Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD FANDY S (09220220012)


MUH RESKI AWALUDIN (09220220022)
WAODE FEBRI NURFADHILA (09220220050)

LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2023
LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan Rahmat Allah SWT. Pada hari Jum’at, tanggal 20 Oktober 2023
Laboratorium Pengantar Teknik Kimia I Universitas Muslim Indonesia,
menerangkan bahwa:
Nama Stambuk
Muh Fandy S 09220220012
Muh Rezky Awaluddin 09220220022
Waode Febri Nurfadillah 09220220050

Telah melakukan praktikum Tetapan Kesetimbangan Reaksi pada hari


Jumat, tanggal 20 Oktober 2023 di Laboratorium Pengantar Teknik Kimia I
Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, 20 Oktober 2023


Mengetahui,

Rahmi Ayumi Thamrin Nur Inaya


(Asisten LAB PTK) (Asisten LAB PTK)

Menyetujui,

Ir. Muh. Arman, S.T.,M.T.,IPP


(Koordinator LAB PTK)

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI ii


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan Praktikum Pengantar Tenik Kimia I ini dengan sebaik-baiknya dan tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan praktikum ini ialah sebagai syarat
untuk menyelesaikan praktikum Pengantar Teknik Kimia I. Selain itu,
penyusunan laporan praktikum Pengantar Teknik Kimia I ini ialah sebagai bukti
hasil dari praktikum dari penetapan-penetapan yang telah dilakukan pada saat
praktikum dan untuk melengkapi tugas dari praktikum Pengantar Teknik Kimia I.
Penulisan Laporan ini kami buat berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan
selama praktikum serta literatur-literatur yang tersedia, baik itu dari buku
maupun sumberlainnya.
Dalam kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan yang besar,
penyusun sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini, baik secara langsung maupun tidak yakni kepada:
1. Orang tua tercinta yang telah mendukung secara moral maupun secara materi.
2. Kepala Laboratorium Pengantar Teknik Kimia I Dr. Ir. A. Suryanto., S.T.,
M.T., IPM., ASEAN Eng dan Koordinator Laboratorium Pengantar Teknik
Kimia Ir. Muh. Arman., S.T., M.T., IPP.
3. Asisten-asisten Laboratoium Pengantar Teknik Kimia I yang telah
mendampingi dan membimbing.
4. Teman-teman sengkatan dan seperjuangan, serta yang istimewa teman
kelompok atas kerjasama yang telah dilakukan pada saat praktikum dan juga
penyusunan laporan ini. Demikian sebagai pengantar kata, semoga laporan ini
diterima.

Makassar, 20 Oktober 2023

Penyusun

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI iii


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

INTISARI
Kesetimbangan kimia adalah pertukaran materi dan energi yang pada
dasarnya mungkin dalam dua arah pada saat bersamaan, dalam reaksi maju
mundur. Akibatnya, ada dalam kondisi konstan tertentu hubungan yang pasti
antara reaktan dan produk yang digambarkan sebagai kesetimbangan kimia. Jika
suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka konsentrasi reaktan dan
produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan yang teramati dalam
sistem. Kesetimbangan kimia dilibatkan dalam dunia industri dengan produk
reaksi kemudian dihasilkan tidak akan bertambah dengan tercapainya
kesetimbangan. Produk reaksi akan kembali dihasilkan, apabila dilakukan
perubahan seperti perubahan pada konsentrasi, temperatur ataupun perubahan
tekanan dan perubahan volume. Tujuan dari penetapan ini adalah menentukan
konversi kesetimbangan reaksi esterifikasi asam asetat (CH3COOH) dengan
etanol (C2H5OH) dan menentukan nilai kc.
Pertama-tama membilas alat dengan alkohol dan mengeringkan dalam
oven. Merangkai alat labu leher tiga, pendingin balik dan thermometer dan
memasukkan dalam mangkuk alumunium yang berisi air. Kemudian campurkan
asam asetat dan alkohol dengan perbandingan 1:3 dengan asam asetat 50 mL.
Memanaskan larutan hingga mencapai suhu 60-70℃ selama 10 menit. Memipet
sebanyak 5 mL sampel dan melakukan titrasi menggunakan NaOH 0,5 N. Setelah
itu menambahkan katalisator H2SO4 96% 5 mL, tunggu hingga suhu mencapai
65℃. Melakukan titrasi kembali 5 mL sampel menggunakan NaOH 0,5 N.
Menitar sampel dengan rentang waktu 5 menit sebanyak 7 kali hingga mencapai
volume yang konstan.
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada laju
reaksi akan semakin cepat dengan adanya penambahan katalis. Hal ini dibuktikan
pada saat awal titrasi tanpa adanya penambahan katalis jumlah volume titrasi
cukup banyak, sedangkan pada ssat penambahan katalis jumlah volume titrasi
berkurang atau lebih sedikit. Pada menut pertama hingga menit ke-10 laju reaksi
mengalami peningkatan dengan nilai yaitu 0,0069 sebelum akhirnya mengalami
penurunan dari menit ke-10 hingga menit ke-40, kemudian mencapai titik konstan
pada menit ke- 40 hingga menit ke-50 dengan nilai yaitu -0,0486.

Kata Kunci: Katalis, Reaksi, Titrasi

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI iv


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

ABSTRACT

Chemical equilibrium is the exchange of matter and energy that is


essentially possible in two directions at the same time, in a back-and-forth
reaction. Consequently, there exists under certain constant conditions a definite
relationship between reactants and products which is described as chemical
equilibrium. If a chemical has reached a state of equilibrium then the
concentrations of reactants and products become constant so that no changes are
observed in the system. The chemical equilibrium involved in the industrial world
with the resulting reaction products will not increase with the achievement of
equilibrium. Reaction products will be produced again if changes are made such
as changes in concentration, temperature or changes in pressure and volume
changes. The aim of this determination is to determine the equilibrium
conversion of the esterification reaction of acetic acid (CH3COOH) with ethanol
(C2H5OH) and determine the kc value.
First rinse the tools with alcohol and dry in the oven. Assemble the three-
neck flask, return cooler and thermometer and put it in an aluminum bowl filled
with water. Then mix acetic acid and alcohol in a ratio of 1:3 with 50 mL acetic
acid. Heat the solution to a temperature of 60-70℃ for 10 minutes. Pipette 5 mL
of sample and titrate using 0.5 N NaOH. After that add 5 mL of 96% H2SO4
catalyst, wait until the temperature reaches 65℃. Titrate again 5 mL of the sample
using 0.5N NaOH. Measuring the sample for a period of 5 minutes 7 times until it
reaches aconstant volume.
From the results of the practical work, it can be concluded that the reaction
rate will be faster with the addition of a catalyst. This is proven at the start of the
titration without the addition of a catalyst, the amount of titration volume is quite
large, whereas when the catalyst is added the amount of titration volume is
reduced or less. In the first minute until the 10th minute the reaction rate
increased with a value of 0.0069 before finally decreasing from the 10th minute
to the 40th minute, then reaching a constant point in the 40th to 50th minute with
a value of -0.0486.

Keywords: Reaction Rate, Catalyst, Titration

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI v


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
INTISARI ............................................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR SIMBOL .............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ................................................................................... 2
1.3 Tujuan Percobaan ................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesetimbangan...................................................................................... 3
2.2 Pergeseran Kesetimbangan ................................................................... 4
2.3 Tetapan Kesetimbangan ........................................................................ 6
2.4 Esterifikasi ............................................................................................ 7
2.5 Katalis ................................................................................................... 8
2.6 Laju Reaksi ........................................................................................... 9
2.7 Titrasi .................................................................................................. 11
2.8 Indikator .............................................................................................. 11
2.9 Larutan ................................................................................................ 12

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI vi


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III PROSEDUR PERCOBAAN


3.1 Rangkaian Alat ................................................................................... 14
3.2 Alat...................................................................................................... 15
3.3 Bahan .................................................................................................. 15
3.4 Cara Kerja ........................................................................................... 16
3.5 Diagram Alir ....................................................................................... 17
BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Perhitungan..................................................................... 18
4.2 Grafik dan Pembahasan ..................................................................... 19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 20
5.2 Saran .................................................................................................. 20

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI vii


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Rangkaian Alat Tetapan Kesetimbagan Reaksi……………………...14

Gambar 2 Gelas Ukur 250 mL……………………………………………….......15

Gambar 3 Bulb. . ....................................................................................................15

Gambar 4 Oven .....................................................................................................15

Gambar 5 Neraca Analitik .....................................................................................15

Gambar 6 Pipet Skala10 mL .................................................................................15

Gambar 7 Grafik Perhitungan Asam Asetat dan Etanol Perbandingan 1:3 ..........18

Gambar 8 Proses Zoom PPTK 1 Kelas D1 oleh Asisten Laboratorium ...............25

Gambar 9 Proses Pemaparan oleh Asisten Laboratorium .....................................25

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI viii


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR SIMBOL

°C = Derajat (C)

N = Normalitas (eq/L)

Val = Valensi (eq/mL)

BE = Berat Equivalen (gr/eq)

Bj = Berat Jenis (gr/mL)

Mr = Massa Atom Relatif (gr/mL)

BM = Berat Molekul (gr/mol)

Kc = Tetapan Kesetimbangan

m = Massa (kg)

M = Molaritas (mol/L)

t = Waktu (menit)

V = Volume (mL)

X = Konversi Kesetimbangan (mL)

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI ix


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Hasil Perhitugan Asam Asetat dan Etanol Perbandingan 1:3...………18
Tabel A.1 Data Pengamatan Kesetimbangan Reaksi…………………….………22

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI x


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesetimbangan kimia adalah pertukaran materi dan energi yang pada
dasarnya mungkin dalam dua arah pada saat yang bersamaan, dalam reaksi
maju mundur. Akibatnya, ada dalam kondisi konstan tertentu hubungan yang
pasti antara reaktan dan produk yang digambarkan sebagai kesetimbangan
kimia. Materi miskonsepsi adalah materi kesetimbangan kimia, karena materi
ini merupakan materi dasar untuk penerimaan konsep kimia selanjutnya.
Misalnya seperti materi termokimia, laju reaksi, kelarutan dan hasil kali dari
suatu kelarutan tersebut (Zahro’ dan Ismono, 2021).
Jika suatu kimia telah mencapai keadaan kesetimbangan maka
konsentrasi reaktan dan produk menjadi konstan sehingga tidak ada perubahan
yang teramati dalam sistem.
Kesetimbangan kimia dilibatkan dalam dunia industri dengan produk
reaksi yang kemudian dihasilkan tidak akan bertambah dengan tercapainya
kesetimbangan. Produk reaksi akan kembali dihasilkan, apabila dilakukan
perubahan seperti perubahan pada konsentrasi, suhu atau temperatur ataupun
perubahan pada tekanan dan perubahan terhadap volume. Untuk mempercepat
terjadinya kesetimbangan maka diperlukan penambahan katalisator.
Katalisator merupakan zat yang tentunya dapat mempercepat laju reaksi akan
tetapi zat tersebut tidak akan ikut bereaksi. Biasanya jika suatu sistem yang
berada pada keadaan kesetimbangan terganggu atau diganggu, maka sistem
juga akan berusaha untuk dapat mengurangi gangguan dengan cara yaitu
menggeser posisi kesetimbangannya, baik ke arah pereaksi maupun hasil
reaksi sehingga gangguan tersebut berkurang dan tercapailah suatu keadaan
biasa disebut kesetimbangan yang baru. Kesetimbangan ini tercapai apabila
ketika laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi ke kiri. Keadaan ketika
konsentrasi produk dan reaktan tidak berubah. (Purwanto, 2019).

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 1


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

1.2 Batasan Masalah


Menentukan konversi kesetimbangan pada reaksi esterifikasi dari asam
asetat (CH3COOH) 96% sebanyak 50 mL dengan etanol (C2H5OH) 96%
sebanyak 150 mL dengan perbandingan 1:3 menggunakan katalisator asam
sulfat (H2SO4) 96% sebanyak 5 mL pada suhu 60-65°C.

1.3 Tujuan Percobaan


A. Menentukan konversi kesetimbangan reaksi esterifikasi asam asetat
(CH3COOH) dengan etanol (C2H5OH).
B. Menentukan nilai Kc.

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 2


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesetimbangan
Kesetimbangan kimia termasuk ke dalam kategori kesetimbangan
dinamis karena terdiri dari reaksi maju yaitu ke kanan, ketika reaktan
menghasilkan produk dan reaksi balik yaitu ke kiri, ketika produk
menghasilkan reaktan. Reaksi kesetimbangan ditandai dengan panah bolak-
balik yang menunjukkan reaksi reversible. Selain itu, perbandingan relatif
dari setiap zat kimia yang terlibat juga tidak berubah. Kesetimbangan
dinamis hanya dapat terjadi dalam sistem tertutup dan pada suhu konstan.
Berdasarkan pada keadaan fisik reaktan dan produknya, terdapat dua
kelompok kesetimbangan,Kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan ketika
konsentrasi produk dan reaktan dalam reaksi kimia tidak berubah dari waktu
ke waktu dan suatu kondisi ketika reaktan memiliki kecepatan reaksi untuk
maju sama dengan reaksi laju untuk berbalik. (Maisaroh, 2017).
A. Kesetimbangan Homogen
Kesetimbangan homogen adalah kesetimbangan yang semua
fasanya yang ikut terlibat berwujud zat, misalnya gas atau larutan, sama
seperti:
1. Kesetimbangan dalam sistem padat gas.
2. Kesetimbangan sistem padat larutan sitasi.
B. Kesetimbangan Heterogen
Kesetimbangan heterogen merupakan kesetimbangan yang
wujud fasanya berbeda reaksi reversible adalah reaksi yang yang
melibatkan reaktan dan produk di mana fasanya berbeda sehingga
menghasilkan kesetimbangan heterogen (heterogeneous equilibrium).
1. Kesetimbangan dalam sistem padat gas.
2. Kesetimbangan sistem padat larutan (Hati, 2022).

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 3


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

C. Karakteristik Kesetimbangan Kimia


Kesetimbangan kimia memiliki beberapa karakteristik, yaitu
diantaranya konsentrasi masing-masing pereaksi atau reaktan dan juga
hasil dari reaksi atau produk pada titik kesetimbangan menjadi konstan
atau tetap. Selanjutnya bersifat dinamis yang artinya kesetimbangan
pada saat laju reaksi ke kanan sama dengan laju reaksi ke arah kiri dan
juga hanya dapat diperoleh dalam wadah yang tertutup. Kemudian
katalis tidak dapat keadaan yang setimbang, tetapi mengubah waktu
yang diperlukan untuk mencapai kesetimbangan dan kesetimbangan
kimia juga dapat dicapai dari dua arah, laju reaksi maju sama dengan
laju reaksi balik. Karakteristik kesetimbangan kimia ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi suatu reaksi kimia mencapai
kesetimbangan, tidak mencapai kesetimbangannya. (Nurchaili, 2018).

2.2 Pergeseran Kesetimbangan


Pergeseran kesetimbangan dapat didefinisikan sebagai perubahan dari
keadaan kesetimbangan semula terhadap keadaan kesetimbangan yang baru
akibat adanya aksi ataupun pengaruh yang berasal dari luar. Pergeseran
kesetimbangan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dari luar
diantaranya adalah temperatur ataupun suhu, konsentrasi, tekanan maupun
volume dan juga penambahan suatu zat yang lainnya (Myranthika, 2020).
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan antara lain, perubahan temperatur atau suhu, pengaruh
konsentrasi, pengaruh tekanan dan volume. Berikut penjelasannya:
1. Perubahan Suhu atau Temperatur
Sesuai dengan azas Le Chatelier, bila pada suatu sistem
kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi juga akan
bergeser ke arah yang membutuhkan kalor atau ke arah reaksi endoterm.
Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 4


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

reaksi akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor ataupun bisa


dikatakan bergerak ke arah reaksi eksoterm. Jika suhu dinaikkkan pada
suatu reaksi kesetimbangan maka nilai tetapan kesetimbangan akan naik
hal ini dikarenakan setiap kenaikan suhu pada reaksi kesetimbangan,
demikian maka tetapan kesetimbangan ikut meningkat juga pada saat
proses reaksi berlangsung. (Nurchaili dkk., 2018).
2. Perubahan terhadap Konsentrasi
Jika suatu konsentrasi salah satu komponen diperkecil, maka
reaksi sistem juga akan mengurangi suatu komponen tersebut.
Sebaliknya, jika kosentrasi salah satu komponen diperkecil, maka reaksi
sistem adalah menambah komponen itu sendiri. Jadi, sistem akan selalu
menyeimbangkan kosentrasi yang terjadi pada reaksi agar mencapai
suatu keadaan kesetimbangan (Erawati Dewi, 2019).
3. Perubahan terhadap Volume dan Tekanan
Bertambahnya suatu tekanan dengan cara memperkecil volume
akan memperbesar konsentrasi terhadap semua komponen yang ada.
Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan bereaksi dengan
mengurangi tekanan. Sebagaimana diketahui, tekanan gas bergantung
pada jumlah molekul dan tidak bergantung pada jenis gas. Oleh karena
itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser
ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan
dikurangi dengan cara memperbesar volume maka sistem akan bereaksi
dengan menambah tekanan dengan cara menambah jumlah molekul,
selanjutnya reaksi yang akan bergeser ke arah yang memiliki koefisien
yang lebih besar. Jika tekanan diperbesar maka volume diperkecil,
kesetimbangan akan bergeser ke koefisien reaksi. (Nurchaili dkk., 2018).
Berkurangnya suatu tekanan maka reaksi kesetimbangan akan
bergeser ke arah yang memiliki jumlah koefisiennya lebih kecil.

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 5


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Sebaliknya, apabila tekanan dikurangi dengan cara memperbesar volume,


maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan dengan cara
menambah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah
koefisiennya lebih besar (Erawati Dewi, 2019). Ketika volume sistem
berubah, tekanan parsial gas pun berubah. Jika volume diperbesar dengan
penurunan tekanan, kesetimbangan akan bergeser ke sisi yang jumlah
molnya lebih banyak. (Ulfa, 2021)
Sistem mencoba melawan peningkatan tekanan molekul dengan
beralih ke tekanan yang menyebabkan lebih sedikit tekanan. Dapat
disimpulkan bahwa jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan
aksi yang menyebabkan perubahan volume ataupun bersamaan dengan
perubahan tekanan, dana demikian maka dalam sistem akan terjadi
sebuah pergeseran kesetimbangan. (Suprianto, Rohin 2018).

2.3 Tetapan Kesetimbangan


Dalam keadaan reaksi setimbang terdapat hubungan yang erat
antara konsentrasi zat pereaksi dan hasil reaksi. Harga tetapan
kesetimbangan akan tetap selama suhunya juga tetap. Hal ini dirumuskan
dalam hukum kesetimbangan yaitu pada reaksi kesetimbangan, hasil kali
konsentrasi hasil reaksi yang dipangkatkan koefisiennya dibagi dengan
hasil kali konsentrasi pereaksi yang dipangkatkan koefisiennya akan tetap,
pada suhu yang tetap pula. Pada tetapan kesetimbangan kimia ini juga
berbanding terbalik dengan suhu namun berbanding lurus dengan konversi
atau dengan kata lain konversi tersebut berbanding terbalik dengan adanya
suhu reaksi. Untuk melihat hubungan antara tetapan kesetimbangan kimia
dengan konversi. Tetapan Kesetimbangan Berdasarkan Konsentrasi. Pada
tetapan kesetimbangan ini dinyatakan dengan adanya notasi Kc
atautetapan kesetimbangan terhadap suhu tertentu, hasil kali konsentrasi

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 6


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

zat-zat hasil reaksi dibagi dengan konsentrasi zat-zat pereaksi. (Zulkifli,


2019). Keadaan kesetimbangan dapat dipengaruhi jika:
1. Suhu diubah, karena Kc dipengaruhi oleh suhu.
2. Konsentrasi salah satu zat diubah pada suhu tetap.
3. Volume diubah dan reaksi disertai dengan penambahan jumlah
molekul pada suhu yang tetap.
4. Besarnya tetapan kesetimbangan (Kc) pada suatu reaksi terhadap
temperatur atau suhu tertentu hanya dapat ditentukan dengan
eksperimen dan tidak dapat diperkirakan dari persamaan reaksi. Jika
temperatur berubah maka nilai tetapan kesetimbangan atau besarnya
tetapan kesetimbangan juga akan berubah. perbandingan hasil kali
konsentrasi produk yang dipangkatkan koefisiennya terhadap hasil
kali konsentrasi reaktan dipangkatkan koefisiennya. (Sultan, 2016).

2.4 Esterifikasi
Esterifikasi dapat didefinisikan sebagai suatu reaksi yang lambat. Hal
yang dapat dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi yaitu dengan cara
pemanasan. Panas yang akan diperlukan untuk dapat mempercepat reaksi
juga harus memperhatikan karakteristik dari zat yang kemudian bereaksi.
Reaksi esterifikasi adalah reaksi kesetimbangan yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya ialah temperatur. Maka dari itu, untuk
menghindari kerusakan terhadap pereaksi perlu diperhatikan suhu atau
temperaturnya karena jika panas terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
terhadap pereaksi. Sehingga untuk dapat menghindari hal itu, perlu
diperhatikan sifat yang dimiliki pereaksi dan ditentukan panas optimum yang
digunakan dalam proses reaksi esterifikasi. Pada suatu reaksi lamanya proses
menunjukkan hasil yang berbeda-beda, yang dimana waktu mengacu pada
seberapa cepat reaksi esterifikasi mencapai suatu keadaan kesetimbangan.
Pada saat optimal, jumlah produk esterifikasi tidak bertambah karena telah

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 7


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

mencapai kondisi kesetimbangan atau keadaan dimana tidak terjadi lagi


perubahan.
Untuk memperoleh hasil yang optimum pada esterifikasi dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu menghilangkan produk atau dengan
menggunakan pereaksi yang berlebih. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
antara asam karboksilat dan alkohol membentuk ester dengan mengkonversi
asam lemak bebas yang terkandung di dalam trigliserida menjadi metil ester
dan hasil samping yang dihasilkan dari reaksi ini ialah terbentuknya air pada
proses reaksi esterifikasi tersebut (Suleman, Abas dan Paputungan, 2019).

2.5 Katalis
Katalis merupakan suatu zat yang mampu mempercepat laju reaksi
kimia dengan cara mencari jalur alternatif yang memiliki nilai energi aktivasi
lebih rendah dibandingkan dengan tanpa adanya penambahan bahan katalis.
Katalis juga mampu untuk dapat meningkatkan peluang terjadinya tumbukan
efektif antara molekul reaktan dan permukaan katalis dimana partikel atau
molekul-molekul reaktan tersebut nantinya akan teradsorpsi pada sisi aktif
katalis. Tujuan penggunaan katalis selain untuk mempercepat laju reaksi juga
untuk meningkatkan selektivitas terhadap produk yang diinginkan sehingga
nilai yield nya dapat meningkat. Katalisis adalah proses peningkatan laju
reaksi kimia dengan menambahkan zat yang dikenal sebagai katalis.Katalis
tidak mempengaruhi faktor termodinamika seperti entalpi dan entropi, tetapi
hanya dapat mempengaruhi faktor-faktor kinetik tertentu (Ismanto dan
Suwito, 2019).
Katalisis merupakan proses siklik di mana katalis akan berikatan
dengan reaktan membentuk kompleks yang pada akhir reaksi akan terpisah
menghasilkan produk dan katalis. Katalis adalah zat yang mempercepat laju
reaksi dengan tidak mengalami perubahan kimia, dengan cara meenergi
aktivasi (Ea). Katalis tidak akan terkonsumsi dalam reaksi dan tetap tidak

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 8


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

berubah setelahnya. Jika reaksi berlangsung cepat dan katalis didaur ulang
dengan cepat, jumlah katalis yang sangat kecil seringkali cukup. Kualitas
katalis dapat dinilai dari beberapa faktor diantaranya sebagai berikut:

1. Aktivitas, yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi reaktan menjadi


produk yang diinginkan.

2. Selektivitas, yaitu kemampuan katalis mempercepat satu reaksi di antara


beberapa reaksi yang terjadi sehingga produk yang diinginkan dapat
diperoleh dengan produk sampingan seminimal mungkin.

3. Kestabilan, yaitu kemampuan katalis dalam mempertahankan struktur


dan komposisi dalam perubahan suhu dan waktu tertentu.

4. Rendemen katalis, yaitu kemampuan katalis untuk menghasilkan produk


tertentu dari sejumlah reaktan.

5. Kemudahan diregenerasi, yaitu proses mengembalikan aktivitas dan


selektivitas katalis seperti semula (Arifin, 2020).

2.6 Laju Reaksi


Laju reaksi kecepatan dapat didefinisikan sebagai jumlah suatu
perubahan tiap satuan waktu. Misalkan seseorang lari dengan kecepatan 16
km/jam. Artinya orang tersebut telah berpindah tempat sejauh 16 km dalam
waktu satu jam. Dalam reaksi kimia, perubahan yang dimaksud adalah
perubahan konsentrasi pereaksi atau produk. Dimensi atau satuan bagi laju
reaksi adalah konsentrasi atau waktu, sehingga umumnya berlaku satuan laju
reaksi yaitu mol/liter menit atau satuan lain. Untuk fasa gas, satuan
konsentrasi akan lebih tepat bila menggunakan tekanan. Laju reaksi kimia
dapat bertambah dengan naiknya temperatur, kenaikan laju reaksi ini dapat
diartikan dengan makin cepatnya getaran molekul- molekul pada temperatur
lebih tinggi dan karenanya akan lebih sering terjadi tumbukan satu sama lain.

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 9


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Teori tumbukan dapat digunakan untuk memperkirakan laju terjadinya suatu


reaksi kimia. (Sukmawati, 2020)
A. Mekanisme Reaksi
Mekanisme reaksi adalah sekumpulan dari beberapa langkah atau
tahap reaksi yang membentuk suatu keseluruhan. Setiap tahap dari
mekanisme disebut sebagai reaksi elementer dan secara keseluruhan
dapat membentuk mekanisme reaksi, yang di mana mekanisme reaksi
terdiri dari beberapa mekanisme reaksi, di mana mekanisme reaksi terdiri
dari beberapa reaksi sederhana. Suatu reaksi elementer memberikan
informasi suatu proses pada tingkat molekul, dapat pula dinyatakan
sebagai molekularitas reaksi. (Rahman, 2022)
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
Semakin banyak tumbukan efektif maka semakin cepat laju
reaksinya Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi laju reaksi
diantaranya sebagai berikut:
1. Tekanan dan temperatur
Laju reaksi dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur. Pada
sistem reaksi biasanya keduanya dijaga dengan konstan.
2. Sinar Matahari atau Sinar Lampu
Laju reaksi juga dapat dipengaruhi oleh sinar matahari atau
sinar lampu. Pengaruh ini digunakan hanya untuk mempelajari
pengaruh fotokimia dan tidak diharapkan adanya kekuatan sinar
pada spektrofotometri yang menggunakan sinar monokromatik.
3. Kepolaran
Kepolaran pelarut, viskositas, jumlah donor elektron dan lain
sebagainya mempengaruhi laju reaksi. Jika dilakukan penambahan
suatu elektrolit pada sistem reaksi akan dapat memperkecil atau
menaikkan laju reaksinya dan demikian pula adanya penambahan
larutan buffer atau larutan penyangga. Kepolaran adalah persebaran

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 10


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

elektron yang tidak merata. Kepolaran dipengaruhi oleh faktor


kelektronegatifan, momen dipol, bentuk molekul dan pasangan
electron.(Suarsa, 2017).

2.7 Titrasi
Titrasi menggunakan pengukuran volumetrik, yaitu dengan
mereaksikan sejumlah analit dengan larutan standar yang diketahui kadar
atau konsentrasinya secara pasti dan reaksinya dilakukan secara kuantitatif.
Reaksi yang terjadi tidak spesifik pada bahan tertentu saja, namun secara
umum dapat mencakup semua bahan yang mempunyai sifat sama atau
hampir sama.
Misalnya, reaksi asam-basa dapat terjadi selama titrasi terlepas dari apakah
itu basa, asam kuat atau asam lemah. Contoh analisis yang menggunakan
teknik titrasi adalah penentuan konsentrasi larutan asam klorida melalui
titrasi dengan larutan natrium hidroksida. Pada titrasi tersebut hanya terjadi
satu reaksi saja dan tidak ada produk samping (Mundriyastutik, , 2021).

2.8 Indikator
Indikator adalah larutan yang ditambahkan pada titrasi asam atau
basa, yang berguna untuk mengamati perubahan warna pada titran yang
menandakan titik akhir titrasi telah tercapai. Pemilihan indikator untuk
setiap larutan sangat penting dan turut menentukan keberhasilan titrasi.
Pemilihan indikator yang salah akan menyebabkan kesalahan dalam
menentukan titik akhir titrasi, seperti perubahan warna yang tidak teratur
atau hilang. Penambahan indikator biasanya sedikit dan umumnya adalah 2-
3 tetes menggunakan pipet tetes. Indikator adalah larutan yang ditambahkan
pada titrasi asam atau basa, yang berguna untuk mengamati perubahan
warna pada titran yang menandakan titik akhir titrasi telah tercapai.
Pemilihan indikator untuk setiap larutan sangat penting dan turut

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 11


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

menentukan keberhasilan titrasi yang dilakukan. Pemilihan indikator yang


salah akan menyebabkan kesalahan dalam menentukan titik akhir titrasi,
seperti perubahan warna yang tidak teratur atau hilang. Titik kritis dalam
titrasi adalah titik ekivalen, yaitu titik di mana asam dan basa berada dalam
perbandingan stoikiometri dan tidak terdapat residu. Kita dapat
menggunakan perubahan warna indikator asam basa untuk menentukan titik
ekivalen. Titik dalam titrasi dimana indikator berubah warna disebut titik
akhir indikator, yang diperoleh dengan menyesuaikan titik akhir indikator
dengan titik netralisasi yang setara atau setimbang (Haryono, 2019).

2.9 Larutan
Larutan adalah suatu campuran homogen yang terdiri dari dua atau
lebih zat dalam komposisi yang bervariasi. Zat yang jumlahnya lebih sedikit
di dalam larutan disebut zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut. Zat merupakan
sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Zat tersusun atas
partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan mata
secara langsung. Susunan dan sifat partikel setiap zat berbeda- beda,
susunan dan sifat partikel sangat menentukan wujud zat. Zat cair
mempunyai sifat bentuk berubah-ubah dan memiliki volume yang tetap.
Sifat-sifat suatu larutan dapat dipengaruhi oleh susunan komposisinya.
Untuk dapat menyatakan komposisi larutan tersebut maka digunakan istilah
konsentrasi larutan yang menunjukkan perbandingan jumlah zat terlarut
terhadap pelarut. (Prihandono, 2015)
Campuran adalah gabungan dari dua atau lebih zat dengan
komposisi yang variatif dan masih memiliki ciri dan sifat zat kimia asalnya.
Larutan merupakan campuran homogen yang terdiri dari dua zat atau lebih.
Suatu larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Zat yang
jumlahnya banyak biasanya disebut pelarut, sementara zat yang jumlahnya

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 12


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

sedikit disebut zat terlarut. Berdasarkan wujud dari pelarutnya, suatu larutan
dapat digolongkan ke dalam larutan padat, cair ataupun gas. Zat terlarut
dalam ketiga fasa larutan tersebut juga dapat berupa gas, cair ataupun padat.
Campuran gas selalu membentuk larutan karena semua gas dapat saling
campur dalam berbagai perbandingan. Dalam larutan cair, cairan disebut zat
pelarut dan juga komponen disebut sebagai zat terlarut (Khaerunnisa, 2018).

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 13


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB III
PROSEDUR PERCOBBAN

3.1 Rangkaian Alat

Gambar 1. Rangkaian Alat Tetapan Kesetimbangan Reaksi


Keterangan:
1. Hotplate
2. Mangkuk Aluminium
3. Labu Leher Tiga 1000 mL
4. Thermometer
5. Kondensor
6. Selang
7. Mesin Pompa Air
8. Ember

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 14


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

9. Statif
10. Buret 50 mL
11. Erlenmeyer 250 mL

3.2 Alat

Gambar 2. Gelas Ukur Gambar 3. Bulb Gambar 4. Oven


250 mL

Gambar 5. Neraca Analitik Gambar 6. Pipet Skala 10 mL

1.3 Bahan
1. Aquadest
2. Asam Asetat (CH3COOH)
3. Etanol (C2H5OH)
4. Indikator Phenolftalein
5. Asam Sulfat (H2SO4)
6. Natrium Hidroksida (NaOH)

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 15


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

3.4 Cara Kerja


Pertama-tama membilas alat yang akan digunakan dengan
menggunakan alkohol lalu mengeringkan dalam oven. Setelah alat kering
merangkai alat labu leher tiga, pendingin balik, dan thermometer yang
disimpan diatas mangkuk aluminium yang telah berisi air, kemudian setelah
itu mencampurkan larutan asam asetat sebanyak 50 mL dengan alkohol
dengan perbandingan 1:3 dan setelah semua siap, kemudian memanaskan
larutan hingga mencapai suhu 60-70 ºC selama 10 menit, kemudian dipipet
sampel sebanyak 5 mL dan melakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,5 N
hingga tercapai perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah
muda seulas. Pada saat yang bersamaan menambahkan katalisator H2SO4
96% sebanyak 5 mL ke dalam larutan sampel, di tunggu hingga suhu
mencapai 65 ºC kemudian lakukan titrasi dengan larutan NaOH 0,5 N.

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 16


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

3.4 Diagram Alir

Membilas alat dengan sempurna menggunakan Alkohol dan


dikeringkan di dalam Oven

Merangkai alat labu leher tiga, pendingin balik dan thermometer dan
memasukkan dalam mangkuk alumunium yang berisi air.

Mencampurkan asam asetat dan alkohol dengan perbandingan 1:3


dengan asam asetat 50 mL.

Memanaskan larutan hingga mencapai suhu 60-70℃ selama


10 menit.

Memipet sebanyak 5 mL sampel dan melakukan titrasi menggunakan


NaOH 0,5 N.

Menambahkan katalisator H2SO4 96% 5 mL, tunggu hingga suhu


mencapai 65℃.

Melakukan titrasi kembali 5 mL sampel menggunakan


NaOH 0,5 N.

Menitar sampel dengan rentang waktu 5 menit sebanyak 7 kali hingga


mencapai volume yang konstan.

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 17


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Perhitungan


Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai Konversi Asam Asetat dan Ethanol Perbaningan 1:3
No Waktu (Menit) Konversi XAC
1 NaOH Awal -
2 NaOH Total -
3 5 0,0416
4 10 0,0460
5 15 0,0328
6 20 0,0504
7 25 0,0307
8 30 0,0307
9 35 0,0307

4.1 Pembahasan dan Grafik

Grafik 1. Hubungan antara Waktu dengan Konversi XAC

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 18


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Berdasarkan hasil grafik yang kami peroleh dimana diketahui pada


menit ke-5 dikonversi sebesar 0.0416, pada menit ke-10 diperoleh konversi
sebesar 0.0460, pada menit ke-15 diperoleh konversi sebesar 0.0328, pada
menit ke-20 diperoleh konversi sebesar 0.0504, pada menit ke-25,30,dan 35
diperoleh konversi yang konstan sebesar 0.0307.
Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa nilai
konversi XAC yang terbentuk semakin besar seiring berjalannya waktu dan
dengan bertambahnya waktu reaksi maka tidak mempengaruhi nilai
konversi pada saat reaksi mencapai suatu titik kesetimbangan (konstan).
Konversi reaksi asam asetat dengan etanol semakin besar seiring
bertambahnya waktu pada saat telah mencapai titik kesetimbangan, waktu
tidak lagi mempengaruhi nilai konversi atau nilai tersebut sudah berada pada
titik konstan (Dewi,2019)

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 19


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh
didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Konversi Kesetimbagan reaksi ekterifikasi dengan etanol perbandingan


1:3 yaitu 0.0307

2. Nilai tetapan kesetimbangan (Kc) reaksi ekterifikasi dengan etanol


perbandingan 1:3 yaitu 0.001004

5.2 Saran
A. Saran untuk Laboratorium
Laboratorium Pengantar Teknik Timia (PTK) cukup panas,
sehingga pada saat praktikum para praktikan kurang fokus. Maka
diharapkan untuk menambah pendingin seperti kipas angin dan juga
diharapkan untuk menyiapkan loker guna menyimpan barang para
praktikan.
B. Saran untuk Laboratorium
1. Asisten Tetap
Kepada kak Rahmi Ayumi Thamrin semoga kedepannya
dalam menjelaskan volume suaranya bisa ditingkatkan lagi, tapi
secara keseluruhan penjelasan dimengerti dengan baik.
2. Asisten Magang
Diharapkan kepada kak Nur Inaya untuk dapat sabar
memberikan arhan kepada praktikan serta dipertahankan ramahnya
kepada praktikan pada saat asistensi.

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 20


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Alauhdin, M. (2020) “Kimia Analtik Dasar”.

Arifin, F. (2020) “Sintesis dan Optimasi Katalisis Mg0,95Ni0,05F2 dalam Reaksi

Esterifikasi Asam Oleat dengan Metanol”, 2507, (hal. 1–9.

Erawati Dewi, L.J. (2019) “Pengembangan Media Pembelajaran Reaksi


Kesetimbangan Kimia”, Jurnal Pendidikan Teknol”gi dan Kejuruan, 6(2),
hal. pp 71–80.
Haryono, H.E. (2019) “Big Book Kimia Dasar”.
Hati, T.P. (2022) “Analisis Miskonsepsi “Menggunakan Metode Certainty of
Response Index (CRI) Termodifikasi Berbantuan Google Form pada
Konsep Kesetimbangan Kimia”, hal. 7–25.
Khaerunnisa, F. (2018) “Larutan,” Kimia Fisika 2”, hal. 1–56.
Mundriyastutik, Y., Maulida, I.D. dan Retnowati, E. (2021) “Analisis Volumetri
(Titrimetri)”, Universitas Muhammadiyah Kudus: MU Press, hal. 28.
Myranthika, F.O. (2020) “Pergeseran Kesetimbangan Kimia, Modul
kesetimbangan kimia”.
Nurchaili. (2018) “Pembelajaran Kimia Kesetimbangan, Angewandte Chemie
International Edition”, 6(11), 951–952.
Putri, L.M.A., Prihandono, T. dan Supriadi, B. (2015) “Pengaruh Konsentrasi
Larutan terhadap Laju Kenaikan Suhu Larutan”. Jurnal Pembelajaran
Fisika, 6(2), hal. 147–153.
Rohmah, J. dan Rini, Setiyo C. (2020) “Buku Ajar Kimia Analisi”.

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 21


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

Warna titik awal : Tidak Berwarna


Warna titik akhir : Merah Muda
V Etanol : 200 mL
N NaOH : 0,5 N
A.1 Data Pengamatan Tetapan Kesetimbangan Reaksi

No Waktu (Menit) Volume (mL)


1 NaOH Awal 45,6
2 NaOH Total 20,7
3 5 18,8
4 10 18,6
5 15 19,2
6 20 18,4
7 25 19,3
8 30 19,3
9 35 19,3

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 22


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

B.1 Perhitungan Bahan Baku

W NaOH = V × N × BE NaOH

= 0,25 L × 0,5 eq/L × 40 gr⁄eq


= 5 gr
B.2 Perhitungan Perbandingan Volume CH3COOH dan C2H5OH 1:3

Mol CH3COOH =

Mol C2H5OH = 3xmol CH3COOH = 3x 0,84 mol = 2.52 mol

B.3 Perhitungan Volume Etanol


V C2H5OH =

B.4 Konversi Reaksi Asam Asetat dan Etanol 1:3

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 23


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

B.6 Perhitungan Mol Larutan

B .7 Perhitungan Nilai Kc

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 24


LABORATORIUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

C.1 Dokumentasi

Gambar 8. Proses Zoom PPTK 1 Kelas D1 oleh Asisten Laboratorium

Gambar 9. Proses Pemaparan oleh Asisten Laboratorium

TETAPAN KESETIMBANGAN REAKSI 25

Anda mungkin juga menyukai