarut. Yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang
larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya. Atau
dengan kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi
dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh akan
terjadi apabila suatu hasil dari konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat
jenuh (Yusuf, 2019).

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 19


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
B. Larutan tak jenuh
Larutan tak jenuh mengandung zat terlarut dengan konsentrasi
lebih kecil daripada larutan jenuh. larutan yang mengandung sejumlah
solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solute padatnya.
Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan
jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat
jenuh. Larutan NaCl pada 25°C yang mengandung NaCl kurang dari 36,5
gram disebut larutan tak jenuh. Dalam larutan tak jenuh belum dicapai
kesetimbangan antara zat terlarut dan zat yang 3 tidak larutnya (Yusuf,
2019).
C. Larutan lewat jenuh
Suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute dari pada
yang diperlukan untuk larutan jenuh (Yusuf, 2019).

2.3 Ekstraksi Padat Cair


Ekstraksi padat cair atau biasa juga disebut leaching adalah suatu
proses pemisahan satu atau lebih konstituen dari suatu padatan dengan
mengontakkannya dengan pelarut cair. Prinsip dari ekstraksi padat-cair adalah
komponen yang terlarut dari suatu padatan, yang mengandung matriks inert
dan agent aktif, diekstraksi dengan menggunakan pelarut. Ekstrak dapat
ditemukan baik dalam fasa padatan atau fasa cair. Ekstrak tersebut berada di
dalam sel seperti minyak di dalam biji minyak atau sebagai dispersi pada
padatan seperti kafein di dalam kopi. Bahan yang akan diekstraksi merupakan
campuran yang homogen namun mempunyai banyak kapiler (Kristijarti &
Arlene, 2018).
Pada awalnya pelarut memasuki kapiler tersebut dan solute pun
terekstrak. Larutan dengan konsentrasi tinggi diproduksi karena terjadi difusi
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan dalam bahan ekstraksi dan
larutan dimana partikel padatan berada. Pada akhir proses ekstraksi didapatkan
sejumlah larutan yang mengandung pelarut dan ekstrak yang terlepas dari
partikel padatannya karena adanya gaya adesif. Larutan yang diambil dari
EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 20
LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
padatan mempunyai konsentrasi yang sama pada senyawa aktif sebagai
ekstrak. Pada kesetimbangan diasumsikan bahwa jumlah keseluruhan dari
senyawa aktif adalah jumlah yang terlarut di dalam pelarut. Secara garis besar,
proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar, yaitu
penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan
sampel,biasanya melalui proses difusi, solut akan terpisah dari sampel dan
larut oleh pelarut membentuk fasa ekstrak dan emisahan fasa ekstrak dengan
sampel. Operasi ekstraksi padat cair dilakukan dalam dua tahap utama, yaitu :
A. Kontak antara padatan dan pelarut.
Tahap ini dilakukan dengan mengontakkan padatan yang
mengandung sejumlah solut dengan pelarut murni atau pelarut yang telah
mengandung solut. Pada tahap ini solut akan berpindah ke pelarut.
B. Pemisahan ekstrak dan rafinat.
Ekstrak adalah larutan solut dalam pelarut sedangkan rafinat terdiri
dari padatan, solut yang tidak terlarut dan pelarut yang ikut terbawa serta
Ekstraksi pelarut merupakan proses ekstraksi padat-cair, yaitu proses
pemisahan suatu zat terlarut yang terdapat dalam suatu padatan dengan
mengontakkan padatan tersebut dengan pelarut. Ekstraksi padat-cair
terbagi atas dua yaitu sebagai berikut:
1. Ekstraksi padat-cair tak kontinyu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat
dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki
pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan
dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan
(dalam sebuag alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini
tidak begitu ekonomis, digunakan misalnya di tempat yang tidak
tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk
serbuk sangat halus, sehingga karena bahaya penyumbatan, ekstraktor
lain tidak mungkin digunakan. Ekstraktor yang sebenamya adalah
tangki-tangki dengan pelat ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat
ini bahan ekstraksi diletakkan diatas pelat ayak horisontal. Dengan

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 21


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
bantuan suatu distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan
perkakas pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat dinaik turunkan,
pencampuran seringkali dapat disempurnakan, atau rafinat dapat
dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor
semacam ini hanya untuk bahan padat dengan partikel tidak terlalu
halus.
Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa
ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan
dengan aliran pelarut. Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam
ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses ekstraksi
paling banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut semakin
diperkaya oleh ekstrak. Pelarut akan dikeluarkan dalam konsentrasi
tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang mengalami proses
ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini pemakaian pelarut lebih
sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang keluar
dari setiap pelat ayak kesebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut
disitu, menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera
mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan
ekstraksi. Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus
menerus meningkat. Dengan metode ini jumlah total pelarut yang
diperlukan relatif kecil. Meskipun demikian, selalu terdapat perbedaan
konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi dan pelarut.
Kerugiannya, adalah yang pemakaian banyak energi karena suatu
pelarut yang harus diuapkan secara terus menerus. Pada ekstraksi
bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat sebuah bak penampung
sebagai pengganti ketel destilasi. Dari bak tersebut larutan ekstrak
dialirkan ke dalam penguap vakum. Uap pelarut yang terbentuk
kemudian dikondensasikan, pelarut didinginkan dan dialirkan kembali
ke dalam ekstraktor dalam keadaan yang dingin (Kristijarti & Arlene,
2018).

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 22


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2. Ekstraksi padat-cair kontinyu
Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor ekstraktor
yang dipasang seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga
pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi dalam
sebuah alat yang sama. Oleh pengumpanan karena itu dapat diperoleh
output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang lebih sedikit.
Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar, ekstraktor semacam itu
kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia
dalam kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari
beraneka ragarn konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor
keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk (belt
extractor).
a) Ekstraktor keranjang
Pada ekstraktor keranjang (keranjang putar rotary
extractor), maka bahan ekstraksi akan terus menerus dimasukkan
ke dalam suatu sel-sel yang berbentuk juring (sector) dari sebuah
rotor yang berputar secara lambat yang mengelilingi poros. Pada
bagian bawah sel-sel yang ditutup oleh sebuah pelat ayak.
Selama satu putaran, maka bahan padat yang dibasahi dari
arah berlawanan oleh pelarut atau larutan ekstrak yang
konsentrasinya meningkat. Pelarut atau larutan tersebut dipompa
dari sel ke sel dan disiramkan ke atas bahan padat. Akhirnya,
bahan dikeluarkan dan keseluruhan proses ini berlangsung secara
otomatik.
b) Ekstraktor sabuk
Pada ekstraktor ini, bahan ekstraksi diumpankan secara
kontinu di atas sabuk ayak yang melingkar. Di sepanjang sabuk
bahan dibasahi oleh pelarut atau larutan ekstrak dengan konsentrasi
yang meningkat dan arah aliran berlawanan. Setelah itu bahan
dikeluarkan dari ekstrakor (Kristijarti & Arlene, 2018).

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 23


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Pada dasarnya, ekstraksi padat-cair merupakan proses pemisahan
solute yang terperangkap di dalam matriks padatan menggunakan suatu
pelarut. Mekanisme proses ekstraksi padat-cair diawali ketika pelarut kontak
dengan padatan dan kemudian berdifusi eksternal dari fasa bulk menuju ke
permukaan padatan berpori. Pelarut yang kemudian akan melarutkan
komponen-komponen terlarut. Setelah itu, terjadi proses difusi internal dimana
pelarut akan memasuki pori-pori padatan ke dalam struktur sel dan kembali
melarutkan komponen terlarut.
Kontak antara pelarut dan padatan sering didukung oleh gaya
kapilaritas. Untuk padatan yang berpori, respon ini terjadi sangat cepat. Solute
yang terperangkap di dalam matriks partikel padat ini perlu didorong keluar
dari dalam struktur sel ke pori padatan, yang kemudian menuju ke permukaan
padatan, dimana pada saat ini perpindahan massa konvektif terjadi lebih cepat
dari proses difusi dalam partikel. Ikatan terjadi antara molekul pelarut dan
solute akan melepas energi yang mendorongnya keluar dan berdifusi menjauhi
padatan. Difusi ini terjadi karena konsentrasi pelarut yang mengandung solute
lebih besar dibandingkan konsentrasi pelarut di luar padatan yang tidak
mengandung solute. Perpindahan massa solute akan terjadi hingga tercapai
keadaan setimbang (Masud dan Puspitasari,2018).
Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh pelarut yaitu pelarut
sedapat mungkin harus murah, tersedia dalam jumlah yang besar, tidak
beracun, tidak korosif, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila tercampur
dengan udara, tidak dapat menyebabkan terbentuknya emulsi, dan stabil secara
kimia maupun secara termis. Karena hampir tidak ada pelarut yang dapat
memenuhi semua syarat-syarat yang di atas, maka untuk setiap proses suatu
ekstraksi harus di cari pelarut yang paling sesuai (Nasir, Fitriyanti dan Kamila,
2019).
Pemilihan alat untuk proses leaching dipengaruhi faktor-faktor yang
membatasi kecepatan ekstraksi. Bila kecepatan ekstraksi dikontrol oleh
mekanisme difusi solute melalui pori-pori solid, maka ukuran partikel pada
solid yang diolah harus kecil, agar jarak dan perembesan tidak telalu jauh,

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 24


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
sebaliknya jika mekanisme difusi solute dari permukaan partikel dalam larutan
keseluruhan (bulk) merupakan faktor yang dapat mengontrol, maka harus
dilakukan pengadukan dan proses selanjutnya (Masud dan Puspitasari,2018).
Ada empat faktor yang harus diperhatikan dalam suatu proses leaching
(proses padat-cair) diantara lainnya, yaitu sebagai berikut :
A. Ukuran Partikel
Operasi leaching akan berlangsung dengan lebih baik bila diameter
partikel diperkecil. Pengecilan partikel ini akan memperluas permukaan
kontak sehingga perolehan dan laju difusi bertambah. Ukuran yang lebih
kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara partikel pada liquid
material, disamping itu juga dapat memperkecil jarak difusi. Pengecilan
partikel ini akan memperluas permukaan kontak sehingga perolehan dan
laju difusi bertambah. Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi.
Semakin kecil ukuran partikel maka areal terbesar antara padatan terhadap
cairan memungkinkan terjadi kontak secaratepat. Semakin besar partikel,
maka cairan yang akan mendifusi akan memerlukan waktu yang relatif
lama.
B. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan, maka difusi akan bertambah dan
perpindahan materi dari permukaan partikel kedalam larutan (bulk) akan
bertambah cepat, disamping itu dengan pengadukan akan mencegah
terjadinya pengendapan.
C. Pelarut
Harus dipilih larutan yang baik dan yang tidak dapat merusak
konstituen, disamping itu juga tidak boleh pelarut yang mempunyai
viskositas tinggi, malah sebaiknya pelarut yang akan digunakan harus
mempunyai viskositas yang lebih rendah, sehingga kelarutan ekstrak dapat
lebih besar.
Umumnya pada awal ekstraksi pelarut dalam keadaan murni, tetapi
setelah beberapa lama konsentrasi solute di dalamnya akan bertambah

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 25


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
besar akibatnya laju ekstraksi akan menurun, pertama karena gradien
konsentrasi akan berkurang dan kedua kerena larutan bertambah pekat.
D. Suhu
Umumnya kelarutan solute yang diekstraksi akan bertambah
dengan bertambahnya tinggi suhu, demikian juga akan bertambah besar
difusi tetapi dari keseluruhan tersebut akan bertambah kecepatan proses
ekstraksi. Operasi leaching bisa dilakukan dengan sistem batch, semi
batch, atau kontinyu. Proses ini biasanya dilakukan pada suhu tinggi untuk
meningkatkan kelarutan solute di dalam pelarut.
E. Reflux dan Destilasi Uap
Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama pelarut ke dalam
labu yang dihubungkan dengan kondensor. Pelarut dipanaskan hingga
mencapai titik didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu.
Destilasi uap memiliki proses yang samadan biasanya digunakan untuk
mengekstraksi minyak esensial (campuran berbagai senyawa menguap).
Selama pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai bagian
yang tidak saling bercampur) ditampung dalam wadah yang terhubung
dengan kondensor. Kerugian dari kedua metode ini adalah senyawa yang
bersifat termolabil dapat terdegradasi (Mukhriani, 2018).

2.4 Metode Ekstraksi Padat Cair


Metode ekstraksi berdasarkan ada tidaknya proses pemanasan dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu ekstraksi cara dingin dan ekstrasi cara panas.
A. Ekstraksi cara dingin
Pada metode ini tidak dilakukan pemanasan selama proses
ekstraksi berlangsung dengan tujuan agar senyawa yang diinginkan tidak
menjadi rusak. Beberapa jenis metode ekstraksi cara dingin :
1. Maserasi atau dispersi
Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak
digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil maupun skala
industri. Metode ini dilakukan dengan memasukkan serbuk tanaman

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 26


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
dan pelarut yang sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada
suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai kesetimbangan
antara konsentrasi senyawa dalam pelarut. dengan konsentrasi dalam
sel tanaman.
Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini adalah
memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup banyak, dan
besar kemungkinan beberapa senyawa hilang. Selain itu, ada beberapa
senyawa mungkin saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di
sisi lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa-
senyawa lainnya yang bersifat termolabil (Mukhriani, 2018).
Ultrasound - Assisted Solvent Extraction merupakan metode
maserasi yang dimodifikasi dengan menggunakan bantuan ultrasound
(sinyal dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi serbuk
sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonic dan ultrasound. Hal ini
dilakukan untuk memberikan tekanan mekanik pada sel hingga
menghasilkan rongga pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan
peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan meningkatkan hasil
ekstraksi
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang
disusun secara unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
sampai prosesnya sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu
ruangan. Prosedur metode iniyaitu bahan direndam dengan pelarut,
kemudian pelarut baru dialirkan secara terus menerus sampai warna
pelarut tidak lagi berwarna atau tetap beningyang artinya sudah tidak
ada lagi senyawa yang terlarut.
Kelebihan dari metode ini yaitu tidak diperlukan proses
tambahan untuk memisahkan padatan dengan ekstrak, sedangkan
kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan cukup
banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 27


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tidak meratanya kontak antara padatan dengan pelarut. Pada metode
perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara perlahan dalam sebuah
perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya).
Pelarut ditambahkan pada bagian atas serbuk sampel dan
dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kelebihan dari metode
ini adalah sampel senantiasa dialiri oleh pelarut baru.
Sedangkan kerugiannya adalah jika sampel dalam perkolator
tidak homogen maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area.
Selain itu, metode ini juga akan sangat membutuhkan banyak pelarut
dan akan memakan banyak waktu (Mukhriani, 2018).
B. Ekstraksi cara panas
Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung. Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas, yaitu:
1. Ekstraksi refluks
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan
pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut
tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Pada umumnya
dilakukan tiga sampai lima kali pengulangan proses pada rafinat
pertama. Kelebihan metode refluks adalah padatan yang memiliki
tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung dapat diekstrak
dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan
jumlah pelarut yang banyak.
2. Ekstraksi dengan alat soxhlet
Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan
pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan menggunakan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin
balik (kondensor). Pada metode ini, padatan disimpan dalam alat
soxhlet dan dipanaskan, sedangkan yang dipanaskan hanyalah
pelarutnya. Pelarut terdinginkan dalam kondensor, kemudian
mengekstraksi padatan. Kelebihan metode soxhlet adalah proses

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 28


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
ekstraksi berlangsung secara kontinyu, memerlukan waktu ekstraksi
yang lebih sebentar dan jumlah pelarut yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan metode maserasi atau perkolasi. Kelemahan dari
metode ini adalah dapat menyebabkan rusaknya solute atau komponen
lainnya yang tidak tahan panas karena pemanasan ekstrak yang
dilakukan secara terus menerus.
Metode ini dilakukan dengan menempatkan serbuk sampel
dalam sarung selulosa (dapat digunakan kertas saring) dalam
selongsong yang ditempatkan di atas labu dan di bawah kondensor.
Pelarut yang sesuai dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas
diatur di bawah suhu reflux.
Pada metode ini biasanya digunakan kolom ekstraksi yang
merupakan unggun tetap. Tujuan dari penggunaan metode soxhlet
adalah untuk mengetahui berapa banyak zat warna yang dapat
diekstrak dari suatu bahan. Metode soxhlet dapat menghasilkan yield
yang lebih banyak dibandingkan dengan metode lainnya (Mukhriani,
2018).

2.5 Titrasi Asam Basa


Titrasi merupakan suatu metode analisis kuantitatif untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan. Zat yang akan dititrasi, konsentrasi larutannya harus
diketahui terlebih dahulu (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat
disertai penambahan indikator. Indikator adalah zat yang menunjukkan tanda
perubahan warna pada titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah suatu kondisi
dimana warna pada indikator berubah (Mizan, 2018).
Analisis titrimetri yang sering disebut titrasi volumetrik adalah metode
penentuan kadar suatu zat dalam bentuk larutan dengan cara meneteskan zat
penitrasi (yang berada dalam buret) ke dalam zat yang akan dititrasi (zat yang
berada pada erlenmeyer).
Tetesan penitrasi dari buret diatur sedemikian rupa sehingga
dihentikan apabila diperoleh tanda perubahan warna yang terjadi pada zat

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 29


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
yang dititrasi, sebagai indikasi bahwa reaksi pada penitrasi telah mencapai
tingkat yang diharapkan sehingga diperoleh volume zat yang dititrasi sebagai
bahan perhitungan analisis penentuan kadar. Titik akhir titrasi diharapkan
mencapai titik ekivalen, yaitu kondisi pada saat larutan asam dapat bereaksi
dengan larutan basa. Titik ekuivalen adalah titik yang menunjukkan saat
penetrasi yang ditambahkan bereaksi seluruhnya dengan zat yang dititrasi.
Dengan kata lain, pada titik ekivalen jumlah mol penetrasi setara dengan
jumlah mol zat yang dititrasi. Kadar yang dicari tergantung dengan tujuan dari
titrasi, bisa penitrasi atau zat yang dititrasi yang ingin dicari kadarnya. Adapun
kelebihan dan kekurangan asam basa adalah sebagai berikut :
A. Kelebihan
mampu menyempurnakan teori asam yang dikemukakan oleh
Justus Von Liebig. Von Liebig menyatakan bahwa setiap asam memiliki
hidrogen (asam berbasis hidrogen). Pernyataan ini tidak tepat, karena
sebab basa juga bisa memiliki hydrogen.
B. Kekurangan
1. Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak
dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan
reaksi tanpa pelarut.
2. Tidak menjelaskan mengapa senyawa yang mengandung hidrogen
dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air untuk
membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
3. Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa (Mizan, 2018).

2.6 Natrium Karbonat (Na2CO3)


Natrium karbonat adalah garam natrium netral dari asam karbonat
yang bersifat higroskopis. Natrium karbonat merupakan salah satu bahan baku
paling penting yang digunakan dalam industri kimia dan telah dikenal manusia
sejak zaman kuno. Proses soda abu yang dilakukan oleh Leblanc mengalami
persaingan dengan proses solvay. Natrium karbonat mempunyai banyak

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 30


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
kegunaan diantaranya dalam pembersihan dan pembuatan kaca. Proses
produksi bahan alkali natrium karbonat sudah dilakukan dari zaman kuno
sampai tahun 1800 berupa pembakaran vegetasi darat dan air laut yang diikuti
oleh proses kalsinasi pada panas yang menyala dan pencucian abu (Rima dan
Zainul, 2019).
Soda abu atau natrium karbonat yang diperoleh dengan cara ini
merupakan bahan yang rendah misalnya, Barilla Spanyol berisi 25-30%
natrium karbonat, Varec dari Normandia 3-8%, dan rumput laut Skotlandia
10-15%. Soda abu juga diperoleh dari tanaman yang cukup sangat mahal
dengan menggunakan proses yang terlalu kuno untuk mendapatkan produk
massal dan menghabiskan banyak vegetasi (Rima dan Zainul, 2019).
Produksi natrium karbonat dalam jumlah besar dilakukan setelah
ditemukannya pengembangan proses baru oleh Leblanc pada tahun 1742
sampai 1806. Pada tahun 1790, pabrik pertama dibangun di kota Saint-Denis,
Prancis.
Pada awalnya, produk yang dihasilkan yaitu 300 kg per hari, kemudian
pada tahun-tahun berikutnya industri soda ini berkembang pesat di Inggris.
Hal ini terjadi karena meningkatnya permintaan soda abu oleh masyararakat
untuk membersihkan kapas dari koloni atau pengotor kapas. Pada pertengahan
tahun 1800, proses soda abu yang dilakukan oleh Leblanc. mengalami
persaingan dengan proses solvay. Diawal tahun 1800, penyelidikan dilakukan
pada industri tersebut yaitu dilakukannya reaksi dekomposisi ganda antara
NaCl dengan NH4HCO3, namun tidak berhasil.
Pada akhirnya Ernest Solvay Belgia (1838-1932) membawa
perkembangan proses solvay ini ketitik kesuksesan yaitu pada tahun 1861-
1865. Pabrik pertama dioperasikan pada tahun 1865 di Couillet, Belgia,
dengan produksi awal sebesar 1,5 ton per hari.
Pabrik solvay pertama di Jerman dibangun pada 1880 di Wyhlen di
Rhine bagian atas. Proses solvay yang secara teknis dan ekonomis telah
mampu menggantikan Leblanc, sehingga pada awal tahun 1900 hanya

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 31


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
beberapa dari tanaman Leblanc yang masih diproduksi. Sekitar tahun 1923
Leblanc berhenti beroperasi. Sejak saat itu, proses solvay lebih mendominasi.
Sejak Perang Dunia II, abu soda semakin banyak diperoleh dari trona,
terutama di Amerika Serikat. Proses Leblanc masih digunakan di Inggris dan
benua Eropa selama perang dunia pertama, tetapi jumlahnya terus berkurang
selama perang dunia kedua (Rima dan Zainul, 2019).
2.7 Tipe-Tipe Proses Natrium Karbonat
Proses pembuatan Na2CO3 ada dua macam yaitu secara sintetik dan
alami. Secara sintetik terdiri atas proses Le Blanc, Solvay dan Karbonasi
sedangkan secara alami disebut sebagai proses Natural.
A. Proses Le Blanc
Proses ini dikembangkan oleh kimiawan asal Prancis, Nicolas
LeBlanc pada tahun 1791. Dimulai dari, garam laut (natirum klorida)
direbus dalam asam sulfat untuk menghasilkan natrium sulfat dan gas
hidrogen klorida. Proses ini didasarkan pemanggangan salt cake (kerak
garam) dengan karbon (batu bara) dan kalsium karbonat di dalam kiln dan
sesudah itu mengeraskan hasilnya dengan air pada waktu dingin. Produk
kasar dari reaksi ini disebut black ash (abu hitam).
Kemudian black ash diubah lagi menjadi karbonat melalui
pengolahan dengan gas yang mengandung karbon dioksida yang berasal
dari kiln. Larutan Na2CO3 yang dihasilkan, dipekatkan sehingga
menghasilkan Na2CO3 yang kemudian dikeringkan atau dikalsinasi.
Pertama, garam laut (natrium klorida) direbus dalam asam sulfat untuk
menghasilkan natrium sulfat dan gas hidrogen klorida.
Proses ini didasarkan atas pemanggangan salt cake (kerak garam)
dengan karbon (batubara) dan batu kapur di dalam kiln dan sesudah itu
mengeraskan hasilnya dengan air. Produk kasar dari reaksi ini disebut
black ash (abu hitam).
Pengerasan dilakukan pada waktu dingin, pada pengerasan ini
berlangsung hidrolisis sebagian sulfida. Kemudian black ash diubah lagi

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 32


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
menjadi karbonat melalui pengolahan dengan gas yang mengandung
karbon dioksida yang berasal dari kiln.
Larutan Na2CO3 yang dihasilkan, dipekatkan sehingga
menghasilkan Na2CO3 yang kemudian akan dapat dikeringkan atau dapat
juga dilakukan dikalsinasi (Syarifa dan Faradisha, 2019).
Pada saat ini proses Leblanc sudah tidak dilakukan lagi karena
beberapa kelemahan diantaranya :
1. Konsumsi energi yang sangat besar pada saat pelelehan.
2. Menimbulkan dampak lingkungan, karena alasan-alasan di atas
tersebut maka pada tahun 1880 proses ini digantikan oleh proses yang
lebih bersih dan lebih efisien yaitu proses soda ammonia (proses
solvay). Kemudian pada tahun 1861, Ernest Solvay mulai
mengembangkan proses soda ammonia. Pada mulanya proses ini
mengalami kesulitan besar dalam bersaing dengan proses Leblanc
yang lebih tua dan lebih mapan, namun dalam beberapa tahun saja
proses solvay telah berhasil menurunkan harga soda ash sebanyak
sepertiganya. Pada tahun 1915 suatu proses soda ammonia yang
akhirnya telah berhasil untuk menggantikan proses Leblanc.
3. Membutuhkan tenaga kerja yang intensif karena prosesnya merupakan
proses batch yang memerlukan banyak tahap (Rima dan Zainul, 2019).
B. Proses Solvay
Dikenal sebagai proses soda amonia yang menggunakan garam
(NaCl), dan batu kapur (CaCO3) sebagai bahan baku dasar dan
menggunakan amonia sebagai siklus reagen, dengan produk samping
CaCl2. Ini berdasarkan pada kenyataan bahwa amonia bereaksi dengan
karbon dioksida dan air untuk membentuk amonium bikarbonat, Hampir
semua ammonia terbentuk oleh reaksi ini di recycle masuk kedalam proses
untuk digunakan kembali. Amonia bisa dianggap sebagai katalis.
C. Proses Karbonasi
Ekonomi proses ini tergantung pada ketersediaan jumlah NaOH
yang diproduksi. Sangat menarik untuk dicatat bahwa pasar Na2CO3

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 33


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
tergantung pada permintaan untuk klorin karena selama produksi klorin,
soda kaustik juga diproduksi dimana bersaing dalam sebagian besar
aplikasi soda abu. Oleh karena itu, jika pasar klorin tumbuh pada tingkat
yang tinggi, produk sampingan soda kaustik yang dihasilkan, dapat
mengambil alih sebagian besar pasar Na2CO3 dan menekan harga.
Dengan demikian studi pasar dan kelayakan untuk Na2CO3 harus
memperhitungkan pada saat ini (Syarifa dan Faradisha, 2019).

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 34


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Ekstraksi Padat Cair (Leaching)


Keterangan :
1. Statif
2. Buret
3. Erlenmeyer
4. Gelas Piala
5. Magnetic Stirrer
6. Hot Plate
3.2 Bahan
a. Padatan Natrium Karbonat (Na2CO3)
b. Padatan Kalsium Oksida (CaO)
c. Larutan Asam Klorida (HCl) 0,5 N
d. Aquadest (H2O)
e. Kertas Saring
f. Indikator Phenolptalien (PP)

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
g. Tissue
3.3 Cara Kerja
Pertama-tama menyiapkan alat dan bahan. Kemudian melarutkan HCl
0,5 N dengan aquadest menjadi 50 mL. Kemudian memasukkan larutan HCL
kedalam buret. Setelah itu, menimbang padatan CaO sebanyak 5,6 gram dan
Na2CO3 sebanyak 9,45 gram. Melarutkan padatan CaO dan Na 2CO3 yang
sudah ditimbang dengan aquadest sebanyak 350 mL dalam gelas piala 500 mL
kemudian mengaduk dengan hot plate magnetic stirrer sampai homogen
dengan variasi waktu pengadukan 7, 14, dan 21 menit. Kemudian menyaring
campuran yang telah didiamkan selama 7 menit dan terbentuk dua bagian
dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan bagian ekstrak dan
rafinatnya. Setelah itu mengukur berat jenis ekstrak menggunakan piknometer.
Kemudian memipet ekstrak sebanyak 10 mL kedalam erlenmeyer dan
memberikan tiga tetes indikator phenolptalien, selanjutnya menitrasi dengan
HCl hingga terjadi perubahan warna. Untuk rafinat, mengambil sedikit sampel
rafinat dan menyimpannya ke dalam petridish sebagai bobot basah dan
menimbang sebagai bobot awal rafinat. Kemudian memasukkan rafinat ke
dalam oven selama 10 menit dan desikator selama 5 menit. Setelah itu
menimbang sebagai bobot kering. Kemudian melakukan penimbangan
sebanyak tiga kali.

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 36


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 37


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
3.5 Diagram Alir Pohon

H2O H2O

NaCO3 CaO Na2CO3 CaO

Stage 1 Stage 2
HCl HCl

E1 (NaOH)
R2 (CaCO3)
R1 (CaCO3) E2 (NaOH)

Stage 3

R3 (CaCO3) E3 (NaOH)

Keterangan :
E1 : Ekstraksi Stage 1
E2 : Ekstraksi Stage 2
E3 : Ekstraksi Stage 3
R1 : Rafinat Stage 1
R2 : Rafinat Stage 2
R3 : Rafinat Stage 3

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 38


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan Konsentrasi NaOH dalam ekstrak


Stage Volume HCl Volume Konsentrasi
(ml) Ekstrak (ml) HCl NaOH
1 8,4 10 0,5 0,5952

2 9,2 10 0,5 0,5435

3 8,7 10 0,5 0,5747

4.2 Hasil Perhitungan Untuk Ekstrak


Stage Berat Ekstrak Berat NaOH Fraksi NaOH
(gr) (gr)
1 147,6684 5,2381 0,0355

2 143,5211 4,6739 0,0326

3 127,1518 4,3678 0,0344

4.3 Hasil Perhitungan Untuk Rafinat


Stage Berat Rafinat Berat CaCO3
Fraksi CaCO3
(gr) (gr)
1 24,2480 3.2257 0.13303

2 26,9948 3.11543 0.11541

3 27,1948 6.3728 0.23434

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 40


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil percobaan dan pengolahan data dapat disimpulkan
bahwa, diperoleh fraksi NaOH dalam ekstrak dan air pada stage 1, 2 dan 3
yaitu 0,0355, 0,0326 dan 0,0344. Fraksi CaCO3 yang diperoleh dalam rafinat
pada stage 1, 2 dan 3 yaitu 0,1330, 0,1154 dan 0,23434.

5.2 Saran
A. Saran Untuk Asisten

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 41


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
A.1 Perhitungan Berat Umpan
Diketahui
BM CaO : 56,08 gr/mol
BM H2O : 18 gr/mol
BM Na2CO3 : 106.gr/mol
BM NaOH : 40 gr/mol
Reaksi : Na2CO3 + CaO + 2H2O → 2NaOH + CaCO3
1. Massa CaO
m CaO = V x N x BE
= 0,25 L x 0,5 eq/L x 28 gr/eq
= 3,5 gr
2. Massa Na2CO3
m Na2CO3 = V x N x BE
= 0,25 L x 0,5 eq/L x 53 gr/eq
= 6,625 gr

A.2 Perhitungan Konsentrasi HCl 0,5 N


Diketahui
Konsentrasi HCl : 0,5 N
Volume HCl : 50 ml = 0,05 L

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 42


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
% x BJ x 1000
1. N1 = BE

0,37 x 1,19 gr/ml x 1000 ml/L


= 36,5 gr/eq
= 12,06 eq/L
2. N1 x V1 = N2 X V2
N2 X V2
V1 =
N1
0,5 eq/L X 0 ,05 L
=
12,06 eq/L
= 0,002 L
A.3 Perhitungan Konsentrasi NaOH dalam Ekstrak
Diketahui :
Konsentrasi HCl ( N1 ) : 0,5 N
Volume Sampel ( V1 ) : 10 ml = 0,01 L
Volume titran ( V2 ) : 8,4 ml = 0,0084 L
N1 x V1 = N2 x V2
N1 x V1
N2 =
V2
= 0,5 N x 0,01 L
0,0084 L
= 0,5952 N
Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada BAB IV Tabel ....
(perhitungan untuk konsentrasi NaOH dalam ekstrak)

A.4 Perhitungan Ekstrak dan Berat NaOH


piknometer dan isi - piknometer kosong
1. ρ ekstrak =
volume piknometer
piknometer dan isi - piknometer kosong
=
volume piknometer
20,7800 gr - 10,7159 gr
=
15 ml
= 0,6712 g/ml

2. Berat ekstrak total ( E1) = Volume ekstrak x ρ ekstrak


= 220 ml x 0,67 gr/ml
= 147.67 gr

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 43


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
*Hasil Perhitungan Selanjutnya dapat dilihat pada
BAB IV Tabel 4.2 (perhitungan untuk ekstrak )

3. Berat NaOH
m = V x N BE
= 0.220 L x 0,5952 eq/L x 40 g/eq
= 5,2381 gr

A.5 Fraksi Ekstrak dan Rafinat


Berat NaOH
1. Fraksi NaOH ( X NaOH ) =
E1
5,2378 gr
=
147,4 gr
= 0,0355

Hasil perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada BAB IV tabel ....

Berat rafinat kering


2. Fraksi CaCO3 ( X CaCO3 ) =
Berat Rafinat Basah
3,2257 gr
= 24,2480 gr

= 0,13303

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 44


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAMPIRAN B
DATA PENGAMATAN
B.1 Tabel Pengamatan Ekstrak
1. Berat CaO : 7,1387 gr
2. Berat Na2CO3 : 6,1924 gr
3. Volume H2O : 250 mL
4. Volume ekstraj yang dipipet : 10 mL
5. Volume picnometer : 15 mL
6. Volume picnometer + isi : 20,780 gr
7. Berat picnometer kosong : 10,7159 gr
8. Berat petridish kosong : 43,7517 ; 46,1929

Tabel B.1 Data Pengamatan Ekstrak


Vol. Total Berat Volume Volume
Densitas
Stage Ekstrak Rafinat Sampel Titrasi
(gr/mL)
(mL) (gr) (mL) (mL)
1 220 24,248 10 8,4 0,6722
2 215 26,9948 10 9,2 0,66754
3 190 27,1984 10 8,7 0,66922

Tabel B.2 Data Pengamatan Rafinat


Stag Berat Rafinat Berat Rafinat Berat H2O Pada Rafinat
e Basah (gr) Kering (gr) (gr) (A-B)
1 24,2480 3,2257 21,0223

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 45


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2 26,9948 3,1543 23,8405
3 27,1984 6,3728 20,8256

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Oven Gambar C.2 Desikator Gambar C.3 Neraca


Analitik

Gambar C.4 Batang Gambar C.5 Labu Ukur


Gambar C.6 Gelas Piala
Pengaduk 500 mL
100 mL

Gambar C.8 Bulb

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 46


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
Gambar C.7
Gambar C.9 Picnometer
Erlenmeyer
25 mL
250 mL

Gambar C.10
Gambar C.11 Gelas Piala Gambar C.12 Gelas Ukur
Petrudush
500 mL 500 mL

Gambar C.13 Pipet Gambar C.14 Pipet


Gambar C.15 Hot Plate
Tetes Volume 10 mL

Gambar C.16 Stattif Gambar C.17 Buret Gambar C.18 Stirrer

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 47


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Gambar C.20 Botol


Gambar C.19 Spatula Gambar C.21 Corong
Semprot

Gambar C.22 Stopwatch

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 48


LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA II
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Kristijarti, A. P., & Arlene, A. (2018). Isolasi Zat Warna Ungu pada Ipomoea
batatas Poir dengan Pelarut Air. Penelitian, III(1), 1–31.
Masúd, F. dan Puspitasari, P. (2018). Studi Pendahuluan Ekstraksi Bertingkat
Minyak Biji Mangga Arumanis (Mangifera Indica) Menggunalan Pelarut N-
Heksan dan Etanol‟, Jurnal Intek, 4(1), P. 42.
N. Mayora, R. Putra, R. Juandry dkk. (2019). Ekstraksi Padat Cair‟, Universitas
Riau Pekanbaru. Universitas Riau.
Mizan (2018). Pengembangan Modul Praktikum Titrasi Asam Basa Di
Laboratorium Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Uin Ar-
Raniry‟. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.
Mukhriani (2018). Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa
Aktif‟, Jurnal Of Pharmacy, Vii(2), P. 361.
Nasir, S., Fitriyanti dan Kamila, H. (2019). Ekstraksi Dedak Padi Menjadi Minyak
Mentah Dedak Padi (Crude Rice Bran Oil) dengan Pelarut N-Hexane dan
Ethanol’, Jurnal Teknik Kimia, 16(2), Pp. 1–10.
Pratama, I. A. (2018). Leaching (Ekstraksi Padat-Cair)‟, Jurnal Teknik Kimia,
(September).
Rahwatai, Y. (2018). Ekstraksi Cair-Cair‟, Jurnal Teknik Kimia, 3(2), P. 3.
Rima, J. dan Zainul, R. (2019). Natrium Karbonat: Termodinamika dan Transport
Ion‟, Jurnal Fmipa Unp, 6(2), P. 32.
Syarifa, M. N. dan Faradisha, A. M. (2019). Pra Desain Pabrik Pembuatan
Natrium Karbonat (Soda Abu) dengan Menggunakan Proses Solvay
‟Preliminary Plant Design Of Sodium Carbonate (Soda As ) Using Solvay‟.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Yusuf, Y. (2019). Buku Kimia Analisis‟. Jakarta: Educenter Indonesia. Buku
Ajar Kimia Analisis, Pdf.

EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING) 49

Anda mungkin juga menyukai