Anda di halaman 1dari 9

PROPAGANDA AMERIKA TERHADAP NEGARA-NEGARA KOMUNIS

(Khususnya negara-negara dunia ke-tiga)

Review Buku : Amerika Mengobarkan Perang (20 Intervensi Militer & Upaya
Penggulingan Mulai dari Bung Karno sampai Saddam Hussein)”

Okka Nirawan
NPM : 170820150502
Program Studi : Ilmu Politik

PROGRAM MAGISTER STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2015
Judul Buku : Amerika Mengobarkan Perang (20 Intervensi Militer & Upaya
Penggulingan Mulai dari Bung Karno sampai Saddam Hussein)”

Penulis : Pandu Setia

ISBN : 979-794-075-6

Penerbit : Mediakita Jakarta

Editor/Penyelaras Kata : Soekiman

Desain Cover : Lacknath

Tanggal Terbit : -

Tebal : 286 hlm.; 15x23 cm


A. Pendahuluan

Sejarah politik luar


negeri Amerika merupakan
sebuah fenomena yang wajib
untuk dipelajari lebih kompleks,
negeri Paman Sam ini
merupakan sebuah negara
dengan power yang luar biasa
yang banyak diakui oleh negara
lain. Amerika dapat dikatakan
sebagai negara “unlimited
access” dengan invasi-invasi
perpolitikan luar negeri mereka
terhadap negara-negara lain.
Dengan kekuatan sumberdaya luar biasa yang mereka miliki, mulai dari bidang pendidikan,
teknologi, sumberdaya alam, persenjataan dan lainnya yang lebih maju dan hebat
dibandingkan dengan negara lain, membuat Amerika menyematkan dirinya sebagai
pemimpin dunia dengan kehebatannya. Kebesaran bangsa Amerika saat ini merupakan hasil
dari perjalanan panjang aktifitas politik dalam negeri mereka, mengaggungkan kebebasan
berpendapat dalam kehidupan sosial rakyat dan pemerintahan dalam menjalankan roda
pemerintahan. Keberhasilan Amerika dalam membangun sistem politik membangun sebuah
konsep ideologi “demokrasi”, dimana rakyat sebagai poros kekuatan dan pemegang
kedaulatan tertinggi dalam suatu negara. Seiring berjalannya waktu dengan kekuatan super
powernya, negara adikuasa dan adidaya ini memulai penyebaran ideologi demokrasinya
terhadap negara-negara lain dengan bentuk invasi. Dalam perjalanannya penyebaran ideologi
ini sudah pasti mendapat permasalahan yang timbul secara alami dengan hadirnya anti-tesis
dari demokrasi, kehadiran komunis. Komunisme merupakan suatu ideologi yang lahir dari
para pemimpin-pemimpin negara penganut ajaran Marx, yang diprakarsai oleh negara besar
Uni-Soviet sekarang Rusia setelah terpencar, yang kita kenal sebagai perang dingin.

Perang ideologi diantara dua negara penguasa ini, merupakan sebuah perang urat saraf
tanpa adanya tindakan militer secara langsung. Dampak yang paling terlihat dari keadaan ini
terjadi kepada negara-negara boneka atau satelit (negara penganut ideologi) yang dijadikan
sebagai alat tolak ukur kekuatan dua negara tersebut. Intervensi yang dilakukan dari dua
negara beda paham ini terhadap negara-negara yang dianggap tidak sejalan dengan mereka,
memang tidak terlihat secara langsung, tetapi melalui konspirasi yang mereka lakukan
dibelakang layar. Kemampuan retorika dari Amerika dan Uni-soviet merupakan sarana paling
ampuh untuk melakukan intervensi terhadap negara-negara yang mereka anggap perlu
dibenahi menurut hematnya. Keadaan ini terus berulang dan mulai berubah ketika kejatuhan
Uni-soviet dibawah pimpinan Gorbachev mengalami krisi ekonomi yang membuat
berahirnya imperium Uni-soviet. Dengan situasi seperti ini berdampak pada pengaruh negara
tersebut, dan menguntungkan lawan politiknya, yaitu Amerika. Dengan mudah Amerika
melakukan intervensi-intervensi secara langsung dan masif terhadap negara-negara komunis.
Dengan kekuatan dan pengaruhnya, Amerika mulai melakukan invasi militer dan
intervensi terhadap negara-negara komunis, dan mendasarkan doktrin kepada dunia bahwa
komunis harus dilenyapkan dengan segala bentuk kekejamannya. Celakanya Amerika tidak
hanya melakukan invasi terhadap negara komunis, tetapi juga terhadap negara netral (non-
blok) ysng tidak memihak kepada siapapun. Dengan melakukan retorika yang hebat kepada
masyarakat dunia, mereka meyakinkan bahwa didalam negara netral terdapat sumber
kehadiran komunis yang akan lahir dan membesar. Kekhawatiran Amerika ini tentu sangat
berlebihan, terutama bila kita melihat dari dampat invasi yang mereka lakukan terhadap
negara-negara ini, melahirkan kesengsaraan terhadap warga negara yang sebelumnya tidak
mengalami problematika internal dan kerusuhan didalam negaranya.

Begitu banyaknya propaganda-propaganda yang dilakukan oleh Amerika terhadap


negara lain, banyak pihak-pihak yang melakukan penelitian lebih dalam terhadap keterlibatan
lebih dalam dan serangan politik Amerika kepada negara lain, khususnya negara dunia ketiga.
Termasauk buku yang akan saya review berjudul “Amerika Mengobarkan Perang (20
Intervensi Militer & Upaya Penggulingan Mulai dari Bung Karno sampai Saddam
Hussein)”. Dalam sebuah buku yang menjurus pada sebuah propaganda, biasanya menyajikan
kalimat-kalimat sentimentil terhadap isi pokok atau objek pembahasannya. Termasuk dalam
buku ini, penulis menjelaskan tentang bagaimana suatu problematika politik dunia yang
dikuasai oleh satu pihak yang mencoba untuk menyebarkan ideologi yang dianutnya. Begitu
menariknya sebuah buku bertemakan propaganda, lebih mengutamakan objektifitas
pembahasan lapangan dibandingkan dengan penelitian-penelitian ilmiah yang lebih bersifat
subjektif. Maka dari itu buku ini sangat layak untuk dijadikan literatur, khususnya untuk para
mahasiswa yang mendalami Ilmu Politik dan para akademisi yang bergelut di bidang yang
relevan dengan buku ini.

A. Ringkasan

Buku yang berjudul “Amerika Mengobarkan Perang (20 Intervensi Militer & Upaya
Penggulingan Mulai dari Bung Karno sampai Saddam Hussein)” merupakan sebuah buku
yang menggambarkan situasi politik dunia secara nyata. Buku karya Pandu Setia ini
menggambarkan suatu konspirasi doktrinasi AS dengan nama besar ideologi demokrasinya,
untuk memproklamirkan propaganda ideologi mereka dengan cara-cara yang dapat dikatakan
tidak bermoral dan berasumsikan buruk. Mengapa demikian, buku ini menggambarkan dan
mencerikakan bagaimana intervensi dan invasi-invasi militer Amerika terhadap negara-
negara yang dianggap tidak sejalan dengan mereka, lebih parahnya lagi mereka melakukan
konspirasi-konspirasi terselubung dengan beberapa negara-negera besar didunia untuk
memuluskan ambisi dan tujuan mereka. Istilah-istilah terorisme yang dikembangkan oleh
Amerika dalam buku ini dibahas menjadi sebuah topik yang sangat menarik dan lebih dalam
dapat memutar balikan sebuah istilah terorisme yang berkonotasikan sebuah kelompok
pemberontakan yang berasal dari timur tengah, rata-rata merujuk pada suatu golongan agama
yaitu Islam. Buku ini juga memberikan suatu bukti propaganda Amerika dalam tujuan
menyebarluaskan ideologi mereka ke beberapa negara di seluruh benua dan betapa kuat dan
hebatnya politik amerika dengan kekuatan Intelejensi dan begitu kuat serta canggihnya
armada militer mereka. Yang lebih menarik lagi, buku ini menjelaskan tentang propaganda
Amerika terhadap Indonesia di bawah pimpinan Presiden Soekarno, sampai kejatuhannya
yang merupakan salah satu campur tangan Amerika dalam melakukan politik luar negerinya.
Secara tidak langsung penulis mencerikan sentimentil pribadinya terhadap politik Amerika
dan membawa pembaca untuk dapat memahami kekuatan Amerika sebagai bentuk yang
disalahgunakan dan secara gamblang bahwa membawa konotasi terorisme adalah Amerika
itu sendiri.

B. Isi review

Propaganda yang dilakukan oleh Amerika Seikat merupakan bentuk sebuah


pertahanan intelejensi sebuah negara yang dianggap sebagai central dunia, mempertahankan
sebuah keseimbangan tatanan politik dunia demi kemakmuran seluruh umat manusia. Tetapi
dalam realitasnya yang dilakukan oleh Amerika, lahir dan muncul pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan khusus untuk para anggota kelompoknya dengan menggunakan
nama besar Amerika sebagai alat memobilisasi tujuan mereka. Begitu ketakutannya Amerika
terhadap pergerakan kelompok kiri, bagaikan air dan api, tidak ada jalan keluar selain
berperang dan menghancurkan salah satunya. Pergolakan ideologi ini seperti menutup
kemungkinan para negara-negara di dunia untuk mengadopsi sistem pemerintahan yang
mereka anggap baik untuk negaranya, dan dengan propaganda Amerika menekankan gerakan
besar anti komunis ekstrem yang tidak dapat ditoleransi lagi. Lebih parahnya ketakutan
Amerika terhadap Komunis berdampak negara-negara lain yang sebenarnya mereka berupaya
bersikap netral terhadap kedua belah pihak yang bertikai.

Isu-isu yang dikemukakan oleh Amerika Serikat sebagian besar hanyalah omong
kosong semata, mereka berupaya untuk membangun sebuah topeng dunia yang menilai
positif keberadaan mereka dibelahan dunia manapun. Aksi sepihak yang dilakukan oleh
kekaisaran Amerika terhadap negara-negara belahan dunia ketiga, seperti Grenada, El-
Salvador Nikaragua dan lainya, dengan mengembangkan kasus-kasus dan intervensi di
negara tersebut sekalipun tidak ada dampak ekonomi yang menjanjikan dan berlimpah
baginya, mereka merasa wajib untuk untuk ikut campur dalam pergolakan negara-negara
tersebut dengan menurunkan tiga pilar mereka, yaitu Militer, Industri dan Intelejen yang
selalu memerlukan musuh sebagai anti-tesis mereka. Selian itu ketundukan media
menjadikan sebuah kekuatan yang amat luar biasa bagi Amerika untuk menggulingkan
seorang pemimpin dan membuat informasi-informasi yang sudah di set sebelumnya untuk
konsumsi masyarakat dunia.

Perdebatan-perdebatan dan fakta menarik juga muncul terhadap watak rasis politik
luar negeri AS, intervensi-intervensi yang mereka lakukan terhadap negara-negera dunia
ketiga tidak sama halnya dilakukan terhadap negara di bagian Eropa Barat. Kemunculan
pemimpin berhalauan kiri di negara Eropa Barat seperti Italia, Spanyol, Francis dan Portugis
yang biasanya dapat membuat Departemen Luar Negeri AS waspada, tidak terjadi penekanan
seperi halnya yang mereka lakukan kepada negara-negara dunia ketiga. Dalam perjalanan
sejarahnya, pergoalakan-pergolakan yang didalangi oleh AS dalam pemerintahan negara
dunia ketiga malah menimbulkan kerusakan dan instabilitas pada negara tersebut. Lahirnya
diktaktor-diktaktor biadab dyang menimbulkan permasalahan sosial merupakan bentuk dari
kebijakan yang dibuat oleh Amerika terhadap negara itu. Sebagai contoh dalam kasus
pengeboman oleh Portugis terhadap desa-desa di Angola yang diungkapkan oleh Jhon
Marcum, seorang sarjana Amerika menuliskan: “Pada Januari 1962 para pengamat diluar bisa
melihat pesawat-pesawat Portugis mengebom dan memberondong desa-desa Afrika,
mengunjungi sisa-sisa kota yang hangus seperti Mbanza, Mpangu, dan Mpangala, dan
mengkopi data 750 titik jatuhan bom napalm yang dijatuhkan oleh Portugis tanpa
menghilangkan label “milik angkatan udara AS”.

Lalu selanjutnya intervensi AS bernuansakan penguasaan dan perampasan sumber


daya negara lain dalam upaya membangun kekuatan ekonomi, dan penguatan perusahaan-
perusahaan mereka untuk mengeksploitasi sumber daya negara lain. Kepicikan AS muncul
dengan berbagai cara, dan lagi-lagi menciptakan sebuah propaganda baru dalam upaya
realisasi tujuan mereka. Dalam sejarah kasus eksploitasi paksa AS terhadap sumber daya
negara lain sangat picik dan mengada-ngada. Tragedi menara kembar World Trade Center di
New York pada 11 September 2001 di informasikan oleh media-media mainstream sebagai
pemicu utama penyerangan Amerika Serikat terhadap Afganistan, dengan tuduhan
perlidungannya terhadap Usama bin Laden yang dianggap sebagai teroris besar. Pada
kenyataannya dalam perkembangan beberapa kasus dan fakta yang menguak, penyerangan
AS terhadap Afganistan terjadi setelah batal dan gagalnya ambisi Amerika untuk membangun
pipa gas Trans-Afganistan yang mengalirkan gas dari Asia Tengah ke negara-negara Anak
Benua. Hal ini diperkuat oleh pernyataan mantan Menteri Luar Negeri Pakistan, Niaz Naik:
“Amerika Serikat sudah berencana menyerang Afganistan jauh sebelum menara kembar itu
rontok”. Ia sudah mendengar rencana itu pada bulan Juli 2001 dari pejabat AS, dalam sebuah
pertemuan di Berlin yang di prakarsai oleh PBB dalam pembahasan masalah Afganistan. Dan
ia sudah memprediksikan penyerangan akan dilakukan oleh Amerika dua-tiga minggu setelah
trageri WWC terjadi dan begitu pada kenyataannya.

Yang menarik dari berbagai propaganda yang dilakukan oleh AS bagi bangsa
Indonesia adalah campur tangan mereka, dalam intervensinya menjatuhkan sang proklamator
Indonesia, Bung Karno presiden pertama Republik Indonesia. Sikap Soekarno yang dianggap
kurang ajar dengan mengatakan “Go to hell with your aid” kepada amerika, dan
menyinggung ini. Reaksi Amerika untuk melengserkan pemimpin flamboyan ini dimulai
dengan manuver militer dan isu-isu skandal sex. Soekarno pemimpin dunia ketiga yang
dirasa bersebrangan dengan kebijakan luar negeri Amerika ini, merupakan seorang nasionalis
dan soekarnois. Pada masa pemerintahannya PKI mendapat posisi kuat dengan anggota satu
juta orang, yang dianggap oleh Amerika sebagai ancaman dan tidak dapat ditolerir. Bagi
Amerika keberadaan sarang komunis dalam bentuk apapun dan seberapa besar mereka, tetap
harus dimusnahkan. Penggelontoran dana sebesar satu juta dollar dari Amerika terhadap
Masjumi merupakan bentuk perlawanan untuk menghalangi pergerakan PKI dan PNI,
menariknya tidak banyak orang Indonesia mengetahui bahwa Masjumi merupakan kaki
tangan Amerika di Indonesia. Selain melalui jalur politik, Amerika juga melakukan
kerjasama dan dan membangun kolega dengan para perwira militer yang kontra dengan
Sokearno dan PKInya. Propaganda Amerika berlanjut dengan merilis film porno antara
Soekarno dengan salah satu pramugari Uni Soviet yang mengantarkannya pada saat
berkunjung ke negara tersebut. Amerika menyewa bintang film porno yang mirip dengan
Soekarno lengkap dengan pakaian khas yang biasa digunakan oleh Soekarno.

Upaya yang dilakukan oleh Amerika untuk menumbangkan Soekarno semakin lama
semakin agresif, puncaknya pada malam 30 September 1965 terjadi pembunuhan terhadap
enam jenderal ABRI yang berujung pada penumpasan PKI yang dituduh dan dianggap
bertanggung jawab sebagai dalang peristiwa tersebut. Penumpasan terhadap seluruh anggota
PKI dilakukan oleh angkatan bersenjata sampai akar-akrnya dan mengambil alih kekuasaan
Soekarno, segera setelah peristiwa itu Soekarno kehilangan kekuasaannya. Pembantaian
terhadap orang-orang yang dianggap pro komunis mencapai 500 ribu sampai satu juta orang,
majalah New York Times menyebut pristiwa tahun 1965 sebagai penjagalan massal yang
paling brutal dalam sejarah politik modern. Keterlibatan Amerika dalam pembantaian itu
cukup jelas dan lagi-lagi melalui badan intelejennya (CIA), ini dibuktikan dengan pernyataan
diplomas AS bahwa mereka secara sistematis telah membuat daftar nama “orang-orang kunci
komunis” dari berbagai tingkatan dan menyerahkannya kepada angkatan darat. Hal ini
dianggap bantuan terhadap militer Indonesia dan sampai saat ini Amerika tetap menolak
keterlibatannya dalam peristiwa bersejarah itu.

Yang paling menarik dari setiap propaganda yang dilakukan oleh Amerika terhadap
negara-negara yang di anggap sebagai pelindung komunis adalah intelejensi mereka, secara
gamblang mereka sudah mengetahui berbagai informasi-informasi penting yang ada di negara
tersebut melebihi para otoritas pemerintah internal negara itu. Semua rencana telah di susun
secara rapih dan sistematis sebelumnya dan bahkan jauh-jauh hari sebelum orang-orang
berpikir akan sebuah peristiwa yang akan terjadi dihadapannya. Keterlibatan pihak barat
(negara-negara Eropa) dalam invasi-invasi yang dilakukan oleh Amerika juga menjadi
persoalan penting. Selain sebagai pendamping setia, pihak barat merupakan sebuah kekuatan
besar yang bisa disandingkan sejajar dengan Amerika, logikanya bagaimana mungkin negara-
negara di dunia ketiga untuk menandingi kekuatan mereka dan bagaimana bisa negara
berkembang untuk menggali dan memaksimalkan potensinya dari berbagai sumber daya
tetapi selalu terganjal oleh kebijakan Amerika dan barat yang menghalangi mereka.

Kebijakan luar negeri Amerika yang selalu dipengaruhi oleh CIA merupakan sebuah
bentuk pertahanan yang memang sudah dirancang sedemikian rupa. AS tidak ingin
mengeluarkan kebijakan yang dapat merugikan mereka apalagi bersentuhan dengan
ideologinya. Demokrasi yang selalu mereka perjuangkan dan berkoar keseleuruh dunia dapat
dikatakan hanya sebagai ambisi politik semata. Prinsip-prinsip dasar dai demokrasi yang
seharusnya di perjuangkan dan dijalankan, kenyataannya tidak dapat AS wujudkan dengan
setiap bentuk propaganda yang mereka lancarkan. Ini hanya sebuah teori baik itu demokrasi
maupun komunis, ambisi dan keserakahan manusia lah yang dapat menciptakan sebuah
genosida yang bahkan tuhan pun tidak mungkin mengkehandikanya dengan alasan apapun.
Peperangan yang berlangsung dalam konteks fisik merupakan bentuk dari kelanjutan perang
ideologi yang sebenarnya lebih merugikan terhadap negara-negara yang ingin
meimplementasikan ideologinya, terutama negara dunia ketiga. Kolonialisme yang di
lakukan oleh Amerika memang tidak dilakukan secara terbuka, tetapi peran Amerika untuk
ikut campur dalam kekisruhan negara-negara lain malah bisa membuat dampak lebih keruh.
C. Kesimpulan

Akhir dari pembahasan buku berjudul “Amerika Mengobarkan Perang (20 Intervensi
Militer & Upaya Penggulingan Mulai dari Bung Karno sampai Saddam Hussein)”
menerangkan segala bentuk keburukan Amerika untuk menguasai negara-negara khususnya
negara berkembang (dunia ketiga) dengan dibantu oleh sekutu kuatnya Inggris. Buku ini
menggambarkan bagaimana Amerika menggunakan isu-isu sebagai informasi strategis untuk
mempengaruhi dunia, dan hal ini yang nyatanya malah membuat peperangan baru di
beberapa belahan dunia. Secaral rill dan lugas penulis buku mengangkat bagaimana lihainya
Amerika dalam mempropagandakan sebuah isu yang bermuatan politik mereka. Menariknya
lagi buku ini juga mengangkat sejarah politik Indonesia sebagai salah satu negara tujuan
invasi dari Amerika. Kalimat-kalimat bernuansa sentimentil dalam buku ini, secara tidak
lansung juga menggambarkan bagaimana buku ini juga dapat dijadikan salah satu literatur
perlawanan terhadap buku-buku propaganda yang diterbitkan oleh Amerika. Para pembaca
dituntut untuk mencari jalan keluar sendiri setelah membaca buku ini, dalam arti kekurangan
dari buku ini penulisnya tidak memberikan cerita tentang kekurangan dan kelamahan dari
Amerika itu sendiri. Sebagai pembaca juga dapat menilai bahwa alur dari buku ini merupakan
sebuah propaganda, tetapi penilaian positif dan negatifnya kembali terhadap pemahaman
sang pembaca. Keseluruhan buku ini sangat menarik untuk dibaca dan dijadikan sebuah
referensi tentang perpolitikan dunia, keterbatasan buku-buku yang mengangkat cerita
propaganda sebuah negara adikuasa memang sangat jarang diterbitkan. Khususnya hal ini
sangat bermanfaat untuk para akademisi di bidang politik yang fokus mempelajari tentang
ideologi.

Aktivitas-aktivitas intelejen Amerika juga dibeberkan secara gamblang dalam buku


ini, dimana intelejensi menjadi kekuatan Amerika untuk membuat isu-isu dan mempengaruhi
mata dunia. Termasuk dalam buku ini juga menceritakan bagaimana sepak terjang CIA,
sebagai lembaga intelejen Amerika memainkan perannya dalam perpolitikan di Indonesia dan
berperan dalam menggusur Soekarno dari kursi kepemimpinannya. Bila buku dinilai secara
etika itu semua kembali kepada pembaca masing-masing yang mempunyai pandangan
sendiri. Inti dari seorang pembaca dalah untuk memahami inti tulisan dari sebuah buku, maka
dari itu pembaca sendiri harus secara cerdik dan cermat dalam memahami buku bacaannya.
Dan sepanjang tulisan yang dikemukan dalam buku ini, jelas memang bentuk sebuah cerita
propaganda yang mungkin penulis sendiri mempunyai rasa sentimentil terhadap politik luar
negeri yang ada di dunia ini.

D. Penutup

Dalam setiap tulisan merupakan bentuk sebuah karya pemikiran, baik secara ilmiah
yang perlu untuk di apresiasi. Termasuk dalam buku “Amerika Mengobarkan Perang (20
Intervensi Militer & Upaya Penggulingan Mulai dari Bung Karno sampai Saddam
Hussein)”. Kalimat-kalimat dalam buku ini sangat mudah untuk dicerna oleh para pembaca,
begitupun untuk orang yang tidak terlalu paham situasi politik dunia. Dari mulai gambar
cover yang mencolok, buku ini sangat menarik perhatian dengan pemberian judul buku yang
mencolok dan sedikit radikal. Sebagai pembaca berharap untuk adanya edisi lanjutan dari
tulisan yang bertema sama, ini salah satu buku yang menarik untuk dibaca dan dipahami
mengingat begitu sempitnya wawasan dan pemberitaan mengenai situasi politik dunia,
khususnya yang berbau konspirasi. Memang sangat sulit untuk membuat sebuah dialektika
mengenai negara-negara adikuasa yang mempunyai kewenangan tak terbatas dalam setiap
akses mengenai negaranya.

Kepentingan-kepentingan Amerika memang selalu menjadi alasan utama untuk


melakukan kebijakan luar negri mereka yang dianggap dapat merugikan negara-negara lain.
Dibalik itu semua adalah bukti bahwa dalam politik dunia, kekuatan utama dalam
menjalankan suatu kebijikan haruslah mempunyai sumber-sumber yang memadai dalam
segala hal. Begitupun bagi negara dunia ketiga yang harusnya menjadi pacuan untuk mereka
dalam membangun negrinya, persoalan-persoalan internal negara seharusnya tidak perlu
dicampur tangan oleh kepentingan asing. Setiap negara mempunya persoalannya sendiri dan
yang berhak dan bisa memperbaikinya adalah bangsanya sendiri. Buku ini sangat menarik
sebagai referensi untuk membangkitkan rasa nasionalisme, bahwa ketergantungan negara-
negara berkembang khususnya Indonesia terhadap negara barat harus segera di benahi,
dengan meminimalkan invasi-invasi militer.

Anda mungkin juga menyukai