Anda di halaman 1dari 34

TUGAS PEMANFAATAN

SUMBERDAYA MINERAL DAN ENERGI

ALUR PRODUKSI DAN PENGOLAHAN

MINYAK BUMI DAN GAS

Dibuat Sebagai Tugas Mata Kuliah

Pengolahan Sumberdaya Mineral Energi

pada Jurusan Teknik Pertambangan

Universitas Sriwijaya

Oleh :

M Novaldi Zuhri 03021181520017

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017
ii

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nyalah maka kami telah menyelesaikan
sebuah tugas Paper Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi dengan tepat
waktu.
Berikut ini tim penulis mempersembahkan sebuah Paper dengan judul
"Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi", yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk memahami Alur Produksi
Minyak Bumi dan Gas serta Alur Pengolahan Minyak Bumi dan Gas.
Melalui kata pengantar ini tim penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi tugas Paper ini ada kekurangan dan ada
tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan tugas Paper ini dengan penuh rasa
terima kasih dan semoga Allah SWT. memberkahi Paper ini sehingga dapat
memberikan manfaat.
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN
COVER ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
ABSTRAK ................................................................................................ v
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ....................................................................... 3
II PEMBAHASAN
1.1 Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi
A. Pengertian Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi ... 4
B. Perlapisan Miring ................................................................. 8
C. Hukum “V” .......................................................................... 9
D. Kekar ................................................................................... 10
E. Lipatan ................................................................................. 13
F. Sesar ..................................................................................... 17
G. Ketidakselarasan .................................................................. 20
2.1 Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi dalam Perencanaan
Tambang
A. Perencanaan Tambang ......................................................... 23
B. Pengaruh Geologi Struktur dalam ........................................ 23
Perencanaan Tambang
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 26
3.2 Saran .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 27
v

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Deformasi .................................................................................... 4

2.2 Divergen Plate ............................................................................. 5

2.3 Konvergen Plate ......................................................................... 5

2.4 Transform Plate .......................................................................... 5

2.5 Jenis Gaya Tension, Compression Dan Couple ......................... 6

2.6 Bentuk Torsion ........................................................................... 6

2.7 Deformasi Brittle dan Ductile .................................................... 7

2.8 Hukum V .................................................................................... 10

2.9 Kekar Pengerutan ....................................................................... 11

2.10 Sheet joint di sekitar Half Dome di California .......................... 11

2.11 Sheet Joint granit pada Enchanted Rock di Texas, AS .............. 12

2.12 Kekar terhadap Perlapisan Batuan ............................................. 13

2.13 Bagian-bagian Lipatan ................................................................ 14

2.14 Bagian-bagian Sesar.................................................................... 17

2.15 Sesar Turun ................................................................................. 18

2.16 Sesar Naik ................................................................................... 19

2.17 Sesar Mendatar............................................................................ 19

2.18 Kemantapan Lereng .................................................................... 25


vi

ABSTRAK
Geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur
batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya.
Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya yang
bekerja pada batuan batuan tersebut yang berhubungan dengan ilmu mekanika
batuan, yang mempelajari sifat-sifat fisik batuan yang terkena oleh suatu gaya.
Pembahasan dalam penulisan ini secara garis besar yaitu dapat mengenai proses-
proses geologi dan mekanisme pembentukan Pengolahan Sumberdaya Mineral
dan Energi seperti kekar, retakan, sesar dan lipatan dan pengaruh Pengolahan
Sumberdaya Mineral dan Energi terhadap perencanaan tambang.
Dalam teori tektonik lempeng dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari
lempeng-lempeng yang saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-
lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen),
saling menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan (transform). Beberapa
unsur Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi secara geometri dapat
dianggap sebagai struktur bidang. Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi
tersebut diantaranya adalah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang belahan,
bidang foliasi dan sejenisnya.
Suatu perencanaan akan berjalan dengan menggunakan dua
pertimbangan yaitu pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Rancangan
teknis ini sangat dibutuhkan karena merupakan landasan dasar atau konsep dasar
dalam pembukaan suatu tambang. Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi
yang mempengaruhi dalam perancangan suatu tambang terbuka yaitu perlapisan
dan perlipatan (sinklin dan antiklin), sesar dan patahan, dan cleavage. Pengolahan
Sumberdaya Mineral dan Energi yang mempengaruhi jenjang pada tambang
terbuka karena struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan batuan karena
umumnya merupakan bidang lemah pada batuan tersebut, dan merupakan tempat
rembesan air yang mempercepat proses pelapukan. Petimbangan mengenai bentuk
Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi yang dominan tersebut akan
mempengaruhi dalam melakukan perancangan tambang.
Kata Kunci : Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi, Perencanan
tambang, Deformasi batuan.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari
tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun
deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat
dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur
adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian
dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-
unsur Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi, seperti perlipatan (fold),
rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari
satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap
sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek
geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera,
dan sebagainya.
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka
bumi maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan
bentuk bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya.
Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan
batuan-batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja
pada batuan tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun
patahan/sesar. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan
batuan, seperti sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri,
asimetri, serta lipatan rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan
adalah patahan normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan
patahan naik (trustfault).
Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah
gaya yang bekerja pada batuan batuan tersebut. Sebagaimana kita ketahui bahwa
dalam teori “Tektonik Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari
lempeng-lempeng yang saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-
lempeng tersebut dapat berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen),

1
saling menjauh (divergen), dan atau saling berpapasan (transform). Pergerakan
lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari gaya yang bekerja
pada batuan kerak bumi. Berbicara mengenai gaya yang bekerja pada batuan,
maka mau tidak mau akan berhubungan dengan ilmu mekanika batuan, yaitu
suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik batuan yang terkena oleh suatu gaya.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dipelajari dalam geologi struktur?
2. Apa pentingnya kita mempelajari geologi struktur ?
3. Apakah ada hubungan antara geologi struktur dengan bidang ilmu lainnya
?
4. Apakah ada hubungan antara geologi struktur dengan bidang geologi
lainnya?
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari mempelajari geologi struktur adalah antara lain:
1. Memberi pemahaman mengenai prinsip-prinsip dasar deformasi batuan.
2. Memberi pemahaman mengenai jenis-jenis dan mekanisme pembentukan
Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi dan tektonik yang terlibat
dalam deformasi batuan.
3. Memperkenalkan konsep tektonik lempeng sebagai mekanisme utama asal
dari sumber gaya deformasi pada batuan.
4. Mampu menafsirkan arah gaya dari deformasi batuan pada peta topografi
dan singkapan batuan.
I.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami proses-proses geologi dan mekanisme pembentukan
Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi seperti kekar, retakan, sesar
dan lipatan.
2. Mengetahui pengaruh Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi
terhadap perencanaan tambang.
3. Memahami bagaimana Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi dalam
suatu batuan terbentuk dan hal ini dapat membantu untuk mengetahui
sejarah yang pernah terjadi pada batuan tersebut. Selain dari pada itu,

2
dengan mempelajari geologi struktur, kita dapat mengetahui proses
kejadian jebakan sumberdaya geologi seperti air, minyak bumi, gas dan
mineral lainnya.
4. Dengan mengetahui jenis struktur yang ada pada batuan maka kita dapat
mengetahui kondisi batuan tersebut, apakah batuan tersebut telah terkena
gaya yang sangat kuat atau tidak? dan apakah gaya yang bekerja pada
batuan masih aktif atau tidak ?.
5. Dengan mengetahui jenis struktur yang ada, seperti lipatan atau sesar, kita
dapat mengetahui keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik. Dan hal
ini akan membantu kita untuk mengetahui kesesuaian atau kestabilan
sesuatu kawasan terhadap daya dukung lahan untuk konstruksi bangunan
atau kestabilan wilayah terhadap bencana longsoran, dsb.
I.5 Batasan masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi masalah mengenai Pengolahan
Sumberdaya Mineral dan Energi pada batuan, gaya yang berkerja pada batuan dan
pengaruh dari Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi pada batuan tersebut.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi
A. Pengertian Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi
Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi adalah segala unsur dari
bentuk arsitektur kulit bumi yang diakibatkan oleh gejala-gejala gaya endogen
bumi. Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya
merupakan batuan-batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya
yang bekerja pada batuan tersebut. Deformasi adalah perubahan dalam tempat
dan/atau orientasi dari tubuh batuan. Deformasi secara definisi dapat dibagi
menjadi :
 Distortion, yaitu perubahan bentuk.
 Dilatation, yaitu perubahan volume.
 Rotation, yaitu perubahan orientasi.
 Translation, yaitu perubahan posisi.

Gambar2.1 Deformasi
Proses yang menyebabkan batuan mengalami deformasi adalah gaya
yang bekerja pada batuan tersebut. Sebagaimana diketahui dalam teori “Tektonik
Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang
saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat
berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen),
dan atau saling berpapasan (transform).

4
Gambar2.2 Divergen Plate

Gambar2.3 Konvergen Plate

Gambar2.4 Transform Plate


Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang merupakan sumber asal dari
gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi. Sehingga secara umum pengertian
geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan
sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya.
Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada
studi mengenai unsur-unsur Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi, seperti
perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang
merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan

5
geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih besar, yang
mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi, rangkaian
pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.
Arah dari gaya yang bekerja pada atau dalam kulit bumi dapat bersifat :
1. Berlawanan arah tetapi bekerja dalam satu garis. Gaya seperti ini dapat
bersifat: Tarikan (tension) dan Tekanan (compression).
2. Berlawanan, tetapi bekerja dalam satu bidang (couple)
3. Berlawanan, tetapi bekerja pada kedua ujung bidang (torsion).
4. Gaya yang bekerja dari segala jurusan terhadap suatu benda, yang pada
umumnya berlangsung dalam kerak bumi (tekanan Lithostatis).

Gambar2.5 Jenis Gaya Tension, Compression Dan Couple

Gambar2.6 Bentuk Torsion


Kita dapat membagi material menjadi 2 (dua) kelas didasarkan atas sifat
perilaku dari material ketika dikenakan gaya tegasan padanya, yaitu :
a) Material yang bersifat retas (brittle material), yaitu apabila sebagian kecil
atau sebagian besar bersifat elastis tetapi hanya sebagian kecil bersifat
lentur sebelum material tersebut retak/pecah.
b) Material yang bersifat lentur (ductile material) jika sebagian kecil bersifat
elastis dan sebagian besar bersifat lentur sebelum terjadi peretakan /
fracture.

6
Gambar2.7 Deformasi Brittle dan Ductile
Bagaimana suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada
beberapa faktor, antara lain adalah:
a) Temperatur.
Pada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat meregang
dan berpindah, sehingga batuan/material akan lebih bereaksi pada
kelenturan dan pada temperatur, material akan bersifat retas.
b) Tekanan bebas
Pada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan sifat untuk
retak menjadi berkurang dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung
untuk menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan
yang rendah akan menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi retak.
c) Kecepatan tarikan
Pada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak. Pada
material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap
atom dalam material berpindah dan oleh karena itu maka material akan
berperilaku / bersifat lentur.
d) Komposisi
Beberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat sangat
retas. Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat
lentur. Hal tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat
satu dan lainnya. Jadi, komposisi mineral yang ada dalam batuan akan
menjadi suatu faktor dalam menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek
lainnya adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam
memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga dapat
menyebabkan pergeseran. Dengan demikian batuan yang bersifat basah

7
cenderung akan bersifat lentur, sedangkan batuan yang kering akan
cenderung bersifat retas.
Struktur Primer
Struktur primer adalah struktur dalam batuan yang berkembang pada
saat atau bersamaan dengan proses pembentukannya. Pada umumnya struktur
ini merefleksikan kondisi lokal dari lingkungan pengendapan batuan tersebut.
Contohnya bidang perlapisan pada batuan sedimen struktur sedimen seperti
gradded-bedding, cross-bedding, riple marks dan curent riples pada batupasir.
Struktur kekar kolom, ropy dan vesicular (gas vesicle) pada lava. Catatan:
Struktur primer dalam batuan sedimen akan mengikuti hukum-hukum dasar
sedimentologi, misalnya superposisi dan kesinambungan lateral.
Struktur Sekunder
Struktur sekunder adalah struktur yang terbentuk akibat gaya (force)
setelah proses pembentukan batuan tersebut, baik itu batuan beku, batuan
sedimen maupun batuan metamorf. Mempelajari proses-proses pembentukan
struktur sekunder ini yang akan menjadi fokus utama didalam geologi struktur.
Tetapi untuk beberapa kasus seringkali sangat sulit untuk membedakan struktur
primer dan sekunder, karena adanya unsur interpretasi misalnya pada saat
pembentukan struktur bantal pada lava. Dimana pada saat pembentukannya
sebagai suatu struktur primer mungkin berkaitan dengan suatu proses tektonik
regional yang signifikan.

B. Perlapisan Miring / Bidang Miring


Beberapa unsure Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi secara
geometri dapat dianggap sebagai struktur bidang. Pengolahan Sumberdaya
Mineral dan Energi tersebut diantaranya adalah bidang perlapisan, bidang kekar,
bidang belahan, bidang foliasi dan sejenisnya.
 Jurus / strike : arah dari garis horizontal yang merupakan perpotongan
antara bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal, dimana
besarnya jurus / strike di ukur dari arah utara.

8
 Kemiringan / Dip : Sudut kemiringan terbesar yang di bentuk oleh bidang
miring yang bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur tegak
lurus terhadap jurus / strike.
 Kemiringan Semu / Apprent Dip : sudut kemiringan suatu bidang yang
bersangkutan dengan bidang horizontal dari pengukuran dengan arak
tidaktegak lurus jurus / strike.
 Arah kemiringan / Dip direction : Arah tegak lurus yang sesuai dengan
arah miringnya bidang yang bersangkutan da diukur dari arah utara.

C. Hukum “V”
Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan
batuan dan topografi daerah. Hubungan antara kemiringan lairan batuan dan
topografi daerah dirumuskan dengan Hukum “V”. Ada beberapa macam pola
penyebaran singkapan :
1. Bidang horisontal. Pola penyebaran singkapan seluruhnya mengikuti pola
garis kontur. Pola singkapan membentuk “V” dengan ujung ke arah hulu.
2. Bidang miring ke arah hulu. Pola penyebaran singkapan membentuk “V”
dengan ujung ke arah hulu. Makin besar kemiringan bidang, pola “V”
makin membuka.
3. Bidang vertikal. Pola penyebaran singkapan tidak membentuk “V’, tetapi
garis lurus yang sejajar dengan jurus lapisan, dan memotong lembah.
4. Bidang miring ke arah hilir
a) Kemiringan bidang lebih besar daripada gradien lembah. Pola penyebaran
singkapan membentuk “V” dengan ujung ke arah hilir.
b) Kemiringan bidang sama dengan gradien lembah pola penyebaran
singkapan tidak memotong lembah dan tidak ada “V”
c) Kemiringan bidang lebih kecil daripada gradien lembah. Pola penyebaran
singkapan membentuk “V” dengan ujung ke arah hulu.

9
Gambar2.8 Hukum V

Pola penyebaran singkapan batuan berdasarkan topografi dan kemiringan


lapisan batuan (hukum V) (Ragan, 1973). (a) lapisan horisontal, (b) lapisan miring
ke arah hulu lembah, (c) lapisan tegak, (d) lapisan miring ke arah hilir lembah, (e)
lapisan dan lembah memiliki kemiringan yang sama, (f) lapisan miring ke arah
hilir lembah dengan sudut yang lebih kecil daripada kemiringan lembah
(kemiringan lapisan < kemiringan lembah).

D. Kekar (“joint”)
Kekar adalah struktur rekahan pada batuan dimana tidak ada atau
relative tanpa mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Kekar dapat terjadi
pada semua jenis batuan, dengan ukuran yang hanya beberapa millimeter (kekar
mikro) hingga ratusan kilometer ( kekar mayor ) sedangkan yang berukuran
beberapa meter disebut dengan kekar minor. Kekar dapat terjadi akibat proses
tektonik maupun perlapukan juga perubahan temperature yang signifikan. Kekar

10
merupakan jenis struktur batuan dalam bentuk bidang pecah. Karena sifat bidang
ini memisahkan batuan menjadi bagian-bagian terpisah maka struktur kekar
merupakan jalan atau rongga kesarangan batuan untuk dilalui cairan dari luar
beserta materi lain seperti air, gas dan unsur- unsur lain yang menyertainya.
1. Jenis-jenis Kekar
a. Kekar pengerutan (srinkage joint) yaitu kekar yang disebabkan karena
gaya pengerutan yang timbul karena pendinginan (pada batuan beku =
kekar tiang / kolom) atau pengeringan (pada batuan sedimen) biasanya
berbentuk polygonal yang memanjang. Kekar kolom yang terjadi pada
batuan beku, pada umumnya terjadi akibat adanya intrusi dangkal (intrusi
batuan yang letaknya relative dekat dengan permukaan bumi) bentuknya
adalah seperti pilar-pilar berbentuk segi 4 atau segi 6.

Gambar2.9 Kekar Pengerutan


b. Kekar lembar (sheet joint ) yaitu sekumpulan kekar yang kira-kira sejajar
dengan permukaan tanah, terutama pada batuan beku. Terbentuknya kekar
ini akibat penghilangan beban batuan yang tererosi. Penghilangan beban
pada kekar ini terjadi akibat :
1) Batuan beku belum benar-benar membeku secara menyeluruh.
2) Tiba-tiba diatasnya terjadi erosi yang dipercepat.
3) Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill) dangkal.

11
Gambar2.10 Sheet joint di sekitar Half Dome di California
c. Kekar akibat tektonik, yaitu kekar yang terbentuk karena proses endogen,
yang berupa pasangan garis yang lurus.

Gambar2.11 Sheet Joint granit pada Enchanted Rock di Texas, AS


1) Gaya Pembentukannya
1. Gaya Tekan (kompresi), dimana gaya-gaya yang bekerja menuju ke satu
titik, yaitu gaya menekan daerah tersebut, akan menghasilkan shear joint
(kekar gerus)

2. Gaya Tarik (tension)

2) Pola Kekar
Berdasarkan pola kekarnya, kekar tektonik dibedakan atas :
a) Kekar sistematik yaitu kekar dalam bentuk berpasangan arahnya sejajar
satu dengan yang lainnya.
b) Kekar non sistematik yaitu kekar yang tidak teratur biasanya melengkung
dapat saling bertemu atau bersilangan di antara kekar lainnya atau tidak
memotong kekar lainnya dan berakhir pada bidang perlapisan.
3) Dimensi (ukurannya)
Berdasarkan pada ukuran/besarnya, kekar tektonik dibedakan atas :

12
a) Master joint : kekar yang memotong melalui sejumlah lapisan batuan atau
bahkan satuan batuan dan mempunyai ukuran ratusan meter.
b) Mayor joint : kekar yang ukurannya lebih kecil dari master joint, kekar ini
masih bisa dipakai untuk analisis struktur (sangat relatif)
c) Minor joint : kekar-kekar yang ukurannya lebih kecil dari mayor joint,
ukurannya bisa beberapa meter sampai satu inchi. Kekar ini tidak bisa
dipakai dalam analisis tektonik.
d) Mikro joint : kekar-kekar yang ukurannya lebih kecil dari minor joint,
ukurannya dari 1 inchi sampai sekitar 0,5 mm.
2. Kedudukan kekar terhadap Perlapisan Batuan
Secara geometris, kekar dibedakan menjadi :
1. Dip joint, Jurusnya relatif sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan.
2. Strike joint, Jurusnya sejajar dengan arah kemiringan lapisan batuan.
3. Bedding joint, Bidangnya sejajar dengan bidang perlapisan batuan di
sekitarnya.
4. Diagonal joint, Jurusnya memotong miring bidang perlapisan batuan
sekitarnya.

Gambar2.12 Kekar terhadap Perlapisan Batuan

E. Lipatan (“Fold”)
Ragan (1973), menyatakan bahwa lipatan adalah hasil perubahan bentuk
atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau
kumpulan lengkungan pada unsur garis atau bidang dari bahan tersebut.
Sementara itu, Hobbs et al (1973) menyatakan bahwa lipatan adalah lengkungan
yang dihasilkan oleh proses deformasi dari suatu permukaan batuan yang relatif
datar.

13
Lipatan dapat merupakan pelengkungan lemah yang luas, bisa lebih dari
ratusan kilometer sampai yang sangat kecil yang berskala mikroskopis. Lipatan
sangat mudah dilihat pada batuan yang berlapis dan merupakan hasil deformasi
ductile akibat kompresi dan shear stress. Pada strain rate sangat rendah dan di atas
brittle- ductile transition, batuan dapat terlipat meskipun dekat permukaan.
Lipatan merupakan salah satu gejala Pengolahan Sumberdaya Mineral
dan Energi yang amat penting. Struktur lipatan sangat menentukan distribusi
batuan dan strujtur bawah permukaan, selain itu lipatan berhubungan erat dengan
pola tegasan atau gaya yang berpengaruh di daerah tersebut dan gejaIa struktur
yang lain, misalnya sesar.
Antiklinal merupakan puncak dari lipatan, sedangkan sinklinal
merupakan lembah dari lipatan.
1. Bagian-bagian Lipatan

Gambar 2.13 Bagian-bagian Lipatan

 “Crest”, yaitu titik tertinggi dar lipatan.


 “Hige point”, yaitu titik perlengkungan maksimum lipatan.
 “Crestal plane”, yaitu suatu bidang yang melewati titik tertinggi.
 “axial plane”, yaitu suatu bidang yang membagi lipatan menjadi dua yang
sama.

14
 “Crestal line”, yaitu garis yang merupakan hasil perpotongan antara crestal
plane dan permukaan.
 “Axial plane”, yaitu garis yang merupakan hasil perpotongan antara axial
plane dan permukaan.
 “Troungh”, yaitu titik sayap lipatan.
 “Limb”, yaitu sayap lipatan.
 “Inflection point”, yaitu titik dimana lengkungan berubah dari cekung ke
cembung atau sebaliknya

1. Klasifikasi Lipatan
a) Berdasarkan Bentuk Penampang Tegak
Billings (1986), menggolongkan lipatan berdasarkan bentuk penampang tegak
menjadi :
1) Lipatan simetri :lipatan dimana axial plane-nya vertikal.
2) Lipatan asimetri :lipatan dimana axial plane-nya condong.
3) Overturned fold :lipatan dimana axial plane-nya condong dan kedua
sayapnya miring ke arah yang sama dan biasanya pada sudut yang
berbeda.
4) Recumbent fold :lipatan dimana axial plane-nya horizontal.
5) Vertical isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya vertical.
6) Isoclined isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya condong.
7) Recumbent isoclinal fold :lipatan dimana axial plane-nya horizontal.
8) Chevron fold :lipatan dimana hinge-nya tajam dan menyudut.
9) Box fold :lipatan dimana crest-nya luas dan datar.
10) Fan fold :lipatan dimana sayapnya membalik.
11) Monocline :lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal terjal.
12) Structure terrace :lipatan dimana kemiringan lapisan secara lokal dianggap
horizontal.
13) Homocline :lapisan yang miring dalam satu arah pada sudut yang relative
sama.
b) Berdasar Intensitas Lipatan
Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan intensitas lipatan menjadi :

15
1) Open fold :lipatan yang lapisannya tidak mengalami penebalan atau
penipisan karena deformasi yang lemah.
2) Closed fold :lipatan yang lapisannya mengalami penebalan atau penipisan
karena deformasi yang kuat.
3) Drag fold :lipatan-lipatan kecil yang terbentuk pada sayap-sayap lipatan
yang besar akibat terjadinya pergeseran antara lapisan kompeten dengan
lapisan tak kompeten.
c) Berdasarkan Pola Sumbu Lipatan
Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan pola sumbu lipatan menjadi :
1) En enchelon fold :beberapa lipatan yang sifatnya lokal dan saling overlap
satu dengan yang lain.
2) Culmination dan depression :lipatan-lipatan yang menunjam pada arah
yang berbeda, sehingga terjadi pembubungan dan penurunan.
3) Anticlinorium :yaitu antiklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan
yang lebih kecil.
4) Synclinorium :yaitu sinklin mayor yang tersusun oleh beberapa lipatan
yang lebih kecil.
d) Berdasarkan Sifat Lipatan dengan Kedalaman
Billings (1986) menggolongkan lipatan berdasarkan sifat lipatan dengan
kedalaman menjadi :
1) Similar fold :lipatan yang tiap lapisannya lebih tipis pada sayapnya dan
lebih tebal pada hinge-nya.
2) Paralel/concentric fold :lipatan dengan anggapan bahwa ketebalan lapisan
tidak berubah selama perlipatan.
3) Pierching/diaphiric fold :lipatan dimana intinya yang aktif telah
menerobos melalui batuan diatasnya yang lebih rapuh.
4) Supratenuous fold :lipatan yang terbentuk karena adanya perbedaan
kompaksi sedimen pada saat pengendapan terjadi di punggung bukit.
5) Disharmonic fold :lipatan yang bentuknya tak seragam dari lapisan
kelapisan.
e) Berdasarkan Kedudukan Axial Surface dan Hinge Line
Turnes dan Weiss, 1963 (vide Hobbs et al, 1973) menggolongkan lipatan

16
berdasarkan kedudukan “axial surface” dan “hinge line” menjadi :
1) Horizontal normal :lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan
hinge line horizontal.
2) Plunging normal :lipatan dimana kedudukan axial surface vertikal dan
hinge line menunjam.
3) Horizontal inclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan
hinge line horizontal.
4) Plunging inclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan
hinge line menunjam, tetapi jurus axial plane miring terhadap sumbu
lipatan.
5) Reclined :lipatan dimana kedudukan axial surface miring dan hinge line
menunjam, tetapi jurus axial plane tegak lurus terhadap sumbu lipatan.
6) Vertical :lipatan dimana kedudukan axial surface dan hinge line vertical.
7) Recumbent :lipatan dimana kedudukan axial surface dan hinge line
horizontal.
F. Sesar (“Fault”)
Struktur sesar adalah rekahan yang mengalami geser-geseran yang jelas
(Tjia, 1977). Pergerakan dapat berkisar dari beberapa milimeter sampai ratusan
meter dan panjangnya dapat mencapai beberapa desimeter hingga ribuan meter.
Sesar dapat terjadi pada segala jenis batuan. Akibat terjadinya pergeseran itu,
sesar akan mengubah perkembangan topografi, mengontrol air permukaan dan
bawah permukaan, merusak stratigrafi batuan, dan sebagainya.
1) Bagian-bagian Sesar
Struktur sesar mempunyai bagian bagian yang nampak seperti gambar di bawah
ini :

Gambar 2.14 Bagian-bagian sesar


Keterangan gambar tersebut :

17
α = dip
β = rake of net slip
θ = hade = 90o – dip
ab = net slip
ac = strike slip
cb = ad = dip slip
ae = vertical slip = throw
de = horizontal slip = heave
Dalam penjelasan sesar, digunakan istilah hanging wall dan foot wall
sebagai penunjuk bagian blok badan sesar. Hanging wall merupakan bagian tubuh
batuan yang relatif berada di atas bidang sesar. Foot wall merupakan bagian
batuan yang relatif berada di bawah bidang sesar.
2. Klasifikasi Sesar
a. Berdasarkan gerak relatif hanging wall dan foot wall
1) Sesar turun/normal yaitu bila hanging wall posisinya turun terhadap fott
wall atau patahan yang terjadi pada batuan yang salah satu bagiannya
mengalami pergerakan ke bawah terhadap keadaan asalnya. Gerakan
patahan ini adalah disebabkan oleh kekuatan tegang dan mengakibatkan
perluasan (ada bidang fault plane). Nama lain adalah normal-slip fault,
patahan gaya berat atau patahan tegang.

Gambar 2.15 Sesar Turun


2) Sesar Naik (reverse fault) yaitu bila hanging wall possisinya naik terhadap
foot wall. Pada reserve fault adalah kebalikan dari normal fault. Yaitu
arah patahan bagian batuan adalah naik terhadap keadaan awal batuan.
Gerakan patahhan ini disebabkan oleh kekuatan compresional (tekanan)
yang mengakibatkan pemendekan atau penyempitan.

18
Gambar 2.16 Sesar Naik
b. Berdasarkan ada tidaknya gerakan rotasi :
 Sesar translasi, merupakan sesar dimana tidak ada gerak rotasi dari
masing-masing blok dan garis-garis sejajar dari blok yang berlawanan
tetap sejajar.
 Sesar rotasi, yaitu sesar dimana ada gerak rotasi dari blok yang satu
terhadap yang lain dan garis-garis sejajar dari blok yang berlawanan
menjadi tidak sejajar.
c. Berdasarkan besar rake dari net slip (Billinge 1977)., sesar terbagi menjadi:
 Strike Slip Fault, yaitu bila rake 0° dan arah gerakan sejajar terhadap jurus
bidang sesar.

Sesar ini disebut juga sebagai Sesar Mendatar. Sesar mendatar terbagi lagi
atas :
- Sesar Mendatar Sinistral, yaitu sesar mendatar yang blok batuan
kirinya lebih mendekati pengamat.
- Sesar Mendatar Dextral, yaitu sesar mendatar yang blok batuan
kanannya lebih mendekati pengamat.

Gambar 2.17 Sesar Mendatar

 Dip Slip Fault, yaitu bila rake 90° dan arah gerakan tegak lurus dengan
jurus bidang sesar.

19
 Diagonal Fault, yaitu bila rake tidak sama dengan 0° dan 90°.
d. Berdasarkan Keaktifan Sesar
1) Menurut Tjia (1976), tingkat keaktifan sesar dibedakan atas :
a. Sesar Aktif, yaitu pergeseran sesar terjadi pada waktu Holosen atau
selama sejarah geologi.
b. Sesar berkeaktifan potensial, yaitu sesar terjadi pada batuan
berumur kwarter dan terjadi pada daerah gempa bumi / gunungapi.
c. Sesar berkeaktifan tidak pasti, yaitu pergeseran sesar yang terjadi
lebih tua daripada kwarter, sesar ini terjadi pada batu gamping dan
pada lereng yang curam.
d. Sesar tidak aktif : terjadi pada batuan pra Kwarter dengan tektonik
stabil.
2) Menurut Lensen (1980), tingkat keaktifan sesar dibedakan atas:
a. Sesar aktif kelas I, yaitu sesar yang menunjukkan pengulangan
gerakan terakhir pada waktu 5.000 tahun atau gerakan tunggal
terjadi selama zaman dan pengulangan gerakan pada 5.000 tahun
terakhir.
b. Sesar aktif kelas II, yaitu sesar kurang aktif dengan pengulangan
terakhir dalam waktu 50.000 tahun atau gerakan tunggal dalam
waktu 5.000 tahun, pengulangan gerakan antara 5.000 - 50.000
tahun.
c. Sesar aktif kelas III, yaitu sesar yang paling kurang aktif dengan
gerakan tunggal terakhir dalam waktu 50.000 tahun atau
pengulangan gerakan 50.000 – 500.000 tahun. Faedah
penggolongan sesar aktif adalah kita dapat menaksir gerakan yang
akan datang karena dimungkinkan akan bergerak lagi.
e. Berdasarkan Kumpulan Sesar
Berdasarkan kumpulan sesar dengan kekhasan yang dimilkinya, sesar dibagi
menjadi:
a. Concentric Fault, yaitu kumpulan sesar yang konsentris terhadap
satu pusat.

20
b. Radial Fault, merupakan kumpulan sesar yang arahnya membentuk
pola.
c. Rectilinier Fault, yaitu kumpulan sesar yang membentuk pola garis
hamper tegak lurus.
d. Paralel Fault, merupakan kumpulan sesar yang membentuk pola
sejajar satu dengan lainnya.

G. Ketidakselarasan (unconformity)
Ketidakselarasan adalah suatu konsep dalam stratigarafi yang membahas
tentang hubungan yang tidak normal antara lapisan batuan satu dengan yang lain.
Ketidakselarasan identik dengan sedimentasi, dimana konsep ini bisa menjelaskan
tentang proses sedimentasi, endogen dan eksogen yang terjadi sebelumnya
melalui jenis ketidakselarasan yang terbentuk.
Untuk memahami konsep ketidakselarasan, kita harus memahami dahulu
konsep yang sebaliknya yaitu keselarasan. Selaras dalam stratigrafi artinya teratur,
beururutan, menerus. Lapisan dikatakan selaras jika lapisan tersebut diendapkan
secara teratur, belum mengalami deformasi, mengikuti hukum superposisi
(lapisandibawah lebih tua dari lapisan diatasnya) dan umurnya menerus/tidak
terjadi gap umur antar lapisan.
Ketidakselarasan adalah permukaan erosi atau non-deposisi yang
memisahkan lapisan yang lebih muda dari yang lebih tua dan menggambarkan
suatu rumpang waktu yang signifikan. Ketidakselarasan digolongkan berdasarkan
hubungan struktur antar batuan yang ditumpangi dan yang menumpangi. Ia
menjelaskan rumpang pada sikuen stratigrafi, yang merekam periode waktu yang
tidak terlukiskan di kolom stratigrafi. Ketidakselarasan juga merekam perubahan
penting pada satu lingkungan, mulai dari proses pengendapan menjadi non-
deposisi dan/atau erosi, yang umumnya menggambarkan satu kejadian tektonik
yang penting.
1. Macam-macam Ketidakselarasan
a. Angular unconformity (ketidakselarasan menyudut)
Ketidakselarasan dimana lapisan yang lebih tua memiliki kemiringan
yang berbeda (umumnya lebih curam) dibandingkan dengan lapisan yang lebih

21
muda. Hubungan ini merupakan tanda yang paling jelas dari sebuah rumpang,
karena ia mengimplikasikan lapisan yang lebih tua terdeformasi dan terpancung
oleh erosi sebelum lapisan yang lebih muda diendapkan.
b. Disconformity (ketidakselarasan sejajar)
Disconformity adalah permukaan yang menghubungkan dua lapisan
sedimen yang sejajar. Lapisan yang terbentuk lebih dahulu mengalami erosi,
kemudian lapisan erosi baru terbentuk di atasnya. Kedua lapisan ini dapat berupa
lapisan dengan komposisi yang berbeda. Dengan kata lain, ciri khas
ketidakselarasan jenis disconformity adalah adanya bidang erosi.
c. Nonconformity
Nonconformity adalah adanya lapisan batuan sedimen yang menumpang
diatas batuan beku atau metamorf. Proses terbentuknya sebagai berikut: ada
sebuah perlapisan batuan sedimen yang mengandung batuan metamorf/intrusi
batuan beku. Pada suatu hari, proses sedimentasi berhenti untuk waktu yang lama.
Perlapisan batuan sedimen ini pun tererosi sampai-sampai batuan beku/metamorf
muncul ke permukaan. Beberapa saat kemudian, proses sedimentasi berjalan lagi.
hasil akhirnya adalah batuan beku/metamorf dengan bagian atas tampak tererosi
dan ditumpangi suatu lapisan batuan sedimen.
d. Paraconformity
Adalah hubungan antara dua lapisan sedimen yang bidang
ketidakselarasannya sejajar dengan perlapisan sedimen. Pada kasus ini sangat sulit
sekali melihat batas ketidakselarasannya karena tidak ada batas bidang erosi. Cara
yang digunakan untuk melihat keganjilan antara lapisan tersebut adalah dengan
melihat fosil di tiap lapisan. Karena setiap sedimen memiliki umur yang berbeda
dan fosil yang terkubur di dalamnya pasti berbeda jenis.

22
2.2 Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi Dalam Perencanaan
Tambang
A. Perencanaan Tambang
Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai
sasaran,kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk
mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. Pada dasarnya perencanaan
dibagi atas 2 bagian utama, yaitu:
1. Perencanaan strategis yang mengscu kepada sasaran secara menyeluruh,
strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.
2. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan
sumber daya untuk mencapai sasaran.
Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu
perencanaan akan berjalan dengan menggunakan dua pertimbangan yaitu
pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan
perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program-program kegiatan yang sistematis
berupa rancangan kegiatan yang dalam perencanaan penambangan disebut
rancangan teknis penambangan. Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan karena
merupakan landasan dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang.

B. Pengaruh Geologi Struktur dalam Perencanaan Tambang Terbuka


Setelah sebuah tahapan eksplorasi dan studi kelayakan pada suatu daerah
selesai dilakukan dan menyatakan bahwa suatu cebakan bijih layak secara
ekonomis untuk ditambang, bagian teknik tambang segera menyusun perencanaan
tambang. Dalam suatu perencanaan tambang, khususnya tambang bijih, terdapat
dua pertimbangan dasar yang perlu diperhatikan, yaitu; pertimbangan ekonomis
dan pertimbangan teknis. Salah satu dari pertimbangan teknis dalam suatu
perencanaan ialah pertimbangan kondisi geologi, dalam hal ini Pengolahan
Sumberdaya Mineral dan Energi yang dominan.Pengolahan Sumberdaya Mineral
dan Energi yang mempengaruhi dalam perancangan suatu tambang terbuka yaitu:
1. Perlapisan dan perlipatan (sinklin dan antiklin)
2. Sesar dan patahan
3. Cleavage

23
Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi yang mempengaruhi
jenjang pada tambang terbuka karena struktur ini sangat mempengaruhi kekuatan
batuan karena umumnya merupakan bidang lemah pada batuan tersebut, dan
merupakan tempat rembesan air yang mempercepat proses pelapukan.
Petimbangan mengenai bentuk Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi yang
dominan tersebut akan mempengaruhi dalam melakukan perancangan tambang.
Adanya daerah perlapisan, perlipatan, sesar dan patahan akan mempengaruhi
batas-batas daerah yang akan ditambang (geometri dari daerah penambangan)
serta adanya struktur pada bagian jenjang (bench) karena struktur ini sangat
mempengaruhi kekuatan batuan karena umumnya merupakan bidang lemah pada
batuan tersebut, dan merupakan tempat rembesan air yang mempercepat proses
pelapukan. Kejadian ini akan berpengaruh pada kemantapan lereng dalam hal ini
perlu mengindentifikasi struktur-struktur tersebut untuk mengetahui zona
hancuran, dan potensi kelongsoran pada lereng sehingga dapat mengantisipasi
adanya permasalahan dan mencegah terjadinya bahaya dalam kelangsungan
operasi penambangan setiap harinya.

24
G

Gambar 2.18 Kemantapan Lereng

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu :
1. Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi adalah segala unsur dari bentuk
arsitektur kulit bumi yang diakibatkan oleh gejala-gejala gaya endogen bumi.
Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan
batuan-batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang
bekerja pada batuan tersebut. Deformasi adalah perubahan dalam tempat
dan/atau orientasi dari tubuh batuan.

2. Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi terdiri dari struktur Primer dan
Sekunder. Struktur primer terdiri dari : Greded Bedding, Cross Bedding, Dll.
Struktur Sekunder terdiri dari kekar, sesar, dan lipatan.
3. Hubungan dari ketiga Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi ini dapat
dijelaskan melalui three stages of deformation yang merupakan sifat deformasi
suatu benda terhadap gaya berdasarkan tingkat elastisitas benda tersebut.
Ketiga tingkatan tersebut adalah Elastic, Plastic, Brittle/Ductile.
4. Proses deformasi batuan terdiri dari : Deformasi yang bersifat elastic (Elastic
Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya dapat berbalik (reversible).
Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat gaya
tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).
5. Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya tegasan
yang bekerja pada batuan batuan tersebut, dengan demikian kita juga dapat
memperkirakan bahwa beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang sama
akan terjadi retakan atau terpatahkan, sedangkan yang lainnya akam terlipat.

3.2 Saran
Demi kesempurnaan paper ini, tim penulis mengharapkan kritik dan saran
membangun dari pembaca, sehingga menambah pengetahuan pembaca sendiri dan
bermanfaat untuk semua pembaca.

26
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Balfas, Muhammad Dahlan. 2015. Geologi untuk Pertambangan Umum Cetakan
I. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar Cetakan I. Surakarta : LPP UNS
dan UNS Press.

E-Book :
Sudarno, dkk. 2008. Panduan Praktikum Geologi Struktur. Yogyakarta : Teknik
Geologi UGM

Internet :
Abdullah, Shalahudin. 2014. Peran Geologi Struktur dalam Pertambangan dan
Teknik Sipil. (Online) https://www.scribd.com/doc/243764831 (Diakses
pada tanggal 13 Desember 2016).
Purwoto, Anggit. 2013. Pengolahan Sumberdaya Mineral dan Energi. (Online)
https://www.scribd.com/doc/152021575 (Diakses pada tanggal 13
Desember 2016).
Tamrin, Kiagus Husni dan Dehardi, Venny. 2013. Geologi Struktur. (Online)
https://www.scribd.com/doc/179302048 (Diakses pada tanggal 13
Desember 2016).

27

Anda mungkin juga menyukai