Anda di halaman 1dari 33

Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Pendidikan

Agama Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Anggie Oktavia

NIM : C1M021001

Prodi/Kelas : Agroekoteknologi/A

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2021
DAFTAR ISI
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL – DALIL TENTANG ISTIDROJ
A. Pengertian Istidraj.................................................................................................1
B. Konsep Istidraj......................................................................................................2
C. Dalil tentang Istidraj.............................................................................................3

DALIL – DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN


SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN SERTA CONTOH KASUS)

A. Dalil – dalil..............................................................................................................6

B. Penjelasannya.........................................................................................................8

C. Contoh Kasus.........................................................................................................9

BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DALAM KITAB –


KITAB SUCI AGAMA LAIN (KRISTEN, HINDU, YAHUDI, DLL)
A. Dalam Kitab Weda................................................................................................12
B. Dalam Kitab Injil...................................................................................................14
C. Dalam Kitab Taurat..............................................................................................16

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI

A. Pertemuan Dua Laut.............................................................................................18

B. Api di Dasar Laut..................................................................................................18

C. Garis Edar Tata Surya..........................................................................................18

D. Matahari Berotasi..................................................................................................19

E. Mumi Fir’aun.........................................................................................................19

i
PENGERTIAN DAN ORANG – ORANG SALAFUSSALIH YANG
SESUNGGUHNYA : GENERASI SAHABAT, TABIIN, TABIITTABIIN

A. Pengertian Salafusshalih.......................................................................................21

B. Sahabat Nabi..........................................................................................................21

C. Tabiin......................................................................................................................24

D. Tabiittabiin.............................................................................................................26

E. Sifat Salafussalih....................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................30

ii
I

PENGERTIAN, KONSEP, SERTA DALIL – DALIL TENTANG ISTIDROJ

A. Pengertian Istidraj

Pernahkah di antara kita berbangga saat memiliki kemewahan, menduduki jabatan


bergengsi, dan kenimatan-kenikmatan lain yang padahal diri kita saat itu malas untuk
beribadah? Hal ini disebut dengan Istidraj.

Term istidraj berasal dari kata ‫درج‬- ‫يدرج‬- ‫ درجا‬yang berarti tingkat Di dalam kamus
besar bahasa indonesia (KBBI) istidraj merupakan suatu keadaan atau hal luar biasa
yang diberikan kepada orang kafir sebagai ujian dari Allah SWT sehingga menjadikan

mereka lupa diri dan takabbur kepada Tuhannya, seperti Firaun dan Karun Ali Hasan
Abi memahami pengertian istidraj melalui tingkat demi tingkat. Menurutnya istidraj
mempunyai dua makna yaitu melintasi sesuatu karena asal katanya ‫ ال;;درج‬dan
bermakna kemunduran dari tingkat demi tingkat karena berasal dari kata ‫الدرجة‬. Di sisi
lain ia juga memaknai istidraj dengan dua makna, Pertama: menunjukkan kepada
kebinasaan, dan Kedua, menunjukan kepada kekafiran.

Sedangkan secara terminologi, diartikan oleh Abi Qasim al-Husaini bahwa


makna istidraj ialah menarik manusia tingkat demi tingkat, maksudnya ialah lebih
rendah dan hina dari suatu perkara yang paling hina. permisalan manusia tersebut

seperti suatu martabat dan tingkatan dalam tingkatan ranahnya. Hal ini berarti
orang yang mempunyai kedudukan tinggi akan semakin meninggii. Begitu jua
sebaliknya di mana orang yang berkedudukan rendah akan semakin rendah.
Sementara Ibrahim al-Qathan, menjelaskan bahwa makna istidraj yaitu menyiksa

setingkat demi setingkat. Jamaluddin Muhammad berpendapat senada dengan itu, di


mana istidraj juga bisa dimaknai dengan menghukum seseorang dikit demi sedikit dan
lalu akan mendatanginya secara tiba-tiba. Sama halnya dengan Abi Muhammad

1
‘Abdullah bin Muslim yang memberi makna istidraj dengan menarik sedikit demi

sedikit tanpa ada aniaya. Adapun Gahsin Hamdun memaknai istirdaj dengan
mendekatkan pada kehancuran melalui kenikmatan dan penangguhan dalam waktu.
Sebagaimana firman Allah:

ُ ‫َسنَ ْستَ ْد ِر ُجهُ ْم ِم ْن َحي‬


َ‫ْث الَ يَ ْعلَ ُمون‬

Artinya: “Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsurangsur (ke arah
kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.” (Qs Al-Qalam: 44)

B. Konsep Istidraj

Ibnu Qayim al-Jauziyah melalui tulisannya berkata, bahwasanya Salafusshalih


(ulama Salaf) berkata tentang istidraj yaitu: “seorang hamba yang berbuat maksiat
kepada Allah SWT, namun Allah SWT melimpahkan nikmat kepada hambanya.
Maka semua itu hanyalah kesenangan duniawi yang dinamakan istidraj, maka
berhati-hatilah.”
Istidraj merupakan sunnatullah yang diperuntukkan bagi orang yang dzalim atau
kafir, berbuat dosa, membangkang, dan tidak mau bertaubat kepada Allah SWT.
Di sisi lain istidraj juga merupakan sebuah ujian yang diberikan kepada hambanya
yang beriman dalam bentuk ujian kesabaran. Apakah seorang hamba tersebut akan
jatuh dalam istidraj atau masih akan tetap yakin dengan keimanannya kepada Allah
SWT. Seluruh pemberian anugrah, kenikmatan, dan kesenangan yang didapat oleh
manusia dapat berubah menjadi istidraj, karena istidraj dapat terjadi dalam bentuk
apa pun untuk menguji keimanan manusia.
Perbedaan antara istidraj dan nikmat sebagai berikut :
1) Semua limpahan harta, kesenangan dan kenikmatan duniawi yang dirasakan
oleh non-muslim adalah semata kemurahan Allah sebagai khaliq, dan akan
menjadi istidraj jika manusia tersebut masih dalam kekafirannya.

2
2) Kesenangan, keinginan, dan kenimatan duniawi bagi seorang muslim
merupakan karunia sekaligus juga dapat berupa sebuah ujian.

3) Bila ia muslim akan tetapi jiwanya tidak kuat dan bahkan kemudian menjadi
lalai dan lupa diri serta tidak bersyukur, sehingga menjauhkan dirinya dari
Allah.

Ciri-ciri istidraj sebagai berikut :

1) Keimanan dan ibadahnya semakin menurun namun kesenangannya makin


Allah tambah dan berlimpah.
2) Kesuksekan yang berjalan dengan mudah padahal ia melakukan kemaksiatan
terus menerus.
3) Harta yang semakin melimpah padahal ia pun semakin kikir.
4) Sangat jarang atau bahkan tidak pernah merasakan sakit padahal menjalani
pola hidup yang kurang sehat.
5) Semakin sombong namun harta semakin melimpah

C. Dalil tentang Istidraj

1) QS AL ANAM:44

Artinya : “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada
mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka
terdiam berputus asa” (Q.S Al-An’am :44)

3
2)  QS AL ANFAL:48

Artinya “Dan ketika syaitan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan


mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusiapun yang dapat menang
terhadapmu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu“. Maka
tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), syaitan itu
balik ke belakang seraya berkata: “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada
kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat
melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah“. Dan Allah sangat keras siksa-
Nya” (Q.S Al-Anfal : 48)

3) Hadits Riwayat Ahmad

َ‫ْطي ْال َع ْب; َد ِمن‬ ِ ‫ “إِ َذا َرأَيْتَ هَّللا َ تَ َع;الى يُع‬:‫ص;لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي; ِه َو َس;لَّ َم قَ;ا َل‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬
ِ ‫ع َْن ُع ْقبَةَ ْب ِن عَا ِم ٍر َر‬
‫ (فَلَ َّما‬:‫ص;لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي; ِه َو َس;لَّ َم‬
َ ِ ‫ ثُ َّم تَاَل َر ُس;و ُل هَّللا‬،”ٌ‫اس;تِ ْد َراج‬ْ ُ‫اصي ِه فَإِنَّ َما َذلِكَ ِم ْنه‬
ِ ‫ال ُّد ْنيَا َما يُ ِحبُّ َوه َُو ُمقِي ٌم َعلَى َم َع‬
ْ ;‫اب ُكلِّ َش ْي ٍء َحتَّى إِ َذا فَ ِرحُوا بِ َما أُوتُوا أَ َخ‬
‫;ذنَاهُ ْم بَ ْغتَ;ةً فَ;إ ِ َذا هُ ْم ُم ْبلِ ُس;ونَ ( (رواه‬ َ ‫نَسُوا َما ُذ ِّكرُوا بِ ِه فَتَحْ نَا َعلَ ْي ِه ْم أَ ْب َو‬
)‫أحمد‬

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir ra, Rasulullah saw bersabda: “Bila kamu melihat Allah memberi
pada hamba (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam
kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan
berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.” Kemudian Rasulullah saw membaca
ayat yang berbunyi, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka;

4
sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka,
Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam
berputus asa (Qs Al-An’am: 44).” (HR. Ahmad)

Al-Munawi dalam Faidh Al-Qadir Syarh Al-Jami Al-Shaghir mengatakan,


perkara dunia yang diinginkan hamba dalam Hadits ini berupa harta, anak, dan
kedudukan. Dengan kenikmatan itu justru hamba tersebut semakin gencar dalam
berbuat maksiat.

5
II

DALIL – DALIL HADITS QUDSI TENTANG HUKUMAN YANG DISEGERAKAN


SEBAGAI BENTUK KASIH SAYANG ALLAH TERHADAP HAMBANYA
(DALIL, TERJEMAHAN, PENJELASAN SERTA CONTOH KASUS)

A. Dalil-dalil

Terdapat 3 dosa yang balasannya akan disegerakan Allah SWT di dunia.

‫هنع ال َل يضر ةركب يبأ نع‬، ‫ ك الق ملسو هيلع هللا ىلص يبنال نع‬: ‫موي ىإل ءاش ام اهنم هللا رخؤي بونذ ل‬

‫يغبال الإ ةمايقال‬، ‫نيدالوال َقوقعو‬، ‫محرال ةعيطق وأ‬، ‫تومال لبق ايندال يف اهبحاصل لجعي‬

Hal ini sesuai dalam hadist dari Abu Bakrh RA, Rasulullah SAW bersabda,” Setiap
dosa akan di akhirkan (ditunda) balasannya oleh Allah SWT hingga hari kiamat, kecuali
al-baghy (zalim), durhaka kepada orang tua dan memutuskan silaturahim, Allah akan
menyegerakan di dunia sebelum kematian menjemput.” (HR Al Hakim, Al Mustadrak
No 7345).

Pertama, dosa orang yang berbuat zalim balasannya akan disegerakan. Zalim adalah
perbuatan melampaui batas dalam melakukan keburukan. Perbuatan zalim dapat
mengotori hati, seperti sombong, dengki, ghibah, fitnah, dusta, dan lain sebagainya.
Karena itu zalim termasuk dari dosa besar.

Manusia yang zalim akan mendapatkan balasan di dunia dan siksa pedih di akhirat.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Alquran:

‫“ ميأل باذع مهل كئل;وأ ۚق حال ريغب ض;راْل ي;ف نوغ;;بيو س;انال ن;;وملظي ني;ذال ىل;;ع ليبس;;ال امنإ‬Sesungguhnya
dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di
muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih.” (QS Asy-Syura: 42)

6
Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Sikap buruk dan tidak menghormati serta
tidak menyayangi kedua orang tua, adalah sikap yang sangat tercela, karena merekalah
penyebab keberadaan kita di dunia ini.

Jika sikap ini dilakukan, maka akan mengundang kemurkaan dari Allah SWT di dunia
ini, antara lain dalam bentuk pembangkangan sikap yang dilakukan anak-anak mereka.

Karena itu, sikap ihsan baik dalam ucapan maupun perbuatan merupakan suatu
kewajiban agama sekaligus merupakan suatu kebutuhan. Seperti yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT:

‫الو فأ امهل لقت لَف امهلَك وأ امهدحأ ربكال كدنع نغلبي امإ ۚا ناسحإ نيدالوالبو هايإ الإ اودبعت الأ كبر ىضقو‬

‫رك الوق امهل لقو امهرهنت‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada
mereka ucapan yang mulia.” (QS Al-Isra: 23).

Ketiga, dosa orang yang memutuskan silaturahim. Islam tidak menyukai orangorang
yang memutuskan tali persaudaraan.

Islam mengancam dan mengecam secara tegas orang-orang yang memutuskan tali
persaudaraan. Dalam hal ini, Rasulullah SAW bersabda dari Abu Muhammad Jubiar
bin Muth’im RA:

‫الل لوسر نأ هن;;ع هللا يض;;ر معطم نب ريبج دمحم يب;;أ نع‬
َ ‫ ال الق ﷺ‬: ‫“ عطاق ةنجال لخدي‬Tidak
akan masuk

surga orang yang memutus (silaturahim)." (HR Bukhari dan Muslim).

7
Islam begitu tegas terhadap hubungan baik sesama manusia. Oleh karena itu, orang
yang tidak mau berbuat baik dan justru memutus persaudaraan, Islam pun memberikan
ancaman yang keras, yakni tidak akan masuk surga sebagai balasannya. Sungguh
mengerikan.

B. Penjelasannya

Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫موي هب ىفوي ىتح هبنذب هنع كسمأ رشال هدبعب ال َّل دارأ اذإو ايندال ىف ةبوقعال هل لجع ريخال هدبعب ال َّل دارأ‬
‫اذ‬pe‫إ‬

‫ةمايق‬

Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan hukumannya di
dunia. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan atas
dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak.” (HR

Tirmidzi no. 2396, hasan shahih kata Syaikh Al Albani

Juga dari hadits Anas bin Malik, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫طخسال هلف طخس نمو اضرال هلف ىضر نمف مهالتبا اموق بحأ اذإ ال َّل نإو ءالبال مظع عم ءازجال مظع نإ‬

Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah
mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka Barangsiapa
yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka,
maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani

Penjelasan dari dua hadits di atas:

1. Musibah yang berat (dari segi kualitas dan kuantitas) akan mendapat balasan
pahala yang besar.

8
2. Tanda Allah cinta, Allah akan menguji hamba-Nya. Dan Allah yang lebih
mengetahui keadaan hamba-Nya. Kata Lukman -seorang sholih- pada anaknya,

‫ءالبالب ربتخي نمؤمالو رانالب ناربتخي ةضفالو بهذال ينب اي‬

Wahai anakku, ketahuilah bahwa emas dan perak diuji keampuhannya dengan api
sedangkan seorang mukmin diuji dengan ditimpakan musibah

3. Siapa yang ridho dengan ketetapan Allah, ia akan meraih ridho Allah dengan
mendapat pahala yang besar.

4. Siapa yang tidak suka dengan ketetapan Allah, ia akan mendapat siksa yang
pedih.

5. Cobaan dan musibah dinilai sebagai ujian bagi wali Allah yang beriman.

6. Jika Allah menginginkan kebaikan pada hamba, Dia akan segerakan


hukumannya di dunia dengan diberikan musibah yang ia tidak suka sehingga ia
keluar dari dunia dalam keadaan bersih dari dosa.

7. Jika Allah menghendaki kejelekan padanya, Dia akan mengakhirkan balasan


atas dosa yang ia perbuat hingga akan ditunaikan pada hari kiamat kelak. Ath
Thibiy berkata, “Hamba yang tidak dikehendaki baik, maka kelak dosanya akan
dibalas hingga ia datang di akhirat penuh dosa sehingga ia pun akan disiksa
karenanya.” (Lihat Faidhul Qodir, 2: 583, Mirqotul Mafatih, 5: 287, Tuhfatul
Ahwadzi, 7: 65)

8. Dalam Tuhfatul Ahwadzi disebutkan, “Hadits di atas adalah dorongan untuk


bersikap sabar dalam menghadapi musibah setelah terjadi dan bukan maksudnya
untuk meminta musibah datang karena ada larangan meminta semacam ini.”

C. Contoh kasus

9
Saya mengambil contoh dari seseorang yang pernah mengalami masalah hidup yang
sangat berat,terlilit hutang, sakit yang sangat langka dengan kwmungkinan hidup yang
sangat tipis,namun Allah begitu mencintainya. Entah dia pernah berbuat dosa atau apa
pun sebelumnya ,hanya Allah yang tahu namun setelah semua kejadian yang sulit itu
dia menjadi sangat dekat dengan Allah SWT.

Begitu hebatnya kepiawaian Dewa Eka Prayoga dalam bidang pemasaran digital hingga
ia mendapat julukan 'Dewa Selling'. Namun, pria yang juga akrab disapa Kang Dewa
ini mengalami serentetan ujian yang mungkin membuat banyak orang menyerah.

Keterpurukan pertama sudah dirasakan saat usia muda, tepatnya ketika ia masih
menjalani semester tujuh perkuliahan. Nilai utang yang harus ditanggung pun tidak
sepele, yakni mencapai Rp7,7 miliar.

Ya, nilai uang yang besar memang sudah didapatkannya sejak kuliah karena saat itu
sudah bisa membentuk personal branding yang cukup terkenal. "Waktu itu saya bawa
uang banyak karena saya sudah punya personal branding lantaran sering diundang
seminar di luar kampus. Sampai sampai ada teman yang nawarin saya proyek
pengadaan laptop dan lain-lain untuk keperluan kantor," papar Dewa yang kala itu
berhasil mengumpulkan puluhan investor.

Nahas, teman yang dipercaya nyatanya hanya penipu yang menjual proyek bodong.
Saat mengetahui sang teman kabur, Dewa yang saat itu merupakan mahasiswa
Universitas Pendidikan Indonesia segera melapor ke polisi. Meski dengan kasus itu
pada awalnya masih ada 40 investor bertahan, kemudian hanya tersisa dua orang.

Untuk membayar utang, Dewa yang kala itu baru beberapa hari menikah pun mencoba
berjualan jajanan dari berkeliling menjual ceker pedas, krupuk, hingga seblak. Ia
beruntung karena sang istri, Wiwin Supiyah, rela membanting tulang bersama meski
masih menjadi pengantin baru.

10
Kemudian jalan mulai membaik saat ia ditawari menulis buku oleh seorang teman.
Berbekal laptop jadul, Dewa berhasil menulis kisahnya hanya dalam tujuh hari ke
dalam

buku berjudul 7 Kesalahan Pengusaha Pemula. Buku itu tidak disangka laris hingga
Dewa bisa berpendapatan Rp120 juta per bulan.

Namun, di tengah masa perbaikan dalam melunasi utangnya, ujian baru datang lagi.
Dewa terdiagnosis menderita GBS (guillain barre syndrome), yaitu sebuah gangguan
saraf yang mengakibatkan seluruh badanya lumpuh total. Ia pun terpaksa harus dirawat
secara intensif selama dua bulan akibat penyakit tersebut hingga menelan biaya
perawatan sebesar Rp700 juta.

Meski terpuruk, Dewa tetap bersyukur karena dapat sembuh dalam waktu empat bulan.
Penulis buku Melawan Kemustahilan itu juga merasa ujian yang ia alami telah
menjadikannya sebagai pribadi yang lebih baik.

Kini, pada usia 30 tahun, Dewa tidak hanya tetap gencar berbisnis dan menjadi
motivator, tetapi juga berbagi kepada sesama dengan mendirikan pesantren bagi
kalangan tidak mampu. "Saat ini saya sedang membangun sebuah pondok Qur'an
Digitalpreneur di Cirebon. Semoga tahun depan selesai dan sedang berkampanye
mengajak teman-teman di Indonesia berwakaf dan bersedekah secara gila-gilaan,
sesering mungkin, sesempat mungkin, dengan hashtag #SedekahBrutal," pungkas
Dewa.

11
III
BERITA KENABIAN RASULULLAH SAW YANG DIMUAT DALAM
KITAB – KITAB SUCI AGAMA LAIN (KRISTEN, HINDU, YAHUDI, DLL)
A. Dalam Kitab Weda
Jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang ditunggu umat Yahudi
dan umat Kristen, mungkin banyak dari kalangan umat Islam akan setuju, mengingat
dalam Al-Qur’an memang terdapat ayat-ayat yang menyatakan kalau kedatangan Nabi
Muhammad SAW sebenarnya sudah diberitakan dalam kitab-kitab suci pendahulunya,
seperti Taurat & Injil. Sebagaimana tersebut dalam surat As Shaf (61) ayat 6 “Dan
(ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi
khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang
namanya Ahmad (Muhammad)". Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan
membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang nyata".
Tapi jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah  Nabi yang juga ditunggu
umat Hindu? Kalimat itu pasti mengejutkan bagi kebanyakan umat Islam maupun umat
Hindu, bahkan mungkin bagi umat di luar kedua agama itu. Betapa tidak, syariat dari
dua agama itu sangat jauh berbeda.
Ternyata  berita kedatangan nabi Muhammad SAW tidak saja diberitakan dalam kitab
Taurat & Injil, bahkan ramalan (berita) kenabian Muhammad SAW juga terdapat dalam
kitab suci umat Hindu, Kitab Weda. Benarkah?
 
Agama hindu termasuk agama tua di dunia. Meski tidak ada kejelasan kapan lahirnya
namun dalam sejarah dikenal ada 3 periodesasi, yaitu: 
pertama: Perkembangan agama hindu di India pada zaman Veda tahun (6000-2000 SM)
kedua: Perkembangan zaman Brahmana tahun (2000-1500 SM)
Ketiga : Zaman Upanisad tahun (1500-500 SM)
Jadi diperkirakan hinduisme sudah ada kira2 6500 tahun sebelum kedatang Islam.
Adalah Pundit Vaid Parkash  professor bahasa dari Allahabad University di India yang
juga menjadi pandita besar kaum Brahmana, dalam salah satu bukunya berjudul "Kalky

12
Autar" atau Avatar (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat sebuah
pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu. 

Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para
penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah
yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad
Rasulullah saw adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.

Prof. Pundit Vaid Parkash (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum
Brahmana dan ahli bahasa Sansekerta itu mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil
kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui
kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang
disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri "Kalky Autar" sama
persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah Saw yang lahir di Makkah. 

Prof. Parkash menguatkan pernyatannya itu dengan mengutip beberapa hal dari kitab
Veda (Weda), kitab suci agama Hindu. 

Menurutnya, dalam kitab Weda, sosok 'Kalki autar' akan menjadi Pembawa Risalah
Terakhir atau Prophet of Bhagwan (Allah) untuk menuntun seluruh dunia. Itu hanya
terjadi dalam kasus Nabi Muhammad Saw. Menurut ramalan Hindu, 'Kalki autar' akan
lahir di sebuah Jazeerah (Island) dan itu di wilayah Arab yang dikenal sebagai
'jazeeratul Arab'. 

Dalam kitab 'suci' Hindu, menurut Prof. Parkash, bapaknya bernama "Vishnu Bhagat"
dan ibunya bernama "Somanib". Dalam bahasa Sansekerta, 'Vishnu' berarti Allah (swt)
dan arti harfiah dari kata 'Bhagat' adalah hamba atau budak, dalam bahasa Arab berarti
"Abdun". Oleh karena itu, 'Wisnu Bhagat' dalam bahasa Arab berarti Abdullah (hamba
Allah). Sedangkan,'Somanib' dalam bahasa Sansekerta berarti damai (aman) dan
tentram yang dalam bahasa Arab berarti kata 'Aminah'. Dan sebagaimana diketahui

13
bahwa ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah dan ibundanya bernama Aminah.

Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa 'Kalky autar' akan lahir di kaum yang
dihormati dan mulia ditanahnya. Dan ini juga berlaku dalam kasus Nabi Muhammad
(saw) karena ia lahir di suku Quraisy yang dihormati di Makkah.

Disebutkan pula bahwa 'Kalki Autar' akan diajarkan dalam sebuah gua oleh Bhagwan
melalui utusan-Nya sendiri. Hal itu mengingatkan kisah Nabi Muhammad Saw dalam
gua Hira' saat didatangi oleh malaikat Jibril dan mengajarkannya tentang wahyu Islam
pertama kali. 

Tertulis dalam buku-buku Hindu bahwa Bhagwan akan memberikan 'Kalky autar'
dengan kuda tercepat dan dengan bantuan kuda itu, ia akan naik di seluruh dunia dan
tujuh langit. Ini isyarat tentang 'Buraq' dalam peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad
Saw. 

Selain itu, ditulis pula bahwa 'Kalky autar' akan diperkuat dan dibantu oleh Bhagwan.
Dalam kasus Nabi Muhammad (saw), beliau dibantu dan diperkuat oleh Allah (SWT)
melalui malaikat-Nya dalam perang Badar. (diolah dari berbagaisumber)

B. Dalam Kitab Injil


Seperti dikutip dari buku berjudul "Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Volume 1"
oleh Moenawar Khalil, disebutkan bahwa datangnya Nabi Muhammad SAW kepada
umat manusia telah disebutkan dan dinyatakan dalam kitab Taurat dan Injil. Hal
demikian sebagaimana disebutkan dalam Alquran surah al-A'raaf ayat 157 yang
berbunyi, "(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil."
Perjanjian Lama dalam bahasa Arab disebut al-‘Ahdu al-Qadim dan dalam bahasa
Belanda disebut Ould Testament, atau yang dianggap sebagai kitab Taurat oleh kaum
Yahudi dan Nasrani.

14
Sedangkan Perjanjian Baru dalam bahasa Arab disebut al-‘Ahdu al-Jadid dan dalam
bahasa Belanda disebut Niew Testament, dan itulah yang dianggap kitab Injil oleh
kaum Nasrani. Perjanjian Lama berisi himpunan kitab suci dari nabi-nabi sebelum Nabi
Isa AS, dan Perjanjian Baru adalah yang berisi himpunan kitab suci yang dibawa Nabi
Isa AS. 
Di dalam buku tersebut disebutkan beberapa ayat dari kitab-kitab agama terdahulu,
yang menjelaskan tentang akan datangnya Nabi Muhammad SAW. Buku tersebut
mengutip bunyi kalimat bahasa Indonesia dari ayat Bibel, yang disalin dari Bibel yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Nederlandsch Bibel
Genootschap di Amsterdam pada 1916.
Salah satunya disebutkan dalam kitab Ulangan, 18:15, yang berbunyi, "Bahwa seorang
Nabi dari antara kamu dari antara segala saudaramu dan yang seperti aku ini yaitu akan
dibangkitkan oleh Tuhan Allahmu bagi kamu maka dia haruslah kamu dengar."
Di beberapa ayat dalam Kitab Ulangan itu disebutkan akan diutusnya Nabi Muhammad
SAW dengan semua yang dikatakannya membawa atau menyebut Nama Tuhan dan
bukan nama dewa. Nabi Muhammad SAW juga wafat tidak karena dibunuh orang.
Selain itu, apa yang dikatakan oleh Nabi Muhammad tentu terjadi, meski baru terjadi
pada masa beberapa abad sesudah wafatnya dan yang terjadi pada masa hidupnya.
"Bahwa kalau Nabi itu berkata atas Nama Tuhan, lalu barang yang dikatakannya itu tak
jadi atau tak datang, itulah perkataan yang bukan sabda Tuhan, melainkan Nabi itu
berkata dengan angkaranya: jangan kamu takut akan dia." (Ulangan, 18:22).
Kemudian dalam Injil Yahya juga disebutkan ayat yang mengarah pada akan
kedatangan Nabi Muhammad. Seperti dalam Yahya, 14:26, yang berbunyi, "Tetapi
penghibur, yaitu Ruhul Kudus, yang akan disuruh oleh Bapa sebab namaku, yaitu akan
mengajarkan segala perkara itu kepadamu dan mengingatkan kamu segala perkara yang
telah kukatakan kepadamu itu." "Maka sekarang sudah kukatakan kepadamu sebelum
jadinya, supaya apabila ia jadi kelak, boleh kamu percaya" (Yahya, 14:29).
Dari ayat itu dijelaskan, bahwa Nabi Muhammad SAW akan datang dan diperintah oleh
Tuhan dan akan mengajarkan segala perkara kepada manusia. Hal demikian juga telah
dinyatakan dalam Alquran.

15
Kemudian dalam ayat lainnya di Kitab Injil Yahya, Nabi Muhammad digambarkan
sebagai penghibur (Rahul Kudus) dan yang akan memuliakan Nabi Isa karena ia akan
mengambil beberapa keterangan dari apa yang telah diterangkan oleh Nabi Isa kepada
kaumnya.
Di dalam Kitab Injil Barnabas, kedatangan Nabi Muhammad SAW lebih jelas
dinyatakan. Barnabas sendiri adalah nama seorang sahabat atau pembela Nabi Isa.
Karenanya, Injil Barnabas ditulisnya sendiri dari wasiat yang didengarnya dari Nabi Isa
AS. Di dalam kitab itu memberitakan kedatangan Nabi SAW, bahkan dijelaskan pula
tentang peristiwa disalibnya Nabi Isa, bukanlah Nabi Isa yang disalib, melainkan
Yahuda. Injil Barnabas termasuk injil yang kuno, yang tertulis pada abad pertama
Masehi.  
Dalam ayat di kitab Injil Barnabas, misalnya, disebutkan bahwa saat Nabi Isa AS
memberitahu para hawari (penolong) bahwa beliau akan berpaling meninggalkan alam.
Saat itu, Isa berkata agar hati mereka tidak bergoncang dan tidak takut. Sebab, Isa
bukanlah yang menjadikan mereka, tetapi Allah yang menjadikan dan memelihara
mereka.
"Adapun tentang ketentuan tugasku, sesungguhnya aku datang untuk menyediakan
jalan bagi Rasulullah yang akan datang dengan membawa tugas kelepasan alam ini."
(Barnabas, 72:10).

C. Dalam Kitab Weda


Berdasarkan kitab As-Sirah Al-Halabiyyah, pada hari keenam Ramadan turun kitab
Taurat kepada Nabi Musa AS. Di dalam kitab ini juga, tertulis kabar tentang Nabi
Muhammad SAW.
"Kabar kedatangan Rasulullah SAW sudah disebutkan pada kitab-kitab terdahulu
seperti Taurat yang diturunkan pada Musa AS pada hari keenam Ramadan," kutip buku
Peristiwa-Peristiwa Penting di Bulan Ramadan karya Abdurrahman Al Baghdady.
Atha' bin Yassaar juga meriawayatkan bahwa suatu kali dia meminta Abdullah bin Amr
bin Ash RA untuk menerangkan Nabi Muhammad SAW dalam taurat.

16
Kemudian Abdullah bin Amr bin Ash berkata, "Wahai Nabi, sesungguhnya Kami
mengutusmu untuk menjadi saksi, pemberi kabar gembira, pemberi peringatan bagi
orang-orang yang buta huruf," ujar Abdullah.
Penjelasan Abdullah selanjutnya mengenai Rasulullah sama dengan penjelasan di
Alquran. Akan tetapi di dalam Taurat nama Rasulullah disebut dengan Himyata.
Himayata yaitu orang melindungi tanah haram dari perkara haram. Sebutan lainnya
adalah Qidmaya atau orang pertama atau pendahulu yang dideskripsikan sebagai orang
yang baik hati. [ded]

17
IV

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER SAINS DAN TEKNOLOGI

A. Pertemuan Dua Laut

Pertemuan dua laut yang airnya tidak menyatu


Di dalam Al Quran telah dijelaskan bahwa ada dua laut yang saling bertemu namun di
antaranya memiliki batasan. Ini terjadi di Selat Gibraltar yang menghubungkan Lautan
Mediterania dan Samudera Atlantik.

Menurut para ilmuwan, fenomena tersebut terjadi karena air laut dari Samudera Atlantik
dan dari Laut Mediterania memiliki karakteristik yang berbeda, dilihat dari suhu air,
kadar garam, dan kerapatannya. Fenomena bertemunya dua lautan ini telah dijelaskan Al
Quran 14 abad silam dalam surah Ar-Rahman ayat 19-20.

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara
keduanya ada batas yang tidak dilampui masing-masing." (QS. Ar-Rahman: 19-20)

B. Api di Dasar Laut


Seorang ahli geologi asal Rusia Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov seorang ilmuwan
asal AS, menemukan fenomena api di dasar laut.

Mereka meneliti kerak Bumi dan patahannya di dasar laut lepas pantai Miami. Mereka
kemudian menemukan lava cair yang mengalir disertai abu vulkanik yang suhunya
mencapai 231 derajat celcius. Fakta sains ini disebutkan dalam Al Quran surah At-Tur
ayat 6;
"Dan laut yang di dalam tanahnya ada api." (QS. At-Tur: 6)

C. Garis Edar Tata Surya


Tata surya merupakan bagian dari alam semesta yang sangat luas. Bumi yang kita pijak
hanya salah satu planet yang ada di tata surya. Selain Matahari, semua planet dan satelit

18
dalam sistem gravitasi Matahari bergerak sesuai garis edar yang telah ditetapkan. Hal ini
dijelaskan di dalam Al Quran surah Al-Anbiya ayat 33.

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (QS. Al-Anbiya: 33)

D. Matahari Berotasi

Orang pertama yang menyadari bila matahari juga berotasi seperti Bumi adalah Galileo
Galilei. Di tahun 1612, dia menyadari bila bintik hitam matahari bergerak di sekitar
khatulistiwanya. Sampai saat ini, pakar astronomi masih menggunakan posisi bintik
hitam matahari untuk mengukur kecepatan rotasi matahari. Di bagian khatulistiwa
matahari, kecepatan putarannya paling tinggi, yakni 25 hari untuk satu putaran penuh.
Dan semakin naik ke atas atau turun ke bawah menjauhi garis khatulistiwa, kecepatan
rotasi matahari menurun. Bagian sekitar kutub utara dan selatan matahari memerlukan
waktu 35 hari untuk sekali putaran. Ya, kecepatan putaran bagian kutub dan khatulistiwa
matahari berbeda hingga 10 hari!.

Dalam Surah Yasin ayat : 38 sudah dijelaskan.


Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan (Allah) Yang
Maha Perkasa, Maha Mengetahui.”
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 38)

E. Mumi Firaun
Maurice Bucaille dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad Fir’aun. Ia merupakan
ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920.
Maurice Bucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab
utama dalam penelitian tentang mumi. Hasil penelitian menemukan hal yang
mengejutkan bahwa sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh mumi adalah petunjuk
bahwa Firaun meninggal karena tenggelam.

19
Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan.
Namun hal ini tetap mengganjal logika sang profesor. Bagaimana jasad mumi yang
sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik kondisinya dibanding mumi-
mumi lainnya?
Hal tersebut mulai sesuai dengan penggambaran kematian Firaun di Alquran bahwa dia
mati karena ditelan ombak. Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul “Les
momies des Pharaons et la midecine” (Mumi Firaun; Sebuah Penelitian Medis Modern)”
Ia lalu mendengar bahwa Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya
Firaun. Kabarnya, setelah mencari riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil,
Bucaille beralih ke Islam.
Ia menemui sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu mengenai salah satu ayat
Alquran. “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari
manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami,”

20
V

PENGERTIAN DAN ORANG – ORANG SALAFUSSALIH YANG


SESUNGGUHNYA : GENERASI SAHABAT, TABIIN, TABIITTABIIN

A. PENGERTIAN Salafushssalih
Secara etimologi, Ibnul Faris mengatakan: "Shalafus Shalih terdiri dari huruf sin, lam,
dan fa’ yang memiliki pokok arti menunjukkan ‘makna terdahulu’. Termasuk salaf
dalam hal ini adalah ‘orang-orang yang telah lampau’, dan arti dari ‘al-qoumu as-
salaafu’ artinya mereka yang telah terdahulu." (Mu’jam Maqayisil Lughah: 1995:3)

Mengutip Buku Pendidikan Agama Islam karangan Rosidin (2020: 693), Salafus Shalih
adalah generasi terdahulu yang beriman kepada Rasulullah SAW. Salafus Shalih terdiri
dari tiga generasi Muslim awal yaitu para sahabat, tabi'in (generasi pertama), dan tabi'ut
tabi'in (generasi kedua).

Salafus Shalih menghabiskan sebagian besar malamnya untuk beribadah dan membaca
Alquran. Mereka akan berjihad di jalan Allah SWT dan mencari rezeki melalui
berdagang, bertani, serta memberikan manfaat bagi lingkungan terdekatnya.

B. Sahabat Nabi
Kata sahabat menurut lughah jamak dari sahib artinya yang menyertai. Menurut para
ulama yang disebut "sahabat" adalah orang yang bertemu dengan Nabi SAW dalam
keadaan beriman dan meninggal dunia sebagai pemeluk Islam. Maka, orang yang
bertemu dengan Nabi sedang dia belum memeluk agama Islam, maka tidaklah
dipandang sahabat. Orang yang menemui masa Nabi dan beriman kepadanya tetapi tidak
menjumpainya, seperti Najasi, atau menjumpai Nabi setelah Nabi wafat, seperti Abu
Dzu'aib, yang pergi dari rumahnya setelah ia beriman untuk menjumpai Nabi  di
Madinah. Setiba di Madinah, Nabi telah wafat. Maka, baik Najasi dan Abu Dzu'aib,
mereka berdua termasuk sahabat Nabi.
Ditandaskan oleh al-Hafidl, bahwa pendapat yang paling shahih yang telah
diketemukannya bahwa arti sahabat adalah orang yang berjumpa dengan Nabi dalam

21
keadaan dia beriman dan meninggal dalam islam, baik lama ia bergaul dengan Nabi atau
tidak, baik dia turut berperang bersama Nabi atau tidak, baik dia dapat melihat Nabi
meskipun tidak dalam satu majelis dengan Nabi, atau dia tidak dapat melihat Nabi
karena buta.
Menurut Usman ibnu Shalih, yang dikatakan sahabat adalah orang yang menemui masa
Nabi, walaupun dia tidak dapat melihat Nabi dan ia memeluk Islam semasa Nabi masih
hidup.
Sebagian 'ulama Ushul berpendapat bahwa yang dimaksud sahabat adalah orang yang
berjumpa dengan Rasul dan lama pula persahabatannya dengan beliau walaupun tidak
meriwayatkan hadits dari beliau.
 Tingkatan Sahabat Nabi

Identifikasi terhadap Sahabat Nabi, termasuk tingkatan dan statusnya, merupakan


hal yang penting dalam Dunia Islam karena digunakan untuk mengevaluasi
keabsahan suatu hadis maupun perbuatan Nabi Muhammad yang diriwayatkan
oleh mereka.[6]

Menurut Al-Hakim an-Naisaburi dalam karyanya Al-Mustadrak, tingkatan Sahabat


terbagi dalam dua belas tingkatan,[7][8] yaitu:

1) Para Khulafa'ur Rasyidin dan selebihnya dari Sepuluh yang Dijanjikan


Surga ketika masih hidup
2) Para sahabat yang masuk Islam di Makkah sebelum Umar dan
mengikuti majelis Daarul Arqam
3) Para sahabat yang ikut serta berhijrah ke negeri Habasyah

4) Para sahabat Kaum Anshar yang ikut serta dalam Bai'at Aqabah Pertama

5) Para sahabat Kaum Anshar yang ikut serta dalam Bai'at Aqabah Kedua

6) Para sahabat Kaum Muhajirin yang berhijrah sebelum sampainya Nabi


Muhammad di Madinah dari Quba
7) Para sahabat yang ikut serta dalam Perang Badar

22
8) Para sahabat yang berhijrah antara Perang Badar dan Perjanjian
Hudaibiyyah
9) Para sahabat yang ikut serta dalam Baiat Ridwan pada saat ekspedisi
Hudaibiyyah
10) Para sahabat yang masuk Islam dan berhijrah ke Madinah setelah
Perjanjian Hudaibiyyah
11) Para sahabat yang masuk Islam setelah Fathu Makkah
12) Para sahabat anak-anak yang melihat Nabi Muhammad di waktu atau
tempat apapun setelah Fathu Makkah

Terdapat sekelompok Sahabat Nabi yang dipandang lebih tinggi statusnya di


antara kalangan mereka sendiri, yaitu sebagai ulama yang
dimintakan fatwanya untuk berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Sahabat
Nabi yang memberikan fatwa diperkirakan ada sekitar 130 orang, laki-laki dan
perempuan.[9] Menurut Ibnu Qayyim, para ulama Sahabat Nabi terbagi sbb.:[9][10]

1) Para sahabat yang banyak berfatwa, yaitu tujuh orang: Umar bin Khattab,
Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas'ud, Aisyah Ummul Mukminin,
Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Umar, dan Abdullah bin Abbas
2) Para sahabat yang pertengahan dalam berfatwa, antara lain: Abu Bakar,
Ummu Salamah, Anas bin Malik, Abu Sa'id al-Khudri, Abu Hurairah,
Utsman bin Affan, Abdullah bin Amr bin al-Ash, Abdullah bin Zubair,
dll.
3) Para sahabat yang sedikit berfatwa, hanya satu-dua masalah, yaitu: Abu
Darda, Abu al-Yasar, Abu Salamah al-Makhzumi, Abu Ubaidah bin al-
Jarrah, Hasan bin Ali, Husain bin Ali, Nu'man bin Basyir, Ubay bin
Ka'ab, Abu Ayyub, Abu Thalhah, Abu Dzar, Ummu Athiyyah, Shafiyah
Ummul Mukminin, Hafshah, dan Ummu Habibah

23
C. Tabi’in
Tabi’in menurut bahasa adalah jama’ dari kata tabi’ yang artinya pengikut. Menurut
istilah, tabi’in adalah orang yang pernah bertemu dengan sahabat, iman kepada Nabi saw
dan meninggal dalam keadaan Islam. Tentang hal ini al-Khatib al-Baghdadi
mensyaratkan adanya persahabatan dengan sahabat, jadi bukan hanya bertemu.
Menurut Ibnu Katsir, yang dinamakan tabi’in tidak cukup hanya pernah melihat sahabat,
sebagaimana yang dinamakan sahabat cukup pernah melihat Nabi saw saja. Yang
membedakan adalah keagungan dan kebesaran dari melihat Nabi saw. Namun menurut
kebanyakan ahli hadis, yang dinamakan tabi’in ialah orang yang pernah bertemu sahabat
dalam keadaan beriman dan meninggal dunia dalam keadaan beriman meskipun tidak
pernah bersahabat dengan sahabat dan tidak pula pernah meriwayatkan hadits dari
sahabat.
 Tingkatan dan Nama Tokoh Tabi’in

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam karyanya Taqrib at-Tahdzib membagi para


tabiin menjadi empat tingkatan berdasarkan usia dan sumber periwayatannya, yaitu:
[2]

1) Para tabiin kelompok utama/senior (kibar at-tabi'in), yang telah wafat


sekitar tahun 95 H/713 M. Mereka seangkatan dengan Said bin al-
Musayyab (lahir 13 H - wafat 94 H),
2) Para tabiin kelompok pertengahan (al-wustha min at-tabi'in), yang telah
wafat sekitar tahun 110 H/728 M. Mereka seangkatan dengan Al-Hasan
al-Bashri (lahir 21 H - wafat 110 H) dan Muhammad bin Sirin (lahir 33 H
- wafat 110 H),
3) Para tabiin kelompok muda (shighar at-tabi'in) yang kebanyakan
meriwayatkan hadis dari para tabiin tertua, yang telah wafat sekitar tahun
125 H/742 M. Mereka seangkatan dengan Qatadah bin Da'amah (lahir 61
H - wafat 118 H) dan Ibnu Syihab az-Zuhri (lahir 58 H - wafat 124 H),

24
4) Para tabiin kelompok termuda yang kemungkinan masih berjumpa
dengan para sahabat nabi dan para tabiin tertua walau tidak meriwayatkan
hadis dari sahabat nabi, yang telah wafat sekitar tahun 150 H/767 M.
Mereka seangkatan dengan Sulaiman bin Mihran al-A'masy (lahir 61 H -
wafat 148 H).

Mayoritas ulama penulis biografi para periwayat hadis (asma ar-rijal) juga
membagi para tabiin menjadi tiga tingkatan berdasarkan Sahabat Nabi yang menjadi
guru mereka, yaitu:[3]

1) Para tabiin yang menjadi murid para sahabat yang masuk Islam sebelum
peristiwa Fathu Makkah,
2) Para tabiin yang menjadi murid para Sahabat yang masuk Islam setelah
peristiwa Fathu Makkah,
3) Para tabiin yang menjadi murid para Sahabat yang belum berusia dewasa
ketika Nabi Muhammad saw. wafat.

Beberapa nama tokoh Tabi’in yang terkenal, sebagai berikut ;

1) Abdullah bin Muhammad bin al-Hanafiyah


2) Abubakar bin Abdurrahman
3) Abu Muslim al-Khaulani
4) Abu Hanifah
5) Abu Ja'far al-Madani
6) Ahnaf bin Qais
7) Ali bin Abdullah
8) Ali bin Husain
9) 'Alqamah bin Qais
10) Al-Qasim bin Muhammad
11) Atha bin Abi Rabah
12) Hammam bin Munabbih

25
13) Hasan bin Muhammad bin al-Hanafiyah
14) Hasan al-Bashri
15) Ibnu Abi Mulaikah
16) Ibnu Juraij

D. Pengertian Tabi'ut tabi'in 


Tabi'ut tabi'in atau Atbaut Tabi'in (bahasa Arab: ‫ )ت;;ابع الت;;ابعين‬adalah generasi setelah
Tabi'in, artinya pengikut Tabi'in, adalah orang Islam teman sepergaulan dengan para
Tabi'in dan tidak mengalami masa hidup Sahabat Nabi. Tabi'ut tabi'in adalah di antara
tiga kurun generasi terbaik dalam sejarah Islam, setelah Tabi'in dan Shahabat. Tabi'ut
tabi'in disebut juga murid Tabi'in. Menurut banyak literatur Hadits : Tab'ut Tabi'in
adalah orang Islam dewasa yang pernah bertemu atau berguru pada Tabi'in dan sampai
wafatnya beragama Islam. Dan ada juga yang menulis bahwa Tabi'in yang ditemui harus
masih dalam keadaan sehat ingatannya. Karena Tabi'in yang terahir wafat sekitar 110-
120 Hijriah.
 Daftar nama Tabi’ut tabi’in

Imam-Imam Madzhab yang Mashyur

1) Abu Hanifah namun dianggap oleh sebagian ulama sebagai Tabi'in, karena


dia bertemu dengan Sahabat Anas bin Malik (jangan bingung dengan Imam
Malik bin Anas) dan meriwayatkan hadis darinya juga dari beberapa
shahabat yang lain.
2) Malik bin Anas
3) Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i
4) Ahmad bin Hanbal

Ulama Tabi'ut tabi'in lainnya

1) Sufyan ats-Tsauri (97–161 H)
2) Sufyan bin Uyainah (107-198 H)

26
3) Al-Auza'i (w. 158 H)

4) Laits bin Sa'ad

5) Abdullah bin Al-Mubarak

6) Waki'

7) Abdurrahman bin Mahdi

8) Yahya bin Said Al-Qathan

9) Yahya bin Ma'in

10) Ali bin Al-Madini

11) Agusi bin Al-Mustajabi

E. Sifat Salafus Shalih


Adapun sifat-sifat terpuji yang dimiliki para Salafus Shalih yang dapat diteladani kaum
Muslim dalam kehidupan sehari-hari adalah:

1. Adil dan Amanah

Salafus Shalih tidak menyukai akhlak tercela seperti dusta dan khianat. Mereka
bersikap adil dan amanah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW.
Diriwayatkan bahwa suku Quraisy diresahkan oleh wanita Makhzumiyah yang gemar
mencuri. Kemudian mereka meminta pertolongan kepada Usamah bin Zaid RA agar
meminta keringanan kepada Rasullah SAW.

Usamah RA berkata: “Maukah Anda memberi pertolongan dalam hukum had


(pidana) ini? Lalu Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian
binasa disebabkan ketika orang terhormat di kalangan mereka mencuri, maka
mereka membiarkannya; namun jika orang lemah yang mencuri, maka mereka
memberi hukuman had (pidana). Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad
mencuri, nisacaya akan aku potong tangannya.”

27
2. Menegakkan Kebenaran

Salafus Shalih saling berlomba-lomba untuk menegakkan kebenaran dan bersungguh-


sungguh menjalankan tugas untuk kepentingan masyarakat. Mereka mau mengakui
kesalahan jika mereka memang salah. Mereka juga tidak pernah malu untuk
mengakui kesalahan dan kekurangan.

Al Zubair ibn Bakar RA meriwayatkan bahwasannya Mu’awiyah RA berpendapat


tentang keutamaan Abu Bakar RA, Umar RA, dan para sahabat lain. “Adapun Abu
Bakar, maka beliau tidak menghendaki dunia dan dunia tidak menghendaki
kesalahan. Karena sesungguhnya kepahlawanan sejati adalah menahan amarah;
memaafkan kesalahan; sabar dalam menghadapi berbagai kesakitan dalam upaya
melaksanakan kewajiban dan memerangi nafsu yang senantiasa memerintahkan
kejelekan.”

3. Mengutamakan Orang Lain

Sifat kepahlawanan Salafus Shalih berikutnya adalah mengutamakan kepentingan


orang lain. Mereka rela mengalahkan dan mengorbankan sikap mementingkan diri
sendiri meski sebenarnya mereka juga sedang membutuhkan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al Hasyr ayat 9 yang berbunyi:
“Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah
ke tempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap
apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(Muhajirin), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa
yang dijaga dirinya dari kekikiran, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung."

4. Memberi Ampunan dan Gemar Menolong

28
Salafus Shalih memiliki sifat terpuji memberi kasih sayang kepada orang yang lemah,
mengampuni orang yang salah, serta bersikap belas kasih terhadap pihak yang serba
kekurangan.

Diriwayatkan bahwasannya Umar Ibn Khathab RA mau memaafkan Raja Hurmuzan,


Raja Persia yang sering melanggar janji dan menyakiti kaum Muslimin. Padahal jika
mau, beliau dapat melampiaskan kemarahannya dengan cara membunuh Raja
Hurmuzan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Administrator, 16 Maret 2019. Diakses melalui


https://www.steikassi.ac.id/berita/detail/kenabian-muhammad-saw-telah-diramalkan-
dalam-kitab-weda

Arifin, 08 Desember 2021. Diakses melalui https://sman1baubau.sch.id/editorial/sains-


dalam-kitab-suci-al-quran/

Dannil Roikhan, Diakses melalui


https://issuu.com/dannilroikhan/docs/artikel_agama_islam/s/12452859

Desi Aditia, 1 Juni 2017. Diakses melalui


https://www.merdeka.com/peristiwa/kehadiran-rasulullah-sudah-disebut-dalam-kitab-
taurat-nabi-musa-as.html

Kiki Sakinah, 01 November 2019. Diaskes melalui


https://www.republika.co.id/berita/q0a6df320/ternyata-kehadiran-muhammad-saw-
disebut-taurat-dan-injil

Muhammad Faiz, 07 Juni 2017. Diakses melalui


http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-sahabat-tabiin-dan-
tabiit-tabiin.html

Tim Detik.Net, 21 April 2021. Diakses melalui https://inet.detik.com/science/d-


5538763/7-fenomena-sains-yang-dijelaskan-dalam-al-quran

Vio, 10 Februari 2021. Diakses melalui https://kumparan.com/berita-hari-ini/mengenal-


salafus-shalih-generasi-beriman-di-zaman-rasulullah-saw-1v9CSBn2RFF

Wikipedia, 12 Maret 2021. Diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Tabiin

Wikipedia, 23 September 2021. Diakses melalui


https://id.wikipedia.org/wiki/Sahabat_Nabi

30

Anda mungkin juga menyukai