BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tahun ini adalah tahun terburuk dalam sejarah Toyota selama berdiri pada tahun
1933, Toyota mengalami krisis yang sangat fatal, maka tidak berlebihan bila tahun
ini Toyota dikatakan mengalami "bencana beruntun" dan "sudah jatuh ketimpa
tangga". Karena kerusakan pada pedal gas, Toyota terpaksa harus menarik kembali
lebih dari 8,5 juta unit mobilnya, jauh melampaui total produksi setahunnya.
CEO Toyota, Akio Toyoda membungkuk dan meminta maaf kepada Kongress
selama sidang dengar pendapat baru-baru ini dan air matanya terus berlinangan
selama tur di fasilitas manufaktur yang tidak bisa sedikit pun menghilangkan
pertanyaan dan investigasi dari publik Amerika, Kongres, dan media.
“Tidak diragukan lagi Toyota sedang menghadapi krisis terbesar sepanjang sejarah
perusahaan ini, dan para konsumen automobil jelas sangat memperhatikan apakah
Toyota akan pulih dari krisis ini”. Presiden Direktur Toyota Motor Corporation (TMC),
Akio Toyoda, Jumat (2/10)
Perusahaan mobil Toyota sedang mengalami krisis – baik dari sisi penjualan
maupun PR – dengan ditariknya lebih dari 3,8 juta unit mobil di Amerika Serikat
pada bulan September 2009. Penarikan kendaraan ini disebabkan oleh adanya
kerusakan pada bagian pedal rem, yang berpotensi menyebabkan kecelakaan pada
penggunanya.
Setelah Amerika Serikat, Toyota menarik sejumlah mobil di negara-negara lain. Di
Cina, Toyota menarik 680.000 unit mobil, dan 180.000 unit mobil di negara-negara
seperti Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.
Penarikan mobil kali ini adalah yang terbesar, dan tidak pernah dialami
sebelumnya. Krisis PR yang disebabkan oleh kejadian ini membuat brand Toyota
sendiri terancam. Manajemen krisis yang diterapkan oleh Toyota tidak ideal,
dengan tidak ditanggapinya keluhan pelanggan dengan baik.
Padahal, seperti yang dikemukakan oleh Ong Hock Chuan kepada Reuters,
“Masyarakat ingin melihat perusahaan bertanggung jawab sepenuhnya atas
kejadian seperti ini, bersikap empatis kepada korban dan keluarganya, serta
memegang kendali atas masalah yang terjadi dengan memetakan secara jelas
masalahnya dan bagaimana mereka akan memecahkannya. Masyarakat juga
berharap CEO yang akan melakukan ini semua.”
Sebaiknya yang dilakukan oleh Toyota dalam menangani hal ini adalah
mengkomunikasikan kepada konsumen yang terkena dampak penarikan, bahwa
Toyota akan memberikan dukungan penuh selama kendaraan mereka sedang
ditarik. Misalnya dengan menyediakan pusat layanan konsumen 24 jam, dan
menginformasikan dengan jelas apa yang akan dilakukan oleh Toyota selama
kendaraan milik konsumen sedang ditarik.
Permasalahan
Setelah mengetahui berbagai macam persoalan yang ditimbulkan pada latar
belakang di atas, maka permasalahan yang muncul adalah :
· Bagaimana mengembalikan image Toyota pada public?
· Bagaimana menghadapi krisis kepercayaan yang terjadi khususnya melalui media
massa?
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Krisis
Krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat
sesuatu tambah baik atau tambah buruk. Jika dipandang dari kaca mata bisnis
suatu krisis akan menimbulkan hal-hal seperti berikut :
Intensitas permasalahan akan bertambah.
Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa, atau informasi dari
mulut ke mulut.
Masalah akan menganggu kelancaran bisnis sehari-hari.
Masalah menganggu nama baik perusahaan.
Masalah dapat merusak sistim kerja dan menggoncangkan perusahaan secara
keseluruhan.
Masalah yang dihadapi disamping membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak
jarang membuat masyarakat menjadi panik.
Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi.
Setiap krisis adalah suatu emergency, namun tidak setiap emeergency adalah
suatu krisis. Krisis dditangani oleh manajemen terhadap krisis. Krisis adalah kondisi
tidak stabil, yang bergerak kearah suatu titik balik, dan menyandang potensi
perubahan yang menentukan. Sedangkan keadaan darurat (emergency) adalah
kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan terjadinya dan menuntut penanganan
segera.
Steven Fink dalam karyanya yang berjudul Crisis Management – Planning for the
inevitable, mengumukakan : “A crisis is an unstable time or state of affairs in which
a decisive change is impending-either one with the distinct possibility of a highly
desirable and extremely positibe outcome, or one with the distinct possibility of a
highly undesirable outcome. It is usually a 50-50 proposition, but yoy can improve
the odds”.
Krisis adalah suatu kondisi disorganisasi di mana helpee menghadapi frustasi dari
tujuan-tujuan hidup yang penting atau kekacauan yang amat besar dari siklus hidup
mereka dan metode-metode mengatasi berbagai stresor. Istilah krisis biasanya
mengarah pada perasaan helpee mengenai ketakutan, kegoncangan, dan distres
terhadap kekacauan, bukan kekacauan itu sendiri. Krisis dibatasi dalam waktu,
biasanya berakhir tidak lebih dari beberapa minggu.
Dirut Toyota Akio toyoda yang merupakan cucu dari pendiri Toyota, meminta maaf
kepada masyarakat melalui media, langkah tersebut membuat masyarakat
terutama amerika semakin tidak simpatik terhadap perusahaan tersebut, karena
toyoda hanya meminta maaf atas insiden kecelakaan akhir-akhir ini bukan
menjelaskan secara rinci penyebab terjadinya insiden tersebut. Selain masalah
hanya permintaan masalah tersebut toyoda mengapa menggunakan jasa
penerjemah, padahal toyoda pernah mengenyam pendidikan di Negara adidaya
tersebut, sehingga konsumen amerika merasa deremehkan. Namun bagi
masyarakat china yang menjadi konsumen Toyota terbesar kedua setelah amerika
menganggap langkah toyoda tersebut sudah sesuai dan tepat.
Untuk menjaga image yang sudah menurun tersebut Toyoda menjadwalkan untuk
ke Amerika dan meminta maaf secara langsung kepada masyarakat disana dan
berkunjung kebeberapa dealer Toyota, namun langkah tersebut dinilai sangat
terlambat, karena sudah menjadi sebuah krisis yang sangat besar baru menyadari
akan pentingnya sebuah kepercayaan dan sebuah keamanan dalam berkendara,
namun langkah tersebut mampu menjadikan image yang sudah jatuh tidak terlalu
jatuh, karena banyak juga yang menilai langkah tersebut adalah langkah yang
tepat.
Dampak lain dari meluasnya krisis tersebut adalah ditutupnya perusahaan Toyota
yang berada di Philipina, serta memberhentikan sepihak ribuan pegawai di seluruh
dunia, langkah ini diambil supaya mereka tidak semakin terpuruk dalam
kemunduran itu, namun langkah ini dianggap terlalu dini oleh berbagai pengamat
bisnis, karena dengan memberhentikan produksi sererta pemutusan hubungan
kerja adalah langkah terakhir penyelamatan sebuah perusahaan dari keterpurukan
dari krisis, langkah yang seharusnya dilakukan adalah mengoreksi dan membenahi
kerusakaan yang terjadi serta mengani komplain dengan bijaksana.
Langkah nyata yang dilakukan Toyota dalam mengurangi krisis semakin buruk
adalah terjun langsung ke masyarakat dengan menggelar jumpa pers dengan
meminta maaf, serta penarikan unit dengan jumlah yang sangat banyak merupaka
langkah awal, langkah berikutnya adalah menunda lounching produk mobil Toyota,
yakni Toyota lexus GX 460 pada tahun ini, serta memberikan rasa nyaman kepada
konsumen yang mobil nya mengalami penarikan tersebut, dengan line pengaduan
melalui telepon yang aktif 24 jam, dan memberikan informasi secara berkala,
sehingga citra yang sudah berkurang menjadi lebih baik tidak semakin terpuruk.
Membangun citra Toyota yang menurun sangat sulit, karena mereka merupakan
perusahaan yang sudah menjadi bagian dari masyarakat, langkah Toyota Indonesia
dalam membangun citra yang sempat terpuruk adalah dengan membuat iklan
Toyota besar-besaran serta memberikan layanan call center 24 jam dalam 7 hari,
gratis ganti oli terhadap mobil Toyota, dan memberikan diskon khusus bagi
pengguna innova untuk makan gratis di food court di supermarket besar yang
sudah bekerja sama dengan Toyota, termasuk Tunjungan plasa kepada pengunjung
yang menunjukkan STNK Toyota innova, diskon tersebut sampai 100 ribu, namun
program tersebut hanya berlaku bagi 250 orang pertama dan hanya pada tanggal
29 Juni, untuk memperingati hari keluarga nasional.
Langkah memberikan diskon serta memberikan kemudahan tersebut adalah
langkah terbaik dari Toyota saat ini, namun alangkah baiknya langkah tersebut
bukan hanya diberikan kepada konsumen Toyota saja, seharusnya diberikan
kepada semua lapisan masyarakat. Langkah ini mampu mengobati sedikit
kekecewaan dari Toyota selama ini, dengan perhatian dan kenyamanan yang lebih
meningkat maka Toyota mampu menjadi pemimpin perusahaan otomotif yang baik
dan terpercaya.
BAB III
KESIMPULAN
Krisis dapat dicegah dengan memahami gejala-gejala yang ada serta merespons
segala keluhan dari pihak dalam maupun pihak luar, sehingga tidak menjadikan
krisis tersebut semakin meluas. Apabila sudah terjadi suatu krisis yang kompleks
seperti pada perusahaan otomotif terbesar Toyota seperti saat ini adalah
mengurangi penjualan, dengan catatan produk yang dijual tersebut sudah
merupakan produk yang sudah melewati uji test, baik secara komputeristik maupun
test secara manual, dan tanpa mengabaikan pengaruh cuaca.
Menangani perpecahan dalam tubuh Toyota seharusnya bisa diselesaikan secara
kekeluargaan, sehingga perseteruan internal tidak akan memperburuk keadaan.
Dari segi ekternal yaitu kelemahan dari produk Toyota sendiri, yakni kurang nya
control yang maksimal dalam finishing nya sehingga mengakibatkan kecelakaan
yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, sehingga produk yang telah terlanjur
beredar dipasaran dan mengalami beberapa kekurangan, maka produsen wajib
menarik produk tersebut sebelum terjadi kerugian dan kecelakaan yang lebih
banyak, setelah menarik ulang produk tersebut, pihak produsen wajib memberikan
informasi secara berkala tentang kondisi kendaraan yang di tarik secara berkala,
sehingga kepercayaan dan kepuasan akan tetap terjaga, biarpun konsumen
sebetulnya sudah dirugikan.
Membuka line telepon yang lebih banyak serta aktif 24 jam dalam 7 hari, sehingga
apabila ada keluhan dari konsumen dapat segera di selesaikan dan ditangani
dengan tepat, tidak ada salahnya apabila pihak Toyota memberikan layanan gratis
terhadap segala keluhan yang menyangkut mesin, serta memberikan layanan
service keliling.
Menangani permasalahan dengan cepat dan tepat adalah langkah sukses
menangani krisis supaya tidak menyebar dan citra perusahaan tetap terjaga.
Sehingga konsumen menjadi semakin nyaman dan merasa diperhatikan sehingga
konsumen tidak akan beralih ke perusahaan lain, karena kepuasan dari konsumen
adalah kunci sukses menjadi perusahaan menjadi tetap berdiri dan mampu menjadi
lebih baik.