Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDAHULUAN PENDIDIKAN INKLUSI

Dosen Pembimbing : Dr. Hery Sawiji, M.Pd.

Disusun oleh :
1. Agustina Nur Saputri / K7522003
2. Ardelia Intan Aryani/ K7522018
3. Ayu Ningsih / K7522022
4. Azzara Nur Apta Sandi / K7522024
5. Bernadectus Theodensa Primanda Putra / K7522025
6. Bunga Hayu Tufani/ K7522026
7. Chika Khirana Gafrilla/ K7522028

UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul pendahuluan
pendidikan inklusi.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah pendidikan inklusi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang pendidikan inklusi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hery Sawiji, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah pendidikan inklusi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 4
BAB II. PEMBAHASAN 2
A. Landasan Hukum 2
B. Latar Belakang Pemikiran 2
C. Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia 3
BAB III. PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
B. Saran 6
DAFTAR PUSTAKA 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan derajat kehidupan
masyarakat yang lebih baik. Konstitusi menetapkan salah satu tujuan utama negara
pada bidang pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, hal ini bersifat
universal untuk seluruh rakyatnya tanpa kecuali (education for all). Selaras dengan
berjalannya pembangunan setengah abad lebih sejak era kemerdekaan, ternyata
pendidikan belum dapat dilaksanakan sesuai amanat konstitusi. Hal itu terlihat dari
masih adanya berbagai bias kepentingan, ketimpangan, dan diskriminasi

Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan salah satu warga negara yang
mempunyai hak dalam memperoleh pendidikan. Menurut Aphroditta (2013: 43) ABK
adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya
tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
Kekurangan-kekurang yang dimiliki anak berkebutuhan khusus bukan menjadi
penghalang bagi mereka untuk mendapatkan pendidikan di sekolah formal. Anak
berkebutuhan khusus (ABK) berhak untuk mendapatkan pelayanan di sekolah guna
mengembangkan minat dan potensi yang ada pada diri mereka

Adanya pendidikan inklusif diharapkan agar anak berkebutuhan khusus belajar


bersama dengan anak normal lainnya guna mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Dengan adanya pendidikan inklusi merupakan usaha mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai perbedaan dan tidak diskriminasi terhadap semua
peserta didik. Selain itu juga dengan adanya pendidikan inklusi yang akan
mencampurkan anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak normal diharapkan anak
berkebutuhan khusus (ABK) bisa bersosialisasi dengan baik. Begitu pula dengan anak
normal, dengan adanya anak berkebtuhan khusus (ABK) diharapkan bisa
menumbuhkan sikap saling menghormati satu sama lain dan akan membawa kesiapan
bagi peserta didik dalam kehidpan bermasyarakat nantinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja landasan hukum pendidikan inklusi?
2. Bagaimana latar belakang pendidikan inklusi?
3. Bagaimana perkembangan pendidikan inklusi di Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui landasan hukum pendidikan inklusi.
2. Mengetahui latar belakang pendidikan inklusi.
3. Mengetahui perkembangan pendidikan inklusi di Indonesia.

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum Pendididkan Inklusi


1. UUD 1945 Pasal 28 H ayat (2) menyebutkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan
dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
2. UUD Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB IV Pasal 5
ayat 2, 3, 4, 9, dan 32 yang menyebutkan bahwa Pendidikan khusus merupakan
pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan (fisik, emosional, mental,
ingtelektual, dan/atau sosial) atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar
biasa yang diselenggarakan secara inklusi, baik pada tingkat dasar maupun
menengah.
3. UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 10 menyebutkan
bahwa peserta didik berkebutuhan khusus berhak untuk mendapatkan layanan
Pendidikan yang bermutu disemua jenis, jalur, dan jenjang Pendidikan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 70 Tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa Pasal 3 ayat (2) menyatakan
setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial
atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti
Pendidikan secara inklusif pada satuan Pendidikan tertentu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya.
5. Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor
56/M/2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam rangka pemulihan
pembelajaran menyebutkan satuan Pendidikan perlu mengembangkan kurikulum
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kondisi satuan Pendidikan, potensi
daerah, dan peserta didik.

B. Latar Belakang Pemikiran


Latar belakang pemikiran inklusi didasarkan pada kebutuhan untuk menciptakan
masyarakat yang lebih merata, adil, dan berkeadilan. Konsep inklusi berasal dari
pemahaman bahwa setiap individu memiliki hak yang sama untuk diperlakukan
dengan layak, diakui, dan dihormati dalam segala aspek kehidupan mereka, tanpa
memandang perbedaan apa pun.
Pemikiran inklusi muncul sebagai tanggapan terhadap diskriminasi sosial dan
ketidakadilan yang dialami oleh berbagai kelompok masyarakat, seperti orang dengan
disabilitas, kelompok minoritas, dan golongan ekonomi rendah. Tujuannya adalah
untuk menghilangkan segala bentuk hambatan dan penghalang, baik yang bersifat
fisik maupun psikologis, sehingga semua individu dapat berpartisipasi secara penuh
dan bermakna dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi.

v
Beberapa faktor yang mendorong pemikiran inklusi adalah:
1. Hak Asasi Manusia: Pemikiran inklusi didasarkan pada prinsip bahwa setiap
individu memiliki hak yang sama untuk hidup dengan martabat dan kebebasan
tanpa ada diskriminasi. Inklusi memastikan bahwa hak-hak ini dihormati dan
dilindungi untuk semua orang.
2. Keadilan Sosial: Inklusi bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang lebih
adil dan merata. Dengan menghilangkan ketimpangan dan membebaskan
individu dari diskriminasi, inklusi berupaya untuk menciptakan lingkungan
yang setara bagi semua orang.
3. Pembangunan Berkelanjutan: Inklusi dianggap sebagai aspek penting dalam
mencapai pembangunan berkelanjutan. Dengan memastikan partisipasi penuh
dan merata dari semua individu dalam proses pembangunan, inklusi dapat
meningkatkan kemajuan masyarakat secara keseluruhan.
4. Efisiensi dan Inovasi: Inklusi mendorong partisipasi dari berbagai kelompok
masyarakat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efisiensi dan inovasi
dalam berbagai sektor kehidupan. Dengan memanfaatkan potensi dan
pengetahuan dari semua individu, inklusi dapat menciptakan lingkungan yang
lebih dinamis dan produktif.
Dalam rangka mewujudkan pemikiran inklusi, diperlukan tindakan yang konkret,
seperti pembentukan kebijakan yang inklusif, perubahan sikap dan perilaku
masyarakat, serta pemberian akses yang sama terhadap sumber daya dan kesempatan.
Dengan adanya pemikiran inklusi, diharapkan masyarakat dapat tumbuh dan
berkembang secara bersama-sama, tanpa meninggalkan siapun di belakang.

C. Perkembangan Pendidikan Inklusif di Indonesia


Pendidikan inklusif telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Beberapa pertemuan
internasional mendasari pergerakan menuju pendidikan yang berkualitas bagi semua
anak melalui pendidikan inklusi. Landasan hukum dan landasan konseptual menjadi
landasan bagi gerakan menuju pendidikan inklusif. Termasuk Indonesia, diantaranya
adalah:
1. Deklarasi hak asasi manusia, 1948
2. Konveksi hak anak, 1989
3. Konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, 1990
4. Persamaan kesempatan bagi orang berkelainan, 1993
5. Pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994
6. Komitmen dasar mengenai pendidikan untuk semua, 2000
7. Deklarasi Bandung tahun 2004
Sejalan dengan kecenderungan tuntutan perkembangan dunia tentang pendidikan
inklusif, Indonesia pada tahun 2004 menyelenggarakan konvensi nasional dengan
menghasilkan Deklarasi Bandung dengan komitmen Indonesia memju pendidikan
inklusif. Untuk itu ada beberapa progam yang direncanakan yaitu:
1. Diseminasi ideolgi pendidikan inklusif melalui berbagai seminar dan lokakarya.
2. Mengubah peranan SLB yang ada agar menjadi pusat sumber untuk mendukung
sekolah inklusif (dengan alat bantu mengajar, materi ajar, metodologi, dsb);
Penataran pelatihan bagi guru-guru SLB maypan guru- guru reguler untuk

vi
memungkinkan mereka memberikan layanan yang lebih baik kepada anak
berkebutuhan khusus dalam setting inklusi
3. Reorientasi pendidikan guru di LPTK dan keterlibatan universitas dalam program
tersebut.
4. Desentralisasi pembuatan keputusan untuk memberikan ichih banyak peran
kepada pemerintah daerah dalam implementasi pendidikan inklusif
5. Mendorong dan memfasilitasi pembentukan kelompok-kelompok kerja untuk
mempromosikan implementasi pendidikan inklusif
6. Keterlibatan LSM dan organisasi internasional dalam program ini
7. Menjalin jejaring antar berbagai pihak terkait,
8. Mengembangkan sekolah inklusif penints
9. Pembukaan program magister dalam bidang inklusi dan pendidikan kebutuhan
khusus.

Hasil yang paling dapat teramati dari program tersebut adalah sebagai berikut.
1. Sejumlah lokakarya dan seminar tentang pendidikan inklusif baik pada tingkat
nasional maupun lokal telah diselenggarakan yang melibatkan para pendidik dan
pengelola pendidikan.
2. Sembilan SLB di sembilan provinsi telah dipilih untuk menjadi pusat sumber dan
peranannya sebagai sumber sedikit demi sedikit menjadi kenyataan dengan tetap
mempertahankan peranannya sebagai SLB. The National Resource Centre in
Jakarta, Citeureup Regional Resource Centre in West Java and Payakumbuh
Regional Resource Centre in West Sumatra are the three most functional among
the nine resource centres. In addition a number of other special schools have
been designed to function as supportive centres.
3. Beberapa universitas sudah mulai memperkenalkan pendidikan inklusif sebagai
satu mata kuliah atau sebagai satu topik dalam mata kuliah terkait kepada
mahasiswanya.
4. Dosen sejumlah universitas sudah terlibat dalam lokakarya atau seminar tentang
pendidikan inklusif.
5. Dinas pendidikan di sejumlah provinsi sudah lebih proaktif dalam
mempromosikan pendidikan inklusif.
6. Sebuah kelompok kerja pendidikan inklusif telah terbentuk di Jawa Barat yang
anggotanya berasal dari Pusat Sumber Citeureup, Dinas Pendidikan Jawa Barat
dan UPI.
7. UNESCO telah aktif terlibat dalam promosi pendidikan inklusif di Jawa Barat.
8. Pada tahun 2002 proyek telah mengembangkan masing masing tiga sekolah
inklusif perintis di 9 provinsi yang memiliki pusat sumber, pada tahun 2003
Depdiknas secara ambisius meningkatkan jumlah tersebut. Sejak saat itu sekitar
2000 anak penyandang cacat sudah ditempatkan di sekolab reguler.
9. Program magister inklusi dan pendidikan kehutuhan khusus dibuka di UPI
dengan bantuan teknis dari Universitas Oslo.
10. Namun yang telah benar-benar melaksanakan pendidikan inklusif secara eksklusif
telah dilaksanakan seperti antara lain di sekolah Al-Falah Cibubur Jakarta Timur
sejak tahun 1996 yang sekaligus dilaksanakan sekolah tersebut dalam

vii
programnya besamya yang dikenal dengan Beyond Centre and Central Times
(BCCT) dalam kerjasamanya dengan thalahasse Creative School Florida US.
11. Sebagai salah satu implementasi itu telah dilaksanakan Lokakarya Nasional
tentang Pendidikan Inklusif yang diselenggarakan di Bandung, Indonesia 8-14
Agustus 2004 dan membuat deklarasi nasional dan menghimbau kepada
pemerintah, institusi pendidikan, institusi terkait, dunia usaha dan industri serta
masyarakat.

Sedangkan untuk memperjuangkan hak-hak anak dengan hambatan belajar, pada


tahun 2005 diadakan simposium internasional di Bukittinggi dengan menghasilkan
Rekomendasi Bukittinggi yang isinya antara lain menekankan perlunya terus
dikembangkan program pendidikan inklusif sebagai salah satu cara menjamin bahwa
semua anak benar-benar memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas
dan layak. Berdasarkan perkembangan sejarah pendidikan inklusif dunia tersebut,
maka Pemerintah Republik Indonesia sejak awal tahun 2000 mengembangkan
program pendidikan inklusif. Program ini merupakan kelanjutan program pendidikan
terpadu yang sesungguhnya pemah diluncurkan di Indonesia pada tahun 1980-an,
tetapi kemudian kurang berkembang, dan baru mulai tahun 2000 dimunculkan
kembali dengan mengikuti kecenderungan dunia, menggunakan konsep pendidikan
inklusif.

viii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sekolah harus menerima siswa yang berkebutuhan khusus dengan observasi psikolog
atau konselor yang bertujuan untuk menganalisis kebutuhan peserta didik (kesiapan
bakat dan minat serta gaya belajar) sebagai acuan dalam pembuatan program yang
sesuai, melakukan evaluasi dan memantau perkembangan siswa, menentukan langkah
koordinasi dengan guru kelas dan guru pendamping khusus, merujuk siswa ke tenaga
profesional jika dibutuhkan. Kemudian menyediakan sarana yang diperlukan, ABK
belajar di kelas biasa secara penuh tanpa bimbingan guru pendamping khusus,
menyediakan tenaga pendamping anak berkebutuhan khusus dan menjalin kerjasama
dengan orang tua.

B. Saran
Dibutuhkan pengembangan pendidikan inklusi agar pembelajaran peserta didik ABK
berlangsung maksimal. Terdapat tiga desain pengembangan pendidikan inklusi yang
telah dikembangkan oleh peneliti yaitu dari segi fasilitas, kurikulum, dan pembiayaan.

ix
DAFTAR PUSTAKA

Arriani Farah, Agustiyawati, dkk. (2022). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Inklusif. Badan
Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
Dewi Nugraheni, Lena Rosida, Oski Illiandri. Pendidikan Inklusi Terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar: Universitas
Lambung Mangkurat
Hanjarwati, A., & Aminah, S. (2014). Evaluasi implementasi kebijakan pemerintah kota
Yogyakarta mengenai pendidikan inklusi . Inklusi, 1(2), 221-248
Niza Egal. Pendidikan Inklusif di Indonesia. Program Studi Pendidikan Sejarah: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Septy N, Faizaria C.T.R, dkk.(2022). Sejarah dan Perkembangan serta Permasalahan
Pendidikan Inklusi di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Pendidikan Dasar
Volume 2, Nomor 5.

Anda mungkin juga menyukai