ABSTRAK
Nilai kalori batubara merupakan komponen penting dalam industri pertambangan mulai dari
perencanaan, desain, ekstraksi, hingga menyangkut keuntungan dari keberlangsungan tambang itu
sendiri. Kualitas batubara ini biasanya didapatkan melalui analisis laboratorium dari data coring
batuan, namun hal ini cukup memakan waktu dan juga biaya. Pada penelitian ini kami mencoba
mencari hubungan anatara parameter nilai logging geofisika terhadap nilai kualitas batubara yang
diharapkan mampu membantu dalam kegiatan prediksi kualitas batubara pada kegiatan eksplorasi.
Data yang digunakan adalah data logging geofisika dan dan nilai proksimat hasil uji laboratorium
batubara di daerah Tambang Banko Barat Pit 1, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara
Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilakukan menggunakan software wellCAD untuk
menginterpretasi lapisan batubara pada 2 sumur TM 01 dan TM 02. Sedangkan untuk mencari
hubungan nilai log densitas terhadap kualitas batubara dilakukan menggunakan Ms. Excel. Dari
penelitian ini di dapatkan bahwa terdapat hubungan antara nilai densitas dan kualitas batubara,
yaitu semakin rendah nilai densitas dalam satuan gr/cc maka nilai kualitas batubara akan semakin
baik.
ABSTRACT
The calorific value of coal is an important component in the mining industry from planning, design,
extraction, to the benefits of the sustainability of the mine itself. This coal quality is usually
obtained through laboratory analysis of rock coring data, but this is quite time consuming and also
costly. In this research we tried to find the relationship between the parameters of the geophysical
logging value to the value of coal quality which is expected to be able to assist in predicting coal
quality in exploration activities. The data used are geophysical logging data and the proximate
value of coal laboratory test results in the Banko Barat Pit 1 Mine, Lawang Kidul District, Muara
Enim Regency, South Sumatra Province. This research was conducted using wellCAD software to
interpret the coal seam in 2 wells TM 01 and TM 02. Meanwhile, to find the relationship between
log density values and coal quality was carried out using Ms. Excel. From this research, it is found
that there is a relationship between the density value and coal quality, namely the lower the density
value in gr / cc units, the better the coal quality value.
811
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020
A. PENDAHULUAN
Batubara terbentuk dari hasil akumulasi tumbuhan yang terdeposisi pada lingkungan tertentu.
Akumulasi ini dipengaruhi oleh sedimen yang kemudian menghasilkan batubara dengan peringkat
berbeda dan tingkat kompleksitas struktural yang berbeda pula (Hower, 2002). Proses terbentuknya
batubara akan mempengaruhi sumberdaya dan kualitas batubara itu sendiri, yang kemudian akan
berkaitan dengan ke ekonomisan bahan galian tersebut untuk di tambang. Informasi ini menjadi
tujuan mendasar dalam evaluasi bahan galian tambang. Jonan (2019), menjelaskan bahwa
konsumsi batubara Indonesia meningkat dari 2014 sebesar 76 juta ton, kemudian 2015 sebesar 86
juta ton. Konsumsi tersebut juga meningkat pada 2016 sebesar 91 juta ton, pada 2017 sebesar 97
juta ton dan 2018 menjadi 115 juta ton. Dengan kondisi seperti ini, kegiatan eksplorasi harus terus
dilakukan guna menyesuaikan dengan kebutuhan akan batubara yang semakin meningkat setiap
tahunnya. Lapisan batubara pada umumnya relatif mudah untuk diidentifikasi dan dikorelasikan
pada data log. Prinsip kerja logging geofisika yaitu dengan mengukur variasi kedalaman dari
properti fisik batuan menggunakan alat ukur yang berada di lobang sumur seperti nilai kandungan
radioaktif pada batuan, resistivitas dan konduktivitas batuan dan lain sebagainya.
Parameter logging geofisika yang digunakan pada penelitian ini adalah log gamma ray dan log
densitas. Log gamma ray merekam nilai radioaktivitas alami batuan yaitu unsur uranium (U),
thorium (TH) serta potassium (K) yang terdapat dalam batuan. Sedangkan log densitas merupakan
tipe log porositas yang mengukur densitas elektron suatu batuan. Nilai yang didapatkan dari hasil
pengukuran ini berdasarkan besarnya densitas matriks batuan, porositas batuan, dan densitas
kandungan yang ada dalam pori-pori batuan (Hower, 2002).
Daerah penelitian berada pada formasi Muara Enim dengan mutu cadangan batubara pada
umumnya berjenis lignit dengan kandungan kalori antara 4800-5400 Kcal/kg . Parameter kualitas
batubara juga memiliki hubungan yang kuat dengan parameter logging geofisika. Parameter ini
dimanfaatkan dengan membandingkannya terhadap estimasi parameter kualitas batubara seperti
kadar abu, volatile matter, kelembaban, dan litologi dari batuan hasil coring(Amijaya, 2005).
Penelitian ini mencoba menghubungkan data log densitas terhadap nilai proksimat batubara dengan
uji statistik, sehingga melalui pendekatan tersebut dapat diketahui hubungan antara batubara dan
nilai log densitas.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan salah satu aplikasi dari metode geofisika yaitu logging geofisika untuk
mengetahui hubungan karakteristiknya terhadap nilai proksimat pada lapisan batubara. Geophysics
Well Logging merupakan suatu metode geofisika yang mengukur besaran-besaran fisik batuan yang
memberikan informasi bawah permukaan yang meliputi karakteristik litoLogi, ketebalan lapisan,
kandungan fluida, korelasi struktur, dan kontinuitas batuan dari lubang bor (Gordon H., 2004). Log
geofisika yang dipakai pada penelitian ini adalah log gamma ray dan log densitas. Log gamma ray
merupakan log yang merekam kedalaman dari radioaktivitas alami bumi. Pada sifat radioaktivitas
berasal dari peluruhan unsur-unsur Uranium (U), Thoruium (TH) serta Potasium (K), yang terdapat
dalam batuan. Log densitas memiliki prinsip kerja mengikuti prinsip teori fisika nuklir. Dimana
pada setiap tabrakan sinar gamma akan menyebabkan berkurangnya energi, log densitas dapat pula
mendeterminasi densitas elektro formasi yang dihubungkan dengan densitas bulk sesungguhnya di
dalam gr/cc. Jika dilihat pada gambar 1 dan gambar 2, batubara memiliki nilai gamma ray dan
densitas yang cukup rendah dibandingkan batuan yang lainnya.
812
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020
Gambar 1. Respon Log Gamma Ray Terhadap Gambar 2. Respon Log Densityterhadap
Sekuen Litologi (Hower, 2002). berbagai litologi (Rider, 1996)
Koefisien korelasi ini menjadi dasar dalam mengetahui hubungan antara nilai log dengan kualitas
batubara. Dimana dari hasil korelasi nantinya nilai 0 menyatakan tidak ada korelasi antara dua
variabel, 0 – 0,25 menyatakan korelasi sangat lemah, 0,25 – 0,5 menyatakan korelasi cukup, 0,5 –
0,75 menyatakan korelasi kuat, 0,75 – 0,99 menyatakan korelasi sangat kuat, dan nilai 1
menyatakan korelasi sempurna (Sarwono, 2006).
Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dimulai dari tanggal 30 Desember 2019 hingga 29 Januari
2020 pada satuan kerja eksplorasi dan geoteknik PT. Bukit Asam Tbk. Lokasi penelitian berada di
wilayah Tanjung Enim, Muara Enim, Sumatera Selatan yaitu di daerah Blok Tambang Batubara
Banko Barat PIT 1.
Gambar 3. Lokasi Penelitian WEST BANKO Mining (PT Bukit Asam, Tbk., 2020)
813
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kerja praktik ini merupakan data sekunder hasil
logging geofisika di lapangan 2 sumur bor TM01 dan TM02, Software WellCAD, Software
ArcGIS, Software CorelDraw, Software GlobalMapper, Software Microsoft Office Word, dan
Software Microsoft Office Excel.
Daerah penelitian termasuk kedalam formasi Muaraenim. Formasi ini merupakan sedimen Tersier
Tengah dengan tatanan tektonik back arc basin. Formasi ini berumur Miosen-Pliosen yang
diendapkan selaras diatas formasi Air Benakat dengan litologi yang terdiri dari batuserpih di dasar,
perselingan tuff-batulempung di tengah, dan perlapisan batupasir-batubara di bagian atas (Darman
dan Sindi, 2000). Formasi Muara Enim memiliki empat sub-bagian lapisan yang diberi nama M1,
M2, M3 serta M4 yang pada masing-masing sub-bagian menunjukan litologi penyusunnya. Pada
sub M2 dan M4 terdapat lapisan batubara yang paling ekonomis serta potensial untuk diekploitasi.
Pada unit M1 meruapakan lapisan yang terletak paling bawah dari Formasi Muara Enim yang
mengandung dua lapisan yakni Lapisan Keladi serta Merapi. Sedangkan pada unit M2 mengandung
batubara yang mayoritas di eksploitasi pada wilayah Tanjung Enim. Kusumahbrata, Heryanto, &
Susanto (2003) menjelaskan bahwa lapisan batubara pada formasi ini sekitar 10-20% dari total
ketebalan formasi. Berdasarkan data Logging geofisika lapisan batubara tersebar diseluruh formasi.
Adapun diagram alir yang digunakan pada penelitian ini adalah seperti pada Gambar 5. Dimana
dimulai dengan melakukan studi literature terhadap penelitian sebelumnya, kemudian dilakukan
analisis litologi berdasarkan data log dan data coring, setelah didapatkan satuan batuan batubara
kemudian dilakukan analisis hubungan terhadap nilai kalori batubara.
814
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020
Interpretasi litologi ini dilakukan dengan melakukan analisa kurva Log Gamma Ray dan Log
densitas yang dihasilkan dari respon batuan pada lubang bor yang dikorelasikan terhadap poto hasil
coring pada core box masing-masing sumur. Interpretasi litologi mengacu pada nilai Log Gamma
Ray, dan poto coring sebagai pembanding hasil interpretasi. Hal ini dilakukan karena batuan hasil
coring biasanya terdapat beberapa bagian yang hilang dan mempengaruhi hasil interpretasi yang
didapatkan. Sedangkan menggunakan gamma ray terbilang cukup mampu untuk mendeteksi
perbedaan litologi pada lubang bor tersbut dan merupakan respon alami dari batuan itu sendiri.
Interpetasi dilakukan dengan menggunakan software WellCAD 4.3. Data log yang ditampilkan di
software WellCAD kemudian dilakukan interpretasi litologi. Dari hasil interpretasi yang dilakukan
pada kedua sumur tersebut, di dapatkan satuan litologi dominan sandstone, claystone, siltstone, dan
coal. Adapun target utama pada penelitian ini yaitu coal, di identifikasi dengan nilai gamma ray
yang rendah dan nilai densitas yang rendah. Masing-masing litologi batubara kemudian nilai
densitasnya di rata-rata kan dan dilakukan regresi linier terhadap nilai kualitas batubara hasil uji di
laboratorium (nilai kalori).
Berdasarkan hasil interpretasi dari data well yang ada, di dapatkan satuan litologi pada sumur TM
01 adalah soil, coal B1, claystone, coal B2, sandstone, dan coal C. Dengan nilai gamma ray yang
relatif rendah dan densitas yang relatif tinggi dibandingkan satuan litologi yang lainnya seperti
pada gambar 6.
815
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020
Litologi yang di dapatkan pada sumur TM02 dari hasil analisisi data well logging adalah sandstone,
coal A1, claystone, coal A2, siltstone, coal B1, claystone, coal B2, sandstone, dan Coal C. Dengan
nilai gamma ray dan densitas seperti pada Gambar 7.
816
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020
Dari hasil interpretasi data well logging di atas pada dua sumur TM01 dan TM02, di dapatkan
satuan litologi batubara seperti pada tabel 1.
Nilai densitas batubara yang di dapatkan dari sumur TM 01 dan TM 02 kemudian di rata-rata kan
seperti pada tabel 2 yang kemudian dilakukan regresi linier terhadap nilai kualias batubara, yaitu
nilai kalori. Dapat dilihat pada tabel 2 bahwa nilai densitas rata-rata pada masing-masing batubara,
litologi batubara A memiliki nilai densitas yang lebih tinggi daripada nilai densitas batubara B dan
C. Dan nilai kalori rata-rata pada masing-masing litologi nilai kalori batubara A lebih rendah
daripada batubara B dan C. Nilai densitas rata-rata 1.564 gr/cc dan nilai kalori 5237 Kcal/kg. Dari
hasil regresi linier yang dilakukan, hubungan densitas terhadap nilai kalori memiliki nilai koefisien
korelasi R2= 0,6993 dengan arah grafik positif. Sehingga didapatkan bahwa koefisien korelasi dari
keduanya adalah berbanding lurus, yaitu semakin tinggi nilai densitas batubara nya maka akan
semakin tinggi pula nilai kalori nya. hubungan ini dapat dilihat pada Grafik regresi linier Gambar
8.
817
PROSIDING TPT XXIX PERHAPI 2020
Densitas VS Kalori
5280
5270 B1
5260 C
5250
A1
5240
Kalori
D. KESIMPULAN
Pada kesempatan ini, kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada PERHAPI karena
telah menyelenggarakan TPT XXIX PERHAPI 2020.
DAFTAR PUSTAKA
Amijaya, H., & Littke, R. (2005): Microfacies and depositional environment of Tertiary Tanjung
Enim low rank coal, South Sumatra Basin, Indonesia. International Journal of Coal GeoLogy,
61(3–4), 197–221.
Darman, H. dan Sidi, F.H. (2000): An Outline of The GeoLogy of Indonesia. Ikatan Ahli GeoLogi
Indonesia.
Jonathan, Sarwono. (2006): Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Hower, J. C. (2002): Coal GeoLogy. In International Journal of Coal GeoLogy (Vol. 53).
Rider, M. (1996): The Geological Interpretation of well logs. Blackie, Halsted Press, New York, 175 pp.
Zhou, B., O’Brien, G., & CSIRO. (2015): Coal Quality From Geophysical Logs for Enhanced Resource
Estimation: Final Report for ACARP Project C23015. (October).
818