Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Teleologi

Teleologi adalah Mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan
tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu.Teleologi merupakan sebuah
studi tentang gejala-gejala yang memperlihatkan keteraturan, rancangan, tujuan, akhir, maksud,
kecenderungan, sasaran, arah, dan bagaimana hal-hal ini dicapai dalam suatu proses perkembangan.

Dalam arti umum, teleologi merupakan sebuah studi filosofis mengenai bukti perencanaan, fungsi, atau
tujuan di alam maupun dalam sejarah. Dalam bidang lain, teleologi merupakan ajaran filosofis-religius
tentang eksistensi tujuan dan “kebijaksanaan” objektif di luar manusia

Berbeda dengan etika deontologi, etika teleologi justru menilai baik buruknya suatu tindakan
berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan
oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau jika akibat
yang ditimbulkan oleh tindakan itu baik. Baik atau buruk nya tindakan mencuri, sebagai contoh, bagi
etika teleologi tidak ditentukan oleh tindakan itu sendiri baik atau buruk, melainkan ditentukan oleh
tujuan dan akibat dari tindakan itu. Jika tujuannya baik, maka tindakan mencuri dapat dipandang baik.

Seorang anak yang mencuri uang karena tidak mempunyai cara lain untuk membeli obat bagi ibunya
yang sedang sakit parah dalam perspektif etika teleologi dipandang sebagai tindakan yang baik, tetapi
jika ia mencuri untuk membeli narkoba atau keperluan tidak mulia lainnya, maka tindakan itu dinilai
jahat.

Contoh dari etika teleology : Setiap agama mempunyai Tuhan dan kepercayaan yang berbeda-beda dan
karena itu aturan yang ada di setiap agama pun perbeda-beda .

Tokoh teori Etika Teleology

a. Plato
Pandangan Plato tentang pencapaian hidup yang baik tidak lepas dari teorinya mengenai jiwa
dan ide-ide.Untuk mencapai kebahagiaan, jiwa manusia harus sampai kepada dunia ide-ide.Hal
ini hanya bisa terjadi dengan cara pengandalan rasio atau akal budi.
b. Aristoteles
Aristoteles menegaskan "kebahagiaan adalah sesuatu yang final, serba cukup pada dirinya, dan
tujuan dari segala tindakan...".Dengan demikian, semua tindakan yang bertujuan untuk
membahagiakan orang lain atau diri sendiri dikatakan dapat dikatakan sebagai sebuah tindakan
yang baik.
c. Thomas Aquinas
Filsuf sekaligus teolog Thomas Aquinas menegaskan bahwa Allah adalah "tujuan" dari segala
sesuatu.Dengan demikian, segala sesuatu yang berorientasi kepada Allah dikatakan "baik", dan
segala sesuatu yang tertuju di luar Allah dikatakan

PenggolonganTeori Etika Teleology

Penggolongan Teori Etika Teleologi dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1)   Egoisme Etis
Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan
pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Egoisme berarti menempatkan diri
di tengah satu tujuan serta tidak peduli dengan penderitaan orang lain, termasuk yang
dicintainya atau yang dianggap sebagai teman dekat. Istilah lainnya adalah “egois”.
Kata “egoisme” merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yakni ego, yang berasal dari kata Yunani
kuno – yang masih digunakan dalam bahasa Yunani modern – ego (yang berarti “diri” atau “Saya”, dan-
isme, digunakan untuk menunjukkan sistem kepercayaannya. Dengan demikian, istilah ini secara
etimologis berhubungan sangat erat dengan egoisme filosofis

Inti pandangan egoisme adalah bahwa tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk
mengejar pribadi dan memajukan dirinya sendiri.Disini Egoisme masih dibedakan lagi menjadi dua yaitu
Hedonisme dan Eudaimonisme.

Yang dimaksud dengan Hedonisme adalah mencapai suatu tujuan dengan menghalalkan segala cara
(mengorbankan hak dan kepentingan orang lain) untuk mendapatkan kenikmatan lahiriah diri
sendiri.Dan Eudaimonisme adalah paham teleologis ini menegaskan bahwa tujuan akhir hidup manusia
adalah kebahagiaan untuk menyingkirkan penderitaan.

2) Utilitarianisme

Berasal dari bahasa latinutilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik
jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan
masyarakat sebagaikeseluruhan.Atau dapat disebut juga sebagai teori ‘konsekuensialisme’,
kualitasmoral ditentukan oleh konsekuensi atau akibat yang dibawakannya Jadi, baik atau buruknnya
sesuatu berdasarkan berguna atau tidaknya sesuatu bagi diri sendiri maupun orang lain.

Contoh kasus

Kasus perselingkuhan, ukuran baik buruk dari tindakan pekerja sosial bukan didasarkan kepada
kepatuhannya menjalankan prinsip-prinsip etik semata. Namun, juga mempertimbangkan tentang
keselamatan orang yang menjadi target balas dendam kilen. Jadi, dalam kasus ini prinsip kerahasiaan
dan self-determination tidak selalu dianggap baik karena ditentukan oleh keselamatan orang lain
sebagai dampak dari kasus tersebut.

Anda mungkin juga menyukai